Tutorial MFS

22
Luqman Hakim 30101206794 KEPANITRAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TUTORIAL MYOFASCIAL SYNDROME

description

tutorial

Transcript of Tutorial MFS

Luqman Hakim30101206794

KEPANITRAAN KLINIK ILMU NEUROLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

TUTORIALMYOFASCIAL SYNDROME

Sindrom Nyeri Miofascial (MFS)Individu dengan MPS merasakan nyeri otot baik lokal atau umum yang dirasakan sebagai rasa kaku atau tegang. Bagian tubuh ini menjadi lunak disebabkan oleh serat otot yang terluka terkontraksi dan menjadi pendek yang akibatnya akan sering mengalami rasa sakit. Pada awalnya, penderita mungkin merasa ada “simpul” atau kejang pada daerah otot yang cedera. Nyeri ini terjadi di bagian-bagian tubuh yang terpisah dari sumber masalah.

Sindrom Nyeri Myofascial(MFS)

Sindrom nyeri myofascial adalah sebuah kondisi nyeri otot ataupun fascia, akut maupun kronik, menyangkut fungsi sensorik, motorik, ataupun otonom, yang berhubungan dengan myofascial trigger points (MTrPs). Gejala motorik dapat berupa disfungsi motorik atau kelemahan otot akibat inhibisi motorik, terbatasnya gerakan dan kekakuan otot. Gejala sensorik dapat berupa nyeri tekan, nyeri alih, hiperalgesia, ataupun alodinia. Gejala otonom dapat seperti berkeringat, perubahan suhu kulit, lakrimasi, dan salivasi.

Aktivitas sistem saraf simpatis akan meningkatkan aktivitas motorik dan menyebabkan nyeri. Myofascial trigger points adalah suatu titik/ tempat hiperiritabel berlokasi di struktur otot atau fascia yang menegang, jika ditekan dapat menyebabkan nyeri lokal atau menjalar.

MTrPs sering ditemukan di sekitar daerah leher dan punggung.

PREVALENSI Prevalensinya sama antara laki-laki dan

perempuan, terutama pada usia 30-60 tahun

Faktor Risiko - cedera otot Cedera otot akut atau stres otot terus-menerus. Misalnya , tempat di dalam atau di dekat otot yang tegang dapat menjadi titik pemicu . gerakan yang berulang.- Stres dan kecemasan Orang yang sering mengalami stres dan kecemasan mungkin lebih mungkin untuk terjadi pemicu poin dalam otot. Salah satu teori menyatakan bahwa orang-orang ini mungkin lebih cenderung mengepalkan otot-ototnya.

PatofisiologisPenyebab dari nyeri myofascial dibagi menjadi dua yaitu mekanik dan ergonomic. Penyebab mekanik yang dimaksudkan disini adalah terjadinya trauma akut. Trauma ini biasanya disebabkan karena postur tubuh yang jelek (scoliosis, lordosis), defisiensi vitamin, dan problem pada sendi. Sedangkan penyebab secara ergonomic misalnya posisi tidur yang jelek, posisi kerja yang buruk, sering memakai sepatu dengan hak tinggi, dan sebagainya.

Trigger point diduga terbentuk di endplate otot yang menyebabkan perubahan dan abnormalitas aktivitas endplate di neuromuscular junction.

Iritasi kontinu pada endplate akan menyebabkan pengeluaran asetilkolin berlebihan, sehingga dapat menyebabkan ketegangan dan kontraksi serat otot yang terlokalisasi.

Gambar. Trigger point pada sindrom nyeri

myofascial

Trigger Point Complex

Myofascial trigger points dapat terjadi di otot-otot berbagai anggota tubuh sebagai respons dari cedera atau kelebihan beban otot. Terdapat hipotesis bahwa serat otot yang cedera akan memendek (sehingga terjadi peningkatan tegangan) akibat pengeluaran berlebihan ion kalsium dari serat yang rusak, atau sebagai respons terhadap asetilkolin dalam jumlah besar dari motor end plate. Nyeri tekan lokal atau menjalar terjadi karena nosiseptor otot terstimulasi akibat kurangnya oksigen dan peningkatan mediator inflamasi di tempat cedera.

Gambaran Klinis Nyeri otot Kelemahan otot Kekakuan masalah tidur

DiagnosisKriteria yang paling sering digunakan adalah kriteria menurut Simons, et al, (1999). Kriteria diagnosis sindrom nyeri myofascial berupa lima kriteria mayor dan setidaknya satu dari tiga kriteria minor.

PenatalaksanaanTerapi dapat berupa terapi farmakologi dan intervensi non-farmakologi. 1. Terapi simptomatis meliputi antiinflamasi, anagetik, dan narkotik. Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) paling sering digunakan karena efeknya sebagai analgetik dan anti-inflamasi. Meskipun cara kerja OAINS pada sindrom nyeri myofascial masih belum diketahui, namun sudah terbukti baik untuk menangani nyeri muskuloskeletal

Sebuah RCT (Randomized Control Trial) menunjukkan bahwa diclofenac patch mempunyai efek signifikan pada sindrom nyeri myofascial di muskulus trapezius.

Studi laporan kasus, dan studi observasional menunjukkan bahwa lidocaine patch dapat meningkatkan ambang nyeri secara signifikan, sehingga dapat meningkatkan aktivitas sehari-hari. Lidokain topikal juga dapat digunakan.

Tizanidine bekerja sebagai alfa 2 agonis, sehingga dapat menurunkan spastisitas otot; pada sindrom nyeri myofascial dapat menurunkan intensitas nyeri dan disabilitas. Beberapa studi menyarankan penggunaan tizanidine sebagai terapi lini pertama.

Benzodiazepin bekerja menghambat pengeluaran serotonin presinaps dan eksitasi GABA. Pada sebuah uji coba klinis, klonazepam terbukti mempunyai efek antinosiseptif untuk sindrom nyeri myofascial.

2. Terapi Non-FarmakologisTatalaksana non-farmakoterapi dapat invasif atau non-invasif. Metode non-invasif dapat berupa fisioterapi, seperti peregangan, terapi laser, ultrasound, dan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).

Dry NeedlingInjeksi pada MTrPs efektif dan sudah sering dilakukan. Trigger point dry needling atau dikenal juga sebagai stimulasi intramuskuler merupakan teknik menggunakan jarum berfilamen halus pada titik-titik tertentu pada otot skeletal yang hiperiritabel (MTrPs) tanpa obat.

Tujuan insersi jarum berfilamen halus adalah untuk menghasilkan respons kedut (kontraksi singkat) pada otot yang terinsersi.

Injeksi Trigger PointsInjeksi MTrPs hampir sama dengan dry needling, namun pada teknik ini dilakukan injeksi obat anestesi atau steroid. Beberapa studi menyebutkan bahwa injeksi trigger points dengan obat anestesi tidak lebih baik daripada dry needling. Injeksi steroid pada MTrPs juga masih kontroversial karena hanya sedikit bukti yang mendukung adanya proses inflamasi pada patofisiologi sindrom nyeri myofascial.

Terapi ManualTerapi manual saat ini mulai diperhitungkan sebagai terapi yang paling efektif untuk menginaktivasi MTrPs. Terapi ini termasuk deep pressure massage, stretch therapy with spray, dan superficial heat. Namun, belum ada studi yang dapat membuktikan keefektifan jangka panjangnya.

Sumber- Gerber NL, Sikdar S, Hammond J, Shah J.

A brief overview and update of myofascial pain sydnrome and myofascial trigger points. J Spinal Res Foundation. 2011;6:56-62

- Stepien J. Trigger point dry needling. J Spinal Res Foundation. 2013;8:38-40

- Desai MJ, Saini V, Saini S. Myofascial pain syndrome: A treatment review. Pain

Ther. 2013;2:21-36