UJI KUALITATIF KLORIN PADA BERAS PUTIH YANG ... Kualitatif...360 kalori, protein sebesar 6,8 g dan...
Transcript of UJI KUALITATIF KLORIN PADA BERAS PUTIH YANG ... Kualitatif...360 kalori, protein sebesar 6,8 g dan...
-
UJI KUALITATIF KLORIN PADA BERAS PUTIH YANG DIJUAL
DI PASAR ANDUONOHU KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
OLEH :
ASTRIANI ASRA
P00341014006
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017
-
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Astriani Asra
Nim : P00341014006
Tempat, dan Tgl lahir : Ambalodangge, 24 Juni 1996
Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Punggaluku, tamat tahun 2008
2. SMP Negeri 4 Kendari, tamat tahun 2011
3. SMA Negeri 3 Konawe Selatan, tamat tahun 2014
4. Sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
-
ABSTRAK
Astriani Asra (P00341014006) Uji Kualitatif Klorin Pada Beras Putih Yang Dijual
Di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Pembimbing I Muhaimin S. Kp,Ns,M.Sc,
Pembimbing II Satya Darmayani S.Si,M.Eng (xv + 43 halaman + 9 daftar gambar +
4 daftar tabel + 8 daftar lampiran). Beras merupakan bahan makanan pokok bagi
sebagian besar rakyat Indonesia. Salah satu penggunaan Bahan Tambahan Makanan
yang dilarang adalah Klorin digunakan sebagai pemutih beras, agar beras berstandar
medium terlihat seperti beras super dengan harga yang tinggi. Tujuan penelitian ini
untuk mengidentifikasi ciri fisik pada beras putih yang berklorin dan menganalisis
kandungan klorin menggunakan uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji pengendapan
di Pasar Anduonohu. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif
dengan menggunkan Metode Eksperimen yaitu Uji Reaksi Warna, Uji Nyala Api dan
Uji Pengendapan. Sampel yang diambil adalah beras putih dari 30 pedagang beras di
Pasar Anduonohu dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ke tiga uji kualitatif yang dilakukan yakni uji reaksi
warna, uji nyala api, dan uji pengendapan menunjukan hasil negatif, tidak
mengandung klorin. Berdasarkan hasil penelilitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa, ditemukannya empat ciri fisik beras putih berklorin pada sampel,
yaitu warnanya putih, mengkilap, bersih/tidak berulat, dan licin. Sedangkan ciri fisik
terciumnya bau kimia tidak ditemukan. Analisis kandungan klorin pada beras putih
menggunakan tiga uji kualitatif yakni uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji
pengendapan didapatkan hasil negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa beras putih
yang dijual di Pasar Anduonohu Kota Kendari tidak mengandung Klorin
(pemutih/bayclin) dan aman untuk dikonsumsi.
Kata kunci : Klorin, Beras Putih, Uji Kualitatif
Daftar pustaka : 33 buah (1990-2016)
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Uji Kualitatif Klorin pada Beras Putih yang dijual di Pasar Anduonohu Kota
Kendari“ yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan program Diploma III (D III) di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan.
Karya tulis ini dipersembahkan penulis kepada kedua orang tua Ayahanda
Asra Abunawas S.IP dan Ibunda Sitilaa yang senantiasa mendidik penulis,
memberikan dukungan doa dan moral serta materil hingga dapat terselesaikan dengan
baik.
Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Muhaimin S. Kp,Ns,M.Sc
selaku pembimbing I dan Satya Darmayani S.Si,M.Eng selaku pembimbing II yang
dengan tulus ikhlas telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan
atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini.
Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada:
1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Kepada Dewan Penguji, Ibu Askrening, SKM.,M.Kes, Ibu Ruth Mongan,
B.Sc.,S.Pd.,M.Pd, dan Ibu Reni Yunus, S.Si.,M.Sc, yang telah memberikan
masukan, saran, dan kritik yang sangat membangun demi perbaikan karya
tulis ini.
-
5. Kepala dan staf Laboratorium Analis Kesehatan yang telah membantu dan
mengarahkan penulis selama melakukan penelitian di Laboratorium.
6. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
7. Saudaraku (Muh. Fajar Asra dan Noval Nugraha Saputra Asra) yang telah
memberikan dukungan, motivasi selama mengikuti pendidikan.
8. Ansar La Ifu S.TP yang telah membantu, mendukung dan memberi motivasi
dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Afrindayanti, Nina Yuslina, Lisfaresliana Hasjim, Rosma Iqhasari, Sri
Suhartin Andriani, Umiyati Sharylating, Rini Hsapsanjani Putri, Pravita
Angraini Putri, Nadra Setiawati, Narti Nasir, Sitti Hartina, serta teman–
teman satu angkatan dan adik tingkat Hilman yang telah membantu,
memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu – persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan, dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi jurusan Analis Kesehatan dan penelitian selanjutnya.
Kendari, 28 Juli 2017
Penulis
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUDL ................................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................... v
MOTTO ...................................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 3 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Klorin .......................................................... 5 B. Tinjauan Umum Tentang Beras ......................................................... 10 C. Tinjauan Umum Tentang Beras Berklorin ......................................... 14 D. Tinjauan Umum Tentang Identifikasi Klorin ..................................... 16
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Teori Kerangka Konsep ..................................................................... 20 B. Bagan Kerangka Konsep .................................................................... 21 C. Variable Penelitian ............................................................................. 22 D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................ 22
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 24 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 24 C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 24
-
D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 25 E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 25 F. Jenis Data ........................................................................................... 32 G. Pengolahan Data ................................................................................. 32 H. Analisa Data ....................................................................................... 33 I. Penyajian Data.................................................................................... 33 J. Etika Penelitian .................................................................................. 33
BAB V HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .............................................................. 35
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 35
C. Pembahasan ........................................................................................ 39
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 43 B. Saran ................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Zat Klorin .................................................................................................. 5
Gambar 2.2 Struktur Klorin .......................................................................................... 7
Gambar 2.3 Beras Putih .............................................................................................. 11
Gambar 2.4 Beras Merah ............................................................................................ 11
Gambar 2.5 Beras Hitam ............................................................................................. 12
Gambar 2.6 Beras Cokelat .......................................................................................... 13
Gambar 5.1 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Reaksi Warna .......................... 36
Gambar 5.2 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Nyala Api ................................ 37
Gambar 5.3 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Pengendapan ........................... 38
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ciri beras berpemutih dan tanpa pemutih ................................................... 14
Tabel 5.1 Hasil Uji Reaksi Warna............................................................................... 36
Tabel 5.2 Hasil Uji Nyala Api..................................................................................... 37
Tabel 5.3 Hasil Uji Pengendapan ................................................................................ 38
Tabel 5.4 Hasil Uji Kualitatif pada Beras Putih .......................................................... 39
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Jurusan Analis Kesehatan
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Politeknik Kesehatan Kendari
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 6. Master Tabel
Lampiran 7. Lembar Hasil Penelitian
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem
sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan
pangan sesuai potensi daerah masing-masing akan sangat memudahkan
masyarakat karena masyarakat dapat mencukupi kebutuhan pangan dengan apa
yang tersedia didaerahnya (Hubeis, 2012).
Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan
masyarakat maka dalam pengolahan bahan pangan perlu dihindarkan
penggunaan bahan tambahan pangan yang dapat merugikan atau membahayakan
konsumen (Cahyadi, 2012). Akan tetapi, tidak jarang produsen menggunakan
bahan tambahan pangan dengan tujuan memperpanjang masa simpan atau
memperbaiki tekstur, cita rasa dan warna.
Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar rakyat
Indonesia, tidak hanya sebagai bahan makanan pokok, beras juga dapat diolah
menjadi tepung beras kemudian dijadikan sebagai bahan dasar berbagai macam
makanan dan kue. Cara pengolahan dan pemasakan beras juga sangat mudah.
Tingkat daya beli, pengetahuan mengolah dan menyajikan yang telah dikuasai
oleh masyarakat Indonesia sangat sesuai dengan beras sebagai bahan makanan
pokok (Sediaoetama, 2009).
Kandungan nilai gizi pada beras cukup tinggi yaitu karbohidrat sebesar
360 kalori, protein sebesar 6,8 g dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat
besi masing-masing 6 dan 0,8 mg. Vitamin yang utama pada beras adalah tiamin,
riboflavin, niasin dan piridoksin (Astawan, 2004).
Salah satu penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang dilarang
adalah Klorin (Cl2) dimana sering digunakan sebagai pemutih beras, agar beras
yang terstandar medium terlihat seperti beras super dengan harga yang tinggi.
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai desinfektan,
-
pemutih kertas dan proses tekstil (Departemen Luar Negeri Republik Indonesia,
2007).
Ahli Bidang Teknologi Pangan dan Gizi memastikan adanya kandungan
klorin pada beras yang banyak beredar di pasaran. Dari 16 sampel beras yang di
uji terdapat 10 sampel mengandung klorin kadarnya kisaran 20 ppm hingga 90
ppm (Gandapurnama, 2013) dan hasil inspeksi mendadak dari Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung di Pasar Simpang Dago
oleh staf pemeriksaan dan penyelidikan, Alfazri Anwar mengemukakan bahwa
beras jenis Kurmo dan Cianjur mengandung Klorin (Setiawan, 2013).
Selain itu, Tilawati, dkk (2015) melakukan penelitian terhadap 8 sampel
beras putih yang dijual di Pasar Tradisional Klepu didapatkan hasil bahwa 2
sampel beras putih yang dijual di Pasar Tradisonal Klepu mengandung Klorin.
Klorin sebagai desinfektan dan pemutih merupakan bahan yang dilarang
penggunaanya dalam makanan. Larangan ini terkandung dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 dimana klorin
tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih
atau pematang tepung dan menurut Peraturan Menteri Pertanian
No.32/Permentan/OT.110/3/2007, klorin tercatat sebagai bahan kimia berbahaya
pada proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras.
Zat klorin ini akan bereaksi dengan air dan membentuk asam hipoklorus
yang diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin yang terdapat pada
beras akan menggerus usus lambung (korosif). Akibatnya lambung rawan
terhadap penyakit maag. Dalam jangka panjang, mengkonsumsi beras yang
mengandung klorin akan mengakibatkan penyakit kanker dan ginjal (Departemen
Luar Negeri Republik Indonesia, 2007).
Jumlah pedagang beras pada Pasar Anduonohu berjumlah 30 pedagang,
Pasar Mandonga berjumlah kurang lebih 10 pedagang, dan Pasar Baruga
berjumlah kurang lebih 70 pedagang.
-
Berdasarkan data diatas, maka penulis merumuskan judul dalam tugas
akhir ini yaitu “Uji Kualitatif Klorin Pada Beras Putih yang dijual di Pasar
Anduonohu Kota Kendari”. Peneliti ingin menguji beras putih yang ada di Pasar
Andunohu, karena pasar ini merupakan salah satu pasar tradisional yang terletak
di Sulawesi Tenggara dan merupakan pusat pembelian kebutuhan sehari-hari
masyarakat di wilayah Anduonohu dan sekitarnya. Juga penelitian ini
sebelumnya belum pernah dilakukan di Pasar Anduonohu ataupun di Kota
Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah Apakah beras putih yang dijual di Pasar Anduonohu
mengandung klorin?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya kandungan klorin pada beras putih yang dijual
di Pasar Anduonohu.
2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi ciri fisik pada beras putih yang berklorin di Pasar
Anduonohu.
b. Menganalisis kandungan klorin menggunakan uji reaksi warna, uji nyala
api, dan uji pengendapan pada beras putih di Pasar Anduonohu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan bsgi
peneliti mengenai beras yang mengandung klorin.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat bermanfaat bagi produsen beras putih agar
memperhatikan hygiene dan sanitasi dalam memproduksi beras putih dan
-
konsumen dapat mengetahui bahaya beras putih yang mengandung
klorin (pemutih).
b. Sebagai sumbangasih ilmiah bagi Almamater Politeknik Kesehatan
Kendari. Juga untuk menambah koleksi perpustakaan Jurusan Analis
Kesehatan untuk menjadi bahan bacaan, terutama di bidang Toksikologi.
c. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan beras yang
mengandung klorin dan dampaknya bagi kesehatan.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Klorin
1. Pengertian Klorin
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang
ditemui dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk
terikat dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida
(NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Dalam kehidupan manusia,
klorin memegang peranan yang sangat penting yaitu banyak benda-benda
yang digunakan sehari-hari mengandung klorin seperti peralatan rumah
tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi, pendingin,
semprotan pembersih, pelarut dan berbagai produk lainnya (Hasan, 2006).
Klorin merupakan bahan kimia yang digunakan secara luas sebagai
desinfektan dan pemutih (Global Healting Centre, 2013). Pada suhu
ruangan, klorin berbentuk gas yang berwarna kuning kehijauan dan
mempunyai bau yang tajam serta iritatif (New York State Departement of
Health, 2013).
Gambar 2.1. Zat Klorin
2. Sumber dan Kegunaan Klorin
Klorin sangat penting digunakan sebagai pemutih dalam pabrik kertas
dan pakaian. Klorin juga digunakan sebagai bahan kimia pereaksi dalam
pabrik logam klorida, bahan pelarut klorinasi, pestisida, polimer, karet
sintetis dan refrigerant. Sodium hipoklorit yang merupakan
komponen/produk pemutih yang diperdagangkan, larutan pembersih, dan
-
desinfektan untuk air minum dan sistem penyaringan air buangan/limbah dan
kolam renang (Norlatifah, 2012).
Saat ini klorin sangat banyak digunakan dalam industri-industri besar
maupun dalam rumah tangga. Digunakan pada industri kertas dan tekstil.
Klorin juga digunakan untuk manufaktur, peptisida dan hebrisida, misalnya
DDT, untuk alat pendingin, obat farmasi, vinyl (pipa PVC), bahan
pembersih dan perawatan air dan air limbah. Agar dapat digunakan maka
klorin dikombinasi dengan senyawa organik (bahan kimia yang mempunyai
unsur karbon) yang biasanya menghasilkan organoklorin. Organoklorin
adalah senyawa kimia yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan karena
dapat terkontaminasi dan resisten didalam tubuh makhluk hidup
(MacDougall, 1994).
Klor merupakan desinfektan kimia yang digunakan secara luas,
terutama digunakan dalam klorinasi air untuk air minum. Paling efektif
bekerja pada pH yang rendah (Desrosier, 2008).
Kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, Hg2Cl2,
perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit
dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga(I) klorida
dan merkurium(II) oksiklorida (Svehla, 1985).
3. Sifat Klorin
Sifat kimia klorin sangat ditentukan oleh konfigurasi elektron pada
kulit terluarnya. Keadaan ini membuatnya tidak stabil dan sangat efektif. Hal
ini mengakibatkan karena strukturnya belum mempunyai 8 elektron untuk
mendapatkan strukur elektron gas mulia. Selain itu klorin bersifat sebagai
oksidator. Seperti halnya oksigen, klorin juga membantu reaksi pembakaran
dengan mengahasilkan panas cahaya.
-
Gambar 2.2. Struktur Klorin
Dalam air laut maupaun sungai, klorin akan terhidrolisa membentuk
asam hipoklorit (HClO) yang merupakan suatu oksidator (Edward, 1990).
4. Bahaya Klorin Terhadap Kesehatan
Penggunaan klorin saat ini semakin marak terjadi di masyarakat. Tidak
lagi hanya digunakan sebagai bahan baku pada industri tetapi juga tambahan
di dalam makanan. Keberadaan klorin sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia. Klorin, dalam bentuk gas maupun cairan dapat mengakibatkan luka
permanen bahkan kematian. Pada umumnya luka permanen terjadi
disebabkan oleh asap gas klorin. Klorin sangat potensial untuk menyebabkan
penyakit di kerongkongan, hidung, dan tract respiratory (saluran
kerongkongan dekat paru-paru). Klorin juga sangat membahayakan sistem
pernafasan terutama anak-anak. Dalam bentuk gas, klor dapat merusak
membran mukus dalam wujud cair dapat menghacurkan kulit. Tingkat
klorida sering naik turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium
klorida atau garam merupakan unsur utama dalam darah (MacDougall,
1994).
Dampak mengkonsumsi beras yang mengandung klorin tidak terjadi
sekarang. Bahaya untuk kesehatan akan muncul 15-20 tahun mendatang.
Khususnya jika kita mengkonsumsi beras tersebut secara terus menerus
(Steffi, 2007).
Batas paparan gas klor 1 ppm dan kadar 0,1% sudah dapat
mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Mengidentifikasinya dari
muntahan dan napas penderita keracunan, tercium bau gas klor. Selain itu,
-
gas klor akan memutihkan warna pakaian atau kain yang basah (Sartono,
2012).
Adapun efek klinis yang dapat ditimbulkan yaitu (Badan POM RI.
2010) :
a. Keracunan Akut
1) Terhirup
Iritasi mukosa membran terjadi pada 0,2-16 ppm dan batuk
pada 30 ppm. Terhirup pada 500 ppm selama 5 menit menyebabkan
fatal pada manusia dan 1000 ppm menyebabkan fatal setelah
beberapa kali bernafas dengan dalam. Kecelakaan di tempat kerja
terjadi menyebabkan luka bakar pada hidung dan mulut dengan
rhinoreehea, gangguan pernafasan dengan batuk, tersedak, mengi,
muntah, hemoptysis, nyeri substernal, dyspnea dan sianosis,
tracheobronchitis, dilaporkan juga edema paru dan pneumonitis
berkembang dengan cepat atau kemungkinan tertunda. Batuk
umumnya meningkat dengan sering dan akan menjadi parah setelah
2-3 hari dan menjadi produktif dengan adanya sputum mukopurulen
yang tebal setelah 14 hari. Kerusakan paru biasanya tidak permanen.
Gangguan pernafasan biasanya reda dalam 72 jam. Pada konsentrasi
tinggi, klorin menyebabkan keadaan sesak nafas disebabkan oleh
kram pada otot laring dan pembengkakan pada membran mukosa.
Gejala lainnya adalah salviasi, kegelisahan, bersin, muka pucat,
kemerahan pada wajah, kelemahan, suara serak, sakit kepala, pusing
dan gangguan umum. Terhirup secara berlebihan menyebabkan
kematian karena henti jantung.
2) Kontak dengan Kulit
Konsentrasi tinggi menyebabkan iritasi pada kulit dan
menyebabkan luka bakar dan sensasi seperti ditusuk, inflamasi dan
pembentukan vesikula. Kontak dengan cairan menyebabkan luka
-
bakar, blister/melepuh, kerusakan jaringan tissue dan frosbit (radang
dingin).
3) Kontak dengan Mata
Terpapar gas klorin dengan konsentrasi 3-6 ppm
menyebabakan kemerahan, rasa nyeri, pandangan kabur dan
lakrimasi.
4) Tertelan
Tertelan gas merupakan hal yang tidak mungkin. Tertelan
cairannya menyebabkan luka bakar pada bibir, mulut dan membran
mukosa pada saluran pencernaan, kemungkinan menyebabkan ulcer
atau perforasi, nyeri abdomen, takikardia, prostration dan sirkulasi
gagal.
b. Keracunan Kronik
1) Terhirup
Orang yang terpapar secara berulang pada konsentrasi rendah
menyebabkan kekurangan penciuman. Terpapar dalam jangka waktu
lama dan secara berulang pada 0.8 – 1.0 ppm menyebabkan
permanen penurunan fungsi paru meskipun penurunannya tidak
parah.
2) Kontak dengan Kulit
Gejala tergantung pada konsentrasi dan lamanya paparan.
Paparan yang berulang atau dalam jangka waktu lama menyebabkan
konjungtivitis atau gejala pada keracunan akut.
3) Kontak dengan Mata
Gejala tergantung pada konsentrasi dan lamanya paparan.
Paparan yang berulang atau dalam jangka waktu lama menyebabkan
dermatitis atau gejala pada keracunan akut.
-
B. Tinjauan Umum Tentang Beras
1. Pengertian Beras
Beras berasal dari kata weas dalam bahasa Jawa Kuno, seperti tertulis
dalam prasasti Taji yang bertahun 901 (Haryadi, 2006).
Beras merupakan bahan pokok terpenting bagi manusia khususnya di
Indonesia. Sebagai makanan pokok, beras memberikan beberapa
keuntungan, selain rasa yang netral, beras setelah dimasak akan memberikan
volume yang cukup besar dengan kandungan kalori yang cukup tinggi,
karbohidrat, lemak dan vitamin, serta dapat memberikan berbagai zat gizi
lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral
(Moehyi, 1992).
Beras yang baik adalah beras yang jika menghasilkan nasi yang empuk
(pulen) dan memberikan aroma yang harum. Lekat tidaknya butiran-butiran
beras setelah dimasak ditentukan oleh perbandingan kandungan dua zat
penting di dalamnya, yaitu, amilosa dan amilopektin. Beras yang kandungan
amilopektinnya tinggi akan lebih lekat jika dimasak (Moehyi, 2009).
Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber energi
bagi tubuh manusia. Zat-zat gizi yang terkandung kalori cukup tinggi serta
gizi lain seperti protein dan mineral sehingga bermanfaat bagi tubuh
(Hadrian, 1981)
2. Sifat Fisika Kimia Beras Dan Komponen Penyusun Beras
Dilihat dari sifat kimia pati beras tidak larut dalam air dingin dan
dalam etanol dan bila diamati dengan mikroskopik tampak butir persegi
banyak ukuran 2μm-5μm, tunggal atau majemuk, bentuk bulat telur ukuran
10μm-20μm (Muchtadi dkk, 2010).
Sifat-sifat fisika kimia beras sangat menentukan mutu dan rasa nasi
yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan
amilosa, kandungan protein dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama
muncul setelah gabah atau beras disimpan. Kerusakan lemak mengakibatkan
-
penururnan mutu beras. Selain kandungan amilosa dan protein, sifat
fisikakimia beras yang berkaitan dengan mutu beras adalah sifat yang
berkaitan dengan perubahan karena pemanasan dengan air, yaitu suhu
gelatinasi, pengembangan volume, penyerapan air, viskositas pasta dan
konsisiten gel pati (Norlatifah, 2012).
3. Jenis-jenis Beras
a. Beras Putih
Gambar 2.3. Beras Putih
Beras biasa yang berwarna putih agak transparan karena hanya
memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%
(Santika dan Rozakurniati, 2010).
b. Beras Merah
Gambar 2.4. Beras Merah
Beras merah umunya dikonsumsi tanpa melalui proses
penyosohan, tetapi hanya digiling menjadi beras pecah kulit sehingga
kulit arinya masih melekat pada endosperma. Kulit ari beras merah kaya
akan serat, minyak alami, dan lemak esensial. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa beras merah dapat menjadi sumber antioksidan
-
yang baik bagi kesehatan. Antioksidan yang dihasilkan beras merah
berasal dari pigmen antosianin. Komposisi gizi per 100 g beras merah
terdiri atas protein 7,5 g, lemak 0,9 g, karbohidrat 77,6 g, kalsium 16
mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, dan vitamin B1 0,21 mg (Santika dan
Rozakurniati, 2010).
c. Beras Hitam
Gambar 2.5. Beras Hitam
Beras hitam adalah varietas local berwarna hitam yang hanya
tumbuh dan dibudidayakan di daerah tertentu saja. Penduduk menyebut
beras hitam dengan nama berbeda-beda. Di China, beras hitam disebut
Beras Terlarang, karena di masa kekaisaran Cina hanya boleh
dikonsumsi pasra bangsawan dan rakyat dilarang memaannya. Di Solo,
beras ini dikenal dengan nama Beras Wulung. Di Cibeusi, Subang, Jawa
Barat dikenal dengan Beras Gadog. Di Sleman beras Cempo Ireng atau
beras Jlitheng, dan di Bantul beras Melik. Beras hitam mengandung
banyak aleuron dan endospermia memproduksi antosianin sehingga
warna beras menjadi ungu pekat mendekati hitam. Zhimin Xu, staf
pengajar Ilmu Pangan di Lousiana State University of Agricultural
Center di Baton Rouge, melaporkan bahwa selain antioksidan,
antosianin, beras hitam juga mengandung kadar gula yang lebih sedikit,
lebih banyak serat dan vitamin E. Disamping rasanya yang enak, pulen,
dan wangi, beras hitam juga memiliki keunggulan lain, misalnya
manfaatnya bagi kesehatan. Penelitian mengenai kandungan nutrisi
-
beras menunjukkan bahwa beras hitam mengandung zat besi sebesar
15,52 ppm. Beras hitam berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan
chirosis), mencegah gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker/tumor,
memperlambat penuaan, sebagai antioksidan, membersihkan kolesterol
dalam darah, dan mencegah anemia (Bank Pengetahuan Tanaman
Pangan Indonesia, 2010).
d. Beras Cokelat
Gambar 2.6. Beras Cokelat
Beras cokelat / pecah kulit (brown rice) hanya membuang
lapisan terluar (gabah), sehingga kandungan zat gizi yang kaya pada
kulit terluar beras masih utuh. Warnanya memang cokelat, aroma dan
rasanya sangat khas, mirip ketan. Beras organik warna cokelat adalah
beras yang tidak digiling atau setengah kenyal daripada beras putih.
Meskipun lebih cepat basi, tetapi beras organik warna cokelat lebih
bernutrisi. Satu takar beras cokelat lebih bernutrisi. Satu takar beras
cokelat (brown rice) mengandung 90% kebutuhan Mangan (Mn), 21%
kebutuhan Magnesium (Mg), dan 14% kebutuhan serat perhari. Beras
cokelat mengandung Selenium (Se), mineral yang berfungsi penting
dalam mencegah timbulnya keganasan, metabolisme tubuh, anti-
oksidan, dan berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh. Asam lemak
esensial yang terkandung pada beras cokelat dapat menurunkan
kolesterol LDL (bad cholesterol) sampai 7%. Ditambah kandungan
-
serat, Mg dan vitamin B, maka beras cokelat juga melindungi dari
penyakit kardiovaskuler (Katalog beras coklat organik, 2012).
C. Tinjauan Umum Tentang Beras Berklorin
1. Ciri-ciri Beras Berklorin
Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Dalam memilih
beras tentunya, masyarakat menginginkan beras yang putih, bersih dan
mengkilap. Tapi kini banyak beredar di pasaran yang diduga mengandung
zat-zat berbahaya diantaranya pemutih (klorin) yang sangat berbahaya bagi
tubuh terutama lambung (Steffi, 2007).
Adapun ciri-ciri beras yang mengandung klorin terlihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1. Ciri beras berpemutih dan tanpa pemutih. (Norlatifah, 2012).
NO. BERAS BERPEMUTIH BERAS TANPA PEMUTIH
1. Warna putih sekali Warna putih kelabu
2. Beras lebih mengkilap Beras tidak mengkilap
3. Licin dan tercium bau kimia Kesat dan tidak berbau
4. Jika di cuci, warna air hasil
cucian beras kelihatan bening
Jika di cuci, warna air hasil
cucian beras keruh kekuningan
5.
Jika beras direndam selama 3
hari tetap bening dan tidak
berbau
Jika beras direndam selama 3
hari, beras akan menimbulkan
bau tidak sedap
6.
Ketika sudah di masak dan
ditaruh di dalam penghangat
nasi dalam semalam nasi sudah
menimbulkan bau tidak sedap
Ketika sudah di masak dan
ditaruh di dalam penghangat nasi
tahan 1 hari 1 malam tanpa
menimbulkan bau tidak sedap
2. Peraturan Larangan Zat Klorin Pada Beras
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988
tentang Bahan Tambahan Makanan. Bahwa klorin tidak tercatat sebagai
Bahan Tambah Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan Pematang
tepung.
Pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang pelarangan penggunaan bahan kimia
-
berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras.
Peraturan ini bertujuan untuk menjamin mutu beras bebas dari bahan kimia
berbahaya, memberi perlindungan terhadap masyarakat atas mutu dan
keamanan pangan serta memberi ketenteraman bathin masyarakat terhadap
beras yang dikonsumsi. Bahan kimia berbahaya yang dilarang digunakan
dalam proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras tersebut antara
lain Klorin dan senyawanya, Bromat dan senyawanya, Asam borat dan
senyawanya, Asam salisilat dan garam-garamnya, dietilpirokarbonat
(Diethylpirocarbonate DEPC), Dulsin (Dulcin), Kloramfenikol
(Chloramphenicol), Nitrofurazon (Nitrofurazone), Larutan
formaldehyde/formalin, Rodhamin B, Paraformadehyde, Tiroksan dan
Kuning metanil (Peraturan Menteri Pertanian, 2007).
3. Pemutih yang Diperbolehkan dan Dilarang
Pemutih yang diperbolehkan yaitu bahan–bahan tambahan pangan
yang tergolong ke dalam pemutih dan pematang tepung umumnya adalah
senyawa organik dan garam–garam organik. Beberapa persenyawaan
tersebut adalah asam askorbat, kalsium steroil-2-laktilat, natrium steroil
fumarat, natrium-2-laktilat, dan L-sistein (Cahyadi, 2012). Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988
tentang Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan pemutih dan pematang
tepung diantaranya Asam Askorbat, Aseton Peroksida, Azodikarbonamida,
Kalsium Stearoil-2-laktilat, Natrium Stearyl Fumarat, Natrium Stearoil-2-
laktilat dan L-Sisteina (Hidroklorida).
Adapun zat pemutih yang dilarang antara lain klorin dan senyawanya.
Hal ini tercantum Pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
32/Permentan/OT.140/3/2007.
-
D. Tinjauan Umum Tentang Identifikasi Klorin
1. Kualitatif
Analisa kualitatif adalah menentukan ada atau tidaknya sebuah senyawa,
tetapi tidak massa atau konsentrasinya. Analisa kualitatif tidak menghitung
jumlah. Uji kualitatif pada analisis klorin terdiri dari :
a. Uji Reaksi Warna
Reaksi warna adalah prosedur kimia dalam pengujian senyawa
dengan menggunakan pereaksi dengan mengamati warna yang terbentuk
atau perubahan warna yang terjadi. Cara ini digunakan untuk senyawa
anorganik baik itu kation, anion, ataupun juga untuk senyawa organik
seperti teknik skrining fitokimia dalam pemilihan metabolit sekunder
tumbuhan. Adapun kelebihan kekurangannya yaitu :
Kelebihan :
1) Sederhana sehingga mudah dan cepat dilakukan
2) Mudah diinterprestasikan
3) Warna terbentuk dengan cepat dan mudah diamati
4) Sensitifitasnya cukup tinggi
5) Murah
6) Tidak memerlukan alat yang mahal & keahlian yang tinggi.
Kekurangan :
1) Warnanya dapat ditutupi oleh ketidakmurnian atau adanya senyawa
lain
b. Uji Nyala Api
Uji nyala api adalah suatu prosedur analisis yang digunakan
dalam ilmu kimia untuk mendeteksi keberadaan unsur tertentu, terutama
ion logam, berdasarkan karakteristik spectrum emisi masing-masing
unsur. Uji nyala api dilakukan dengan membakar senyawa uji kemudian
melihat warna nyala spesifik yang dihasilkan maka dapat diketahui
-
senyawa yang terkandung di dalamnya. Adapun kelebihan dan
kekurangannya yaitu :
Kelebihan :
1) Cepat
2) Mudah
3) Biayanya murah
Kekurangan :
1) Memiliki kesulitan dalam mendeteksi beberapa unsur dalam jumlah
kecil
2) Jika terlalu besar juga cenderung memudarkan warna nyala hingga
tidak muncul sama sekali.
c. Uji Pengendapan
Uji pengendapan merupakan uji yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam-garam yang tidak mudah larut. dimana pada saat
sampel yang diuji ditambah dengan pereaksi akan membentuk endapan.
Adapun kelebihan dan kekurangannya yakni :
Kelebihan :
1) Cepat dan mudah
2) Biayanya murah
Kekurangan :
1) Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti, terutama jika
terdapat efek kopresipitasi.
2. Kuantitatif
Analisa kuantitatif adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengetahui
kadar suatu senyawa dalam sampel, dapat berupa satuan mol, ataupun
persentase dalam gram.
-
a. Metode Argentometri Mohr
Metode Argentometri Mohr merupakan titrasi pengendapan
sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Metode ini
digunakan untuk penetapan kadar halogenida seperti klorida dan
bromida yang membentuk endapan perak nitrat pada suasana netral.
Kelebihan:
1) Titik akhir titrasi lebih mudah terlihat.
2) Alat yang digunakan sederhana
3) Pelaksanaannya mudah dan cepat
4) Keakuratan dan ketelitian yang cukup tinggi
5) Dapat digunakan pada konsentrasi klorin yang rendah.
Kekurungan:
1) Lingkungan untuk titrasi berada pada suasanan netral sedikit alkalis
pH 6 -10.
2) Pada suasana asam CrO42- dapat melarut sehingga Ag2CrO4 tidak
mengendap.
3) Dalam suasana basa, AgNO3 akan bereaksi dengan basanya sehingga
hasil titrasi akan salah.
b. Metode Iodometri
Klorin yang bersifat oksidator akan ditetapkan kadarnya,
direaksikan denagn ion iodida berlebih sehingga iodium dibebaskan,
baru kemudian iodium yang dibebaskan ini dititrasi dengan larutan baku
sekunder Na2S2O3 dengan menggunakan indicator amilum.
Kelebihan:
1) Penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung
bereaksi.
2) Penambahan kanji diawal titrasi.
-
3) Warna titik akhir lebih mudah teramati dari tidak berwarna menjadi
biru.
Kekurangan:
1) Penitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi contoh
harus dilakukan terlebih dahulu.
2) Pada saat titrasi dikhawatirkan kehilangan ion iod.
3) Dalam keadaan asam, larutan iod dapat dioksidasi oleh udara.
Karena analisa kualitatif ini mudah, cepat dan tidak memerlukan alat yang
mahal atau biayanya murah. Sehingga peneliti mengambil uji kualitatif ini untuk
mengetahui kandungan klorin pada beras putih.
-
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Dalam memilih
beras tentunya, masyarakat menginginkan beras yang putih, bersih dan
mengkilap. Tapi kini banyak beredar di pasaran yang diduga mengandung zat-zat
bebahaya diantaranya pemutih (klorin) yang sangat berbahaya bagi tubuh
terutama lambung.
Klorin merupakan bahan kimia yang digunakan secara luas sebagai
desinfektan dan pemutih. Penggunaan klorin saat ini semakin marak terjadi di
masyarakat. Tidak lagi hanya digunakan sebagai bahan baku pada industri tetapi
juga tambahan di dalam makanan.
Beras adalah bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi tubuh
manusia. Beras terbagi berbagai menjadi berbagai macam yaitu beras putih, beras
merah, beras cokelat, dan beras hitam. Di pasaran beras dijual secara eceran
maupun secara kemasan.
Karena banyaknya beras yang mengandung klorin dijual dipasaran dan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang beras yang mengandung klorin, hal
ini mendorong penulis untuk meneliti apakah beras putih yang di jual di Pasar
Anduonohu mengandung klorin.
-
B. Bagan Kerangka Konsep
Bahan Kimia yang dilarang
pada proses penggilingan padi
yaitu Klorin dan senyawanya.
KUALITATIF
1. Uji Reaksi Warna - Positif : biru - Negatif : bening
2. Uji Nyala Api - Positif : berwarna hijau - Negatif : tidak berubah menjadi
hijau
3. Uji Pengendapan - Positif : endapan putih - Negatif : tidak menghasilkan
endapan putih
KUANTITATIF
1. Metode Argentometri Mohr - Positif : endapan warna merah kecoklatan. Hitung
dengan Rumus :
N AgNO3𝑉 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3
- Negatif : tidak terbentuknya endapan 2. Metode Iodometri
- Positif : bening menjadi biru, dititrasi dengan Na2S2O3 hingga menjadi kuning jerami, ditambah
indicator amilum dan titrasi dilanjutkan hingga
warna biru hilang tepat. Hitung dengan rumus :
Kadar klorin % = 𝑉1−𝑉2 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑙2 (35,46)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 100 %
- Negatif : tidak berubah menjadi hijau
Indikasi ciri fisik
beras berklorin:
1. Warnanya putih
mengkilap
2. Teksturnya licin
3. Berbau bahan
kimia
Beras
Ecera
n
UJI
LABORATORIUM
Beras Putih
Kandungan klorin pada beras
-
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
C. Variable Penelitian
1. Variabel Independen (Bebas)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Klorin dan
senyawanya.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Beras
Putih.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Klorin yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan zat pemutih yang
digunakan agar beras putih yang dijual di Pasar Andunohu terlihat berwarna
putih mengkilap dan teksturnya licin.
2. Beras putih dalam penelitian ini adalah beras putih yang berasal dari 30
pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota Kendari, dimana beras putih ini
adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi tubuh
manusia.
3. Uji kualitatif dalam penelitian ini adalah uji keberadaan klorin pada beras
putih yang dijual di Pasar Anduonohu dengan menggunakan uji reaksi
warna, uji nyala api, dan uji pengendapan.
Kriteria Objektif
Dikatakan ada Klorin pada Beras Putih jika :
a. Uji reaksi warna menghasilkan warna biru lembayung.
b. Uji nyala api menghasilkan warna hijau.
c. Uji pengendapan menghasilkan endapan putih.
-
Dikatakan tidak ada Klorin pada Beras Putih jika :
a. Uji reaksi warna tidak menghasilkan warna bening atau tidak berwarna.
b. Uji nyala api tidak menghasilkan warna hijau.
c. Uji pengendapan tidak menghasilkan endapan putih.
-
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif dengan
menggunkan Metode Eksperimen yaitu Uji Reaksi Warna, Uji Nyala Api dan Uji
Pengendapan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 18 Juli - 27 Juli 2017. Dimana tempat
pengambilan sampel penelitian dilakukan di Pasar Anduonohu Kota Kendari.
Sedangkan pengujian kandungan klorin pada beras di lakukan di Laboratorium
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh
beras putih bermerek yang dijual oleh 30 pedagang secara eceran di Pasar
Anduonohu Kota Kendari.
2. Sampel
Sampel adalah merupakan bagian populasi yang diambil dengan cara
tertentu, dimana pengukuran dilakukan (Sugiyono, 2009).
Pada penelitian ini, 14 sampel diambil dari pedagang beras, yang
digunakan berupa beras putih bermerek yang dijual secara eceran di Pasar
Anduonohu Kota Kendari. Teknik yang digunakan adalah teknik Sampling
Purposif (purposive sampling) dimana teknik ini mengambil sampel yang
sesuai dengan kriteria atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang
paling mudah dijangkau atau didapatkan (Nasir dkk, 2011).
-
a. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
Beras tidak patah-patah
Warna putih
Bersih atau tidak berulat
2) Kriteria Eksklusi
Beras tidak patah-patah
Warna kekuning-kuningan
Kotor atau berbatu
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
mengambil beras dari pedagang. Jenis beras putih yang telah terpilih menjadi
sampel penelitian sebagai bahan pengujian dibawa ke ruang laboratorium.
Kemudian, dilakukan pemeriksaan uji kualitatif klorin pada beras putih. Data
dikumpulkan dari sumber-sumber penelitian yang relevan, baik yang diperoleh
melalui buku, bahan kuliah, dan informasi–informasi yang ada kaitannya dengan
penelitian ini dijadikan sebagai landasan teoritis dalam penulisan karya tulis.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para responden
yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir dkk, 2011). Instrumen
dalam penelitian ini adalah berupa alat, bahan, dan prosedur penelitian untuk
mengetahui beras yang mengandung klorin.
1. Alat
a. Spiritus
b. Erlenmeyer
c. Gelas ukur
d. Pipet ukur
-
e. Pipet tetes
f. Labu ukur
g. Batang pengaduk
h. Tabung reaksi
i. Rak tabung reaksi
j. Corong
k. Neraca analitik
l. Aluminium foil
m. Ose bulat
n. Kaki tiga
o. Asbes
p. Gegep
q. Sendok tanduk
r. Cawan porselen
2. Bahan
a. AgNO3 5 %
b. HNO3 3 N
c. HCl pekat
d. Aquadest
e. Sampel Beras Putih
f. Amilum 1 %
g. Kalium Iodida 10 %
h. Klorin atau cairan pemutih (Bayclin)
s. Kertas saring
t. Tisu
3. Prosedur Kerja
Uji kualitatif terhadap keberadaan klorin menggunakan tiga uji yaitu
uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji pengendapan. Dimana prosedur
kerjanya sebagai berikut:
-
a. Uji Reaksi Warna
Pra Analitik
Cara Pembuatan Amilum 1 %
1) Siapkan alat dan bahan
2) Timbang 0,5 gr Amilum
3) Masukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan 50 ml
aquadest.
4) Aduk, panaskan di atas spiritus agar larutan homogen.
5) Dinginkan, kemudian masukkan larutan kedalam labu ukur 100
ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas dan homogenkan.
Cara Pembuatan Kontrol Sampel Positif
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Timbang 10 gr sampel beras putih.
3) Masukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest
sebanyak 50 ml.
4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.
5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring, ambil filtrat
sebanyak 2 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
6) Filtrat tersebut kemudian di tambahkan larutan pemutih
secukupnya.
7) Tambahkan larutan Amilum 1 % sebanyak 3 tetes dan larutan
Kalium Iodida 10 % 3-5 tetes.
8) Warna air beras akan menjadi biru atau terjadi perubahan warna.
Cara Pembuatan Kontrol Sampel Negatif
1) Siapkan alat dan bahan
2) Timbang 10 gr sampel beras putih.
3) Masukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest
sebanyak 50 ml.
4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.
-
5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring, ambil filtrat
sebanyak 2 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
6) Tambahkan larutan Amilum 1 % sebanyak 3 tetes dan larutan
Kalium Iodida 10 % 3-5 tetes.
7) Warna tetap bening atau tidak terjadi perubahan warna.
Analitik
Cara Pemeriksaan Sampel yang Mengandung Klorin
1) Siapkan alat dan bahan
2) Timbang 10 gr sampel beras putih.
3) Masukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest
sebanyak 50 ml.
4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.
5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring, ambil filtrat
sebanyak 2 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
6) Tambahkan larutan Amilum 1 % sebanyak 3 tetes dan larutan
Kalium Iodida 10 % 3-5 tetes.
7) Amati perubahan reaksi yang terjadi.
Pasca Analitik
Interpretasi hasil :
1) Positif (+) : Terjadi perubahan warna menjadi biru
2) Negatif (–) : Tidak terjadi perubahan warna atau warna tetap
bening.
b. Uji Nyala Api
Pra Analitik
Cara Pembuatan Kontrol Sampel Positif
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Ambil sampel secukupnya lalu masukkan ke dalam cawan
porselen kemudian tambahkan larutan pemutih.
-
3) Jarum ose di bersihkan dan di celupkan ke dalam HCl pekat
kemudian di bakar hingga bersih.
4) Sampel beras putih yang akan di uji nyalanya di tempelkan pada
ose dan di bakar diatas spiritus.
5) Nyala api akan berwarna hijau karena membentuk halogenida
yang menguap.
Cara Pembuatan Kontrol Sampel Negatif
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Ambil sampel secukupnya lalu masukkan ke dalam cawan
porselen.
3) Jarum ose di bersihkan dan di celupkan ke dalam HCl pekat
kemudian di bakar hingga bersih.
4) Sampel beras putih yang akan di uji nyalanya di tempelkan pada
ose dan di bakar diatas spiritus.
5) Warna yang muncul diamati dan dicatat.
6) Nyala api tidak berwarna hijau atau tidak berwarna.
Analitik
Cara Pemeriksaan Sampel yang Mengandung Klorin
1) Siapkan alat dan bahan
2) Jarum ose di bersihkan dan di celupkan ke dalam HCl pekat
kemudian dibakar hingga bersih.
3) Sampel beras putih yang akan di uji nyalanya di tempelkan pada
ose dan di bakar diatas spiritus.
4) Warna yang muncul diamati dan dicatat.
-
Pasca Analitik
Interpretasi hasil :
1) Positif (+) : Nyala api akan berwarna hijau
2) Negatif (–) : Nyala api tidak berwarna hijau atau tidak
berwarna
c. Uji Pengendapan
Pra Analitik
Cara Pembuatan Kontrol Sampel Positif
1) Siapkan alat dan bahan
2) Timbang 10 gr sampel beras putih.
3) Masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest
sebanyak 50 ml.
4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.
5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring.
6) Ambil filtrat sebanyak 3 ml masukkan ke dalam tabung reaksi.
7) Filtrat tersebut kemudian di tambahkan larutan pemutih
secukupnya.
8) Tambahkan larutan asam nitrat (HNO3) 3 N sebanyak 1 ml lalu
panaskan sampai mendidih selama 2-3 menit.
9) Ketika masih panas, tambahkan 5 tetes larutan perak nitrat
(AgNO3) 5 %
10) Akan terbentuk endapan berwarna putih.
Cara Pembuatan Kontrol Sampel Negatif
1) Siapkan alat dan bahan
2) Timbang 10 gr sampel beras putih.
3) Masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest
sebanyak 50 ml.
4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.
5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring.
-
6) Ambil filtrat sebanyak 3 ml dan masukkan ke dalam tabung
reaksi.
7) Tambahkan larutan asam nitrat (HNO3) 3 N sebanyak 1 ml lalu
panaskan sampai mendidih selama 2-3 menit.
8) Ketika masih panas, tambahkan 5 tetes larutan perak nitrat
(AgNO3) 5 %.
9) Tidak terbentuk endapan berwarna putih.
Analitik
Cara Pemeriksaan Sampel yang Mengandung Klorin
1) Siapkan alat dan bahan
2) Timbang 10 gr sampel beras putih.
3) Masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest
sebanyak 50 ml.
4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.
5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring.
6) Ambil filtrat sebanyak 3 ml dan masukkan ke dalam tabung
reaksi.
7) Tambahkan larutan asam nitrat (HNO3) 3 N sebanyak 1 ml lalu
panaskan sampai mendidih selama 2-3 menit.
8) Ketika masih panas, tambahkan 5 tetes larutan perak nitrat
(AgNO3) 5 %.
9) Amati perubahan yang terjadi.
Pasca Analitik
Interpretasi hasil :
1) Positif (+) : Terbentuk endapan berwarna putih
2) Negatif (–) : Tidak terbentuk endapan berwarna putih
-
F. Jenis Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari tempat pengujian, yaitu : hasil
pengujian sampel beras putih bermerek yang ada di Pasar Anduonohu.
2. Data Sekunder
Data dari sumber-sumber penelitian yang relevan, baik yang
diperoleh melalui buku, bahan kuliah, dan informasi–informasi yang ada
kaitannya dengan penelitian ini dijadikan sebagai landasan teoritis dalam
penulisan karya tulis.
G. Pengolahan Data
1. Editing
Editing berfungsi untuk meneliti kembali apakah isian dalam
lembarkuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat pengumpulan
data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi.
2. Coding
Pengkodean / coding adalah klarifikasi bentuk jawaban- jawaban yang
ada didasarkan dengan jenis- jenisnya, kemudian diberi kode sesuai dengan
karakter masing- masing yang berupa angka untuk memudahkan dalam
pengolahan data (Arikunto, 2006).
3. Tabulating
Merupakan langkah memasukan data–data hasil penelitian kedalam
tabel – tabel sesuai kriteria.
4. Cleaning
Langkah ini digunakan untuk menghilangkan data yang tidak perlu.
5. Entry Data
Pada langkah ini, data–data yang diperoleh dimasukan kedalam lembar
kerja komputer untu memudahkan pengolaham data.
-
H. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis
Desktiptif Kualitatif. Analisis Deskriptif Kualitatif ini digunakan untuk
mendeskripsikan hasil penelitian dari uji laboratorium. Data-data yang diperoleh
dideskripsikan serta dijelaskan bagaimana bisa didapat hasil penelitian seperti
itu. Data-data kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dari data-data tersebut
dapat menjawab rumusan masalah yang ada.
I. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan juga disajikan dalam
bentuk textular yaitu disajikan dalam bentuk tulisan atau narasi.
J. Etika Penelitian
1. Informed consent (Lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar
persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan disertai dengan judul penelitian dan manfaat
penelitian.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika merupakan masalah yang diberikan jaminan dalam
penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak diberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentionality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah–masalah lainnya.
Suatu informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
-
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Pasar Anduonohu bertempat di Jln. Poros Anduonohu, Kel. Anduonohu,
Kec. Poasia, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Beroperasi setiap hari
dari pagi hingga sore hari. Pasar Anduonohu di bangun pada tahun 1997, diatas
lahan milik Pemerintah Kota Kendari dengan luas lahan 5.000 m2. Luas
bangunan pasar anduonohu adalah 4.500 m2, dengan jumlah kios 257 petak,
jumlah lods 125 petak, dan jumlah lapak 33 unit.
Pasar anduonohu banyak menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari
masyarakat, seperti pakaian jadi, textile, sepatu sandal, sayuran, ikan basah dan
kering, ayam potong/kampong, daging sapi, aneka bumbu masak, sembako
(beras), elektronik, kosmetik, alat tulis kantor (ATK), kaset CD dsn aksesoris.
Dalam pasar anduonohu terdapat 30 pedagang beras. Dimana pedagang menjual
berbagai macam beras, yakni beras putih, beras merah, beras hitam, beras
cokelat, dan beras ketan. Pedagang beras juga menyediakan berbagai merek
beras putih, seperti Beras Kepala dan Beras Ciliwung yang sering dibeli oleh
masyarakat.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian uji kualitatif klorin pada beras putih yang dijual di Pasar
Anduonohu Kota Kendari, meliputi :
1. Uji Reaksi Warna
Dalam uji kualitatif klorin menggunakan uji reaksi warna, terlebih
dahulu dilakukan uji pendahuluan terhadap sampel yang digunakan sebagai
pembanding yaitu berupa kontrol positif dimana sampel beras putih telah
diberi klorin (bayclin) dan kontrol negatif dimana sampel beras putih yang
peneliti dapatkan dari pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota Kendari,
kemudian keduanya dilakukan uji reaksi warna dan hasilnya terjadi
-
perubahan warna pada Kontrol Positif yaitu menjadi warna biru, sedangakan
pada Kontrol Negatif tidak terjadi perubahan warna seperti pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Reaksi Warna
Hasil uji kualitatif klorin terhadap empat belas sampel beras putih
menggunakan uji reaksi warna menunjukkan indikasi negatif mengandung
Klorin, karena ke empat belas sampel tersebut setelah diuji tidak mengalami
perubahan warna seperti pada kontrol positif, yaitu keempat belas smpel
tersebut sama seperti warna pada kontrol negatif yaitu bening atau tidak
terjadi perubahan warna. Berikut ini Tabel hasil uji reaksi warna :
Tabel 5.1 Hasil Uji Reaksi Warna
No. Sampel Hasil Pengamatan Hasil Akhir
1 Kontrol Negatif ( - ) Bening Negatif
2 Kontrol Positif ( + ) Biru Positif
3 A1 – I1 Bening Negatif
2. Uji Nyala Api
Untuk uji kualitatif klorin menggunakan uji nyala api, terlebih dahulu
dilakukan uji terhadap sampel yang digunakan sebagai pembanding yaitu
berupa kontrol positif dimana sampel beras putih telah diberi klorin (bayclin)
dan kontrol negatif dimana sampel beras putih yang peneliti dapatkan dari
pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota Kendari, kemudian keduanya
dilakukan uji nyala api dan hasilnya terjadi perubahan warna pada Kontrol
(+) (-)
-
Positif yaitu nyala api menjadi hijau, sedangakan pada Kontrol Negatif tidak
terjadi perubahan nyala api seperti pada gambar 5.2.
Gambar 5.2 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Nyala Api
Pengujian Klorin telah dilakukan pada keempat belas sampel beras
putih yang dijual di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Masing-masing beras
yang dibakar di atas nyala api tidak menghasilkan warna hijau. Dapat
disimpulkan bahwa beras putih yang diuji tidak mengandung Klorin. Berikut
ini Tabel hasil dari uji nyala api:
Tabel 5.2 Hasil Uji Nyala Api
No. Sampel Hasil Pengamatan Hasil Akhir
1 Kontrol Negatif ( - ) Tidak berwarna Negatif
2 Kontrol Positif ( + ) Berwarna hijau Positif
3 A1 – I1 Tidak berwarna Negatif
3. Uji Pengendapan
Pada uji kualitatif klorin menggunakan uji pengendapan, terlebih
dahulu juga dilakukan uji terhadap sampel yang digunakan sebagai
pembanding yaitu berupa kontrol positif dimana sampel beras putih telah
diberi klorin (bayclin) dan kontrol negatif dimana sampel beras putih yang
peneliti dapatkan dari pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota Kendari,
kemudian keduanya dilakukan uji pengendapan dan hasilnya pada Kontrol
Positif yaitu adanya endapan putih, sedangakan pada Kontrol Negatif tidak
adanya endapan putih seperti pada gambar 5.3.
(+) ( - )
-
Gambar 5.3 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Pengendapan
Pengujian Klorin dengan menggunakan uji pengendapan telah
dilakukan pada keempat belas sampel beras putih yang dijual di Pasar
Anduonohu Kota Kendari. Masing-masing beras yang diuji tidak
menghasilkan endapan berwarna putih, Hasil akhir pengujian hanya larutan
berwarna putih bening. Hal ini membuktikan bahwa ketiga beras tersebut
tidak mengandung Klorin. Berikut ini adalah Tabel hasil uji pengendapan:
Tabel 5.3 Hasil Uji Pengendapan
No. Sampel Hasil Pengamatan Hasil Akhir
1 Kontrol Negatif ( - ) Tidak ada endapan Negatif
2 Kontrol Positif ( + ) Ada endapan Positif
3 A1 – I1 Tidak ada endapan Negatif
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ke tiga uji kualitatif yang
dilakukan yakni uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji pengendapan
menunjukan hasil negatif, tidak mengandung klorin. Berikut ini tabel hasil uji
kualitatif pada beras putih yang dijual di Pasar Anduonohu kota Kendari.
Tabel 5.4 Hasil Uji Kualitatif pada Beras Putih
No. Sampel Uji Kualitatif Hasil Pengamatan Hasil
Akhir
1 A1 – I1 Uji Reaksi Warna Bening Negatif
2 A1 – I1 Uji Nyala Api Tidak berwarna Negatif
3 A1 – I1 Uji Pengendapan Tidak ada endapan Negatif
(+) (-)
-
C. Pembahasan
Penggunaan klorin pada beras bertujuan untuk membuat beras menjadi
lebih putih dan mengkilap agar beras yang berstandar medium terlihat seperti
beras yang berkualitas super. Pengambilan sampel beras dilakukan pada tanggal
20 Juli – 21 Juli 2017 pada beberapa pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota
Kendari, terdapat 30 pedagang beras dimana hanya 9 pedagang beras yang
dijadikan sebagai tempat pengambil sampel. Sampel beras putih yang diambil
sesuai dengan kriteria inklusi yakni beras tidak patah-patah, warna putih, bersih
atau tidak berulat dan berkutu. Dari 9 pedagang akan didentifikasi 14 sampel
beras berbagai merek tercantum dalam lampiran 7 (bagian A).
Pada uji reaksi warna digunakan reagen KI 10% dan amilum 1%. Pada uji
kontrol negatif saat ditetes larutan amilum 1% sebanyak 3 tetes dan ditetes
larutan kalium iodida 10% sebanyak 3 – 5 tetes tidak ada perubahan warna,
sedangkan pada kontrol positif setelah diteteskan amilum 1% hingga larutan uji
tercampur yang berarti larutan uji telah melarut dengan amilum, kemudian
diidentifikasi dengan penambahan larutan KI 10%, pada tetes pertama terbentuk
warna kuning muda pada larutan yang hanya timbul sesaat kemudian hilang yang
berarti larutan uji telah larut sempurna dengan KI, pada tetes kedua terbentuk
warna biru yang sedikit dan menghilang, pada tetes ketiga sampai tetes kelima
terjadi perubahan warna menjadi biru. Pada hasil penelitian diperoleh semua
sampel beras dengan uji kualitatif mendapatkan hasil negatif atau tidak
mengandung klorin dalam sampel beras karena sampel uji tidak mengalami
perubahan warna menjadi biru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Wongkar, dkk (2014) dalam penelitiannya dari 9 sampel yang diambil dari tiga
pasar di Kota Manado, tidak terdapat beras yang mengandung klorin setelah di
uji menggunakan metode reaksi warna dan metode iodometri.
Uji nyala api dilakukan dengan membakar senyawa uji kemudian melihat
warna nyala spesifik yang dihasilkan maka dapat diketahui senyawa yang
terkandung di dalamnya. Berdasarkan dari pengertiannya, klorin merupakan gas
-
yang berwarna kuning kehijauan dengan bau sangat menyengat. Maka ketika
dibakar diatas nyala api, klorin akan berubah menjadi gas dengan warna kuning
kehijauan. Hal ini sesuai dengan teori pengujian nyala api oleh Auterhoff, ketika
sampel beras yang diuji positif mengandung Klorin maka nyala api akan
berwarna hijau. Pada gambar 5.2, dapat terlihat nyala api untuk kontrol positif
berubah menjadi hijau. Tetapi pada saat melakukan penelitian warna hijau pada
uji nyala api tidak bertahan lama. Kekurangan dari uji nyala api ini yaitu
memiliki kesulitan dalam mendeteksi beberapa unsur dalam jumlah kecil dan jika
terlalu besar juga cenderung memudarkan warna nyala hingga tidak muncul sama
sekali.
Uji pengendapan merupakan uji yang melibatkan pembentukan endapan
dari garam-garam yang tidak mudah larut. Dimana pada saat sampel yang diuji
ditambah dengan pereaksi akan membentuk endapan putih seperti pada kontrol
positif. Hal ini sesuai dengan penelitian Rusy, dkk (2016) yang menyatakan
bahwa setelah sampel beras putih yang telah diberi klorin (bayclin) ditambahkan
HNO3 3N dan dipanaskan sampai mendidih lalu ditambahkan lagi 5 tetes AgNO3
akan menghasilkan endapan putih.
Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada saat proses penggilingan padi
diduga tidak dicampurkan zat klorin atau pemutih. Selain itu dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan pula bahwa para pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota
Kendari tidak mencampurkan zat klorin atau pemutih pada beras yang
diperdagangkan kepada masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
Jika hasil uji kualitatif positif dapat dilanjutkan dengan uji kuantitatif
menggunakan Metode Argentometri Mohr atau menggunakan Metode Iodometri.
Tilawati, dkk (2015) yang berjudul Identifikasi Dan Penetapan Kadar Klorin
(Cl2) dalam Beras Putih di Pasar Tradisional Klepu dengan Metode
Argentometri, hasil identifikasi dari 8 sampel beras putih dengan uji reaksi warna
terdapat 2 sampel positif mengandung klorin. Sampel yang positif mengandung
-
klorin dilanjutkan dengan penetapan kadar secara Argentometri mohr
menggunakan larutan AgNO3 dan indikator K2CrO4.
Klorin atau pemutih banyak diperjualbelikan di pasaran dalam bentuk
kalsium hipoklorit atau dikenal sebagai kaporit. Klorin sendiri adalah zat kimia
yang berfungsi sebagai desinfektan, pembunuh kuman dan pemutih di bidang
industri, misalnya bahan pemutih kertas dan pemutih pakaian. Klorin yang
ditambahkan sebagai Bahan Tambahan Makanan bertujuan untuk memutihkan,
desinfektan dan untuk mempertahankan kualitas beras. Namun beberapa
produsen kurang peduli dengan dampak negatif tersebut.
Berdasarkan efek negatif tersebut maka pemerintah melarang penggunaan
klorin sebagai Bahan Tambahan Makanan (BTM). Hal ini tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/per/IX/1988
tentang bahan tambahan makanan, disebutkan bahwa klorin tidak tercatat sebagai
Bahan Tambahan Makanan (BTM) dalam kelompok pemutih dan pematang
tepung. Selain itu dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia
Berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras,
disebutkan bahwa klorin dan senyawanya dilarang digunakan pada beras.
Penyimpangan dalam pemakaiannya akan membahayakan kesehatan manusia,
khususnya buat generasi muda sebagai penerus bangsa. Di bidang pangan,
diperlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan
yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu dan bergizi.
-
BAB VI
PENUTUP
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelilitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ditemukannya empat ciri fisik beras putih berklorin pada sampel beras putih
yang dijual di Pasar Anduonohu, yaitu warnanya putih, mengkilap,
bersih/tidak berulat, dan licin. Sedangkan ciri fisik terciumnya bau kimia
tidak ditemukan pada sampel beras putih.
2. Analisis kandungan klorin pada beras putih di Pasar Anduonohu yang
menggunakan tiga uji kualitatif yakni uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji
pengendapan didapatkan hasil negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
beras yang dijual di Pasar Anduonohu Kota Kendari tidak mengandung
Klorin (pemutih/bayclin) dan aman untuk dikonsumsi.
E. Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka dapat disarankan :
1. Kepada masyarakat untuk tetap teliti dalam memilih dan membeli beras.
Sebaiknya perhatikan ciri-ciri beras yang mengandung klorin atau pemutih
yaitu warna putih mengkilap, licin dan tercium bau kimia.
2. Kepada produsen beras diharapkan tidak menambahkan bahan-bahan
berbahaya kedalam bahan pangan salah satunya zat klorin karena efeknya
yang membahayakan bagi tubuh dan kesehatan.
3. Kepada instansi terkait diharapkan selalu memantau kualitas beras yang
nantinya dikonsumsi oleh masyarakat luas dari bahan-bahan berbahaya
contohnya zat klorin.
4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi zat-zat
berbahaya lainnya seperti Rhodamin B, Asam borat, formaldhyde/formalin,
yang ditambahkan pada beras.
-
DAFTAR PUSTAKA
Adeansyah K. 2014. Identifikasi Zat Klorin pada Beras Putih Di Pasar Kahayan Kota
Palangka Raya [Skripsi]. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Cetakan I. Penerbit
Tiga Serangkai. Solo
Auterhoff, H., Kovar K.A., 2002. Identifikasi Obat. ITB Bandung. Bandung
Cahyadi, W., 2012. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. PT.
Bumi Aksara. Jakarta
Departemen Kesehatan RI, Peraturan menteri kesehatan RI No.
772/Menkes/PER/IX/1988, tentang bahan tambahan pangan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI;1988.
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Beras jernih dan licin bahayakan
kesehatan lambung. 2007.
Edward. 1990. Klorin. Lonawarta [3: 43]. Ambon
Farid M. 2015. Identifikasi Klorin Pada Beras yang Dijual di Pasar Kindai Limpuar
Kecamatan Gambut [Skripsi]. Banjarmasin: Politeknik Kesehatan
Banjarmasin.
Gandapurnama, B. 2013. BBPOM Bandung Temukan Beras Mengandung Pemutih
Pakaian.
http://news.detik.com/read/2013/07/17/130608/2305499/486/2/bbpomband
ung-temukan-beras-mengandung-pemutih-pakaian-artikel. Diakses 24 juni
2017. Jam 20:00 WIB
Hasan, A. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknologi Lingkungan.
BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Vol. 7, No. 1
Hubeis M, Widyastuti H, Wijaya NH. 2012. Strategi produksi pangan organik yang
bernilai Tambah tinggi berbasis petani.
MacDougall, J.A.A. 1994. Expos Pencemaran di Sumut. Diakses 2 April 2015
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaran Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Jakarta: Bhatara.
Moehyi, S. 2009. ILMU GIZI 2. Penerbit Papas Sinar Sinarti. Jakarta: 63, 66.
-
Nasir A, Muhith A, Ideputri ME. 2011. Buku Ajar: Metodologi Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Mediksa. Hal 56, 187, 190, 199, 224, 234.
New York State Department of Healt. 2013. The Facts About Clorine General
Information. New sYork.
Norlatifah. 2012. Identifikasi Klorin secara Kualitatif Pada Beras Yang Dijual Di
Pasar Besar Kecamatan Pahandut Palangka Raya.
Nurnawati H. 2015. Kandungan Klorin pada Beras Putih Di Pasar Tanjung
Kabupaten Jember. Jember: Universitas Jember.
Pemerintah Kota Kendari. Perusahaan Daerah Pasar Kota Kendari. Buku Database
Pedagang Unit Pasar Anduonohu. Periode Tahun 2017.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988 tentang
Bahan Tambahan Makanan.
Peraturan Menteri Pertanian No. 32 tahun 2007. Tentang Pelarangan Penggunaan
Bahan Kimia Berbahaya Pada Proses Penggilingan Padi, Huller dan
Penyosohan Beras.
Rahmi S. 2016. Identifikasi Kualitatif Klorin pada Beras yang Diperjualbelikan di
Pasar. Vol.2(1):72-77.
Rusy IR, Elmiawati L, Mega KT. 2016. Identifikasi Klorin Secara Kualitatif Pada
Beras Merek X. Vol.7(1).
Samiha YT, Syarifah, Elmiana DA. 2016. Analisis Klorin Pada Beras Di Pasar Induk
Jakabaring Dan Sumbangsihnya Terhadap Mata Pelajaran Biologi Pada
Materi Makanan Bergizi Dan Menu Seimbang Di Kelas XI SMA/MA.
Jurnal Biota. Vol.2(1):93-98.
Sediaoetama, A.D., 2009. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Cetakan
Keempat. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta
Setiawan, D. 2013. 10 Jenis Beras di Surabaya Mengandung Klorin
http://industri.kontan.co.id/news/10-jenis-beras-di-surabaya-
mengandungklorin. Diakses 24 juni 2017. Jam 20:00 WIB
Sinuhaji. D.N. (2009). Perbedaan Kandungan Klorin (Cl2) Pada Beras Sebelum dan
Sesudah Dimasak Tahun 2009. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
http://industri.kontan.co.id/news/10-jenis-beras-di-surabaya-mengandungklorinhttp://industri.kontan.co.id/news/10-jenis-beras-di-surabaya-mengandungklorin
-
Tilawati W, Agustina A, Arrosyid M. 2015. Identifikasi dan Penetapan Kadar Klorin
(Cl2) dalam Beras Putih di Pasar Trasdisional Klepu dengan Metode
Argentometri. Journal Of Pharmacy Science. 34-44.
Ulfa AM. 2015. Penetapan Kadar Klorin (Cl2) pada Beras Menggunakan Metode
Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol.9(4):197-200.
U.S. Department Of Health and Human Services. 2007. Chlorine. Diakses 5 April
2015
Wongkar YI, Abidjulu J, Wehantouw F. 2014. Analisis Klorin pada Beras yang
Beredar di Pasar Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol.3(3):342-346.
Yude SA, Lestari Y, Endrinaldi. 2016. Identifikasi dan Penentuan Kadar Klorin pada
Beras yang Dijual di Pasar Raya Padang. Jurnal Kesehatan. Vol.5(3):653-
655
Zaenah S. 2014. Identifikasi Formalin pada Mie Basah di Pasar Borobudur. Karya
tulis ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Magelang.
-
LAMPIRAN 8. DOKUMENTASI PENELITIAN
A. Sampel Beras
A1 BERAS
CILIWUNG
B1 BERAS
CILIWUNG
C1 BERAS
CILIWUNG
C2 BERAS
SANTANA
D1 BERAS
KEPALA E1 BERAS
KEPALA
E2 BERAS
CILIWUNG
F1 BERAS
KEPALA
-
B. Bahan yang digunakan
Amilum 1%
Kalium Iodida 10%
F2 BERAS
CILIWUNG F3 BERAS
PANAWAI
G1 BERAS
KEPALA H1 BERAS
KONAWE
H2 BERAS
KEPALA I1 BERAS
SLYP SUPER
-
HCl Pekat
Asam Nitrat (HNO3) Pekat
Perak Nitrat (AgNO3)
Asam Nitrat (HNO3) 3N
Klorin (Bayclin/Pemutih)
Kertas Saring
-
C. Alat yang digunakan
Neraca Analitik
Spiritus
Karet Penghisap/Filler
Sendok Tanduk
Batang Pengaduk
Asbes
-
Kaki Tiga
Pipet Ukur
Pipet Tetes
Corong
Ose Bulat
Aluminium Foil
-
Rak Tabung
Tabung Reaksi
Labu Ukur
Gelas Ukur
Erlenmeyer
D. Proses Penelitian
Proses Penimbangan
Sampel
-
Proses Penimbangan
Amilum
Proses Pengujian Sampel
E. Hasil dari sampel beras putih yang telah diuji
Hasil Uji Reaksi Warna
Hasil Uji Nyala Api
A1 B1 C1 C2 D1 E1 E2
F1 F2 F3 G1 H1 H2 I1
-
Hasil Uji Pengendapan