Tutorial Xviii-modul Obstetri Dan Ginekologi-trigger 2-Hpp

download Tutorial Xviii-modul Obstetri Dan Ginekologi-trigger 2-Hpp

of 23

description

jbjbjb

Transcript of Tutorial Xviii-modul Obstetri Dan Ginekologi-trigger 2-Hpp

  • TUTORIAL XVIIIFasilitator: dr. Jefri Henky, Sp.B.S., M.Kes.Anggota Kelompok: Aldo Yulian (12-171) Putri Aulia Dina Adisti (12-172)Shandi Franswer (12-173)Riski Novika (12-174)Febri Indra Kusuma (12-175) Robin Pemadi (12-176) Yunita Faustin Sapolenggu (12-177) Muhammad Rezki Zanuar (12-178) Afifah Mardhatillah (12-179) Vandra Davin (12-180)

  • Modul Obstetri dan Ginekologi

    Trigger 2: HPPSeorang ibu baru saja melahirkan di ruang KB, anak keempat BB=4000 gram hidup, dengan bidan terjadi HPP, dikonsulkan ke dokter jaga RSI Siti Rahmah, plasenta lahir 600 gram (belum dicek).

  • Step I

    HPP (hemoragik post partum) : perdarahan >500-600 mL dalam 24 jam setelah anak lahir.Plasenta : organ yg tumbuh di dalam rahim selama kehamilan dan munghubungkan jalur pasokan darah dari ibu ke janin.

  • Step II

    Apa yg menyebabkan HPP?Apa dasar ibu bidan mendiagnosa ibu ini HPP?Apakah ada hubungan antara BB bayi 4000 gram dengan terjadinya HPP?Bagaimana penatalaksanaan HPP?Bagaimana cara memeriksa plasenta?

  • Step III

    Penyebab HPP:a. Atonia uterib. Retensio plasentac. Sisa plasentad.Adanya trauma seperti ruptur uterus, infeksi uterus, perlukaan jalan lahir, dan vaginal hematom.2. Karena perdarahannya >500-600 mL dalam 24 jam setelah anak lahir.3. Ada, karena BB bayi yg berlebihan adalah faktor resiko terjadinya atonia uteri.4. Penatalaksanaan HPP:a. Pemberian cairan seperti normal saline/RL.b. Transfusi darah (whole blood/PCR)c. Evakuasi pemberian cairan dengan memantau produksi urin.

  • Step III5. Cara memeriksa plasenta: a. Periksa sisi maternal (yg menempel pd dinding rahim) utk memastikan bahwa semuanya lengkap, utuh, dan tidak ada bagian yg hilang. b. Pasangkan bagian-bagian plasenta yg robek atau terpisah utk memastikan tidak ada bagian yg hilang. c. Periksa plasenta bagian fetal (yg menghadap ke janin) utk memastikan tidak ada kemungkinan loba ekstra (suksenturiata). d. Evakuasi selaput utk memastikan kelengkapannya.

  • Step IV

    Seorang ibu melahirkan anak ke-4

    BB bayi 4000 gram

    Perdarahan >500-600 mL

    HPP

  • Step VMahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:HPP:a. Definisib. Klasifikasic. Etiologid. Patofisiologie. Pemeriksaan :1) Fisik: TD, nadi, respirasi, konjungtiva2) Obstetri: Tinggi fundus uterus, kontraksinya (lihat dara pre dan post partus)3) Dalam : eksplorasi dan inspekulof Pemeriksaan penunjang.g. Diagnosa bandingh. Penegelolaan langkah awal:1) Apabila atonia2) Apabila laserasi3) Apabila tertinggal sisa plasentai. Komplikasij. Prognosak. Pencegahan

  • Step VIIHPP a. DefinisiHPP adalah kehilangan darah sebanyak 500 mL atau lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan. b. Klasifikasi dan Etiologi 1) HPP primer: perdarahan pasca persalinan yg terjadi dlm 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utamanya: atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri. Terbanyak dlm 2 jam pertama. 2) HPP sekunder :perdarahan pasca persalinan setelah 24 jam pertama kelahiran. Penyebabnya: infeksi, penyusutan rahim yg tidak baik, atau sisa plasenta yg tertinggal.

  • d. Patofisiologi HPPDlm persalinan pembuluh darah yg ada di uterus melebar utk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yg melebar tadi tidak menutup sempura sehingga pedarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yg lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkanperdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pd ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari HPP. Perdarahan yg sulit dihentikan bisa mendorong pd keadaan shock hemoragik.

  • e. Pemeriksaan Fisik 1) Vital sign:takikardia, suhu tinggi, TD biasanya stabil. 2) Pemeriksaan Obstetri:

    a) Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Menilai nyeri dan lunak (berkaitan retensio placenta, ruptur atau endometritis), distensi abdomen, uterus yg teraba pd pusat (kemungkinan atonia uteri), kelebihan distensi kandung kemih yg bisa teraba pd perabaan abdomen dapat menunjukkan kemungkinan adanya halangan pd kontraksi uteri.

  • b) Tinggi Fundus Uteri (TFU) : jarak antara bagian atas uterus hingga symphisis pubis yg diukur dlm cm. Ini utk memperkirakan usia kehamilan berdasarkan parameter tertentu (umbilicus, prosessus xyphoideus, dan tepi atas symphisis pubis). Ukuran dapat berbeda sekiranya pasien tinggi/kurus, pendek/ gemuk,kandung kemih yang penuh, dan multigravida. Keadaan abnormal pada TFU dpt menunjukkan Intrauterine growth retardation (IUGR), macrosomia, oligohydramnion, polyhydramnion, dan fibroid uteri.

  • 3) Pemeriksaan Dalam: a) Pemeriksaan In Speculo :Apabila cervix sudah terlihat jelas, diperhatikan dengan cermat warna mukosanya (hiperemik, anemic, livide), serta adanya kelainan seperti erosi, laserasi, sikatriks polip, tumor, dll.Setelah pengamatan dgn speculum selesai, speculum ditarik secara perlahan sambil memerhatikan dinding vagina.Dinding vagina diperhatikan warnanya, adanya petecchiae, varices, ulcerasi, granulasi, ulcerasi, laserasi, fistula, tumor, penonjolan dinding vagina karena kendor (cystocele, rectocele)

  • b) Pemeriksaan Bimanual : Palpasi bimanual pd uterus dapat menunjukkan kemungkinan atonia, pembesaran rahim, atau sejumlah besar darah yg terkumpul.Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan kemungkinan terdapatnya hematoma di vagina atau panggul. Selain itu, penting utk menilai apakah cervix terbuka atau tertutup. c) Pemeriksaan Plasenta: utk menilai apakah ada bagian plasenta yg tersisa dan belum dikeluarkan.

    f. Pemeriksaan penunjang 1) Hitung darah lengkap. 2) USG

  • g. Diagnosa banding

    Diagnosa banding dari HPP lebih cenderung ditujukan utk mencari etiologinya yaitu:1) Atonia uteri2) Retensio plasenta3) Sisa plasenta4) Laserasi jalan lahir5) Kelainan darah

  • h. Penatalaksanaan

    1) Periksa hitung darah lengkap, panel koagulasi, golongan darah, dan pencocokan silang. 2) Pastikan jalur IV tetap terbuka. 3) Awasi dgn ketat tanda-tanda vital dan kehilangan darah lebih lanjut. 4) Mulai berikan penggantian komponen darah yg sesuai. 5) Lahirkan plasenta yg lepas sebagian secara manual. 6) Lakukan eksplorasi uterus, dan keluarkan dgn hati- hati setiap hasil konsepsi yg tertinggal ( mungkin memerlukan kuretase uterus)

  • 7) Utk mengatasi atonia uteri setelah pengeluaran plasenta:a) Tinggikan dan pertahankan letak fundus di atas pelvis sementara melakukan pemijatan uterus.b) Ulangi pemberian oksitosin profilaksis 5 IU IV secara perlahan. Jikan gagal memperlambat perdarahan, pertimbangkan penambahan prostaglandin atau ergonovin ( jgn berikan ergonovin jika pasien hipertensi). 8) Segera perbaiki episiotomi dan robekan yg terjadi. 9) Lakukan histerektomi pd plasenta akreta. 10) Ligasi arteri uterina atau arteri hipogastrik mungkin dapat menyelamatkan jiwa pd bbrp kasus ekstrim.

  • 11) Membuat tampon uterus utk mengendalikan HPP sekarang jarang dilakukan kecuali sebagai tindakan sementara (misalnya utk menghentikan aliran darah jika komponen darah pengganti blm segera tersedia). Sediakan bungkusan kasa steril dgn lebar sekitar 1 yard dan panjang 5 yard dlm jumlah besar (pemasangan tampon memerlukan sejumlah besar kasa). Alat tampon tubular Holmes dapat menolong, tetapi tidak penting.

  • i. Komplikasi

    Komplikasi HPP yg paling berat yaitu syok. Bila terjadi syok yg berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ-organ seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).

    j. Prognosa

    Tergantung pd penyebab perdarahan, jumlah darah yg hilang( dibandingkan dgn BB pasien), komplikasi medis, dan keberhasilan terapi korektif.

  • k. Pencegahan

    1) Tangani plasenta dgn tepata) Keluarkan plasenta secara spontan atau dgn perasat Brandt-Andrews.b) Hindari perasat Crede (memeras uterus), dan jgn sekali-kali menggunakan fundus sebagai piston utk mendorong ke luar plasenta.c) Siapkan ekstraksi manual utk kasus-kasus dgn indikasi. 2) Setelah plasenta lahir, beri oksitosin yg diencerkan (5 IU IV secara perlahan). 3) Atasi atonia uetri dan mulai berikan oksitosin yg diencerkan sebelum plasenta lahir begitu sudah dipastikan tidak ada janin kedua.

  • d) Periksa jalan lahir dengan cermat adakah robekan. e) Lakukan eksplorasi uterus pd pasien-pasien dgn kemungkinan ruptur uteri atau hasil konsepsi yg tertinggal. (Beberapa klinisi menganjurkan eksplorasi rutin pd semua pasien).

  • Kesimpulan

    HPP adalah kehilangan darah sebanyak 500 mL atau lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan. Ini dapat disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir, dan kelainan darah. Pemantauan terus terhadap ibu sesudah melahirkan harus terus dilakukan utk mencegah terjadinya perdarahan yg dapat menimbulkan kematian.

  • Daftar Pustaka

    Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC.WHO.2001.Safe Motherhood, Modul Hemoragi Post Partum.jakarta:EGC.