Tutorial kesehatan lingkungan

71
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 HEPATITIS A MENYEBAR DI SEKOLAH Blok 7.1 Tutor : dr. Wahyu Indah Dewi Aurora KELOMPOK 5 Andika Anjani Agustin G1A112081 Iffanisa Surya G1A112074 Sarah Humaira G1A112078 Chaesar Abdil Bar G1A112066 Tridesi Hutasoit G1A112039 Amanda Nofita Dewi G1A112038 Siska Meliana G1A112017 Abdul Rahman Saputra G1A112016 Steven G1A112007 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

description

nn

Transcript of Tutorial kesehatan lingkungan

Page 1: Tutorial kesehatan lingkungan

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1

HEPATITIS A MENYEBAR DI SEKOLAH

Blok 7.1

Tutor : dr. Wahyu Indah Dewi Aurora

KELOMPOK 5

Andika Anjani Agustin G1A112081

Iffanisa Surya G1A112074

Sarah Humaira G1A112078

Chaesar Abdil Bar G1A112066

Tridesi Hutasoit G1A112039

Amanda Nofita Dewi G1A112038

Siska Meliana G1A112017

Abdul Rahman Saputra G1A112016

Steven G1A112007

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015/2016

Page 2: Tutorial kesehatan lingkungan

Skenario I

Hepatitis A Menyebar di Sekolah

Dino mambaca surat kabar hari ini yang memberitakan adanya kejadian hepatitis A

pada anak-anak di SMAN 5 Jambi. Dinas kesehatan Jambi sudah melakukan investigasi dan

mendapatkan bahwa sumber penyebarannya berasal dari tempat jajan disekitar sekolah.

Keadaan sanitasi dan pengelolaan limbah disekitar sekolah masih belum baik, sehingga

memungkinkan terjadinya penyakit penyakit berbasis lingkungan. Dinas kesehatan dalam

rangka penanganan lebih lanjut meminta kepada pihak sekolah agar melaksanakan prinsip

dasar sanitasi, sanitasi makanan dan minuman serta melakukan langkah-langkah pengelolaan

sanitasi di tempat-tempat umum.

I. Klarifikasi Istilah

1. Hepatitis A : Penyakit infeksi akut pada hati yang disebabkan oleh

virus hepatitis A (HAV), yang paling sering ditularkan

melalui jalur fecal-oral melalui makanan yang

terkontaminasi atau air minum.1

2. Sanitasi :Upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik

manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat

menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi

perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup

manusia.1

3. Penyakit Berbasis Lingkungan :Kondisi patologis yang mengakibatkan terjadinya

kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi yang

diakibatkan karena interaksi antar manusia maupun

interaksi dengan hal-hal yang berada di lingkungan

sekitar yang berpotensi menimbulkan penyakit.1

Page 3: Tutorial kesehatan lingkungan

II. Identifikasi Masalah

1. Apa saja penyebab dan faktor risiko dari penyakit hepatitis A?

2. Bagaimana transmisi penularan hepatitis A?

3. Apa saja gejala klinis hepatitis A?

4. Bagaimana pencegahan hepatitis A?

5. Bagaimana prosedur investigasi wabah?

6. Bagaimana tempat jajan yang aman?

7. Apa saja syarat kesehatan yang harus ada di sekolah?

8. Bagaimana cara pengelolaan limbah?

9. Apa saja penyakit berbasis lingkungan?

10. Apa penyebab dari penyakit bersbasis lingkungan?

11. Bagaimana pencegahan penyakit berbasis lingkungan?

12. Apa saja prinsip dasar sanitasi?

13. Bagaiamana sanitasi makanan dan minuman yang baik?

14. Bagaimana prosedur sanitasi di tempat-tempat umum?

Page 4: Tutorial kesehatan lingkungan

III. Analisis Masalah

1. Apa saja penyebab dan faktor risiko dari penyakit hepatitis A?

Jawab :

Penyebab dari penyakit hepatitis A adalah virus yang mengandung RNA,

berdiameter 27nm adalah anggota famili Picornavirus. Virus ini diisolasi pada

mulanya dari tinja penderita yang terinfeksi. VHA bersifat termostabil, tahan asam,

dan tahan terhadap empedu sehingga efisiensi dalam transmisi fekal oral.2

Faktor risiko dari hepatitis A meliputi :

a. Sanitasi yang buruk

b. Kurangnya sarana air bersih

c. Tinggal satu rumah dengan orang yang terinfeksi hepatitis A

d. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja dari penderita

hepatitis A

e. Menjadi mitra seksual dengan orang yang terinfeksi hepatitis A akut

f. Berpergian ke daerah endemis tanpa vaksinasi

2. Bagaimana transmisi penularan hepatitis A?

Jawab :

Hepatitis virus A ditularkan terutama melalui jalur fekal-oral. Bisa terjadi ketika

orang yang tidak terinfeksi mengkonsumsi makanan atau air yang telah terkontaminasi

dengan tinja orang yang terinfeksi. Wabah ditularkan melalui air, meskipun jarang

terjadi, biasanya berhubungan dengan limbah terkontaminasi. Virus ini juga dapat

ditularkan melalui kontak fisik dekat dengan orang yang terinfeksi, meskipun kontak

biasa antara orang-orang tidak menyebarkan virus.2

3. Apa saja gejala klinis hepatitis A?

Jawab :

Fase Pre-Ikterik (1-2 minggu sebelum fase ikterik)

Ditemukan gejala konstitusional seperti anoreksi, mual dan muntah, malaise,

mudah lelah, atralgia, myalgia, nyeri kepala, foto fobia, faringitis, atau batuk.

Perasaan mual, muntah, dan anoreksia sering kali terkait dengan perubahan pada

penghidu dan pengecapan. Dapat pula timbul demam yang tidak terlalu tinggi.

Page 5: Tutorial kesehatan lingkungan

Perubahan warna urin menjadi lebih gelap dan feses menjadi lebih pucat dapat

ditemukan 1-5 hari sebelum fase ikterik.

Fase Ikterik

Gejala konstitusional umumnya membaik, namun muncul gambaran klinis

jaundice, nyeri perut kuadran kanan atas (akibat hepatomegaly), serta penurunan berat

badan ringan. Pada 10-20% kasus, dapatditemukan splenomegaly dan adenopati

servikal. Fase ini berlangsung antara 2-12 minggu.2

Fase Perbaikan (konvalesens)

Gejala konstitusional menghilang, tetapi hepatomegalidan abnormalitas fungsi

hati masih ditemukan. Nafsu makan kembali dan secara umum pasien akan merasa

lebih sehat. Perbaikan klinis dan parameter laboratorium akan komplit dalam 1-2

bulan sejak awitan ikterik. Namun, sebanyak <1% kasus menjadi hepatitis fulminan,

yakni munculnya ensefalopati dan koagulopati dalam 8 minggu setelah gejala pertama

penyakit hati.2

4. Bagaimana pencegahan hepatitis A?

Jawab :

Dapat dilakukan melalui menghindari kontak dengan pasien, meningkatkan

higienitas individu (cuci tangan, makan makanan bersih, dan sebagainya), maupun

vaksinasi hepatitis A.

Vaksinasi hepatitis A berupa injeksi immunoglobulin 1 mL IM yang diulang

setiap 6-18 bulan tergantung vaksin, dengan efektifitas yang mencapai 80-100%.

Vaksinasi tersebut diindikasikan bagi individu berikut:

1. Individu yang akan pergi ketempat endemis. Vaksinasi diberikan 2 minggu

sebelum keberangkatan

2. Pasien dengan penyakit hati kronis vaksinasi hepatitis A. Namun, efektifitas

vaksinasi pada kelompok dengan penyakit hati lanjut atau imunokomprom ilebih

rendah.

3. Pasien dengan potensi hepatitis A tinggi yakni sosioekonomi rendah, kebersihan air

dan sanitasi yang buruk.

Vaksin hepatitis A belum direkomendasikan pada pasien berusia <2 tahun. Saat

ini, vaksin yang tersedia berupa Havrix® danVaqta®.2

5. Bagaimana prosedur investigasi wabah?

Page 6: Tutorial kesehatan lingkungan

Jawab :

Tujuan Investigasi KLB/ Wabah

1. Mengidentifikasi dengan cepat sumber dan reservoir dari KLB/ wabah

2. Melaksanakan intervensi untuk menanggulangi dan mengeliminasi KLB/ wabah

3. Mengembangkan kebijakan untuk mencegah KLB/ wabah di masa datang.3

  Prinsip-prinsip Investigasi KLB/ Wabah

1. Walaupun secara teoritis langkah-langkah investigasi KLB/ wabah terdiri dari

beberapa tahapan yang berurutan, namun dalam prakteknya proses investigasi

wabah bersifat dinamis dan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan secara simultan.

2. Teramat penting untuk senantiasa memelihara komunikasi antara berbagai pihak

yang bekentingan dalam investigasi dan penanggulangan wabah,

3. Prinsip-prinsip epidemiologi dan statistik, khususnya berkenaan dengan rancangan

studi dan analisis harus diterakan secara benar (appropriate)

4. Semua tahapan investigasi dan proses pengumpulan data/ informasi harus direkam/

dicatat secara teliti dan hati-hati.

5. Tinjauan (review) yang kritis dan hati-hati harus dilakukan berdasarkan

kepustakaan ilmiah yang relevan

6. Tim kesehatan yang melakukan investigasi KLB/ wabah harus senantiasa

berpikiran terbuka terhadap berbagai kiemungkinan sumber KLB/ wabah yang

belum terungkap.3

Langkah-langkah Investigasi KLB/ Wabah

1. Persiapan lapangan

Pada tahap ini harus dipersiapkan 3 kategori:

a. Persiapan investigasi

Termasuk dalam kategori ini adalah mempersiapkan:

Pengetahuan tentang berbagai penyakit yang potensial menjadi KLB/

wabah.

Pengetahuan tentang dan ketrampilan melakukan investigasi lapangan,

termasuk pengetahuan & teknik pengumpulan data dan manajemen

spesimen.

Pengetahuan dan ketrampilan melakukan analisis data dengan komputer.

Dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai

Page 7: Tutorial kesehatan lingkungan

Material dan instrumen investigasi, seperti kuesioner, bahan/ sediaan

spesimen dan tes laboratorium.3

b. Persiapan administrasi

Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek

administratif dari investigasi seperti: penyediaan perijinan, surat-surat atau

dokumen formal/ legal dalam melakukan investigasi, penyediaan dana yang

memadai, transportasi yang dapat diandalkan, kerapian dalam dokumentasi,

pembagian tugas dan koordinasi dalam tim kesehatan, dll.3

c. Persiapan konsultasi

Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan

dalam proses investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas, apakah

tim kesehatan memiliki peran langsung memimpin investigasi, atau hanya

mitra dari pejabat/ petugas kesehatan setempat (misalnya staf dinas kesehatan

setempat), atau berperan memberikan bantuan konsultasi terhadap pejabat/

petugas lokal. Mengenal dan menjalin kerjasama dengan petugas/ staf / kontak

lokal serta otoritas setempat adalah sangat penting.3

2. Konfirmasi kejadian KLB/wabah dan verifikasi diagnosis

a. Konfirmasi kejadian KLB/wabah

Pada situasi KLB/ wabah, umumnya diasumsikan bahwa semua kasus-

kasus yang muncul saling terkait satu sama lain dan terjadi akibat hal atau

sebab yang sama. Oleh karena itu harus dipastikan bahwa:

1. Kumpulan kejadian kesakitan (cluster) tersebut memang merupakan

peningkatan tidak wajar dari kasus-kasus yang saling berhubungan dan

memiliki sebab yang sama dan bukannya cluster sporadis kasus-kasus

penyakit yang sama tapi tidak saling berhubungan atau bahkan kumpulan

kasus-kasus yang mirip yang sebenarnya berasal dari beberapa penyakit

yang berbeda.

2. Jumlah kasus memang melebihi yang diperkirakan (expected). Bagaimana

mengetahui jumlah kasus yang diperkirakan? Biasanya perkiraan dapat

dilakukan dengan membandingkan dengan jumlah kasus pada minggu

atau bulan sebelumnya, atau dengan bulan yang sama pada tahun-tahun

sebelumnya. Data tentang jumlah kasus sebelumnya tentu harus diperoleh

dari berbagai sumber-sumber data yang tersedia di wilayah tersebut baik

Page 8: Tutorial kesehatan lingkungan

dari sistem surveilens lokal, pencatatan dan pelaporan yang rutin di

komunitas atau di berbagai fasilitas kesehatan lokal, kegiatan survei atau

asesmen yang bersifat ad-hoc, dll.

3. Peningkatan jumlah kasus yang melebihi yang diperkirakan tersebut

bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain yang artifisal (diluar peningkatan

insiden penyakit yang sesungguhnya), seperti misalnya peningkatan

karena:

Perubahan definisi kasus

Peningkatan kegiatan penemuan kasus (case finding)

Peningkatan sistem/ prosedur pelaporan lokal

Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mecari pengobatan

Penambahan besar populasi.3

b. Verifikasi Diagnosis

Tujuan verifikasi diagnosis adalah:

1. Memastikan bahwa penyakit/ masalah kesehatan yang muncul memang

telah didiagnosis secara tepat dan cermat.

2. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan lab sebagai

pendukung diagnostik.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan:

Keterampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan

Kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar tertentu

yang diharapkan

Komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan pasien, untuk

menggali secara lebih akurat riwayat penyakit dan pajanan potensial.3

3. Penentuan definisi kasus, identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan

a. Penentuan definisi kasus

Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang kriteria

klinis untuk menentukan apakah seseorang dapat diklasifikasikan sebagai

penderita penyakit tsb. Definis kasus dalam konteks KLB/ wabah haruslah

dibatasi oleh karateristik tertentu dari, orang tempat dan waktu. Sekali

ditetapkan maka definisi kasus ini harus dipakai secara konsisten pada

semua situasi dalam investigasi.

Page 9: Tutorial kesehatan lingkungan

Berdasarkan derajat ketidakpastiannya diagnosis kasus dapat dibagi

menjadi:

1. Kasus definitif/ konfirmatif (definite/ confirmed case) adalah diagnosis

kasus yang dianggap pasti berdasarkan verifikasi laboratorium.

2. Kasus sangat mungkin (probable case) adalah diagnosis kasus yang

ditegakkan berdasarkan  berbagai gambaran klinis yang khas tanpa

verifikasi laboratorium.

3. Kasus mungkin/ dicurigai (possible/ suspected case) adalah diagnosis

kasus yang ditegakkan berdasarkan  sedikit gambaran klinis yang khas

tanpa verifikasi laboratorium.3

b. Identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan

Dalam rangka menghitung kasus, terlebih dahulu harus dipikirkan

mekanisme untuk mengidentifikasi kasus dari berbagai sumber kasus yang

mungkin, seperti dari/di:

1. Fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas, klinik, RS, dll.

2. Pemukiman/ tempat tinggal

3. Tempat perhelatan/ pertemuan

4. Dll.

Informasi yang dapat digali dari setiap kasus adalah:

1. Identitas kasus dan karateristik demografis, misal: nama, umur, jenis

kelamin, suku, pekerjaan.

2. Karateristik klinis, misal riwayat penyakit, keluhan dan tanda sakit

yang dialami, serta hasil lab.

3. Karateristik faktor-faktor risikoyang berkaitan dengan sebab-sebab

penyakit dan faktor-faktor pemajanan spesifik yang relevan dengan

penyakit yang diteliti.

4. Informasi pelapor kasus.

Berbagai informasi tersebut biasanya direkam dalam format

pelaporan yang standar, kuesioner atau form abstraksi/ kompilasi data.

Form abstraksi/ kompilasi data berisi pilihan informasi-informasi

terpenting yang perlu didata untuk setiap kasus. Bentuk format

kompilasi tsb berupa baris-baris daftar kasus (line listing). Pada

format line listing ini setiap kasus yang ditemui diletakkan pada setiap

baris, sementara setiap kolomnya berisi variabel penting kasus tsb.

Page 10: Tutorial kesehatan lingkungan

Kasus baru akan dimasukkan/ ditambahkan pada baris di bawah kasus

sebelumnya, sehingga kita dapat memiliki daftar kasus yang selalu

diperbaharui (up-dated) berikut jumlahnya dari waktu ke waktu.3

4. Tabulasi data epidemiologi deskriptif berdasarkan orang, tempat dan waktu

KLB/ wabah dapat digambarkan secara epidemiologis dengan melakukan

tabulasi data frekuensi distribusi kasusnya menurut karakteristik orang, tempat dan

waktu. Penggambaran ini disebut epidemiologi deskriptif.

Tabulasi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik orang

dilakukan untuk melihat apakah karakteristik orang/ populasi tertentu memberikan

tingkat risiko tertentu untuk terjadinya penyakit. Karateristik orang yang lazim

diteliti adalah karakteristik demografis, klinis dan pajanan.3

Deskripsi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik tempat

dimaksudkan untuk memperkirakan luasnya masalah secara geografis dan

menggambarkan pengelompokkan (clustering) dan pola penyebaran (spreading)

penyakit berdasarkan wilayah kejadian yang nantinya dapat dijadikan petunjuk

untuk mengidentifikasi etiologi penyakit tsb. Peta bintik (spot map) dan Peta area

(area map) merupakan bentuk penyajian data deskriptif menurut tempat yang

sangat berguna. Penerapan sistem informasi geografis (geografic information

system atau GIS) berikut piranti lunaknya dapat mendukung tercapainya tujuan

tersebut di atas.3,4

Deskripsi frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik waktu dilakukan

untuk beberapa tujuan berikut ini:

a) Mengetahui besarnya skala KLB/ wabah dan kecenderungan waktu (time

trend) dari kejadian KLB/ wabah tsb. Untuk mempermudah tercapainya tujuan

ini KLB/ wabah dapat digambarkan menggunakan kurva epidemik (epi) ini.

b) Memprediksi jalannya KLB/ wabah di waktu-waktu mendatang.

c) Mengenal pola epidemi yang terjadi, apakah common  source (berasal dari

sekelompok orang yang terpajan dengan agen berbahaya yang sama)

ataupropagated (menyebar bertahap dari orang ke orang) atau campuran

keduanya.3

5. Pengumpulan spesimen dan analisis laboratorium

Pengumpulan spesimen apabila memungkinkan dan layak (feasible) dapat

membantu konfirmasi diagnosis, bahkan untuk penyakit tertentu merupakan penentu

Page 11: Tutorial kesehatan lingkungan

diagnosis, seperti misalnya pada kasus kolera, salmonelosis, hepatitis dan keracunan

logam berat. Namun harus dipahami bahwa setiap perangkat dan teknik tes

laboratorium memiliki nilai validitas (sensitifitas dan spesifisitas) tertentu yang akan

menentukan besarnya false positif atau false negatif dari diagnosis kasus.3,4

6. Penerapan intervensi penanggulangan dan pencegahan

Walaupun secara teoritis, penerapan intervensi penanggulangan dan pencegahan

berada pada langkah ke delapan, namun dalam prakteknya langkah intevensi ini harus

dapat dilakukan secepat dam sedini mungkin, ketika sumber KLB/wabah sudah dapat

diidentifikasi.

Secara umum intervensi penanggulangan dapat diarahkan pada titik/ simpul

terlemah dalam rantai penularan penyakit, seperti:

1. Agen etiologi, sumber, reservoir atau kondisi lingkungan yang spesifik

2. Keberadaan faktor-faktor risiko yang ikut berpengaruh

3. Mekanisme transmisi penyakit

4. Kerentanan host melalui program kebugaran dan vaksinasi misalnya.3,4

7. Komunikasi hasil

Tugas terakhir dalam investigasi wabah adalah mengkomunikasikan dengan baik

hasil investigasi kepada berbagai pihak yang berwenang, bertanggungjawab dan

terkait dengan intervensi penanggulangan dan pencegahan. Format/ bentuk

komunikasi yang dapat dilakukan adalah berupa:

a) Penjelasan lisan.

Dalam format ini pihak-pihak yang berwenang, bertanggungjawab dan terkait

dengan intervensi penanggulangan dan pencegahan. Presentasi oral haruslah jelas,

mudah dipahami dan secara ilmiah meyakinkan pengambil keputusan sehingga

dapat memotivasi mereka untuk segera melakukan intervensi.3,4

b) Penulisan laporan

Hasil investigasi juga perlu ditulis dalam laporan dengan sistematika tertentu

yang sesuai dengan standar-standar penulisan ilmiah. Sistematika yang dipakai

meliputi:

1. Pendahuluan/ latar belakang

2. Tujuan

3. Metodologi

Page 12: Tutorial kesehatan lingkungan

4. Hasil

5. Pembahasan

6. Simpulan dan saran/ rekomendasi. 3,4

6. Bagaimana tempat jajan yang aman?

Jawab :

Persyaratan sanitasi kantin sesui Kepmenkes diatas meliputi faktor bangunan,

konstruksi, dan fasilitas sanitasi, sebagai berikut :

Bangunan

1. Bangunan kantin kokoh, kuat dan permanen.

2. Ruangan harus ditata sesuai fungsinya, sehingga memudahkan arus tamu, arus

karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta barangbarang lainnya

yang dapat mencemari makanan.

Konstruksi

1. Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih.

2. Permukaan dinding harus rata, kedap air dan dibersihkan.

3. Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat

menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan

diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.

4. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan

pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruangan.

5. Atap tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga

lainnya.

6. Langit-langit, permukaan rata, bersih, tidak terdapat lubang-lubang.

Fasilitas sanitasi

1. Air bersih. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat fisik (tidak berbau, tidak

berasa, tidak berwarna, jernih), serta jumlahnya cukup memadai untuk seluruh

kegiatan.

2. Air limbah. Air limbah mengalir dengan lancar, sistem pembuangan air limbah harus

baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, saluran pembuang air limbah tertutup.

Page 13: Tutorial kesehatan lingkungan

3. Toilet. Tersedia toilet, bersih. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan

bak air. Tersedia sabun/deterjen untuk mencuci tangan. Di dalam toilet harus tersedia

bak dan air bersih dalam keadaan cukup.

4. Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat,

mempunyai tutup. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.

Sampah dibuang tiap 24 jam.

5. Tempat cuci tangan. Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga

mudah dicapai oleh tamu dan karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air

mengalir, sabun/deterjen, bak penampungan yang permukaanya halus, mudah

dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.

6. Tempat mencuci peralatan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan

mudah dibersihkan. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bilik/bak pencuci yaitu

untuk mengguyur, menyabun dan membilas.

7. Tempat mencuci bahan makanan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak

berkarat dan mudah dibersihkan. 

8. Tempat penyimpanan air bersih (tandon air) harus tertutup sehingga dapat menahan

masuknya tikus dan serangga.

Ruang dapur, ruang makan dan penyajian

1. Dapur harus bersih, ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lain

2. Ruang makan. Ruang makan bersih, perlengkapan ruang makan (meja, kursi,

taplak meja), tempat peragaan makanan jadi harus tertutup,  perlengkapan

bumbu kecap, sambal, merica, garam dan lain-lain bersih.6

7. Apa saja syarat kesehatan yang harus ada di sekolah?

Jawab :

1. Kondisi atap dan talang

Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapatmenjadi tempat

perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini mendukung terjadinya penyebaran

dan penularan penyakit demam berdarah dan leptospirosis.6

2. Kondisi dinding 

Dinding yang tidak bersih dan berdebu selain mengurangi estetika juga

berpotensi merangsang timbulnya gangguan pernafasan seperti asthma atau

penyakit saluran pernafasan.6

Page 14: Tutorial kesehatan lingkungan

3. Kondisi lantai  

Dinding yang tidak rata, licin dapat menyebabkan terjadinyakecelakaan,

sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi kenyamanan dan estetika.

Lantai yang tidak kedap air dapat menyebabkan  kelembaban. Kondisi

ini mengakibatkan dapat berkembang biaknya bakteri dan jamur yang dapat

meningkatkan resiko penularan penyakit seperti TBC, ISPA dan lainnya.6

4. Kondisi tangga  

Tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti kemiringan, lebar anak

tangga, pegangan tangga berpotensi menimbulkan  kecelakaan bagi

peserta didik. Tangga yang memenuhi syarat adalah lebar injakan > 30 cm,

tinggi anak tangga maksimal 20 cm, lebar tangga > 150 cm serta mempunyai

pegangan tangan.6

5. Pencahayaan 

Pencahayaan alami di ruangan yang tidak memenuhi syarat  kesehatan

mendukung berkembang biaknya organisme seperti bakteri dan jamur. Kondisi

ini berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Selain itu

pencahayaan yang kurang menyebabkan ruang menjadi gelap sehingga disenangi

oleh nyamuk untuk beristirahat (rasting habit).6

6. Ventilasi 

Ventilasi di ruangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan menyebabkan

proses pertukaran udara tidak lancar, sehingga menjadi pengap dan lembab,

Kondisi ini mengakibatkan berkembang biaknya bakteri, virus dan jamur yang

berpotensi menimbulkan gangguan penyakit seperti TBC, ISPA, cacar dan

lainnya.6

7. Kepadatan Kelas  

Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas yang tidak

memenuhi syarat kesehatan menyebabkan menurunnya prosentase ketersediaan

oksigen yang dibutuhkan oleh peserta didik. Hal ini akan menimbulkan rasa

kantuk, menurunkan konsentrasi belajar dan resiko penularan penyakit.

Perbandingan ideal adalah 1 orang menempati luas ruangan 1,75 M2.6

8. Jarak Papan tulis 

Jarak papan tulis dengan murid terdepan< 2,5 meter

akanmengakibatkan debu kapur atau spidol beterbangan dan terhirup

ketika menghapus papan tulis, sehingga untuk jangka waktu lama

Page 15: Tutorial kesehatan lingkungan

akan berpengaruh terhadap fungsi paru-paru. Bila jarak papan tulis

dengan murid paling belakang > 9 meter akan menyebabkan gangguan

konsentrasi belajar.6

9. Ketersediaan tempat cuci tangan 

Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit. Kebiasaan cuci tangan

dengan sabun mampu menurunkan kejadian penyakit diare 30%. Tersedianya

tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun bertujuan untuk menjaga diri

dan melatih kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan atau sesudah

buang air besar merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Berdasarkan ketentuan Departemen Kesehatan maka setiap 2 (dua) ruang kelas

harus terdapat satu wastafel yang terletak di luar ruangan.6

10. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari luar sekolah

maupun dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri, suara bising dapat

menimbulkan gangguan komunikasi sehingga mengurangi  konsentrasi

belajar dan dapat menimbulkan stress.6

11. Air bersih

Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas muklak

diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi perorangan maupun

lingkungan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain

diare, kholera, hepatitis, penyakit kulit, mata dan lainnya. Idealnya

ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari.6

12. Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir). 

Bak penampungan air dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk,

demikian juga kamar mandi yang pencahayaannya kurang memenuhi syarat

kesehatan akan menjadi tempat bersarang dan beristirahatnya nyamuk.

WC dan urinoir  : Tinja dan urine merupakan sumber penularan penyakit

perut (diare,cacingan, hepatitis ). Penyakit ini ditularkan melalui air, tangan,

makanan dan lalat. Untuk perlu diperhatikan ketersediaan WC dalam hal

jumlahnya. Perbandingannya adalah : 1 WC untuk 25 siswi dan 1 WC untuk 40

siswa.6

13. Pengelolaan sampah 

Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapatmenjadi tempat

berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, tikus, kecoak. Selain itu dapat

Page 16: Tutorial kesehatan lingkungan

juga menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan gangguan

kenyamanan dan estetika. Untuk itu disetiap ruang kelas harus terdapat 1 buah

tempat sampah dan di sekolah tersebut harus tersedia tempat pembuangan sampah

sementara (TPS).6

14. Sarana pembuangan air limbah

Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan

ataupun tidak dipelihara akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan menjadi

tempat perindukan dan bersarangnya tikus. Kondisi ini berpotensi

menyebabkan dan menularkan penyakit seperti  leptospirosis dan filariasis

(kaki gajah).6

15. Pengendalian vector 

Termasuk dalam pengertian vektor ini, terutama adalah tikus dan nyamuk.

Tikus merupakan vektor penyakit pes, leptospirosis, selain sebagai vektor penyakit,

tikus juga dapat merusak bangunan dan instalasi listrik. Hal ini meningkatkan

resiko penularan penyakit dan juga menimbulkan terjadinya arus pendek pada

aliran listrik. Nyamuk merupakan vektor penyakit, jenis nyamuk

tertentu menularkan jenis penyakit yang berbeda. Nyamuk Aedes Aegypti

dapat menyebabkan demam berdarah. Anak-anak usia sekolah merupakan

kelompok resiko tinggi terjangkit penyakit demam berdarah. Nyamuk demam

berdarah senang berkembang biak pada tempat-tempat  penampungan air

maupun non penampungan air. Beberapa tempat perindukan yang harus

diwaspadai antara lain bak air, saluran air, talang, barang-barang bekas dan

lainnya.6

16. Kantin/warung sekolah

Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuktempat

memenuhi kebutuhan makanan jajanan pada saat istirahat.  Makanan

jajanan yang disajikan tersebut harus memenuhi syarat  kesehatan, karena

pengelolaan makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan

penyakit bawaan makanan dan berpengaruhterhadap kesehatan sehingga akan

mempengaruhi proses belajar mengajar.6

17. Kondisi halaman sekolah

Halaman sekolah pada musim kemarau akan berdebu, sehingga menyebabkan

penyakit ISPA dan pada musim hujan akan menimbulkan becek sehingga

Page 17: Tutorial kesehatan lingkungan

berpotensi menimbulkan kecelakaan. Halaman sekolah yang kotor dapat

mengganggu estetika dan menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit.6

18. Perilaku

Kebiasaan yang dilakukan sehari hari dapat mempengaruhi  terjadinya

penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah merupakan tempat

pembelajaran bagi peserta didik untuk membiasakan diri  berperilaku

hidup bersih dan sehat, untuk menurunkan resiko terkenapenyakit tertentu.

Beberapa perilaku hidup bersih dan sehat itu antara lain : tidak merokok, buang

sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan diri, cuci tangan pakai sabun,

menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya.6

8. Bagaimana cara pengelolaan limbah?

Jawab :

1. Pengurangan Sumber (Source Reduction)

Banyaknya sampah yang dihasilkan oleh setiap orang dapat dikurangi

jumlahnya dengan cara mengurangi pemakaian. Hal yang paling sederhana yang

dapat kita lakukan, diantaranya pengurangan pemakaian kantong plastik. Jika kita

belanja, biasakan untuk membawa tas belanja sendiri sehingga jumlah sampah

plastik dapat dikurangi.7

2. Penggunaan kembali (reuse)

Barang yang sudah tidak digunakan lagi dapat kita manfaatkan untuk berbagai

kepentingan. Biasanya para siswa membeli buku tulis baru setiap kenaikan kelas.

Padahal buku tulis yang lama masih tersisa. Sisa buku tulis hendaknya digunakan

sampai habis, jangan dulu membeli buku tulis baru sebelum buku tulis yang lama

habis.7

3. Pemanfaatan (recycling)

Sampah-sampah yang dihasilkan dari rumah dapat kita daur ulang menjadi

barang yang baru. Misalnya sisa-sisa makanan atau potongan sayur dan buah-

buahan dapat diolah menjadi pupuk kompos. Minyak jelanta yang seharusnya

dibuang dapat didaur ulang menjadi minyak baru dengan diberi sari buah

mengkudu. Jika setiap orang sudah memahami proses daur ulang sampah. Jumlah

sampah dapat dikurangi.

Page 18: Tutorial kesehatan lingkungan

1. Pengolahan (treatment)

Teknik pengolahan ditujukan pada limbah yang tidak dapat kita olah sendiri.

Teknik pengolahan ini dilakukan pada limbah industri atau limbah yang beracun.

Adapun beberapa teknik yang dilakukan untuk mengolah limbah cair diantaranya

sebagai berikut :

Pengolahan secara fisika, pengolahan secara fisika dapat dilakukan dengan

berbagai cara di antaranya adalah:

Penyaringan, dilakukan pada limbah cair yang mudah mengendap. Bahan-

bahan padat dalam cairan dapat dipisahkan dengan penyaringan.

Proses flotasi, yaitu proses pengolahan limbah dengan cara penyisihan ahan-

bahan mengapung seperti minyak dan lemak. Teknik ini dapat juga dilakukan

pada bahan-bahan tersuspensi seperti lumpur.

Proses filtrasi, yaitu teknik yang dilakukan pada bahan limbah yang

mengandung partikel suspensi (mengendap). Teknik ini dapat menyisihkan

sebanyak mungkin partikel yang mengendap.

Proses absorpsi, yaitu teknik pengolahan limbah dengan menggunakan

karbon aktif. Teknik ini dilakukan dengan menyisihkan senyawa aromatik

dan senyawa organik terlarut lainnya.

Teknologi membran (reverse osmosis), digunakan untuk unit pengolahan

kecil. Teknik ini membutuhkan biaya operasi yang sangat mahal.7

Pengolahan secara kimia, pengolahan air buangan secara kimia biasanya

dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap

(koloid), seperti logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun

dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-

bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-

bahan tersebut. Perubahan zat tersebut adalah dari tidak dapat diendapkan

menjadi mudah diendapkan, baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan

juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

Pengolahan secara biologi, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme. Ditinjau

dari segi lingkungan, pengolahan secara biologi dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu proses aerob dan proses anaerob. Proses aerob adalah proses pengolahan

limbah yang melibatkan oksigen, sedangkan proses anaerob adalah proses

pengolahan limbah yang tidak melibatkan oksigen.

Page 19: Tutorial kesehatan lingkungan

9. Apa saja penyakit berbasis lingkungan?

Jawab :

Ada 10 penyakit utama penyakit berbasis lingkungan :

1. TBC

Penyebab

Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium

tuberculocis. Mycrobacterium tuberculocis berbentuk batang, berukuran panjang 1-

4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tahan terhadap pewarnaan yang asam sehingga

disebut dengan Bakteri Tahan Asam (BTA).

Cara penularan

Penularan TB melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara dalam

rumah yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung pertemuan,

dan kereta api berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara langsung, menghirup

udara bercampur bakteri TB lalu terinfeksi, lalu menderita TB, tidak demikian.

Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB

batuk, berbicara atau bersin, maka ribuan bakteri TB akan berhamburan bersama

”droplet” nafas penderita yang bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif

dan luka terbuka pada parunya. Cahaya matahari sangat berperan dalam

membunuh kuman di lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi rumah sangat penting

dalam manajemen TB berbasis keluarga atau lingkungan.

Beberapa faktor kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya

penularan TB adalah :

1. Kepadatan hunian kamar tidur

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,

artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

penghuninya agar tidak menyebabkan overload.

2. Pencahayaan

Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela

kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang

leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena

dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB,

karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.

Page 20: Tutorial kesehatan lingkungan

3. Ventilasi

Fungsi pertama ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam

rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang

diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

4. Kondisi rumah

Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempatperkembang biakan kuman.

Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu,

sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya

kuman Mycrobacterium tuberculosis.

5. Kelembaban udara

Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi

dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyebab

DBD merupakan Penyakit menular disebabkan virus Dengue ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti (sekitar rumah/sekolah) dan Aedes albopiktus

(kebun).

Cara penularan

Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif, terutama Aedes aegypti. Ini

adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari, dengan peningkatan

aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam

sebelum matahari tenggelam. Aedes aegypti maupun Aedes albopictus

ditemukan didaerah perkotaan. Nyamuk berkembangbiak ditempat

penampungan air yang tak beralaskan tanah (bak mandi / WC, drum, tempayan

barang penampung air, kaleng, ban bekas, pot,tempat minum burung).

Cara pencegahan

a. Beri penyuluhan, informasikan kepada masyarakat untuk membersihkan

tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan

memasang kawat kasa, perlindungan dengan pakaian dan menggunakan obat

gosok anti nyamuk .

b. Lakukan survei di masyarakat untuk mengetahui tingkat kepadatan vector

nyamuk, untuk mengetahui tempat perindukan dan habitat larva, biasanya

untuk Ae. Aegypti adalah tempat penampungan air buatan atau alam yang

Page 21: Tutorial kesehatan lingkungan

dekat dengan pemukiman manusia (misalnya ban bekas, vas bunga, tandon

penyimpanan air

3. Penyakit Cacingan

Ascarislumbricoides

Manusia merupakan hospes definitif cacing ini. Cacing jantan berukuran

10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga

usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari,

terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi.

Di tanah, dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi tumbuh

menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif

ini bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva di usus halus, larva

tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa

kemudian di alirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru.

Setelah itu melalui dinding alveolus masuk ke rongga alveolus, lalu naik ke

trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke

faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke

dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa.

Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai

menjadi cacing dewasa.

Ancylostoma (cacing tambang)

Necator americanus dan Ancylostomaduodenale adalah dua spesies cacing

tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus halus.

Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina

mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing

dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang

gigi.

Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan

keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas

menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi

larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8

minggu di tanah. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut

tertelan bersama makanan.

Page 22: Tutorial kesehatan lingkungan

Trichuristrichiura

Trichuristrichiura betina memiliki panjang sekitar 5 cm dan yang jantan

sekitar 4 cm. Hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke

dalam mukosa usus.

Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar

3.000-5.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikronx 32 mikron, berbentuk

seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada ke dua kutub.

Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi

matang dalam waktu 3–6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh.

Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif.Cara

infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes)

Cara Penularan

1. Apabila penderita cacingan buang air besar sembarangan. Tinja yang

mengandung telur cacing mengotori tanah.

2. Di tanah yang lembab dengan suhu yang sesuai dan waktu tertentu telur

menjadi matang dan siap menulari orang lain.

3. Penularan dapat melalui makanan dan minuman yang dikotori oleh telur

cacing yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor.

4. Dapat juga penularan melalui gigitan tempayak (larva) pada kulit yang

tidak memakai alas kaki.

Cara Pencegahan

1. Mencuci tangan bersih-bersih dengan sabun sebelum makan dan sesudah

buang air besar serta saat mau menyuapi anak.

2. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit 2 kali setiap hari.

3. Memotong dan membersihkan kuku.

4. Memakai alas kaki (sandal atau sepatu) sewaktu diluar rumah.

5. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan dan

minum.

6. Membuang tinja di jamban.

7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji.

8. Mencegah pengotoran sungai dan saluran air.

9. Menjaga kebersihan rumah.

10. Menjaga kebersihan lingkungan.

11. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi.

Page 23: Tutorial kesehatan lingkungan

12. Mengusahakan pengaliran pembuangan air kotor/air limbah.

13. Membuang sampah di tempat yang semestinya.

14. Memberantas binatang yang menyebarkan telur cacing seperti lalat, lipas

dan tikus.

4. Diare

Penyebab

Penyebab diare terbanyak adalah Champilobacter jejuni dan pestisida.

Tempat berkembang biaknya pada binatang peliharaan (ayam, kalkun, kucing

anjing, burung), makanan kadaluarsa dan makanan tercemar pestisida

Cara Penularan

Makanan yang tak dimasak benar/ penyimpanan makanan tak benar

hingga terkontaminasi bahteri. Susu yang tak dimasak/ pasteurisasi. Makanan

kadaluarsa atau tercemar pestisida.

Tejadinya diare karena,

a. Minum air yang tak dimasak

b. Makan dengan tangan kotor

c. Menggunakan air kotor (air sungai)

d. Makan makanan yang dihinggapi lalat

e. Makanan dan minuman yang sudah basi atau menggunakan zat pewarna

yang berlebihan

Cara Pencegahan

a. Masak makanan dengan benar dan simpan dalam suhu yang tepat agar

bakteri tak berkembang biak

b. Susu harus di pasteurisasi

c. Cuci tangan dengan sabun setelah BAB

d. Simpan pestisida atau bahan beracun lain ditempat barlainan dengan tepat

makanan

e. Tidak makan makanan kadaluarsa

f. Simpan makanan pada suhu tertentu sesuai jenis/bahan makanan

5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Penyebab

a. Bakteri Sreptococcus Pneumonia

Page 24: Tutorial kesehatan lingkungan

b. Hemophilus Influenza

c. Asap dapur

d. Sirkulasi udara yang tidak sehat

Cara Penularan

a. Tempat berkembang biak saluran pernafasan

b. Melalui udara/ aerogen yaitu kontak lansung dengan mulut penderita dan

tidak lansung melalui udara yang terkontaminasi dengan bahteri karena

penderita batuk

c. Kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi discharge

saluran pernafasan.

d. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, namun

penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.

Cara Pencegahan

a. Menjaga sirkulasi udara yang bersih dalam rumah dengan membuka

jendela/ ventilasi cukup

b. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar

c. Hindari polusi udara dalam rumah seperti: asap dapur dan asap rokok

d. Hindari jumlah hunian dalam satu kamar tidur tidak lebih dari 3 orang

e. Menyemen lantai rumah/plester

6. Malaria

Penyebab

Dikenal 4 jenis plasmodium,yaitu:

a. Plasmodium FALCIFARUM : penyebab malaria TROPIKANA.

b. Plasmodium VIVAX : penyebab malaria TERTIANA.

c. Plasmodium MALARIAE : penyebab malaria QUARTANA.

d. Plasmodium OVALE : penyebab malaria OVALE.

Bisa terjangkit 2 plasmodium (infeksi campuran)

Cara Penularan

a. Ditularkan melalui gigitan nyamuk anopeles, yang telah menggigit orang

yang sedang sakit malaria, maka parasit akan masuk tubuh nyamuk dan

berkembang dan tambah banyak.

Page 25: Tutorial kesehatan lingkungan

b. Dalam beberapa hari nyamuk tersebut mengigit orang sehat maka parasit itu

ditularkan ketubuhnya

c. Parasit dalam tubuh orang tersebut berkembang bertambah banyak dan

menyerang sel darah merah, lalu orang tersebut terserang malaria.

Cara Pencegahan

a. Menghindari gigitan nyamuk, tidur pakai kelambu, bakar obat nyamuk,

pasang kawat kasa,jauhkan kandang ternak dari tempat tinggal.

b. Hilangkan sarang nyamuk: mengalirkan genangan air, bersihkan

semak/rumput, usahakan rumah tidak gelap,jorok,buka jendela siang

hari,lipat kain bergantungan,kubur kaleng bekas, alirkan got, menimbun air

tergenang.

c. Bunuh nyamuk dewasa (semprot nyamuk)

d. Bunuh jentik nyamuk (tebar ikan pemakan jentik)

e. Lapor penderita yang datang dari daerah malaria

7. Filariasis

Penyebab

a. Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang menyerupai benang hidup di

dalam tubuh manusia.

b. Cacing ini dapat bertahan hidup selama 4 sampai 6 tahun dalm kelenjer getah

bening (bahagian tubuh yang melindungi kita dari penyakit).

c. Cacing ini berkembang biak di dalam tubuh dan menghasilkan jutaan anak

cacing yang beredar dalam darah

Cara Penularan

a. Filariasis ditularkan dari seseorang yang dalam darah terdapat anak cacing/

mikrofilaria kepada orang lain melalui gigitan nyamuk. Orang tersebut

mungkin sakit filariasis atau mungkin tidak.

b. Pada waktu nyamuk mengisap darah, mikrofilaria akan terhisap dan masuk

ke dalam badan nyamuk.

c. Dalam waktu 1-2 minggu kemudian berubah menjadi larva dan ditularkan

kepada orang lain sewaktu nyamuk menggigitnya.

Cara Pencegahan

a. Menghindari dari gigitan nyamuk dengan cara: tidur menggunakan

kelambu, memasang obat nyamuk, memakai obat gosok anti

Page 26: Tutorial kesehatan lingkungan

nyamuk/repellent dan lubang-lubang angin/ ventilasi rumah ditutup dengan

kawat kasa halus.

b. Memberantas nyamuk dengan cara: membersihkan tempat-tempat

perindukan nyamuk dan menyemprot untuk membunuh nyamuk dewasa.

c. Mengikuti program pengobatan massal filariasis.

d. Memeriksakan diri ke puskesmas bila keluarga atau tetangga menderita

filariasis.

8. Chikungunya

Penyebab

Virus Chikungunya ditularkan lewat gigitan nyamuk termasuk dalam kelompok

Alphavirus (group A kalau DBD group B) famili Togaviridae

Cara Penularan

a. Dirtularkan oleh nyamuk AEDES AEGYPTI yang merupakan nyamuk

penular penyakit demam berdarah (DBD).

b. 3 faktor memegang peranan: manusia, virus dan vektor chikungunya.

c. Reservoirnya adalah: primata (monyet, kera)

d. Semua orang dapat tertular (anak-anak, dewasa, laki-laki, perempuan, kaya

ataupun miskin)

e. Bila penderita yang sakit (dalam keadaan viremia 2 hari sebelum demam dan

5 sesudah demam) digigit oleh nyamuk penular (berkembang dalam tubuh

nyamuk 8-10 hari), lalu nyamuk tersebut menggigit orang lain (4-7 hari

kemudian dia menjadi sakit)

f. Biasa tida terjadi penularan dari orang ke orang lain

g. Penyakit berlangsung beberapa hari kemudian sembuh sendiri

h. Masa inkubasi 1-12 hari (umumnya 2-4 hari)

Cara Pencegahan

1. PERORANGAN

a. Jangan biarkan nyamuk berkembang biak

b. Lakukan PSN dengan 3M pada TPA, non TPA dan habitat alamiah secara

teratur tiap minggu

c. Menabur larvasida

d. Memelihara ikan pemakan jentik

e. Lindungi diri dari gigitan nyamuk terutama siang hari, dengan

menggunakan repellant, kelambu, pasang kawat kasa di rumah.

Page 27: Tutorial kesehatan lingkungan

2. KELOMPOK MASYARAKAT

Gotong royong membersihkan lingkungan dari tempat pekembangbiakan

nyamuk penular.

9. Penyakit Kulit

Kudis /Scabies

a. Penyebab: tungau / sarcoptes scabiei menembus lapisan kulit tanduk dan

membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur

b. Cara penularan: melalui kontak langsung, melalui alat-alat (baju, handuk,

sprei,tikar dan bantal)

c. Mengenai sosio ekonomi rendah, kepadatan penghuni rumah, higiene buruk

pendidikan rendah, bisa terjadi di asrama

d. Cara pencegahan :

Memutus rantai penularan dengan memberi obat

Lingkungan agar tigak terlalu padat

Hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk

Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih, minimal 2x/hari dengan

sabun

Jaga kebersihan lingkungan

Buka jendela agar matahari masuk

10. Apa penyebab dari penyakit berbasis lingkungan?

Jawab :

Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain penyakit disebabkan oleh

faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah.

Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak

disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban

yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga,

limbah industri, limbah pertanian, sarana transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik

yang memungkinkan.

11. Bagaimana pencegahan penyakit berbasis lingkungan?

Jawab :

Pencegahan penyakit berbasis lingkungan :

1. Manajemen Simpul 1 (Pengendalian pada sumber penyakit).

Page 28: Tutorial kesehatan lingkungan

Pengendalian penyakit atau manajemen penyakit secara terpadu berbasis

wilayah, dimulai dari pengendalian sumber penyakit. Pengendalian pada sumber

penyakit merupakan upaya preventif promotif. Sumber penyakit menular dan

penyakit tidak menular pada dasarnya dapat dibedakan. Sumber penyakit menular

yaitu penderita penyakit itu sendiri. Dengan melakukan pencarian kasus secara

aktif dan menetapkan kasus (melakukan diagnosis secara cepat dan tepat terhadap

kasus) serta pengobatan hingga sembuh, maka sumber penularan dapat

dieliminasi bahkan dihilangkan. Manajemen kasus penyakit menular merupakan

upaya promotif sekaligus preventif, karena mencegah agar tidak timbul penularan

lebih lanjut dalam masyarakat.

Untuk itu diperlukan petugas lapangan untuk membantu mencari dan

mengobati kasus dengan baik secara proaktif, misalnya juru malaria desa dan juru

kusta. Sumber penyakit tidak menular yaitu sumber agent penyakit berupa bahan

toksik, fisik seperti radiasi atau kebisingan. Misalnya, knalpot kendaraan

bermotor secara terus-menerus mengeluarkan gas-gas toksik seperti

Karbonmonoksida, SO2, NOx. Contoh lain yaitu cerobong asap, titik buangan

limbah industry, titik buangan limbah rumah tangga, asap rokok dan lain-lain.

Untuk menghilangkan potensi bahaya dari sumber tersebut maka beberapa teknik

dapat ditempuh, misalnya dengan mengganti bahan bakar bensin menjadi bahan

bakar gas. Memperbaiki proses mesin menjadi lebih efisien dan efektif, atau

diberi alat penyaring bahan pencemar.

2. Manajemen Simpul 2 (Pengendalian pada media penularan)

Manajemen Simpul 2 dilakukan jika manajemen Simpul 1 mengalami

kegagalan. Manajemen simpul 2 dilakukan dengan mengendalikan agent penyakit

melalui media transmisi, misalnya saja:

Pengendaliann vektor

Pengendalian vektor merupakan salah satu cara mengendalikan penyakit yang

ditularkan vektor penyakit, seperti nyamuk penular malaria, penular demam

berdarah dan sebagainya.

Penyehatan makanan

Penyehatan pangan merupakan upaya untuk melakukan pencegahan penularan

penyakit melalui pangan, misalnya sanitasi makanan, proses pengolahan yang

Page 29: Tutorial kesehatan lingkungan

memenuhi standar kesehatan, penggunaan bahan-bahan yang tidak berpotensi

bahaya penyakit (misalnya daging yang mengandung Bacillus an-thracis).

Penyehatan air.

Penyehatan air identik dengan penyediaan air bersih bagi seluruh penduduk.

Misalnya, air yang tercemar bakteri harus dimasak.

Pembersihan udara dalam ruangan.

Penyehatan udara dapat dilakukan dengan cara penyediaan air filter di ruangan

yang penuh dengan asap rokok. Untuk membersihkan polusi udara di

perkotaan dengan cara menanam pephonan, memperbanyak air mancur, telaga

dan lain sebagainya.

Pada manusia pembawa penyakit

Sedangkan penularan penyakit melalui manusia selain pengobatan pada

manusia itu sendiri, juga diminta menggunakan alat pelindung diri, seperti

masker pada penderita penyakit TBC agar tidak menularkan pada orang lain.

3.Manajemen Simpul 3 (Pengendalian proses pajanan)

Emisi sumber agent penyakit yang telah berada pada media transmisi

(lingkungan) kemudian berinteraksi dengan penduduk atau masyarakat setempat.

Intensitas hubungan interaktif antara media transmisi (lingkungan) dengan

masyarakat tergantung pola perilaku individu atau kelompoknya, misalnya perilaku

menghindar, perilaku selalu mengkonsumsi air yang telah dimasak, hobi,

pekerjaan, dan sebagainya. Ada sederet upaya (termasuk upaya teknologi) untuk

mencegah agar masyarakat tertentu tidak melakukan kontak dengan komponen

yang memiliki potensi membahayakan kesehatan. Upaya yang telah dikenal antara

lain upaya perbaikan PHBS, penggunaan alat pelindung diri, imunisasi dan

kekebalan alamiah ketika terjadi wabah demam berdarah.

4. Manajemen Simpul 4 (Pengobatan penderita sakit/ manajemen kasus) Pengobatan

terhadap penderita kasus tersebut dikenal sebagai manajemen kasus atau penderita

penyakit. Agent penyakit yanng masuk ke tubuh seseorang akan mengalami proses

yang amat kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Tentu saja tubuh manusia

dengan sistem pertahanannya tidak serta-merta menyerah begitu saja. Hal ini dikenal

sebagai sistem pertahanan seluler. Untuk kasus penyakit lingkungan yang menular,

mikroba yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai media transmisi tentu

Page 30: Tutorial kesehatan lingkungan

akan ditahan dan dibunuh oleh sel-sel pertahanan tubuh manusia. Sakit merupakan

keadaan patologis pada individu maupun sekelompok orang berupa kelainan fungsi

maupun morfologi. Untuk memastikan kondisi seseorang dinyatakan sakit, bisa

melalui pemeriksaan secara sederhana hingga pemeriksaan dengan alat teknologi

tinggi.

12. Apa saja prinsip dasar sanitasi?

Jawab :

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia

(jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.

1. Penyediaan Air Bersih

Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur

pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air

hujan, penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta

sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara

khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak

langsung.

a. Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah sebagai berikut :

i. Untuk keperluan air minum.

ii. Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur, dan lain-

lain).

iii. Untuk kebutuhan rumah tangga II (siram-siram halaman)

iv. Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).

v. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan

proses kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).

vi. Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses

membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola, perusahaan roti

dan lain-lain).

vii. Pertanian/ irigasi

viii. Perikanan.

b. Syarat Air Bersih

i. Syarat Kuantitatif

Page 31: Tutorial kesehatan lingkungan

Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung

kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan

maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia

diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian

yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter,

kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu

16,2 liter, lain-lain 33,3 liter.

ii. Syarat Kualitatif

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan

mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).

Parameter Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau,

tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu

sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga

menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang

rendah.

Bau

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh

masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.

Rasa

Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang

tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat

membahayakan kesehatan.

Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun

mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya

tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa,

berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang

tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena

Page 32: Tutorial kesehatan lingkungan

khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang

beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri.

Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik

yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik

biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang

organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan

industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.

Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak

terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat

membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di

dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah

berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan

dahaga.

Jumlah Zat Padat Terlarut

Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat

organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah

maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun

kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia

penyebab masalah tersebut.

Parameter Mikrobiologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri.

Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi

yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri

golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum

bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri

pathogen.

Parameter Radioaktifitas

Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas

efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang

terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi

genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat

Page 33: Tutorial kesehatan lingkungan

beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis

dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. 4.

Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air

yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang

berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al),

Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat

keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan

tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat

dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih

adalah 6,5 – 9.

2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan

kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu

tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban tersebut sehat jika

memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban

2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang

lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara

7. Desainnya sederhana

8. Murah

3. Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung

berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan

lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi.

1. Sarana pembuangan limbah

Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan

teknis sebagai berikut :

Tidak mencemari sumber air bersih

Page 34: Tutorial kesehatan lingkungan

Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk

Tidak menimbulkan bau

Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak

menyenangkan

2. Dampak dari Pencemaran Limbah

Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap

lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu:

Akibat Terhadap Lingkungan

Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila

tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap

air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat

menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat

menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva

nyamuk ataupun serangga lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi

penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.

4. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan

pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak

mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

a. Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum

sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang

(dimusnakan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk

macam dan jenis sampah tertentu.maksud dari pemisahan dan penyimpanan

disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat

sampah antara lain :

Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya

sampah

Page 35: Tutorial kesehatan lingkungan

Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan,

sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa

mengotori tangan

Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh

satu orang.

b. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah

tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap rumah

tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan

sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut

harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke

Tempat Penampungan Akhir (TPA).

13. Bagaimana sanitasi makanan dan minuman yang baik?

Jawab :

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan

kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari

segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum

makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan

untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari

penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi

kerusakan / pemborosan makanan.

Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:

Keadaan bahan makanan

Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta

kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau

rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Baham

makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan

makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas.

Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari

Page 36: Tutorial kesehatan lingkungan

penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang

dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

Cara penyimpanan bahan makanan

Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh

masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan

penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan

makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat

terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah

sebagai berikut :

Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan

memenuhi syarat.

Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak

memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari

lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada

suhu yang dingin.

Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan

sanitasi makanan adalah sebagai berikut:

a. Suhu penyimpanan yang baik

Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung

kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian

besar dapat dikelompokkan menjadi:

1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya

Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C

Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C

Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C

2. Makanan jenis telor, susu dan olahannya

Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C

Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C

Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C

3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1

minggu yaitu 70 sampai 100 C.

4. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).

Page 37: Tutorial kesehatan lingkungan

b. Tata cara Penyimpanan

Peralatan penyimpanan

Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:

Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 – 150 C untu

penyimpanan sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan

makanan da minuman dingin.

Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10 – 40 C dalam keadaanisi

bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan telor.

Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan

untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3

hari.

Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan

beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200 C untuk menyimpan daging

dan makanan beku dalam jangka waktu lama.

c. Penyimpanan suhu kamar

Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu

kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut:

Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai

dan langit-langit, maksudnya adalah:

Untuk sirkulasi udara agar udara segar dapatsegera masuk keseluruh ruangan

Mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus

Untuk memudahkan pembersihan lantai

Untuk mempermudah dilakukan stok opname

Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur baur.

Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung, ditempatkan

dalam wadah penampungan sehigga tidak mengotori lantai

d. Cara penyimpanan

Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu

dapat merata keselutuh bagian

Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam

wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik

atau lemari yang berbeda.

Page 38: Tutorial kesehatan lingkungan

Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi

sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian

lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena

suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.

a. Penyimpanan didalam lemari es:

Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap

Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang

rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam lemari yang

berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan.

Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah

dipergunakan.

Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari untuk

keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan

penyimpanan makanan

b. Penyimpanan makanan kering:

Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik

Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab

Rak-rak berjarak minimal 15 cmdari dinding lantai dan 60cm dari langit-

langit.

Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan.

Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (firs in

first out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan

lebih dulu;

e. Administrasi penyimpanan

Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk

ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga

bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.

Proses pengolahan

Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian

yaitu:

1. Tempat pengolahan makanan

Page 39: Tutorial kesehatan lingkungan

Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah,

tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang

penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan

lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik

harus memenuhi persyaratan sanitasi.

2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan

Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara

langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan,

pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses

pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya.

Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit.

Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain

Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman

Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit.

Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.

3. Cara pengolahan makanan

Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan

makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau

prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good

manufacturing practice).

Cara pengangkutan makanan yang telah masak

Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau

penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari

serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak

berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya

dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan matang

adalah sebagai berikut:

Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas 600C.

Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 40C.

Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu

dibawah 40C harus dipanaskan kembali sampai 600C sebelum disajikan

Page 40: Tutorial kesehatan lingkungan

Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian harus

dipertahankan, yaitu:

1. Makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu pengolahan harus

diatur suhunya pada suhu dibawah 40C atau dalam keadaa beku 00C.

2. Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat diatur suhunya dengan

suhu kamar asal makanan segera dikonsumsi dan tidak menunggu.

3. Pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan pemanasan biasa atau

microwave sampai suhu stabil terendah 600C.

Hindari suhu makanan berada pada suhu antara 240C sampai 600C, karena

pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik untuk pertumbuhan bakteri pathogen

dan puncak optimalnya pada suhu 370 C.

Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat pengolahan makanan,

memerlukan pengangkutan yang baik agar kualitas makanan tersebut tetap terjaga.

Prinsip pengangkutan makanan matang / siap saji adalah sebagai berikut:

1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing. Isi makanan tidak

terlampau penuh untuk mencegah tumpah. Wadah harus mempunyai tutup

yang rapat dan tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan panas. Uap

makanan harus dibiarkan terbuang agar tidak terjadi kondensasi. Air uap

kondesasi merupakan media yang baik untuk pertmbuhan bakteri sehingga

makanan menjadi basi.

2. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan

makanan yang ditempatkan dan tidak berkarat atau bocor.

3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam keadaan

tetap panas 600 C atau tetap dingin 40 C.

4. Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat penyajian.

5. Kedaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan

keperluan mengangkut bahan lain.

Cara penyimpanan makanan masak

Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat

penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin.

Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C.

Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C.

Page 41: Tutorial kesehatan lingkungan

Cara penyajian makanan masak

Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut

terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih,

petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan

kebersihan pakaiannya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan

prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:

1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah

dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah :

Makanan tidak terkontaminasi silang

Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan

Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan

makanan.

2. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi

(kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah

makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam

kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi)

3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah

merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang

membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastk.

4. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti

makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan

agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.

5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam

keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan

suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada

diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan

bean merry (bak penyaji panas).

6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan

tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih

artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak

atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan

memberikan penampilan yang estetis.

Page 42: Tutorial kesehatan lingkungan

7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak

kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya

adalah:

c. Mencegah pencemaran dari tubuh

d. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi

14. Bagaimana prosedur sanitasi di tempat-tempat umum?

Jawab :

Sanitasi tempat-tempat umum adalah usaha untuk mengawasi dan mencegah

akibat dari tempat-tempat yang diperuntukkan bagi masyarakat umum terutama yang

erat kaitannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Pentingnya

pengawasan tempat-tempat umum karena :

a. Tempat umum yang tidak saniter dapat menjadi tempat perkembangbiakan bibit

penyakit dan vektor penyakit, sehingga akan memperluas penyebaran penyakit.

b. Kontruksi bangunan tempat umum yang tidak memenuhi syarat akan dapat

menimbulkan bahaya dan kecelakaan.

Dalam pelaksanaan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum ada beberapa

langkah yang perlu dilakukan. Adapun langkah-langkah tersebut adalah :

a. Identifikasi Masalah Higiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Pelaksanaan identifikasi masalah dilakukan dengan melihat secara garis besar

untuk mengetahui permasalahan sanitasi pada tempat umum yang diperiksa

menyangkut permasalahan umum sanitasi yang ada. Tahap ini merupakan survey

pendahuluan ( preliminary survey) pada tempat umum. Pelaksanaan identifikasi

masalah dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan pengusaha/pengelola atau

karyawan pada tempat umum tersebut dan melakukan peninjauan lapangan. Dalam

peninjauan lapangan dimulai dari bagian luar (halaman dan pekarangan), kemudian

ke bagian dalam (ruangan-ruangan). Peninjauan dilakukan di seluruh wilayah

tempat umum dan diutamakan pada lokasi yang dipergunakan sebagai pelayanan

umum.

b. Pemeriksaan Sanitasi ( Sanitary Inspections)

Dalam pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum ada 2 tahapan yang dilakukan

yaitu:

Page 43: Tutorial kesehatan lingkungan

i. Langkah persiapan pemeriksaan

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah mengadakan

peninjauan lokasi (areal survey), mencari dan menentukan barang-barang

sanitasi (sanitary items) dan membuat formulir pemeriksaan (sanitary

inspection sheet).

ii. Langkah pelaksanaan pemeriksaan

Dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan ada dua tindakan yang dilakukan yaitu:

Penilaian adalah pengujian sesuatu dengan menggunakan alat ukur atau

standart ukuran tertentu apakah obyek yang diuji sesuai dengan ketentuan

atau persyaratan yang berlaku.

Pemberian saran perbaikan (order for improvement)

Dalam pelaksanaan pemberian saran dapat dilakukan dengan cara langsung

secara lisan atau tidak langsung yaitu menuliskan saran pada formulir

perbaikan yang dapat ditempel pada unit wilayah yang didapatkan ada

permasalahannya. Cara pemberian saran mencakup beberapa hal yaitu

tentang 4W + 1H:

iii. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sanitasi (Follow Up Inspections)

Pengertian tindak lanjut hasil pemeriksaan sanitasi adalah suatu pemeriksaan

yang dilakukan dalam rangka pengamatan terhadap hasil pelaksanaan perbaikan

sanitasi setelah pemberian saran pada pemeriksaan sebelumnya. Maksud dan

tujuan dari tindak lanjut ini adalah mengadakan penilaian secara terus menerus

mengenai keadaan sanitasi suatu tempat umum, memperoleh data pembanding

dari kegiatan sanitasi saat ini (dibandingkan dengan sebelumnya), memperoleh

gambaran keadaan sanitasi tempat umum sepanjang tahun terus menerus,

memperoleh data untuk kepentingan penelitian dan pengembangan.

iv. Sistem penilaian ( Evaluation Methode )

Permasalahan yang didapatkan pada saat diadakan pemeriksaan sanitasi maupun

pemeriksaan tindak lanjut perlu dipertimbangkan penyelesaiannya apakah hal-

hal yang berhubungan dengan:

e. Adanya klasifiasi permasalahan, apakah kesalahannya menyangkut

konstruksi, pengaturan, tidak memenuhi persyaratan, tidak memenuhi

peraturan, terbatasnya anggaran, dan sikap karyawan.

Page 44: Tutorial kesehatan lingkungan

f. Adanya penentuan prioritas, mana yang perlu dilakukan perbaikan terlebih

dahulu, disesuaikan dengan kemampuan pengelola tempat umum.

v. Sistem Pencatatan dan Pelaporan

a. Pencatatan ( recording )

Setiap pelaksanaan dan hasil yang didapatkan dari pengawasan sanitasi

harus dibuat pencatatan. Catatan ini nanti nya dipergunakan untuk menilai

kembali keadaan sanitasi selanjutnya (pembanding). Hal-hal yang perlu

dicatat adalah data hasil pemeriksaan dan pengawasan, nilai keadaan sanitasi

yang diperoleh pada waktu pemeriksaan dan pemeriksaan tindak lanjut, dan

data untuk keperluan statistik yang akan digunakan sebagai dasar pelaporan.

b. Pelaporan ( reporting )

Dari hasil pencatatan yang diolah selanjutnya disusun sebagi pelaporan.

Dengan adanya pelaporan ini maka pihak-pihak lain akan dapat mengetahui

dan dapat memanfaatkan untuk mengembangkannya.

IV. Hipotesis

Kejadian Hepatitis A di SMAN 5 Jambi karena tidak terpenuhinya prinsip dasar

sanitasi di sekolah.

V. Kerangka Konsep

PENYEBARAN HEPATITIS A DI SMAN 5 JAMBI

Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL) Prinsip Dasar Sanitasi

Page 45: Tutorial kesehatan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

1) Dorlan,W.A.Newman; Alih Bahasa , Huriawati, Hartanto, Dkk ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Huriawati, Hartanto, Dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC

2) Arief, Syamsul. Hepatitis Virus. Dalam: Juffrie M, Soenarto Yati SS, Oswari Hanifah, Arief S, Rosaline Ina, Mulyani SS, penyunting. Buku Ajar

- Penyebab

- Faktor risiko

- Transmisi penularan

- Gejala klinis

- Pencegahan

1. Sanitasi lingkungan2. Sanitasi makanan

dan minuman3. Sanitasi TTU4. Pengelolaan limbah

- TBC

- Diare

- ISPA

- Malaria

- DBD

- Chikungunya

- Filariasi

- Penyakit kulit

- Hepatitis A

- Kcacingan

Page 46: Tutorial kesehatan lingkungan

Gastroenterologi-Hepatologi. Edisis ke-1. Jakarta: Badan Penerbitan IDAI ; 2012. H. 87.

3) Weber, DJ. dkk dalam Thomas dan Weber. Investigation of Outbreaks dalam Epidemiologic Methods for the Study of Infectious Diseases. 2001.

4) Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). 2004.

5) Dwyer, DM dan Groves, C dalam Nelson, dkk. Outbreak Epidemiology dalam Infectious Disease Epidemiology. Theory and Practice. 2005

6) Syarat Kesehatan di Sekolah (online).2015 (diakses 14 September 2015) Diunduh dari: URL:http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kesehatan-lingkungan-sekolah.html

7) Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 288/MENKES/SK/HI/2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jakarta : 2003