UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA...

77
ii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PERBANDINGAN MUTU SEDIAAN SIMVASTATIN TABLET E-CATALOGUE BPJS DAN NON E-CATALOGUE BPJS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi YUNNICA SRI HAPSARI 1112102000054 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2016

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERBANDINGAN MUTU SEDIAAN SIMVASTATIN

TABLET E-CATALOGUE BPJS DAN NON

E-CATALOGUE BPJS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

YUNNICA SRI HAPSARI

1112102000054

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2016

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Yunnica Sri Hapsari

NIM : 1112102000054

Tanda Tangan :

Tanggal : 19 Juli 2016

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Yunnica Sri Hapsari

NIM : 1112102000054

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet E-

Catalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt..

NIP. 19831028 200901 2 008 NIP. 1946 022 719 740 31001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt.

NIP. 197404302005012003

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Yunnica Sri Hapsari

NIM : 1112102000054

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet E-

Catalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt ( )

Pembimbing II : Drs. Umar Mansur, M. Sc., Apt. ( )

Penguji I : Ofa Suzanti Betha, M. Si., Apt. ( )

Penguji II : Lina Elfita, M. Si., Apt. ( )

Ditetapkan di : Ciputat

Tanggal : 19 Juli 2016

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

vi

ABSTRAK

Nama : Yunnica Sri Hapsari

Program Studi : Farmasi

Judul : Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet E-

Catalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS

Simvastatin adalah agen anti-hiperlipidemia yang banyak digunakan di seluruh dunia

untuk pengobatan hiperkolesterolemia. Berbagai merek sediaan simvastatin beredar di

masyarakat, sehingga perlu dilakukan uji perbandingan mutu sediaan. Penelitian ini

bertujuan untuk membandingkan kualitas sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS

dan non e-catalogue BPJS. Dua obat e-catalogue BPJS dan dua obat non e-catalogue

BPJS di uji kualitas fisik meliputi uji kekerasan dan uji waktu hancur, pengujian

penetapan kadar dan uji keseragaman kandungan sesuai Farmakope Indonesia, serta uji

profil disolusi menurut United States of Pharmacopeia XXXII (USP 32). Simvastatin

yang terdisolusi diukur dengan spektrofotometer UV-vis. Hasil uji kualitas fisik yaknii uji

kekerasan tablet dan uji waktu hancur tablet dari tablet e-catalogue BPJS dan tablet non

e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan. Hasil uji penetapan kadar untuk tablet e-

catalogue BPJS sebesar 94,65% dan 87,90%, untuk tablet non e-catalogue BPJS sebesar

96,40% dan 94,73%, di mana terdapat satu merek tablet e-catalogue BPJS yang tidak

memenuhi persyaratan. Hasil uji keseragaman kandungan untuk tablet e-catalogue BPJS

dan tablet non e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan. Hasil uji disolusi

menunjukkan bahwa tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS memenuhi

rentang penerimaan persyaratan pelepasan metode disolusi tes satu yang tercantum dalam

USP 32. Hasil analisa statistik data persentase kumulatif simvastatin yang terlepas dari

simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna tetapi tidak memiliki arti karena semua sampel telah

memenuhi persyaratan uji disolusi. Berdasarkan hasil parameter uji penetapan kadar,

tablet simvastatin non e-catalogue BPJS memiliki mutu yang relatif lebih baik

dibandingkan dengan tablet simvastatin e-catalogue BPJS.

Kata Kunci : tablet simvastatin e-catalogue BPJS, tablet non e-catalogue BPJS, evaluasi

tablet, uji disolusi, spektrofotometri UV-vis

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

vii

ABSTRACT

Name : Yunnica Sri Hapsari

Program Study : Pharmacy

Title : Quality Comparison of Simvastatin Tablet

BPJS E-Catalogue and Non BPJS E-Catalogue

Simvastatin is an anti-hyperlipidemic agents which are widely used worldwide for the

treatment of hypercholesterolemia. Various brands of simvastatin widely revolve, then

quality comparisons is important to do. This study aimed to compare the quality of

simvastatin tablet dosage BPJS e-catalog and non BPJS e-catalog. Two drug of BPJS e-

catalog and two drug of non BPJS e-catalog had physical tested include by hardness test

quality and disintegration test. The assay and uniformity of content is accordance

Pharmacopoeia of Indonesia and the profiles of dissolution by the United States of

Pharmacopeia XXXII (USP 32). Simvasatatin were dissolved was measured by UV-vis

spectrophotometer. The physical test result of e-catalogue BPJS and non BPJS e-catalog

tablets have fulfilled the requirements of physical testing ranges acceptance by

Pharmacopeia of Indonesia. The test results of the assay for tablet e-catalog BPJS is

94.65% and 87,90%, meanwhile for non e-catalog tablet BPJS amounted to 96.40% and

94,73%, where there is one of e-catalog BPJS tablet that unfulfilled the requirements of

assay testing. The results of tablet content uniformity testing for e-catalog BPJS and non

BPJS e-catalog tablet have fulfilled the requirements ranges acceptance by Pharmacopeia

of Indonesia. The dissolution testing results shows that the tablet of BPJS e-catalog and

non-e-catalog BPJS have fulfilled the requirements ranges acceptance tests of the

dissolution methods listed in USP 32. The results of the statistical analysis of data

cumulative released percentage of simvastatin e-catalog BPJS and non BPJS e-catalog

shows that there are significant differences but does not have meaning because all of the

samples have fulfilled the requirements of dissolution testing. Based on the results of the

test parameters of the assay, simvastatin tablets non BPJS e-catalog has a relatively better

quality compared with simvastatin tablets BPJS e-catalog.

Keywords : simvastatin tablets of BPJS e-catalog, simvastatin tablet of

non BPJS e-catalog, tablet evaluation, tablet dissolution testing, UV-vis

spectrophotometry

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berbagai macam nikmat, karunia serta kasih sayang-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Perbandingan

Mutu Sediaan Simvastatin Tablet e-catalogue BPJS dan Non e-catalogue BPJS”. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikikan

Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis

menyadari adanya beberapa pihak yang memberikan kontribusi kepada penulis. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nelly Suryani, Ph.D., Apt selaku sekertaris Program Studi Farmasi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. selaku pembimbing pertama dan Bapak Drs.

Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku pembimbing kedua, yang telah meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga serta memberikan ilmu terbaik yang dimiliki sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetauan selama

penulis menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibunda Alm. Prapti, ayahanda Hadi Suryanto tersayang, dan keluarga tercinta

yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, do’a dan nasihat tak

terhingga yang tak akan pernah mampu penulis membalas semua itu, dan

keponakan-keponakanku serta saudara-saudaraku yang memberikan do’a dan

dukungan serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

ix

7. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Rahmadi, Kak Eris, Kak

Rani, Kak Lisna, Kak Tiwi dan Kak Walid yang dengan sabar membantu

keseharian penulis di laboratorium selama penelitian.

8. Teman seperjuangan penelitian, Resha dan Zainab atas kebersamaan, bantuan

serta motivasinya sejak awal penelitian hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

9. Temanku Mita, Amelia, Dian Mutia, Dwi Haryati, Hasna dan ‘Afniah yang telah

setia menemaniku selama di bangku perkuliahan, serta telah memberikan

dukungan, motivasi, hiburan dan masukan kepada penulis selama pengerjaan

skripsi dan selama masa perkuliahan.

10. Teman-teman Farmasi 2012, terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan kita

dari awal masuk sampai akhir ini, semoga silahturahmi kita biasa tetap terjaga.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut memberikan

bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan

kekurangan, kritik dan saran pembaca diharapkan penulis untuk memperbaiki

kemampuan penulis. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Ciputat, Juli 2016

Penulis

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yunnica Sri Hapsari

NIM : 1112102000054

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

PERBANDINGAN MUTU SEDIAAN SIMVASTATIN TABLET

E-CATALOGUE BPJS DAN NON E-CATALOGUE BPJS

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 19 Juli 2016

Yang menyatakan,

Yunnica Sri Hapsari

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................. vi

ABSTRACT .............................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. xi

DAFTAR ISI............................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 4

2.1 Penggolongan Obat .................................................................................. 5

2.2 Tablet ....................................................................................................... 7

2.3 Monografi Simvastatin .......................................................................... 10

2.3.1 Sifat Fisikokimia .......................................................................... 10

2.3.2 Mekanisme Kerja ......................................................................... 10

2.3.3 Efek Samping ............................................................................... 11

2.4 Parameter Analisis Tablet ...................................................................... 11

2.4.1 Keseragaman Bobot Tablet .......................................................... 11

2.4.2 Kekerasan Tablet .......................................................................... 12

2.4.3 Kerapuhan Tablet ......................................................................... 12

2.4.4 Waktu Hancur Tablet ................................................................... 13

2.4.5 Keseragaman Sediaan Tablet ....................................................... 13

2.4.6 Disolusi ........................................................................................ 14

2.5 Spektrofotometer UV-Vis ...................................................................... 18

2.5.1 Teori Spektrofotometri ................................................................. 18

2.5.2 Komponen Spektrofotometri ........................................................ 19

2.5.3 Analisa Kualitatif ......................................................................... 20

2.5.4 Analisa Kuantitatif ....................................................................... 20

2.5.5 Hukum Lambert-Beer .................................................................. 21

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

xii

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................. 23 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 23

3.2 Alat ...................................................................................................... 23

3.3. Bahan ..................................................................................................... 23

3.4 Prosedur Kerja ....................................................................................... 23

3.4.1 Pemilihan Sampel ......................................................................... 23

3.4.2 Parameter Evaluasi Tablet ............................................................ 24

3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang .................................................... 24

3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi ......................................................... 25

3.4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ........................................... 25

3.4.6 Keseragaman Kandungan ............................................................. 26

3.4.7 Uji Laju Disolusi Tablet Simvastatin ........................................... 26

3.4.8 Analisa Statistik ........................................................................... 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 28

4.1 Pengambilan sampel .............................................................................. 28

4.2 Evaluasi Fisik Tablet ............................................................................. 29

4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum simvastatin ....................... 31

4.4 Penentuan Kurva Kalibrasi .................................................................... 32

4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ..................................................... 33

4.6 Keseragaman Kandungan ...................................................................... 35

4.7 Uji Disolusi Tablet Simvastatin ............................................................. 36

4.8 Analisa Statistik ..................................................................................... 42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 43

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 43

5.2 Saran ...................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 44

LAMPIRAN............................................................................................................... 46

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Simvastatin ..................................................................... 10

2.2 Disolusi obat dari Ssuatu Padatan Matriks .................................... 13

4.1 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Metanol ................... 32

4.2 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0 33

4.3 Profil Disolusi Simvastatin Empat Merek Obat ............................ 38

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet .......................................... 12

4.1 Hasil Uji Kekerasan Tablet.............................................................. 29

4.2 Hasil Uji Waktu Hancur .................................................................. 30

4.3 Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ............................... 34

4.4 Hasil Uji Keseragaman Kandungan ................................................ 35

4.5 Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin ......................... 38

4.6 Hasil Analisis Kesesuaian Pelepasan Simvastatin pada Menit ke-45

dari Empat Merek ............................................................................ 41

4.7 Persyaratan Pelepasan Obat Simvastatin Berdasarkan USP XXXII,

Tahun 2010 ...................................................................................... 41

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Bagan Alur Penelitian ............................................................................. 47

2. Alat .................................................................................................. 48

3. Sertifikat Analisis Standar Simvastatin ........................................... 49

4. Hasil Uji Kekerasan Tablet.............................................................. 50

5. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet. ...................................................... 50

6. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Metanol ....... 51

7. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Dapar fosfat .. 51

8. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol .................................. 52

9. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0 ............... 52

10. Data Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol .......................... 53

11. Data Kurva Kalibrasi dalam Medium Dapar Fosfat pH 7,0 ............ 53

12. Data Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ................................ 53

13. Peritungan Persen Kadar pada Uji Penetapan Kadar....................... 54

14. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik A. 56

15. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik B. 56

16. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek X ... 57

17. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek Y ... 57

18. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Keseragaman Kandungan....... 58

19. Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin ......................... 60

20. Perihitungan % Jumlah Kumulatif Simvastatin yang Terlepas ....... 61

21. Data hasil Analisa Statistik Uji Disolusi Tablet e-catalogue BPJS

dan Non e-catalogue BPJS .............................................................. 62

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Simvastatin adalah agen anti-hiperlipidemia yang banyak

digunakan di seluruh dunia untuk pengobatan hiperkolesterolemia dan

meminimalkan tingkat keparahan pada penyakit jantung kronis

(Scandinavian Simvastatin Survival Study Group. 1994). Berdasarkan

hasil laporan IMS (Institute for Healthcare Informatics) pada tahun 2010

tablet generik simvastatin menempati peringkat kedua untuk obat yang

paling banyak diresepkan yakni sebanyak 94,1 juta resep di seluruh dunia

(Daniel J. DeNoon, 2011). Tablet simvastatin dalam perdagangan

dijumpai dengan nama dagang dan generik, dimana obat dengan nama

generik harganya jauh lebih murah dibanding dengan obat dengan nama

dagang. Sementara masyarakat cenderung menilai bahwa kualitas obat

identik dengan harga yang lebih tinggi, obat yang lebih mahal mutunya

lebih baik daripada obat yang lebih murah harganya (Depkes RI, 1989).

Parameter persyaratan mutu antara lain kualitas fisik sediaan dan

kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar yang tercantum

dalam literatur yang berlaku seperti Farmakope Indonesia maupun literatur

lain yang berlaku (Depkes RI, 1989). Sementara, obat yang telah

memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keragaman bobot, dan

penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek

terapi. Oleh karena itu, uji disolusi harus dilakukan pada setiap tablet.

Disolusi menggambarkan efek obat terhadap tubuh, jika disolusi

memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat pada

tubuh (Syukri, 2002).

Menurut sistem klasifikasi BCS (Biopharmaceutical Classification

System), simvastatin termasuk golongan obat kelas II yaitu obat yang

rendah kelarutannya dalam air dan tinggi permeabilitasnya (Amidon GL,

1995). Untuk obat yang memiliki kelarutan rendah seperti simvastatin,

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebaiknya dilakukan uji laju disolusi yang merupakan tahap penentu

kualitas terhadap bioavailabilitasnya (Sulaiman, 2007). Disolusi

merupakan langkah penentu kecepatan onset of action dan aktivitas

terapetik, oleh sebab itu uji disolusi perlu dilakukan untuk memastikan

kualitas sediaan tablet simvastatin.

Jaminan kualitas produk farmasi adalah sebuah cakupan konsep

yang luas mengenai semua isu yang secara individual atau kolektif dapat

mempengaruhi kualitas suatu produk. Dalam hal ini, uji disolusi in-vitro

sangat penting untuk mengevaluasi variasi berbagai merek-merek obat

guna memastikan kualitas dan khasiat dari produk sediaan. Hal ini sangat

penting untuk memastikan produk yang aman dan efektif untuk pasien

ketika berbagai merek yang berbeda beredar di masyarakat dengan zat

aktif yang sama. Produk generik mungkin memiliki perubahan tertentu

dalam bahan formulasi, bahan baku zat aktif, proses manufaktur, teknologi

manufaktur, ukuran batch dan scale-up dari proses manufaktur, sehingga

evaluasi kualitas sediaan dari berbagai merek tersebut perlu dilakukan

(Bonûlio, R., dkk, 2011)

Saat ini pemerintah sedang melaksanakan penjaminan kesehatan

bagi masyarakat menengah ke bawah sebagai bagian dari pengembangan

jaminan secara menyeluruh. Sistem jaminan kesehatan akan mendorong

perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan,

standarisasi tarif, penataan formularium dan penggunaan obat rasional,

yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.

Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian untuk

membandingkan kualitas sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS

dibandingkan dengan sediaan simvastatin tablet non e-catalogue BPJS

demi keamanan dan pengendalian mutu sesuai dengan standar yang

dicantumkan menggunakan metode evaluasi kelayakan tablet yang baik

menurut Farmakope Indonesia dan USP XXXII.

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mutu sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan

non e-catalogue BPJS menurut persyaratan kualitas fisik yang sesuai

dengan Farmakope Indonesia, serta kadar dan profil disolusinya menurut

USP XXXII?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas

Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS dengan

menggunakan metode yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia dan USP

XXXII.

1.4 Hipotesis Penelitian

Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan simvastatin tablet non e-

catalogue BPJS memiliki kualitas fisik, kadar, dan profil disolusi yang

sama.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kualitas simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS

serta memberikan masukan kepada instansi terkait dan masyarakat

mengenai mutu simvastatin tablet BPJS dan non BPJS.

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggolongan Obat

Dalam pemasarannya, selain obat bebas, obat bebas terbatas, obat

keras terbatas dan psikotropika, dan obat narkotika. Obat juga dapat

dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan nama mereknya, antara lain

adalah :

a. Obat Paten

b. Obat Generik Bermerek /Bernama dagang

c. Obat Generik

Obat paten atau specialité adalah obat milik perusahaan tertentu

dengan nama khas yang diberikan produsennya dan dilindungi hukum,

yaitu merek terdaftar (proprietary name). Dalam pustaka lain, obat paten

adalah obat yang memiliki hak paten (Jas, 2007; Depkes, 2010).

Menurut UU No. 14 Tahun 2001 paten adalah hak eksklusif

yang diberikan Negara kepada investor kepada hasil invesinya dibidang

teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan invesinya

tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk

melaksanakannya. Invensi adalah ide Investor yang dituangkan ke

dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik dibidang

teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan

pengembangan produk atau proses. Investor adalah seorang atau

beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang

dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. Masa

berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu,

perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk

memproduksi obat yang dimaksud. perusahaan lain tidak diperkenankan

untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki

perjanjian khusus dengan pemilik paten.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang

dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat

aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi

nama (merek).

a. Obat Paten

Obat paten adalah obat yang mempunyai hak paten dan

diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang

ditemukannya berdasarkan riset. Industri farmasi tersebut

diberi hak paten untuk memproduksi dan

memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan uji klinis

sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional.

Obat yang telah diberi hak paten tersebut tidak boleh

diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh

industri farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama

masih dalam masa hak paten.

b. Obat Generik Bermerek atau Bernama Dagang

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat generik

bermerek bernama dagang adalah obat generik dengan nama

dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang

bersangkutan (Depkes, 2010).

Nama dagang ini sering disebut nama paten. Disebut

obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten

penemuan obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama

paten tersebut masih berlaku, obat ini tidak boleh diproduksi

oleh pabrik lain, baik dengan nama dagang pabrik peniru

ataupun dijual dengan nama generiknya. Obat nama dagang

yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual

oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda yang biasanya

disebut sebagai me-too product di beberapa negara barat

disebut branded generic atau tetap dijual dengan nama generik

(Chaerunisaa, et. al,, 2009)

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam pustaka lain, terdapat istilah yang berbeda yaitu

obat merek dagang (trademark). Obat merek dagang

(trademark) adalah obat yang dibuat dengan mendapatkan

lisensi dari pabrik lain yang obatnya telah dipatenkan (Jas,

2007).

Untuk obat generik me-too pertama harus memenuhi

seluruh standar yang digunakan dalam identitas, kekuatan,

kualitas, dan kemurniannya. Bahkan untuk obat generik me-too

terdapat persaratan bioavailabilitas dan bioekivalensi dengan

obat paten yang telah habis masa edarnya (Nanang, 2010)

c. Obat Generik

Berdasarkan peraturan Menteri kesehatan Republik

Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat generik

adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary

Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia

atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang

dikandungnya. Dalam pustaka lain, obat generik (generic

name) adalah obat dengan nama umum tanpa melanggar hak

paten obat bersangkutan (Jas, 2007).

Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan

untuk mengendalikan harga obat, di mana obat dipasarkan

dengan nama bahan aktifnya.

Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat

mencapai tujuan yang diinginkan, maka kebijakan tersebut

mencakup komponen-komponen berikut :

1. Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang

Baik (CPOB). Produksi dilakukan oleh produsen yang

memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan dengan

kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan

kesehatan.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.

3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit

pelayanan kesehatan.

4. Peresapan berdasarkan atas nama generik, bukan nama

dagang.

5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan

diberlakukan di unit-unit pelayanan kesehatan.

6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi

dokter dan masyarakat luas secara berkesinambungan.

7. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara

berkala

(Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2000).

2.2 Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara cetak,

dalam tabung bentuk pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa

zat tambahan (Anonim,1979).

Dengan kemajuan di bidang teknologi dan peningkatan

pengetahuan serta adanya tuntutan untuk terus mengembangkan

bentuk sediaan, tablet terus dikembangkan dari tablet standar menjadi

berbagai jenis tablet yang lain yang menawarkan berbagai

keunggulan dan keuntungan termasuk dalam hal peningkatan

bioavailabilitas, format dosis tablet yang lebih efisien, serta kenyamanan

dalam penggunaan (Saifullah, 2007).

Sediaan obat dalam bentuk tablet mempunyai keuntungan

dibanding sediaan lain (Banker dan Anderson, 1986), yaitu:

a. Bentuk sediaan dengan ketepatan ukuran dan variabilitas

kandungan yang paling rendah.

b. Ongkos pembuatan paling murah dan mudah diproduksi

secara besar besaran.

c. Bentuk sediaan yang paling ringan dan kompak sehingga

mudah dikemas dan mudah dibawa kemana mana.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Tablet paling mudah ditelan.

e. Memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas

mikrobiologi yang baik.

Selain berbagai keuntungan, tablet juga memiliki berbagai

kelemahan, diantaranya (Saifullah, 2007) :

a. Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompresibel

sulit dibuat tablet karena tablet yang dihasilkan akan besar

sehingga tidak acceptable

b. Terdapat kendala dalam memformulasi zat aktif yang sulit

terbasahi dan tidak larut, serta disolusinya rendah

c. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah dan

pasien lanjut usia

d. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan

tablet.

Pada umumuya sediaan tablet mengalami suatu rangkaian

proses untuk mendukung onset kerjanya. Proses tersebut meliputi :

1. Disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat dari zat

pembawa.

Setelah tablet diminum, tablet akan mengalami proses

disintegrasi di dalam lambung menjadi granul-granul kecil

yang terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan. Granul-granul

akan pecah, dan zat aktif akan terlepas dari bahan tambahan

yang kemudian akan terlarut pada larutan cerna. Bahan

tambahan yang digunakan pada formulasi tablet sangat

mempengaruhi kinetika pelarutan obat.

Contoh bahan tambahan yang digunakan dalam sediaan

tablet adalah :

i. Bahan pengisi yakni ditambahkan untuk mendapatkan

berat yang diinginkan, bahan tambahan harus

bersifat inert.

ii. Bahan pengikat yakni digunakan untuk mengikat

komponen-komponen tablet untuk dijadikan garanul

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan ukuran yang sama dan bentuk speris setelah

dipaksakan melewati ayakan.

iii. Bahan pengembang yakni digunakan untuk memecah

tablet menjadi partikel kecil sehingga luas permukaan

akan bertambah besar.

iv. Bahan pelicin yakni digunakan untuk

meningkatkan daya alir granul-granul pada corong

pengisi mencegah melekatnya massa pada punch dan

die, mengurangi gesekan antara butir-butir granul dan

mempermudah pengeluaran tablet dari die.

(Soekemi, 1987)

2. Pelarutan obat dalam media.

Obat akan dapat diabsorpsi bila dalam bentuk terlarut

dalam media saluran cerna. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pelarutan obat adalah derajat kehalusan obat dan bentuk kristal

zat aktif. Semakin kecil ukuran partikel obat maka semakin

luas permukaan yang dimiliki untuk berinterakski dengan

media saluran cerna. Dengan demikian, akan mempercepat

proses pelarutan obat.

Zat aktif yang berbentuk amorf lebih baik diabsorpsi

daripada yang berbentuk kristal karena senyawa obat yang

berbentuk amorf memiliki sifat lebih mudah larut

dibandingkan bentuk kristal.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Monografi Simvastatin

2.3.1 Sifat Fisikokimia

Rumus Bangun

Gambar 2.1 Struktur Simvastatin (WikiBooks, 2008)

Rumus molekul : C25H38O

Sinonim : butanoic acid, 2,2-dimethyl-,1,2,3,7,8,8a-

hexahydro-3,7dimethyl-8-[2-(tetrahydro-4-

hydroxy-6-oxo-2H-pyran-2yl)-ethyl]-1-

naphthalenylester,

Berat Molekul : 418,57

Pemeriaan : serbuk kristal berwaran putih sampai abu-abu,

tidak higroskopis.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan sangat larut

dalam kloroform, metanol dan etanol.

2.3.2 Mekanisme Kerja

Simvastatin merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur

Penicillium citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan

HMG-CoA reduktase. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat

HMG-CoA reduktase secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol

di hati. Simvastatin akan menghambat HMG-CoA reduktase mengubah

asetil-CoA menjadi asam mevalonat (Witztum, 1996). Simvastatin jelas

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek

tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati, sehingga

mengurangi simpanan LDL plasma (Katzung, 2002).

Simvastatin merupakan prodrug dalam bentuk lakton yang

harus dihidrolisis terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya yaitu asam β-

hidroksi di hati, lebih dari 95% hasil hidrolisisnya akan berikatan dengan

protein plasma. Konsentrasi obat bebas di dalam sirkulasi sistemik

sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu paruh 2 jam.

Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati.

Dosis awal pemberian obat adalah sebesar 5-10 mg/hari, dengan

dosis maksimal 40 mg/hari. Pemberian obat dilakukan pada malam hari

(Witztum, 1996).

2.3.3 Efek Samping

Efek samping dari pemakian Simvastatin adalah konstipasi, nausea,

flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue, nyeri dada dan angina,

sstenia, miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik

edema terisolasi. Insiden terjadinya miopati cukup rendah (<1%). Akan

tetapi, pada pada pasien dengan risiko tinggi terhadap gangguan otot,

pemberian Simvastatin harus diperhatikan (Suyatna, 1995).

2.4 Parameter Analisis Tablet

Pemeriksaan kualitas tablet meliputi keseragaman bobot,

kekerasan kerapuhan daya serap dan waktu hancur.

2.4.1 Keragaman Bobot Tablet

Tablet tidak bersalut harus memenuhi memenuhi syarat

keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet,

hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak

boleh lebih dari 2 tablet yang masing- masing bobotnya menyimpang

dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A

dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-

ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20

tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tablet pun yang

bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih

besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1973).

Tabel 2.1 Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Anonim, 1995)

2.4.2 Kekerasan Tablet

Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan

ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,

kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan dan

pengangkutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan ini dipakai

sebagai ukuran dari tekanan pengempaan, semakin besar tekanan yang

diberikan saat pentabletan maka akan meningkatkan kekerasan tablet.

Kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan atara 4 - 8 kg (Parrott,

1971).

2.4.3 Kerapuhan Tablet

Kerapuhan tablet merupakan ketahanan tablet dalam melawan

tekanan mekanik terutama goncangan dan pengikisan. Kerapuhan

dinyatakan dalam persentase bobot yang hilang selama uji kerapuhan.

Tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan tidak lebih dari 1% (Parrott,

1971). Kerapuhan tablet dapat dihitung dengan rumus % kerapuhan

Keterangan :

f : Friabilitas

a : berat tablet awal

b : berat tablet akhir

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.4 Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan untuk

hancurnya tablet dalam waktu yang sesuai sehingga tidak ada bagian

yang tertinggal diatas kasa. Waktu hancur dipengaruhi oleh sifat fisik granul

dengan kekerasan (Banker dan Anderson, 1994). Waktu yang diperlukan

untuk hancurnya tablet untuk medium yang sesuai kecuali dinyatakan lain

tidak lebih dari 15 menit (Anonim, 1995).

2.4.5 Keseragaman Sediaan Tablet

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua

metode, yairu keragaman bobot atau keragaman kandungan. Persyaratan

keragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif

berkisar 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot

satuan sediaan.

Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah lebih kecil,

ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. Untuk penetapan

sediaan dipih tidak kurang dari 30 satuan (Ditjen POM, 1995)

Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi, jika jumlah zat aktif 10

satuan sediaan yang ditetapkan dari cara keragaman bobot atay dalam

keseragaman kandungan terletak antara kisaran yang telah ditetapkan pada

literatur dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif . Jika

kondisi tidak dipenuhi pada uji 10 satuan, makan uji 20 satuan tambahan

dilakukan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 satuan

terletak di luar rentang 75% hingga 125% dari yang tertera pada etiket dan

simpangan baku relatig 7,8%

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.6 Disolusi

Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya

suatu obat dari sediaan padat dalam medium tertentu (Wagner, 1971).

Gambar 2.2 Disolusi Obat dari Suatu Padatan Matriks

(Martin, et al, 1993)

Selain itu disolusi juga dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu

padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu dispersi

homogen bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan

pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau

senyawa obat ke dalam medium tertentu dari suatu padatan (Martin et. al,,

1993; Wagner, 1971). Proses disolusi obat dari suatu matrik ditunjukkan

pada Gambar 2.2. Secara keseluruhan kecepatan disolusi dapat

digambarkan oleh persamaan Noyes-Whitney :

dM/dt = (D S / h) (Cs - Cb) ................................................... (2.1)

Keterangan :

dM/dt : Laju pelarutan obat pada waktu t

M : Jumlah massa terlarut (mg atau mmol) terhadap t waktu

(detik)

D : Koefiesien laju disolusi (cm2/s)

S : Luas permukaan partikel (cm2)

h : Ketebalan dari lapisan film cair (stagment layer) yang

terbentuk

Cs : Konsentrasi obat (sama dengan kelarutan obat) dalam

stagment layer)

Cb : Konsentrasi obat dalam bagian terbesar pelarut

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang mirip dengan hukum difusi Fick (Shargel, et al,

2 005). Hukum difusi Fick secara matematik dinyatakan sebagai

berikut:

dM/dt = DSCs / h .................................................................. (2.2)

Persamaan Noyes-Whitney memperlihatkan bahwa

pelarutan dalam labu dapat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat,

formulasi dan pelarut. Obat dalam tubuh, terutama dalam saluran cerna

dianggap mealrut dalam suatu lingkungan “aqueous”. Penetrasi obat

melintasi dinding usus dipangaruhi oleh kemampuan obat berdifusi (D)

dan partisi antar membran lipid. Suatu koefisien partisi yang

mendukung (Kminyak/air) akan memindahkan absorpsi obat. Faktor-

faktor yang mempengaruhi disolusi obat dari suatu bentuk sediaan

oral padat meliputi (Shargel, Wu-Pong & Yu, 2005):

(1) Sifat fisika dan Kimia bahan obat aktif

Sifat-sifat fisikokimia obat yang mempengaruhi laju

disolusi meliputi : kelarutan zat aktif, bentuk kristal,

kompleksasi serta ukuran partikel. Sifat fisikokimia lain

seperti kekentalan dapat menimbulkan masalah disolusi.

(2) Sifat bahan tambahan

Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan,

bahan tambahan dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk

sediaan terhadap laju disolusi tergantung kecepatan

pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya.

Penggunaan bahan tambahan sebagai bahan pengisi,

pengikat, penghancur dan pelicin dalam proses formulasi

dapat menghambat atau mempercepat laju disolusi

tergantung bahan tambahan yang digunakan. Cara

pengolahan bahan baku, bahan tambahan dan prosedur

yang dilakukan dalam formulasi sediaan padat peroral juga

berpengaruh terhadap laju disolusi. Waktu pengadukan

lama pada granulasi basah dapat menghasilkan granul-

granul besar, keras dan padat sehingga pada proses

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pencetakan dihasilkan tablet dengan waktu hancur dan

disolusi yang lama. Faktor formulasi yang mempengaruhi

laju disolusi diantaranya : kecepatan disintegrasi, interaksi

obat dengan eksipien (bahan tambahan) dan kekerasan.

(3) Metode fabrikasi

Dari studi biofarmasetik memberi fakta yang kuat

bahwa metode fabrikasi dan formulasi dengan nyata

mempengaruhi kualitas dan bioavailabilitas obat tersebut.

Sifat ruah (curah) serbuk farmasetis termasuk ukuran

partikel, kerapatan, aliran, wettability, dan luas permukaan.

Beberapa sifat tersebut penting dari pandangan proses

pabrikasi (manufaktur), misalnya kerapatan dan aliran,

sedangkan sifat lainnya dapat berpengaruh kuat pada laju

disolusi produk obat (ukuran partikel, wettability, dan luas

permukaan).

USP-NF (United States Pharmacopeia) mengatur standar

untuk uji disolusi dan pelepasan. Kecepatan disolusi obat

merupakan tahap sebelum obat berada dalam darah. Apabila suatu

sediaan padat berada dalam saluran cerna, bahan berkhasiat harus

terlarut, sesudah itu barulah obat tersebut dapat melewati

membran saluran cerna. Obat yang larut baik dalam air akan

melarut cepat dan berdifusi secara pasif. Sebaliknya, obat yang

kelarutannya kecil kecepatan disolusi tidak larut atau disintegrasi

sediaan relatif karena pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat

aktif (Syukri, 2002).

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari jenis alat, ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan

yang tertera dalam masing-masing monografi:

a) Alat 1 (Tipe Keranjang).

Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca,

suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah

disolusi (keranjang) berbentuk silinder dengan dasar setengah

bola, tinggi 160 mm−175 mm, diameter 98 mm−106 mm dan

kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi

sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada

setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan

halus dan tanpa goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam

keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian

bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang

kecepatannya dapat diatur. Wadah dicelupkan sebagian di

dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat

mempertahankan suhu dalam wadah pada ± C selama

pengujian dan menjaga agar gerakan air halus dan tetap. Pada

bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah

penguapan digunakan suatu penutup yang pas.

b) Alat 2 (Tipe Dayung).

Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini

digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang logam

sebagai pengaduk. Daun melewati diameter batang sehingga

dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi

dengan jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar

wadah yang dipertahankan selama pengujian berlangsung.

Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah

sebelum dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk

spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya

sediaan (Ditjen POM, 1995).

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Spektrofotometer UV-Visible

2.5.1 Teori Spektrofotometri

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang

dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh

sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup

untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang

lebih tinggi.

Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit

informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi

spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.

Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur

absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan

hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400

nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800

nm (Dachriyanus, 2004).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri ultraviolet yaitu:

1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Panjang gelombang yang digunakn untuk analisis

kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi absorbansi

maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan

maksimum dapat diperoleh dengan membuat kurva hubungan

antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan

baku dengan konsentrasi tertentu. Ada beberapa alasan mengapa

harus menggunakan panjang gelombang maksimum, yaitu :

a. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannnya juga

maksimal karena pada panjang gelombang maksimal

tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan

konsentrasi adalah yang paling besar.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva

absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lamber-

Beer akan terpenuhi

c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang

disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang

akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang

maksimal.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam

berbagai konsentrasi kemudian asorbansi tiap konsentrasi di ukur

lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi

dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi yang lurus menandakan

bahwa kriteria regresi linier terpenuhi.

3. Pembacaan absorbansi sampel

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya

antara 0,2 sampai 0,8. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa

kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5 %. Hal ini

disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut

kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.

(Rohman dan Sudjaji, 2007)

2.5.2 Komponen Spektrofotometri UV-Visible

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap

komponen dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik.

Komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar,

monokromator, dan sistem optik.

a. Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen

untuk pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk

daerah visibel.

b. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke

dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang

selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator

berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati

spektrum.

c. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar

sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai

mana dalam spektrofotometer berkas ganda (double beam),

suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu

kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum

sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam

spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk

melarutkan sampel atau pereaksi (Rohman, 2007).

2.5.3 Analisa Kualitatif

Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk

analisa kuantitatif, tetapi dapat juga digunakan untuik analisa

kualitatif. Untuk analisis kualitatif yang diamati adalah (Hardjono,

1985) :

a. Membandingkan λ (panjang gelombang) maksimum

b. Membandingkan serapan ( A ) , daya serap ( a )

c. Membandingkan bentuk spektrum serapannya.

2.5.4 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif spektrofotometri dapat dilakukan dengan dua

metode yaitu:

1. Metode Regresi

Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu

dengan menggunakan persamaan garis regresi yang

didasarkan pada harga serapan dan larutan standar yang

dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit

menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang

dapat memberikan serapan linier, kemudian di plot

menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung

berdasarkan kurva tersebut.

2. Metode Pendekatan

Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan

membandingkan serapan standar yang konsentrasinya

diketahui dengan serapan sampel.

Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus

perbandingan

C = As. Cb/ Ab

Keterangan:

As = Serapan sampel

Ab = Serapan standar

Cb = Konsentrasi standar

C = Konsentrasi sampel

(Holme, 1983).

2.5.5 Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas

antara absorban dengan konsentrasi larutan analit (Dachriyanus, 2004).

Menurut hukum Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan

ketebalan lapisan (b) yang disinari :

A= k. b

Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah.

Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis

dan larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah

proporsional:

A= k. c

Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas

sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah.

Kedua persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer,

maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan

ketebalan lapisan:

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

A= k . c. B

Umumnya digunakan dua satuan c (konsenterasi zat yang

menyerap) yang berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai

tetapan (K ) dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem

konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram perliter, tetapan

tersebut disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol per liter

tetapan tersebut adalah absorbtivitas molar (∈ ). Jadi dalam sistem yang

direkombinasikan, Hukum Lambert-Beer dapat mempunyai dua bentuk:

A= a. b. c g/liter atau A= ∈. b. c mol/liter .............................................. (2.3)

Keterangan : A = Serapan (tanpa dimensi)

a = absorptivitas (g-1

cm-1

)

b = ketebalan sel (cm)

C = konsentrasi (g.I-1

)

∈ = absorptivitas (M-1

cm-1

)

Penandaan lain untuk a adalah ekstingsi spesifik, koefisien

ekstingsi, dan absorbsi spesifik, sedangkan ∈ adalah koefisien ekstingsi

molar (Day and Underwood, 1999).

Jadi, dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari

ketebalan sel serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan

spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut

tertentu.

Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga

sering digunakan sebagai ganti absorptivitas. Harga ini memberikan

serapan larutan 1% (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga diperoleh

persamaan :

A = A| . b. C .............................................................................. (2.4)

Keterangan : A| = absorptivitas spesifik (ml g-1

cm-1

)

b = ketebalan sel (cm)

C = konsentrasi senyawa terlarut (g/100 mL

larutan)

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

23

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Labolatorium Formulasi Sediaan Padat

dan Labolatorium Penelitian II Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu yang

diperlukan untuk penelitian ini terhitung sejak bulan April 2016 hingga

Mei 2016.

3.2 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

seperangkat alat disolusi (Erweka), termometer (Erweka), pH-meter

(Horiba), timbangan analitik (Kern), magnetic stirer (Nouvo stirer),

micropipet (Bio Rad), spuit injeksi 10 mL (Terumo), syringe filter

(Sartorius), seperangkat alat Spektrofotometer UV-Visible (Hitachi),

Hardness tester (Erweka), dan alat-alat gelas skala labolatorium.

3.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baku

standar simvastatin (PT. Kimia Farma), tablet simvastatin e-catalogue

BPJS yaitu tablet Simvastatin generik A dan simvastatin generik B, serta

dua merk tablet Simvastatin non e-catalogue BPJS yaitu merek X dan

merek Y, serta aquades, Sodium dihidrogen fosfat (Merck), sodium

hidroksida (Merck), Sodium lauril sulfat (Merck) dan metanol (Merck).

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pemilihan Sampel

Sampel obat yang diteliti adalah tablet standar simvastatin yang

beredar di masyarakat sesuai dengan e-catalog BPJS. Kriteria pemilihan

sampel berdasarkan tahun kedalwarsa yang sama dan berasal dari apotek

yang sama. Dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purposive Sampling. Dari setiap subpopulasi dipilih merek yang paling

sering digunakan dan diresepkan (Sugiyono, 2007), kemudian diambil

sebanyak 25% dari masing-masing subpopulasi (Balai POM, 2014)..

3.4.2 Parameter Evaluasi Tablet

3.4.2.1 Kekerasan Tablet

Diambil sampel obat yang akan diteliti masing-masing

tablet sebanyak 10 tablet kemudian diuji kekerasannya

menggunakan alat Hardness tester (Ditjen POM, 1995).

3.4.2.2 Uji Waktu Hancur

Diambil sampel obat yang akan diteliti masing-masing

tablet sebanyak 6 tablet kemudian diuji waktu hancurnya

menggunakan alat Disintegrasi Tester. Uji waktu hancur dilakukan

dengan menghitung waktu hancur masing-masing 6 tablet dari

masing-masing sampel dalam medium aquades sebanyak 900 mL

dengan suhu ± 370

C selama 15 menit (Ditjen POM, 1995).

3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Simvastatin

Penentuan panjang gelombang maksimum simvastatin dilakukan

dengan menggunakan membuat larutan induk 1000 μg/ml Simvastatin

dengan melarutkan 100 mg sampel simvastatin dalam pelarut metanol

sampai tanda batas labu ukur 100 mL (Asha Jyothi, dkk, 2013). Larutan

ini selanjutnya disebut sebagai larutan induk.

Kemudian dari larutan induk ini, dibuat larutan 100 ppm dengan

mengambil 10 mL dan diencerkan dengan pelarut metanol hingga 100 mL.

Dari larutan 100 ppm lalu dibuat larutan 10 ppm dengan mengambil 1

mL diencerkan dengan pelarut metanol hingga 10 mL.

Larutan diamati absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang 400-200 nm dan ditentukan panjang

gelombang maksimumnya (Rupinder Kaur, dkk, 2013, telah diolah

kembali).

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dari larutan induk 1000 µg/mL yang telah dibuat pada metode

kerja sebelumnya pada poin 3.4.3 kemudian dibuat larutan simvastatin 100

µg/mL dengan memipet 1 mL dari larutan induk lalu diencerkan dalam

labu ukur 10 mL dan ditambahkan dengan metanol hingga tanda batas.

(Asha Jyothi, dkk, 2013),

Kurva kalibrasi dibuat dengan larutan simvastatin dengan seri

konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 µg/ml yang dibuat dari larutan

simvastatin 100 µg/mL kemudian diencerkan dengan metanol, yakni dari

larutan induk 100 µg/mL simvastatin dipipet 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 ; 1,2

ml dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu

dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda sehingga diperoleh

konsentrasi 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10 dan 12 µg/mL.

Masing-masing larutan diukur serapannya dengan

spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 238,5 nm,

kemudian dibuat kurva regresi linear antara kadar simvastatin dan

serapannya sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = a + bx

(Mariyam, R, 2011, telah dioleh kembali).

3.4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin

Uji penetapan kadar tablet Simvastatin dilakukan menggunakan

alat Spektrofotometer UV-Visible dengan pelarut metanol.

Ditimbang 20 tablet Simvastatin dari masing-masing keempat

sampel dan hitung berat rata-ratanya. Tablet diserbukkan, ditimbang

setara lebih kurang 100 mg simvastatin kemudian dimasukkan ke dalam

labu ukur 100 ml dan ditambahkan dengan 100 mL pelarut metanol lalu

kocok hingga terlarut. Kemudian larutan tersebut disaring sehingga

diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi 1000 µg/ml. Masing-

masing larutan disaring dengan membran filter 0,45 µm. Dari filtrat

hasil penyaringan diambil 1 mL, kemudian diencerkan dengan metanol

hingga 100 mL. Larutan ini mengandung kurang lebih 10 µg/ml

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Simvastatin (± 10 ppm). Serapan larutan diukur dengan Spektrofotometer

UV-Visible dengan panjang gelombang 238,5 nm (K. Naga Raju, 2012).

Kemudian hasil serapan dihitung kadarnya dengan

menggunakan persamaan regresi linear yang telah didapatkan pada

pembuatan kurva kalibrasi. Tiap simvastatin tablet mengandung tidak

kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari Jumlah

Simvastatin anhidrat yang tertera pada etiket (USP XXXII, NF 27, 2010)

3.4.6 Keseragaman Kandungan

Sebanyak 10 tablet Simvastatin ditetapkan kadarnya satu per satu

dengan menggunakan prosedur penetapan kadar.

Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi, jika jumlah zat aktif

10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keragaman bobot

atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0 % hingga 115,0

% yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau

sama dengan 6% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, uji 20 satuan

tambahan dilakukan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan

dari 30 terletak di luar rentang 75% hingga 125% dari yang tertera pada

etiket dan simpangan baku relatif dari 7,8% (Ditjen POM, 1995).

3.4.7 Uji Laju Disolusi Tablet Simvastatin

Uji disolusi tablet Simvastatin dilakukan sesuai cara yang

tercantum dalam The United States of Pharmacopeia XXXII (USP

XXXII) berdasarkan uji 1, karena di dalam Farmakope Indonesia edisi IV

belum tercantum prosedur uji disolusi tablet Simvastatin. Uji Disolusi tes

1 dilakukan menggunaan alat uji disolusi tipe 2 (tipe dayung) pada suhu

370 ± 0,5

0 C dengan kecepatan 50 rpm selama 60 menit. Uji disolusi

dilakukan pada medium 900 mL larutan buffer fosfat pH 7,0.

Medium yang digunakan yaitu larutan Buffer dengan pH 7,0

yang telah disiapkan dengan 8,28 gram sodium dihydrogen fosfat dan

ditambahkan 0,5 % w/v atau sekitar 30 gram natrium lauril sulfat dalam

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6000 ml aquades dan pH diatur sampai 7,0 dengan 10% w/v NaOH (USP

XXXII, NF 27, 2010)

Proses pengambilan cuplikan sampel dilakukan pada menit ke 5,

10, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 ml dengan menggunakan spuit yang

telah dikalibrasi sebelumnya. Setelah pencuplikan sampel dilakukan

penggantian medium disolusi, yaitu degnan menambahkan 10 mL

medium disolusi ke dalam wadah disolusi. Sampel yang telah dicuplik

disaring dengan memasang membran filter berukuran 0,45 µm ke

spuit, sebanyak ±1 ml sampel awal dibuang dan sisanya ditampung di

dalam tabung reaksi yang bersih (Sakina, 2013).

Masing-masing cuplikan kemudian diukur serapannya dengan

Spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 238,8 nm.

3.4.8 Analisis Statistik

Pengolahan data dilakukan secara statistik dengan menggunakan

metode komparatif one way ANOVA dengan program SPSS 16. Analisis

statistik dilakukan terhadap data presentase kadar simvastatin yang

terdisolusi tiap waktu dari keempat sampel obat. Sebelum dilakukan uji

komparatif one way ANOVA, data presentase kadar simvastatin yang

terdisolusi tiap waktu dari keempat sampel obat dilakukan uji normalitas

distribusi dengan uji Saphiro Wilk dan uji hohogenitas data antar

kelompok dengan metode Levene’s Test. Data dikatakan terdistribusi

normal dan hohmogen jika nilai sig > 0,05. Uji komparatif one way

ANOVA dilakukan pada derajat kepercayaan 0,95 (p= 0,05). Dalam hal

rancangan ini dapat diuji data presentase kadar simvastatin yang

terdisolusi tiap antar sampel terdapat perbedaan bermakna bila dapat

diketahui dengan melihat signifikansi (p). Bila nilai p yang dihasilkan

<0,05, maka terdapat perbedaan yang bermakna antar data presentase

kadar simvastatin yang terdisolusi tiap waktu antar keempat sampel

obat.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

28

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sediaan

simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS. Metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Teknis

Pengertian Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Sampel digunakan untuk penelitian kualitatif atau

penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2007). Dari setiap

subpopulasi dipilih merek yang paling sering digunakan dan diresepkan,

informasi ini didapatkan dengan melakukan survei di 20 Apotek yang ada di

Jakarta Timur. Sampel yang diperoleh dari beberapa apotek dikarenakan

ketersediaan jenis merek di setiap apotek dengan mengambil sebanyak 25%

dari masing-masing subpopulasi (Balai POM, 2014). Dari tablet e-catalogue

BPJS terdapat 5 merek, sehingga 25% dari subpopulasi tablet e-catalogue

diambil 2 merek, sementara untuk tablet non e-catalogue BPJS terdapat 8

merek, sehingga 25% dari subpopulasi tablet non e-catalogue BPJS diambil

2 merek.

Pada uji ini memilih simvastatin tablet generik A serta tablet generik

B sebagai tablet e-catalogue dan merek X serta merek Y sebagai obat non e-

catalogue BPJS yang masing-masing terkandung zat aktif simvastatin 10

mg tiap tabletnya. Kriteria pemilihan sampel berdasarkan tempat

pembelian dan tahun kedalwarsa yang sama, yaitu dari apotek Gadi

Lamba di Jakarta Timur dan memiliki tahun kedaluarsa yang sama yaitu

tahun 2018. Tempat dan tahun kedaluarsa yang sama dipilih untuk

meminimalkan faktor kesalahan luar, seperti kondisi dan penyimpanan

obat diharapkan setara karena berasal dari tempat penyimpanan yang

sama meskipun dari pabrik yang berbeda.

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Evaluasi Fisik Tablet

4.2.1 Kekerasan Tablet

Uji kekerasan tablet bertujuan untuk memperoleh gambaran

tetang ketahanan tablet melawan tekanan mekanik (guncangan),

tekanan pada saat pengemasan, distribusi, dan penyimpanan.

Dilakukan pengujian terhadap 10 tablet dari masing-masing sampel

(Ditjen POM, 1995). Alat yang digunakan pada pengujian ini

adalah Hardness tester (ERWEKA) dengan unit kP (kilopound).

Dan didapatkan hasil pada Tabel 4.1 yang telah di konversikan

menjadi satuan kg dan data hasil uji kekerasan tablet terdapat pada

Lampiran 4.

Tabel 4.1 Hasil Uji Kekerasan Tablet (Hardness Tester)

Kekerasan (kg)

Tablet e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS

Generik A Generik B Merek X Merek Y

Rata-

rata 6,18 ± 7,641 11,55 ± 9,606 8,01 ± 5,065 11,05 ± 13,71

Hasil yang didapatkan ialah dari masing-masing 10 tablet

yang berasal dari empat merek obat memiliki variasi kekerasan

yang berbeda-beda. Kekerasan adalah parameter yang

menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan

mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet

selama pengemasan, pendistribusian dan pemakaian. Kekerasan ini

dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi

dan sifat bahan yang dikempa. Semakin besar tekanan yang

diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet

(Parrot, 1971). Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu

hancur yang lama atau lebih sukar hancur dan disolusi yang rendah,

namun tidak selamanya demikian.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai

kekerasan antara 4 - 8 kg (Parrot, 1971). Namun hal ini tidak

mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih

tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat

diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang

diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki

kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat

pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10

kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu

hancur (disintegrasi) dan disolusi yang dipersyaratkan (Rhoihana,

2008).

4.2.2 Waktu Hancur

Uji waktu hancur dilakukan bertujuan untuk mengetetahui

waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet menjadi partikel-

partikel penyusunnya bila kontak dengan cairan. Waktu hancur

tablet juga menggambarkan cepat lambatnya tablet hancur dalam

cairan pencernaan. Dilakukan pengujian terhadap masing-masing

enam tablet dari masing-masing sampel, pada medium akuades

suhu ± 370 C (Ditjen POM, 1995). Hasil yang diperoleh tertera pada

tabel 4.2 dan data hasil uji waktu hancur terdapat pada Lampiran 5.

Tabel 4.2 Hasil Uji Waktu Hancur (Disintegration Tester)

Waktu (Detik)

Tablet

e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS

Generik A Generik B Merek X Merek Y

Rerata 47,17 ± 8,99 322,50 ± 10,67 55,17 ± 2,64 60,33 ± 2,73

Berdasarkan hasil yang diperoleh semua tablet telah

memenuhi syarat uji waktu hancur karena masing-masing 6 tablet

dari keempat merek yang diuji waktu hancurnya kurang dari 15

menit sehinnga dianggap telah memenuhi persyaratan waktu hancur

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tablet. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah

tablet untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang

mampu melewati ayakan No.10 yang terdapat di bagian bawah

alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester

(ERWEKA), yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube

plastik yang terbuka di bagian atas, sementara di bagian bawah

dilapisi dengan ayakan/screen No. 10 mesh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu

sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas

tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu

pembuatan tablet menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan

kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan

menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga

memperpanjang waktu hancur tablet. Tablet simvastatin e-catalogue

BPJS dan non e-catalogue BPJS yang telah diuji dalam penelitian

ini telah memenuhi persyaratan untuk waktu hancur tablet,

sedangkan untuk uji kekerasan terdapat beberapa tablet yang

melebihi rentang persyaratan yang telah ditetapkan. Tablet yang

tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan masih dapat diterima

apabila tablet tersebut memenuhi persyaratan uji waktu hancur dan

uji disolusi (Yos Banne, et. al,, 2013)

4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin

Penentuan panjang gelombang maksimum simvastatin dilakukan

dalam pelarut metanol. Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan

cara scanning pada panjang gelombang 200-400 nm. Di antara rentang

panjang gelombang tersebut dicari panjang gelombang dengan absorbansi

yang paling hinggi.

Dari hasil pemindaian dari spektrofotometer Uv-Vis diperoleh

panjang gelombang maksimum simvastatin yaitu 238,5 nm dalam metanol

dapat dilihat pada Lampiran 6 dan panjang gelombang 238,8 nm dalam

dapar fosfat dapat dilihat pada Lampiran 7.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

y = 0,06x + 0,0036 R² = 0,9998 R = 0,9999

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0 2 4 6 8 10 12 14

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (ppm)

Simvastatin pada pelarut metanol memiliki panjang gelombang 238

nm menurut USP XXXII tahun 2010. Berdasarkan hasil pengukuran yang

diperoleh, panjang gelombang simvastatin mengalami pergeseran

batokromik, yaitu pergeseran panjang gelombang ke arah lebih besar.

Pergeseran panjang gelombang dapat terjadi karena adanya pengaruh dari

pelarut dan pH pelarut, di mana pelarut sering memberikan pengaruh

yang besar pada kualitas dan bentuk dari spektrum (Moffat, et. al, 2005)

4.4 Penentuan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi digunakan untuk penetapan kadar tablet simvastatin,

yang kadarnya dapat dihitung melalui persamaan regresi liner. Kurva

kalibrasi standar simvastatin dibuat menggunakan pelarut metanol yang

kemudian diencerkan kembali menggunakan pelarut aquades. Dari

pembuatan kurva kalibrasi simvastatin diperoleh persamaan regresi linier

y = a + bx dan koefisien korelasi (r), di mana y menggambarkan absorbansi

dan x menggambarkan konsentrasi. Persamaan regresi linier simvastatin

adalah y = 0,06x + 0,0036 sedangkan data kurva kalibrasi yang lebih

lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Metanol

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Persamaan regresi linier tersebut kemudian digunakan untuk

menetapkan kadar simvastatin dalam sampel. Berdasarkan data

menunjukkan bahwa kurva kalibrasi simvastatin tersebut memiliki koefisien

korelasi (r) yang memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999 (Snyder,

Kirkland dan Glajch, 1997).

Pada kurva kalibrasi uji disolusi didapatkan persamaan regresi linier

y = 0,0555x + 0,0124 sedangkan data kurva kalibrasi yang lebih lengkap

dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0

Persamaan regresi linier tersebut kemudian digunakan untuk

menetapkan kadar simvastatin dalam pengujian disolusi tablet. Berdasarkan

data menunjukkan bahwa kurva kalibrasi simvastatin tersebut memiliki

koefisien korelasi (r) yang memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999

(Snyder, Kirkland dan Glajch, 1997).

4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin

Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui nilai kadar

zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang

tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-

masing monografi (Syamsumi, 2007)

y = 0.0555x + 0.0124 R² = 0.9994 R = 0,9997

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 5 10 15 20

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (ppm)

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penetapan kadar dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-

Visible (Hitachi) dalam pelarut metanol. Penetapan kadar simvastatin

dapat dilakukan dengan spektrofotometri karena memiliki gugus kromofor

yang berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan gugus auksokrom.

Penggunaan pelarut metanol karena simvastatin mudah larut dalam

metanol, selain itu juga didukung oleh literatur USP (United States

Pharmacopeia) XXXII tahun 2010 yang menggunakan metanol sebagai

pelarut untuk penetapan kadar simvastatin. Hasil penetapan kadar obat

tertera pada Tabel 4.3 dan data hasil uji penetapan kadar terdapat pada

Lampiran 12.

Tabel 4.3 Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin

Tablet

e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS

Generik A Generik B Merek X Merek Y

Kadar (%) 95,06 87,23 96,90 95,40

94,23 88,56 95,90 94,06

Rerata (%) 94,65 87,90 96,40 94,73

SD (%) 0,589 0,942 0,707 0.942

RSD (%) 0,622 1,072 0,733 0,995

Berdasarkan hasil dari data yang tertera pada tabel terdapat satu

merek yakni generik B yang tidak memenuhi persyaratan yaitu kurang dari

rentang persyaratan untuk kadar simvastatin yang berkisar tidak kurang dari

90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah simvastatin anhidrat yang

tertera pada etiket (USP XXXII,NF 27, 2010). Sementara untuk ketiga

merek lain yakni generik A, merek X dan merek Y telah memenuhi

persyaratan.

Adapun kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi

mempengaruhi efek terapi yang diharapkan. Namun kadar yang tidak

sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan pada suatu senyawa obat

tertentu juga dapat berefek buruk, baik ditunjukkan dengan tidak adanya

efek terapi yang diharapkan, sehingga bila terdapat kadar yang tidak

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sesuai dengan persyaratan maka dapat mempengaruhi jumlah kumulatif

kadar terdisolusinya dan juga berdampak pada khasiat maupun

farmakokinetik obat tersebut.

4.6 Keseragaman Kandungan

Keseragaman sediaan merupakan salah satu uji yang

dipersyaratkan untuk suatu sediaan yang mengandung satu zat aktif dan

sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Keseragaman dapat

ditetapkan dengan salah satu dari dua metode yaitu keragaman bobot atau

keseragaman kandungan (Ditjen POM, 1995). Hal ini bertujuan untuk

memastikan bahwa kandungan zat aktif pada sampel obat seragam. Pada

penelitian ini, pengujian keseragaman sediaan yang dilakukan hanya

keseragaman kandungan karena zat aktif yang terkadung dalam sediaan

kurang dari 50 mg yaitu 10 mg. Sementara untuk keragaman bobot

dilakukan apabila produk obat mengandung zat aktif berkisar 50 mg

atau lebih (Ditjen POM, 1995).

Hasil uji keseragaman kandungan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan

data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, 16, dan 17.

Tabel 4.4 Hasil Uji Keseragaman Kandungan

Tablet

Kandungan (%)

Simvastatin e-catalogue BPJS Simvastatin Non e-

catalogue BPJS

Generik A Generik B Merek X Merek Y

Rerata (%) 93,31 91,78 101,75 94,38

SD (%) 4,276 3,463 2,280 2,512

RSD (%) 4,583 3,773 2,241 2,661

Berdasarkan hasil uji keseragaman kandungan yang dilakukan untuk

keempat merek obat, masing-masing tablet telah memenuhi persyaratan yang

dicantumkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995. Dari hasil

tersebut terdapat perbedaan kadar simvastatin dalam masing-masing tablet

yang diproduksi oleh pabrik yang berbeda disebabkan oleh proses

homogenitas yang kurang sempurna antara zat aktif dan bahan tambahannya.

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan hasil uji keseragaman kandungan untuk simvastatin persyaratan

dipenuhi jika mengandung simvastatin tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih

dari 115,0% dari kadar yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya

kurang dari sama dengan 6,0%. Dengan demikian semua merek uji telah

memenuhi persyaratan keseragaman kandungan.

4.7 Uji Disolusi Tablet simvastatin

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan profil disolusi tablet

simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS sehingga dapat

diketahui apakah profil disolusi sediaan tersebut memiliki persamaan dan

telah sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh USP XXXII dan melalui profil

disolusi juga dapat diketahui mekanisme pelepasannya. Uji disolusi in vitro

merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui profil pelepasan obat yang

dapat menggambarkan profil farmakokinetika obat dalam tubuh (Lachman,

1994), di mana laju pelepasan obat dalam cairan saluran cerna merupakan

salah satu tahapan penentu (rate limiting step) absorpsi sistemik obat (Sutriyo,

et. al,, 2005)

Uji disolusi dilakukan berdasarkan metode yang ditetapkan USP XXXII

yaitu metode uji disolusi tes satu, yakni menggunakan alat disolusi tipe 2

(tipe dayung), sementara medium disolusi ialah cairan usus tiruan (dapar

fosfat di adjust NaOH hingga pH 7,0) sebanyak 900 mL beserta surfaktan

Natrium Lauril Sulfat yang bertujuan untuk membantu meningkatkan

kelarutan simvastatin dengan menurunkan tegangan permukaan zat aktif

sebab simvastatin termasuk dalam kategori BCS (Biopharmaceutical

Classification Systems) kelas II, yaitu zat yang memiliki tingkat kelarutan

rendah namun tingkat permeabilitas tinggi. Selain medium yang digunakan

menggambarkan fisiologis saluran cerna, sifat medium disolusi juga

merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam uji disolusi. Media

yang digunakan tergantung sifat zat aktif obat dan lokasi di dalam saluran

cerna di mana diperkirakan obat akan melarut.

Menurut literatur, semua obat golongan statin memiliki first pass

extraction pada hati dan hampir seluruh dosis yang diabsorbsi akan

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dieksresikan melalui empedu dan sisanya (5 - 20%) dieksresikan melalui urin

(Katzung, 2009). Ileum atau usus penyerapan adalah bagian akhir dari usus

kecil. Bagian ini memanjang dari jejunum, bagian tengah dari usus kecil, ke

pangkal usus besar. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit

basa). Ileum melakukan beberapa fungsi penting yaitu menyerap kembali

garam empedu dan membantu mempertahankan tingkat garam empedu bagi

pencernaan dan penyerapan lemak di usus kecil (Haris, 1995). Empedu

berperan penting dalam pelarutan simvastatin, karena struktur kimia empedu

memberikan dua fungsi berbeda yaitu salah satu ujung dari molekul empedu

menarik air dan ujung lainnya menolak air. Hal ini memberikan empedu

kemampuan untuk bertindak sebagai deterjen yang memecah lemak menjadi

molekul yang lebih kecil sehingga mudah dicerna oleh enzim lipase

(Champbell, 2004). Oleh sebab itu, penggunaan natrium lauril sulfat sebagai

detergen dapat digunakan untuk menggambarkan fisiologis saluran cerna.

Penggunaan natrium lauril sulfat juga merupakan rujukan oleh literatur USP

XXXII.

Uji disolusi dilakukan selama 60 menit pada suhu 37 ± 0,5 0C, dan

kecepatan pengadukan 50 rpm (USP XXXII, 2010). Pengambilan cuplikan

sampel dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 mL dan

segera digantikan dengan medium disolusi baru yang sama sengan jumlah

pencuplikan untuk menjaga agar volume disolusi tetap. Kemudian sampel

diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dan dihitung

kadarnya dengan menggunakan persamaan regresi yang telah ditentukan

sebelumnya. Uji disolusi dilakukan menggunakan enam tablet pada masing-

masing sampel obat, kemudian didapatkan hasil profil disolusi berupa kurva

pelepasan obat, dapat di lihat pada Gambar 4.3.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.3 Profil Disolusi Simvastatin Empat Merek Obat

Hasil presentase pelepasan kumulatif simvastatin dapat dilihat pada tabel

dibawah ini dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

Tabel 4.5 Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin

Rata-rata kadar (%) simvastatin terdisolusi

Menit ke- e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS

Generik A Generik B Merek X Merek Y

5 100,04 ± 5,32 22,55 ± 13,33 55,6 ± 5,19 57,36 ± 4,59

10 121,01 ± 3,78 72,50 ± 2,07 89,07 ± 2,89 90,12 ± 2,06

15 117,04 ± 4,94 88,58 ± 3,66 113,47 ± 2,90 101,42 ± 1,88

30 119,50 ± 5,06 102,66 ± 2,35 122,34 ± 2,73 116,88 ± 2,32

45 118,3 ± 2,68 96,28 ± 1,51 117,8 ± 3,63 113,25 ± 1,93

60 115,82 ± 2,67 89,99 ± 2,00 113,88 ± 2,52 106,55 ± 4,16

Keterangan : Nilai ± merupakan nilai SD dari masing-masing 6 tablet uji

Berdasarkan hasil kurva menunjukkan bahwa dari ke empat sampel

menunjukan profil disolusi yang berbeda terutama untuk simvastatin e-catalogue

BPJS, di mana laju disolusi simvastatin e-catalogue untuk merek generik B yang

terlihat dari kurva kumulatif yang terdisolusi terlampau lebih rendah presentase

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kadarnya dibandingkan dengan ketiga merek yang lain, sementara untuk

simvastatin generik A dari awal menit kadarnya sudah terlampau tinggi. Sedangkan

untuk simvastatin non e-catalogue BPJS profil disolusinya terlihat hampir setara

untuk merek X dan Y keduanya terlihat berhimpitan.

Pada simvastatin generik B laju disolusinya lebih kecil dibandingkan

dengan ketiga simvastatin lainnya, hal ini disebabkan oleh faktor pengikat dan

disintegran, di mana bahan pengikat dan disintegran mempengaruhi kekuatan ikatan

partikel-partikel dalam tablet tersebut sehingga mempengaruhi kemudahan cairan

untuk masuk berpenetrasi ke dalam lapisan difusi tablet menembus ikatan-ikatan

dalam tablet tersebut. Dalam hal ini pemilihan bahan pengikat dan disintegran dan

bobot dari penggunaan bahan pengikat dan disintegran sangat berpengaruh terhadap

laju disolusi. Selain itu penyebab lain yang mungkin adalah formulasi dari sediaan

tablet yang kurang baik. Faktor formulasi yang mempengaruhi laju disolusi di

antaranya kecepatan disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien (bahan tambahan)

dan kekerasan. Dapat terlihat pada Tabel 4.1 untuk uji kekerasan tablet generik B

memiliki nilai rata-rata terbesar dibandingkan ketiga tablet simvastatin yang lain,

sehingga faktor formulasi berkaitan erat dengan laju disolusi dari sebuat tablet.

Selain itu, pada pengujian waktu hancur, tablet simvastatin generik B memiliki

waktu hancur yang paling lama dan waktu hancur tablet terletak pada menit ke-5,

sedangkan tablet simvastatin lainnya memeiliki waktu hancur kurang dari 5 menit,

sehingga waktu hancur tablet simvastatin generik B yang terlampau lebih lama juga

mempengaruhi laju disolusinya.

Pada simvastatin generik A laju disolusinya paling tinggi sejak menit ke-5

atau sejak pengambilan cuplikan yang pertama, akan tetapi mengalami penurunan

kadar pada menit ke-15, dan justru titik puncak kadar terdapat pada menit ke 10,

semestinya untuk simvastatin kadar puncaknya terletak pada menit ke-30. Hal ini

dapat terjadi karena pada Tabel 4.2 untuk pengujian waktu hancur tablet,

simvastatin A memiliki waktu hancur yang relatif lebih cepat dibandingkan

dengan ketiga tablet simvastatin lainnya, sehingga isi tablet yang pecah menjadi

partikel-partikel terlarut, dan daerah permukaan media pelarut menjadi lebih luas,

dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam medium, maka pecahnya

tablet tersebut mempengaruhi saat pengambilan cuplikan yakni penyebaran

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

partikel-partikel dan tebal lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel

yang kontak dengan pelarut. Oleh sebab itu, memberikan hasil yang fluktuatif di

setiap menit pengambilan cuplikan.

Sementara pada simvastatin tablet non e-catalogue BPJS yakni merek X

dan merek Y terlihat berhimpitan laju disolusinya meskipun pada pengujian

kekerasan tablet dan pengujian waktu hancur keduanya memiliki hasil yang

berbeda yakni untuk waktu hancur merek X lebih cepat dibandingkan merek Y,

begitu juga pada uji kekerasan, Merek X lebih mudah hancur dibandingkan Merek

Y tetapi pada laju disolusinya memberikan pelepasan obat yang tidak berbeda

signifikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor formulasi yang meskipun terdiri

dari bahan pengikat dan tambahan yang berbeda-beda namun memberikan

pelepasan atau laju disolusi yang terlihat sama. Pelepasan zat aktif dari suatu

produk obat ini dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan.

Ketersediaan zat aktif ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk

sediaan, di mana pelepasan zat aktif ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam

media sekelilingnya (Tjay, 2002).

Uji disolusi ini didesain untuk membandingkan kecepatan melarutnya suatu

obat, yang ada di dalam suatu sediaan pada kondisi dan ketentuan yang sama dan

dapat diulangi (Shargel, 1988). Terlihat dari kurva diatas bahwa kedua variabel

saring berhimpitan akan tetapi simvastatin tablet non e-catalogue BPJS laju

disolusinya lebih tinggi dibandingkan dengan simvastatin tablet e-catalogue BPJS.

Adanya perbedaan profil disolusi dari masing-masing keempat obat dapat

memberikan profil farmakokinetik dan efek terapi yang berbeda. Kecepatan

disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis dari kelayakan sistem

penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting pada zat aktif yang

dikandung oleh sediaan obat tertentu, di mana berpengaruh terhadap kecepatan

dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh, jika disolusi makin cepat, maka

absorbsi makin cepat, sehingga efektivitas terapi juga lebih cepat dan optimal.

Hasil uji disolusi berupa presentase kumulatif kadar simvastatin yang

terdisolusi dari masing-masing sampel obat kemudian di analisis unutuk

mengetahui apakah pelepasan simvastatin dari keempat sampel sesuai dengan

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

persyaratan disolusi yang disyaratkan oleh USP XXXII metode disolusi tes satu.

Hasil analisis keseusaian pelepasan obat dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Kesesuaian Pelepasan Pimvastatin pada Menit ke-45 dari

Empat Merek

Merek

Obat

Kadar Simvastatin yang terdisolusi (%) Rentang

penerima

an (%)

Keses

uaian

Persy

aratan

Tablet Uji Rata-

rata 1 2 3 4 5 6

Generik B 99,82 91,39 97,88 95,28 97,88 95,44 96,28 ±

2,68

Tidak

kurang

dari 70

%

Ya

Generik A 116,69 119,12 116,69 117,34 119,61 120,58 118,30 ±

1,51 Ya

Merek X 119,44 113,28 124,15 116,04 119,28 114,58 117,80 ±

3,63 Ya

Merek Y 111,01 112,47 112,15 113,12 117,17 113,61 113,25 ±

1,93 Ya

Berdasarkan dasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa keenam tablet uji

dari masing-masing merek telah memenuhi persyaratan disolusi tablet simvastatin

menurut USP XXXII metode disolusi tes satu.

Tabel 4.7 Persyaratan Pelepasan Obat Simvastatin Berdasarkan USP XXXII,

Tahun 2010

Persyaratan Disolusi

Jumlah tercantum dalam Etiket Menit Ketetapan Kecepatan disolusi

5 mg 30 menit Tidak kurang dari 70%

10 mg 45 menit Tidak kurang dari 70%

20 mg 45 menit Tidak kurang dari 70%

Menurut USP XXXII, untuk sediaan simvastatin dengan dosis 10 mg,

persyaratan disolusinya pada menit ke 45 kadarnya tidak boleh kurang dari 70 % .

Hal ini terlihat dari keenam tablet uji pada menit ke 45 telah melebihi 70%

sehingga keempat merek obat dianggap telah memenuhi persyaratan disolusi dari

USP XXXII.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.8 Analisa Statistik

Analisa statistik dilakukan dengan memasukkan data presentase simvastatin

yang terdisolusi tiap waktu dari masing-masing sampel obat. Sebelum dilakukan uji

statistik komparatif One Way ANOVA dilakukan uji normalitas Saphiro-Wilk untuk

menilai distribusi data dan uji homogenitas dengan metode Levene’s Test untuk

mengetahui variasi data antar kelompok, karena syarat dapat dilakukannya uji

komparatif One Way ANOVA adalah data harus terdistribusi normal dan terdapat

kesamaan varian antar kelompok.

Hasil uji normalitas Saphiro Wilk semua data menunjukkan nilai p>0,05

yang berarti bahwa semua data pada menit ke-5, 10, dan 15 memiliki data yang

terdistribusi normal.

Untuk hasil uji homogenitas dengan metode Levene’s test menunjukkan

nilai p>0,05 pada semua data yang menandakan bahwa terdapat kesamaan varian

antar kelompok atau yang berarti semua data homogen.

Data yang memiliki distribusi data yang normal dan kesamaan varian antar

kelompok kemudian dilanjutkan ke uji komparatif One Way ANOVA untuk melihat

ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna antara presentase simvastatin yang

terlepas diantara keempat variabel yang di uji. Berdasarkan hasil uji komparatif

One Way ANOVA terhadap data presentase simvastatin tyang terlepas pada menit

ke-5, 10, dan 15 dari kelompok obat dihasilkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa

presentase pelepasan simvastatin antara tablet e-catalogue simvastatin dan non e-

catalogue simvastatin berbeda secara signifikan.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

43

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS

mempunyai kualitas fisik yang relatif sama dan memenuhi persyaratan

yang sesuai Farmakope Indonesia.

2. Profil disolusi dari tablet simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-

catalogue BPJS memenuhi rentang persyaratan pelepasan tablet

simvastatin menurut metode disolusi tes satu yang tertera pada USP

XXXII tahun 2010.

3. Berdasarkan hasil uji penetapan kadar untuk kedua merek simvastatin

tablet non e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan USP XXXII,

sedangkan pada simvastatin tablet e-catalogue BPJS terdapat satu merek

yang belum memenuhi persyaratan uji penetapan kadar, sehingga

simvastatin tablet non e-catalogue BPJS memiliki mutu yang relatif lebih

baik.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh waktu

penyimpanan terhadap profil disolusi untuk mengetahui apakah waktu

penyimpanan mempengaruhi profil disolusi suatu zat aktif yang memiliki

kelarutan rendah, mengingat pentingnya profil disolusi pada setiap

formulasi sediaan yang mengandung bahan aktif yang kelarutannya

rendah.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

44

DAFTAR PUSTAKA

Amidon GL, Lennernäs H, Shah VP, Crison JR. 1995. A theoretical basis for a

biopharmaceutic drug classification: the correlation of in vitro drug

product dissolution and in vivo bioavailability. Pharmaceutical

Resourches. Page; 12:413-420.

Anonim. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Anonim. 1989. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.

05410/A/SK/XII/1989 tentang Petunjuk Operasional Penerapan Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Jakarta.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga . page 591. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal. 32-33, Jakarta :

Sagung Seto

Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The

Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd ed., Lea and Febiger,

Philadelphia. 643-704.

Chaerunnisa, A.Y. 2009. Farmasetika Dasar . Bandung: Widya Padjajaran

Campbell, N. A et. al,. 2004. Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Cetakan I. Padang: Andalas University Press

Dav_e RN, Bilgili E, Jallo L, et al. 2013. Special Issue on Pharmaceutical

Powders: Towards Developing Understanding of The Influence of

Materials and Processes on Product Performance Powder Technol.

Page 236:1e4.

Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah:

Pujaatmaka, A.H. Edisi ke V. Jakarta: Erlangga

Departemen Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK

02.02/MENKES/068/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat

Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI

Fatima, Sakina, et.al. 2013. Statical Evaluation of In-vitro Dissolution Profiles of

Different Brands of Simvastatin 20 mg Tablets Available in Local

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Market of Karachiii. International Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Science. ISSN 0975-1491. Vol. 5, Issue 3.

Holme,J.D. and Peck,H. 1983. Analitycal Biochemistry. London. New York :

Departement of Biological Sciences Sheffield City Polytecnic.

Jyothi P, Asha , et.al. 2013. Spectrophotometric Estimation of Simvastatin in Bulk

and Tablet Dosage Form. International Journal of Innovative

Pharmaceutical Research. Page 284-287 Volume 4(1).

Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi II. Jakarta : Salemba

Medika.

Kaur, Rupinder, et.al. 2013. Development and Validation of UV Spectroscopic

Method For The Estimation of Simvastatin. World Journal of

Pharmacy and Pharmaceutical Science. Page 763-771 ISSN 2278-

4357 Volume 3(1).

Khadka, Prakash, et.al. 2014. Pharmaceutical Particle Technologies: An Approach

to Improve Drug Solubility, Dissolution and Bioavailability. Journal

of Pharmaceuitcal Science. Page 304-316 Volume 9.

Lancet. 1994. Scandinavian Simvastatin Survival Study Group. Randomised Trial

of Cholesterol Lowering in 4444 Patients With Coronary Heart

Disease: The Scandinavian Simvastatin Survival Study (4S) : Page

1383-1389

Mariyam, Rina. 2011. Preparasi dan Karakterisasi Kitosan Suksinat Sebagai

Matriks pada Tablet Enterik Lepas Lambat. Skripsi Sarjana Farmasi.

Depok : FMIPA Universitas Indonesia

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis

Data Sekunder, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Midoux N, Ho_sek P, Pailleres L, et al. 1999. Micronization of pharmaceutical

substances in a spiral jet mill. Powder Technol. Page ;104 - 113

Raju, Naga K., et.al. 2012. Spectrophotometric Methods For Estimation of

Simvastatin Bulk Drug and Its Dosage Form. International Journal of

Pharmaceutical, Chemical and Biological Sciences. Page 124-129

Volume 2 (1)

Roth, H.J., Blaschke. 1981. Pharmaceutical Analysis, diterjemahkan oleh sarjoko

Kisman dan Slamet Ibrahim. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press,

Parrott, E.L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics.

Mineapolis: Burgess Publishing Company

Pertiwi, Herlina. 2015. Evaluasi Profil Disolusi Tablet Lepas Lambat Teofilin

yang Beredar di Masyarakat. Skripsi Sarjana Farmasi. Jakarta :

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rhoihana, D. 2008. Perbandingan Availibilitas In Vitro Tablet Metronidazol

Produk Generik dan Produk Dagang. Surakarta : Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Sastrohamidjojo. Hardjono. 1985. Kromatografi, Yogyakarta: Liberty.

Shargel, Leon, dan Andrew B.C.Y.U. 1988. Biofarmasi dan Farmakokinetika

Terapan. Edisi II. Penerjemah Dr. Fasich, Apt. dan Dra. Siti

Sjamsiah, Apt. Airlangga Universitas Press. Surabaya.

Shargel, L., Wu-pong, S., dan Yu, A.B.C. 2005. Applied Biopharmaceutics &

Pharmacokinetics. Edisi ke-5. Boston: McGraw Hill.

Sirregar, Haris., 1995. Fisiologi Gastrointestinal. Makassar : Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanudin.

Soekemi, R.A., et. al,.. 1987. Tablet. Hal. 2-4, 39-50. Medan : P.T. Mayang

Kencana

Sulaiman, Teuku Nanda Saifullah. 2007. Teknologi Formulasi Sediaan Tablet.

Yogyakarta : MUCOMM. Hal 2-3.

Sudjadi dan Rohman, A. 2007. Analisa Obat dan Makanan. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Suyatna, F.D., Tony H. 1995. Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G.,

Rianto S., Frans D. dan Purwantyastuti. Edisi Keempat. Jakarta:

Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Syukri, Y. 2002. Biofarmasetika. UII Press : Jogjakarta

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan

kedua. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta : Gramedia

The United State Pharmacopeia. 2010. The National Formulary USP 32- NF 27.

Roclville, MD: The United State Pharmacopeial Convention, Inc

Voigt, 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada

Press. Yogyakarta.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Bagan Alur Penelitian

Tablet Simvastatin e-

catalogue BPJS dan Non

e-catalogue BPJS

Ta Evaluasi Tablet

Uji Kekerasan Tablet

Analisis Pelepasan Obat

Uji Disolusi

Penentuan Panjang

Gelombang Maksimum

simvastatin

Pembuatan Kurva

Kalibrasi

Penetapan Kadar

Keseragaman Kandungan

Uji Waktu Hancur

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Alat

Gambar 1. Harness Tester (ERWEKA)

Gambar 2. Disintegration Tester (ERWEKA)

Gambar 3. Spektrofotometri UV- Visible

(Hitachi)

Gambar 4. Dissolution Tester (ERWEKA)

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Sertifikat Analisis Standar Simvastatin

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Hasil Uji Kekerasan (Hardness Testing)

Kekerasan (kg)

No. e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS

Generik A Generik B Merek X Merek Y

1. 62 104 75 118

2. 61 118 85 92

3. 61 122 86 126

4. 61 117 79 113

5. 72 107 74 129

6. 52 110 86 103

7. 61 111 76 126

8. 65 107 74 96

9. 49 135 84 98

10 74 124 82 104

Rata-rata 6,18 11,55 8,01 11,05

SD 7,641 9,606 5,065 13,71

CV 12,36 8,31 6,32 12,41

Lampiran 5. Hasil Uji Waktu Hancur (Disintegration Testing)

Waktu (detik)

No. e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS

Generik A Generik B Merek X Merek Y

1. 40 334 59 62

2. 52 320 54 60

3. 36 313 57 65

4. 42 335 53 58

5. 58 309 56 59

6. 55 324 52 58

Rata-rata 47,17 322,50 55,17 60,33

SD 8,99 10,67 2,64 2,73

CV 19,07 3,30 4,78 4,53

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Pelarut Metanol

Lampiran 7. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol

Lampiran 9. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0

y = 0,06x + 0,0036 R² = 0,9998 R = 0,9999

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0 2 4 6 8 10 12 14

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (ppm)

y = 0.0555x + 0.0124 R² = 0.9994 R = 0,9997

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (ppm)

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Data Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol

Konsentrasi Absorbansi

2 0,128

4 0,240

6 0,366

8 0,481

10 0,608

12 0,720

Lampiran 11. Data Kurva Kalibrasi dalam Medium Dapar Fosfat pH 7,0

Konsentrasi Absorbansi

2 0,134

6 0,338

10 0,579

14 0,791

18 1,004

Lampiran 12. Data Penetapan Kadar Tablet Simvastatin

Merek Absorbansi

Konsen

trasi

(ppm)

Kadar

(mg)

Kadar

(%)

Rerata

Kadar

(%)

SD RSD

e-catalogue BPJS

Generik A 0,574 9,506 95,06 95,06

94,65 0,589 0,622 0,569 9,423 94,23 94,23

Generik B 0,527 8,723 87,23 87,23 87,9 0,942 1,072

0,535 8,856 88,56 88,56

Non e-catalogue BPJS

Merek X 0,585 9,690 96,90 96,90

96,40 0,707 0,733 0,579 9,590 95,90 95,90

Merek Y 0,576 9,540 95,40 95,40

94,73 0.942 0,995 0,568 9,406 94,06 94,06

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Penetapan Kadar

Perhitungan penetapan kadar simvastatin generik A

Hasil absorbansi yang diperoleh dari penetapan kadar obat A (1) adalah 0,559 dan

persamaan regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi simvastatin dalam

metanol-air adalah y = 0,06x + 0,0036

Kadar terbaca (μg/mL)

y = 0,06x + 0,0036

0,574 = 0,06x + 0,0036

x = 0,5704 / 0,06

x = 9,506 μg/mL

Kadar sebenarnya (kadar sebelum pengenceran)

Kadar = kadar terbaca x faktor pengenceran

= 9,506 μg/mL x 100

Kadar = 950,6 μg/mL

Kadar dalam 100 mL

Kadar = Kadar sebenarnya x 100 mL

= 950,6 μg/mL x 100 mL

Kadar = 95,06 μg

Kadar = 95,06 mg

Kadar dalam satu tablet

Kadar =

=

Kadar = 9,507 mg

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kadar simvastatin dalam tablet (%)

Kadar =

=

= 95,07 %

Kadar simvastatin dalam tablet (%)

Kadar =

=

= 95,07 %

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik

A

Lampiran 15. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik

B

Tablet Bobot (mg) Absorbansi Konsentrasi

(ppm) Kadar (%)

1 170,2 0,610 10,103 101,03

2 173,8 0,554 9,173 91,73

3 171,3 0,556 9,206 92,06

4 166,9 0,566 9,373 93,73

5 175,2 0,525 8,690 86,90

6 167,7 0,554 9,173 91,73

7 167,5 0,587 9,723 97,23

8 168,5 0,530 8,773 87,73

9 171,8 0,558 9,240 92,40

10 170,4 0,595 9,856 98,56

Rata-rata (%) 93,31

SD (%) 4,276

RSD (%) 4,583

Tablet Bobot (mg) Absorbansi Konsentrasi

(ppm) Kadar (%)

1 204,1 0,564 9,340 93,40

2 204,6 0,550 9,106 91,06

3 205,3 0,567 9,390 93,90

4 205,1 0,554 9,173 91,73

5 204,8 0,549 9,090 90,90

6 205,9 0,578 9,573 95,73

7 203,1 0,516 8,540 85,40

8 204,5 0,563 9,320 93,23

9 204,1 0,524 8,670 86,73

10 205,8 0,578 9,570 95,73

Rata-rata (%) 91,78

SD (%) 3,463

RSD (%) 3,773

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek X

Tablet Bobot (mg) Absorbansi Konsentrasi

(ppm) Kadar (%)

1 140,3 0,621 102,90 102,90

2 136,0 0,601 99,560 99,560

3 139,3 0,618 102,40 102,40

4 137,3 0,592 98,060 98,060

5 137,6 0,619 102,56 102,56

6 137,2 0,610 101,06 101,06

7 138,4 0,596 98,730 98,730

8 137,0 0,626 103,70 103,70

9 137,9 0,627 103,90 103,90

10 138,9 0,631 104,50 104,50

Rata-rata (%) 101,75

SD (%) 2,280

RSD (%) 2,241

Lampiran 17. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek Y

Tablet Bobot (mg) Absorbansi Konsentrasi

(ppm) Kadar (%)

1 256,1 0,572 9,473 94,73

2 254,9 0,593 9,823 98,23

3 252,5 0,550 9,106 91,06

4 258,1 0,559 9,256 92,56

5 257,0 0,552 9,140 91,40

6 256,8 0,560 9,273 92,73

7 258,1 0,565 9,356 93,56

8 258,3 0,580 9,606 96,06

9 254,0 0,579 9,590 95,90

10 256,0 0,589 9,756 97,56

Rata-rata (%) 94,38

SD (%) 2,512

RSD (%) 2,661

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Keseragaman Kandungan

Perhitungan kadar uji keseragaman kandungan tablet (1) generik A

Hasil absorbansi yang diperoleh dari penetapan kadar adalah 0,610 dan persamaan

regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi simvastatin dalam metanol-air

adalah y = 0,06x + 0,0036

Kadar terbaca (μg/mL)

y = 0,06x + 0,0036

0,610 = 0,06x + 0,0036

x = 0,6064 / 0,06

x = 10,106 μg/mL

Kadar sebenarnya (kadar sebelum pengenceran)

Kadar = kadar terbaca x faktor pengenceran

= 10,106 μg/mL x 100

Kadar = 1.010,6 μg/mL

Kadar dalam 10 mL

Kadar = Kadar sebenarnya x 100 mL

= 1.010,6 μg/mL x 100 mL

Kadar = 10,106 μg

Kadar = 10,106 mg

Kadar dalam satu tablet

Kadar =

=

Kadar = 10,103 mg

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kadar simvastatin dalam tablet (%)

Kadar =

=

= 101,03 %

Kadar simvastatin dalam tablet (%)

Kadar =

=

= 101.03 %

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 60

Lampiran 19. Data Presentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin

OBAT Kadar Simvastatin Terdisolusi (%) SD

(%) RSD (%)

Rentang Penerimaan Test 1 USP XXXII Menit Tablet 1 Tablet 2 Tablet 3 Tablet 4 Tablet 5 Tablet 6 Rata-rata

Simvastatin e-catalogue

BPJS (Generik B)

5 12,90 28,31 25,55 27,01 22,8 18,74 22,55 5,318 23,577 -

10 75,50 75,66 73,88 75,50 67,55 66,90 72,50 3,778 5,211 -

15 94,15 93,34 81,34 88,15 82,96 91,55 88,58 4,944 5,582 -

30 106,47 97,07 101,12 96,42 110,69 104,20 102,66 5,065 4,934 -

45 99,82 91,39 97,88 95,28 97,88 95,44 96,28 2,684 2,788 > 70 %

60 95,36 88,59 87,74 91,39 88,07 88,8 89,99 2,674 2,972 -

Simvastatin e-catalogue

BPJS (Generik A)

5 79,88 95,44 109,23 109,55 88,15 117,98 100,04 13,329 13,323 -

10 117,98 121,23 121,23 119,12 122,04 124,47 121,01 2,075 1,715 -

15 112,96 111,98 117,8 117,66 118,96 122,85 117,04 3,666 3,132 -

30 118,47 118,8 116,69 117,66 122,52 122,85 119,50 2,353 1,969 -

45 116,69 119,12 116,69 117,34 119,61 120,58 118,3 1,510 1,276 > 70%

60 115,39 116,20 111,98 115,88 118,63 116,85 115,82 2,000 1,727 -

Simvastatin Non e-

catalogue BPJS merek X

5 47,44 55,55 62,52 61,23 55,71 51,66 55,6 5,190 9,319 -

10 84,74 87,98 91,07 86,36 91,71 92,52 89,07 2,891 3,246 -

15 108,09 112,47 113,9 117,8 114,58 113,93 113,47 2,901 2,556 -

30 125,61 118,8 125,44 120,58 123,82 119,77 122,34 2,731 2,233 -

45 119,44 113,28 124,15 116,04 119,28 114,58 117,8 3,630 3,081 > 70 %

60 115,71 110,04 117,34 115,55 112,8 111,82 113,88 2,525 2,217 -

Simvastatin Non e-

catalogue BPJS merek Y

5 47,93 59,28 60,58 60,25 60,74 55,39 57,36 4,594 8,009 -

10 88,8 89,44 90,25 93,98 90,90 87,34 90,12 2,062 2,288 -

15 103,07 99,66 98,85 101,61 104,36 100,96 101,42 1,885 1,858 -

30 112,8 116,52 116,36 119,93 119,28 116,36 116,88 2,324 1,988 -

45 111,01 112,47 112,15 113,12 117,17 113,61 113,25 1,931 1,704 > 70%

60 105,98 106,96 106,15 99,17 113,44 107,61 106,55 4,157 3,901 -

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

61

UIN Syarif idayatulla Jakarta

Lampiran 20. Perhitungan % Jumlah Kumulatif Simvastatin yang Terlepas dari Tablet

Keterangan :

Xt = Jumlah Kumulatif Simvastatin yang terdisolusi pada waktu t

Xo = Jumlah Simvastatin yang tertera pada etiket (masing - masing merek 10 mg)

C = Konsentrasi simvastatin yan terdisolusi pada waktu t

V1 = Volume medium disolusi (900 mL)

V2 = Volume cairan yang disampling (10 mL)

%KPA = % kumulatif pelepasan simvastatin

Contoh perhitungan % kumulatif simvastatin yang terlepas dari tablet (1) Generik B :

Waktu

(menit)

C

(ppm)

Xt

(mg)

5 1,434 (1,434 ppm x 900 ml) + (

1,2906

10 8,389 (8,389 ppm x 900 ml) + [ (

( 0 + 1,2906) ] = 7,5515

15

dst 10,461 (10,461 ppm x 900 ml) + [ (

( 0 + 1,2906 + 7,5515) ] = 9,424

% kumulatif pelepasan simvastatin pada menit ke- 5 :

% KPA =

=

% KPA = 12,90 %

Xt = (V1 . C) + (V2 . ∑o (n-1)

C)

% KPA =

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33426/1/Yunnica... · yunnica sri hapsari . 1112102000054 . fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

62

UIN Syarif idayatulla Jakarta

Lampiran 21. Data Hasil Analisa Statistik Uji Disolusi tablet e-catalogue BPJS dan non e-

catalogue BPJS

(a) Uji Normalitas Saphiro-Wilk Tests of Normality

Simvastatin

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Terdisolusi Generik-B .295 3 . .919 3 .450

Generik-A .318 3 . .886 3 .342

Merek X .208 3 . .992 3 .829

Merek Y .289 3 . .927 3 .476

a. Lilliefors Significance Correction

(b) Uji Homogenitas Metode Levene’s Test Test of Homogeneity of Variances

Terdisolusi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.216 3 8 .365

(c) Uji Komparatif One Way ANOVA ANOVA

Terdisolusi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4008.562 3 1336.187 1.998 .013

Within Groups 5349.445 8 668.681

Total 9358.008 11

(d) Uji Multiple Comparison One Way ANOVA Multiple Comparisons

Terdisolusi LSD

(I) Simvastatin (J) Simvastatin Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Generik-B Generik-A -51.48667* 21.11367 .041 -100.1749 -2.7985

Merek X -24.86667 21.11367 .027 -73.5549 23.8215

Merek Y -21.75667 21.11367 .033 -70.4449 26.9315

Generik-A Generik-B 51.48667* 21.11367 .041 2.7985 100.1749

Merek X 26.62000 21.11367 .043 -22.0682 75.3082

Merek Y 29.73000 21.11367 .020 -18.9582 78.4182

Merek X Generik-B 24.86667 21.11367 .027 -23.8215 73.5549

Generik-A -26.62000 21.11367 .043 -75.3082 22.0682

Merek Y 3.11000 21.11367 .887 -45.5782 51.7982

Merek Y Generik-B 21.75667 21.11367 .033 -26.9315 70.4449

Generik-A -29.73000 21.11367 .020 -78.4182 18.9582

Merek X -3.11000 21.11367 .887 -51.7982 45.5782

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.