ujian jiwa
-
Upload
alvin-bernard -
Category
Documents
-
view
69 -
download
2
description
Transcript of ujian jiwa
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. R
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Tanggal Lahir : 1 Maret 1963
d. Usia : 50 tahun
e. Alamat : Tambun, Bekasi
f. Suku bangsa : Batak
g. Status pernikahan : Sudah menikah
h. Agama : Kristen
i. Pendidikan terakhir : SMEA
j. Pekerjaan : PNS
k. Tanggal pemeriksaan : 11 Oktober 2013
2. RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesis : Jumat, 11 Oktober 2013
Alloanamnesis : Minggu, 13 Oktober 2013 dengan anak kedua pasien
a. Keluhan Utama :
Pasien merasa ada yang ingin menyiksa dirinya dengan cara membakar
dirinya sampai ia meninggal
b. Keluhan Tambahan
Pasien tidak memiliki keluhan tambahan
c. Riwayat Gangguan Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan ia merasa dirinya ingin disiksa oleh
orang lain sampai ia meninggal dengan cara dibakar. Keluhan ini
sudah berlangsung sejak tahun 1998. Pertama kali pasien merasakan
keluhan ini setelah pulang dari Irian Jaya, yaitu setelah pembantu dari
pasien pulang karena tidak betah bekerja dengan pasien. Setelah pasien
kembali ke kampung halaman pasien, pasien merasa bahwa pembantu
pasien yang merupakan adik iparnya mengerjai pasien dengan
menyuruh beberapa orang untuk menyiksa pasien seumur hidup pasien
sampai pasien meninggal. Pasien mengira pembantu dari pasien mau
1
membalas dendam karena suami pasien pernah menendang pembantu
pasien karena tidak bekerja dengan benar.
Pasien mengaku bahwa pasien tidak dapat melihat orang – orang yang
menyiksa pasien, tetapi pasien dapat mendengar bahwa orang – orang
tersebut ingin supaya pasien meninggal dengan cara disiksa. Orang –
orang tersebut berjumlah kira – kira 10 orang terdiri dari wanita dan
perempuan serta terdapat orang tua di dalamnya. Tapi pasien juga
berkata bahwa ada orang – orang yang baik yang ingin melindungi dia
dari serangan orang jahat tersebut. Orang – orang baik yang ada
berjumlah kurang lebih 2 orang saja, lebih sedikit dari pada orang yang
jahat. Pasien mengaku tidak mengenal suara – suara tersebut, tetapi
pasien mengaku bahwa pasien tahu dari mana asal suara – suara orang
tersebut.
Pasien mengaku sebelum ke rumah sakit, pasien pernah dibawa oleh
ibu pasien ke orang pintar di kampung pasien. Setelah pergi ke orang
pintar tersebut, pasien lebih tenang selama 2 hari, tapi setelah itu
kambuh kembali. Pasien juga berkata bahwa ia mengetahui siap ayang
ingin menyiksanya dari orang pintar di kampung pasien. Pasien berkata
bahwa apabila ia sedang disiksa maka akan sangat terasa panas dan
seperti gosong tetapi tidak terlihat asap yang keluar, jadi hanya pasien
yang bisa merasakan dan mendengarnya.
Pasien juga berkata bahwa ia merupakan orang yang berada, sehingga
di rumah memiliki barang – barang yang banyak dari hasil bekerjanya
semasa bekerja di Irian Jaya, sampai sekarang. Pasien juga mengatakan
bahwa suaminya sudah pensiun dari TNI tetapi ia masih bekerja
sebagai PNS, sehingga masih memiliki penghasilan. Ia juga berkata
bahwa suaminya sekarang bekerja hanya untuk mengawal kontainer
sampai ke Tanjung Priok biasanya.
d. Riwayat Gangguan Sebelumnya
i. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pernah dirawat di Paviliun Amino dengan
keluhan yang sama pertama kali pada tahun 1993, dengan
keluhan yang sama pada saat ini. Pada tahun 2008 dan 2010
pasien mengaku lupa mengapa ia masuk ke rumah sakit, tetapi
2
menurut anak pasien, pada tahun 2010, pasien tidak dirawat di
pavilion amino.
Pertama kali pada tahun 1993, pasien mengaku bahwa
pasien masuk rumah sakit karena pasien disiksa juga tetapi
dengan cara yang berbeda yaitu, waktu itu menetes darah ketika
pasien sedang membuang air besar. Menurut pasien, setiap kali
pasien membuang air besar, pasien merasa buang air besarnya
berdarah, darah segar, tetapi pada saat pemeriksa bertanya
tentang adanya ambeyen atau wasir, pasien menyangkal, pasien
berkata bahwa ia buang air besar berdarah karena ia telah
disiksa oleh alat tersebut. Menurut pasien, alat tersebut dapat
membuat dirinya sakit, dan dapat membuat barang – barang
yang ada di rumahnya rusak semua, pasien berkata bahwa
mereka yang jahat iri terhadap pasien karena pasien memiliki
barang – barang mahal, dan pasien kaya. Tetapi pada saat
dikonfirmasi dengan anak kedua pasien, anak kedua pasien
berkata bahwa ibunya tidak kaya, dan cenderung memiliki
banyak hutang dan dalam kesulitan ekonomi sekarang.
Pada tahun 2008, pasien kembali masuk ke rumah sakit
karena keluhan yang sama masih berlanjut. Pasien marah dan
berteriak – teriak karena ada orang yang disangka pasien ingin
membunuh pasien. Kemudian pasien kembali dirawat di
paviliun Amino selama 3 minggu.
Pada tahun 2013, pasien kembali masuk ke rumah sakit
karena pasien masih merasa bahwa ia masih disiksa oleh orang
– orang yang jahat tersebut. Orang – orang yang jahat tersebut
menurut pasien bertambah jumlahnya dari pertama hanya 2
orang, menjadi sekarang 10 orang. Pasien tidak memiliki
keluhan lain selain dari pada itu.
ii. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak pernah terbentur kepalanya, atau pun terkena
trauma yang menyebabkan pasien harus dirawat di rumah sakit.
iii. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)
Pasien tidak merokok
3
Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang
e. Riwayat Kehidupan
i. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir dengan jalan lahir normal, dan juga cukup bulan.
Ibu pasien tidak pernah mengalami depresi atau sedih pada saat
mengandung pasien. Pasien juga merupakan anak yang
direncanakan.
ii. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Perkembangan
dan pertumbuhan pasien pada masa ini baik, sesuai usia. Tidak
memiliki gangguan. Pasien diberikan ASI sampai usia 1 tahun.
Ibu pasien merawat anak – anaknya sendiri, tidak pernah
dititipkan pada tempat penitipan anak. Pasien juga
mendapatkan perhatian yang sama dengan anak yang lain dari
ibunya. Tidak terdapat permasalahan pada masa kanak – kanak
pasien
iii. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien mempunyai perkembangan normal seperti anak
seusianya. Pasien berkata ia bersekolah di SD Sibongkareh di
Sumatra Utara sana. Ia memiliki banyak teman pada saat
bersekolah SD, dan ia juga baik dengan teman – temannya.
Pasien memiliki satu teman baik di SD tersebut yang bernama
Ny. N. Walaupun menurut pasien pada saat SD pasien sulit
untuk mendapatkan nilai yang baik, pasien berkata bahwa
pasien selalu naik kelas pada saat SD.
Riwayat Masa Kanak Akhir (Remaja)
Pasien bersekolah SMP di SMP swasta dan naik ke
SMEA Negeri Pakat Sumut Taput di Sumatra Utara. Pasien
mulai aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pada saat SMEA
1 – 3, biasanya pasien mengikuti kegiatan menari dan bermain
drama. Pasien tidak memiliki cita – cita karena pasien pada saat
umur 18 tahun, setelah selesai SMEA, pasien langsung bekerja
di instalasi pemerintah sebagai PNS. Pasien aktif bekerja dan
4
memiliki banyak teman pada saat bekerja. Pasien juga
dikenalkan dengan seorang laki – laki yang akhirnya sampai
saat ini menjadi suami dari pasien.
iv. Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah di SD Sibongkareh, dan dapat
mengikuti kegiatan pada saat bersekolah dengan baik,
sehingga pasien berkata bahwa ia terus naik kelas pada
saat SD. Pada saat SMP, pasien bersekolah di SMP
swasta Sihorbotanjung, dan terakhir SMEA di SMEA
Negeri Pakat Sumut Taput, di Sumatra Utara.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat menjadi ibu rumah tangga selama satu
tahun, kemudian mulai aktif bekerja sebagai PNS di
Papua pada tahun 1989. Pasien bekerja di KODIM
1705, di bagian social polititk yang kerjanya adalah
mencari kegiatan dan menjadi notulen pada saat rapat,
kemudian pasien mengalami sakit pada tahun 1993,
yang akhirnya diputuskan untuk pindah pekerjaan di
Jakarta ke KODAM Cawang, Cililitan. Kemudian
sekarang pasien pindah ke RINDAM di bagian
perhotelan. Setelah dua tahun kemudian pasien pindah
ke bagian DODIJUR yaitu yang melayani pelayanan
siswa yang ingin masuk ke sana.
3. Riwayat Pernikahan dan Hubungan
Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Dari
riwayat anak – anak pasien, tidak ada yang keluhannya
serupa dengan pasien. Pasien memiliki 2 orang anak
laki – laki dan 1 orang anak perempuan. Semua anak
pasien sudah bekerja kecuali anak laki – laki pasien
nomor satu yang belum bekerja.
4. Situasi Hidup Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama dengan suami dan anak
– anak dari pasien. Pasien mengaku suaminya galak dan
5
anak pertama pasien sering membanting – banting
barang apabila pasien sedang kambuh penyakitnya.
5. Riwayat Keagamaan
Pasien lahir dari keluarga Kristen dan aktif ke gereja
apabila pasien sedang dalam keadaan yang sehat. Pasien
mengaku kalau ia sering ke gereja, bisa seminggu 2 x
kalau pasien sedang dalam keadaan yang sehat.
6. Riwayat Hukum
Pasien dan keluarganya tidak pernah bermasalah dengan
hukum dan tidak pernah dipenjara.
7. Riwayat Aktivitas Sosial
Berdasarkan autoanamnesis pasien apabila
sedang di rumah, pasien sering melakukan pekerjaan
rumah tangga, apabila hari telah menjelang malam,
biasanya pasien sering keluar rumah untuk pergi ke
tempat adik pasien di dekat rumah pasien. Pasien juga
sering mengajak suami pasien untuk pergi makan sore
dengan pasien apabila pasien memiliki uang lebih.
Pasien sering mengunjungi tetangga pasien apabila
pasien sedang dalam kondisi yang sehat.
8. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal, yaitu
heteroseksual.
9. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.
Ayah dan ibu pasien sekarang telah meninggal dunia.
Di keluarga pasien tidak pernah ada yang mengalami
gangguan seperti berteriak – teriak, dan juga tidak
mengalami gangguan seperti pasien sendiri.
10. Genogram
6
11. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupan
Pasien tidak mengetahui bahwa pasien memiliki
gangguan jiwa. Pasien menyangka bahwa dirinya
seperti ini sekarang masuk keluar rumah sakit adalah
karena alat yang digunakan oleh orang – orang untuk
membakar dan menyiksa diri pasien tersebut.
12. Persepsi Keluarga Tentang Diri Pasien
Keluarga pasien tahu tentang keadaan pasien, tetapi
keluarga pasien tidak kooperatif dalam proses
penyembuhan pasien, malah membuat pasien sendiri
takut terhadap keluarganya karena pasien sering
dimarahi dan ditonjok oleh anak pertamanya yang laki –
laki apabila pasien sedang kambuh penyakitnya.
13. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-nilai
Pasien bermimpi ingin supaya alat yang membuatnya
sakit dan membuat dirinya tersiksa dapat segera
7
ditemukan dan dapat segera dihilangkan supaya pasien
tidak menderita seperti ini lagi.
3. STATUS MENTAL
Diperiksa tanggal 11 Oktober 2013
a. Deskripsi Umum
i. Penampilan
Seorang perempuan berusia 50 tahun dengan penampilan yang
sesuai dengan usia, dan perawatan diri cukup. Pasien memakai
baju tidur berwarna pink bermotif abstrak, dan celana tidur
berwarna pink bermotif abstrak serta menggunakan sandal jepit
ketika diwawancara. Pasien berkulit sawo matang, berambut
hitam yang ikal dan rambutnya pendek.
ii. Perilaku dan Psikomotor
Selama dilakukan wawancara pasien menunjukkan perilaku
yang wajar, pasien duduk tenang. Aktivitas psikomotor, pasien
sering menatap dengan pandangan kosong ke salah satu arah
saja, pasif, tidak agitasi, tidak gelisah, dan tidak terlihat
gerakan seperti memilin milin tangan. Pada saat ditanya tentang
alat yang membuat pasien merasa seperti disiksa, pasien dapat
meluapkan emosi pasien karena pasien merasa kesal dengan
alat tersebut, tetapi tidak menunjukkan aktivitas yang agresif.
Pasien sering berdandan di rumah sakit, kemudian pasien
sangat aktif dalam berbicara kepada pemeriksa. Pasien juga
memiliki harga diri yang tinggi karena pasien tidak ingin
terlihat seperti orang miskin di mata orang lain.
iii. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap tidak kooperatif tetapi berusaha menjawab
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan kepada pasien. Kontak
mata tidak ada terhadap pemeriksa. Pasien bersedia menjawab
pertanyaan dan melakukan yang diminta oleh pemeriksa.
b. Alam Perasaan
Mood : elasi
Afek : luas
8
Keserasian : sesuai
Bicara
Bicara spontan, volume cukup, intonasi baik, artikulasi baik dan jelas.
Pasien menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jawaban yang baik, isi
pembicaraan dapat dimengerti dan sesuai dengan apa yang ditanya,
pasien banyak memberikan informasi kepada pemeriksa dengan
bercerita.
c. Gangguan Persepsi
Pasien memiliki riwayat halusinasi auditorik dari awal dirawat di
RSPAD Gatot Soebroto. Pasien merasa bahwa pasien mendengar suara
– suara yang berkata bahwa pasien akan disiksa dan akan dibunuh.
Pasien tidak memiliki halusinasi lain selain halusinasi auditorik.
d. Gangguan Pikiran
i. Proses / bentuk pikir : Autistik, pasien mampu menjawab
pertanyaan secara terfokus tetapi tidak logis dengan cerita dari
pasien
ii. Isi Pikir : terdapat ide – ide kebesaran dan paranoid dari
pasien, sehingga pasien seperti merasa dikejar – kejar oleh
orang lain untuk disiksa dan dibunuh, flight of ideas
e. Sensorium dan Kognisi
i. Taraf kesadaran dan kesiagaan
Kesadaran pasien compos mentis dengan kesiagaan yang baik
ii. Orientasi
1. Waktu : Baik, pasien tahu bahwa pasien
diwawancarai pada sore hari.
2. Tempat : Baik, pasien tahu pasien sedang di
bangsal jiwa RSPAD Gatot Soebroto.
3. Orang : Baik, tetapi pasien sering mengeluhkan
kalau pasien susah mengingat nama pemeriksa karena
otaknya sedang ditutup oleh orang yang menyiksa
pasien dengan alatnya tersebut.
iii. Daya Ingat
1. Jangka Panjang : baik, pasien ingat riwayat pendidikan
pasien.
9
2. Jangka Menengah : baik, pasien ingat kapan terakhir
berobat dan kapan penyakitnya kambuh.
3. Jangka Pendek : Pasien ingat bagaimana cara pasien
datang ke RSPAD Gatot Soebroto.
4. Jangka Segera : Kurang baik, pasien tidak mampu
menyebutkan nama dokter yang memeriksa pasien
dengan baik.
iv. Konsentrasi dan perhatian : kurang baik untuk konsentrasi
karena pasien tidak dapat menghitung dengan baik 100 – 7.
Pasien memiliki perhatian yang baik karena pertanyaan yang
diberikan dapat dijawab dengan baik oleh pasien.
v. Kemampuan Visuospasial : Baik, pasien mampu menggambar
jam dengan benar
vi. Berpikir Abstrak : Baik, pasien mampu mengartikan
peribahasa, “Berakit – rakit ke hulu, berenang – renang ke
tepian”
vii. Intelegensi dan Kemampuan Informasi : baik, pasien tahu nama
ibukota negara Indonesia saat ini, serta pasien tahu nama
gubernur Jakarta saat ini.
f. Pengendalian Impuls : Baik, pasien selama diwawancara berperilaku
baik dan sopan.
g. Daya Nilai dan Tilikian
i. Daya Nilai Sosial
Baik, pasien dapat bersikap sopan terhadap dokter muda dan
dokter residen.
ii. Penilaian Realita
RTA terganggu
iii. Tilikan
Derajat 3 karena pasien sadar bahwa dirinya sakit tetapi pasien
menyalahkan orang lain yang menjadi penyebab pasien sakit.
h. Reliabilitas
Secara umum keterangan yang didapatkan dapat dipercaya.
10
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Status Gizi : Baik (BB : 53 kg; TB : 161 cm; IMT : 20,1)
d. Tanda Vital :
i. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
ii. Nadi : 84 x/menit
iii. Pernafasan : 16 x/menit
iv. Temperatur : 36,5
e. Mata : isokor, Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
f. Hidung : tidak ada deviasi, discharge (-/-)
g. Telinga : membran timpani intak (+/+), serumen (-/-)
h. Faring : arkus faring simetris, hiperemis (-)
i. Mulut : stomatitis (-)
j. Leher : limfadenopati (-/-), pembesaran tiroid (-)
k. Paru : suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
l. Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
m. Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), bising usus normal
n. Ekstrimitas : akral hangat, edema (-)
5. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pemeriksan dilakukan pada pasien, Ny. R, berusia 50 tahun, beragama Kristen,
dengan pendidikan terakhir SMEA dan bekerja sebagai PNS di RINDAM
dengan pekerjaan melayani siswa yang ingin masuk ke tentara. Pasien sudah
menikah. Pasien dibawa untuk dirawat di Pavilion Amino pada 29 September
2013 dan ini merupakan perawatan keempat di Pavilion Amino (perawatan
pertama pada tahun 1998). Pasien dibawa berobat oleh suami pasien dengan
keluhan utama pasien merasa dirinya seperti disiksa dengan cara dibakar oleh
sebuah alat yang canggih yang dapat melakukan apa saja. Ada riwayat tidak
patuh minum obat 3 kali sehari, pasien hanya meminum obat 1 kali sehari
pada saat mau tidur saja.
11
Pasien pada saat kecil tidak pernah tidak naik kelas, dan pasien juga memiliki
cukup banyak teman. Pasien terus naik kelas dan aktif sampai pada saat
SMEA. Pada saat SMEA pasien memiliki kegiatan di luar sekolah seperti
menari. Pasien sering mengajarkan teman – temannya menari karena pasien
memiliki kesukaan menari.
Pada awalnya pasien dirawat karena pasien merasa disiksa oleh orang – orang
yang jahat kepada pasien dengan alat yang canggih. Pada awalnya tahun 1993,
pasien pertama kali disiksa dengan cara membuat pasien buang air besar
berdarah, dengan darah yang keluar adalah darah segar. Pasien berkata bahwa
ia tidak memiliki riwayat ambeyen ataupun wasir. Pasien sudah keluar masuk
rumah sakit sebanyak 4 kali, pada tahun 1993, 2008, 2010, dan saat ini 2013.
Ini merupakan ke 5 kali pasien untuk dirawat di paviliun amino.
Pasien menikah dengan seorang tentara yang dikenalkan oleh adik pasien.
Pasien berkata bahwa suami yang ia miliki sekarang galak terhadap dirinya
apabila dirinya sedang sakit. Pasien juga dikaruniai 3 orang anak, 2 anak laki –
laki dan 1 anak perempuan. Pasien berkata anak laki – lakinya yang pertama
sangat galak terhadap dirinya apabila ia sedang mengalami halusinasi, anak
laki – laki pasien bisa marah kepada pasien sampai membanting barang –
barang yang ada di rumah pasien.
Menurut ibu pasien, Nn. N, teman baik pasien pernah menceritakan tentang
salah satu atasannya yang selalu memarahi dan menyindir pasien dan sempat
memergoki pasien menangis, walaupun pasien tidak mengaku dan bercerita
kesiapapun.
Berdasarkan pemeriksaan status mental, penampilan pasien sesuai dengan
usia yaitu seorang wanita berusia 50 tahun, tampak baik, berat 53 kg, tinggi
161 cm, kulit bewarna sawo matang dan berambut hitam pendek sebah dan
keriting. Pada perilaku dan aktivitas motorik, pasien duduk dengan tenang
di kursi menghadap pemeriksa dan jarang melakukan kontak mata dengan
pemeriksa, pasien banyak mendominasi pembicaraan, dan juga pasien
memiliki harga diri yang tinggi. Sikap terhadap pemeriksa adalah pasien
kooperatif, bersahabat, menjawab jujur dan cenderung dapat bercerita sendiri
tanpa ditanya oleh pemeriksa. Mood elasi, afek luas dan serasi. Pembicaraan
12
spontan, volume cukup, intonasi baik, artikulasi jelas. Pada persepsi, pasien
memiliki riwayat halusinasi auditorik sampai pada saat ini. Proses pikir
pasien autistik, dan jawaban sesuai. Isi pikir pasien ditemukan adanya ide –
ide kebesaran dari pasien, dan juga ditemukan adanya ide – ide paranoid,
terdapat flight of ideas. Orientasi baik. Derajat tilikan derajat 3, pasien sadar
bahwa ia sakit, tetapi pasien menyalahkan orang lain atau hal – hal yang yang
menyebabkan ia sakit.
Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.
6. FORMULASI DIAGNOSIS
Aksis I
Pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau pola psikologis yang
secara klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability/impairment) di dalam
fungsi psikososial, dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah menderita sakit
yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari hasil pemeriksaan
fisik umum dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang secara
fisiologis menimbulkan disfungsi otak, sehingga gangguan mental organik
dapat disingkirkan. Demikian pula tidak ditemukan riwayat penggunaan zat
psikoaktif yang bermakna sehingga dapat disingkirkan pula gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
Pada pasien ini didapatkan gangguan penilaian realita berupa halusinasi
auditorik, terdapat waham bahwa dirinya akan terus sakit kalau alat yang
canggih untuk menyiksa dia belum dihancurkan, terdapat afek yang sangat
jelas pada saat ia berbicara dan juga dari penampilannya dengan dandanan
yang mencolok, adanya tilikan (insight) pasien yang terganggu. Dari
penemuan tersebut dapat dikatakan bahwa pasien memiliki gangguan psikotik
dimana telah terjadi hendaya berat dalam menilai realitas berupa RTA yang
terganggu dan tilikan (insight) yang juga terganggu sehingga bermanifestasi
13
berupa adanya halusinasi, waham, dan juga terlihat afek yang berbeda dari
pasien pada saat menceritakan mengapa ia sakit dan juga terdapat perubahan
dari penampilan pasien di rumah sakit yang menimbulkan penderitaan
(distress) dan hendaya (disability/impairment) pada pasien. Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka berdasarkan PPDGJ III pasien pada aksis 1
memenuhi kriteria diagnostik Skizofreniatipe manik (F25.0) yakni adanya
gangguan yang lebih tampak pada afek yang meningkat dan mood yang
euthym dan juga terdapat gejala skizofrenia yang khas pada episode yang
sama. Gejala manik dari pasien ini tampak dari afek pasien yang sangat
menonjol, dan juga dari penampilan pasien yang sedikit berlebihan dengan
berdandan di rumah sakit, dan juga pasien lebih banyak bicara dari lazimnya,
atau terdapat dorongan untuk berbicara, harga diri pasien yang tinggi, terdapat
flight of ideas dari pasien dan juga berkurangnya kebutuhan tidur dari pasien.
Gejala ini disertai dengan gejala psikotik yang tidak terlalu menonjol yaitu
hendaya pada realita, fungsi sehati-hari, dan fungsi mental.
Pada pasien juga ditemukan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
yaitu ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Dengan demikian ditambahkan
diagnosa ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Z91.1) pada Aksis I.
Aksis II
Belum ada diagnosa untuk aksis II karena tidak ditemukan gangguan
kepribadian pada pasien.
Aksis III
Tidak ada keluhan pada aksis II
Aksis IV
Dipikirkan kemungkinan adanya masalah yang berkaitan dengan keluarga,
karena sepertinya keluarga pasien tidak suportif dengan pengobatan pasien,
karena keluarga pasien malah membuat masalah seperti anaknya yang
mengamuk ketika ibunya sedang kambuh dan suaminya yang galak kepada
istrinya. Pasien juga dikeluhkan oleh anaknya terdapat masalah ekonomi yang
membuat pasien memiliki hutang yang banyak.
14
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assesment of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ III pada aksis V didapatkan GAF HLPY
(Highest Level Past Year) adalah 41-50, yaitu gejala berat dengan disabilitas
berat. Penilaian GAF ini didasarkan pada keluhan yang dimiliki pasien pada
serangan setelah tahun 1993, pasien bisa bekerja kembali di Jakarta dan tidak
ada gangguan. GAF current (pada saat ini) adalah 60 – 51 yaitu gejala sedang
(moderate) dan disabilitas sedang. Penilaian GAF ini didasarkan pada keluhan
yang muncul kembali pada pasien sejak tanggal 29 september 2013 dimana
terdapat kesulitan dan gangguan yang nyata dalam menjalani kegiatan sosial,
pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
7. EVALUASI MULTIAKSIAL
a. Aksis I : F20.0 Skizofrenia paranoid dengan manik
Z91.1 ketidakpatuhan dalam pengobatan
b. Aksis II : belum ada diagnosis
c. Aksis III : tidak ada diagnosis
d. Aksis IV : Masalah dengan keluarga dan ekonomi
e. Aksis V : 60 – 51
8. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologis
Tidak ada
b. Psikologis
i. Mood : fluktuasi
ii. Afek : luas, serasi
iii. Gangguan persepsi : halusinasi auditorik
iv. Proses pikir : autistik, tidak logis, jawaban sesuai
v. Isi pikir : terdapat ide – ide kebesaran, terdapat ide – ide
paranoid
vi. Tilikan : derajat IV, RTA terganggu
c. Lingkungan dan Sosioekonomi
15
Pasien aktif bersosialisasi, tetapi di lingkungan keluarga, pasien sulit
berkomunikasi dengan suami dan anak pasien yang pertama karena
menurut pasien, suaminya galak dan anaknya galak dan sering
membanting barang ketika emosi.
9. PENATALAKSANAAN
a. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg
Depakote (natrium divalproat) 3x250 mg
b. Psikoterapi
Pasien dan keluarga diberikan edukasi yang bersifat komunikatif,
edukatif, dan informatif tentang keadaan pasien sehingga pasien dapat
mengerti tentang gangguan yang dialaminya, menjaga kepatuhan
pasien untuk minum obat, sadar akan manfaat dan efek samping obat,
sehingga pasien dapat berfungsi secara optimal bagi diri sendiri dan
lingkungan.
10. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia
Hal yang memperberat prognosis :
- tidak patuh saat minum obat
- lingkungan keluarga kurang kondusif
- gejala sudah berlangsung lama
Hal yang memperingan prognosis :
- onset usia dewasa
- tidak ada tanda – tanda pasien memiliki ide bunuh diri
- keluarga tidak ada riwayat gangguan jiwa
11. PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau pola psikologis yang
secara klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability/impairment) di dalam
16
fungsi psikososial, dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Dari data yang diperoleh melalui anamnesa, baik alloanamnesa maupun
autoanamnesa, pada pasien ini didapatkan gangguan penilaian realita berupa
kesadaran diri (awareness) terganggu, daya nilai norma sosial (judgement)
terganggu, daya tilikan diri (insight) terganggu; hendaya berat dalam fungsi-
fungsi mental berupa gangguan perasaan (tidak seusai dengan situasi);
hendaya berat dalam fungsi sehari-hari berupa tidak mampu melakukan
hubungan sosial dan tidak mampu melakukan kegiatan rutin.
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan skizofrenia dapat digolongkan menjadi 5
yaitu :
Skizofrenia paranoid (F20.0)
Skizofrenia hebefrenik (F20.1)
Skizofrenia katatonik (F20.2)
Skizofrenia tak terinci (F20.3)
depresi pasca skizofrenia (F20.4)
Skizofrenia residual (F 20.5)
Skizofrenia simpleks (F 20.6)
Skizofrenia lainnya (F 20. 8)
Skizofrenia yang tak tergolongkan (F20.9)
Pada pasien ini sering kali dirawat dengan gejala yang sama yaitu pasien
mengeluhkan bahwa ia sering mendengar suara – suara yang mengintimidasi
pasien yang berkata bahwa pasien akan dibunuh dengan cara disiksa, yang
mengindikasikan bahwa pasien memiliki halusinasi auditorik. Pasien juga
memiliki mood yang fluktuatif, dan afek yang meningkat yang dapat
dikategorikan dengan manik. Pasien ini juga dikatakan manik karena afek dan
mood yang meningkat serta terdapat lebih banyak bicara dari lazimnya atau
ada dorongan untuk berbicara terus menerus, rasa harga diri yang melambung,
berkurangnya kebutuhan tidur dan terdapat flight of ideas dari pasien tersebut.
Pasien juga memiliki ide – ide kebesaran, seperti ketika pasien berkata bahwa
ia merupakan seorang yang kaya yang memiliki banyak barang di rumah
17
pasien, padahal menurut anaknya, pasien memiliki masalah dalam ekonomi
pasien dan memiliki banyak hutang. Proses pikir autistik (preokupasi dengan
dunia dalam dan pribadi),dapat menceritakan secara spontan dan jawaban
sesuai. Gejala-gejala tersebut menunjukkan proses pikir autistik. Gangguan
pada pasien pertama kali terjadi pada tahun 1993 hingga sekarang, sehingga
gangguan telah berlangsung kurang sepuluh tahun. Pada pasien ini, telah
terjadi perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
terutama pada aspek kehidupan sosial dan pekerjaan. Sehingga pada pasien ini
telah terpenuhi pedoman diagnostik dari skizofrenia paranoid dengan manik.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah menderita sakit
yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari hasil pemeriksaan
fisik umum dan neurologis juga belum ditemukan kelainan yang secara
fisiologis menimbulkan disfungsi otak, sehingga gangguan mental organik
dapat disingkirkan. Demikian pula tidak ditemukan riwayat penggunaan zat
psikoaktif yang bermakna sehingga dapat disingkirkan pula gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Penegakan diagnosa aksis I
pada pasien ini berdasarkan PPDGJ III sesuai dengan pedoman diagnostik dari
Gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).
Pada pasien juga ditemukan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
yaitu ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Dengan demikian ditambahkan
diagnosa ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Z91.1) pada Aksis I.
Belum ditemukan gangguan kepribadian sehingga belum terdapat diagnosis
pada aksis II dan tidak ada penyakit yang menyertai pada aksis III. Adanya
masalah yang berkaitan dengan keluarga dan ekonomi dimasukan ke dalam
aksis IV. Aksis V didasarkan pada penilaian kemampuan penyesuaian
menggunakan skala Global Assesment of Functioning (GAF) menurut PPDGJ
III didapatkan GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 41-50, yaitu
gejala berat dengan disabilitas berat. Penilaian GAF ini didasarkan pada
keluhan yang dimiliki pasien pada serangan pertama kali pada tahun 1993
dimana keluhan pasien tidak terlalu mengganggu dan hanya terdapat sedikit
kesulitan atau gangguan dalam menjalani kegiatan sosial, pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari yang dapat diatasi setelah dirawat di Pavilion Amino dan
diberikan pengobatan sehingga pasien masih dapat bekerja dan beraktivitas
18
kembali. GAF current (pada saat ini) adalah 60-51 yaitu gejala sedang
(moderate) dan disabilitas sedang. Penilaian GAF ini didasarkan pada keluhan
yang muncul kembali pada pasien sejak tanggal 29 september 2013 dimana
terdapat kesulitan dan gangguan yang nyata dalam menjalani kegiatan sosial,
pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Penatalaksanaan pada pasien dengan Gangguan skizofreniatipe manik dibagi
menjadi psikofarmako, psikoterapi dan intervensi psikososial.
Penatalaksanaan psikofarmako pada pasien ini adalah pemberian obat
antipsikotik dan obat antipsikosis atipikal. Obat antipsikotik yang diberikan
pada pasien ini adalah Risperidone 2 mg. Risperidone adalah obat antipsikotik
atipikal yang merupakan derivat dari benzisoksazol dengan aktivitas antagonis
terhadap reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2
(D2) serta pada alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin. Aktivitas
antipsikotik diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor serotonin dan
dopamin. Antipsikotik atipikal efektif dalam mengobati gejala postif dan
gejala negatif dari skizofrenia. Efek samping neurologis dari Risperidone tidak
terlalu bermakna dan tidak terlalu parah apabila dibandingkan dengan obat
antipsikotik tipikal. Efek samping secara umum diantaranya adalah insomnia,
agitasi, ansietas, mual, muntah dan peningkatan berat badan. Risperidone
merupakan salah satu obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena
lebih efektif dan lebih aman dibandingkan dengan antagonis reseptor
dopaminergik yang tipikal (antipsikotik tipikal). Sediaan oral Risperidone
dapat berupa tablet 1 mg, 2 mg dan 3 mg atau sirup. Sediaan injeksi (long-
lasting injection) adalah 50 mg/mL. Pada pasien ini, dosis yang diberikan
adalah Risperidone 2 x 2 mg.
Diberikan antimanik yaitu natrium divalproat dengan dosis 250 mg diminum 3
kali sehari. Cara kerja dari natrium divalproat ini adalah dengan cara menutup
pintu natrium di dalam sel. Obat ini juga merupakan penghalang dari enzym
yang mendeaktivasi GABA dan GABA transaminase. Efek samping dari obat
ini meliputi diare, pusing, lelah, rambut yang rontok, terdapat suara yang
berdenging di telinga. Sediaan yang ada berupa tablet 250 mg per tablet. Pada
pasien ini, dosis yang diberikan adalah 3x250 mg sehari.
19
Psikoterapi merupakan cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap
gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan dan
perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individual tersebut. Tujuan dari
dilakukannya psikoterapi adalah menguatkan daya tahan mental yang telah
dimilikinya, mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan
lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri dan meningkatkan
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan.
Intervensi psikososial dapat dilakukan dengan terapi perilaku, terapi
berorientasi-keluarga dan terapi kelompok. Pada terapi perilaku, rencana
pengobatan ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Terapi
perilaku merupakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan
komunikasi interpersonal. Terapi perilaku dapat dilakukan dengan latihan
keterampilan perilaku (behavioral skills training) atau seringkali dinamakan
dengan keterampilan sosial (social skill therapy).
I. Skema Perjalanan Penyakit
Tahun 1993
Pasien pertama kali dirawat di Pavilion Amino karena pasien menunjukkan
perilaku-perilaku aneh pada saat bekerja di Papua. Pasien merasa bahwa ada orang –
orang yang ingin menyiksa pasien dengan cara membakar atau apapun yang dapat
menyiksa pasien sampai pasien meninggal. Pasien mengaku mendengar suara – suara
orang yang ingin menyiksa pasien. Pasien mengaku bahwa ia pergi ke orang pintar
pertama kali mendengar suara tersebut, dan pasien sendiri mengetahui siapa orang –
orang yang ingin menyiksa pasien tersebut, tetapi tidak tahu orang – orang tersebut,
pasien hanya berkata bahwa orang – orang tersebut berasal dari kampung
halamannya.
Tahun 2008
Pasien mengaku pasien marah – marah seperti pada tahun 1993, dan juga
berteriak karena pasien merasa ada orang yang ingin menyiksa pasien dengan cara
membakar pasien. Pasien juga sering berdandan mencolok dan mengenakan busana
yang seksi.
20
Tahun 2013
Pasien masuk kembali ke paviliun amino pada tahun Juli 2013 dan Septmber
2013 karena keluhan yang sama masih dirasakan oleh pasien yakni pasien
mengeluhkan suara – suara orang yang masih sering berkata bahwa orang tersebut
ingin menyiksa pasien sampai pasien meninggal. Pasien berkata bahwa anaknya
sering memukuli pasien apabila pasien sedang kambuh dan sering memarahi pasien.
Suami pasien juga sering memarahi pasien apabila pasien sedang kambuh. Pasien
berkata apabila pasien sedang disiksa, pasien sering merasa bahwa dirinya dibakar,
sehingga pasien selalu kepanasan, dan apabila pasien mandi dengan air dingin, pasien
tetap merasa kepanasan sehingga pasien sering berkeringat.
21
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jendral Pelayanan Medok Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III), cetakan pertama, Jakarta : 1993.
2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri Jilid 1 & 2. Tangerang : 2010.
3. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta : 2002.
23