Ekstraksi, Fraksinasi, dan Modifikasi Lesitin dari Kedelai Varietas ...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH...
Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS INHIBISI FRAKSI AKTIF N-HEKSAN
KULIT BIJI JAMBU MONYET (Anacardium occidentale
Linn) TERHADAP ENZIM DIHYDROOROTATE
DEHYDROGENASE (DHODH) SEBAGAI PENGOBATAN
RHEUMATOID ARTHRITIS
SKRIPSI
NASYIDAH HANNUM HSB
1113102000020
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
SEPTEMBER
2017
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS INHIBISI FRAKSI AKTIF N-HEKSAN
KULIT BIJI JAMBU MONYET (Anacardium occidentale
Linn) TERHADAP ENZIM DIHYDROOROTATE
DEHYDROGENASE (DHODH) SEBAGAI PENGOBATAN
RHEUMATOID ARTHRITIS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
NASYIDAH HANNUM HSB
1113102000020
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
SEPTEMBER
2017
ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Nasyidah Hannum Hsb
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi Aktif N-Heksan Kulit Biji Jambu
Monyet (Anacardium occidentale Linn) terhadap Enzim
Dihydroorotate Dehydrogenase (DHODH) sebagai Pengobatan
Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan gangguan inflamasi kronik di membran
sinovial yang berhubungan dengan kekebalan tubuh. Pencarian senyawa-senyawa
sebagai inhibitor enzim pada penyakit rheumatoid terus dilakukan karena efek
samping hepatotoksisitas, ruam, leukopenia, dan gangguan gastrointestinal. Enzim
Dihydroorotate Dehydrogenase (DHODH) merupakan salah satu target pada
pengobatan RA, DHODH merupakan target essensial pada biosintesis pirimidin.
Kulit biji jambu monyet (Anacardium occcidentale L.) (Anacardiaceae) digunakan
secara tradisional dan ilmiah sebagai pengobatan RA, tetapi belum ada yang
melaporkan aktivitasnya dengan enzim DHODH. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui aktivitas inhibisi ekstrak terhadap enzim DHODH dan memurnikan
senyawa aktif dari kulit biji jambu monyet yang memilki aktivitas inhibisi enzim
DHODH. Metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas penghambatan enzim
adalah assay HsDHODH. Pemurnian senyawa dilakukan dengan HPLC dan HPLC
preparatif. Dari hasil penelitian diperoleh 3 fraksi aktif pada konsentrasi 7,5 ppm
dengan nilai inhibisi 77,5%, 57,8% dan 58,8%. Pemurnian senyawa yang diperoleh
menghasilkan puncak yang yang sudah murni.
Kata kunci : Ekstrak kulit biji jambu monyet (Anacardium occidentale L), enzim
Dihidroorotat Dehydrogenase (DHODH), rheumatoid arthritis.
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Nasyidah Hannum Hsb
Program study : Pharmacy
Title : Activity Test of Inhibition of Active Fraction N-Hexane of
Cashew Nut Shell (Anacardium occidentale Linn) Against
Enzyme Dihydroorotate Dehydrogenase (DHODH) as
Rheumatoid Arthritis Treatment
Rheumatoid arthritis (RA) is a chronic inflammatory disorder in the immune-related
synovial membrane. The search for compounds as enzyme inhibitors in rheumatoid
disease remaining continues because of adverse effects hepatotoxicity, rashes,
leucopenia and gastrointestinal disorders. Dihydroorotate Dehydrogenase (DHODH)
is one of drug target for RA, DHODH has essential role in pyrimidine biosynthesis.
Cashew nut shell (Anacardium occcidentale L) (Anacardiaceae) is preventing
regulated traditionally and scientificaly as a RA, no reported it’s activity against
DHODH. The aim of this research is to know the activity of inhibition of extract on
DHODH enzyme and to purify the active compound cashew nut shell which has the
activity of DHODH enzyme inhibition. The method used to measure enzyme
inhibitory activity is the HsDHODH assay. The purification of the compound by
HPLC and HPLC preparative. From the research results obtained 3 active fractions at
a concentration of 7.5 ppm with an inhibition value of 77.5%, 57.8% and 58.8%.
Purification of the obtained compound produces a pure peak.
Keywords : Extract cashew nut shell (Anacardium occidentale L), Enzyme
Dihydroorotate Dehydrogenase (DHODH), rheumatoid arthritis.
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Uji Aktivitas
Inhibisi Fraksi Aktif N-Heksan Kulit Biji Jambu Monyet (Anacardium
occidentale Linn) terhadap Enzim Dihydroorotate Dehydrogenase (DHODH)
sebagai Pengobatan Rheumatoid Arthritis”. Shalawat beserta salam tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, panutan bagi seluruh umat manusia sampai akhir
zaman.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak sekali tantangan
dan rintangan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini, dalam hal perkenankan
saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. M. Payungan Hasibuan dan ibunda Hj.
Mahrani Harahap, yang telah memberikan kasih sayang dan do’a yang tiada
henti yang mengiringi setiap langkah dalam mengiringi perjalanan hidup
ananda, dan dukungan baik moral maupun material. Tiada apapun di dunia ini
yang dapat membalas semua yang telah engkau berikan, semoga segala
amalan dan jerih payah keduanya mendapat balasan yang baik dari Allah
SWT.
2. Bapak Hendri Aldrat, Ph.D., Apt. selaku pembimbing pertama dan bapak
Danang Waluyo, M.Eng. selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan
banyak ilmu, arahan dan nasehat serta waktu dalam membimbing mulai dari
proses penelitian hingga skripsi.
3. Dr. Arief Soemantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Dr. Nurmeilis, Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Eka Putri, M. Si., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama proses perkuliahan sampai penyusunan
skripsi.
6. Sensei Dr. Daniel Ken Inaoka yang telah membantu dalam proses penelitian.
7. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak dan Ibu staf peneliti Balai Bioteknologi (BPPT) Serpong terkhusus
kepada ibu Eka Siska, S.Si yang telah memberikan ilmu, arahan dan
bimbingan dalam proses penelitian.
9. Kepada Kakak tercinta Patimah Fitrian Sari Hsb dan adik-adik tercinta Rizky
Mawaddah Hsb dan M. Yazid Hsb yang telah memberikan do’a dan dukungan
serta semangat dalam penulisan skripsi ini selesai.
10. Seluruh laboran, Mbak Rani, Ka Walid, Ka Tiwi, Ka Zainab, Ka Rahmadi,
dan Ka Eris yang telah banyak membantu dalam penelitian.
11. Teman-teman penelitian SoulMETE, Irham Pratama Putra, Muzi Latunil
Isma, Nurul Fitria Pakpahan, dan Akbar yang senantiasa berjuang dalam suka
dan duka dalam proses penelitian.
12. Kepada Sahabat sehati yaitu Putri Agni K I, Sri Mardiah Islami, Nurul Fitria
Pakpahan dan Tri Wahyuni.
13. Kepada Hidayana Putri, Aulia Bayu Fitri, M. Zaki Yusuf, Alfathu Amarullah,
yang telah memberikan dukungan dan do’a dalam penulisan skripsi.
14. Buat yang Terkasih terima kasih do’a dan supportnya.
15. Teman-teman Kac’s yaitu Citra Lilis Anjarwati, Rahma Atikah O P, Muzi
Latunil Isma, Sri Mardiah Islami, Nurul Fitria Pakpahan, Almira
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rosentadewi, teman sekamar Safizah Ummu Harisah yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
16. Seluruh teman-teman Phoenix Farmasi 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalas setiap do’a dan dukungan
yang diberikan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Akhir kata kesempurnaan hanya milik-Nya dan kesalahan hanya datang dari
penulis. Dengan penuh kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, September 2017
Penulis
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN SKRIPSI
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nasyidah Hannum Hsb
NIM : 1113102000020
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi, dengan judul:
UJI AKTIVITAS INHIBISI FRAKSI AKTIF N-HEKSAN KULIT BIJI JAMBU
MONYET (Anacardium occidentale Linn) TERHADAP ENZIM
DIHYDROOROTATE DEHYDROGENASE (DHODH) SEBAGAI
PENGOBATAN RHEUMATOID ARTHRITIS
untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian
pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 15 September 2017
Yang menyatakan
(Nasyidah Hannum Hsb)
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. ........................................................................................... Latar
Belakang ........................................................................................ 1
1.2. ........................................................................................... Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. ........................................................................................... Tujuan
Penelitian ........................................................................................ 3
1.4. ........................................................................................... Hipotesis ......................................................................................... 3
1.5. ........................................................................................... Manfaat
Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1. ........................................................................................... Tinjauan
Botani Anacardium occidentale Linn .......................................... 4
2.1.1. ................................................................................... Morfolo
gi Tumbuhan Jambu Monyet ............................................... 5
2.1.2. ................................................................................... Sistemati
ka Tumbuhan Jambu Monyet .............................................. 6
2.1.3. ................................................................................... Nama
Daerah Tumbuhan Jambu Monyet ...................................... 6
2.1.4. ................................................................................... Kegunaa
n Tumbuhan Jambu Monyet ................................................ 6
2.1.5. ................................................................................... Kandung
an Tumbuhan Jambu Monyet .............................................. 7
2.2. ........................................................................................... Rheumat
oid Arthritis ................................................................................... 7
2.2.1. ................................................................................... Definisi
............................................................................................. 7
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.2. ................................................................................... Patogene
sis ......................................................................................... 8
2.3. ........................................................................................... Biosintes
is Pirimidin .................................................................................... 9
2.4. ........................................................................................... Enzim
....................................................................................................... 12
2.4.1. ................................................................................... Reaksi
Enzim Dihidroorotat Dehydrogenase (DHODH) ............... 13
2.4.2. ................................................................................... Faktor
yang mempengaruhi Aktivitas Enzim.................................. 14
2.5. ........................................................................................... Enzim
DHODH sebagai Target Obat Rheumatoid Arthritis .................... 16
2.6. ........................................................................................... Simplisi
a .................................................................................................... 18
2.6.1. ................................................................................... Pembuat
an Simplisia.......................................................................... 18
2.7. ........................................................................................... Pemiliha
n Pelarut......................................................................................... 19
2.8. ........................................................................................... Ekstraksi
....................................................................................................... 19
2.9. ........................................................................................... Ekstrak
....................................................................................................... 22
2.10........................................................................................... Metode
Fraksinasi ..................................................................................... 22
2.10.1. Kromatografi Lapis Tipis ................................................ 22
2.10.2. Kromatografi Kolom ...................................................... 23
2.10.3. HPLC (High Performance Liquid Chromatography) ..... 24
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 26
3.1. ........................................................................................... Tempat
dan Waktu Penelitian ..................................................................... 26
3.2. ........................................................................................... Alat dan
Bahan ............................................................................................ 26
3.2.1. ................................................................................... Alat-alat
............................................................................................. 26
3.2.2. ................................................................................... Bahan
............................................................................................. 26
3.3. ........................................................................................... Prosedur Penelitian......................................................................... 27
3.3.1. ................................................................................... Penyedia
an Sampel ............................................................................. 27
3.3.2. ................................................................................... Determi
nasi Tumbuhan ..................................................................... 27
3.3.3. ................................................................................... Ekstraksi
............................................................................................. 27
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4. ........................................................................................... Metode
Fraksinasi dengan Kolom Kromatografi ........................................ 28
3.5. ........................................................................................... Uji
Aktivitas Ekstrak dan Fraksi inhibisi Enzim DHODH .................. 29
3.5.1. ................................................................................... Penyedia
an Enzim .............................................................................. 29
3.5.2. ................................................................................... Pembuat
an Sampel Uji....................................................................... 29
3.5.3. ................................................................................... Pembuat
an Assay Mix ........................................................................ 30
3.5.4. ................................................................................... Pengujia
n Enzim DHODH................................................................. 30
3.5.5. ................................................................................... Penentua
n Persen Inhibisi................................................................... 30
3.5.6. ................................................................................... Pemurni
an Fraksi dengan HPLC ....................................................... 30
3.5.7. ................................................................................... Persiapa
n Fase Gerak ....................................................................... 30
3.5.8. ................................................................................... Persiapa
n Sampel .............................................................................. 31
3.6. ........................................................................................... Pemurnian Fraksi dengan HPLC Preparatif ................................... 31
3.6.1. ................................................................................... Persiapa
n Fase Gerak ........................................................................ 31
3.6.2. ................................................................................... Persiapa
n Sampel .............................................................................. 31
3.6.3. ................................................................................... Wadah
Penampung Fraksi................................................................ 31
3.7. ........................................................................................... Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi Terhadap Reaksi Enzim DHODH .... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 33
4.1. Determinasi Tumbuhan ................................................................ 33
4.2. Penyiapan Sampel ........................................................................ 33
4.3. Ekstraksi ........................................................................................ 34
4.4. Penapisan Fitokimia ...................................................................... 35
4.5. Pembuatan Assay Mix ................................................................... 37
4.6. Uji Aktivitas Inhibisi Ekstrak terhadap Enzim DHODH .............. 38
4.7. Fraksinasi dengan Kolom Kromatografi ....................................... 40
4.8. Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi terhadap Enzim DHODH ................ 41
4.9. Pemurnian Fraksi dengan HPLC ................................................... 42
4.10.Pemurnian Fraksi dengan HPLC Preparatif ................................. 43
4.11.Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi terhadap Enzim DHODH ............... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 50
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 50
5.2. Saran .............................................................................................. 50
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51
LAMPIRAN .................................................................................................... 55
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Persen Rendemen Hasil Ekstraksi Kulit Biji Jambu Monyet yang
Diperoleh dari Simplisia Kering 2 kg ........................................... 35
Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak n-heksan Kulit Biji Jambu
Monyet .......................................................................................... 36
Tabel 4.3. Hasil Perolehan Bobot dan Konsentrasi Fraksi Kulit Biji Jambu
Monyet .......................................................................................... 46
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kulit Biji Jambu Monyet ................................................................ 4
Gambar 2. Patogenesis Rheumatoid Arthritis .................................................. 8
Gambar 3. Model Sintesis Pirimidin de novo dan salvage ............................. 10
Gambar 4. Biosintesis Pirimidin ...................................................................... 12
Gambar 5. Reaksi Enzimatik DHODH ............................................................ 13
Gambar 6.Efek Inhibisi Biosintesis Pirimidin De novo pada Mekanisme
Limfosit ......................................................................................... 16
Gambar 7. Grafik Aktivitas Ekstrak Kulit Biji Jambu Monyet terhadap
Enzim DHODH ............................................................................. 39
Gambar 8. Grafik Aktivitas Fraksi Kulit Biji Jambu Monyet terhadap
Enzim DHODH ............................................................................. 41
Gambar 9. Hasil Pemurnian Fraksi A2 dengan HPLC Konsentrasi
2000 ppm ....................................................................................... 43
Gambar 10.Hasil Pemurnian Fraksi A2 dengan HPLC Preparatif
Konsentrasi 10.000 ppm ............................................................... 44
Gambar 11.Grafik Aktivitas Fraksi 1-30 terhadap Enzim DHODH ................ 45
Gambar 12.Grafik Aktivitas Fraksi 20-30 terhadap Enzim DHODH .............. 45
Gambar 13.Grafik Aktivitas Fraksi 20-30 terhadap Enzim DHODH .............. 47
Gambar 14.Profil HPLC Nomor Fraksi 24 Konsentrasi 8000 ppm ................. 48
Gambar 15.Profil HPLC Nomor Fraksi 25 Konsentrasi 8000 ppm ................. 48
Gambar 16.Profil HPLC Nomor Fraksi 26 Konsentrasi 1700 ppm ................. 49
xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Anacardium occidentale L ............................ 55
Lampiran 2. Alur Kerja Penelitian ................................................................... 56
Lampiran 3. Alur Kerja Persiapan Ekstrak Kulit Biji Jambu Monyet ............. 57
Lampiran 4. Alur Kerja Uji Aktivitas Inhibisi Ekstrak dan Fraksi
terhadap Enzim DHODH ............................................................ 58
Lampiran 5. Alur Kerja Fraksinasi Kolom Kromatografi Kulit Biji
Jambu Monyet ............................................................................. 59
Lampiran 6. Alur Kerja Pemurnian Fraksi dengan HPLC ............................... 60
Lampiran 7. Alur Kerja Pemurnian Fraksi dengan HPLC Preparatif .............. 61
Lampiran 8. Alur Kerja Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi terhadap
Enzim DHODH ........................................................................... 62
Lampiran 9. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kulit Biji Jambu Monyet ......... 63
Lampiran 10.Perhitungan Pengenceran Konsentrasi Ekstrak dan Fraksi
PengujianAktivitas Inhibisi Enzim DHODH .............................. 64
Lampiran 11.Perhitungan Jumlah Ekstrak dan Fraksi Kulit Biji Jambu
Monyet pada Pengujian Aktivitas Enzim DHODH .................... 63
Lampiran 12.Hasil Uji Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Biji Jambu
Monyet terhadap Enzim DHODH .............................................. 66
Lampiran 13.Hasil Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi Kulit Biji Jambu Monyet
terhadap Enzim DHODH ............................................................ 67
Lampiran 14.Hasil Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi Kulit Biji Jambu Monyet
terhadap Enzim DHODH ............................................................ 69
Lampiran 15.Perhitungan Persen Inhibisi Hasil Fraksi Ekstrak Kulit Biji
Jambu Monyet terhadap Enzim DHODH ................................... 73
Lampiran 16.Gambar Alat dan Dokumentasi Penelitian ................................. 74
xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR SINGKATAN
RA : Rheumatoid arthritis
DHODH : Dihidroorotat dehidrogenase
DMARD’s : Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs
NSAID : Non Steroid Anti Inflammation Drugs
AST/ALT : Aspartate aminotransaminase / Alanin aminotransferase
HPLC : High Performance Liquid Chromatography
DNA : Deoxyribonucleic acid
RNA : Ribonucleic acid
CPS : Karbamoil fosfat sintetase
HCO3- : Bikarbonat
ATP : Adenosina trifosfat
NAD+ : Nikotinamida adenine dinukleotida
UMP : Uridin monofosfat
UDP : Uridin difosfat
UTP : Uridin trifosfat
CMP : Sitidin monofosfat
CDP : Sitidin difosfat
CTP : Sitidin trifosfat
DCIP : 2,6 - Dichlorofenolindofenol
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis adalah gangguan inflamasi kronik yang
berhubungan dengan autoimun dan terjadi pada jaringan sinovial (Wang et al.,
2011). Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti
penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah
kesehatan yang cukup mengganggu. Prevalensi rheumatoid di Indonesia
sekitar 24,7% (Kemenkes RI, 2013). Rheumatoid arthritis dapat mulai pada
usia berapa pun (Hochberg et al., 2012).
DMARD’s (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs) merupakan
obat yang diberikan pada pasien rheumatoid. Obat-obat DMARD yang sering
digunakan pada pengobatan rheumatoid arthritis adalah metotrexat (MTX),
leflunamida. Obat-obat ini memiliki khasiat antiradang kuat dan berdaya
antierosif, artinya dapat menghentikan atau memperlambat proses kerusakan
tulang rawan. Pemberian obat ini dapat diberikan tunggal atau kombinasi
dengan Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID’s) untuk memperkuat
efeknya. DMARD’s bersifat toksik bagi darah dan ginjal juga dapat
mengakibatkan perdarahan pada gastrointestinal, ulserasi mulut dan
hepatotoksik (Subramoniam, Madhavachandran, & Gangaprasad, 2013). Dari
128 pasien yang diberikan terapi DMARD’S menunjukkan bahwa 21 pasien
mengalami efek samping, yang paling sering adalah peningkatan kadar
glukosa hati (AST/ALT) (40,9%), ruam (31,8%), leukopenia (13,6%) dan
gejala ringan seperti mual dan muntah (Sulaiman, Toib, Chandrashekhar, &
Arshad, 2009). Akibatnya banyak penderita rheumatoid arthritis yang beralih
ke pengobatan alternatif seperti obat-obatan yang berasal dari alam.
Strategi pengembangan obat baru dengan menggunakan enzim sebagai
daya hambat adalah dengan mencari senyawa baru yang dapat menghambat
jalur perkembangan penyakit tetapi tidak mengganggu metabolisme manusia.
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Salah satu target yang menjanjikan untuk pengembangan obat adalah jalur de
novo biosintesis pirimidin yaitu dengan menggunakan enzim dihidroorotat
dehidrogenase (DHODH). Beberapa penelitian telah dilakukan dalam rangka
meneliti aktivitas inhibisi beberapa senyawa terhadap DHODH pada manusia
(Davis et al., 1996; Shih et al., 2014). Inhibisi enzim DHODH telah
membuktikan khasiat untuk penyakit autoimun, rheumatoid arthritis dan
psoriasis (Walse et al., 2008).
Jambu monyet merupakan tanaman obat Indonesia untuk pengobatan
rheumatoid arthritis (Dalimartha, 2000). Secara tradisional jambu monyet
digunakan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit seperti obat
diabetes, malaria, demam kuning. Pemanfaatan kulit biji jambu monyet
sebagai pengobatan rheumatoid arthritis, dan pengujian secara lengkap dengan
menggunakan enzim sebagai inhibitor belum pernah diteliti.
Pemanfaatan jambu monyet baik daun, buah dan kulit kayu telah
dilaporkan memiliki aktivitas yang beragam. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh (Pawar & Pal, 2002) bahwa daun jambu monyet memiliki
efek antiinflamasi, seperti yang telah ditunjukkan pada tikus yang edema
diinduksi karagenan. Senyawa tanin terhidrolisis dan non terhidrolisis
diperoleh dari kulit kayu jambu monyet menunjukkan aktivitas antiinflamasi
juga. Mekanisme lain juga menunjukkan efek antiinflamasi melalui inhibisi
nitrat oksida untuk memproduksi sel-sel inflamasi (Olajide et al., 2004).
Pada penelitian ini yang digunakan adalah bagian kulit biji dari
Anacardium occidentale L. Uji pendahuluan yang dilakukan terhadap ekstrak
n-heksan, etil asetat dan etanol dari kulit biji jambu monyet, menunjukkan
bahwa ketiga ekstrak tersebut positif dapat menginhibisi enzim DHODH yang
berasal dari manusia. Pemurnian senyawa dilakukan dengan kromatografi
kolom, dilanjutkan dengan HPLC dan HPLC preparatif. Hasil fraksi yang
diperoleh dilakukan kembali uji aktivitas inhibisinya sehingga diperoleh
senyawa aktif yang memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim DHODH.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ekstrak kulit biji jambu monyet memiliki aktivitas inhibisi
terhadap enzim DHODH?
2. Apakah senyawa aktif yang memiliki aktivitas inhibisi enzim DHODH
dari kulit biji jambu monyet dapat dimurnikan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dijelaskan tujuan
penelitian adalah mengetahui aktivitas inhibisi ekstrak kulit biji jambu monyet
terhadap enzim DHODH dan melakukan pemurnian senyawa aktif dari kulit
biji jambu monyet yang memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim DHODH.
1.4. Hipotesis
Ekstrak dari kulit biji jambu monyet memiliki aktivitas inhibisi
terhadap enzim DHODH.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti dan manfaat sebagai
salah satu kandidat obat baru pada pengembangan obat rheumatoid arthritis.
Penggunaan kulit biji jambu monyet sebagai obat tradisional, diharapkan
dapat lebih diyakinkan pemakaiannya secara ilmiah dan efektif untuk
mendapatkan kepastian efek obat yang dikonsumsi. Dari penelitian ini
diharapkan pula dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap
pengembangan ilmu pengobatan di negara kita.
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Botani Anacardium occidentale Linn
Jambu monyet merupakan sejenis tumbuhan dari suku Anacardiaceae
yang juga termasuk mangga, pistachio, dan beberapa tanaman beracun seperti
bunga oleander dan tanaman jarak. Anacardiaceae terdiri atas 73 genus dan
600 spesies. Jambu monyet memiliki buah sejati berukuran kecil dan keras
yang biasa disebut kacang mete (Duke, 2001). Jambu monyet dikenal juga
dengan nama jambu mete atau jambu mede.
Gambar 1. Kulit biji jambu monyet
Sumber: Dokumentasi pribadi
Jambu monyet merupakan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil
Tenggara. Tumbuhan ini menyebar ke seluruh dunia melalui pelaut Portugis
ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan
subtropis lainnya seperti Bahama, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik,
Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Biji jambu monyet
memiliki nilai komersial untuk bahan makanan seperti untuk kue, coklat, roti
dan es krim. Oleh karena itu, beberapa daerah terkenal sebagai sentra
penghasil jambu monyet di Indonesia, contohnya Wonogiri, Nusa Tenggara
Barat, dan Sulawesi Utara (Anonim, 2010).
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.1. Morfologi Tumbuhan Jambu Monyet
Daun jambu monyet bertangkai pendek, berbentuk oval, bagian
belakangnya berbentuk lonjong dengan tepi berlekuk dan memiliki goresan.
Daunnya memiliki basis runcing dan ujung membulat, dan melengkung ke
dalam. Daunya sederhana, berwarna hijau kekuningan sampai kecoklatan dan
warna hijau gelap, panjang 4-22 cm dan lebar 2-15 cm. Daunnya memiliki
ujung yang membulat dengan lekukan kecil di tengah, dasar meruncing
(acutus) dan tepi rata (truncatus). Tangkai daun adalah sekitar 3 cm,
menyirip, permukaan daun bagian atas dan bawah halus dan tidak berbulu.
Bunga jambu monyet diproduksi dari panikula yang panjangnya
hingga 26 cm. Bunga jambu monyet memiliki ukuran yang kecil, berwarna
hijau pucat pada awalnya kemudian berubah warna menjadi kemerahan.
Kelopak bunga akut memiliki panjang 7-15 mm, dan mahkota bunga
berwarna putih dengan panjang 6-12 mm. Bunganya memiliki bau yang
harum, berwarna kekuningan, dan ramai di ujung cabang.
Tangkai buah jambu monyet adalah buah aksesori (kadang-kadang
disebut pseudocarp atau buah palsu). Secara visual buah tampak memiliki
struktur oval atau berbentuk buah pir yang berkembang dari pedikel dan
wadah dari bunga jambu monyet. Jambu monyet dikenal di Amerika Tengah
sebagai "Marañón". Buah jambu monyet jika sudah matang akan berwarna
kuning dengan panjang sekitar 5-11 cm. Buahnya dapat dimakan dan
memiliki bau yang kuat dan rasa manis. Pulp dari jambu monyet sangat juicy.
Buah (kacang jambu monyet) adalah berwarna abu-abu, berbentuk ginjal
dengan panjang sekitar 2 cm.
Buah sebenarnya dari jambu monyet adalah berbentuk ginjal atau
sarung tinju. Buah jambu monyet tebal, bijinya berbentuk oval dengan
panjang 2-3 cm. Kulit jambu monyet berwarna putih keabu-abuan.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.2. Sistematika Tumbuhan Jambu Monyet
Sistematika tumbuhan jambu monyet adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Species : Anacardium occidentale L.
2.1.3. Nama Daerah
Masyarakat Indonesia umumnya mengenal tumbuhan ini sebagai
jambu monyet. Nama daerah tumbuhan ini yaitu: jambu erang, jambu monyet,
jambu mede, jambu mete (Jawa), jambu jipang, jambu dwipa (Nusa
Tenggara), jambu parang, jambu sepal, jambu gayus, jambu seran, janggus
(Kalimantan), jambu dare, jambu sereng (Sulawesi), kanoke, masapana,
buwa yakis, buwa jaki (Maluku) (Dalimartha, 2008).
2.1.4. Kegunaan Tumbuhan Jambu Monyet
Beberapa studi terdahulu telah melaporkan khasiat-khasiat
farmakologis dari jambu monyet. Aktivitas biologis dari tanaman jambu
monyet dilaporkan diantaranya antimikroba, antifungi, antiprotozoa,
pengobatan malaria, antihelmintik, antivirus, pengobatan alergi/inflamasi,
antikanker, antitumor, antidiabetes, pengobatan disentri, pengobatan asma,
pengobatan bronkitis, demam kuning, dan pengobatan infeksi saluran kemih
(BI, David, & Atere, 2005).
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.5. Kandungan Tumbuhan Jambu Monyet
Daun muda jambu monyet mengandung vitamin A, vitamin C, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi dan air. Menurut (Bicalho et al.,
2000) kulit biji jambu monyet mengandung senyawa volatil asam resorsinol,
asam anakardat, karotenoid (α-karoten, β-karoten dan β-cryptoxanthin),
vitamin C, fenol dan tannin. Selain itu, (Paramashivappa, R Kumar, P Phani
Vithayathil, PJ Rao, & Srinivasa., 2001) juga melaporkan bahwa kulit biji
jambu monyet juga mengandung komponen fenolik lain seperti kardol dan
kardanol.
Kulit batang jambu monyet mengandung campuran tanin (terhidrolisa
dan non terhidrolisa) dengan aktivitas antiinflamasi. Akar pohon jambu
monyet telah dilaporkan memiliki potensi hipoglikemik (Egwim, 2005). Buah
jambu monyet mengandung flavanoid volatil aromatik, aldehida, karotenoid,
asam anakardat dan asam askorbat (Assunção & Mercadante, 2003).
2.2. Rheumatoid Arthritis
2.2.1. Definisi
Rheumatoid arthritis (RA) adalah inflamasi autoimun yang paling
umum pada orang dewasa dan terjadi pada jaringan sinovial (Singh et al.,
2016).
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.2. Patogenesis
Gambar 2. Patogenesis rheumatoid arthritis (Kumar et al., 2015).
Rheumatoid arthtritis adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang
biasanya mengalami kerusakan adalah membran sinovial yang melapisi
persendian. Inflamasi akan menyebar ke struktur sekitar sendi, termasuk
kartilago artikular dan kapsula sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon
mengalami inflamasi. Inflamasi ini ditandai oleh akumulasi sel darah putih,
aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut.
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun tersebut terutama terjadi
pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial.
Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertrofi dan
menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi
nekrosis sel dan respon inflamasi. Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi
sinovial disertai edema, kongesti vaskular eksudat fibrin dan inflamasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan menyebabkan sinovial menjadi menebal
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang subkondral. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago
artikuler. Kartilago menjadi nekrosis. Pannus akan meghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan
sendi yang akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Tingkat erosi dari kartilago persendian menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Pannus ini dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga
menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi di antara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis) sehingga sendi
tidak dapat digerakkan terutama pada sendi tangan dan kaki. Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen menjadi lemah dan
bisa menimbulkan dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang subcondral
bisa menyebabkan osteoporosis setempat. Lamanya rheumatoid arthritis
berbeda pada setiap orang ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak
adanya serangan.
2.3. Biosintesis Pirimidin (Garrett & Grisham, 2005)
Biosintesis asam nukleat sangat penting sekali dalam proses
kelangsungan hidup manusia khususnya. Dalam biosintesis terjadi proses-
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
proses kompleks. Asam nukleat merupakan polimer besar dengan ukuran
yang bervariasi. Purin utama asam nukleat adalah adenin dan guanin,
sedangkan pirimidinnya adalah sitosin, timin dan urasil. Biosintesis asam
nukleat mencakup biosintesis nukleotida purin dan biosintesis nukleotida
pirimidin.
Purin dan Pirimidin ditemukan pada asam nukleat dan nukleotida
DNA dan RNA. Semua sel dalam tubuh dapat mensintesis purin dan
pirimidin. Asam nukleat dari makanan akan dikatabolis menjadi asam urat
(Purin) dan β-alanin atau dapat juga dibentuk β-amino isobutirat (Pirimidin)
dan CO2, NH2 (Marks, Marks, & Smith, 2000).
Pada pengembangan obat penyakit rheumatoid arthtiris target
penghambatan obat yang digunakan adalah biosintesis pirimidin. Salah satu
target pengembangan obat adalah dengan menggunakan inhibisi enzim. Enzim
DHODH adalah katalisis enzim yang mengubah dihidroorotat menjadi orotat.
Dalam pengembangan obat rheumatoid arthritis, enzim DHODH dari manusia
dihambat aktivitasnya sehingga kebutuhan biosintesisnya terhambat.
Gambar 3. Model sintesis pirimidin de novo dan salvage (Huang, Wang,
Collins, Mitchell, & Graves, 2002).
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam penyakit rheumatoid arthritis memenuhi kebutuhan proliferasi
limfosit T sangat bergantung pada ketersediaan biosintesis pirimidin. Pada sel
mamalia, ribonukleotida pirimidin disintesis oleh 2 jalur utama, baik melalui
sintesis de novo dari glutamin, ATP dan bikarbonat atau jalur salvage. Pada
kelainan herediter untuk memenuhi biosintesis pirimidin memerlukan jalur de
novo dan jalur salvage yang sangat meningkat selama proliferasi (Breedveld &
Dayer, 2000). Jalur inhibisi enzim DHDOH pada Plasmodium berbeda dengan
manusia, pada Plasmodium falciparum tidak memiliki jalur salvage sehingga
ketika jalur biosintesis dihambat maka biosintesis pirimidin tidak akan
terpenuhi.
Mekanisme biosintesis pirimidin de novo adalah sebagai berikut:
Karbamoil fosfat untuk biosintesis pirimidin dibentuk oleh karbamoil fosfat
sintetase II (CPS II) enzim ini berada di sitosol, sedangkan (CPS I) adalah
enzim yang berada di mitokondria yang didedikasikan untuk siklus urea dan
biosintesis arginin. Substrat dari CPS II adalah HCO3-, H2O, glutamin, dan 2
ATP yang merupakan langkah pertama.
Langkah kedua yaitu karbamoil fosfat mengalami kondensasi dengan
aspartat untuk membentuk karbamoil-aspartat. Dalam langkah ini tidak ada
masukan ATP karena karbamoil fosfat dikatalisis oleh enzim aspartat
transkarbamoilase.
Langkah ketiga terjadi reaksi penutupan rantai sambil membebaskan
H2O dari molekul karbamoil-aspartat sehingga dihasilkan asam dihidroorotat
yaitu senyawa dengan 6 cincin karbon. Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim
dihidroorotase.
Langkah keempat terjadi oksidasi dihidroorotat dengan katalisis
dihidroorotat dehidrogenase menghasilkan orotat (pada bakteri, NAD+ adalah
akseptor elektron dari DHODH).
Pada langkah kelima terjadi reaksi penambahan gugus ribosa-P pada
orotat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim orotat fosforibosil transferase dan
dihasilkan orotidilat OMP (orotidin monofosfat).
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Akhirnya enzim orotidilat dikarboksilase mengkatalisis reaksi
dikarboksilasi orotidilat dan menghasilkan uridilat (uridin monofosfat) yaitu
produk nukleotida pertama pada biosintesis pirimidin.
Gambar 4. Biosintesis Pirimidin (Garrett & Grisham, 2005).
2.4. Enzim
Enzim adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular),
yang terdiri atas satu rantai polipeptida atau lebih dari satu rantai polipeptida
(Wirahadikusumah, 1989). Enzim berfungsi sebagai katalis atau senyawa
yang dapat mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi. Dengan adanya
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
enzim, molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya
menjadi molekul lain yang disebut produk (Garrett & Grisham, 2005).
Keunggulan enzim sebagai biokatalisator antara lain memiliki
spesifitas tinggi, mempercepat reaksi kimia tanpa pembentukan produk
samping, produktivitas tinggi dan dapat menghasilkan produk akhir yang
tidak terkontaminasi sehingga mengurangi biaya purifikasi dan efek
kerusakan lingkungan (Chaplin & Bucke, 1990).
2.4.1. Reaksi Enzim Dihydroorotat Dehydrogenase (DHODH)
Enzim DHODH merupakan katalisis pada langkah ke empat pada
biosintesis de novo pirimidin. Aktivitas enzim DHODH telah diukur untuk
evaluasi inhibitor sintetis DHODH dengan menggunakan metode assay
DHODH. Mekanisme reaksi enzimatik DHODH sebagai berikut:
*
Gambar 5. Reaksi enzimatik DHODH (Reis, Calil, Feliciano, Pinheiro, &
Nonato, 2017).
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada gambar 5 menerangkan bahwa DHODH mengkatalisis oksidasi
dihidroorotat menjadi orotat dan secara bersamaan terjadi juga reduksi dari
ubiquinon menjadi ubiquinol. Elektron yang dilepaskan digunakan DCIP untuk
melakukan reduksi menghasilkan perubahan warna DCIP dari warna biru
menjadi tidak berwarna yang dapat diukur dengan menggunakan
spektrofotometer. Metode ini telah digunakan untuk mengevaluasi inhibisi
sintesis DHODH. Namun, bila digunakan untuk menguji aktivitas DHODH
pada sampel yang secara biologis kompleks yang mengandung membran
mitokondria, komplek rantai respirasi pada matriks membran mitokondria
secara signifikan menghambat reaksi redoks antara DCIP dan DHO (Yin,
Kabashima, Zhu, Shibata, & Kai, 2017) .
Mekanisme inhibitor terhadap enzim DHODH dijelaskan bahwa
inhibitor menghambat enzim DHODH untuk mengkatalisis oksidasi
dihidroorotat sehingga tidak terbentuk produk yaitu orotat dan tidak terjadi
juga reduksi dari ubiquinon menjadi ubiquinol. Perubahan warna dari DCIP
bergantung kepada elektron yang dilepaskan pada saat terjadi reaksi oksidasi
dan reduksi, sehingga semakin banyak elektron yang dilepas maka DCIP akan
menangkap elektron tersebut untuk melakukan reduksi sehingga terjadi
perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna, tetapi apabila elektron yang
dilepas sedikit maka DCIP akan sulit untuk mereduksi sehingga warna dari
DCIP akan tetap yaitu warna biru. Intensitas warna biru yang dihasilkan
bergantung kepada seberapa poten inhibitor menghambat enzim DHODH.
2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim
Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah:
a. Suhu
Enzim dapat mempercepat terjadinya reaksi kimia pada suatu sel
hidup. Dalam batas-batas suhu tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis
enzim akan meningkat seiring dengan naiknya suhu. Reaksi yang paling cepat
terjadi pada suhu optimum (Mayes, Granner, Rodwell, & Martin, 1987). Suhu
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang terlalu tinggi akan menyebabkan enzim terdenaturasi (Poedjiadi &
Supriyanti, 1994).
b. pH
Enzim pada umumnya bersifat amfolitik, yang berarti enzim
mempunyai konstanta disosiasi pada gugus asam maupun gugus basanya,
terutama gugus terminal karboksil dan gugus terminal amino. Perubahan
kereaktifan enzim diperkirakan merupakan akibat dari perubahan pH
lingkungan (Winarno, 1989).
c. Konsentrasi enzim dan substrat
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan
meningkat hingga batas konsentrasi tertentu. Namun, hasil hidrolisis substrat
akan konstan dengan naiknya konsentrasi enzim. Hal ini disebabkan
penambahan enzim sudah tidak efektif lagi (Reed, 1975).
Kecepatan reaksi enzimatis pada umumnya tergantung pada
konsentrasi substrat. Kecepatan reaksi akan meningkat apabila konsentrasi
substrat meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil
hingga tercapai suatu titik batas yang pada akhirnya penambahan konsentrasi
substrat hanya akan sedikit meningkatkan kecepatan reaksi (AL Lehninger,
1982).
d. Aktivator dan inhibitor
Beberapa enzim memerlukan aktivator dalam reaksi katalisnya.
Aktivator adalah senyawa atau ion yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi
enzimatis. Komponen kimia yang membentuk enzim disebut juga kofaktor
(Martoharsono, 1997).
Menurut (Wirahadikusumah, 1989), inhibitor merupakan suatu zat
kimia tertentu yang dapat menghambat aktivitas enzim. Pada umumnya cara
kerja inhibitor adalah dengan menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim
tidak dapat berikatan dengan substrat sehingga fungsi katalitiknya terganggu
(Winarno, 1989).
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5. Enzim DHODH sebagai Target Obat Rheumatoid Arthritis
Biosintesis pirimidin dan purin sangat penting untuk metabolisme sel
dan pertumbuhan sel. Jalur ini dianggap sebagai prekursor penting yang
digunakan dalam DNA (timin dan sitosin), RNA (urasil dan sitosin),
glikoprotein dan biosintesis fosfolipid.
Aktivasi
Jalur de novo
DHODH
Pyrimidine pool
CTP, UTP Nukleotida CDP-Lipid
Glikoprotein, glikolipid DNA, RNA Fosfolipid
Adesi, diapedesis Proliferasi Membran seluler
limfosit
Gambar 6. Efek inhibisi biosintesis pirimidin de novo pada mekanisme
limfosit (Herrmann, Schleyerbach, & Kirschbaum, 2000).
Jalur de novo merupakan jalur penghambatan yang sangat penting
untuk pengobatan rheumatoid artritis. Jalur biosintesis pirimidin terdapat
banyak sekali enzim, salah satunya adalah DHODH yang dijadikan sebagai
target pengembangan obat pada penyakit rheumatoid arthritis. Enzim
DHODH merupakan katalisis pada langkah ke empat pada biosintesis de novo
Uridin
Jalur salvage
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pirimidin, yang mana jalur ini merupakan tempat limfosit berproliferasi dan
sel-sel kanker (Munier-Lehmann, Vidalain, Tangy, & Janin, 2013). Enzim
DHODH berada di permukaan luar membran dalam mitokondria pada
mamalia (Jones, 1980).
Dalam patofisiologi rheumatoid arthritis, limfosit T melakukan
proliferasi ke dalam ruang sinovial sehingga memainkan peran penting dalam
peradangan artikular dan kerusakan sendi. Bahkan, autoreaktif dari limfosit
dalam sendi merangsang sel-sel plasma, sel mast, makrofag, dan fibroblas
sinovial untuk menghasilkan mediator inflamasi, yang pada pada akhirnya
akan merangsang degradasi matriks. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
pengobatan yang dapat menghambat enzim DHODH sehingga menghambat
proliferasi limfosit tersebut.
Aktivitas semua enzim dalam jalur de novo dikendalikan secara
alosterik oleh konsentrasi prekursor dan produk. Dua pengamatan
menunjukkan bahwa regulasi sintesis pirimidin sangat sensitif terhadap
langkah katalitik yang dimediasi oleh DHODH. Pertama, limfosit memiliki
lebih sedikit mitokondria daripada kebanyakan sel. Kedua, prekursor
(dihidroorotat) dan produk (orotat) yang dimediasi DHODH harus melintasi
membran mitokondria secara difusi. Kedua faktor ini menyebabkan DHODH
berada pada posisi strategis sebagai langkah kunci dalam mengatur sintesis de
novo (Breedveld & Dayer, 2000).
Hasil inhibisi DHODH adalah terjadi penurunan basa-basa nitrogen
sebagai hasil dari biosintesis pirimidin de novo pada penyakit rheumatoid
arthritis, sehingga terjadi penurunan level uridin untuk mensintesis DNA dan
RNA akibatnya menghambat proliferasi limfosit (Breedveld & Dayer, 2000).
Penghambatan de novo pirimidin menyebabkan limfosit tidak dapat menjalani
klonal ekspansi ketika jalur ini diblokir. Hal ini menyebabkan limfosit tidak
teraktivasi untuk menghasilkan sitotoksin yang berguna untuk proses
inflamasi. Sehingga pembentukan erosi tulang terhambat.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan
yang telah dikeringkan (Anonim, 1983 ).
2.6.1. Pembuatan Simplisia
Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun
tahapan tersebut meliputi beberapa tahapan yaitu dimulai dari pengumpulan
bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, sortasi kering,
pengepakan dan penyimpanan (Gunawan & Mulyani, 2004).
1. Pengumpulan bahan baku
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-basan asing lainnya dari bahan simplisia (Prasetyo,
2013) .
3. Pencucian bahan
Pencucian bahan dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
kotoran lainnya yang melekat pada simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih misalnya dengan air sumur atau air PAM. Cara
sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah
mikroba awal simplisia (Prasetyo, 2013).
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau alat mesin perajang
khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang dikeringkan,
semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu
pengeringan (Prasetyo, 2013) .
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang
tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Pengeringan simplisia dengan menggunakan sinar matahari atau
menggunakan alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan
selama pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembapan udara,
aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan
(Prasetyo, 2013).
2.7. Pemilihan Pelarut
Keberhasilan dalam menentukan aktivitas biologis dari material
tumbuhan berdasarkan pada pemilihan pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi. Sifat-sifat dari pelarut dalam ekstraksi tumbuhan terdiri dari
toksisitas yang rendah, mudah untuk diuapkan pada suhu rendah, absorpsi
yang cepat pada tumbuhan, memiliki aksi untuk pengawetan, tidak
menyebabkan ekstrak menjadi kompleks atau terpisah (Tiwari, Kumar, Kaur,
Kaur, & Kaur, 2011)
Faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut yaitu dalam banyaknya
fitokimia yang diekstrak, kecepatan dalam pengekstraksian, perbedaan dari
senyawa yang berbeda yang diekstrak, ekstrak mudah ditangani selanjutnya,
perbedaan dalam penghambatan senyawa yang diekstraksi, toksisitas pelarut
dalam proses bioassay, potensi bahaya kesehatan dari ekstraktan (Tiwari et
al., 2011).
2.8. Ekstraksi
Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional
adalah metode ekstraksi. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau
zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman
dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode
ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya (Harborne, 1987).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia
yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antarmuka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut (Harborne, 1987).
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa
yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu
ditentukan terlebih dahulu. Ada beberapa target ekstraksi, diantaranya (Sarker
& Nahar, 2006):
1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui
2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme
3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan
secara struktural.
Jenis-jenis ekstraksi Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan
adalah ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi, perkolasi dan alat soxhlet.
Cara-cara ekstraksi (J. B. Harborne & Baxter, 1999)
1. Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi
dengan penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari,
terlindung dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu
diperas dan ampasnya dimaserasi kembali dengan cairan penyari.
Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi, lalu
dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang
tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan
cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat
pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari
akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak
dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian
seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali
diekstraksi selama 4 jam.
3. Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih. Uap
penyari akan naik melalui pipa samping, kemudian diembunkan lagi
oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif
dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka
seluruh cairan akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses
sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat dalam
simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang lewat
pada tabung sifon.
4. Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5-5 bagian cairan
penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam.
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator,
ditambahkan cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24
jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit, sehingga
simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup
dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung dari cahaya.
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.9. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi
baku yang telah ditentukan (Depkes RI, 1995 ).
2.10. Metode Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat
cair. Fraksinasi dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolarannya
yaitu dari nonpolar, semi polar, dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non
polar akan larut dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam
pelarut semi polar, dan yang bersifat polar akan larut ke dalam pelarut polar
(Harborne, 1987).
Untuk menganalisis senyawa hasil isolasi dengan struktur yang
komplek, pada umumnya membutuhkan materian yang kemurniannya 89-100
%. Jika senyawa berada pada konsentrasi yang tinggi dalam material awal dan
ada standar yang siap untuk pembanding, analisis struktur bias dilakukan
dengan kemurnian material yang rendah dan pemurnian mungkin akan
membutuhkan langkah yang lebih singkat (Cannell, 1998).
2.10.1. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan kromatograsi kolom pada
prinsipnya sama. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari
beberapa komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih cepat
bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih
lama (Hostettmann, Hostettmann, & Marston, 1995).
KLT merupakan suatu teknik pemisahan dengan menggunakan
adsorben (fase stasioner) berupa lapisan tipis seragam yang disalut-kan pada
permukaan bidang datar berupa lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
plastik. Pengembangan kromatografi terjadi ketika fase gerak tertapis
melewati adsorben (Hahn-Deinstrop, 2007).
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran
kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-
rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka
semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang
paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara
mekanisme adsorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi
(Gandjar & Rohman, 2007).
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak
sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara
menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan
secara menurun (descending)(Gandjar & Rohman, 2007).
Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan
harga Rf yang diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan
suatu zat dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan
pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur
dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf
senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding.
Jarak perambatan bercak dari titik penotolan (Sastrohamidjojo, 1991).
2.10.2. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom digunakan untuk pemisahan campuran beberapa
senyawa yang diperoleh dari isolasi tumbuhan. Dengan menggunakan fase
padat dan fase cair (pelarut organik), maka fraksi-fraksi senyawa akan
menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi (Ibrahim, 2000).
Penentuan pelarut terbaik dilakukan dengan uji pendahuluan pada plat
KLT dan kemudian pemisahan dilanjutkan menggunakan kromatografi kolom
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan memperhatikan bahwa penjerap diaktifkan dulu dengan tepat. Jika kita
melakukan pemisahan memakai silika gel, kita harus memakai silika gel
untuk kromatografi kolom (Hostettmann et al., 1995)
Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan
metode kromatografi terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari
1 g). Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan
berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca,
tabung logam, dan tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak dibiarkan mengalir
melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong
dengan tekanan. Pita senyawa bergerak melalui kolom dengan laju yang
berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas
kolom (R. J. Gritter, Bobbit, & Schwarting, 1991).
2.10.3. HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
HPLC dikembangkan pada akhir tahun 1960-an atau 1970-an. Saat ini,
HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis
dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel.
Kegunaan umum HPLC adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organic, anorganik, maupun senyawa biologis; analisa ketidakmurnian
(impurities); analisa senyawa yang tidak muah menguap (non-volatil);
penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan
pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir
sama; pemisahan senyawa-senyawa dengan jumlah sekelumit, dalam jumlah
banyak dan skala proses industri. HPLC merupakan metode yang tidak
destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
(Gandjar & Rohman, 2007).
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut
terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati
suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi
dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara
tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak,
panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom dan
ukuran sampel.
Instrument HPLC pada dasarnya terdiri atas delapan komponen, yaitu
wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan
sampel, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, tabung
penghubung, dan suatu komputer atau integrator atau perekam (Gandjar &
Rohman, 2007).
50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil uji ekstrak kulit biji jambu monyet terhadap aktivitas
inhibisi enzim DHODH diperoleh ekstrak n-heksan yang memiliki
inhibisi tertinggi pada konsentrasi 20 ppm dengan nilai 90,3% dan 100
ppm dengan nilai 98,2%.
2. Berdasarkan hasil pemurnian senyawa didapatkan 3 subfraksi aktif kulit
biji jambu monyet yang memiliki aktivitas inhibisi enzim DHODH yaitu
24,25 dan 29 dengan konsentrasi terkecil yaitu 7,5 ppm dengan nilai
77,5%, 57,8% dan 58,8%.
3. Pemurnian senyawa fraksi nomor 24 dihasilkan puncak yang tidak terlihat
kromatogramnya pada panjang gelombang 254 nm.
4. Pemurnian senyawa fraksi nomor 25 diperoleh 1 puncak utama pada
waktu retensi 27,63 menit.
5. Pemurnian senyawa fraksi nomor 29 diperoleh 3 puncak dengan waktu
retensi 27,97 menit; 29,22 menit dan 29,33 menit namun memiliki
intensitas yang rendah.
5.2. Saran
1. Perlu diidentifikasi PDA dari profiling HPLC pada panjang gelombang
yang berbeda untuk menentukan senyawa aktif dari subfraksi 24 kulit biji
jambu monyet.
2. Perlu dilakukan pemurnian skala besar sehingga dapat dilakukan elusidasi
struktur dan konfirmasi LC-MS terhadap subfraksi kulit biji jambu
monyet
3. Perlu dilakukan uji toksisitas subfraksi kulit biji jambu monyet secara dan
in vivo.
51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1983 ). "Cara pembuatan simplisia". . Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim. (2010). Teknik Budidaya Jambu Mente. Lokakarya, Bandung".
Assunção, R. B., & Mercadante, A. Z. (2003). Carotenoids and ascorbic acid
composition from commercial products of cashew apple (Anacardium
occidentale L.). Journal of Food Composition and Analysis, 16(6), 647-657.
Baraja M. (2008). Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus elastica Nois ex Blume
Terhadap Artemia salina Leach dan Profil Kromatografi lapis Tipis, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
BI, A., David, O., & Atere, V. (2005). Administration of cashew extracts in the
treatment of some infections and diseases.
Bicalho, B Pereira, AS Aquino Neto, FR Pinto, AC Rezende, & CM. (2000).
Application of high-temperature gas chromatography− mass spectrometry to
the investigation of glycosidically bound components related to cashew apple
(Anacardium occidentale L. Var. nanum) volatiles. Journal of agricultural
and food chemistry, 48(4), 1167-1174.
Breedveld, F., & Dayer, J. (2000). Leflunomide: mode of action in the treatment of
rheumatoid arthritis. Annals of the rheumatic diseases, 59(11), 841-849.
Cannell, R. J. (1998). How to approach the isolation of a natural product. Natural
products isolation, 1-51.
Chaplin, M. F., & Bucke, C. (1990). Enzyme technology: CUP Archive.
Dalimartha, S. (2008). Atlas tumbuhan obat Indonesia (Vol. 2): Niaga Swadaya.
Davis, June P Cain, Gary A Pitts, William J Magolda, Ronald L Copeland, & A., R.
(1996). The immunosuppressive metabolite of leflunomide is a potent
inhibitor of human dihydroorotate dehydrogenase. Biochemistry, 35(4), 1270-
1273.
Depkes RI. (1995 ). materia medika indonesia. jilid IV. Depkes RI.
Duke. (2001). Handbook of Edible Weeds. CRC Press, London, 1.
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 224, 228.
Garrett, R., & Grisham, C. (2005). The synthesis and degradation of nucleotides.
Belmont (CA): Thomson Brooks/Cole, 853-878.
Gaylord Chemical Company. (2007). Dimethyl Sufoxide (DMSO) Solubility Data.
GCC Bulletin 102 B, Los Angels. Halaman 1. .
Gritter, R., J., Bobbits, J. M., and A. E. Schwarting. (1987). Introduction to
Chromatography (Pengantar Kromatografi), Edisi ke-2, diterjemahkan oleh
K.Padmawinata, Bandung: Penerbit ITB.
Gritter, R. J., Bobbit, J. M., & Schwarting, A. E. (1991). Pengantar kromatografi.
Penerbit ITB, Bandung, 6(83), 107.
Gunawan, D., & Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid, 1, 31-
34.
Hahn-Deinstrop, E. (2007). Applied thin-layer chromatography: John Wiley & Sons.
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Harborne. (1987). Metode fitokimia. Edisi ke-2. Padmawinata K, Soediro I,
penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari:
Phytochemical Methods.
Harborne, J. B., & Baxter, H. (1999). The handbook of natural flavonoids. Volume 1
and Volume 2: John Wiley and Sons.
Herrmann, M. L., Schleyerbach, R., & Kirschbaum, B. J. (2000). Leflunomide: an
immunomodulatory drug for the treatment of rheumatoid arthritis and other
autoimmune diseases. Immunopharmacology, 47(2), 273-289.
Hochberg, M. C., Altman, R. D., April, K. T., Benkhalti, M., Guyatt, G., McGowan,
J., . . . Tugwell, P. (2012). American College of Rheumatology 2012
recommendations for the use of nonpharmacologic and pharmacologic
therapies in osteoarthritis of the hand, hip, and knee. Arthritis care &
research, 64(4), 465-474.
Hostettmann, K., Hostettmann, M., & Marston, A. (1995). Cara Kromatografi
Preparatif. Penggunaan Pada Isolasi Senyawa Alam, Penerbit ITB, Bandung.
Huang, M., Wang, Y., Collins, M., Mitchell, B. S., & Graves, L. M. (2002). A77
1726 induces differentiation of human myeloid leukemia K562 cells by
depletion of intracellular CTP pools. Molecular pharmacology, 62(3), 463-
472.
Jones, M. E. (1980). Pyrimidine nucleotide biosynthesis in animals: genes, enzymes,
and regulation of UMP biosynthesis. Annual review of biochemistry, 49(1),
253-279.
Kumar, S. S., Bhosle, D., Janghel, A., Deo, S., Raut, P., Verma, C., . . . Giri, T.
(2015). Indian Medicinal Plants Used for Treatment of Rheumatoid Arthritis.
Research Journal of Pharmacy and Technology, 8(5), 597-610.
Lehninger, A. (1982). Principles of biochemistry (Dasar-dasar biokimia, Jilid 2,
diterjemahkan oleh M. Thenawijaya. 1992). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lehninger, A. (2000). Dasar-dasar Biokimia Jilid 3 . Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta : Erlangga. Terjemah dari : principles of Biochemistry. .
Marks, D. B., Marks, A. D., & Smith, C. M. (2000). Biokimia kedokteran dasar:
sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC, 91.
Martoharsono, S. (1997). Biokimia Jilid I. UGM Press. Yogyakarta. 91.
Mayes, P. A., Granner, D., Rodwell, V., & Martin, D. (1987). Biokimia harper.
Darmawan, Penerjemah. Terjemahan dari: Harper’s Review of Biochemistry.
EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Meyer, V. R. (2004). Practical High-Performance Liquid Chromatography.
Chichester: John Wiley and Sons Inc. p. 7-8, 15-16, 20-28, 37-38, 52-55, 67-
71.
Munier-Lehmann, H. l. n., Vidalain, P.-O., Tangy, F. d. r., & Janin, Y. L. (2013). On
dihydroorotate dehydrogenases and their inhibitors and uses. Journal of
medicinal chemistry, 56(8), 3148-3167.
Olajide, O., Verena, M., Angelika, M., Mutallib, A., Aduragbemi, D., & Janet, M.
(2004). The effects of some Nigerian plant extracts on nitric oxide production
from Lipopolysaccharide-stimulated raw 264: 7 macrophages. Paper
presented at the A paper presented at the international Society of
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ethnobiology–Ninth international congress at University of Kent, Canterbury
UK 13th–17th June.
Paramashivappa, R Kumar, P Phani Vithayathil, PJ Rao, & Srinivasa., A. (2001).
Novel method for isolation of major phenolic constituents from cashew
(Anacardium occidentale L.) nut shell liquid. Journal of agricultural and food
chemistry, 49(5), 2548-2551.
Pawar, S., & Pal, S. (2002). Analgesic and anti-inflammatory activity of Anacardium
occidentale Root extracts. Hamdard Medicus (Pakistan).
Poedjiadi, A., & Supriyanti, F. T. (1994). Dasar-dasar biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Prasetyo, E. i. (2013). pengelolaan budidaya tanaman obat (bahan simplisia ).
Reed, G. (1975). Enzymes in Food Processing. Academic Press. New York. 212.
Reis, R. A., Calil, F. A., Feliciano, P. R., Pinheiro, M. P., & Nonato, M. C. (2017).
The dihydroorotate dehydrogenases: Past and present. Archives of
Biochemistry and Biophysics.
Sarker, S. D., & Nahar, L. (2006). An Introduction to Natural Products Isolation.
Series Editor John M. Walker School of Life Sciences University of
Hertfordshire Hatfield, Hertfordshire, AL10 9AB, UK, 1.
Sastrohamidjojo, H. (1991). Kromatografi. Liberty, Yogyakarta, hal, 98-100.
Shih, Kuei-Chung Lee, Chi-Ching Tsai, Chi-Neu Lin, Yu-Shan Tang, & Chuan-Yi.
(2014). Development of a Human Dihydroorotate Dehydrogenase (hDHODH)
Pharma-Similarity Index Approach with Scaffold-Hopping Strategy for the
Design of Novel Potential Inhibitors. PloS one, 9(2), e87960.
Singh, J. A., Saag, K. G., Bridges, S. L., Akl, E. A., Bannuru, R. R., Sullivan, M. C., .
. . Shmerling, R. H. (2016). 2015 American College of Rheumatology
guideline for the treatment of rheumatoid arthritis. Arthritis & Rheumatology,
68(1), 1-26.
Subramoniam, A., Madhavachandran, V., & Gangaprasad, A. (2013). Medicinal
plants in the treatment of arthritis. Ann Phytomedicine, 2, 3-36.
Sulaiman, W., Toib, A., Chandrashekhar, G., & Arshad, A. (2009). The trends of
DMARDS prescribed in rheumatoid arthritis patients in Malaysia. Oman
medical journal, 24(4), 260.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., & Kaur, H. (2011). Phytochemical
screening and extraction: a review. Internationale pharmaceutica sciencia,
1(1), 98-106.
Walse, B. r., Svensson, B., Fritzson, I., Dahlberg, L., Khairoullina, A., Wellmar, U.,
& Al-Karadaghi, S. (2008). The structures of human dihydroorotate
dehydrogenase with and without inhibitor reveal conformational flexibility in
the inhibitor and substrate binding sites. Biochemistry, 47(34), 8929-8936.
Wang, Mengyue Li, Ke Nie, Yuxiao Wei, Yingfang Li, & Xiaobo. (2011).
Antirheumatoid arthritis activities and chemical compositions of phenolic
compounds-rich fraction from urtica atrichocaulis, an endemic plant to China.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2012.
Winarno, F. G. (1989). Enzim Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 155 halaman.
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wirahadikusumah, M. (1989). Biokimia: Protein, Enzim dan Asam Nukleat. ITB.
Press. Bandung. 91 halaman.
Yin, S., Kabashima, T., Zhu, Q., Shibata, T., & Kai, M. (2017). Fluorescence assay of
dihydroorotate dehydrogenase that may become a cancer biomarker. Scientific
Reports, 7.