Tunneling sebagai Insentif dari Manajemen Laba melalui … · 2015. 6. 23. · yang ada untuk...
Transcript of Tunneling sebagai Insentif dari Manajemen Laba melalui … · 2015. 6. 23. · yang ada untuk...
i
TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN
LABA MELALUI TRANSAKSI PIHAK BERELASI DI
SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA
Oleh:
AYU SURYANDARI
NIM: 232010006
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jl. Diponegoro 52-60
: (0298) 321212, 311881
Telex 322364 ukswsaia
Salatiga 50711-Indonesia
Fax. (0298)-321433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : AYU SURYANDARI
NIM : 232010006
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,
Judul : TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA
MELALUI TRANSAKSI PIHAK BERELASI DI SEKITAR
PENAWARAN SAHAM PERDANA
Pembimbing : MI Mitha Dwi Restuti, SE., MSi
Tanggal diuji : 25 April 2014
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain
yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau
simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan
pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru
tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi
sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, April 2014
Yang memberi pernyataan,
Ayu Suryandari
iv
MOTTO
Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu'
(Al. Baqarah: 45)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan
yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu
berharap.
(Al. Insyirah: 6-8)
v
ABSTRACT
This study aimed to examine the influence of related party transaction by related
party receivable transaction (RPT Receivable), related party payable transaction (RPT
Payable) on earnings management is proxied by ROA in the period before initial public
offering (IPO). Such actions can also be an opportunity to perform tunneling as measured by
net outstanding corporate loans to the year-end total assets (NOREC) are seen through the
performance of the company's shares using buy-and-hold returns in the period after initial
public offering (IPO). By using the control variable is a non-related party transactions
receivables, debt, firm size, and market returns. The population of this study is 32 samples
from non-financial firms that conduct IPO’s in the Indonesia Stocked Exchange in 2007 to
2011. The results of this study in Indonesia indicate that earnings management and tunneling
does not occur through related party transactions. But the loan transactions between related
parties after the IPO is viewed by investors as opportunistic actions that degrade the
performance of the company's shares after the IPO.
Keyword: Related party transaction, earnings management, IPO, and tunneling.
vi
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh transaksi pihak berelasi melalui
transaksi piutang pihak berelasi (RPT Piutang), transaksi hutang pihak berelasi (RPT Hutang)
terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan ROA pada periode sebelum penawaran
saham perdana (IPO). Tindakan tersebut juga dapat menjadi kesempatan untuk melakukan
tunneling yang diukur dengan net outstanding corporate loans to year-end total assets
(NOREC) yang dilihat melalui kinerja saham perusahaan menggunakan buy-and-hold return
pada periode setelah penawaran saham perdana (IPO). Dengan menggunakan variabel kontrol
yaitu transaksi piutang non pihak istimewa, debt, ukuran perusahaan, dan market return.
Penelitian ini menggunakan 32 sampel dari perusahaan non-keuangan yang melakukan IPO
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai tahun 2011. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa di Indonesia manajemen laba dan tunneling tidak terjadi melalui
transaksi pihak berelasi. Namun transaksi pinjaman antar pihak hubungan berelasi setelah
IPO dipandang oleh investor sebagai tindakan yang oportunistik sehingga menurunkan
kinerja saham perusahaan setelah IPO.
Kata kunci: Transaksi pihak istimewa, manajemen laba, IPO, dan tunneling.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang oleh karena segala limpahan karunia, rahmat,
dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Tunneling sebagai
Insentif dari Manajemen Laba melalui Transaksi Pihak Berelasi Di Sekitar Penawaran Saham
Perdana“. Penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar
sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Namun,
penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan.
Semoga berkat kasih karunia Allah SWT selalu menyertai kita.
Salatiga, April 2014
Penulis
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah
SWT atas karunia dan pimpinan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak baik
langsung maupun tidak langsung yang telah senantiasa membantu, mendorong, dan
membimbing penulis dalam penulisan skripsi.
Ucapan terima kasih penulis tujukan terutama kepada:
1. Bapak dan almarhumah Ibu yang tercinta yang telah memberi kasih sayang, perhatian,
dan segala pengorbanan baik materiil maupun spirituil kepada penulis. Terima kasih atas
doanya.
2. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Satya Wacana.
3. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Kaprodi Akuntansi.
4. Ibu MI Mitha Dwi Restuti, SE., MSi. selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh
kesabaran telah meluangkan waktu dan mencurahkan perhatiannya dalam memberi
petunjuk-petunjuk dan saran yang sangat berharga.
5. Bapak Prof. Supramono, S.E., MBA., DBA. dan Ibu Like Soegiono, S.E., M.Si. selaku
penguji kertas kerja penulis yang telah memberikan arahan dan masukan dalam
penyusunan kertas kertas kerja ini.
6. Ibu Suzy Noviyanti, SE., MM, Akt., CPA selaku wali studi.
7. Ibu Supatmi, SE., M.Akt., CA dan Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE., M.Sc. terima kasih
atas diskusinya.
ix
8. Seluruh staff pengajar, tata usaha, dan perpustakaan yang telah membantu penulis baik
dalam studi maupun penulisan skripsi.
9. Saudara-saudaraku Mas Eko, Mas Dwi, Mas Deby, Mbak Rini, Mbak Nita, Mbak Vivi
dan seluruh keluarga besar tercinta yang selama ini mendoakan, memberikan semangat,
kasih sayang kepada penulis.
10. Buat sahabat-sahabat penulis, Diva, Dwi, Nita, Murta yang sudah menjadi teman, dan
sahabat baik selama penulis menempuh kuliah di FEB-UKSW dalam suka maupun duka.
Terima kasih juga atas semua dukungan, motivasi, bantuan dan dorongan semangat
kepada penulis.
11. Buat semua teman-teman: Asna, Nindi, Dhoni, Monic, Rara, dan yang lain-lain tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang sudah membantu penulis dalam penulisan
skripsi ini.
12. Semua teman-teman angkatan 2010 dan teman-teman sebimbingan yang telah senantiasa
sama-sama berjuang dalam penulisan skripsi.
Ada nama-nama yang lainya yang berhak dan pantas mendapatkan ucapan terima kasih,
namun penulis menyadari sepenuhnya, tidak mungkin untuk menyebut satu persatu. Kiranya
kasih dan berkat Allah SWT selalu melimpahkan atas kebaikan mereka.
Salatiga, April 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi .............................................................. ii
Halaman Persetujuan / Pengesahan ................................................................................ iii
Halaman Motto ............................................................................................................... iv
Abstract ........................................................................................................................... v
Saripati ............................................................................................................................ vi
Kata Pengantar ..................................................................................................................... vii
Ucapan Terima Kasih .......................................................................................................... viii
Daftar Isi ......................................................................................................................... x
Daftar Tabel .................................................................................................................... xii
Daftar Lampiran .............................................................................................................. xii
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ..................................... 4
Tunneling .................................................................................................................. 4
Manajemen Laba ....................................................................................................... 5
Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi ................................................................... 7
Tunneling sebagai Insentif Manajemen Laba ........................................................... 9
Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Pasca-IPO .............................................. 9
Rumusan Hipotesis ................................................................................................... 10
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO ........ 10
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal
setelah proses IPO ............................................................................................... 12
METODE PENELITIAN ................................................................................................ 14
Data dan Sampel ....................................................................................................... 14
Operasionalisasi Variabel ......................................................................................... 15
Variabel Dependen .............................................................................................. 15
Variabel Independen ........................................................................................... 16
Variabel Kontrol ................................................................................................. 18
Metode Analisis ........................................................................................................ 19
Analisis Regresi .................................................................................................. 19
Uji Hipotesis ....................................................................................................... 21
xi
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................................................... 22
Analisis Data ............................................................................................................. 22
Statistika Deskriptif RPT .................................................................................... 22
Statistika Deskriptif Variabel .............................................................................. 24
Uji Asumsi Klasik ............................................................................................... 29
Pengujian Hipotesis ............................................................................................ 31
Pembahasan ............................................................................................................... 34
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO ........ 34
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal
setelah proses IPO ............................................................................................... 37
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN .................................................................... 41
Kesimpulan ............................................................................................................... 41
Keterbatasan dan Saran Penelitian ............................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 58
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemilihan Sampel Penelitian ...................................................................... 14
Tabel 2. Deskripsi Variabel Model 1 ........................................................................ 20
Tabel 3. Deskripsi Variabel Model 2 ........................................................................ 21
Tabel 4. Statistika Deskriptif RPT ............................................................................ 23
Tabel 5. Ringkasan Hasil Regresi Model 1 .............................................................. 34
Tabel 6. Ringkasan Hasil Regresi Model 2 .............................................................. 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan .................................................................... 46
Lampiran 2. Sampel Data ......................................................................................... 47
Lampiran 3. Statistik Deskriptif ................................................................................ 52
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 53
Lampiran 5. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 56
1
PENDAHULUAN
Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat menyebabkan munculnya
banyak investor maupun perusahaan publik baru. Dalam proses Initial Public Offering
(IPO) atau penawaran saham perdana disyaratkan penerbitan suatu prospektus, yang
diharapkan dapat memberi informasi bagi investor sebelum berinvestasi. Namun, Rao
(1993) dalam Kusumawardhani dan Veronica (2009) menyatakan bahwa pada periode
sebelum terjadinya IPO, hampir tidak ada pemberitaan apapun mengenai perusahaan yang
bersangkutan baik di media massa maupun media elektronik. Adanya keterbatasan informasi
yang dimiliki para investor mengharuskan mereka untuk mengandalkan laporan keuangan
yang ada untuk melakukan penilaian atas kinerja saham sebelum IPO dan juga menilai
kemungkinan terjadinya manajemen laba. Manajemen laba adalah tindakan manajemen untuk
memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan
kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan (Scott, 1997). Manajer dapat menyusun laporan
keuangan dengan memilih metode akuntansi atau akrual yang akan meningkatkan laba, dan
laba yang tinggi diharapkan akan dihargai tinggi oleh investor berupa harga penawaran yang
tinggi (Assih et al., 2005).
Dalam Irawan dan Gumanti (2009), Barth et al., (1999) meneliti hubungan antara laba
perusahaan sebelum go pubic dan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga
saham akan lebih tinggi jika dimiliki oleh perusahaan yang memiliki keuntungan yang
konsisten dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki laba yang tidak konsisten. Hasil
penelitian ini mampu menjelaskan kenapa manajer menggunakan metode akuntansi tertentu
untuk menilai besaran laba perusahaan pada periode menjelang go public, dan tindakan ini
lebih dikenal sebagai earning management. Dengan asumsi demikian, diperkirakan bahwa
praktik manajemen laba yang dilakukan pada saat IPO dimaksudkan untuk mendongkrak
harga saham perdana.
2
Manajemen laba salah satunya dapat dilakukan melalui transaksi pihak-pihak
berelasi (Related party transaction - RPT), dalam hal ini hubungan antara induk dan anak
perusahaan (McKay, 2002). RPT dapat menyebabkan perpindahan laba dari perusahaan
anak ke induk (Cheung et al., 2006). Contoh, Coca-Cola pernah memanfaatkan RPT
dengan mempengaruhi pihak pembuat botolnya untuk membebankan harga botol yang lebih
rendah agar Harga Pokok Penjualan Coca-Cola turun dan laba Coca-Cola meningkat
(McKay, 2002). Penelitian Geriesh (2003) juga menemukan bahwa perusahaan yang terlibat
dalam kecurangan akuntansi lebih banyak melibatkan RPT.
Melihat lebih jauh lagi, RPT dapat memunculkan motif oportunistik baru yaitu
tunneling. Menurut Johnson et al. (2000) tunneling adalah pengalihan keluar aset dan
keuntungan dari anak perusahaan untuk kepentingan induk perusahaan yang berdampak pada
ekspropriasi pemegang saham non-pengendali. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa
perusahaan induk di Cina melakukannya dengan cara tidak membayar hutang kepada
anak perusahaan yang IPO, yang berdampak pada buruknya kinerja anak perusahaan
(Aharony et al., 2010). Selain itu Cheung et al. (2006) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa pinjaman perusahaan cenderung mengakibatkan ekspropriasi hak pemegang saham
non-pengendali, yang diukur menggunakan cummulative abnormal market-adjusted
returns (CAR). Penelitian mereka juga berhasil menafsirkan bahwa transaksi tersebut
merupakan bukti tunneling oleh pemegang saham mayoritas dan merupakan RPT yang tidak
didasarkan pada alasan ekonomi. Pemahaman ini menjadi penting karena dalam Teoh et al.
(1998) dibuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi hasil rekayasa pada saat IPO.
Akibatnya, terjadi kesalahan pengambilan keputusan investasi oleh investor.
Penelitian ini sudah dilakukan oleh Aharony et al. (2010) mengenai Tunneling
sebagai insentif untuk melakukan manajemen laba selama proses IPO di Cina. Sedangkan, di
Indonesia penelitian ini sudah dilakukan oleh Guing dan Aria (2011) mengenai manajemen
3
laba dan tunneling melalui transaksi pihak istimewa di sekitar penawaran saham perdana.
Penelitian ini berusaha meneliti kembali lebih dalam mengenai perilaku manajemen laba
yang dilakukan perusahaan sebelum IPO di Bursa Efek Indonesia beserta potensi
kegiatan tunneling yang mungkin muncul sebagai insentif dari manajemen laba dengan
mengubah jenis transaksi RPT. Dalam penelitian ini akan digunakan RPT Piutang dan RPT
Hutang dalam mendeteksi manajemen laba. Penelitian ini memilih transaksi piutang-hutang
karena transaksi ini memiliki pengaruh langsung terhadap laporan keuangan, khususnya
pada perhitungan laba akuntansi suatu perusahaan. Transaksi piutang-hutang ini dapat
timbul karena adanya transaksi penjualan atau pembelian kepada pihak berelasi (Jian
dan Wong, 2003). Chang (2002) juga memaparkan bahwa adanya transaksi penjualan
atau pembelian kepada pihak berelasi yang menimbulkan piutang atau hutang pihak berelasi
tersebut, dapat digunakan untuk melakukan earnings management. Selain itu penelitian ini
juga menggunakan data laporan keuangan yang lebih terbaru, yaitu laporan keuangan
perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007 sampai tahun 2011.
Secara spesifik maka tujuan dan permasalahan dalam penelitian ini adalah (1)
Mengetahui pengaruh antara RPT dengan keberadaan manajemen laba pada periode sebelum
IPO, sehingga dapat diketahui apakah RPT tersebut dilakukan sebagai sarana dalam
manajemen laba pada periode sebelum IPO. (2) Mengetahui pengaruh RPT pada
periode sebelum IPO dan pinjaman kepada pihak berelasi pada periode setelah IPO dengan
kinerja saham perusahaan setelah IPO, sehingga dapat diketahui apakah RPT dan pinjaman
tersebut berpengaruh negatif dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada investor dalam
membuat keputusan investasi terutama yang berkaitan dengan penawaran saham perdana,
sehingga menghindari terjadinya kesalahan dalam membuat keputusan. Selain itu, penelitian
ini juga diharapkan dapat membangun kepustakaan yang merupakan informasi tambahan
4
yang berguna bagi pembaca mengenai perilaku manajemen laba yang dilakukan perusahaan
pada periode sebelum IPO melalui transaksi pihak berelasi dan pinjaman kepada pihak
berelasi pada periode setelah IPO dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO.
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tunneling
Istilah "tunneling" awalnya digunakan untuk menggambarkan kondisi
ekspropriasi pemegang saham non-pengendali di Republik Ceko melalui pengalihan aset dan
keuntungan dari perusahaan demi kepentingan pemegang saham pengendali (Guing dan
Aria, 2011). Menurut Johnson et al., (2000) tunneling adalah pengalihan keluar aset dan
keuntungan dari anak perusahaan untuk kepentingan induk perusahaan yang berdampak
pada ekspropriasi pemegang saham non-pengendali.
Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham mayoritas yang
mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri, namun biaya
dibebankan kepada pemegang saham minoritas (Zhang, 2004 dalam Mutamimah, 2008).
Sansing (1999) menunjukkan bahwa pemegang saham mayoritas dapat mentransfer kekayaan
untuk dirinya sendiri dengan mengorbankan hak para pemilik minoritas, dan terjadi
penurunan pengalihan kekayaan ketika persentase kepemilikan pemegang saham mayoritas
menurun.
Tunneling muncul dalam dua bentuk. Pertama, peran pemegang saham pengendali
dalam memindahkan sumber daya perusahaan untuk kepentingannya sendiri melalui
transaksi pihak berelasi yang diatur sedemikian rupa. Kedua, pemegang saham
pengendali dapat meningkatkan porsi sahamnya tanpa memberikan kontribusi aset
apapun bagi perusahaan melalui isu-isu saham dilutif, pembatasan terhadap pemegang
5
saham non-pengendali, atau transaksi lainnya yang merugikan kelompok non-pengendali
(Johnson et al., 2000).
Tunneling dapat juga dilakukan dengan cara menjual produk perusahaan kepada
perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan mempertahankan posisi/ jabatan pekerjaannya meskipun mereka sudah tidak
kompeten atau berkualitas lagi dalam menjalankan usahanya atau menjual aset perusahaan
kepada perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer (Dwinanto, 2010). Penelitian
yang dilakukan oleh Johnson et al., (2000) dan Cheung (2006) terbukti bahwa di negara
berkembang, pemilik saham mayoritas terlibat dalam praktek ekspropriasi atau tunneling
yang dilakukan terhadap pemegang saham minoritas.
Manajemen Laba
Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Informasi laba
merupakan unsur dalam laporan keuangan yang penting bagi pihak-pihak yang
menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Berdasarkan hal tersebut membuat pihak
manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja perusahaan tampak baik
oleh pihak eksternal.
Earnings management merupakan upaya-upaya manajemen menggunakan
pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan para
pengambil keputusan dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat mempengaruhi kontrak-
kontrak pendapatan yang telah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporan keuangan (Healy
dan Wahlen, 1998). Sedangkan menurut Setiawati dan Na’im (2000) earnings management
diartikan sebagai campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Earnings management merupakan salah
satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
6
Terdapat dua cara pandang dalam memahami manajemen laba menurut Scott (2000)
dalam Rahmawati et al., (2006) yaitu: Pertama, memandang sebagai perilaku oportunistik
manajer untuk memaksimumkan utulitias manajemen (opportunistic behavior). Kedua,
dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings
management), manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri
mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga sehingga
dapat menguntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Scott (2000) dalam
Rahmawati et al., (2006) juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mendorong manajer melakukan manajemen laba, diantaranya:
1. Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara
opportunistic untuk melakukan laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985).
2. Motivasi Politik (Political Motivation)
Manajemen laba dilakukan oleh perusahaan agar mengurangi laba yang dilaporkan karena
adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih
ketat.
3. Motivasi Pajak (Taxation Motivation)
Perusahaan yang mendapatkan laba lebih tinggi akan membayar pajak yang tinggi pula.
Akan tetapi, manajer perusahaan akan melakukan rekayasa agar laba yang dilaporkan
tidak seperti yang sebenarnya, sehingga pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi.
Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
Motivasi inilah yang mendasari praktik manajemen laba.
4. Perubahan Chief Executive Officer (CEO)
CEO perusahaan yang akan habis masa jabatannya atau mendekati masa pensiun akan
berusahaan menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus yang diterimanya dan jika
7
kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak
diberhentikan.
5. Penawaran Saham Perdana (IPO)
Pada perusahaan yang akan go public tetapi belum memiliki harga pasar sehingga perlu
menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini mengakibatkan manajer
perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang
lebih tinggi atas saham. Dengan menaikkan laba perusahaan akan mempengaruhi investor
dalam pengambilan keputusan investasi.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Kinerja perusahaan akan diinformasikan kepada investor sehingga pelaporan laba harus
disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut berada dalam kinerja
yang baik.
Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi
Di Indonesia, pengungkapan transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi diatur dalam
PSAK No.7 (R2010) mengenai “Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi”, pihak-pihak berelasi
adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan
keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”). Transaksi pihak
berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor
dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan.
Berikut ini adalah contoh transaksi yang diungkapkan jika pihak tersebut adalah
pihak berelasi:
a) Pembelian atau penjualan barang (barang jadi atau setengah jadi)
b) Pembelian atau penjualan properti dan aset lainnya
c) Penyediaan atau penerimaan jasa
d) Sewa
8
e) Pengalihan riset dan pengembangan
f) Pengalihan di bawah perjanjian lisensi
g) Pengalihan di bawah perjanjian pembiayaan (termasuk pinjaman dan kontribusi
ekuitas dalam bentuk tunai atau dalam bentuk natura)
h) Provisi atas jaminan atau agunan
i) Komitmen untuk berbuat sesuatu jika peristiwa khusus terjadi atau tidak terjadi
dimasa depan, termasuk kontrak eksekutori* (diakui atau tidak diakui)
j) Penyelesaian liabilitas atas nama entitas atau pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
Dalam penelitian Cheung, Rau dan Stouraitis (2006) yang melihat pengaruh
pengumuman transaksi pihak berelasi terhadap abnormal stock return, membagi sifat RPT
menjadi tiga kelompok yang tidak semuanya merugikan, yaitu (1) transaksi yang apriori
menyebabkan ekspropriasi pemegang saham minoritas perusahaan, antara lain akuisisi aset,
penjualan aset, penjualan ekuitas, hubungan perdagangan, dan pembayaran tunai; (2)
transaksi yang cenderung menguntungkan pemegang saham minoritas, seperti penerimaan
kas dan hubungan antara anak perusahaan; dan (3) transaksi dengan alasan strategis dan
mungkin tidak bersifat ekspropriasi, seperti takeover dan joint venture, akuisisi joint venture,
dan penjualan antara sesama joint venture.
Ryngaert dan Thomas (2007) membagi RPT ke dalam dua kategori yaitu transaksi ex-
ante dan ex-post. Transaksi ex-ante didefinisikan sebagai transaksi dimana suatu
perusahaan dan related party melakukan transaksi sebelum perusahaan tersebut menjadi
perusahaan publik atau sebelum tertentu menjadi related party dengan perusahaan.
Sedangkan, transaksi ex-post adalah transaksi yang muncul setelah perusahaan go public dan
setelah suatu pihak memiliki hubungan khusus dengan perusahaan. Jenis transaksi ini
cenderung merugikan outside shareholder. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan
9
istimewa (RPT) memiliki dua hipotesis yang bertolak belakang yaitu sebagai transaksi
opportunis atau sebagai transaksi yang efisien.
Tunneling sebagai Insentif Manajemen Laba
Jian dan Wong (2003) meneliti penggunaan RPT sebagai sarana praktik
manajemen laba dan tunneling pada perusahaan di Cina. Mereka menemukan bahwa
perusahaan yang masih tergabung dalam satu konglomerasi cenderung melaporkan nilai RPT
yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki konglomerasi. Selain itu
dapat dibuktikan juga bahwa RPT tersebut digunakan untuk memanipulasi laba dalam rangka
memenuhi syarat agar bisa sukses melakukan IPO. Ketika perusahaan IPO tersebut telah
menghasilkan aliran dana yang cukup, cenderung terjadi pengalihan sumber daya
tersebut kepada perusahaan afiliasinya dalam bentuk pinjaman lunak. Sedangkan ketika
dilihat pengaruhnya terhadap kinerja saham, ditemukan bahwa transaksi antara afiliasi
tersebut lebih mengarah kepada tindakan oportunistik dibandingkan tindakan yang efisien.
Senada dengan Jian dan Wong, Aharony et al. (2010) juga menemukan
penggunaan RPT sebagai sarana manajemen laba menjelang IPO dan lebih jauh juga
membuktikan bahwa perilaku tersebut muncul karena adanya kesempatan untuk melakukan
praktik tunneling pada masa setelah IPO. Tunneling biasanya dilakukan dalam bentuk
pinjaman dari perusahaan IPO kepada induk perusahaannya, eksploitasi sumber daya
dilakukan dengan tidak melunasi pinjaman tersebut yang berakibat pada buruknya kinerja
keuangan perusahaan IPO.
Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Pasca-IPO
Theo et al., (1998) meneliti hubungan manajemen laba dengan penurunan kinerja
jangka panjang perusahaan dan mengungkapkan bahwa perusahaan yang melaporkan
positif akrual pada saat IPO, setelah 3 tahun pasca IPO perusahaan tersebut mengalami
kinerja saham yang buruk dan semakin besar (agresif) akrual diskresioner yang dimiliki
10
perusahaan akan semakin buruk pula kinerja saham jangka panjang yang dialami
perusahaan. Temuan Jain dan Kini (1994) juga menyebutkan bahwa akan terjadi penurunan
kinerja laba (underperformance) pasca penawaran, meskipun ada pertumbuhan penjualan dan
pengeluaran modal yang tinggi.
Assih et al. (2005) melakukan penelitian menggunakan ROA (return on asset)
sebagai proksi kinerja perusahaan. Hasil pengujian pengaruh manajemen laba pada
kinerja perusahaan menunjukkan bahwa manajemen laba mempunyai pengaruh negatif
pada kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA pada periode-periode setelah
penawaran publik perdana. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan
manajemen pada periode sebelum IPO adalah sebuah tindakan yang sifatnya
oportunistik dan tidak dapat dipertanggungjawabkan melalui kinerja perusahaan pasca-IPO.
Rumusan Hipotesis
Penelitian ini berfokus pada tiga jenis RPT: (1) piutang oleh perusahaan IPO
kepada perusahaan pihak berelasi (RPT Piutang), (2) hutang oleh perusahaan IPO dari
perusahaan pihak berelasi (RPT Hutang), (3) selisih saldo akhir akun piutang dan
hutang lain-lain dengan pihak berelasi yang tercatat pada perusahaan IPO (Net
Outstanding Corporate Loans).
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO
Manajemen laba dapat digambarkan sebagai perilaku manajemen dalam memilih
kebijakan akuntansi tertentu, atau melalui penerapan aktivitas tertentu, yang
bertujuan mempengaruhi laba untuk mencapai sebuah tujuan spesifik (Scott, 2009). Salah
satu motivasi yang dapat menjadi pemicu munculnya manajemen laba adalah motivasi untuk
memanfaatkan kegiatan Initial Public Offering (IPO) sebagai sebuah kondisi
asimetri informasi dalam rangka mendapatkan harga saham perdana yang tinggi
(Scott, 2009). Investor memiliki informasi yang relatif terbatas tentang perusahaan
11
yang akan melakukan IPO. Dengan demikian mereka hanya akan merujuk pada
prospektus yang merupakan informasi utama tentang perusahaan di pasar. Sejalan dengan
temuan Barth et al. (1999) pemilik perusahaan akan berupaya menaikkan atau
menjaga tingkat keuntungan perusahaan guna memaksimalkan harga penawaran.
Karena harga penawaran yang tinggi akan berpengaruh langsung terhadap
kesejahteraan issuer.
Jian dan Wong (2003) menemukan bahwa transaksi dengan pihak berelasi (RPT)
menunjukkan kecenderung opportunis. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya tingginya
tingkat penjualan dengan RPT, terutama kepada pemegang saham kendali dan anggota lain
perusahaan dalam grup, ketika perusahaan memiliki insentif untuk memanipulasi laba
(menjelang di delisted atau menjelang penerbitan saham baru).
Aharony et al. (2010) dalam penelitiannya di China berhasil membuktikan
bahwa transaksi RPT menjadi salah satu sarana manajemen laba menjelang proses IPO.
RP Sales dan RP Purchases diperkirakan menjadi faktor utama dalam pengaturan laba
menjelang IPO, dengan cara memperbesar tingkat penjualan dan memperkecil biaya
pembelian sehingga akan membentuk laba yang besar dan pada akhirnya akan
meningkatkan besarnya dana yang diterima perusahaan sehubungan dengan proses IPO.
Dalam penelitian ini menggunakan transaksi RPT Piutang dan RPT Hutang yang
timbul karena adanya transaksi penjualan dan pembelian. Ketika tingkat penjualan kepada
pihak berelasi meningkat maka akan mempengaruhi besarnya laba dalam Laporan Laba Rugi,
dan peningkatan piutang akan memperbesar nilai asset perusahaan dalam Neraca sehingga
laba dalam Laporan Laba Rugi dan Neraca akan terpengaruh menjadi lebih besar. Sedangkan,
ketika pembelian kepada pihak berelasi dilakukan maka besarnya harga beli dapat diatur
sesuai dengan kepentingan pihak-pihak tersebut. Saat perusahaan menetapkan menggunakan
harga beli lebih rendah maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil,
12
beban bunga hutang lebih rendah dan HPP yang tercatat juga lebih rendah. Saat beban bunga
dan HPP rendah, maka laba akan terpengaruh (laba akan meningkat). Kemudian, dalam
penelitian ini dimasukkan beberapa variabel untuk mengontrol Return on Assets sebagai
indikator dalam mendeteksi manajemen laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1a: Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif
terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO.
H1b: Kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO.
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah
proses IPO
Praktik manajemen laba menjelang IPO cenderung menaikkan labanya dengan
cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang. Akibatnya, laba
perusahaan pada tahun berikutnya akan cenderung turun karena pendapatan pada tahun
tersebut telah diakui tahun sebelumnya. Bahkan penurunan kinerja laba akan tetap terjadi
meskipun terdapat pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal yang tinggi setelah IPO
(Ritter, 1991).
Jika manajemen laba yang dilakukan sebelum IPO adalah sebuah tindakan
oportunistik untuk mencapai tujuan tertentu, maka secara teoritis perusahaan tidak akan
mampu mempertahankan kinerja perusahaan pasca-IPO. Beberapa peneliti terdahulu berhasil
membuktikan adanya hubungan negatif yang signifikan antara manajemen laba sebelum IPO
dengan kinerja perusahaan pasca-IPO. Teoh et al. (1998) menemukan perusahaan yang
secara lebih agresif melakukan manajemen laba sebelum IPO akan mengalami penurunan
nilai rata-rata return saham yang lebih buruk daripada perusahaan yang konservatif.
Sementara itu Assih et al. (2005) menemukan bahwa ROA perusahaan pasca-IPO akan
13
menurun pada perusahaan-perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang
IPO.
Selain itu dalam penelitian Aharony et al. (2010) terbukti bahwa terjadi praktek
tunneling pada periode setelah IPO, sebagai insentif manajemen laba. Tunneling ini
diukur melalui Net Outstanding Corporate Loans. Praktek tunneling yang terjadi dapat
dilihat dari perilaku perusahaan IPO yang memberikan pinjaman yang tidak dilunasi kepada
pihak berelasi untuk kemudian dimanfaatkan oleh para pemegang saham pengendali.
Semakin agresif praktek manajemen laba dan tunneling, para pemegang saham
non pengendali akan semakin dirugikan. Hal ini akan terlihat dari kinerja saham perusahaan
yang menurun pada periode setelah IPO. Sesuai dengan Gul et al. (2003) yang
menemukan jika manajeman laba dilakukan dengan motivasi yang buruk, maka dalam
jangka panjang kinerja aktual perusahaan akan menurun, dan para investor akan semakin
tidak percaya kepada perusahaan yang berakibat pada turunnya kinerja saham
perusahaan. Aharony et al. (2010) juga menemukan bahwa tunneling atau eksploitasi
sumber daya akan berakibat pada buruknya kinerja keuangan perusahaan yang baru
terdaftar itu. Untuk mendeteksi hal ini, dimasukkan juga faktor return pasar satu hari
setelah IPO sebagai pengontrol kondisi pasar saat itu. Berikut adalah hipotesisnya:
H2a: Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif
terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
H2b: Kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif
terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
H2c: Kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO
berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
14
METODE PENELITIAN
Data dan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data sekunder
yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang masih terdaftar di
Bursa Efek Indonesi (BEI) sampai tanggal 31 Desember 2011. Data tersebut diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan non-keuangan yang listing di BEI dari tahun 2007
sampai tahun 2011 yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory),
dan website Bursa Efek Indonesia. Sedangkan data harga saham dan level IHSG diperoleh
dari internet, yaitu www.yahoofinance.com. Pengambilan sampel penelitian dilakukan
dengan metode purposive sampling, adapun kriterianya adalah:
1. Perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007 sampai tahun 2011.
2. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan.
3. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan atau prospektus satu tahun sebelum
melakukan penawaran umum perdana (IPO), pada saat IPO, dan satu tahun setelah IPO.
4. Perusahaan yang memiliki minimal satu transaksi yang tergolong sebagai transaksi
dengan pihak berelasi kategori piutang dan hutang.
Berikut adalah sampel penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan:
Tabel 1. Pemilihan Sampel Penelitian
Deskripsi Jumlah
Perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007-2011
Perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan
Perusahaan dengan data RPT tidak lengkap
Keterbatasan data tidak lengkap
95
(22)
(34)
(7)
Perusahaan Sampel 32
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
15
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas (Sekaran, 2003). Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Return on Assets (ROA) merupakan indikator yang umum dalam mendeteksi
manajemen laba (Aharony et al., 2000). Dalam penelitian Aharony et al., (2010)
kinerja laba diukur dengan menggunakan ROA jika ROA memuncak pada tahun IPO
tetapi pada pasca IPO, ROA kembali menurun sehingga terlihat apakah RPT berhubungan
dengan pola ROA pada saat IPO dengan cara menunjukkan manajemen laba. Nilai ROA
didapat dari perbandingan antara laba bersih perusahaan yang melakukan IPO pada
tahun IPO dengan jumlah aset kecuali kas pada saldo akhir tahun IPO. Jumlah kas
tidak diperhitungkan untuk menghilangkan cash effect akibat IPO. Penggunaan model
ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
ROAt=0 = Laba Bersih
Total Aset ∗
*Total aset yang digunakan kecuali kas pada tahun IPO
Buy-and-Hold Return (BHR) merupakan variabel yang akan digunakan untuk melihat
kinerja saham perusahaan pada periode setelah IPO. Metode buy-and-hold return dapat
diukur dengan rumusan berikut (Rahman dan Gutagol, 2008):
BHRi,t = 1 + 𝑟𝑖, 𝑡 − (1 + 𝑚𝑖, 𝑡)𝑇𝑡=1
𝑇𝑡=1
Keterangan:
ri,t = imbal hasil saham i pada hari t yang dihitung sebagai berikut:
ri,t =
harga penutupan saham i hari t0−harga penutupan saham i t−1
Harga penutupan saham i hari t−1
16
sedangkan mi,t adalah imbal hasil dari Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t yang
didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:
mi,t =
harga penutupan IHSG hari t0−harga penutupan IHSGi t−1
Harga penutupan IHSG t−1
Pengukuran kinerja jangka panjang imbal hasil saham perusahaan karena perbedaan
periode (tahun) IPO, maka akan digunakan imbal hasil harian perusahaan selama 1 tahun
yang akan dikategorikan ke dalam imbal hasil bulanan, dimana imbal hasil bulanan terdiri
dari 21 imbal hasil harian. Abnormal return saham 1 tahun dihitung dari awal April
setelah perusahaan melakukan IPO (tahun fiscal 0 berakhir) dihitung kedepan sampai
dengan 252 hari perdagangan.
Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu menjelaskan
varians dalam variabel terikat (Sekaran, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini,
yaitu:
Related Party Receivable (RPT Piutang) merupakan perubahan rasio Related Party
Receivable terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun. Pengukuran ini
dimaksudkan untuk mendeteksi jumlah RPT Piutang yang tidak normal selama proses
IPO. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan
Aria (2011).
∆RPT-Piutangi,t=0 =
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
Total Aset pada tahun IPO -
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO
Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆RPT-Piutangi,t=1 = Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO
Total Aset pada tahun setelah IPO -
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
Total Aset pada tahun IPO
17
Related Party Payable (RPT Hutang) merupakan perubahan rasio Related Party
Payable terhadap jumlah liabilitas pada saldo akhir tahun. Pengukuran ini dimaksudkan
untuk mendeteksi jumlah RPT Hutang yang tidak normal selama proses IPO. Penggunaan
model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
∆RPT-Hutangi,t=0 = Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
Total Liabilitas pada tahun IPO -
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO
Total Liabilitas pada tahun sebelum IPO
∆RPT-Hutangi,t=1 = Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO
Total Liabilitas pada tahun setelah IPO -
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
Total Liabilitas pada tahun IPO
Net Outstanding Corporate Loans to year-end Total Assets (NOREC) digunakan
untuk mengukur keberadaan tunneling pada periode setelah IPO. NOREC merupakan
perubahan rasio Net Outstanding Corporate Loans (didapat dari selisih piutang dan
hutang lain-lain kepada pihak berelasi) terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun.
Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria
(2011).
∆NORECi,t=0 = (Piutang − Hutang Lain −Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO )
Total Aset pada tahun IPO -
(Piutang − Hutang Lain −Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO )
Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆NORECi,t=1 =
(Piutang − Hutang Lain −Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO )
Total Aset pada tahun setelah IPO -
(Piutang − Hutang Lain −Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO )
Total Aset pada tahun IPO
18
Variabel Kontrol
Variabel kontrol digunakan untuk mengontrol hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, karena variabel kontrol diduga dapat mempengaruhi variabel
dependen. Dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol, yaitu:
Non-Related Party Receivable (NRPT Piutang) merupakan perubahan rasio Non-
Related Party Receivable terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun. NRPT Piutang
diambil sebagai variabel kontrol karena pada kenyataannya dapat mempengaruhi
besarnya pendapatan perusahaan. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian
Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
∆NRPT-Piutangi,t=0 = Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
Total Aset pada tahun IPO -
Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO
Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆NRPT-Piutangi,t=1 = Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO
Total Aset pada tahun setelah IPO -
Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
Total Aset pada tahun IPO
IPO Firm’s Long-Term Debt to year-end Total Assets (DEBT) diambil sebagai
variabel kontrol karena semakin tinggi financial leverage, pengawasan dari
manajemen akan semakin ketat dan menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan
(Myers, 2001). Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010),
Guing dan Aria (2011).
DEBTi,t=0 = Hutang Jangka Panjang
Total Aset Perusahaan pada tahun IPO
IPO Firm’s Natural Logarithm of the Market Value of Equity at year-end (SIZE)
diambil sebagai variabel kontrol karena semakin besar ukuran perusahaan,
pengawasan dari manajemen akan semakin berkurang dan mempengaruhi kinerja
19
perusahaan (Williamson, 1967). Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony
et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
SIZEi,t=0 = Logaritma Natural dari Nilai Pasar Ekuitas Perusahaan pada tahun IPO
Market Return (MARKET) merupakan imbal hasil pasar (IHSG) dalam jangka waktu
satu hari sejak tanggal IPO untuk melihat risiko sistematis yang dialami perusahaan.
Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria
(2011).
MARKETi = Imbal Hasil Pasar Perusahaan yang IPO dalam Periode 1 Hari
Metode Analisis
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini penulis melakukan analisis
statistik regresi linear berganda dengan evaluasi hasil regresi menggunakan statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda.
Analisis Regresi
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi dan/atau mengestimasi rata-rata populasi
atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan variabel independen yang diketahui
(Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011).
Model untuk mendeteksi manajemen laba dalam proses IPO
Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan
Aria (2011).
ROAi,t=0 = α0 + α1∆RPT-Piutangi,t=0 + α2∆RPT-Hutangi,t=0 + α3∆NRPT-Piutangi,t=0 +
α4∆DEBTi,t=0 + α5∆SIZEi,t=0 + ɛi,t
(Model 1)
20
Tabel 2. Deskripsi Variabel Model 1
Variabel Deskripsi
ROAi,t=0 Rasio Laba Perusahaan terhadap Total Aset kecuali Kas pada
tahun IPO
∆RPT-Piutangi,t=0 Selisih Transaksi Piutang kepada Pihak-Pihak Berelasi pada tahun
IPO dengan tahun sebelum IPO
∆RPT-Hutangi,t=0 Selisih Transaksi Hutang dari Pihak-Pihak Berelasi pada tahun
IPO dengan tahun sebelum IPO
∆NRPT-
Piutangi,t=0
Selisih Transaksi Piutang selain RPT-Piutang pada tahun IPO dengan
tahun sebelum IPO
DEBTi,t=0 Rasio antara Hutang Jangka Panjang dengan Total Aset
Perusahaan pada tahun IPO
SIZEi,t=0 Logaritma Natural dari Nilai Pasar Ekuitas Perusahaan pada
tahun IPO
Model untuk mengukur akibat dari manajemen laba dan tunneling terhadap
kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO
Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan
Aria (2011)
BHRi = f0 + f1∆RPT-Piutangi,t=0+ f2∆RPT-Hutangi,t=0+ f3∆NORECi,t=1 + f4∆NRPT-
Piutangi,t=0+ f5∆NORECi,t=0 + f6∆RPT-Piutangi,t=1 + f7∆RPT-Hutangi,t=1+ f8∆NRPT-
Piutangi,t=1 + f9∆MARKETi + f10∆ROAi,t=0 + f11∆SIZEi,t=0 + ɛi,t
(Model 2)
21
Tabel 3. Deskripsi Variabel Model 2
Variabel Deskripsi
BHRi Imbal Hasil Buy-and-Hold perhitungan dari selisih return perusahaan
dengan return market index
∆NORECi,t=1 Perbandingan antara Selisih Piutang dan Hutang Lain-Lain dengan
Total Aset pada tahun setelah IPO dengan tahun IPO
∆NORECi,t=0 Perbandingan antara Selisih Piutang dan Hutang Lain-Lain dengan
Total Aset pada tahun IPO dengan tahun sebelum IPO
∆RPT-Piutangi,t=1
Selisih Transaksi Piutang kepada Pihak-Pihak Berelasi pada tahun
setelah IPO dengan tahun IPO
∆RPT-Hutangi,t=1 Selisih Transaksi Hutang dari Pihak-Pihak Berelasi pada tahun
setelah IPO dengan tahun IPO
∆NRPT-
Piutangi,t=1
Selisih Transaksi Piutang selain RPT-Piutang pada tahun setelah
IPO dengan tahun IPO
MARKETi Imbal Hasil Pasar Perusahaan yang IPO dalam Periode 1 Hari
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah dengan
koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji signifikansi
simultan (uji t).
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model untuk menerangkan variasi variabel independen. Dalam Ghozali (2011), nilai yang
mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
22
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen. Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Penentuan penerimaan atau penolakan hipotesis
sebagai berikut:
1. Apabila nilai F > 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependen.
2. Apabila nilai F < 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Hipotesis akan diuji dengan
menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen atau 0.05. Kriteria penerimaan atau
penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi. Jika nilai
probabilitas signifikansi < α, maka hipotesis diterima. Jika nilai probabilitas signifikansi > α,
maka hipotesis ditolak.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis Data
Statistika Deskriptif RPT
Berikut adalah statistika deskriptif nilai rata-rata perusahaan non-keuangan yang IPO
dari tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk memberikan gambaran perubahan related party
transaction (RPT) pada satu tahun sebelum IPO, pada saat IPO, dan satu tahun setelah IPO.
23
Tabel 4. Statistika Deskriptif RPT
Tahun IPO = 0 -1 0 1 Diff0 Diff1
Piutang kepada
Related Party
(rata-rata dalam
ribuan Rupiah) 145,432,931 153,807,381 171,188,424
*Presentase
terhadap Total
Aset 3.066% 2.166% 2.082% -0.90% -0.08%
Piutang kepada
Non-Related
Party 253,491,504 363,296,108 470,369,841
8.804% 8.307% 8.285% -0.50% -0.02%
Hutang dari
Related Party 100,622,058 130,195,406 151,210,223
*Presentase
terhadap Total
Liabilitas 3.303% 3.137% 3.003% -0.17% -0.13%
Piutang lain-lain 15,914,787 22,005,910 18,917,754
1.177% 0.876% 0.782% -0.30% -0.09%
Hutang lain-lain 37,882,211 22,161,949 24,837,152
1.412% 0.652% 0.664% -0.76% 0.01%
Selisih Piutang
dan Hutang lain-
lain (21,967,424) (156,039) (5,919,398)
-0.236% 0.224% 0.119% 0.46% -0.11%
Keterangan Tabel: Diff0 = Perbandingan persentase antara tahun IPO dengan tahun
sebelum
IPO; Diff1 = Perbandingan persentase antara tahun setelah IPO dengan tahun IPO
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 4, terlihat RPT Piutang maupun NRPT Piutang perusahaan di
Indonesia mengalami penurunan pada periode sebelum IPO (Diff0) dan mengalami
penurunan lagi pada periode setelah IPO (Diff1). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Guing dan Aria (2011) di Indonesia dimana Diff0 dan Diff1 juga mengalami
24
penurunan. Namun, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian di Cina yang dilakukan oleh
Aharony et al. (2010) menunjukkan terjadinya peningkatan pada Diff0 sebagai pertanda
peningkatan laba perusahaan. Tetapi, pada Diff1 di Cina juga mengalami penurunan yang
mungkin terjadinya peningkatan laba pada Diff0 karena indikasi terjadinya manajemen laba.
Terjadi perbedaan juga dalam RPT Hutang yang dapat dilihat pada Diff0 dan Diff1,
rata-rata perusahaan Indonesia mengalami penurunan jumlah hutang karena terjadi penurunan
pembelian, sedangkan di Cina dalam penelitian Aharony et al. (2010) yang terjadi adalah
peningkatan jumlah pembelian pada Diff 0 dan Diff1. Peningkatan jumlah pembelian di Cina
disebabkan karena pada saat IPO, banyak perusahaan membebankan Harga Pokok Penjualan
(HPP) yang lebih rendah sehingga dapat meningkatkan laba. Hal ini menyebabkan
peningkatan jumlah pembelian pada tahun setelah IPO.
Selisih Piutang dan Hutang lain-lain, yang menunjukkan nilai negatif pada periode
sekitar IPO, yang artinya lebih tinggi hutang dibanding piutang kepada pihak berelasi.
Namun pada periode setelah IPO (Diff1) nilai ini semakin mengecil, yang dapat diartikan
bahwa pinjaman yang diberikan kepada pihak berelasi semakin meningkat. Hal ini sudah
dapat dijadikan indikasi awal terjadinya tunneling berupa pengalihan dana IPO dalam bentuk
pemberian pinjaman kepada pihak berelasi yang meningkat pada periode setelah IPO. Sejalan
dengan penelitian Aharony et al. (2010) di Cina dan Guing dan Aria (2011) di Indonesia,
selisih Piutang dan Hutang lain-lain cenderung meningkat setiap tahunnya yang menunjukkan
terjadinya pemberian pinjaman dari perusahaan yang IPO kepada pihak berelasi, dalam hal
ini pemegang saham pengendali.
Statistika Deskriptif Variabel
Uji statistika deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum atau
karakteristik data yang digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi suatu data dapat dilihat dari
nilai rata – rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.
25
Pengujian statistika deskriptif variabel ROAt=0 memiliki nilai minimum 0,09% yang
dimiliki oleh PT. Visi Media Asia Tbk dan nilai maksimum 20,88% yang dimiliki oleh PT.
Bukit Uluwatu Villa Tbk. Rata-rata ROA pada periode tahun IPO (ROAi,t=0) adalah sebesar
6,7322%. Nilai rata-rata menunjukkan ROA positif berarti bahwa perusahaan-perusahaan
sampel cenderung memiliki laba positif pada laporan keuangan pada saat IPO. Nilai standar
deviasi sebesar 5,52498 lebih kecil dari nilai rata-rata, dengan demikian data ROAi,t=0 dalam
penelitian ini penyebarannya merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak
terlalu tinggi.
Pengujian statistika deskriptif variabel BHRi memiliki nilai minimum -0,03 yang
dimiliki oleh PT. Bayan Resources Tbk dan nilai maksimum 0,17 yang dimiliki oleh PT. Jaya
Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Rata-rata BHRi yang digunakan untuk melihat kinerja
saham perusahaan pada periode setelah IPO adalah sebesar 0,0227. Nilai rata-rata
menunjukkan BHRi positif berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel cenderung memiliki
return saham yang meningkat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,04533 lebih besar
dari nilai rata-rata, dengan demikian data BHRi dalam penelitian ini memiliki penyebaran
yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Piutangi,t=0 memiliki nilai minimum -
8,60 yang dimiliki oleh PT. Visi Media Asia Tbk dan nilai maksimum 3,45 yang dimiliki
oleh PT. Bisi International Tbk. Rata-rata perubahan piutang pada pihak-pihak berelasi
(∆RPT-Piutangi,t=0) dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,9002. Secara
rata-rata ∆RPT-Piutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan piutang
terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 2,19098
lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Piutangi,t=0 dalam penelitian ini
memiliki penyebaran yang tidak merata.
26
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Piutangi,t=1 memiliki nilai minimum -
2,05 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk dan nilai maksimum 2,70 yang dimiliki oleh
PT. Darma Henwa Tbk. Rata-rata perubahan piutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPT-
Piutangi,t=1) dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,0848. Secara rata-rata
∆RPT-Piutangi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan piutang terhadap
pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,95474 lebih besar
dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Piutangi,t=1 dalam penelitian ini memiliki
penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Hutangi,t=0 memiliki nilai minimum -
5,33 yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 3,83 yang
dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk. Rata-rata perubahan hutang pada pihak-pihak berelasi
(∆RPT-Hutangi,t=0) dalam bentuk rasio terhadap total kewajiban adalah sebesar -0,1655.
Secara rata-rata ∆RPT-Hutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan
hutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar
2,02433 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Hutangi,t=0 dalam
penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Hutangi,t=1 memiliki nilai minimum -
3,13 yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 2,13 yang
dimiliki oleh PT. Darma Henwa Tbk. Rata-rata perubahan hutang pada pihak-pihak berelasi
(∆RPT-Hutangi,t=1) dalam bentuk rasio terhadap total kewajiban adalah sebesar -0,1340.
Secara rata-rata ∆RPT-Hutangi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan
hutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar
1,17791 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Hutangi,t=1 dalam
penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
27
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NORECi,t=0 memiliki nilai minimum -3,63
yang dimiliki oleh PT. Wintermar Offshore Marine Tbk dan nilai maksimum 3,30 yang
dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk. Rata-rata perubahan Net Outstanding
Corporate Loans to year-end Total Assets (∆NORECi,t=0) yang diproksikan dengan
menggunakan selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi terhadap jumlah
asset menunjukkan rata-rata sebesar 0,4601. Secara rata-rata ∆NORECi,t=0 menunjukkan
positif berarti bahwa terjadi kenaikan selisih piutang dan hutang lain-lain terhadap pihak-
pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 1,46240 lebih besar
dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NORECi,t=0 dalam penelitian ini memiliki
penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NORECi,t=1 memiliki nilai minimum -3,30
yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 2,53 yang dimiliki
oleh PT. Megapolitan Developments Tbk. Rata-rata perubahan Net Outstanding Corporate
Loans to year-end Total Assets (∆NORECi,t=1) yang diproksikan dengan menggunakan
selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi terhadap jumlah asset
menunjukkan rata-rata sebesar -0,1060. Secara rata-rata ∆NORECi,t=1 menunjukkan negatif
berarti bahwa terjadi penurunan selisih piutang dan hutang lain-lain terhadap pihak-pihak
berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,968888 lebih besar dari nilai
rata-rata, dengan demikian data ∆NORECi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang
tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NRPT-Piutangi,t=0 memiliki nilai minimum -
6,56 yang dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk dan nilai maksimum 5,84 yang
dimiliki oleh PT. Bayan Resources Tbk. Rata-rata perubahan non-piutang pada pihak-pihak
berelasi (∆NRPT-Piutangi,t=0) sebagai variable kontrol dalam bentuk rasio terhadap total asset
adalah sebesar -0,4973. Secara rata-rata ∆NRPT-Piutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti
28
bahwa terjadi penurunan non-piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO.
Nilai standar deviasi sebesar 3,24190 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data
∆NRPT-Piutangi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NRPT-Piutangi,t=1 memiliki nilai minimum -
4,34 yang dimiliki oleh PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk dan nilai maksimum
4,04 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk. Rata-rata perubahan non-piutang pada pihak-
pihak berelasi (∆NRPT-Piutangi,t=1) sebagai variable kontrol dalam bentuk rasio terhadap
total asset adalah sebesar -0,0208. Secara rata-rata ∆NRPT-Piutangi,t=1 menunjukkan negatif
berarti bahwa terjadi penurunan non-piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah
IPO. Nilai standar deviasi sebesar 2,14971 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian
data ∆NRPT-Piutangi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol DEBTi,t=0 memiliki nilai minimum 0,38
yang dimiliki oleh PT. PP (Persero) Tbk dan nilai maksimum 38,47 yang dimiliki oleh PT.
Destinasi Tirta Nusantara Tbk. Variabel kontrol financial leverage (DEBTi,t=0) dalam
penelitian ini yang diproksikan dengan menggunakan hutang jangka panjang dibagi dengan
total asset perusahaan pada tahun IPO dari seluruh sampel penelitian selama tahun penelitian
menunjukkan rata-rata sebesar 12,6616. Nilai standar deviasi sebesar 11,12179 lebih kecil
dari nilai rata-rata, dengan demikian data financial leverage dalam penelitian ini
penyebarannya merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi.
Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol SIZEi,t=0 memiliki nilai minimum 24,99
yang dimiliki oleh PT. Indika Energy Tbk dan nilai maksimum 30,94 yang dimiliki oleh PT.
Harum Energy Tbk. Variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZEi,t=0) dalam penelitian ini yang
diproksikan dengan menggunakan nilai ekuitas perusahaan dalam bentuk transformasi
logaritma natural dari seluruh sampel penelitian selama tahun penelitian menunjukkan rata-
rata sebesar 28,5800. Nilai standar deviasi sebesar 1,63972 lebih kecil dari nilai rata-rata,
29
dengan demikian data ukuran perusahaan dalam penelitian ini penyebarannya merata, artinya
perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi.
Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol MARKETi,t=0 memiliki nilai minimum
-0,04 yang dimiliki oleh PT. Trada Maritime Tbk dan nilai maksimum 0,03 yang dimiliki
oleh PT. Megapolitan Developments Tbk. Variabel kontrol market return (MARKETi,t=0)
dalam penelitian ini yang diproksikan dengan menggunakan imbal hasil pasar (IHSG) dalam
jangka waktu satu hari sejak tanggal IPO menunjukkan rata-rata sebesar -0,0009. Nilai standar
deviasi sebesar 0,01383 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data MARKETi,t=0
dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Hipotesis akan diuji
dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen atau 0,05. Jika nilai
probabilitas signifikansi > α, maka hipotesis diterima yang berarti data residual berdistribusi
normal.
Uji normalitas pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
model regresi 1 adalah 0,567 dan signifikan pada 0,905 yang melebihi nilai α = 0,05 dan nilai
Kolmogorov-Smirnov model regresi 2 adalah 1,030 dan signifikan pada 0,239 yang melebihi
nilai α = 0,05. Hal ini berarti bahwa data residual pada model 1 dan model 2 terdistribusi
normal.
Uji Multikolinieritas
Dalam penelitian ini digunakan uji Multikolinieritas untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2011).
30
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika
nilai tolerance di atas 10% dan nilai VIF di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi bebas multikolinearitas.
Hasil perhitungan nilai Tolerance pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai kurang dari 0,10 dan hasil perhitungan nilai VIF
juga menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi pada model 1 dan model 2.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2011). Kriteria yang digunakan dalam mendeteksi adanya
autokorelasi dalam model regresi linier berganda adalah sebagai berikut (Santoso, 2000):
1. Jika nilai d < −2, maka ada autokorelasi positif.
2. Jika −2 ≤ d ≤ 2, maka tidak ada autokorelasi.
3. Jika nilai d > 2, maka ada autokorelasi negatif.
Melihat dari nilai DW pada tabel lampiran 4 model regresi 1 adalah 1.710 maka
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤
1.710 ≤ 2 dan nilai DW pada tabel model regresi 2 adalah 1.695 maka berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 1.695 ≤ 2 maka ini
berarti tidak terjadi autokorelasi pada model 1 dan model 2.
Uji Hesteroskedastisitas
Heteroskedasitas merupakan kedalam menunjukan faktor penganggu (error) tidak
konstan. Dalam hal ini terjadi korelasi antara faktor pengganggu dengan variabel penjelas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas
31
(Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas, salah satunya dapat
menggunakan Uji Glejser, Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka model regresi tidak
mengandung heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Uji hesteroskedasitas pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun
variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai
Absolut Ut (AbsUt). Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat
kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi model 1 dan model 2 tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1)
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa besarnya adjusted
R2 adalah 0,314. Hal ini berarti bahwa 31,4% terjadinya manajemen laba yang diwakili oleh
ROAt=0 dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol yaitu ∆RPT-
Piutangi,t=0, ∆RPT-Hutangi,t=0 , ∆NRPT-Piutangi,t=0, DEBTi,t=0, SIZEi,t=0, sedangkan sisanya
sebesar 68,6% ROAt=0 dapat dijelaskan oleh variabel lain.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai F hitung
sebesar 3,833 dengan probabilitas sebesar 0,010. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05
menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi manajemen laba
yang diwakili oleh ROAt=0. Jadi dapat disimpulkan bahwa ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPT-
Hutangi,t=0 , ∆NRPT-Piutangi,t=0, DEBTi,t=0, SIZEi,t=0 secara bersama – sama berpengaruh
terhadap ROAt=0.
32
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Berdasarkan tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 pengujian hipotesis 1a
tentang kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif
terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO
menghasilkan nilai t sebesar 2,386 dengan signifikansi sebesar 0,025. Nilai probabilitas
signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa RPT Piutang pada periode
sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada
periode sebelum IPO. Oleh karena itu, hipotesis 1a yang menyatakan bahwa “Kenaikan
transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap
manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO” diterima.
Pengujian hipotesis 1b tentang kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode
sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan
pada periode sebelum IPO menghasilkan nilai t sebesar 2,179 dengan signifikansi sebesar
0,039. Nilai probabilitas signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa
RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh terhadap manajemen laba yang
dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO. Namun, karena arah koefisien regresi RPT
Hutang bertanda positif maka hipotesis 1b yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi
RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO” tidak didukung.
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah
proses IPO (Model 2)
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa besarnya adjusted
R2 adalah 0,534. Hal ini berarti bahwa 53,4% terjadinya buy-and-hold return (BHR) dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol yaitu ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPT-
33
Hutangi,t=0, ∆NORECi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=0, ∆NORECi,t=0, ∆RPT-Piutangi,t=1, ∆RPT-
Hutangi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=1, MARKETi,t=0, ROAt=0, SIZEi,t=0, sedangkan sisanya sebesar
45,2% BHRi dapat dijelaskan oleh variabel lain.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai F hitung
sebesar 4,228 dengan probabilitas sebesar 0,003. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05
menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi buy-and-hold return
(BHRi). Jadi dapat disimpulkan bahwa ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPT-Hutangi,t=0, ∆NORECi,t=1,
∆NRPT-Piutangi,t=0, ∆NORECi,t=0, ∆RPT-Piutangi,t=1, ∆RPT-Hutangi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=1,
MARKETi,t=0, ROAt=0, SIZEi,t=0 secara bersama – sama berpengaruh terhadap BHRi.
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Berdasarkan tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 pengujian hipotesis 2a
tentang kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif
terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO menghasilkan nilai t sebesar -0,671 dengan
signifikansi sebesar 0,510. Nilai probabilitas signifikansi yang lebih dari 0,05 tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO tidak
berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2a
yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO
berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO” tidak diterima.
Pengujian hipotesis 2b tentang kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode
sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO
menghasilkan nilai t sebesar 1,625 dengan signifikansi sebesar 0,120. Nilai probabilitas
signifikansi yang lebih dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kenaikan transaksi RPT
Hutang pada periode sebelum IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan
setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2b yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi
34
RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham
perusahaan setelah IPO” tidak diterima.
Pengujian hipotesis 2c tentang kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada
periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO
menghasilkan nilai t sebesar -2,685 dengan signifikansi sebesar 0,014. Nilai probabilitas
signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kenaikan Net Outstanding
Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham
perusahaan setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2c yang menyatakan bahwa “Kenaikan
Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif
terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO” diterima.
Pembahasan
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1)
Tabel 5. Ringkasan Hasil Regresi Model 1
Variabel Koefesiensi Prob.
C -16.733 0.273
∆RPT-Piutangi,t=0 0.928 0.025**
∆RPT-Hutangi,t=0 0.929 0.039**
∆NRPT-Piutangi,t=0 0.341 0.223
DEBTi,t=0 -0.146 0.075*
SIZEi,t=0 0.926 0.090*
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
Hasil analisis regresi model 1 (Tabel 5) mengenai pengaruh variabel ∆RPT-
Piutangi,t=0 terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan ROAi,t=0 menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,025. Arah koefisien regresi bertanda positif sesuai dengan yang
dihipotesiskan dan nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka hipotesis 1a yaitu
kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap
manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO, yang berarti hipotesis
35
1a diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada periode sebelum IPO, perusahaan
melakukan manajemen laba dengan menaikkan transaksi penjualan dengan pihak berelasi
yang mengakibatkan naiknya piutang terhadap pihak-pihak berelasi sehingga laba perusahaan
meningkat menjelang periode IPO. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Aharony et
al. (2010) dan Jian et al. (2003) bahwa terjadi kecenderungan tindakan opportunities dalam
transaksi yang dilakukan oleh pihak berelasi (RPT) yang dibuktikan dengan adanya tingkat
penjualan yang tinggi dengan RPT menjelang IPO. Perusahaan meningkatkan laba
perusahaan melalui transaksi penjualan terhadap pihak-pihak berelasi dikarenakan laba
perusahaan akan meningkat pada periode sebelum IPO sehingga laba terlihat tinggi dan akan
menarik investor untuk berinvestasi.
Sebaliknya, ∆NRPT-Piutangi,t=0 tidak signifikan terhadap variabel ROAi,t=0
disebabkan kurangnya hubungan yang signifikan antara kinerja laba pada tahun IPO dengan
perubahan NRPT Piutang pada tahun sebelum IPO menunjukkan bahwa manajer mungkin
tidak menggunakan kebijakan mereka dalam memanfaatkan pendapatan dari NRPT Piutang
yang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan perusahaan sebagai sebuah alat manajemen
laba selama melakukan proses IPO.
Pengujian hipotesis 1b mengenai pengaruh variabel RPT Hutang terhadap manajemen
laba menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,039. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 akan
tetapi arah koefisien regresi bertanda positif. Maka hipotesis 1b yaitu kenaikan transaksi RPT
Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang
dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO, yang berarti hipotesis 1b tidak didukung.
Alasan yang mendasar bahwa tidak adanya pengaruh dari transaksi hutang pihak berelasi
terhadap manajemen laba adalah dikarenakan perusahaan lebih meningkatkan transaksi
penjualan terhadap pihak berelasi agar laba perusahaan meningkat ketika periode sebelum
IPO berlangsung, sedangkan jika perusahaan lebih meningkatkan transaksi pembelian akan
36
dapat menurunkan laba perusahaan (Aharony et al., 2010). Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Guing dan Aria (2011) bahwa semakin rendah RP Purchases pada perusahaan IPO
di Indonesia, cenderung menunjukkan terjadinya manajemen laba dengan tujuan
meningkatkan laba pada periode sebelum IPO.
Berdasarkan pengujian terhadap variabel kontrol debt yang diukur dengan
menggunakan hutang jangka panjang terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun,
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,075. Nilai signifikan tersebut diatas 0,05. Namun,
arah koefisien regresi variabel kontrol bertanda negatif. Dalam penelitian Myers (2001)
semakin tinggi financial leverage, pengawasan dari manajemen akan semakin ketat dan
menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan. Dengan arah koefisien kontrol negatif, ini
berarti pengawasan dari manajemen semakin longgar sehingga menyebabkan penurunan
kinerja perusahaan. Hal tersebut terjadi karena adanya indikasi terjadinya manajemen laba
yang mengakibatkan penurunan kinerja. Namun, dalam penelitian ini berdasarkan sampel
perusahaan mungkin manajemen tidak memanfaatkan debt pada tindakan kebijakan mereka
sehingga financial leverage tidak berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba tersebut.
Variabel kontrol yang lain adalah ukuran perusahaan yang diukur dengan
menggunakan logaritma natural nilai pasar ekuitas perusahaan tahun IPO, menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,090. Nilai signifikan tersebut diatas 0,05. Namun, arah koefisien
regresi variabel kontrol bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar suatu
perusahaan maka semakin besar pula kesempatan manajer untuk melakukan manajemen laba
dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks dan selain itu
juga perusahaan besar lebih dituntut untuk memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi.
Dalam penelitian ini berdasarkan sampel perusahaan mungkin manajer tidak memanfaatkan
ukuran perusahaan pada tindakan kebijakan mereka sehingga ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba tersebut.
37
Dengan demikian, hipotesis 1a yang menyatakan bahwa kenaikan transaksi RPT
Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang
dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO terbukti secara signifikan. Dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai RPT Piutang pada perusahaan IPO di Indonesia,
cenderung menunjukkan terjadinya manajemen laba dengan tujuan meningkatkan laba pada
periode sebelum IPO.
Sedangkan hipotesis 1b yang menyatakan bahwa kenaikan transaksi RPT Hutang
pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan
perusahaan pada periode sebelum IPO tidak didukung. Hal ini sebabkan karena arah
koefisien regresinya yang positif meskipun probabilitas signifikansinya terbukti secara
signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan IPO di Indonesia tidak menggunakan
RPT Hutang sebagai sarana dalam melakukan manajemen laba pada periode sebelum IPO.
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah
proses IPO (Model 2)
Tabel 6. Ringkasan Hasil Regresi Model 2
Variabel Koefesiensi Prob.
C 0.253 0.045
∆RPT-Piutangi,t=0 -0.002 0.510
∆RPT-Hutangi,t=0 0.006 0.120
∆NORECi,t=1 -0.025 0.014**
∆NRPT-Piutangi,t=0 -0.004 0.181
∆NORECi,t=0 0.001 0.737
∆RPT-Piutangi,t=1 -0.020 0.022**
∆RPT-Hutangi,t=1 0.011 0.097*
∆NRPT-Piutangi,t=1 -0.012 0.004**
MARKETi 1.187 0.040**
ROAi,t=0 0.000 0.760
SIZEi,t=0 -0.008 0.062*
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
38
Hasil analisis regresi model 2 (Tabel 6) mengenai pengaruh variabel ∆RPT-
Piutangi,t=0 terhadap BHRi tidak signifikan, tidak sesuai dengan ekspektasi hipotesis 2a. Hal
ini mungkin disebabkan karena nilai transaksi RPT Piutang yang tidak signifikan dalam
mempengaruhi laba maupun kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis 2a yang
menyatakan bahwa kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh
negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO tidak dapat diterima. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Guing dan Aria (2011) bahwa ∆RP-Salesi,t=0
pada periode sebelum IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan setelah IPO.
Sementara itu, dalam hasil penelitiannya Aharony et al. (2010) ∆RP Salesi,t=0 adalah negatif
signifikan yang menunjukkan bahwa hubungan ini juga memiliki makna ekonomi.
Berbeda dengan ∆RPT-Piutangi,t=0, variabel ∆RPT-Piutangi,t=1 menunjukkan nilai
signifikan sebesar 0,022. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 dan arah koefisien regresi
bertanda negatif yang berarti kenaikan RPT Piutang setelah IPO berpengaruh negatif
terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Laughran dan Ritter (1997) menyatakan bahwa penurunan kinerja operasi yang terjadi pasca
penawaran akan sejalan dengan penurunan kinerja saham sebagai akibat dilakukannya
manipulasi saat penawaran. Kondisi tersebut terjadi karena harga saham berkolerasi dengan
kinerja keuangan, sehingga penurunan kinerja keuangan akan membuat pasar melakukan
koreksi harga saham yang overvalue tersebut.
Pengaruh variabel ∆RPT-Hutangi,t=0 terhadap BHRi tidak signifikan, tidak sesuai
dengan ekspektasi hipotesis 2b. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai transaksi RPT
Hutang juga tidak signifikan dalam mempengaruhi laba maupun kondisi keuangan
perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis 2b yang menyatakan bahwa kenaikan transaksi RPT
Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan
setelah IPO tidak dapat diterima. Variabel ∆RPT-Hutangi,t=0 dan ∆RPT-Hutangi,t=1 tidak
39
signifikan terhadap variabel BHRi, yang berarti bahwa hutang sebelum dan setelah IPO tidak
berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian
(Aharony et al., 2010) dimana juga ∆RP-Purchasesi,t=0 dan ∆RP-Purchasesi,t=1 tidak
signifikan terhadap variabel BHRi. Hal tersebut menunjukkan tidak ada implikasi pasar
opotunistik RP Purchases baik sebelum atau setelah IPO.
Variabel ∆NRPT-Piutangi,t=0 yang tidak signifikan menunjukkan bahwa transaksi
NRPT Piutang yang mampu mempengaruhi besarnya pendapatan perusahaan ini tidak
berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan. Namun, berbeda dengan ∆NRPT-
Piutangi,t=1 yang negatif signifikan terhadap variabel BHRi, yang berarti terdapat kenaikan
transaksi NRPT Piutang setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan.
Hal tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan karena arah koefisien regresinya
negatif. Dalam penelitian ini diharapkan NRPT Piutang setelah IPO ini berpengaruh positif
terhadap kinerja saham perusahaan, sebab besarnya pendapatan dari transaksi NRPT Piutang
diharap mampu meningkatkan kinerja saham perusahaan setelah IPO.
Berdasarkan hasil analisis regresi variabel ∆RPT-Piutangi,t=1 negatif signifikan dan
variabel ∆NORECi,t=0 tidak signifikan. Hal ini berarti terjadinya RPT Piutang yang tidak
biasa pada saat periode setelah IPO membuktikan bahwa tidak terjadi praktek manajemen
laba melalui RPT Piutang dan Norec yang tidak biasa pada saat periode sebelum IPO
mengindikasi terjadinya perilaku tunneling melalui pinjaman dari perusahaan IPO kepada
pihak berelasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Aharony et al. (2010)
dimana variabel ∆RP-Salesi,t=1 dan ∆NORECi,t=0 secara statistik tidak signifikan, yang
menunjukkan bahwa RP Sales yang tidak biasa pada saat periode setelah IPO maupun Norec
yang tidak biasa pada saat periode sebelum IPO dirasa oleh investor sebagai tindakan
oportunistik dari manajemen laba atau perilaku tunneling.
40
Pengujian hipotesis mengenai variabel ∆NORECi,t=1 berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap variabel BHRi dengan signifikansi 0,014. Artinya, setiap terjadi
peningkatan selisih piutang dan hutang lain-lain akan menurunkan nilai secara signifikan.
Maka hipotesis 2c yaitu kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah
IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO, yang berarti
hipotesis 2c diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar bentuk pinjaman yang
diberikan kepada pihak berelasi dilakukan tidak atas dasar keputusan efisiensi ekonomi.
Akibatnya, tidak terjadi peningkatan dalam kinerja saham perusahaan, malah yang terjadi
adalah penurunan dalam kinerja saham perusahaan. Dapat disimpulkan, walaupun di
Indonesia tidak terbukti terjadi praktek manajemen laba melalui RPT Piutang, RPT Hutang
yang diikuti dengan tunneling melalui pinjaman dari perusahaan IPO kepada pihak berelasi
(dalam hal ini pemegang saham pengendali pada periode setelah IPO), transaksi pinjaman
antar pihak berelasi ini berpengaruh buruk terhadap kinerja saham perusahaan. Hal ini
disebabkan karena pinjaman tersebut kemungkinan dikenali investor sebagai salah satu
bentuk pelarian aset yang merugikan pemegang saham non-pengendali.
Variabel kontrol MARKETi,t=0 berpengaruh positif signifikan terhadap variabel BHRi
dengan signifikansi 0,040. Artinya, setiap terjadi peningkatan MARKETi,t=0 akan
meningkatkan nilai BHRi secara signifikan. Namun, dengan meningkatnya nilai BHRi
menunjukkan akan terjadinya peningkatan risiko pasar pada perusahaan dalam periode
setelah IPO (Aharony et al., 2010). Variabel ROAi,t=0 tidak signifikan terhadap variabel BHRi,
yang berarti ringkasan ukuran kinerja akuntansi ini tidak berpengaruh terhadap kinerja saham
perusahaan. Namun, arah koefisien regresinya positif yang mungkin menunjukkan bahwa
kinerja akuntansi pada tahun IPO memiliki dampak positif pada satu tahun berikutnya
(Aharony et al., 2010). Sedangkan, variabel SIZEi,t=0 negatif tidak signifikan terhadap
variabel BHRi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aharony et al., (2010) yang
41
memperkirakan bahwa ukuran perusahaan mungkin tidak memiliki dampak pada kinerja
saham di masa mendatang.
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan terhadap 32 sampel perusahaan non-keuangan yang
melakukan IPO di Indonesia dalam rentang tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan
RPT untuk mendeteksi manajemen laba, hal ini dilakukan karena di Cina telah terbukti
bahwa banyak perusahaan melakukan manajemen laba melalui RPT. Fenomena ini kemudian
tidak terbukti pada kondisi Indonesia.
Dalam penelitian ini, membuktikan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan variabel
piutang kepada pihak berelasi yang signifikan terhadap kinerja perusahaan yang dilihat
menggunakan proksi ROA selama proses IPO. Peningkatan variabel piutang dari pihak
berelasi hanya menunjukkan kecenderungan terjadinya manajemen laba dengan tujuan
meningkatkan ROA perusahaan. Sedangkan, penurunan variabel hutang di Indonesia ini tidak
terbukti dikarenakan perusahaan lebih meningkatkan transaksi piutang terhadap pihak
berelasi agar laba perusahaan meningkat ketika periode sebelum IPO berlangsung. Hal ini
menunjukkan bahwa di Indonesia manajemen laba mungkin tidak dilakukan melalui transaksi
piutang dan hutang dengan pihak berelasi selama proses IPO. Dapat disimpulkan bahwa
perusahaan IPO di Indonesia tidak menggunakan transaksi piutang dan hutang dengan pihak
berelasi sebagai sarana dalam manajemen laba menjelang IPO.
Selanjutnya diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa kinerja saham perusahaan
setelah IPO berhubungan negatif dengan tidak dilunasinya pinjaman kepada pihak berelasi
pada periode setelah IPO. Hal ini tampak dari selisih piutang dan hutang lain-lain yang
memiliki hubungan negatif dengan Buy-and-Hold Return yang merepresentasikan kinerja
42
saham. Sedangkan tidak terbukti secara signifikan bahwa keberadaan piutang kepada pihak
berelasi pada periode sebelum IPO berhubungan negatif dengan kinerja saham perusahaan
setelah IPO. Hal ini konsisten dengan hasil model 1, karena transaksi RPT tidak menjadi
pilihan utama dalam melakukan manajemen laba selama proses IPO. Dengan demikian,
walaupun penelitian ini tidak mendukung adanya manajemen laba yang diikuti tunneling
melalui RPT pada saat seputar IPO, namun transaksi pinjaman antar pihak berelasi setelah
IPO dipandang oleh investor sebagai tindakan yang oportunistik sehingga menurunkan
kinerja saham perusahaan setelah IPO.
Keterbatasan dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini tak lepas dari berbagai keterbatasan. Berikut ini merupakan penjelasan
mengenai berbagai keterbatasan yang dihadapi serta saran bagi penelitian selanjutnya:
1. Penelitian ini hanya berkonsentrasi pada RPT Piutang dan RPT Hutang yang dianggap
sebagai faktor utama dalam manajemen laba. Penelitian lebih lanjut dapat meneliti jenis
transaksi RPT lain (misalnya pengalihan biaya riset dan pengembangan)
2. Penelitian ini hanya berkonsentrasi pada selisih piutang dan hutang lain-lain yang
dianggap sebagai faktor utama dalam tunneling. Penelitian lebih lanjut dapat meneliti cara
lain yang mungkin dapat digunakan perusahaan induk dalam mengeksploitasi sumber
daya anak perusahaanya (misalnya transfer pricing).
3. Jumlah sampel perusahaan di Indonesia yang sangat sedikit dan standar pelaporan
keuangan yang belum seragam khususnya pada bagian transaksi dengan pihak berelasi.
Penelitian lebih lanjut disarankan dapat meningkatkan jumlah sampel penelitian sehingga
dapat menggambarkan karakteristik perusahaan di Indonesia dengan lebih baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
Aharony, J., Wang, J., & Yuan, H. 2010. Tunneling As An Incentive For Earnings
Management During The IPO Process in China. Journal of Accounting and
Public Policy, 29, 1-26.
Aharony, J., Lee, C.-W.J., & Wong, T.J. 2000. Financial Packaging of IPO Firms in China.
Journal of Accounting Research, 38, 103-126.
Assih, P., Hastuti, Ambar Woro., dan Parawiyati. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada
Nilai dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 2, 125-
144.
Barth, M. E. Elliot, J. A. dan Finn, M. W. (1999). Market Rewards Associated With Patterns
of Increasing Earnings. Journal of Accounting Research. Volume 37 Nomor 2. 387-
413.
Chang, Sea Jin. 2002. Ownership Structure, Expropriation, and Performance of Group
Affiliated Companies in Korea. Academy of Management Journal 2003, Vol. 46, No.
2, 238-253.
Cheung, Y.-L., Rau, P.R., & Stouraitis, A. 2006. Tunneling, Propping, and
Expropriation: Evidence From Connected Party Transactions in Hong Kong.
Journal of Finance Economics, 82, 343–386.
Cohen, D., & Zarowin, P. 2008. Economic Consequences of Real and Accrual-Based
Earnings Management Activities.
Dwinanto, J. 2010. Pengaruh Merger dan Akuisisi terhadap Kekayaan Pemegang Saham
Minoritas (Studi Kasus PT Lippo Karawaci Tbk.). Tesis Program Studi Magister
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Dyanty et al,. 2012. Pengaruh Kepemilikan Pengendalian Akhir terhadap Transaksi Pihak
Berelasi. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Geriesh, L. 2003. Organizational Culture and Fraudulent Financial Reporting. The CPA
Journal, 73, 28.
Gordon, E.A.dan E.Henry and D.Palia (2004a). Related Party Transaction and Corporate
Governance. Advances in Financial Economics, Volume 9:1-27.
Graham, J.R., Harvey, C.R., & Rajgopal, S. 2005. The Economic Implications of Corporate
Financial Reporting. Journal of Accounting and Economics, 40, 3-73.
Guing, A., dan Aria, F. 2011. Manajemen Laba dan Tunneling melalui Transaksi Pihak
Istimewa di Sekitar Penawaran Saham Perdana. Simposium Nasional Akuntansi XIV.
Gul, F.A., Leung, S., & Srinidhi, B. 2003. Informative and Opportunistic Earnings
Management and The Value Relevance of Earnings: Some Evidence on The Role of
IOS.
44
Healy, P. M., dan Wahlen, J. M. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and
Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons. 13 (4): 365-383.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Jakarta: Salemba Empat.
Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS1. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Irawan, Moh. Adi dan Gumanti, Tatang Ary. 2009. Indikasi Earnings Management pada
Initial Public Offering. Simposium Nasional Akuntansi XII.
Jain, B. A. dan Kini, O. (1994). The Post-Issue Operating Performance of IPO Firms. Journal
of Finance. Volume 49. 1699-1726.
Jian, M., & Wong, T.J. 2003. Earnings Management and Tunneling Through Related
Party Transactions: Evidence From Chinese Corporate Groups.
Johnson, S., La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., & Shleifer, A. 2000. Tunneling. The
American Economic Review, 90, 22-27.
Kusumawardhani, N.A.S., dan Veronica, S. 2009. Fenomena Manajemen Laba Menjelang
IPO dan Kaitannya dengan Nilai Perusahaan Perdana Serta Kinerja Perusahaan
Pasca-IPO: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang IPO Di Indonesia Tahun 2000-
2003. Simposium Nasional Akuntansi XII.
Loughran, Tim, dan Ritter Jay R. 1997. The Operating Performance of Firms Conducting.
McKay, B. 2002. Coca-Cola: Real Thing Can Be Hard To Measure. Wall Street Journal.
Mutaminah. 2008. Tunneling atau Value Added dalam Strategi Merger dan Akuisisi di
Indonesia. Manajemen & Bisnis. Vol. 7, No. 1.
Myers, S.C. 2001. Capital Structure. Journal of Economic Perspectives, 15, 81-102.
Rahman, A., dan Hutagol, Y. 2008. Manajemen Laba melalui Akrual dan Aktivitas Real pada
Penawaran Perdana dan Hubungannya dengan Kinerja Jangka Panjang. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume 5 – Nomor 1, Juni 2008.
Rahmawati et al,. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba
pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Simposium Nasional Akuntansi IX.
Ritter, J. R., 1991, The Long Run Performance of Initial Public Offering. Journal of Finance.
46: 3-27.
Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management through Real Activities Manipulation.
Journal of Accounting and Economics.
45
Ryngaert, Michael and Thomas, Shawn. 2007. Related Party Transactions: Their Origin and
Wealth Effect. Wall Street Journal.
Sansing, R. C. 1999. Economic Foundations of Valuation Discounts. The Journal of the
American Taxation Association 21: 28–38.
Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory, International Edition, New Jersey :
Prentice-Hall, Inc.
Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. 5th
ed. Ontario: Pearson Education
Canada, Inc. Seasoned Equity Offerings. Journal of Finance (5), pp1833-1850.
Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business : A Skill Building Approach 2nd
Edition,
John Wiley and Son. New York.
Setiawati, L., dan Na’im, A. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 15 (4):
159- 576.
Teoh, S.H., Welch, I., & Wong, T.J. 1998. Earnings Management and The Long-Run Market
Performance of Initial Public Offerings. The Journal of Finance, 53, 1935-1974.
Williamson, O. 1967. Hierarchical Control and Optimum Firm Size. Journal of Political
Economy, 75, 123-138.
46
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode
Tanggal
IPO
1 PT. Bisi International Tbk BISI 28-May-07
2 PT. Panorama Transportasi Tbk WEHA 31-May-07
3 PT. Media Nusantara Citra Tbk MNCN 22-Jun-07
4 PT. Darma Henwa Tbk DEWA 26-Sep-07
5 PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk JKON 4-Dec-07
6 PT. Catur Sentosa Adiprana Tbk CSAP 12-Dec-07
7 PT. Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG 18-Dec-07
8 PT. Duta Graha Indah Tbk DGIK 19-Dec-07
9 PT. Elnusa Tbk ELSA 6-Feb-08
10 PT. Indika Energy Tbk INDY 11-Jun-08
11 PT. Destinasi Tirta Nusantara Tbk PDES 8-Jul-08
12 PT. Adaro Energy Tbk ADRO 16-Jul-08
13 PT. Bayan Resources Tbk BYAN 12-Aug-08
14 PT. Trada Maritime Tbk TRAM 10-Sep-08
15 PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO 14-Apr-09
16 PT. Inovisi Infracom Tbk INVS 3-Jul-09
17 PT. Dian Swastatika Sentosa Tbk DSSA 10-Dec-09
18 PT. PP (Persero) Tbk PTPP 9-Feb-10
19 PT. Skybee Tbk SKYB 7-Jul-10
20 PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL 9-Jul-10
21 PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA 12-Jul-10
22 PT. Harum Energy Tbk HRUM 6-Oct-10
23 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 7-Oct-10
24 PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk KRAS 10-Nov-10
25 PT. Wintermar Offshore Marine Tbk WINS 29-Nov-10
26 PT. Megapolitan Developments Tbk EMDE 12-Jan-11
27 PT. Martina Berto Tbk MBTO 13-Jan-11
28 PT. Salim Ivomas Pratama Tbk SIMP 9-Jun-11
29 PT. Golden Energy Mines Tbk GEMS 17-Nov-11
30 PT. Visi Media Asia Tbk VIVA 21-Nov-11
31 PT. Erajaya Swasembada Tbk ERAA 14-Dec-11
32 PT. Greenwood Sejahtera Tbk GWSA 23-Dec-11
Sumber : Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory
47
Lampiran 2. Sampel Data
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1)
No Kode ROAi,t=0 ∆RPT-Piutangi,t=0 ∆RPT-Hutangi,t=0 ∆NRPT-Piutangi,t=0 DEBTi,t=0 SIZEi,t=0
1 BISI 4.12 3.449627 -4.265561 4.242373 22.11 26.02
2 WEHA 1.64 -0.531865 -5.325619 -4.998109 31.05 29.97
3 MNCN 7.47 -1.800631 -0.915677 -6.098611 2.70 27.52
4 DEWA 3.18 0.115661 0.281945 -2.655246 8.38 27.11
5 JKON 7.46 -0.341450 0.894518 3.544667 10.21 30.69
6 CSAP 8.19 -1.148082 2.258970 -0.378079 5.66 27.85
7 ITMG 0.28 0.253483 0.156618 -6.555980 2.73 27.01
8 DGIK 0.36 -0.823059 2.383291 -0.695458 21.06 30.04
9 ELSA 13.08 -0.412206 2.951475 -3.475673 31.18 29.37
10 INDY 3.70 -0.810753 -0.534599 1.502162 21.52 24.99
11 PDES 2.79 -2.060487 -2.668823 -1.577424 38.47 30.37
12 ADRO 0.34 -4.590219 -3.840239 -5.468941 0.55 30.59
13 BYAN 3.25 -6.151944 0.410544 5.841104 15.10 26.80
14 TRAM 17.01 0.123051 -1.698219 0.760067 3.35 29.42
15 TRIO 15.89 0.295527 0.257783 0.097452 4.19 27.13
16 INVS 1.05 0.344296 0.231007 0.072056 28.36 29.09
17 DSSA 4.42 -1.538548 -0.033074 -3.955962 15.74 27.47
18 PTPP 7.18 -0.200411 0.651832 0.174553 0.38 26.50
19 SKYB 8.07 2.367115 -1.522056 -1.371566 18.96 28.15
20 IPOL 4.67 0.544519 -1.796645 4.754034 28.58 27.56
21 BUVA 20.88 -0.288695 1.741829 1.166242 1.71 30.82
22 HRUM 18.27 0.563945 3.833734 -0.101326 9.71 30.94
23 ICBP 6.25 -1.817316 0.415824 -4.291211 6.98 30.57
48
24 KRAS 5.67 -0.724756 1.234365 4.363161 24.92 27.74
25 WINS 6.20 -0.256989 -0.110684 4.318227 0.40 27.61
26 EMDE 8.02 -1.456276 0.026306 -0.093148 5.26 26.81
27 MBTO 9.57 -0.437966 0.429146 -0.136778 21.79 30.53
28 SIMP 9.35 -0.530185 -0.276157 -0.392346 0.68 30.41
29 GEMS 1.12 -0.591697 0.017383 -1.086639 5.81 29.72
30 VIVA 0.09 -8.603003 -0.406203 -2.305728 0.80 28.70
31 ERAA 12.06 -1.830957 2.075588 0.849716 8.51 28.07
32 GWSA 3.80 0.084361 -2.155113 -1.962296 8.32 28.99
49
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO (Model 2)
No Kode BHRi ∆RPT-Piutangi,t=0 ∆RPT-Hutangi,t=0 ∆NORECi,t=1 ∆NRPT-Piutangi,t=0 ∆NORECi,t=0
1 BISI 0.012040 0.123051 -1.698219 -0.276270 0.760067 0.513946
2 WEHA 0.054946 3.449627 -4.265561 -3.299582 4.242373 0.918170
3 MNCN -0.000977 -0.823059 2.383291 -0.052262 -0.695458 0.008187
4 DEWA -0.013328 -0.531865 -5.325619 0.011615 -4.998109 1.604790
5 JKON 0.174067 -1.800631 -0.915677 -0.345563 -6.098611 0.354165
6 CSAP 0.094517 0.115661 0.281945 -0.028447 -2.655246 -0.788216
7 ITMG 0.042873 -0.341450 0.894518 -1.156647 3.544667 2.978865
8 DGIK 0.018144 -1.148082 2.258970 -0.206441 -0.378079 -2.619978
9 ELSA 0.026104 -1.538548 -0.033074 0.099252 -3.955962 1.194079
10 INDY -0.007222 -0.412206 2.951475 0.204873 -3.475673 0.403426
11 PDES 0.053303 -0.810753 -0.534599 -0.241320 1.502162 -1.686512
12 ADRO 0.010798 -2.060487 -2.668823 -0.008576 -1.577424 -0.130354
13 BYAN -0.033849 -4.590219 -3.840239 0.431558 -5.468941 0.622474
14 TRAM 0.103479 -6.151944 0.410544 -2.935879 5.841104 2.580148
15 TRIO 0.047378 -0.256989 -0.110684 -0.089981 4.318227 0.093226
16 INVS 0.093037 0.295527 0.257783 -0.066180 0.097452 0.093024
17 DSSA 0.076337 0.344296 0.231007 -0.349181 0.072056 0.046973
18 PTPP -0.008631 0.084361 -2.155113 0.006386 -1.962296 0.401332
19 SKYB -0.001033 -0.200411 0.651832 0.022735 0.174553 -0.316129
20 IPOL -0.017918 2.367115 -1.522056 0.423262 -1.371566 0.793033
21 BUVA 0 0.544519 -1.796645 0.310635 4.754034 2.823820
22 HRUM -0.008279 -0.288695 1.741829 0.029480 1.166242 -0.004394
23 ICBP -0.001113 0.563945 3.833734 0.169974 -0.101326 0.554622
24 KRAS -0.006102 -1.817316 0.415824 0.330433 -4.291211 1.945325
50
25 WINS 0.004566 -0.724756 1.234365 -0.135782 4.363161 -3.634054
26 EMDE -0.014425 0.253483 0.156618 2.527496 -6.555980 1.280642
27 MBTO -0.002136 -1.456276 0.026306 0.017690 -0.093148 0.031699
28 SIMP -0.020354 -0.437966 0.429146 0.032938 -0.136778 0.125868
29 GEMS -0.008346 -0.530185 -0.276157 0.020090 -0.392346 0.219111
30 VIVA 0.006416 -0.591697 0.017383 0.165575 -1.086639 1.529910
31 ERAA 0.043259 -8.603003 -0.406203 -0.047400 -2.305728 -0.518022
32 GWSA 0.009916 -1.830957 2.075588 1.043768 0.849716 3.303563
No Kode ∆RPT-Piutangi,t=1 ∆RPT-Hutangi,t=1 ∆NRPT-Piutangi,t=1 MARKETi ROAi,t=0 SIZEi,t=0
1 BISI -0.060822 1.591647 2.172776 0.007926 17.01 29.42
2 WEHA -0.480207 -3.131748 -0.341064 0.014070 4.12 26.02
3 MNCN 1.036912 1.209164 1.181714 -0.000009 0.36 30.04
4 DEWA 2.699465 2.126909 -2.724231 0.013152 1.64 29.97
5 JKON 0.186984 -0.239263 -4.342207 0.009538 7.47 27.52
6 CSAP 0.206563 1.993349 -3.875765 -0.005379 3.18 27.11
7 ITMG -0.293526 -0.609326 -3.642741 -0.007013 7.46 30.69
8 DGIK 0.185702 -1.058681 -1.701671 0.004440 8.19 27.85
9 ELSA -0.929930 -0.479085 -2.801430 -0.024095 4.42 27.47
10 INDY 0.654938 0.120065 2.567838 0.000404 13.08 29.37
11 PDES -0.791686 -2.866046 -2.530233 -0.010786 3.70 24.99
12 ADRO -0.639353 -0.123969 0.511730 0.001476 2.79 30.37
13 BYAN -0.198337 1.828894 1.429270 -0.035775 0.34 30.59
14 TRAM -0.005212 0.682073 -3.381833 -0.037631 3.25 26.80
15 TRIO 0.683924 0.205275 -0.226571 0.019385 6.20 27.61
16 INVS 0.186209 -0.252061 -0.074683 0.004623 15.89 27.13
51
17 DSSA -0.759438 -0.381859 0.379266 0.002071 1.05 29.09
18 PTPP 0.252137 -1.176350 -0.592571 0.005623 3.80 28.99
19 SKYB 0.002653 -0.070624 -0.062630 -0.002958 7.18 26.50
20 IPOL -1.185080 0.149645 2.675910 0.009599 8.07 28.15
21 BUVA -0.537944 0.267754 1.863665 0.005058 4.67 27.56
22 HRUM -2.053769 -1.091785 4.041302 0.003258 20.88 30.82
23 ICBP -0.316451 -0.857639 0.539656 -0.004776 18.27 30.94
24 KRAS 1.642727 0.334463 0.146396 0.005215 6.25 30.57
25 WINS 0.143121 -0.867243 0.039772 -0.003256 5.67 27.74
26 EMDE -0.085964 0.113034 2.295444 0.028838 0.28 27.01
27 MBTO 1.009035 -0.019692 0.049812 0.002861 8.02 26.81
28 SIMP 0.118921 -1.035824 -0.112929 -0.005131 9.57 30.53
29 GEMS 0.095540 0.545741 -0.077687 -0.005726 9.35 30.41
30 VIVA 0.072958 -0.059464 2.292545 -0.019888 1.12 29.72
31 ERAA -1.983982 0.102197 1.835795 -0.003183 0.09 28.70
32 GWSA -1.568428 -1.236521 1.799520 0.000451 12.06 28.07
52
Lampiran 3. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 32 .09 20.88 6.7322 5.52498
BHR 32 -.03 .17 .0227 .04533
RPT_Piutang0 32 -8.60 3.45 -.9002 2.19098
RPT_Piutang1 32 -2.05 2.70 -.0848 .95474
RPT_Hutang0 32 -5.33 3.83 -.1655 2.02433
RPT_Hutang1 32 -3.13 2.13 -.1340 1.17791
Norec0 32 -3.63 3.30 .4601 1.46240
Norec1 32 -3.30 2.53 -.1060 .96888
NRPT_Piutang0 32 -6.56 5.84 -.4973 3.24190
NRPT_Piutang1 32 -4.34 4.04 -.0208 2.14971
Debt 32 .38 38.47 12.6616 11.12179
Size 32 24.99 30.94 28.5800 1.63972
Market 32 -.04 .03 -.0009 .01383
Valid N (listwise) 32
53
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1)
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.19199989
Most Extreme Differences Absolute .100
Positive .074
Negative -.100
Kolmogorov-Smirnov Z .567
Asymp. Sig. (2-tailed) .905
a. Test distribution is Normal.
Uji Multikolinieritas Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -16.733 14.926 -1.121 .273
RPT_Piutang0 .928 .389 .368 2.386 .025 .932 1.073
RPT_Hutang0 .929 .426 .340 2.179 .039 .908 1.102
NRPT_Piutang0 .341 .273 .200 1.250 .223 .864 1.157
Debt -.146 .079 -.294 -1.855 .075 .882 1.134
Size .926 .526 .275 1.761 .090 .908 1.101
a. Dependent Variable: ROA
Uji Autokorelasi Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .651a .424 .314 4.57736 1.710
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0
b. Dependent Variable: ROA
54
Uji Hesteroskedastisitas Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.433 7.836 -1.076 .292
RPT_Piutang0 .393 .204 .330 1.928 .065
RPT_Hutang0 .387 .224 .300 1.729 .096
NRPT_Piutang0 -.085 .143 -.106 -.596 .557
Debt -.036 .041 -.153 -.869 .393
Size .437 .276 .274 1.582 .126
a. Dependent Variable: Abs_Ut
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah
proses IPO (Model 2)
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .02486086
Most Extreme Differences Absolute .182
Positive .182
Negative -.097
Kolmogorov-Smirnov Z 1.030
Asymp. Sig. (2-tailed) .239
a. Test distribution is Normal.
55
Uji Multikolinieritas Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .253 .118 2.137 .045
RPT_Piutang0 -.002 .003 -.110 -.671 .510 .562 1.779
RPT_Hutang0 .006 .004 .260 1.625 .120 .588 1.700
Norec1 -.025 .009 -.544 -2.685 .014 .366 2.731
NRPT_Piutang0 -.004 .003 -.251 -1.388 .181 .459 2.178
Norec0 .001 .004 .044 .340 .737 .895 1.118
RPT_Piutang1 -.020 .008 -.424 -2.494 .022 .521 1.920
RPT_Hutang1 .011 .007 .298 1.740 .097 .514 1.946
NRPT_Piutang1 -.012 .004 -.551 -3.266 .004 .528 1.893
Market 1.187 .541 .362 2.195 .040 .552 1.810
ROA .000 .001 .049 .310 .760 .601 1.664
Size -.008 .004 -.302 -1.980 .062 .647 1.546
a. Dependent Variable: BHR
Uji Autokorelasi Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .836a .699 .534 .03095 1.695
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0
b. Dependent Variable: BHR
Uji Hesteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .087 .074 1.184 .250
RPT_Piutang0 .002 .002 .192 .722 .479
RPT_Hutang0 .000 .002 .039 .150 .882
Norec1 -.002 .006 -.126 -.383 .706
NRPT_Piutang0 -.002 .002 -.387 -1.313 .204
Norec0 2.984E-6 .002 .000 .001 .999
RPT_Piutang1 -.001 .005 -.078 -.284 .780
RPT_Hutang1 .000 .004 -.036 -.128 .899
NRPT_Piutang1 -.001 .002 -.178 -.647 .525
Market .027 .336 .022 .081 .936
ROA 1.627E-5 .001 .005 .020 .984
Size -.002 .003 -.231 -.931 .363
a. Dependent Variable: Abs_Ut
56
Lampiran 5. Pengujian Hipotesis
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1)
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .651a .424 .314 4.57736
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ANOVA
b
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 401.528 5 80.306 3.833 .010a
Residual 544.759 26 20.952
Total 946.286 31
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0
b. Dependent Variable: ROA
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -16.733 14.926 -1.121 .273
RPT_Piutang0 .928 .389 .368 2.386 .025
RPT_Hutang0 .929 .426 .340 2.179 .039
NRPT_Piutang0 .341 .273 .200 1.250 .223
Debt -.146 .079 -.294 -1.855 .075
Size .926 .526 .275 1.761 .090
a. Dependent Variable: ROA
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah
proses IPO (Model 2)
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .836a .699 .534 .03095
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0
57
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ANOVA
b
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .045 11 .004 4.228 .003a
Residual .019 20 .001
Total .064 31
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0
b. Dependent Variable: BHR
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .253 .118 2.137 .045
RPT_Piutang0 -.002 .003 -.110 -.671 .510
RPT_Hutang0 .006 .004 .260 1.625 .120
Norec1 -.025 .009 -.544 -2.685 .014
NRPT_Piutang0 -.004 .003 -.251 -1.388 .181
Norec0 .001 .004 .044 .340 .737
RPT_Piutang1 -.020 .008 -.424 -2.494 .022
RPT_Hutang1 .011 .007 .298 1.740 .097
NRPT_Piutang1 -.012 .004 -.551 -3.266 .004
Market 1.187 .541 .362 2.195 .040
ROA .000 .001 .049 .310 .760
Size -.008 .004 -.302 -1.980 .062
a. Dependent Variable: BHR
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ayu Suryandari
Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 12 Agustus 1992
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kauman VII/ 67 Salatiga
Email : [email protected]
Pendidikan : – 2010 – 2014 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2007 – 2010 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga.
2004 – 2007 SMP Negeri 2 Salatiga.
1998 – 2004 SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga.
1996 – 1998 TK Sinar Nyata Salatiga.
Pengalaman : – Panitia acara National Seminar on Accounting, sebagai konsumsi
yang diadakan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis tanggal 4-5
April 2012.
Panitia acara Entrepreneurship National Seminar, sebagai usaha
dana yang diadakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana
tanggal 5 Februari 2013.
Panitia acara Leading in Training Young Entrepreneur,
sebagai usaha dana yang diadakan oleh Universitas Kristen Satya
Wacana tanggal 6 Februari 2013.
Panitia acara Business Plan Competition and Exhibition, sebagai
usaha dana yang diadakan oleh Universitas Kristen Satya
Wacana tanggal 3 April 2013.