Uji Boraks

6
 PENDIDIKAN KIMIA UIN SGD BANDUNG 2010 Uji Nyala pada Sampel Boraks Uji Nyala pada Sampel Boraks Uji Nyala pada Sampel Boraks Uji Nyala pada Sampel Boraks Laporan Praktikum K ELAS K IMIA B  Disusun Oleh: 1. Rofa Yulia Azhar 2. Samadin 3. Muhammad Ridwanullah 4. Windayanti

description

Boraks, Uji Boraks, Uji Boraks dengan Uji Nyala, Uji Nyala Boraks

Transcript of Uji Boraks

  • PENDIDIKAN KIMIA UIN SGD BANDUNG

    2010

    Uji Nyala pada Sampel BoraksUji Nyala pada Sampel BoraksUji Nyala pada Sampel BoraksUji Nyala pada Sampel Boraks

    Laporan Praktikum

    K E L A S K I M I A B

    Disusun Oleh:

    1. Rofa Yulia Azhar

    2. Samadin

    3. Muhammad Ridwanullah

    4. Windayanti

    5. Siti Fatmawati

  • 1

    UUUUUUUUjjjjjjjj iiiiiiii NNNNNNNNyyyyyyyyaaaaaaaallllllllaaaaaaaa SSSSSSSSaaaaaaaammmmmmmmppppppppeeeeeeeellllllll BBBBBBBBoooooooorrrrrrrraaaaaaaakkkkkkkkssssssss

    1. Dasar Teori Maraknya kasus zat pengawet makanan pada miee, tahu, dan ikan asin

    sungguh memprihatinkan. Betapa tidak? Dibalik nikmatnya hidangan mie ayam, bakso, atau batagor, zat kimiea berbahaya ikut menyelinap masuk ke tubuh kita. Repotnya, kita sebagai konsumen sulit menentukan apakah mie dan tahu yang kita santap mengandung boraks atau tidak. Kandungan boraks hanya bisa diketahui melalui uji laboratorium.

    Bahaya Bahan Pengawet Ilegal Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai bahan pengawet merupakan

    faktor utama penyebab penggunaan formalin dan boraks pada miee. Beberapa survei menunjukkan, alasan produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet karena daya awet dan mutu miee yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya, tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan.

    Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung membeli makanan berharga murah, tanpa mengindahkan kualitas.Dengan demiekian, penggunaan formalin dan boraks pada mie dianggap hal biasa. Sulitnya membedakan mie biasa dan mie yang dibuat dengan penambahan formalin dan boraks, juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku konsumen tersebut.

    Deteksi formalin dan boraks secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu melalui uji formalin dan uji boraks.Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran dan pengetahuan bagi produsen dan konsumen tentang bahaya pemakaian bahan kimia yang bukan termasuk kategoribahan tambahan

  • 2

    pangan. Selain itu, diperlukan sikap pemerintah yang lebih tegas dalam melarang penggunaan kedua jenis pengawet tersebut pada produk pangan.

    Mie basah digunakan untuk produk makanan seperti mie bakso, mie soto bogor, mie goreng, ataupun pada pembuatan makanan cemilan lainnya. Kadar air mie basah tergolong tinggi sehingga daya awetnya rendah. Penyimpanan mie basah pada suhu kamar selama 40 jam menyebabkan tumbuhnya kapang. Untuk itu, dalam pembuatan mie basah diperlukan bahan pengawet agar mie bisa bertahan lebih lama.

    Mungkin karena faktor ketidaktahuan banyak produsen yang menggunakan formalin atau boraks sebagai pengawet. Selain memberikan daya awet, kedua bahan tersebut juga murah harganya dan dapat memperbaiki kualitas mie. Menurut beberapa produsen, penggunaan boraks pada pembuatan mie akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Sementara itu, penggunaan formalin akan menghasilkan mie yang lebih awet, yaitu dapat disimpan hingga 4 hari.

    Menurut Winarno dan Rahayu (1994), pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala yang biasa timbul antara lain sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan saraf, atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah), dan haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3jam.

    Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi (Winarno dan Rahayu, 1994).

    Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak

  • 3

    kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 gram atau lebih.

    Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar uapnya, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Tentu sebelumnya telah diketahui bahwa serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakan menghsilkan warna nyala hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks.

    2. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin penyusun capai dalam pelaksanaan uji nyala terhadap

    sampel boraks adalah: Mengidentifikasi indikasi adanya boraks pada sampel bahan makanan

    melalui uji nyala. Uji hipotesis akan hipotesis yang diajukan oleh Winarno dan Rahayu

    yang menyatakan bahwa uji borak hanya bisa dilakukan dengan uji lab, sedangkan menurut sumber dari surat kabar menyatakan bahwa uji borak bisa dilakukan dengan uji Organoleptik

    3. Alat dan bahan : 1. Cawan porselen 2. Tang Krus

    3. Gelas Kimia Kecil 4. Lumpang dan alu 5. H2SO4 pekat 6. Metanol (spirtus) 7. sampel : mie basah, bakso, siomay, bleng, dll

  • 4

    4. Prosedur Percobaan. Prosedur percobaan yang kami lakukan terbagi kedalam dua jenis yaitu uji

    nyala dan uji organoleptik. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

    a. Uji nyala pada sampel 1. Timbanglah sejumlah sampel masing-masing sebanyak 5 gram sampel. 2. Bakarlah sampai terbentuk arang. 3. Arang yang terbentuk dihancurkan (gerus) sampai lembut. 4. Serbuk yang terbentuk masukan kedalam cawan penguap. 5. Tambahkan 10 tetes H2SO4 pekat dan 2 ml metanol kedalam cawan

    porselen.

    6. Uap yang terjadi segera dibakar. 7. Nyala api yang timbuk akan berwarna hijau jika mengandung boraks

    b. Uji organoleptik pada sampel 1. Uji organoleptik hanya berlaku untuk baso dan sejenisnya. 2. Pilihlah sampel baso yang akan diuji. 3. Lemparkan ke lantai atau ke meja. 4. Amati pantulan yang dihasilkan dari proses pelemperan. 5. Jika pantulan yang dihasilkan relative tinggi maka sampel positif

    mengandung boraks.

    5. Data Pengamatan Data pengamatan yang berhasil diperoleh melalui percobaan diatas adalah:

    a. Uji nyala Sampel Nyala yang Dihasilkan Keterangan

    Mie kering1 Merah Negatif mengandung boraks Baso Swalayan2 Merah Negatif mengandung boraks Baso Basreng3 Hijau Positif mengandung boraks

    1 Mie kering swalayan yang diuji merupakan mie telor yang telah mendapat izin BPOM.

    2 Baso swalayan yang diuji merupakan produksi dari PD. Mawar

  • 5

    b. Uji Organoleptik Sampel Pantulan Keterangan

    Baso swalayan Tinggi dan lebih kenyal Positif mengandung boraks

    Baso Basreng Rendah dan tidak kenyal Negatif mengandung boraks

    6. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan yangb telah kami lakukan. Terdapat

    perbedaan hasil yang mencolok antara hasil dari uji nyala dengan hasil yang ditunjukan dari uji organoleptik (terutama pada baso). Sesuai dengan tujuan praktikum yang ingin kami capai (salah satunya adalah uji hipotesis), maka harus ada salah satu prosedur antara uji nyala dan uji organoleptik yang kami yakini dapat digunakan untuk uji boraks. Maka, kami memastikan bahwa uji nyala lebih rasional dan dapat dengan pasti digunakan dalam uji boraks terhadap sampel.

    3 Baso basreng sebagai sampel didapat dari penjual basreng di wilayah kampus UIN.