ujian jiwa

35
STATUS PASIEN 1. IDENTITAS PASIEN a. Nama : Ny. R b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Tanggal Lahir : 1 Maret 1963 d. Usia : 50 tahun e. Alamat : Tambun, Bekasi f. Suku bangsa : Batak g. Status pernikahan : Sudah menikah h. Agama : Kristen i. Pendidikan terakhir : SMEA j. Pekerjaan : PNS k. Tanggal pemeriksaan : 11 Oktober 2013 2. RIWAYAT PSIKIATRI Autoanamnesis : Jumat, 11 Oktober 2013 Alloanamnesis : Minggu, 13 Oktober 2013 dengan anak kedua pasien a. Keluhan Utama : Pasien merasa ada yang ingin menyiksa dirinya dengan cara membakar dirinya sampai ia meninggal b. Keluhan Tambahan Pasien tidak memiliki keluhan tambahan c. Riwayat Gangguan Sekarang : Pasien datang dengan keluhan ia merasa dirinya ingin disiksa oleh orang lain sampai ia 1

description

jiwa

Transcript of ujian jiwa

Page 1: ujian jiwa

STATUS PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Ny. R

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Tanggal Lahir : 1 Maret 1963

d. Usia : 50 tahun

e. Alamat : Tambun, Bekasi

f. Suku bangsa : Batak

g. Status pernikahan : Sudah menikah

h. Agama : Kristen

i. Pendidikan terakhir : SMEA

j. Pekerjaan : PNS

k. Tanggal pemeriksaan : 11 Oktober 2013

2. RIWAYAT PSIKIATRI

Autoanamnesis : Jumat, 11 Oktober 2013

Alloanamnesis : Minggu, 13 Oktober 2013 dengan anak kedua pasien

a. Keluhan Utama :

Pasien merasa ada yang ingin menyiksa dirinya dengan cara membakar

dirinya sampai ia meninggal

b. Keluhan Tambahan

Pasien tidak memiliki keluhan tambahan

c. Riwayat Gangguan Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan ia merasa dirinya ingin disiksa oleh

orang lain sampai ia meninggal dengan cara dibakar. Keluhan ini

sudah berlangsung sejak tahun 1998. Pertama kali pasien merasakan

keluhan ini setelah pulang dari Irian Jaya, yaitu setelah pembantu dari

pasien pulang karena tidak betah bekerja dengan pasien. Setelah pasien

kembali ke kampung halaman pasien, pasien merasa bahwa pembantu

pasien yang merupakan adik iparnya mengerjai pasien dengan

menyuruh beberapa orang untuk menyiksa pasien seumur hidup pasien

sampai pasien meninggal. Pasien mengira pembantu dari pasien mau

1

Page 2: ujian jiwa

membalas dendam karena suami pasien pernah menendang pembantu

pasien karena tidak bekerja dengan benar.

Pasien mengaku bahwa pasien tidak dapat melihat orang – orang yang

menyiksa pasien, tetapi pasien dapat mendengar bahwa orang – orang

tersebut ingin supaya pasien meninggal dengan cara disiksa. Orang –

orang tersebut berjumlah kira – kira 10 orang terdiri dari wanita dan

perempuan serta terdapat orang tua di dalamnya. Tapi pasien juga

berkata bahwa ada orang – orang yang baik yang ingin melindungi dia

dari serangan orang jahat tersebut. Orang – orang baik yang ada

berjumlah kurang lebih 2 orang saja, lebih sedikit dari pada orang yang

jahat. Pasien mengaku tidak mengenal suara – suara tersebut, tetapi

pasien mengaku bahwa pasien tahu dari mana asal suara – suara orang

tersebut.

Pasien mengaku sebelum ke rumah sakit, pasien pernah dibawa oleh

ibu pasien ke orang pintar di kampung pasien. Setelah pergi ke orang

pintar tersebut, pasien lebih tenang selama 2 hari, tapi setelah itu

kambuh kembali. Pasien juga berkata bahwa ia mengetahui siap ayang

ingin menyiksanya dari orang pintar di kampung pasien. Pasien berkata

bahwa apabila ia sedang disiksa maka akan sangat terasa panas dan

seperti gosong tetapi tidak terlihat asap yang keluar, jadi hanya pasien

yang bisa merasakan dan mendengarnya.

Pasien juga berkata bahwa ia merupakan orang yang berada, sehingga

di rumah memiliki barang – barang yang banyak dari hasil bekerjanya

semasa bekerja di Irian Jaya, sampai sekarang. Pasien juga mengatakan

bahwa suaminya sudah pensiun dari TNI tetapi ia masih bekerja

sebagai PNS, sehingga masih memiliki penghasilan. Ia juga berkata

bahwa suaminya sekarang bekerja hanya untuk mengawal kontainer

sampai ke Tanjung Priok biasanya.

d. Riwayat Gangguan Sebelumnya

i. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien pernah dirawat di Paviliun Amino dengan

keluhan yang sama pertama kali pada tahun 1993, dengan

keluhan yang sama pada saat ini. Pada tahun 2008 dan 2010

pasien mengaku lupa mengapa ia masuk ke rumah sakit, tetapi

2

Page 3: ujian jiwa

menurut anak pasien, pada tahun 2010, pasien tidak dirawat di

pavilion amino.

Pertama kali pada tahun 1993, pasien mengaku bahwa

pasien masuk rumah sakit karena pasien disiksa juga tetapi

dengan cara yang berbeda yaitu, waktu itu menetes darah ketika

pasien sedang membuang air besar. Menurut pasien, setiap kali

pasien membuang air besar, pasien merasa buang air besarnya

berdarah, darah segar, tetapi pada saat pemeriksa bertanya

tentang adanya ambeyen atau wasir, pasien menyangkal, pasien

berkata bahwa ia buang air besar berdarah karena ia telah

disiksa oleh alat tersebut. Menurut pasien, alat tersebut dapat

membuat dirinya sakit, dan dapat membuat barang – barang

yang ada di rumahnya rusak semua, pasien berkata bahwa

mereka yang jahat iri terhadap pasien karena pasien memiliki

barang – barang mahal, dan pasien kaya. Tetapi pada saat

dikonfirmasi dengan anak kedua pasien, anak kedua pasien

berkata bahwa ibunya tidak kaya, dan cenderung memiliki

banyak hutang dan dalam kesulitan ekonomi sekarang.

Pada tahun 2008, pasien kembali masuk ke rumah sakit

karena keluhan yang sama masih berlanjut. Pasien marah dan

berteriak – teriak karena ada orang yang disangka pasien ingin

membunuh pasien. Kemudian pasien kembali dirawat di

paviliun Amino selama 3 minggu.

Pada tahun 2013, pasien kembali masuk ke rumah sakit

karena pasien masih merasa bahwa ia masih disiksa oleh orang

– orang yang jahat tersebut. Orang – orang yang jahat tersebut

menurut pasien bertambah jumlahnya dari pertama hanya 2

orang, menjadi sekarang 10 orang. Pasien tidak memiliki

keluhan lain selain dari pada itu.

ii. Riwayat Gangguan Medik

Pasien tidak pernah terbentur kepalanya, atau pun terkena

trauma yang menyebabkan pasien harus dirawat di rumah sakit.

iii. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)

Pasien tidak merokok

3

Page 4: ujian jiwa

Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang

e. Riwayat Kehidupan

i. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir dengan jalan lahir normal, dan juga cukup bulan.

Ibu pasien tidak pernah mengalami depresi atau sedih pada saat

mengandung pasien. Pasien juga merupakan anak yang

direncanakan.

ii. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Pasien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Perkembangan

dan pertumbuhan pasien pada masa ini baik, sesuai usia. Tidak

memiliki gangguan. Pasien diberikan ASI sampai usia 1 tahun.

Ibu pasien merawat anak – anaknya sendiri, tidak pernah

dititipkan pada tempat penitipan anak. Pasien juga

mendapatkan perhatian yang sama dengan anak yang lain dari

ibunya. Tidak terdapat permasalahan pada masa kanak – kanak

pasien

iii. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien mempunyai perkembangan normal seperti anak

seusianya. Pasien berkata ia bersekolah di SD Sibongkareh di

Sumatra Utara sana. Ia memiliki banyak teman pada saat

bersekolah SD, dan ia juga baik dengan teman – temannya.

Pasien memiliki satu teman baik di SD tersebut yang bernama

Ny. N. Walaupun menurut pasien pada saat SD pasien sulit

untuk mendapatkan nilai yang baik, pasien berkata bahwa

pasien selalu naik kelas pada saat SD.

Riwayat Masa Kanak Akhir (Remaja)

Pasien bersekolah SMP di SMP swasta dan naik ke

SMEA Negeri Pakat Sumut Taput di Sumatra Utara. Pasien

mulai aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pada saat SMEA

1 – 3, biasanya pasien mengikuti kegiatan menari dan bermain

drama. Pasien tidak memiliki cita – cita karena pasien pada saat

umur 18 tahun, setelah selesai SMEA, pasien langsung bekerja

di instalasi pemerintah sebagai PNS. Pasien aktif bekerja dan

4

Page 5: ujian jiwa

memiliki banyak teman pada saat bekerja. Pasien juga

dikenalkan dengan seorang laki – laki yang akhirnya sampai

saat ini menjadi suami dari pasien.

iv. Riwayat Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien bersekolah di SD Sibongkareh, dan dapat

mengikuti kegiatan pada saat bersekolah dengan baik,

sehingga pasien berkata bahwa ia terus naik kelas pada

saat SD. Pada saat SMP, pasien bersekolah di SMP

swasta Sihorbotanjung, dan terakhir SMEA di SMEA

Negeri Pakat Sumut Taput, di Sumatra Utara.

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien sempat menjadi ibu rumah tangga selama satu

tahun, kemudian mulai aktif bekerja sebagai PNS di

Papua pada tahun 1989. Pasien bekerja di KODIM

1705, di bagian social polititk yang kerjanya adalah

mencari kegiatan dan menjadi notulen pada saat rapat,

kemudian pasien mengalami sakit pada tahun 1993,

yang akhirnya diputuskan untuk pindah pekerjaan di

Jakarta ke KODAM Cawang, Cililitan. Kemudian

sekarang pasien pindah ke RINDAM di bagian

perhotelan. Setelah dua tahun kemudian pasien pindah

ke bagian DODIJUR yaitu yang melayani pelayanan

siswa yang ingin masuk ke sana.

3. Riwayat Pernikahan dan Hubungan

Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Dari

riwayat anak – anak pasien, tidak ada yang keluhannya

serupa dengan pasien. Pasien memiliki 2 orang anak

laki – laki dan 1 orang anak perempuan. Semua anak

pasien sudah bekerja kecuali anak laki – laki pasien

nomor satu yang belum bekerja.

4. Situasi Hidup Sekarang

Pasien saat ini tinggal bersama dengan suami dan anak

– anak dari pasien. Pasien mengaku suaminya galak dan

5

Page 6: ujian jiwa

anak pertama pasien sering membanting – banting

barang apabila pasien sedang kambuh penyakitnya.

5. Riwayat Keagamaan

Pasien lahir dari keluarga Kristen dan aktif ke gereja

apabila pasien sedang dalam keadaan yang sehat. Pasien

mengaku kalau ia sering ke gereja, bisa seminggu 2 x

kalau pasien sedang dalam keadaan yang sehat.

6. Riwayat Hukum

Pasien dan keluarganya tidak pernah bermasalah dengan

hukum dan tidak pernah dipenjara.

7. Riwayat Aktivitas Sosial

Berdasarkan autoanamnesis pasien apabila

sedang di rumah, pasien sering melakukan pekerjaan

rumah tangga, apabila hari telah menjelang malam,

biasanya pasien sering keluar rumah untuk pergi ke

tempat adik pasien di dekat rumah pasien. Pasien juga

sering mengajak suami pasien untuk pergi makan sore

dengan pasien apabila pasien memiliki uang lebih.

Pasien sering mengunjungi tetangga pasien apabila

pasien sedang dalam kondisi yang sehat.

8. Riwayat Psikoseksual

Pasien memiliki orientasi seksual yang normal, yaitu

heteroseksual.

9. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.

Ayah dan ibu pasien sekarang telah meninggal dunia.

Di keluarga pasien tidak pernah ada yang mengalami

gangguan seperti berteriak – teriak, dan juga tidak

mengalami gangguan seperti pasien sendiri.

10. Genogram

6

Page 7: ujian jiwa

11. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupan

Pasien tidak mengetahui bahwa pasien memiliki

gangguan jiwa. Pasien menyangka bahwa dirinya

seperti ini sekarang masuk keluar rumah sakit adalah

karena alat yang digunakan oleh orang – orang untuk

membakar dan menyiksa diri pasien tersebut.

12. Persepsi Keluarga Tentang Diri Pasien

Keluarga pasien tahu tentang keadaan pasien, tetapi

keluarga pasien tidak kooperatif dalam proses

penyembuhan pasien, malah membuat pasien sendiri

takut terhadap keluarganya karena pasien sering

dimarahi dan ditonjok oleh anak pertamanya yang laki –

laki apabila pasien sedang kambuh penyakitnya.

13. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-nilai

Pasien bermimpi ingin supaya alat yang membuatnya

sakit dan membuat dirinya tersiksa dapat segera

7

Page 8: ujian jiwa

ditemukan dan dapat segera dihilangkan supaya pasien

tidak menderita seperti ini lagi.

3. STATUS MENTAL

Diperiksa tanggal 11 Oktober 2013

a. Deskripsi Umum

i. Penampilan

Seorang perempuan berusia 50 tahun dengan penampilan yang

sesuai dengan usia, dan perawatan diri cukup. Pasien memakai

baju tidur berwarna pink bermotif abstrak, dan celana tidur

berwarna pink bermotif abstrak serta menggunakan sandal jepit

ketika diwawancara. Pasien berkulit sawo matang, berambut

hitam yang ikal dan rambutnya pendek.

ii. Perilaku dan Psikomotor

Selama dilakukan wawancara pasien menunjukkan perilaku

yang wajar, pasien duduk tenang. Aktivitas psikomotor, pasien

sering menatap dengan pandangan kosong ke salah satu arah

saja, pasif, tidak agitasi, tidak gelisah, dan tidak terlihat

gerakan seperti memilin milin tangan. Pada saat ditanya tentang

alat yang membuat pasien merasa seperti disiksa, pasien dapat

meluapkan emosi pasien karena pasien merasa kesal dengan

alat tersebut, tetapi tidak menunjukkan aktivitas yang agresif.

Pasien sering berdandan di rumah sakit, kemudian pasien

sangat aktif dalam berbicara kepada pemeriksa. Pasien juga

memiliki harga diri yang tinggi karena pasien tidak ingin

terlihat seperti orang miskin di mata orang lain.

iii. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien bersikap tidak kooperatif tetapi berusaha menjawab

sesuai dengan pertanyaan yang diajukan kepada pasien. Kontak

mata tidak ada terhadap pemeriksa. Pasien bersedia menjawab

pertanyaan dan melakukan yang diminta oleh pemeriksa.

b. Alam Perasaan

Mood : elasi

Afek : luas

8

Page 9: ujian jiwa

Keserasian : sesuai

Bicara

Bicara spontan, volume cukup, intonasi baik, artikulasi baik dan jelas.

Pasien menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jawaban yang baik, isi

pembicaraan dapat dimengerti dan sesuai dengan apa yang ditanya,

pasien banyak memberikan informasi kepada pemeriksa dengan

bercerita.

c. Gangguan Persepsi

Pasien memiliki riwayat halusinasi auditorik dari awal dirawat di

RSPAD Gatot Soebroto. Pasien merasa bahwa pasien mendengar suara

– suara yang berkata bahwa pasien akan disiksa dan akan dibunuh.

Pasien tidak memiliki halusinasi lain selain halusinasi auditorik.

d. Gangguan Pikiran

i. Proses / bentuk pikir : Autistik, pasien mampu menjawab

pertanyaan secara terfokus tetapi tidak logis dengan cerita dari

pasien

ii. Isi Pikir : terdapat ide – ide kebesaran dan paranoid dari

pasien, sehingga pasien seperti merasa dikejar – kejar oleh

orang lain untuk disiksa dan dibunuh, flight of ideas

e. Sensorium dan Kognisi

i. Taraf kesadaran dan kesiagaan

Kesadaran pasien compos mentis dengan kesiagaan yang baik

ii. Orientasi

1. Waktu : Baik, pasien tahu bahwa pasien

diwawancarai pada sore hari.

2. Tempat : Baik, pasien tahu pasien sedang di

bangsal jiwa RSPAD Gatot Soebroto.

3. Orang : Baik, tetapi pasien sering mengeluhkan

kalau pasien susah mengingat nama pemeriksa karena

otaknya sedang ditutup oleh orang yang menyiksa

pasien dengan alatnya tersebut.

iii. Daya Ingat

1. Jangka Panjang : baik, pasien ingat riwayat pendidikan

pasien.

9

Page 10: ujian jiwa

2. Jangka Menengah : baik, pasien ingat kapan terakhir

berobat dan kapan penyakitnya kambuh.

3. Jangka Pendek : Pasien ingat bagaimana cara pasien

datang ke RSPAD Gatot Soebroto.

4. Jangka Segera : Kurang baik, pasien tidak mampu

menyebutkan nama dokter yang memeriksa pasien

dengan baik.

iv. Konsentrasi dan perhatian : kurang baik untuk konsentrasi

karena pasien tidak dapat menghitung dengan baik 100 – 7.

Pasien memiliki perhatian yang baik karena pertanyaan yang

diberikan dapat dijawab dengan baik oleh pasien.

v. Kemampuan Visuospasial : Baik, pasien mampu menggambar

jam dengan benar

vi. Berpikir Abstrak : Baik, pasien mampu mengartikan

peribahasa, “Berakit – rakit ke hulu, berenang – renang ke

tepian”

vii. Intelegensi dan Kemampuan Informasi : baik, pasien tahu nama

ibukota negara Indonesia saat ini, serta pasien tahu nama

gubernur Jakarta saat ini.

f. Pengendalian Impuls : Baik, pasien selama diwawancara berperilaku

baik dan sopan.

g. Daya Nilai dan Tilikian

i. Daya Nilai Sosial

Baik, pasien dapat bersikap sopan terhadap dokter muda dan

dokter residen.

ii. Penilaian Realita

RTA terganggu

iii. Tilikan

Derajat 3 karena pasien sadar bahwa dirinya sakit tetapi pasien

menyalahkan orang lain yang menjadi penyebab pasien sakit.

h. Reliabilitas

Secara umum keterangan yang didapatkan dapat dipercaya.

10

Page 11: ujian jiwa

4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Status Gizi : Baik (BB : 53 kg; TB : 161 cm; IMT : 20,1)

d. Tanda Vital :

i. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

ii. Nadi : 84 x/menit

iii. Pernafasan : 16 x/menit

iv. Temperatur : 36,5

e. Mata : isokor, Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)

f. Hidung : tidak ada deviasi, discharge (-/-)

g. Telinga : membran timpani intak (+/+), serumen (-/-)

h. Faring : arkus faring simetris, hiperemis (-)

i. Mulut : stomatitis (-)

j. Leher : limfadenopati (-/-), pembesaran tiroid (-)

k. Paru : suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

l. Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

m. Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-),

splenomegali (-), bising usus normal

n. Ekstrimitas : akral hangat, edema (-)

5. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pemeriksan dilakukan pada pasien, Ny. R, berusia 50 tahun, beragama Kristen,

dengan pendidikan terakhir SMEA dan bekerja sebagai PNS di RINDAM

dengan pekerjaan melayani siswa yang ingin masuk ke tentara. Pasien sudah

menikah. Pasien dibawa untuk dirawat di Pavilion Amino pada 29 September

2013 dan ini merupakan perawatan keempat di Pavilion Amino (perawatan

pertama pada tahun 1998). Pasien dibawa berobat oleh suami pasien dengan

keluhan utama pasien merasa dirinya seperti disiksa dengan cara dibakar oleh

sebuah alat yang canggih yang dapat melakukan apa saja. Ada riwayat tidak

patuh minum obat 3 kali sehari, pasien hanya meminum obat 1 kali sehari

pada saat mau tidur saja.

11

Page 12: ujian jiwa

Pasien pada saat kecil tidak pernah tidak naik kelas, dan pasien juga memiliki

cukup banyak teman. Pasien terus naik kelas dan aktif sampai pada saat

SMEA. Pada saat SMEA pasien memiliki kegiatan di luar sekolah seperti

menari. Pasien sering mengajarkan teman – temannya menari karena pasien

memiliki kesukaan menari.

Pada awalnya pasien dirawat karena pasien merasa disiksa oleh orang – orang

yang jahat kepada pasien dengan alat yang canggih. Pada awalnya tahun 1993,

pasien pertama kali disiksa dengan cara membuat pasien buang air besar

berdarah, dengan darah yang keluar adalah darah segar. Pasien berkata bahwa

ia tidak memiliki riwayat ambeyen ataupun wasir. Pasien sudah keluar masuk

rumah sakit sebanyak 4 kali, pada tahun 1993, 2008, 2010, dan saat ini 2013.

Ini merupakan ke 5 kali pasien untuk dirawat di paviliun amino.

Pasien menikah dengan seorang tentara yang dikenalkan oleh adik pasien.

Pasien berkata bahwa suami yang ia miliki sekarang galak terhadap dirinya

apabila dirinya sedang sakit. Pasien juga dikaruniai 3 orang anak, 2 anak laki –

laki dan 1 anak perempuan. Pasien berkata anak laki – lakinya yang pertama

sangat galak terhadap dirinya apabila ia sedang mengalami halusinasi, anak

laki – laki pasien bisa marah kepada pasien sampai membanting barang –

barang yang ada di rumah pasien.

Menurut ibu pasien, Nn. N, teman baik pasien pernah menceritakan tentang

salah satu atasannya yang selalu memarahi dan menyindir pasien dan sempat

memergoki pasien menangis, walaupun pasien tidak mengaku dan bercerita

kesiapapun.

Berdasarkan pemeriksaan status mental, penampilan pasien sesuai dengan

usia yaitu seorang wanita berusia 50 tahun, tampak baik, berat 53 kg, tinggi

161 cm, kulit bewarna sawo matang dan berambut hitam pendek sebah dan

keriting. Pada perilaku dan aktivitas motorik, pasien duduk dengan tenang

di kursi menghadap pemeriksa dan jarang melakukan kontak mata dengan

pemeriksa, pasien banyak mendominasi pembicaraan, dan juga pasien

memiliki harga diri yang tinggi. Sikap terhadap pemeriksa adalah pasien

kooperatif, bersahabat, menjawab jujur dan cenderung dapat bercerita sendiri

tanpa ditanya oleh pemeriksa. Mood elasi, afek luas dan serasi. Pembicaraan

12

Page 13: ujian jiwa

spontan, volume cukup, intonasi baik, artikulasi jelas. Pada persepsi, pasien

memiliki riwayat halusinasi auditorik sampai pada saat ini. Proses pikir

pasien autistik, dan jawaban sesuai. Isi pikir pasien ditemukan adanya ide –

ide kebesaran dari pasien, dan juga ditemukan adanya ide – ide paranoid,

terdapat flight of ideas. Orientasi baik. Derajat tilikan derajat 3, pasien sadar

bahwa ia sakit, tetapi pasien menyalahkan orang lain atau hal – hal yang yang

menyebabkan ia sakit.

Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis.

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

6. FORMULASI DIAGNOSIS

Aksis I

Pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau pola psikologis yang

secara klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu

gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability/impairment) di dalam

fungsi psikososial, dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah menderita sakit

yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari hasil pemeriksaan

fisik umum dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang secara

fisiologis menimbulkan disfungsi otak, sehingga gangguan mental organik

dapat disingkirkan. Demikian pula tidak ditemukan riwayat penggunaan zat

psikoaktif yang bermakna sehingga dapat disingkirkan pula gangguan mental

dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.

Pada pasien ini didapatkan gangguan penilaian realita berupa halusinasi

auditorik, terdapat waham bahwa dirinya akan terus sakit kalau alat yang

canggih untuk menyiksa dia belum dihancurkan, terdapat afek yang sangat

jelas pada saat ia berbicara dan juga dari penampilannya dengan dandanan

yang mencolok, adanya tilikan (insight) pasien yang terganggu. Dari

penemuan tersebut dapat dikatakan bahwa pasien memiliki gangguan psikotik

dimana telah terjadi hendaya berat dalam menilai realitas berupa RTA yang

terganggu dan tilikan (insight) yang juga terganggu sehingga bermanifestasi

13

Page 14: ujian jiwa

berupa adanya halusinasi, waham, dan juga terlihat afek yang berbeda dari

pasien pada saat menceritakan mengapa ia sakit dan juga terdapat perubahan

dari penampilan pasien di rumah sakit yang menimbulkan penderitaan

(distress) dan hendaya (disability/impairment) pada pasien. Berdasarkan

uraian tersebut di atas, maka berdasarkan PPDGJ III pasien pada aksis 1

memenuhi kriteria diagnostik Skizofreniatipe manik (F25.0) yakni adanya

gangguan yang lebih tampak pada afek yang meningkat dan mood yang

euthym dan juga terdapat gejala skizofrenia yang khas pada episode yang

sama. Gejala manik dari pasien ini tampak dari afek pasien yang sangat

menonjol, dan juga dari penampilan pasien yang sedikit berlebihan dengan

berdandan di rumah sakit, dan juga pasien lebih banyak bicara dari lazimnya,

atau terdapat dorongan untuk berbicara, harga diri pasien yang tinggi, terdapat

flight of ideas dari pasien dan juga berkurangnya kebutuhan tidur dari pasien.

Gejala ini disertai dengan gejala psikotik yang tidak terlalu menonjol yaitu

hendaya pada realita, fungsi sehati-hari, dan fungsi mental.

Pada pasien juga ditemukan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis

yaitu ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Dengan demikian ditambahkan

diagnosa ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Z91.1) pada Aksis I.

Aksis II

Belum ada diagnosa untuk aksis II karena tidak ditemukan gangguan

kepribadian pada pasien.

Aksis III

Tidak ada keluhan pada aksis II

Aksis IV

Dipikirkan kemungkinan adanya masalah yang berkaitan dengan keluarga,

karena sepertinya keluarga pasien tidak suportif dengan pengobatan pasien,

karena keluarga pasien malah membuat masalah seperti anaknya yang

mengamuk ketika ibunya sedang kambuh dan suaminya yang galak kepada

istrinya. Pasien juga dikeluhkan oleh anaknya terdapat masalah ekonomi yang

membuat pasien memiliki hutang yang banyak.

14

Page 15: ujian jiwa

Aksis V

Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assesment of

Functioning (GAF) menurut PPDGJ III pada aksis V didapatkan GAF HLPY

(Highest Level Past Year) adalah 41-50, yaitu gejala berat dengan disabilitas

berat. Penilaian GAF ini didasarkan pada keluhan yang dimiliki pasien pada

serangan setelah tahun 1993, pasien bisa bekerja kembali di Jakarta dan tidak

ada gangguan. GAF current (pada saat ini) adalah 60 – 51 yaitu gejala sedang

(moderate) dan disabilitas sedang. Penilaian GAF ini didasarkan pada keluhan

yang muncul kembali pada pasien sejak tanggal 29 september 2013 dimana

terdapat kesulitan dan gangguan yang nyata dalam menjalani kegiatan sosial,

pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.

7. EVALUASI MULTIAKSIAL

a. Aksis I : F20.0 Skizofrenia paranoid dengan manik

Z91.1 ketidakpatuhan dalam pengobatan

b. Aksis II : belum ada diagnosis

c. Aksis III : tidak ada diagnosis

d. Aksis IV : Masalah dengan keluarga dan ekonomi

e. Aksis V : 60 – 51

8. DAFTAR MASALAH

a. Organobiologis

Tidak ada

b. Psikologis

i. Mood : fluktuasi

ii. Afek : luas, serasi

iii. Gangguan persepsi : halusinasi auditorik

iv. Proses pikir : autistik, tidak logis, jawaban sesuai

v. Isi pikir : terdapat ide – ide kebesaran, terdapat ide – ide

paranoid

vi. Tilikan : derajat IV, RTA terganggu

c. Lingkungan dan Sosioekonomi

15

Page 16: ujian jiwa

Pasien aktif bersosialisasi, tetapi di lingkungan keluarga, pasien sulit

berkomunikasi dengan suami dan anak pasien yang pertama karena

menurut pasien, suaminya galak dan anaknya galak dan sering

membanting barang ketika emosi.

9. PENATALAKSANAAN

a. Psikofarmaka

Risperidone 2x2 mg

Depakote (natrium divalproat) 3x250 mg

b. Psikoterapi

Pasien dan keluarga diberikan edukasi yang bersifat komunikatif,

edukatif, dan informatif tentang keadaan pasien sehingga pasien dapat

mengerti tentang gangguan yang dialaminya, menjaga kepatuhan

pasien untuk minum obat, sadar akan manfaat dan efek samping obat,

sehingga pasien dapat berfungsi secara optimal bagi diri sendiri dan

lingkungan.

10. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : Dubia

Hal yang memperberat prognosis :

- tidak patuh saat minum obat

- lingkungan keluarga kurang kondusif

- gejala sudah berlangsung lama

Hal yang memperingan prognosis :

- onset usia dewasa

- tidak ada tanda – tanda pasien memiliki ide bunuh diri

- keluarga tidak ada riwayat gangguan jiwa

11. PEMBAHASAN

Pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau pola psikologis yang

secara klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu

gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability/impairment) di dalam

16

Page 17: ujian jiwa

fungsi psikososial, dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Dari data yang diperoleh melalui anamnesa, baik alloanamnesa maupun

autoanamnesa, pada pasien ini didapatkan gangguan penilaian realita berupa

kesadaran diri (awareness) terganggu, daya nilai norma sosial (judgement)

terganggu, daya tilikan diri (insight) terganggu; hendaya berat dalam fungsi-

fungsi mental berupa gangguan perasaan (tidak seusai dengan situasi);

hendaya berat dalam fungsi sehari-hari berupa tidak mampu melakukan

hubungan sosial dan tidak mampu melakukan kegiatan rutin.

Berdasarkan PPDGJ III, gangguan skizofrenia dapat digolongkan menjadi 5

yaitu :

Skizofrenia paranoid (F20.0)

Skizofrenia hebefrenik (F20.1)

Skizofrenia katatonik (F20.2)

Skizofrenia tak terinci (F20.3)

depresi pasca skizofrenia (F20.4)

Skizofrenia residual (F 20.5)

Skizofrenia simpleks (F 20.6)

Skizofrenia lainnya (F 20. 8)

Skizofrenia yang tak tergolongkan (F20.9)

Pada pasien ini sering kali dirawat dengan gejala yang sama yaitu pasien

mengeluhkan bahwa ia sering mendengar suara – suara yang mengintimidasi

pasien yang berkata bahwa pasien akan dibunuh dengan cara disiksa, yang

mengindikasikan bahwa pasien memiliki halusinasi auditorik. Pasien juga

memiliki mood yang fluktuatif, dan afek yang meningkat yang dapat

dikategorikan dengan manik. Pasien ini juga dikatakan manik karena afek dan

mood yang meningkat serta terdapat lebih banyak bicara dari lazimnya atau

ada dorongan untuk berbicara terus menerus, rasa harga diri yang melambung,

berkurangnya kebutuhan tidur dan terdapat flight of ideas dari pasien tersebut.

Pasien juga memiliki ide – ide kebesaran, seperti ketika pasien berkata bahwa

ia merupakan seorang yang kaya yang memiliki banyak barang di rumah

17

Page 18: ujian jiwa

pasien, padahal menurut anaknya, pasien memiliki masalah dalam ekonomi

pasien dan memiliki banyak hutang. Proses pikir autistik (preokupasi dengan

dunia dalam dan pribadi),dapat menceritakan secara spontan dan jawaban

sesuai. Gejala-gejala tersebut menunjukkan proses pikir autistik. Gangguan

pada pasien pertama kali terjadi pada tahun 1993 hingga sekarang, sehingga

gangguan telah berlangsung kurang sepuluh tahun. Pada pasien ini, telah

terjadi perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

terutama pada aspek kehidupan sosial dan pekerjaan. Sehingga pada pasien ini

telah terpenuhi pedoman diagnostik dari skizofrenia paranoid dengan manik.

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah menderita sakit

yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari hasil pemeriksaan

fisik umum dan neurologis juga belum ditemukan kelainan yang secara

fisiologis menimbulkan disfungsi otak, sehingga gangguan mental organik

dapat disingkirkan. Demikian pula tidak ditemukan riwayat penggunaan zat

psikoaktif yang bermakna sehingga dapat disingkirkan pula gangguan mental

dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Penegakan diagnosa aksis I

pada pasien ini berdasarkan PPDGJ III sesuai dengan pedoman diagnostik dari

Gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).

Pada pasien juga ditemukan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis

yaitu ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Dengan demikian ditambahkan

diagnosa ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Z91.1) pada Aksis I.

Belum ditemukan gangguan kepribadian sehingga belum terdapat diagnosis

pada aksis II dan tidak ada penyakit yang menyertai pada aksis III. Adanya

masalah yang berkaitan dengan keluarga dan ekonomi dimasukan ke dalam

aksis IV. Aksis V didasarkan pada penilaian kemampuan penyesuaian

menggunakan skala Global Assesment of Functioning (GAF) menurut PPDGJ

III didapatkan GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 41-50, yaitu

gejala berat dengan disabilitas berat. Penilaian GAF ini didasarkan pada

keluhan yang dimiliki pasien pada serangan pertama kali pada tahun 1993

dimana keluhan pasien tidak terlalu mengganggu dan hanya terdapat sedikit

kesulitan atau gangguan dalam menjalani kegiatan sosial, pekerjaan dan

aktivitas sehari-hari yang dapat diatasi setelah dirawat di Pavilion Amino dan

diberikan pengobatan sehingga pasien masih dapat bekerja dan beraktivitas

18

Page 19: ujian jiwa

kembali. GAF current (pada saat ini) adalah 60-51 yaitu gejala sedang

(moderate) dan disabilitas sedang. Penilaian GAF ini didasarkan pada keluhan

yang muncul kembali pada pasien sejak tanggal 29 september 2013 dimana

terdapat kesulitan dan gangguan yang nyata dalam menjalani kegiatan sosial,

pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.

Penatalaksanaan pada pasien dengan Gangguan skizofreniatipe manik dibagi

menjadi psikofarmako, psikoterapi dan intervensi psikososial.

Penatalaksanaan psikofarmako pada pasien ini adalah pemberian obat

antipsikotik dan obat antipsikosis atipikal. Obat antipsikotik yang diberikan

pada pasien ini adalah Risperidone 2 mg. Risperidone adalah obat antipsikotik

atipikal yang merupakan derivat dari benzisoksazol dengan aktivitas antagonis

terhadap reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2

(D2) serta pada alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin. Aktivitas

antipsikotik diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor serotonin dan

dopamin. Antipsikotik atipikal efektif dalam mengobati gejala postif dan

gejala negatif dari skizofrenia. Efek samping neurologis dari Risperidone tidak

terlalu bermakna dan tidak terlalu parah apabila dibandingkan dengan obat

antipsikotik tipikal. Efek samping secara umum diantaranya adalah insomnia,

agitasi, ansietas, mual, muntah dan peningkatan berat badan. Risperidone

merupakan salah satu obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena

lebih efektif dan lebih aman dibandingkan dengan antagonis reseptor

dopaminergik yang tipikal (antipsikotik tipikal). Sediaan oral Risperidone

dapat berupa tablet 1 mg, 2 mg dan 3 mg atau sirup. Sediaan injeksi (long-

lasting injection) adalah 50 mg/mL. Pada pasien ini, dosis yang diberikan

adalah Risperidone 2 x 2 mg.

Diberikan antimanik yaitu natrium divalproat dengan dosis 250 mg diminum 3

kali sehari. Cara kerja dari natrium divalproat ini adalah dengan cara menutup

pintu natrium di dalam sel. Obat ini juga merupakan penghalang dari enzym

yang mendeaktivasi GABA dan GABA transaminase. Efek samping dari obat

ini meliputi diare, pusing, lelah, rambut yang rontok, terdapat suara yang

berdenging di telinga. Sediaan yang ada berupa tablet 250 mg per tablet. Pada

pasien ini, dosis yang diberikan adalah 3x250 mg sehari.

19

Page 20: ujian jiwa

Psikoterapi merupakan cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap

gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan dan

perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individual tersebut. Tujuan dari

dilakukannya psikoterapi adalah menguatkan daya tahan mental yang telah

dimilikinya, mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan

lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri dan meningkatkan

kemampuan adaptasi terhadap lingkungan.

Intervensi psikososial dapat dilakukan dengan terapi perilaku, terapi

berorientasi-keluarga dan terapi kelompok. Pada terapi perilaku, rencana

pengobatan ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Terapi

perilaku merupakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan

kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan

komunikasi interpersonal. Terapi perilaku dapat dilakukan dengan latihan

keterampilan perilaku (behavioral skills training) atau seringkali dinamakan

dengan keterampilan sosial (social skill therapy).

I. Skema Perjalanan Penyakit

Tahun 1993

Pasien pertama kali dirawat di Pavilion Amino karena pasien menunjukkan

perilaku-perilaku aneh pada saat bekerja di Papua. Pasien merasa bahwa ada orang –

orang yang ingin menyiksa pasien dengan cara membakar atau apapun yang dapat

menyiksa pasien sampai pasien meninggal. Pasien mengaku mendengar suara – suara

orang yang ingin menyiksa pasien. Pasien mengaku bahwa ia pergi ke orang pintar

pertama kali mendengar suara tersebut, dan pasien sendiri mengetahui siapa orang –

orang yang ingin menyiksa pasien tersebut, tetapi tidak tahu orang – orang tersebut,

pasien hanya berkata bahwa orang – orang tersebut berasal dari kampung

halamannya.

Tahun 2008

Pasien mengaku pasien marah – marah seperti pada tahun 1993, dan juga

berteriak karena pasien merasa ada orang yang ingin menyiksa pasien dengan cara

membakar pasien. Pasien juga sering berdandan mencolok dan mengenakan busana

yang seksi.

20

Page 21: ujian jiwa

Tahun 2013

Pasien masuk kembali ke paviliun amino pada tahun Juli 2013 dan Septmber

2013 karena keluhan yang sama masih dirasakan oleh pasien yakni pasien

mengeluhkan suara – suara orang yang masih sering berkata bahwa orang tersebut

ingin menyiksa pasien sampai pasien meninggal. Pasien berkata bahwa anaknya

sering memukuli pasien apabila pasien sedang kambuh dan sering memarahi pasien.

Suami pasien juga sering memarahi pasien apabila pasien sedang kambuh. Pasien

berkata apabila pasien sedang disiksa, pasien sering merasa bahwa dirinya dibakar,

sehingga pasien selalu kepanasan, dan apabila pasien mandi dengan air dingin, pasien

tetap merasa kepanasan sehingga pasien sering berkeringat.

21

Page 22: ujian jiwa

SKEMA PERJALANAN PENYAKIT

22

Page 23: ujian jiwa

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jendral Pelayanan Medok Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III), cetakan pertama, Jakarta : 1993.

2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri Jilid 1 & 2. Tangerang : 2010.

3. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta : 2002.

23