UJI SITOTOKSIK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59241/17/naskah...
Transcript of UJI SITOTOKSIK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59241/17/naskah...
UJI SITOTOKSIK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANGDAYAK (Eleutherine americana Merr.) DAN BIJI SIRSAK (Annona muricata)
DENGAN METOTREKSAT TERHADAP SEL T47D
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi
Oleh:
ERIKA NUUR ANISA PUTRI
K 100 140 168
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
UJI SITOTOKSIK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANGDAYAK (Eleutherine americana Merr.) DAN BIJI SIRSAK (Annona muricata)
DENGAN METOTREKSAT TERHADAP SEL T47D
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi
Oleh:
ERIKA NUUR ANISA PUTRI
K 100 140 168
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
UJI SITOTOKSIK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANGDAYAK (Eleutherine americana Merr.) DAN BIJI SIRSAK (Annona muricata)
DENGAN METOTREKSAT TERHADAP SEL T47D
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi
Oleh:
ERIKA NUUR ANISA PUTRI
K 100 140 168
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
UJI SITOTOKSIKKOMBINASI EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG DAYAK(Eleutherine americana Merr.) DAN BIJI SIRSAK (Annona muricata) DENGAN
METOTREKSAT TERHADAP SEL T47D
Abstrak
Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian di dunia paling banyak setelah kankerparu-paru, kanker perut dan kanker hati. Kanker payudara berada di urutan pertama penyebabkematian dengan prevalensi di Indonesia sebesar 43,1%. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahuiaktivitas antikanker kombinasi ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr.)dan biji sirsak (Annona muricata) dengan metotreksat terhadap sel T47D.Pengujian sitotoksikdilakukan dengan metode MTT. Sel yang masih hidup akan menghasilkan kristal formazanberwarna ungu yang intensitasnya dikorelasikan dengan jumlah sel kanker yang hidup. Serikonsentrasi yang digunakan untuk menentukan IC50 pada masing-masing sampel secara berturut-turut adalah 500; 250; dan 125 μg/mL untuk bawang dayak, 250; 125 dan 62,5 μg/mL pada bijisirsak, serta metotreksat dengan seri konsentrasi 50; 25; 12,5 dan 6,25 μg/mL. IC50 yang diperolehuntuk ekstrak bawang dayak adalah 251,18 μg/mL, biji sirsak dengan nilai IC50 sebesar 67,61μg/mL dan metotreksat dengan nilai IC50 sebesar 16,22 μg/mL.Nilai IC50 kemudian digunakanuntuk menentukan konsentrasi pada uji kombinasi. Seri konsentrasi yang digunakan adalah ½ IC50,¼ IC50 dan 1/8 IC50. Uji kombinasi dilakukan antara ekstrak tunggal dengan obat metotreksat. Ujikombinasi antara ekstrak etanol biji sirsak dengan metotreksat menunjukkan hasil yang sinergispada konsentrasi 35 μg/mL biji sirsak dan 2; 4 μg/mL metotreksat menunjukkan hasil yang sinergisdengan nilai IK (Indeks Kombinasi) adalah 0,71 dan 0,39. Sedangkan hasil uji kombinasi antarabawang dayak dengan metotreksat menunjukkan aktivitas yang antagonis.
Kata Kunci: Bawang dayak, biji sirsak, IC50, indeks kombinasi
Abstract
Breast cancer nowadays is the mostly responsible types of cancer to cause the mortality in the worldafter lungs, stomach dan liver cancer. Breast cancer as the number one factor to cause death incancer with number of incidents 43,1% in Indonesia. This research is conducted to determineanticancer activity in combination of ethanolic extract of dayak onion’s bulbs (EleutherineAmericana Merr.) and sousop seed (Annona muricata) with methotrexate on T47D cell.The methodused for examined cytotoxic activity is MTT-Assay. The living cells will produced a purplefomazan’s crystal and it intensity have a correlation with the numbers of living cells. This test usedvarious of concentration of each sample in a row such as 500; 250; and 125 μg/mL for dayakonion’s bulbs, 250; 125 and 62,5 μg/mL forsoursop seeds, sothen 50; 25; 12,5 and 6,25 μg/mL formethotrexate. IC50 values for dayak onion’s bulbs is 251,18 μg/mL, soursop with IC50 as 67,61μg/mL and 16,22 μg/mL for the IC50 of methotrexate.The values of IC50 then used to determined theconcentration for combination test. Combination test used variety of concentration which are ½IC50, ¼ IC50 dan 1/8 IC50 with the IC50 that has been determined before. This combination use singleextract with cytotoxic drug; methotrexate. Combination test of ethanol extract of soursop with MTXshowed synergistic values with 35 μg/mL of soursop concentration and 2; 4 μg/mL of MTX givingCombination Index (CI) values 0,71 and 0,39 in a row. Whereas combination between dayakonion’s bulb with MTX giving antagonist activity.
Keywords: Dayak onions, soursop seeds, IC50, combination index
2
1. PENDAHULUAN
Kanker payudara diartikan sebagai keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel duktus maupun lobulusnya (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kanker payudara merupakan
salah satu tipe kanker yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia setelah kanker paru-
paru, kanker perut, kanker hati, dan kanker usus (Jemal et al., 2009). Persentase kematian terhadap
kanker di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 0,6% dan kanker payudara berada di urutan
pertama dengan jumlah kematian sebanyak 48.998 kejadian (WHO, 2014).
Obat-obat dari bahan alam Indonesia yang telah diketahui berpotensi dalam melawan sel
kanker yaitu alkaloid vinka (vinblastin, vinkristin, vindesin, vinorelbin), taksan (paklitaksel,
dosetaksel), podofilotoksin dan turunannya (topotekan, irinotekan), serta antrasiklin (doksorubisin,
daunorubisin, epirubisin dan idarubisin) (Safarzadeh et al., 2014).Salah satu tanaman obat
Indonesia yang telah dikenal sebagai alternatif pengobatan pada penyakit kanker adalah bawang
dayak (Eleutherine americana Merr.). Penelitian telah dilakukan mengenai uji penghambatan siklus
dan apoptosis sel terhadap fraksi nonpolar, semipolar dan polar dari ekstrak umbi bawang dayak
terhadap sel kanker T47D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi dari ekstrak umbi bawang
dayak yang memiliki aktivitas sitotoksik paling tinggi terhadap sel T47D adalah fraksi semipolar
dengan nilai IC50 147,124 µg/mL (Fitri et al., 2014). Sudarmawan (2009) juga membuktikan bahwa
umbi bawang dayak memiliki aktivitas antikanker terhadap sel T47D ditunjukkan dengan nilai IC50
untuk fraksi etanol sebesar 125 µg/mL.
Tanaman obat lainnya yang telah digunakan sebagai agen pada pengobatan kanker adalah
tanaman sirsak. Salah satu bagian dari tumbuhan sirsak yang telah diketahui memiliki aktivitas
antikanker adalah biji sirsak. Biji sirsak memiliki aktivitas antikanker terhadap sel T47D yang
dibuktikan dengan nilai IC50 sebesar 20,36 ± 1,58 µg/mL (Arifianti et al., 2014) dan 87,711 µg/mL
(Widodo, 2013).Metotreksat merupakan senyawa yang secara luas digunakan untuk pengobatan
kanker terutama pada wanita yang mengalami kanker pada tahap metastasis koriokarsinoma (Hertz
et al., 1961). Metotreksat bebas (Free MTX) setelah diuji aktivitas antikanker pada sel T47D
menunjukkan nilai IC50 yaitu sebesar 78.23 ± 3.12 nM (0,034-0,037 µg/mL) (Taheri et al., 2011).
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa umbi bawang dayak, biji sirsak dan
metotreksat masing-masing memiliki aktivitas terhadap sel kanker T47D dibuktikan dengan nilai
IC50. Penelitian mengenaikombinasi antara ekstrak etanol umbi bawang dayak dan biji sirsak
dengan obat metotreksat diharapkan dapat menaikkan efek sitotoksik terhadap sel kanker T47D
dibandingkan apabila masing-masing bahan digunakan secara tunggal. Maka dari itu, perlu
dilakukan penelitian terhadap aktivitas antikanker kombinasi ekstrak etanol umbi bawang dayak
3
(Eleutherine americana Merr.) dan biji sirsak (Annona muricata) dengan metotreksat terhadap sel
T47D.
2. METODE
Penelitian mengenai uji aktivitas antikanker kombinasi ekstrak umbi bawang dayak
(Eleutherine americana Merr.) dan biji sirsak (Annona muricata) dengan metotreksat terhadap sel
T47D menggunakan metode post test only with control group.
2.1 Alat dan Bahan Penelitian
Alat: blender, peralatan maserasi, rotary evaporator (Heidolph), penangas air, tangki nitrogen cair,
autoclave, pipet pasteur, steril mikroskop fase kontras (Olympus Japan), sentrifuge Sigma 3K12 (B.
Braun Biotech International), inkubator CO2 (Heraceus), Almari asam, Elisa reader (ELX 800 Bio
Tech), densitometer, tabung konikal steril (nunclone), scraper, tissue culture flask (nunclone),
ampul, blue tape steril, yellow tape steril, water bath EMTD-204, botol duran (100 mL dan 500
mL), cryotube, Laminar Air Flow (Nuaire), pH meter (Toa Electrics Ltd.), microplate 96 sumuran,
micropipet (Gilson), vortex mixer (Barnstead M376-33Q), Sonicator (Branson 2510), Neraca
analitik (Ohaus Adventure AV 264), timbangan elektrik, corong, kertas saring, oven (Binder),
cawan penguap, lampu UV, pipa kapiler, bejana elusi, dan kamera digital.
Bahan: sel T47D, umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr.), biji sirsak (Annona
muricata), obat antikanker metotreksat, RPMI 1640 (Gibcobrl), etanol 96%, n-heksan, etil asetat,
akuades, etanol p.a, PBS (Phosphate Buffer Saline), MTT (3-(4,5-dimetil thiazol-2il)-2,5-
difeniltetrazoliumbromid), stopper SDS (Sodium Dodecyl Sulphate) dalam 0,01 N HCl, plat silika
GF254, amonia, pereaksi seperti sitroborat; Dragendorff; FeCl3, Liebermann-Burchard dan akuades.
2.2 Jalannya Penelitian
2.2.1 Pengumpulan Bahan
Bawang dayak yang digunakan di dalam penelitian diperoleh dari daerah Kalimantan
Tengah. Setelah dicuci dan dibersihkan, bawang dayak dikeringkan dibawah sinar matahari dengan
ditutup menggunakan kain hitam hingga kering. Setelah bawang kering kemudian di serbuk
menggunakan blender. Biji Sirsak yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
mengumpulkan biji sirsak dari para penjual jus di kawasan kampus Universitas Muhammadiyah
Surakarta dan sekitarnya. Setelah dicuci dan dibersihkan, biji sirsak dikeringkan dibawah sinar
matahari dengan ditutup menggunakan kain hitam hingga kering. Biji sirsak yang kering kemudian
di serbuk menggunakan blender.
4
2.2.2 Indentifikasi Bahan
Identifikasi terhadap tanaman sirsak dan bawang dayak dilakukan di laboratorium Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan dari
identifikasi tanaman adalah untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri morfologi
secara makroskopis dari tanaman sirsak dan bawang dayak terhadap pustaka ”Inventaris Tanaman
Obat Indonesia (I) Jilid 2” yang disusun oleh Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2001.
2.2.1 Penentuan Golongan Senyawa dengan KLT-Densitometri
a) Penyiapan larutan uji KLT : ekstrak etanol bawang dayak (Eleutherine americana Merr.),
ekstrak etanol biji sirsak (Annona Muricata. L) dilarutkan dalam etanol 96%.
b) KLT : Larutan uji ditotolkan pada fase diam sebanyak 3 kali totolan, setiap totolan dibiarkan
sampai kering, kemudian dielusi dengan beberapa fase gerak, fase gerak sebelumnya dilakukan
orientasi terlebih dahulu (dengan perbandingan yang berbeda). Penentuan fase gerak dilakukan
dengan mencoba-coba, dimulai dari perbandingan 1:1 dari fase gerak yang akan digunakan
hingga mendapatkan perbandingan yang menghasilkan elusi paling baik.
c) Analisis KLT: Plat hasil KLT diamati pada UV254 nm dan UV366 nm. Bercak dideteksi dengan
uap amonia serta beberapa pereaksi semprot antara lain sitroborat, Dragendorff, Liebermann-
Burcharddan FeCl3. Selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif menggunakan teknik densitometri
yaitu dengan cara mengukur bercak senyawa secara langsung pada lempeng KLT menggunakan
ukuran luas. Hasil dari KLT adalah berupa totolan-totolan dari senyawa yang terkandung dalam
ekstrak. Totolan yang memiliki ukuran terbesar menunjukkan senyawa yang paling dominan di
dalam ekstrak dan kemudian dibaca menggunakan densitometer. Hasilnya berupa luas area
totolan. Luas area totolan pada KLT berbanding lurus dengan senyawa yang terkandung dalam
ekstrak. Semakin besar luas area totolan menunjukkan semakin besar kadar senyawa yang
terkandung didalamnya.
2.2.3 Pembuatan Larutan Uji
Ekstrak etanol umbi bawang dayak dan ekstrak etanol biji sirsak ditimbang sebanyak 10
mg, kemudian dilarutkan dalam 100 µL DMSO 0,25% hingga homogen lalu di sentrifuge sehingga
diperoleh konsentrasi 1000µg/mL. Konsentrasi larutan uji yang dibuat untuk umbi bawang dayak
adalah 500; 250; dan 125 µg/mL sedangkan untuk biji sirsak adalah 250; 125 dan 62,5 µg/mL.
Konsentrasi larutan uji untuk metotreksat adalah 50; 25; 12,5 dan 6,25 µg/mL . Serikonsentrasi
tersebut kemudian di pindah ke dalam microplate 96 dan diuji pada sel. Seluruh proses dilakukan di
dalam Laminar Air Flow (LAF) cabinet.
5
2.2.4 Uji Sitotoksik
2.2.4.1 Sterilisasi
Sebelum dilakukan sterilisasi, peralatan gelas yang akan digunakan untuk percobaan dicuci
bersih kemudian dikeringkan dan dibungkus kertas. Peralatan yang tidak tahan terhadap panas
seperti pipet tetes, media, blue tips, yellow tips disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Peralatan yang tahan terhadap pemanasan dapat disterilkan menggunakan oven
pada suhu 175 oC selama 2 jam.
2.2.4.2 Sterilisasi LAF
Sterilisasi terhadap Laminar Air Flow (LAF) dapat dilakukan dengan cara menyalakan
lampu UV selama 15 menit sebelum digunakan. Sebelum digunakan, permukaan tempat kerja harus
disterilkan menggunakan alkohol 70% dengan cara disemprotkan.
2.2.4.3 Petumbuhan Sel
Sel T47D diambil dari tangki nitrogen cair, lalu dicairkan di atas waterbath pada suhu 37oC. Cryotube disemprot menggunakan etanol 70%, kemudian dibuka dan dipindahkan kedalam
tabung conical tube steril yang berisi media DMEM. Suspensi sel di sentrifuge selama 10 menit
dengan kecepatan 1200 rpm. Supernatan yang terbentuk kemudian dibuang. Media pertumbuhan
dimasukkan ke dalam pellet hasil sentrifugasi dan dilakukan resuspensi secara perlahan hingga
homogen. Sel T47D ditumbuhkan dalam tissue culture flask dan diinkubasi selama 1 jam dengan
suhu 37 oC dalam inkubator CO2 5%. Media kemudian diganti dan sel ditumbuhkan hingga
jumlahnya cukup sebagai bahan untuk perlakuan.
2.2.4.4 Pergantian Media
Dipersiapkan media kultur dan conical tube yang berisi PBS. Media lama dihisap dan
dibuang menggunakan pipet Pasteur, kemudian dimasukkan dalam dish 3 mL PBS untuk mencuci
sel. PBS kemudian dibuang mengginakan pipa Pasteur. Media kultur sebanyak 7 mL dituang dalam
dish yang berisi sel kemudian dihomogenkan. Pengamatan sel secara kualitatif dapat dilakukan
menggunakan mikroskop. Dish selanjutnya diinkubasi selama 24 dan diamati kembali keesokan
harinya.
2.2.4.5 Pemanenan Sel
Sel dipanen apabila jumlah sel 80% konflen. Pemanenan sel dilakukan dengan membuang
media dengan menggunakan pipet Pasteur steril. Sel kemudian di cuci 2x dengan PBS 1x (volume
PBS ± ½ volume media awal). Larutan tripsin-EDTA 1x (tripsin 0,25%) ditambahkan merata dan
diinkubasi selama 3 menit. Tripsin kemudian dinonaktifkan menggunakan media ± 5 mL. Sel di
resuspensi menggunakan pipet hingga terlepas satu-persatu (tidak bergerombol). Sel di amati
6
menggunakan mikroskop dan apabila terdapat sel yang menggerombol maka dilakukan resuspensi
kembali. Sel yang terlepas satu-satu lalu dipindahkan ke dalam conical tube steril baru.
2.2.4.6 Uji Aktivitas Sitotoksik dengan MTT Assay
100 µL suspensi sel diambil dari media lengkapdan dimasukkan kedalam 96 well plate lalu
diinkubasi dalam inkubator CO2 5% selama 24 jam. Setelah dilakukan inkubasi, media yang
terdapat pada masing-masing sumuran dibuang dan ditambahkan media baru serta sampel 100 µL
pada tiap sumuran yang berbeda sehingga diperoleh kadar akhir sampai dengan konsentrasi. 96 well
plate kemudian diinkubasi dengan suhu 37 oC selama 24 jam dalam inkubator CO2 5%. Setelah
dilakukan inkubasi maka media yang terdapat pada masing-masing sumuran dibuang, dicuci
menggunakan PBS 1x sebanyak 100 µL MTT 5 mg/mL dalam PBS. Plate diinkubasi kembali pada
suhu 37 oC selama 4 jam.
Apabila sel hidup, maka akan bereaksi dengan MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-
difeniltetrazoliumbromid) dan membentuk kristal formazan berwarna ungu. Sodium Dodecyl
Sulphate (SDS) 10% dalam HCl 0,01 N ditambahkan dalam sumuran untuk menghentikan reaksi
pembentukan formazan. Plate kemudian diinkubasi kembali selama 24 jam. Setelah dilakukan
inkubasi, absorbansi sel dibaca menggunakan ELISA reader dengan panjang gelombang 550 nm.
Persen sel yang hidup dihitung menggunakan data absorbansi sel dengan membuat kurva hubungan
log konsentrasi versus % sel hidup dan dihitung nilai IC50 (Haryoto et al., 2013).
2.2.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengujian menggunakan MTT assay yaitu berupa absorbansi
yang kemudian di ubah menjadi % sel yang hidup. Apabila absorbansi yang dihasilkan pada kontrol
pelarut dan kontrol sel sama, maka rumus untuk menghitung persentase sel yang hidup adalah:
( )
( )
Apabila absorbansi kontrol pelarut lebih rendah dibandingkan absorbansi kontrol, maka
rumus untuk menghitung persentase sel yang hidup adalah:
( )
( )
Uji penghambatan sel kanker T47D dilakukan menggunakan kombinasi dari esktrak etanol
bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) dengan ekstrak etanol biji sirsak (Annona muricata),
kombinasi ekstrak etanol bawang dayak dengan metotreksat, kombinasi ekstrak etanol biji sirsak
7
dengan metotreksat, dan kombinasi dari kedua esktrak dengan metotreksat yang kemudian
didapatkan dari perhitungan IC50 menggunakan regresli linier dengan sumbu x adalah log kombinasi
ekstrak etanol umbi bawang dayak dan biji sirsak terhadap metotreksat, serta kombinasi kedua
ekstrak dengan metotreksat. Sumbu y dalam perhitungan ini adalah persen sel yang hidup
(Meiyanto et al., 2017).
2.2.6 Uji Kombinasi
Indeks interaksi antara obat antikanker metotreksat dan ekstrak etanol bawang dayak serta
biji sirsak ditetapkan untuk melihat sinergisme dari suatu kombinasi, dengan menggunakan
persamaan: IK = (D)(Dx) + (D)(Dx)Dx1 dan Dx2 adalah konsentrasi dari satu senyawa tunggal yang dibutuhkan untuk
memberikan efek (IC50 terhadap pertumbuhan sel kanker payudara), sedangkan D1, dan D2
merupakan besarnya konsentrasi kedua senyawa untuk memberikan efek yang sama. Hasil Indeks
kombinasi (IK) yang diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai pada tabel berikut: (Reynolds and
Maurer, 2005)
Tabel 1. Indeks Kombinasi
IK Interpretasi
<0,1 Sinergis sangat kuat
0,1 – 0,3 Sinergis kuat
0,3 – 0,7 Sinergis
0,7 – 0,9 Sinergis ringan-sedang
0,9 – 1,1 Mendekati additive
1,1 – 1,45 Antagonis ringan - sedang
1,45 – 3,3 Antagonis
>3,3 Antagonis kuat – sangat kuat
8
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Langkah pertama dalam melakukan penelitian ini adalah melakukan ekstraksi. Sampel
yang telah diserbukkan di ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%.
Metode maserasi memiliki prinsip yaitu perendaman simplisia atau sampel menggunakan pelarut
yang sesuai pada temperatur ruang dan terlindung dari cahaya (Zubaidah. &Putu, 2015). Ekstrak
biji sirsak dibuat dengan menyari 1,4 kg serbuk biji sirsak yang telah dikeringkan menggunakan
pelarut etanol 96% sebanyak 10,5 liter. Esktrak bawang dayak dibuat dengan menyari 250 gram
serbuk umbi bawang dayak yang telah dikeringkan menggunakan 2 liter etanol 96%. Perbandingan
simplisa:solven untuk masing-masing sampel adalah 1:7,5. Hasil ekstraksi didapatkan ekstrak
kental biji sirsak yaitu 63,0854 gram dengan rendemen sebesar 4,4% dan bawang dayak didapatkan
12,01 gram ekstrak kental dengan rendemen sebesar 4,8 %.
Ekstrak kental bawang dayak dan biji sirsak yang didapatkan selanjutkan di analisis secara
kualitatif menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk mengetahui kandungan
senyawa yang terdapat didalam ekstrak yang selanjutnya di lihat kadar senyawa terbanyak dalam
ekstrak menggunakan densitometri. Kromatografi Lapis Tipis adalah jenis pemisahan senyawa yang
memiliki prinsip yaitu pemisahan komponen-komponen campuran atas dasar perbedaan adsorpsi
atau partisi dari fase diam karena pengembangan dari fase gerak (Mulja dan Suharman,
1995).Densitometri merupakan metode analisis yang berdasarkan pada interaksi elektromagnetik
dengan analit yang terdapat pada KLT sebagai bercak atau totolan (Rohman & Gandjar, 2014). Plat
KLT yang digunakan adalah plat silika GF254. Sebelum dilakukan elusi, plat KLT yang telah ditotoli
dengan sampel harus di optimasi terlebih dahulu untuk mendapatkan solven yang bisa memisahkan
secara optimal.
Hasil optimasi terhadap fase gerak memberikan hasil bahwa uji kualitatif dengan
kromatografi lapis tipis untuk bawang dayak dapat dilakukan menggunakan pelarut heksan:etil
asetat dengan perbandingan 1:9 dan biji sirsak menggunakan pelarut heksan:etil asetat dengan
perbandingan 6:4. Setelah dilakukan optimasi, maka fase gerak yang digunakan untuk memisahkan
senyawa pada sampel telah diketahui dan dapat digunakan untuk analisis kualitatif menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis yang kemudian diukur kadarnya dengan alat densitometer.
Uji kualitatif dengan KLT digunakan untuk mengelusi totolan dan akan dihasilkan suatu
bercak yang selanjutnya diperjelas dengan reagen penampak. Reagen penampak yang digunakan
antara lain; Dragendorff untuk mendeteksi senyawa golongan alkaloid, sitroborat untuk deteksi
senyawa golongan flavonoid, FeCl3 untuk mendeteksi senyawa golongan polifenol dan
Liebermann-Burchard untuk mengetahui adanya senyawa saponin steroid maupun saponin
triterpenoid. Hasil dari pemisahan dengan KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi bawang
9
dayak mengandung senyawa golongan alkaloid, polifenol, saponin steroid dan flavonoid, sedangkan
kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol biji sirsak adalah senyawa golongan
alkaloid.
Tabel 2. Hasil Deteksi Kandungan Senyawa pada Ekstrak Bawang Dayak dan Biji Sirsak dengan KLT
Pereaksi Deteksi Senyawa
Golongan
HasilBercak
ke-
Rf (cm)
Bawang
Dayak
Biji
Sirsak
Bawang
Dayak
Biji
Sirsak
Dragendorff Alkaloid + + 1 0,37 0,42
Liebermann-
Burchard
Saponin Steroid + - 2 0,77 -
Saponin triterpenoid - - - - -
FeCl3 Polifenol/fenolik + - 3 0,87 -
Sitroborat Flavonoid + - 4 0,95 -
Pengukuran kadar menggunakan densitometer dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Penentuan kadar secara kuantitatif terutama digunakan pada senyawa yang telah tersedia
baku dari sampel dengan cara membandingkan antara tinggi puncak/luas puncak dengan sampel
yang tidak ditambahkan baku (Rohman & Gandjar, 2007). Tujuan penggunaan KLT-densitometri
pada penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa yang paling banyak terdapat dalam suatu
sampel, sehingga pengukuran kadar tidak menggunakan baku atau dilakukan secara kualitatif. Plat
KLT terlebih dahulu di semprot dengan pereaksi yang dapat memperjelas bercak elusi.
Densitometer bekerja dengan melalui sistem absorbsi sinar atau emisi sinar (fluoresensi), sehingga
deteksi bercak didasarkan pada jumlah emisi sinar yang dihasilkan dari plat silika.
(a) (b) (c) (d)
1
10
(a) (b) (c) (d)
Gambar 1. Hasil KLT ekstrak etanol biji sirsak dengan fase gerak etil asetat : n-heksan (atas) (6:4) dan bawangdayak dengan fase gerak etil asetat : n-heksan (bawah) (1:9) pada fase diam Silika gel.
Keterangan:a. Deteksi reagen semprot Dragendorff pada sinar tampakb. Deteksi reagen semprot FeCl3 yang dilihat pada sinar tampak (atas) dan UV366 nm (bawah)c. Deteksi reagen semprot LB pada UV366 nm
d. Deteksi reagen semprot sitroborat pada UV366 nm
Pada plat silika sampel ekstrak umbi bawang dayak yang telah disemprot dengan beberapa
reagen semprot, pereaksi Dragendorff menunjukkan bercak paling jelas sehingga digunakan untuk
deteksi senyawa pada densitometer. Sedangkan pada biji sirsak digunakan plat KLT yang telah di
semprot dengan pereaksi sitroborat karena lebih baik dibandingkan reagen semprot lainnya dalam
memperjelas bercak pada biji sirsak.
Gambar (4) dan Gambar (5) merupakan densitogram ekstrak etanol umbi bawang
dayak dan biji sirsak. Berdasarkan hasil analisis KLT terhadap ekstrak etanol umbi bawang dayak,
diketahui adanya kandungan senyawa antara lain; alkaloid, polifenol, saponin steroid dan flavonoid.
Hasil tersebut didukung dengan data densitogram yang menjelaskan adanya golongan senyawa
flavonoid sebanyak 48,18% (Rf= 0,95 cm ), golongan polifenol sebesar 32,16% (Rf= 0,87 cm),
senyawa golongan saponin steroid sebanyak 10,87 % (Rf= 0,77 cm) dan golongan alkaloid dengan
jumlah sebesar 6,13% (Rf= 0,37 cm ). Ekstrak etanol biji biji sirsak berdasarkan analisis dengan
KLT-densitometri menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid dan ditunjukkan melalui hasil
densitogram dengan %area yang menunjukkan kadar senyawa didalam suatu ekstrak sebesar
43,95% (Rf= 0,42 cm). Hasil tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilaporkan mengenai
kandungan senyawa yang terdapat didalam kedua ekstrak.
4322
1
11
Gambar 2 dan 3. Densitogram sampel bawang dayakdan biji sirsak
Uji aktivitas antikanker terhadap sel T47D pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan 2 ekstrak, yaitu ekstrak etanol bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) dan
ekstrak etanol biji sirsak (Annona muricata). Uji sitotoksik merupakan suatu uji pendahaluan
menggunakan sel kultur secara in vitro yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan kadar
pada uji antiproliferatif. Hasil uji sitotoksik adalah nilai IC50, yaitu kadar suatu senyawa yang dapat
mengakibatkan penghambatan pertumbuhan pada 50% populasi sel. Metode yang digunakan untuk
mengamati jumlah sel yang hidup adalah MTT Assay (3 – (4–5 – dimetiltiazol-2-yl) – 2,5 – difenil
tetrazolium bromid) yang hasilnya dapat diamati melalui perubahan menjadi warna ungu pada sel
yang masih hidup.
Gambar 4. Morfologi Sel T47DKeterangan: (a) penampakan sel T47D hidup dan konfluen 80% (b) Sel dengan penambahan ekstrak etanol
umbi bawang dayak; dan (c) Sel dengan penambahan ekstrak etanol biji sirsak dengan konsentrasi yang dapatmenyebabkan kematian pada 50% populasi
(a) (b) (c)
12
Persamaan regresi linier yang diperoleh dengan metotreksat adalah y= -122,95x + 198,95.
Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung nilai IC50metotreksat dimana hasilnya adalah
16,22 μg/mL. Umbi bawang dayak memiliki persamaan regresi linear y = -146,09x + 401,36dengan
nilai IC50 yang dihasilkan pada uji sitotoksik ekstrak etanol umbi bawang dayak adalah 251,18
μg/mL. Persamaan regresi linear pada biji sirsak menghasilkan persamaan y = -104,05x + 240,50.
Perhitungan terhadap persamaan regresi linear tersebut menghasilkan nilai IC50 ekstrak etanol biji
sirsak sebesar 67,61 μg/mL. Sebelumnya, penelitian mengenai bawang dayak juga telah dilakukan
Fitri membuktikan bahwa fraksi semipolar dari ekstrak etanol umbi bawang dayak memiliki IC50
sebesar 147,12µg/mL, sedangkan sudarmawan (2009) juga telah membuktikan bahwa ekstrak
etanol umbi bawang dayak memiliki aktivitas antikanker ditunjukkan dengan nilai IC50 sebesar 125
µg/mL. Arifianti et al (2014) dan Widodo (2013) telah melakukan penelitian mengenai aktivitas
antikanker pada ekstrak biji sirsak terhadap sel T47D yang dibuktikan dengan nilai IC50 secara
berturut-turut sebesar 20,36 ± 1,58 µg/mL dan 87,71 µg/mL. Penelitian terhadap metotreksat juga
telah dilakukan oleh Taheri et al (2011) bahwa senyawa metotreksat bebas memiliki aktivitas
antikanker terhadap sel kanker payudara T47D dengan nilai IC50 sebesar 78,23 ± 3,12 nM (0,034-
0,037 µg/mL).
Tabel 3. Viabilitas sel T47D pada perlakuan dengan metotreksat, ekstrak etanol umbi bawang dayak
(Eleutherine americana Merr.) dan biji sirsak (Annona muricata)
SenyawaKonsentrasi
(µg/mL)log konsentrasi % Sel Hidup
Metotreksat
50 1,70 -0,4325 1,40 -1,20
12,5 1.10 90,866,25 0,80 91,83
Ekstrak EtanolUmbi Bawang
Dayak
125 2,10 94,45250 2,40 54,02500 2,70 5,28
Ekstrak EtanolBiji Sirsak
62,5 1,80 63,41125 2,10 1,58250 2,40 0,98
Terdapat 3 kategori aktivitas sitotoksik berdasarkan nilai IC50-nya.Suatu senyawa dikatakan
poten atau mempunyai aktivitas sitotoksik apabila memiliki IC50 <100 μg/mL, memiliki aktivitas
sitotoksik yang sifatnya moderat apabila IC50 berkisar 100-1000 μg/mL, dan tidak memiliki efek
sitotoksik apabila nilai IC50>1000 μg/mL (Prayong et al., 2008). Berdasarkan referensi tersebut
maka dari ke-3 sampel diatas yang memiliki aktivitas antikanker dengan sifat poten adalah obat
metotreksat dan ekstrak etanol biji sirsak, sedangkan ekstrak etanol umbi bawang dayak memiliki
aktivitas antikanker yang moderat.
13
Hasil IC50 yang didapatkan kemudian digunakan untuk melakukan uji kombinasi antara
ekstrak dan obat. Uji kombinasi terhadap 2 senyawa yang memiliki sifat sitotoksik memiliki tujuan
untuk mengetahui apakah kombinasi obat herbal dan obat paten dapat meningkatkan sensitivitas
dari sel kanker payudara. Seri konsentrasi yang digunakan didasarkan pada nilai IC50 yang
didapatkan dari uji sitotoksik sebelumnya dengan seri konsentrasi ½ IC50, ¼ IC50 dan 1/8 IC50
(Meiyanto et al., 2009). Tabel (4) dibawah menunjukkan bahwa kombinasi 35 μg/mL ekstrak etanol
biji sirsak dan 2 μg/mL metotreksat memberikan hasil yang sinergis ditunjukkan dengan nilai
indeks kombinasi 0,71 begitu pula dengan kombinasi antara konsentrasi biji sirsak 35 μg/mL
dengan 4 μg/mL metotreksat menunjukkan hasil sinergis dengan hasil indeks kombinasi sebesar
0,39.
Tabel 4. Nilai Indeks Kombinasi (IK) Biji Sirsak dengan Metotreksat pada Sel T47D
SenyawaMetotreksat(µg/mL)
2 4 8
ekstrakbiji
sirsak(µg/mL)
8,75 5,23 9,00 15,43
17,5 3,73 7,73 15,49
35 0,39* 0,71* 1,41* Menunjukkan efek sinergis antara Biji Sirsak dengan Metotreksat
Meskipun bawang dayak setelah dilakukan uji sitotoksik memberikan hasil berupa
aktivitas sitotoksik yang moderat namun karena peneliti ingin mengetahui hasil kombinasi antara
ekstrak umbi bawang dayak dengan metotreksat dapat menimbulkan efek yang sinergis atau
antagonis, maka uji kombinasi untuk ekstrak umbi bawang dayak dengan metotreksat tetap
dilakukan. Tabel (5) menunjukkan bahwa ekstrak umbi bawang dayak setelah dilakukan uji
kombinasi dengan obat metotreksat tidak menunjukkan adanya sinergisme pada masing-masing
konsentrasi , sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak umbi bawang dayak bersifat antagonis
bahkan ada yang berisfat antagonis kuat jika dikombinasikan dengan obat metotreksat.
Tabel 5. Nilai Indeks Kombinasi (IK) Umbi Bawang Dayak dengan Metotreksat pada Sel T47D
Konsentrasi Sampel Metotreksat(µg/mL)
2 4 8
ekstrakumbi
bawangdayak
(µg/mL)
31,25 6,89 4,97 15,10
62,5 1,42 3,03 14,13
125 1,47 x 109 1,62 x 1010 3,75 x 109
14
Uji kombinasi antara ekstrak etanol biji sirsak dan metotreksat menunjukkan nilai sinergis
yang artinya ekstrak etanol biji sirsak memiliki potensi untuk dijadikan agen ko-kemoterapi dalam
rangka menurunkan dosis yang berkaitan dengan toksisitas yang ditimbulkan oleh metotreksat.
Nilai IK pada kombinasi antara ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 35 μg/mL dengan metotreksat
2 μg/mL memiliki nilai IK yang lebih rendah dibandingkan kombinasi dengan 4 μg/mL
metotreksat. Seharusnya dengan semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka jumlah sel hidup
akan semakin sedikit, namun pada penelitian ini jumlah sel yang hidup lebih banyak pada
konsentrasi 4 μg/mL. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena heterogenitas sel di masing-masing
sumuran pada 96-well plate yang berbeda seperti jumlah sel dalam satu sumuran yang lebih banyak
pada konsentrasi 4 μg/mL dibandingkan dengan konsentrasi 2 μg/mL sehingga masih terdapat
banyak sel hidup. Selain itu juga kemungkinan terjadinya resistensi pada sel T47D yang diberikan
metotreksat dengan konsentrasi 4 μg/mL, sehingga perlu penelitian dengan jenis sel kanker yang
lain.
N-fatty acyl tryptamines yang merupakan alkaloid dalam biji sirsak diketahui memiliki
aktivitas sitotoksik. Penelitian terhadap beberapa komponen didalam N-fatty acyl tryptamines
terhadap sel MDA-MB-231 yang merupakan adenokarsinoma payudara manusia menunjukkan
aktivitas antikanker dibutikan dengan IC50<40 nM (Venepally et al., 2017). Aktivitas tersebut
berkaitan dengan kandungan asam oleat yang berisifat toksik terhadap sel kanker dengan
mekanisme kerja menghambat sintesis DNA sel (Kimura, 2002). Senyawa tersebut kemungkinan
juga bertanggung jawab dalam aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker T47D. Selain alkaloid,
acetogenins yang terdapat didalam biji sirsak juga memiliki aktivitas antikanker dengan mekanisme
kerja yaitu menghambat pertumbuhan sel melalui inhibisi pada transport elektron didalam
mitokondria sehingga menyebabkan deplesi pada produksi ATP didalam sel kanker (Qayed et al.,
2015). Obat antikanker metotreksat bekerja dengan menghambat siklus sel pada fase S (sintesis)
terutama pada sintesis purin dan pirimidin (Tian, H., et al., 2007). Sinergisitas yang ditimbulkan
kemungkinan terjadi karena mekanisme kerja antara senyawa dalam biji sirsak dan metotreksat
bersifat komplementer yang artinya saling melengkapi sehingga meningkatkan aktivitas antikanker.
Penelitian telah dilakukan oleh Feng et al. (2014) menunjukkan bahwa kombinasi antara ceramide
dan doksetaksel dengan mekanisme kerja yang bersifat komplementer satu sama lain dapat
menimbulkan efek sinergisme apabila dikombinasikan.
Kandungan senyawa golongan naftokuinon dan flavonoid dalam umbi bawang dayak
memiliki mekanisme antikanker yaitu menghambat fosfatase terutama pada adenokarsinoma
payudara sehingga perkembangan sel menjadi terganggu (Sharma & Garima, 2017). Kombinasi
antara ekstrak umbi bawang dayak dengan metotreksat menunjukkan hasil antagonis hingga
15
antagonis kuat yang artinya kedua agen tersebut tidak meningkatkan aktivitas antikanker terhadap
sel T47D ketika dikombinasikan. Sifat antagonis yang ditimbulkan dapat disebabkan karena nilai
IC50 dari bawang dayak yang tinggi pada uji sitotoksik sehingga ketika dilakukan uji pada
konsentrasi yang lebih rendah masih terdapat sel kanker yang hidup. Selain itu, konsentrasi
metotreksat yang digunakan juga diturunkan sehingga kemungkinan besar sel kanker yang hidup
semakin banyak dan terjadi antagonisme ketika dikombinasikan.
4. PENUTUP
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1) Ekstrak etanol biji sirsak, umbi bawang dayak dan metotreksat menunjukkan aktivitas antikanker
terhadap sel T47D ditunjukkan dengan nilai IC50 secara berturut-turut sebesar 67,61 μg/mLuntuk
biji sirsak, 251,18 μg/mL untuk bawang dayak dan 16,22 μg/mL untuk metotreksat.
2) Nilai IK kombinasi ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan metotreksat pada sel T47D secara
keseluruhan memberikan nilai antagonis hingga antagonis kuat.
3) Nilai IK kombinasi ekstrak etanol biji sirsak konsentrasi 35 μg/mL dengan metotreksat pada
konsentrasi 2; 4 μg/mL secara berturut-turut adalah 0,39 dan 0,71.
4) Senyawa yang terkandung pada umbi bawang dayak adalah alkaloid, flavonoid, polifenol dan
saponin steroid, sedangkan biji sirsak mengandung senyawa alkaloid.
PERSANTUNAN
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada laboran lantai 3 dan 4 Fakultas Farmasi UMS
yang telah membimbing dan membantu penulis selama penelitian berlangsung hingga selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug InformationHandbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists Association.
Allbredge, B.K., et al., 2013, Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs Tenth Edition,Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business Two Commerce Square, USA,pp:2081.
American Society of Clinical Oncology, 2003, CancerPrevention/Epidemiology, 39th AnnualMeeting 2003, Chicago.
Arifianti, L., Sukardiman, Studiawan, H., Rakhmawati, Megawati, L., 2014, Uji Aktivitas EkstrakBiji Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Sel Kanker Mamalia Secara In Vitro, JurnalFarmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 1, 63-66.
Asra, R., Zulharmita, Amrul, M., 2017, Evaluasi Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis KinerjaTinggi (KLTKT) Densitometri Silika Gel 60 F254 pada Penetapan Kadar Vitamin C yang
16
terdapat pada Daging Buah Naga Ungu (Hylocereus polyrhizus), Jurnal Farmasi Higea, 9,76-84.
Babula, P., Vojtech, A., Ladislav, H., dan Rene, K, 2009, Noteworthy Secondary MetabolitesNaphthoquinones-their Occurrence, Pharmacological Properties and Analysis, CurrentPharmaceutical Analysis, 5, 47-68.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1)Jilid 2, Bakti Husada, Jakarta, pp:25.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1)Jilid 2, Bakti Husada, Jakarta, pp:121.
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan MakananRepublik Indonesia, Jakarta, pp:66.
Burgess, G. W., 1995, Prinsip dasar elisa dan variasi konfigurasinya, dalam burgess, ElisaTechnology In Diagnosis and Research, diterjemahkan oleh Wayan, T.A., Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta, 506.
Depkes R.I., 2013, Panduan Memperingati Hari Kanker Sedunia, Depkes RI, Jakarta, pp:3.DiPiro et al., 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th Edition, The McGraw-
Hill Companies, 1279-1280.DiPiro et al., 2008, Pharmacotherapy: Principles and Practice, The McGraw-Hill Companies,
1311-1313.Feng, L. X., Li, M., Liu, Y. J., Yang, S. M., Zhang, N., 2014, Synergistic Enhancement of Cancer
Therapy Using a Combination of Cheramide and Docetaxel, International Journal ofMolecular Sciences, 15, 4201-4220.
Fidianingsih, I. dan Handayani, E. S., 2014, Annona muricata Aqueous Extract Suppresses T47DBreast Cancer Cell Proliferation, Universa Medicina, 33,19-26.
Fitri, Y., Rosidah, Suwarso S., 2014, Effects of Inhibition Cell Cycle and Apoptosis of SabrangOnion extract (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) on Breast Cancer Cells, InternationalJournal of PharmTech Research, 6, 1392-1396.
Galingging, R. Y., 2009, Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai Tanaman ObatMultifungsi, Warta Penelitian dan Pengembangan, 15, 2-4.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2008, Kimia Farmasi Analisis, Fakultas Farmasi, Universitas GajahMada, Yogyakarta. 366-367.
Gratus, C., Wilson, S., Greenfield, S. M., Damery, S. L., Warmington, S. A., Grieve, R., Steven, N.M., Routledge, P., 2009, The Use of Herbal Medicine by People with Cancer: a QualitativeStudy, BMC Complementary and Alternative Medicine, 9, 1-7.
Hara, H., Maruyama, N., Yamashita, S., Hayashi, Y., Lee K. H., Bastow K. F., Chairul, Marumoto,R., Imakura, Y., 1997, Elecanacin: a Novel New Naphthoquinon from the Bulb of Eleutherineamericana, Chem Pharm Bull, 45, 1714-1716.
Haryoto, Muhtadi, Indrayudha, P., Azizah, T., dan Suhendi A.,2013, Aktivitas Sitotoksik EkstrakEtanol Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora Linn) Terhadap Sel HeLa, T47D, dan WiDR,Jurnal Penelitian Saintek, 18, 2.
Hertz, R., Lewis, J., and Lipsett, M. B., 1961, Five Years Experience with the Chemotherapy ofMetastatic Choriocarcinoma and Related Trophoblastic Tumors in Women, AmericanJournal of Obstetrics and Gynecology, 82, 3, 631–640.
17
Idrus, R. B., Nurhayati, B., La Alio, 2013, Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid dari BijiTumbuhan Sirsak (Annona muricata Lim), Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA,Universitas Negeri Gorontalo, 7, pp:1.
Jemal, A., Rebecca, S., Jiaquan, X., dan Elizabeth, W, 2010, Cancer Statistics 2010, CA Cancer JClin, 60, 277-300.
Kuntorini, E.M. dan Nugroho, L.H, 2010, Structural Development and Bioactive Content of RedBulb Plant (Eleutherine americana Merr.); a Tradisional Medicines for Local KalimantanPeople, Biodiversitas, 11, 102-106.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Panduan Nasional Penanganan KankerPayudara, Komite Nasional Penanggulangan Kanker Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta, pp:1.
Macdonald, F., and Ford, C.H.J., 1997, Molecular Biology of Cancer, BIOS ScientificPublishersLimited, Herndon, p:1-71.
Mclaughlin, et al., 2008, Paw-paw and Cancer Annonaceous Acetogenesis from Discovery toComercial Products, Department of Medicinal Chemistry and Molecular Pharmacology,School of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Perdue University, 71 (7); 1311-1321.
Meiyanto, E., Junedi, S., Hermawan, A., Ikawati, M., 2008, Prosedur Tetap Uji Sitotoksik MetodeMTT, Cancer Chemoprevention Research Center, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada,(http://ccrcfarmasiugm.files.wordpress.com/2008/06/10-sop-uji-sitotoksik-metode-mtt.pdfdiakses 12 Mei 2017 pukul 18:31WIB).
Meiyanto, E., 2012, Ko-Kemoterapi Tingkatkan Kemanjuran pada Kemoterapi Kanker, UniversitasGajah Mada, Yogyakarta.
Moghadamtousi, S. Z., Fadaeinasab, M., Nikzad, S., Mohan, G., Aji, H. M., Kadir, H. A., 2015,Annona muricata (Annonaceae): A Review of Its Traditional Uses, Isolated Acetogenins andBiological Activities, International Journal of Molecular Sciences, Kuala Lumpur,(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4519917/ diakses 22 Januari 2018 pukul23:26 WIB).
Mosmann, T., 1983, Rapid colorimetric assay for cellular growth and survival: application toproliferation and citotoxicity assay, Journal of Immunological Method, 65: 55-63.
Prayong P., Barusrux S., Weerapreeyakul N., 2008, Cytotoxic Activity Screening of SomeIndigenous Thai Plants, Fitoterapia, 79 (7): 598-601.
Qayed, W. S., Aboraia, A. S., Rahman, H. M., Youssef, A. F., 2015, Annonaceous acetogenins as anew anticancer agent, Dher Pharma Chemica, Egypt, 7, 24-35.
Sharma, S. B. and Sharma, G., 2017, Naphthoquinones and Binaphthoquinones: Future Hope forMedicinal Chemist, Motherhood International Journal of Multidiciplinary Research andDevelopment, Uttarakhand, 1, 01-09.
Safarzadeh, E., Shotorbani, S. S., Baradaran, B., 2014, Herbal Medicine as Inducers Apoptosis inCancer Treatment, Advanced Pharmaceutical Bulletin, 4, 421-427.
Sudarmawan, I. H., 2009, Pengaruh Pemberian Fraksi Etanolik dan Petroleum Eter Ekstrak UmbiBawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.), Merr terhadap Ekspresi p53 Mutan Galur SelKanker Payudara T47D, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
Taylor, L., 2002, Herbal Secrets of the Rainforest, 2nd Edition, Sage Press, pp: 2-4.Taheri, A., Dinarvand, R., Atyabi, F., Ahadi, F., Nouri, F. S., Ghahremani, M. H., Ostad, S. N.,
Borougeni, A. T., Mansoori, P., 2011, Enhanced Anti-Tumoral Activity of Methotrexate-
18
Human Serum Albumin Conjugated Nanoparticles by Targeting with Luteinizing Hormone-Releasing Hormone (LHRH) Peptide, International Journal of Molecular Science, 12, 4591-4608.
Tian, H., Cronstein, B. N., 2007, Understanding the mechanisms of action of methotrexate;implication for the treatment of rheumatoid arthritis, NYU Medical Center, New York, 65,168-73.
Utari, K., Nursafitri, E., Sari, A. I., Sari, R., Winda, A. K., Harti, A. S., 2013, Kegunaan DaunSirsak (Annona muricata L.) untuk Membunuh Sel Kanker dan Pengganti Kemoterapi, JurnalKesmadaska, 4 (2). (http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/70/118diakses 15 Juli 2017 pukul 11:01 WIB).
Venepally, V., Prasad, R. B. N., Poornachandra, Y., Kumar, C. G., Jala, R. C., 2017, Synthesis andbiological evaluation of some new N-fatty acyl derivates of 4,5-dimethoxy tryptamine, IndianJournal Chemistry, New Delhi, 531-541.
Wagner, H., Bladt, S., 1996, Plant Drug Analysis:A Thin Layer Chromatography Atlas, SecondEdition, Springer, 359-364, New York.
Widodo, R. D., 2013, Sitotoksisitas Fraksi Semipolar Ekstrak Etanol Biji Sirsak (Annona muricataL.) terhadap Sel T47D dan Profil Kromatrogramnya, Skripsi, Fakultas Farmasi, UniversitasMuhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Wyllie, A. H., Kerr, J. F., Curie, A. R., 1980, Cell Death : The significance of a poptosis, Int. RevCytol, 68: 251-306.