Uji Daya Berkecambah

11
Uji Daya Berkecambah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menghindari kegagalan, maka perlu di ketahui terlebih dahulu apakah biji atau benih tanaman budi daya yang akan di sebar di lapangan dapat berkecambah dengan baik dan dalam wakt yang memadai. Cara-cara yang dilakukan tersebut dikenal dengan uji daya kecambah benih. Suatu biji tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu : 1. Embrio biji tersebut masih hidu 2. Biji tidak dalam keadaan dorman 3. Faktor lingkungan menguntungkan untuk pekecambahan. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil yang negative maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan seperti letersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara melakukan uji daya berkecambah benih. II. TINJAUAN PUSTAKA Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metoda uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur. (anonymous, 2008). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap vigor benih : 1. Genetik 2. Tingkat kemasakan --> Waktu panen 3. Kondisi lingkungan selama perkembangan benih

description

tugas kuliah

Transcript of Uji Daya Berkecambah

Uji Daya BerkecambahI. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Untuk menghindari kegagalan, maka perlu di ketahui terlebih dahulu apakah biji atau benih tanaman budi daya yang akan di sebar di lapangan dapat berkecambah dengan baik dan dalam wakt yang memadai. Cara-cara yang dilakukan tersebut dikenal dengan uji daya kecambah benih. Suatu biji tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :1. Embrio biji tersebut masih hidu2. Biji tidak dalam keadaan dorman3. Faktor lingkungan menguntungkan untuk pekecambahan.Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil yang negative maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan seperti letersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara melakukan uji daya berkecambah benih.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metoda uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur. (anonymous, 2008).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap vigor benih :1. Genetik2. Tingkat kemasakan --> Waktu panen3. Kondisi lingkungan selama perkembangan benih- temperatur dan kesediaan air --> benih bit gula selama periode pemasakan benih pada kondisi suhu 35 oC lebih cepat perkecambahannya dibanding suhu 30 oC- Kesuburan tanah4. Ukuran dan Densitas benih5. Kerusakan mekanik --> mempengaruhi daya kecambah dan daya simpanbenih6. Umur dan tingkat kemunduran7. Serangan mikroorganisme selama penyimpanan8. suhu rendah selama imbibisi (semsilomba, 2008).

Ekstraksi benih merupakan kegiatan mengeluarkan dan membersihkan benih dari bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan daging buah. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica. (anonymous,2008)

Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan rerumputan. Perkecambahan Epigeal Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah

Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lamtoro (Sadjad,1993)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada :1. Hari/tanggal : Senin, 14 Desember 20092. Tempat : Laboratorium Benih.3. Pukul : 13.00-15.00

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini APB tipe IPB 73-2B, ember, alat pengempa kertas dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah benih kedelai, jagung, kertas merang, plastik, label, karet gelang dan air.

3.3 Cara Kerja

1. Kertas merang direndam dalam air hingga basah semua bagiannya. Lalu dikempa pada pengempa kertas hingga tiris dan cukup lembab.2. Dua lembar kertas merang diletakkan pada selembar plastik.3. Benih yang diuji ditanam diatas merang tersebut (no 2), 25 butir benih perlembaran dengan susunan yang teratur dan rapih.4. Dua lembar kertas merang lembab lagi digunakan untuk menutup benih yang telah tersusun rapi (no 3).5. Dari salah satu sisi lembar kertas, benih yang telah ditanam itu diulung perlahan-lahan sehingga membentuk gulungan yang rapih.6. Label tanda uji disiapkan dan ditulis padanya Nama penguji, Nama uji, Nama benih, dan tanggal pengujian.7. Letakkan gulungan no 6 pada rak didalam APB 73-2B dengan kedudukan berdiri (UKDdp = Uji kertas digulung didirikan dalam plastik).8. Diamati pada hari ke 3 sampai hari ke 5 dan dicatat datanya.9. Ditentukan persentase DB, benih abnormal, dan benih mati.10. Catat data dalam table.11. Digambar kecambah normal yang diamati.

3.2 Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan cara :1. Diamati pada hari ke-tiga kecambah yang telah dapat dinyatakan dengan normal diambil dan dihitung, sedangkan benih yang belum berkecambah atau kecambah yang belum dapat dinyatakan normal dibiarkan tetap dalam substrat dan dikembalikan pada APB untuk pengamatan hari berikutnya.2. Pada hari ke-lima ditentukan kecambah normal, kecambah abnormal dan benih mati

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Tabel 1 Data Pengamatan Uji Daya Berkecambah BenihJenis Benih Ulangan Pengamatan (dalam jumlah benih)I II TotalN N AN BM N AN BMKedelai 1 7 13 3 2 20 3 22 9 11 4 1 20 4 13 15 9 1 0 24 1 04 8 10 2 5 18 2 5Rataan 9.75 10.75 2.5 2 20.5 2.5 2Jagung 1 7 8 2 8 15 2 82 13 7 2 3 20 2 33 9 11 1 4 20 1 4Rataan 9.67 8.67 1.67 5 18.33 1.67 5

4.2 Perhitungan

Perhitungan daya berkecambah =

A. Pada benih kedelai

Ulangan 1 pengamatan 1 (%N) = 7 x 100% = 28 %25

Ulangan 1 pengamatan 2 (%N) = 13 x 100% = 52 %25

Ulangan 1 pengamatan 2 (%AN) = 3 x 100% = 12 %25

Ulangan 1 pengamatan 2 (%AM) = 2 x 100% = 8 %25

Total (%N) Ulangan 1 = 28 % + 52 % = 80%

Total (%AN) Ulangan 1 = 12%

Total (%BM) Ulangan 1 = 8%

Ulangan 2 pengamatan 1 (%N) = 9 x 100% = 36 %25

Ulangan 2 pengamatan 2 (%N) = 11 x 100% = 44 %25

Ulangan 2 pengamatan 2 (%AN) = 4 x 100% = 16 %25

Ulangan 2 pengamatan 2 (%AM) = 1 x 100% = 4 %25

Total (%N) Ulangan 2 = 36 % + 44 % = 80%

Total (%AN) Ulangan 2 = 16%

Total (%BM) Ulangan 2 = 4%

Ulangan 3 pengamatan 1 (%N) = 15 x 100% = 60 %25

Ulangan 3 pengamatan 2 (%N) = 9 x 100% = 36 %25

Ulangan 3 pengamatan 2 (%AN) = 1 x 100% = 4 %25

Ulangan 3 pengamatan 2 (%AM) = 0 x 100% = 0 %25

Total (%N) Ulangan 2 = 60 % + 36 % = 96%

Total (%AN) Ulangan 2 = 4%

Total (%BM) Ulangan 2 = 0%

Ulangan 4 pengamatan 1 (%N) = 8 x 100% = 32 %25

Ulangan 4 pengamatan 2 (%N) = 10 x 100% = 40 %25

Ulangan 4 pengamatan 2 (%AN) = 2 x 100% = 8 %25

Ulangan 4 pengamatan 2 (%AM) = 5 x 100% = 20 %25

Total (%N) Ulangan 2 = 32 % + 40 % = 72%

Total (%AN) Ulangan 2 = 8%

Total (%BM) Ulangan 2 = 20%

B. Pada benih jagung

Ulangan 1 pengamatan 1 (%N) = 7 x 100% = 28 %25

Ulangan 1 pengamatan 2 (%N) = 8 x 100% = 32 %25

Ulangan 1 pengamatan 2 (%AN) = 2 x 100% = 8 %25

Ulangan 1 pengamatan 2 (%AM) = 8 x 100% = 32 %25

Total (%N) Ulangan 1 = 28 % + 32 % = 60%

Total (%AN) Ulangan 1 = 8%

Total (%BM) Ulangan 1 = 32%Ulangan 2 pengamatan 1 (%N) = 13 x 100% = 52 %25

Ulangan 2 pengamatan 2 (%N) = 7 x 100% = 28 %25

Ulangan 2 pengamatan 2 (%AN) = 2 x 100% = 8 %25

Ulangan 2 pengamatan 2 (%AM) = 3 x 100% = 12 %25

Total (%N) Ulangan 2 = 52 % + 28 % = 80%

Total (%AN) Ulangan 2 = 8%

Total (%BM) Ulangan 2 = 12%

Ulangan 3 pengamatan 1 (%N) = 9 x 100% = 36 %25

Ulangan 3 pengamatan 2 (%N) = 11 x 100% = 44 %25

Ulangan 3 pengamatan 2 (%AN) = 1 x 100% = 4%25

Ulangan 3 pengamatan 2 (%AM) = 4 x 100% = 16%25Total (%N) Ulangan 2 = 36% + 44 % = 80%

Total (%AN) Ulangan 2 = 4%

Total (%BM) Ulangan 2 = 16%

Tabel 2 Hasil Perhitungan Uji Daya Berkecambah Benih

Jenis Benih Ulangan Pengamatan (Dalam %)I II TotalN N AN BM N AN BMKedelai 1 28 52 12 8 80 12 82 36 44 16 4 80 16 43 60 36 4 0 96 4 04 32 40 8 20 72 8 20Rataan 39 43 10 8 82 10 8Jagung 1 28 32 8 32 60 8 322 52 28 8 12 80 8 123 36 44 4 16 80 4 16Rataan 38.67 34.67 6.67 20 73.33 6.67 20

4.3 Pembahasan

Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya radikel menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah dilakukan uji daya perkecambahan benih.

Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.

Pengujian daya berkecambah ini dapat dilakukan dalam beberapa metode. Untuk menentukan metode apa yang digunakan hal tersebut tergantung pada jenis dan karakter tumbuh benih. Metode yang biasa dilakukan adalah:

a) Uji pada kertas ( yang digunakan dalam praktikum)b) Uji antar pasirc) Uji pasir

Setelah penanaman dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kecambah. Evaluasi kecambah dilakukan 2 kali pada benih jagung dan kedelai evaluasi pertama dilakukan pada hari ke 3 dan evaluasi hari kedua dilakukan pada hari ke 5. Pada evaluasi yang pertama hanya dilihat kecambah normal saja. Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:

a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baikb) Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptilc) Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.

Dengan kriteria tersebut kecambah normal diambil lalu dipisahkan dari benih yang belum berkecambah. Jumlah kecambah normal tersebut kemudian dihitung. Pada evaluasi kedua yaitu melihat adanya kecambah normal, kecambah abnormal, benih yang tidak berkecambah (benih keras, benih segar tidak tumbuh, benih mati/ busuk). Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :

a) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.b) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.c) Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.

Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:

a) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.b) Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.c) Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya.

Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan rerumputan.

Gambar perkecambahan epigeal (kiri atas) dan perkecmbahan hypogeal (kanan atas)

Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lamtoro.

Perkecambahan hipogeal adalah perecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon tetap berada di bawah permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, plumula dan radikel masing-masing menembus kulit benih. Radikel menuju ke bawah dilinungi oleh koleoriza, dan plumula menuju ke atas dilindungi oleh koleoptil. Setelah kolepotil menembus permukaan tanah dari bawah mencapai udara, lalu membuka dan plumula terbebas dari lindungan koleoptil dan terus tumbuh dan berkembang, sedangkan koleotil sendiri berhenti tumbuh. Beberapa contoh benh dengan perkecambahan epigeal adalah padi, jagung, dan sorgum.

Persyaratan perkecambahan benih:a) Faktor internal : kemasakan benih, faktor eksternal. air, udara, suhu, dan cahaya. Kemasakan benih Makin tinggi tingkat kemasakannya persentase perkecambahannya juga makin tinggi. Persentase perkecambahan maksimum dicapai oleh benih yang telah masak fisiologis.b) Faktor Eksternal: Ketersediaan Air (Kapasitas Lapang), Udara (Oksigen dan CO2) : O2 udara normal (20%) baik untuk perkecambahan, Suhu lingkungan (berpengaruh pada proses metabolisme sel) Sehingga berpengaruh pada perkecambahan Istilah suhu kardinal: (suhu minimum, optimum, maksimum)Cahaya beberapa jenis perlu/tidak pertlu cahaya, Fitokrom: Suatu senyawa pigmen protein yang fotoreversibel (dapat berubah karena perubahan cahaya) Bertanggungjawab pada proses perkecambahan dan pembungaan

Rangkaian peristiwa selama proses perkecambahan berlangsung, yaitu: Imbibisi, Aktivasi Enzim, Perombakan simpanan cadangan, Inisiasi pertumbuhan embrio, Pemunculan radikel dan Pemantapan kecambah

Pada praktikum ini didapatkan data hasil percobaan uji daya berkecambah benih, yaitu rata-rata persentase kecambah normal pada benih kedelai yaitu 82, rata-rata persentase kecambah abnormal 10 dan rata-rata persentase benih mati 8. sehingga dapat disimpulkan bahwa benih kedelai memiliki daya berkecambah benih yang tinggi. Sedangkan rata-rata persentase kecambah normal pada benih jagung yaitu 73.33, rata-rata persentase kecambah abnormal 6.67 dan rata-rata persentase benih mati 20. sehingga dapat disimpulkan bahwa benih jagung memiliki daya berkecambah lebih rendah dari pada benih kedelai. Hal ini dapat terjadi mungkin karena benih jagung yang kurang baik karena lamanya berada ditempat penyimpanan, sehingga daya berkecambah benih menurun. Kecambah normal dapat digambarkan sebagai berikut:

IV. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa1. Uji daya berkecambah benih dilakukan untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah pada lingkungan yang serba memadai.2. Pengamatan praktikum dilakukan 2 kali, pengamatan pertama pad hari ketiga setelah tanam dan pengamatan kedua pada hari kelima setelah tanam.3. Pengamatan pertama dilakukan dengan pengambilan kecambah normal dan dihitung, pada pengamatan kedua ditentukan kecambah normal, kecambah abnormal dan benih mati.4. Ciri-ciri kecambah normal yaitu apabila semua bagiannya (akar, hipokotil atau skutelum, plumula dan kotiledon) menunjukkan kesempurnaan dan lengkap tanpa kerusakan.5. Persentase rata-rata kecambah normal pada jagung yaitu 73.33% dan persentase kecambah normal pada kedelai yaitu 82%.6. Daya berkecambah benih kedelai lebih baik dari pada daya berkecambah benih jagung.5.2 SaranSemua hal yang mendukung kelancaran praktikum sudah sangat bagus, baik dari segi kelengkapan alat maupun tenaga pengajar (asisten). Semoga dapat terus ditingkatkan pada masa-masa mendatang sehingga praktikan dapat mengikuti praktikum dengan baik.