Tuli Sensorineural

24
Makalah Ilmiah TULI SENSORINEURAL Harley Septian 090100074 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER (THT-KL) FK USU Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah menyerahkan Hard Copy dan Soft Copy makalah ilmiah kepada dr. Farrel, M.Ked (ORL-HNS) Nama Judul Full Text Power Point Soft Copy Tanda Tangan Harley Septian 090100074 Tuli Sensorineural Telah disetujui Tanggal 24 Mei 2014 PPDS Pembimbing dr. Farrel, M.Ked

description

tuli sensorineural

Transcript of Tuli Sensorineural

Page 1: Tuli Sensorineural

Makalah Ilmiah

TULI SENSORINEURAL

Harley Septian

090100074

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN

TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK

BEDAH KEPALA LEHER (THT-KL)

FK USU

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah menyerahkan Hard Copy dan Soft

Copy makalah ilmiah kepada dr. Farrel, M.Ked (ORL-HNS)

Nama JudulFull

TextPower Point Soft Copy Tanda Tangan

Harley

Septian

090100074

Tuli

Sensorineural

Telah disetujuiTanggal 24 Mei 2014

PPDS Pembimbing dr. Farrel, M.Ked

Page 2: Tuli Sensorineural

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ilmiah ini tepat pada waktunya. Makalah ilmiah ini berjudul

“Tuli Sensorineural” yang merupakan salah satu tugas program pendidikan profesi

dokter di departemen Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Penyusunan makalah ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala rasa hormat penulis ingin

menyampaikan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu, khususnya PPDS pembimbing, dr. Farrel, M.Ked (ORL-HNS), yang telah

banyak membimbing kami selama proses pendidikan kami di departemen ilmu

kesehatan THT ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan makalah ilmiah ini. Demikianlah

kata pengantar ini penulis sampaikan. Semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Medan, 22 Mei 2014

Penulis

Page 3: Tuli Sensorineural

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

DAFTAR TABEL............................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3

2.1. Anatomi Telinga................................................................................ 3

2.1.1. Telinga Luar .......................................................................... 3

2.1.2. Telinga Tengah ...................................................................... 3

2.1.3. Telinga Dalam ....................................................................... 4

2.2. Fisiologi Pendengaran ....................................................................... 5

2.3. Tuli Sensorineural ............................................................................. 6

2.3.1. Definisi.................................................................................. 6

2.3.2. Epidemiologi ......................................................................... 7

2.3.3. Etiologi.................................................................................. 7

2.3.4. Patogenesis ............................................................................ 8

2.3.5. Klasifikasi.............................................................................. 10

2.3.6. Diagnosis............................................................................... 11

2.3.8. Penatalaksanaan..................................................................... 15

2.3.9. Prognosis................................................................................ 16

BAB 3 KESIMPULAN ................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

Page 4: Tuli Sensorineural

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Telinga .............................................................................. 5

Gambar 2. Tes Weber dan Rinne ....................................................................... 12

Gambar 3. Tes Rinne dan Weber ....................................................................... 13

Gambar 4. Standard Audiogram ........................................................................ 14

Gambar 5. Audiogram nada murni pada tuli sensorineural................................. 15

Page 5: Tuli Sensorineural

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Derajat ketulian menurut WHO............................................................ 6

Tabel 2. Tabel obat ototoksik ............................................................................ 10

Page 6: Tuli Sensorineural

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuli sensorineural adalah hilangnya kemampuan mendengar baik

sebagian maupun total pada satu ataupun kedua telinga yang diakibatkan

adanya kerusakan pada sel rambut didalam koklea atau adanya kerusakan

pada saraf pendengaran, dan bisa juga terjadi kerusakan pada kedua organ

tersebut.1

Menurut perkiraan WHO pada tahun 2005 terdapat 278 juta orang

menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta diantaranya terdapat di

Asia Tenggara. Dimana di Indonesia, gangguan pendengaran dan ketulian

saat ini masih merupakan satu masalah yang dihadapi masyarakat.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan

Pendengaran di 7 provinsi tahun 1993-1996, prevalensi ketulian 0,4% dan

gangguan pendengaran 16,8%. Penyebabnya, infeksi telinga tengah (3,1%)

presbikusis (2,6%), tuli akibat obat ototoksik (0,3%), tuli sejak

lahir/kongenital (0,1%) dan tuli akibat pemaparan bising.2

Etiologi tuli sensorineural dibagi menjadi dua subbagian yaitu

secara genetik (anomali/kerusakan aparatus pendengaran sentral akibat

faktor prenatal ataupun perinatal) dan etiologi yang didapat (infeksi,

trauma, trauma bisisng, obat ototoksik, proses degeneratif, dll). Tuli

sensorineural diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : Kehilangan pendengaran

bilateral yang progresif, Kehilangan pendengaran unilateral yang

progresif, Tuli sensorineural mendadak.3,4

Diagnosis pasti tuli sensorineural adalah dengan menggunakan

audiometri. Dimana pada audiometri didapatkan sensitivitas terhadap suara

yang dihantarkan melalui tulang dan sensitivitas terhadap suara yang

dihantarkan melalui udara adalah sama pada telinga yang sakit, dimana

keduanya sama-sama menurun.5

Page 7: Tuli Sensorineural

2

Penatalaksanaan tuli sensorineural adalah dengan mengatasi etiologi penyebab,

menggunakan alat bantu pendengaran serta implantasi koklear. Dengan terapi

amplifikasi yang baik, fisioterapi bicara dan bahasa, serta program pendidikan

yang memadai, penderita tulisensorineural dapat berpartisipasi secara penuh pada

aktivitas sehari-hari, aktivitas sosial bahkan mampu untuk bekerja seperti orang

normal.6

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah:

a. Memahami teori mengenai tuli sensorineural

b. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter di

Departemen Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara / Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Page 8: Tuli Sensorineural

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga

2.1.1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,

sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya

kira-kira 2 - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak

kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut.7

2.1.2. Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan:

- batas luar : membran timpani

- batas depan : tuba Eustachius

- batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

- batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

- batas atas : tegmen timpani (meningen / otak)

- batas dalam : kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong

(oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang

telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars

flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran

propria).7

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani

disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke

arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk

membran timpani kanan. Terdapat dua macam serabut di membran timpani,

sirkular dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya

yang berupa kerucut itu.7

Page 9: Tuli Sensorineural

4

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun

dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran di dalam

telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada

membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.

Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan

antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba Eustachius

termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan

telinga tengah.7

2.1.3. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak

koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala

vestibuli.7

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak

skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media

(duktus koklearis).7

Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media

berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan

endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s

membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran

ini terletak organ Corti.7

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut

membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari

sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ

Corti.7

Page 10: Tuli Sensorineural

5

Gambar 1. Anatomi Telinga

2.2. Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke

koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga

tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran

melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas

membran timpani dan tingkap lonjong.7

Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang

menggetarkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.

Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa,

sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran

tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi

pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.7

Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga

melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial

aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke

korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis.7

Page 11: Tuli Sensorineural

6

2.3. Tuli Sensorineural

2.3.1. Definisi

Hilangnya kemampuan mendengar baik sebagian maupun total pada satu

ataupun kedua telinga yang diakibatkan adanya kerusakan pada sel rambut

didalam koklea atau adanya kerusakan pada saraf pendengaran, dan bisa juga

terjadi kerusakan pada kedua organ tersebut.1

Tabel 1. Derajat ketulian menurut WHO

(http://www.who.int/pbd/deafness/hearing_impairment_grades/en/)

Page 12: Tuli Sensorineural

7

2.3.2. Epidemiologi

Di dunia, menurut perkiraan WHO pada tahun 2005 terdapat 278 juta

orang menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta diantaranya terdapat di

Asia Tenggara. Sedangkan pada bayi, terdapat 0,1 0,2% menderita tuli sejak lahir

atau setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 1 2 bayi yang menderita tuli.2

ASHA (American Speech-Language-Hearing Association)

mengungkapkan bahwa di Amerika, jumlah penderita tuli telah meningkat 2 kali

lipat dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Dimana jumlah penderita dewasa

(diatas 3 tahun) adalah 13,2 juta (1971) menjadi 24,2 juta penderita pada tahun

1993. Seorang peneliti Amerika memperkirakan bahwa jumlah penderita tuli di

Amerika pada tahun 2000 akan mencapai 28,6 juta penderita.8

Sedangkan di Indonesia, gangguan pendengaran dan ketulian saat ini

masih merupakan satu masalah yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan hasil

Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran di 7 provinsi

tahun 1993-1996, prevalensi ketulian 0,4% dan gangguan pendengaran 16,8%.

Penyebabnya, infeksi telinga tengah (3,1%) presbikusis (2,6%), tuli akibat obat

ototoksik (0,3%), tuli sejak lahir/kongenital (0,1%) dan tuli akibat pemaparan

bising.2

2.3.3. Etiologi3

1. Kongenital

Ini diakibatkan oleh adanya anomali pada telinga dalam atau kerusakan

pada apparatus pendengaran sentral yang disebabkan oleh faktor-faktor

prenatal ataupun perinatal.

2. Didapat

Penyebabnya bisa dari genetik maupun non genetik. Penyebab yang

berasal dari genetik ini mungkin bermanifestasi lambat dan hanya

menyerang pendengaran atau mungkin mempengaruhi sistem lain di

tubuh. Penyebab tuli sensorineural yang sering adalah :

Infeksi pada labirin : viral, bakterial atau spirochactal

Page 13: Tuli Sensorineural

8

Trauma pada labirin atau Nervus Cranial VIII : fraktur tulang

temporal atau kontusio pada labirin atau diakibatkan oleh operasi

telinga.

Tuli yang dipicu oleh keributan

Obat-obatan ototoksik

Presbicusis

Penyakit Meniere

Neuroma akustik

Tuli tiba-tiba

Tuli sensorineural familial yang progresif

Penyakit sistemik seperti diabetes, hipotiroid, penyakit ginjal,

penyakit autoimun, multipel sklerosis, discrasia darah.

2.3.4. Patogenesis6,9

Sistem pendengaran merupakan suatu sistem yang sangat kompleks, dan

jika ada kerusakan pada salah satu bagian dari telinga tengah, koklea, dan sistem

sarah pusat dapat menyebabkan ketulian yang bervariasi. Pendengaran juga

bergantung pada proses fungsi biokimia, metabolik, vaskular, hematologik dan

endokrin yang tepat. Adanya gangguan pada salah satu sistem ini dapat

mempengaruhi sistem pendengaran sehingga dapat menyebabkan ketulian.

Patogenesis untuk kehilangan pendengaran sensorik (SSHL) memiliki 4 jalur

teoritis, sebagai berikut:

1. Infeksi virus

Ketulian sensorineural ditemukan pada kasus-kasus penyakit MUMPS,

measles, rubella, dan influenza yang disebabkan oleh infeksi adenovirus dan

sitomegalovirus (CMV). Pemeriksaan serologis terhadap pasien dengan ketulian

sensorineural idiopatik menunjukkan adanya peningkatan titer antibody terhadap

sejumlah virus. Antara 25-30 % pasien dilaporkan dengan riwayat infeksi saluran

nafas atas dengan kurang satu bulan onset kehilangan pendengaran.

Page 14: Tuli Sensorineural

9

Pemeriksaan histopatologi tulang temporal pasien yan mengalami ketulian

mendadak menunjukkan adanya atrofi organ corti, atrofi stria vaskularis dan

membran tektorial serta hilangnya sel rambut dan sel penyokong dari koklea.

2. Penyebab vaskuler

Pembuluh darah koklea merupakan ujung arteri (end artery), sehingga bila

terjadi gangguan pada pembuluh darah ini koklea sangat mudah mengalami

kerusakan, Pada kasus emboli, trombosis, vasospasme, dan hiperkoagulasi atau

viskositas yang meningkat.terjadi iskemia yang berakibat degenerasi luas pada

sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligament spiralis. Kemudian diikuti oleh

pembentukan jaringan ikat dan penulangan.

3. Ruptur membran labirin

Ruptur membran labirin berpotensial menyebabkan kehilangan pendengaran

sensorineural yang tiba-tiba, membran basalis dan membran reissner merupakan

selaput tipis yang membatasi endolimfe dan perilimfe. Ruptur salah satu dari

membran atau keduanya dapat menyebabkan ketulian mendadak.

4. Penyakit autoimun pada telinga dalam

Ketulian sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun telinga dalam

masih belum jelas, tapi aktivitas imunologik koklea menunjukkan fakta yang

tinggi.

Tuli mendadak juga dapat disebabkan oleh obat-obat ototoksik. Tuli ini biasanya

didahului oleh tinitus.

Tabel. Obat-obat ototoksik

Golongan obat Contoh Obat Efek terhadap pendegaran

Salisilat Aspirin Tuli dapat terjadi pada dosis

tinggi, tetapi biasanya

reversivel

Page 15: Tuli Sensorineural

10

Kuinolin Klorokuin

NSAID

Tuli dapat terjadi pada dosis

tinggi atau pemakaian jangka

panjang, tetapi biasanya

reversibel apabila obat

dihentikan

Loop Diuretik Bumetamid

Furosemid

Asam Etackrinat

Dapat menyebabkan tuli

sementara atau permanen.

Jika dikombinasikan dengan

obat-obat ototoksik lainnya,

resiko kerusakan permanen

meningkat.

Aminoglikosida Amikasin

Gentamisin

Tuli dapat terjadi pada dosis

tinggi atau pemakaian jangka

panjang. Tuli dapat bersifat

permanen.

Tabel 2. Tabel obat ototoksik

2.3.5. Klasifikasi4

Ada 3 pola utama yang diketahui pada tuli sensorineural, yaitu:

1. Kehilangan pendengaran bilateral yang progresif

Biasanya dikarenakan adanya proses degeneratif pada koklea akibat dari

proses penuaan (presbyacusis). Penyebab lain yang penting yaitu obat-

obatan ototoksik dan trauma bising. Orang lanjut usia lebih rentan

terhadap obat ototoksik dan kemungkinan terjadinya kerusakan akibat

ototoksik dapat permanen walaupun penggunaan obat ototoksik telah

dihentikan. Sedangkan pada trauma bising, terjadi kerusakan pada sel

rambut organ corti.

2. Kehilangan pendengaran unilateral yang progresif

Biasanya ini mengarah kepada penyakit meniere (endolymphatic hydrops),

ataupun suatu neuroma akustik.

Page 16: Tuli Sensorineural

11

3. Tuli sensorineural mendadak

Kondisi ini biasanya hanya mengenai unilateral. Salah satu penyebabnya

adalah trauma pada kepala atau telinga; jika ada kebocoran dari perilymph

dari membran oval atau round window, ini dapat dikoreksi dengan operasi.

Penyebab lainnya adalah infeksi viral (mumps, measles dan varicella

zoster) atau gangguan aliran darah koklear yang mendadak. Barotrauma

pada olahraga menyelam dapat menyebabkan kebocoran perylimfe ke

telinga tengah.

2.3.6. Diagnosis

1. Anamnesis

Sangat penting untuk mengetahui apakah penyakit ini adalah kongenital

atau didapat, bersifat progresif atau lambat, berhubungan dengan sindroma

lainnya atau tidak, ada tidaknya keterlibatan anggota keluarga dan faktor-

faktor penyebab lainnya. Anamnesis yang bisa ditanyakan antara lain :

Keluhan utama telinga antara lain pekak (tuli), suara berdenging (tinnitus),

rasa pusing berputar (vertigo), rasa nyeri di dalam telinga (otalgia),

dankeluar cairan dari telinga (otore). Perlu ditanyakan juga apakah

keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau

bertambah berat, sudah berapa lama diderita, riwayat trauma kepala,

telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising, pemakaian obat

ototoksik, pernah menderita penyakit infeksi virus, apakah gangguan

pendengaran ini sudah diderita sejak bayi sehingga terdapat gangguan bicara dan

komunikasi, dan apakah gangguan lebih terasa di tempat yang bising atau

lebih tenang.7

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan antara lain adalah: tes berbisik,

inspeksi liang telinga dan membrana timpani, tes weber dan tes rinne

menggunakan garpu tala 512 Hz haruslah dilakukan. Pemeriksaan yang

difokuskan pada sistem neurologis untuk menilai apakah ada gangguan

pada pusat pendengaran ataupun gangguan pada sistem vestibulokoklear

juga harus dilakukan.5

Page 17: Tuli Sensorineural

12

Gambar 2. Tes weber dan Rinne (Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing

Loss. 2014. The New England Journal of Medicine)

Page 18: Tuli Sensorineural

13

Gambar 3. Tes Rinne dan Tes Weber (Ludman H., Bradley PJ. ABC of Ear,

Nose and Throat)

3. Tes Audiometrik4,5

Ini merupakan tes kuantitatif untuk mengukur derajat kehilangan

pendengaran dan dapat dengan tepat menentukan lokasi yang terganggu

dan apa penyebabnya.

Tes audiometrik yang paling populer adalah audiometri nada

murni. Tes ini dilakukan pada suatu ruang kedap suara menggunakan alat

yang khusus, tes ini dapat menentukan derajat keparahan ketulian yang

berada dalam kisaran 250 – 8000 Hz. Pada setiap frekuensi, kehilangan

pendengaran ini akan diukur dan diplot pada suatu grafik, dengan disertai

referensi normalnya, untuk menghasilkan suatu audiogram hantaran udara.

Suatu batas ambang konduksi tulang dapat dihasilkan dengan meletakkan

transduser pada mastoid, dengan telinga yang sedang tidak diperiksa di

Page 19: Tuli Sensorineural

14

berikan stimulus suara. Dengan membandingkan batas ambang hantaran

udara dan hantaran tulang, maka didapatlah suatu tes rinne yang akurat.

Pada tuli sensorineural, sensitivitas terhadap suara yang

dihantarkan melalui tulang dan sensitivitas terhadap suara yang

dihantarkan melalui udara adalah sama pada telinga yang sakit, dimana

keduanya sama-sama menurun.

Gambar 4. Standard Audiogram (Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing

Loss. 2014. The New England Journal of Medicine)

Page 20: Tuli Sensorineural

15

Gambar 5. Audiogram Nada Murni pada tuli sensorineural (Ludman

H., Bradley PJ. ABC of Ear, Nose and Throat)

2.3.7. Penatalaksanaan3,6

Deteksi dini tuli sensorineural sangat berperan penting dalam penatalaksanaan

untuk mencegah progresivitas dan secara dini memulai program rehabilitasi

sehingga dapat memperbaiki kualitas komunikasi penderita.

Terapi sesuai etiologi : obati penyebab yang mendasari terjadinya tuli

sensorineural, seperti antibiotik/antiviral pada infeksi, menghentikan penggunaan

obat ototoksik, menghindari trauma bising.

Terapi amplifikasi :

Tujuan terapi amplifikasi adalah untuk meningkatkan kemampuan

pendengaran pada sisa pendengaran yang masih bisa dipertahankan,

sehingga penderita dapat beradaptasi dengan lingkungan. Amplifikasi

pendengaran ini lebih besar keberhasilannya pada 6 minggu awal

kehidupan.

Alat amplifikasi pendengaran yang tersedia antara lain adalah alat bantu

dengar konvensional dan digital, alat bantu konduksi tulang, dan alat bantu

yang ditanam pada tulang.

Page 21: Tuli Sensorineural

16

Terapi pembedahan :

Terapi pembedahan pada kelainan telinga luar dan tengah dapat direkomendasikan

untuk tuli bilateral dan unilateral pada beberapa kasus.

Implan koklear

o Implan koklear adalah suatu alat elektronik yang didesain untuk

mengubah energi mekanik dari gelombang suara menjadi sinyal

elektrik yang dapat dihantarkan kepada saraf koklear.

o Pertimbangkan untuk implantasi koklear pada penderita yang tidak

dapat diobati dengan alat bantu dengar.

o Sebelum operasi implan koklear, terlebih dahulu lakukan MRI

untuk memastikan intaknya saraf koklear. CT-scan tulang temporal

selalu dilakukan untuk menilai kelainan koklear.

o Anak dengan usia dibawah 5 tahun yang telah menjalani implan

koklear akan memiliki keahlian berbahasa yang lebih baik.

Implantasi koklear dapat dilakukan pada usia 1 tahun.

2.3.8. Prognosis6

Dengan terapi amplifikasi yang baik, fisioterapi bicara dan bahasa, serta

program pendidikan yang memadai, penderita tuli sensorineural dapat

berpartisipasi secara penuh pada aktivitas sehari-hari, aktivitas sosial bahkan

mampu untuk bekerja seperti orang normal.

Page 22: Tuli Sensorineural

17

BAB III

KESIMPULAN

Tuli sensorineural adalah hilangnya kemampuan mendengar baik

sebagian maupun total pada satu ataupun kedua telinga yang diakibatkan

adanya kerusakan pada sel rambut didalam koklea atau adanya kerusakan

pada saraf pendengaran, dan bisa juga terjadi kerusakan pada kedua organ

tersebut.

Menurut perkiraan WHO pada tahun 2005 terdapat 278 juta orang

menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta diantaranya terdapat di

Asia Tenggara. Dimana di Indonesia, gangguan pendengaran dan ketulian

saat ini masih merupakan satu masalah yang dihadapi masyarakat.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan

Pendengaran di 7 provinsi tahun 1993-1996, prevalensi ketulian 0,4% dan

gangguan pendengaran 16,8%. Penyebabnya, infeksi telinga tengah (3,1%)

presbikusis (2,6%), tuli akibat obat ototoksik (0,3%), tuli sejak

lahir/kongenital (0,1%) dan tuli akibat pemaparan bising.

Etiologi tuli sensorineural dibagi menjadi dua subbagian yaitu

secara genetik (anomali/kerusakan aparatus pendengaran sentral akibat

faktor prenatal ataupun perinatal) dan etiologi yang didapat (infeksi,

trauma, trauma bisisng, obat ototoksik, proses degeneratif, dll). Tuli

sensorineural diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : Kehilangan pendengaran

bilateral yang progresif, Kehilangan pendengaran unilateral yang

progresif, Tuli sensorineural mendadak.

Diagnosis pasti tuli sensorineural adalah dengan menggunakan

audiometri. Dimana pada audiometri didapatkan sensitivitas terhadap suara

yang dihantarkan melalui tulang dan sensitivitas terhadap suara yang

dihantarkan melalui udara adalah sama pada telinga yang sakit, dimana

keduanya sama-sama menurun.

Page 23: Tuli Sensorineural

18

Penatalaksanaan tuli sensorineural adalah dengan mengatasi etiologi penyebab,

menggunakan alat bantu pendengaran serta implantasi koklear. Dengan terapi yang

baik dan memadai, maka prognosis penderita tuli sensorineural adalah baik.

Page 24: Tuli Sensorineural

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Vorvick LJ. Hearing Loss. 2012. University of Maryland Medical Center.

Diunduh dari: https://umm.edu/Health/Medical/Ency/Articles/Hearing-loss

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh dari :

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=840

3. Dhingra PL. Diseases of Ear, Nose and Throat. 2011. 4th

ed . Amsterdam :

Elsevier.

4. Ludman H., Bradley PJ. ABC of Ear, Nose and Throat. 2007. 5th ed. UK:

Blackwell Publishing.

5. Rauch SD. Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss. 2014. The New

England Journal of Medicine. N Engl J Med 2008;359:833-40

6. Stephanie A, et al. Syndromic Sensorineural Hearing loss. 2014. Diunduh dari

: http://emedicine.medscape.com/article/856116-overview#a0104

7. Soetirto, I., Hendarmin, H., Bashiruddin, J., 2007. Gangguan Pendengaran dan

Kelainan Telinga. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, S., Restuti,

R.D., eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan

Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 10-

22.

8. American Speech-Language-Hearing Association. The Prevalence and

Incidence of Hearing Loss in Adults. Diunduh dari :

http://www.asha.org/public/hearing/Prevalence-and-Incidence-of-Hearing-

Loss-in-Adults/

9. Amalina N, et al. Tuli mendadak. 2011. Padang : FK UNAND. Diunduh dari :

http://medicineline.wordpress.com/2011/11/04/tuli-mendadak/

10. WHO. Prevention of Blindness and Deafness. Diunduh dari :

http://www.who.int/pbd/deafness/hearing_impairment_grades/en/