Tugas THT
-
Upload
frsiscaselvia -
Category
Documents
-
view
12 -
download
6
description
Transcript of Tugas THT
REFLEK MUNTAH
Reflek muntah atau sering juga disebut pharyngeal reflex merupakan suatu
peristiwa kontak antara benda asing dengan membrane mukus fauces yang
menyebabkan terjadinya muntah. Reflek muntah sendiri mencegah benda asing
melintasi tenggorokan diluar cara menelan normal dan membantu mencegah
tersangkutnya benda asing tersebut di tenggorokan. Lebih tepatnya, reflek muntah
merupakan suatu reflek bawaan yang bertujuan untuk melindungi sistem
pernafasan dan sistem pencernaan dari benda asing yang dapat merusaknya.
Walaupun bisa juga reflek yang didapat dikondisikan oleh berbagai rangsangan
seperti : visual, olfaktori, akustik, fisik, kimia atau racun.
Reflek muntah dianggap suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk
melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang berbahaya bagi
tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea. Sumber reflek
muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu: 1.
somatik (stimulasi saraf sensori berasal dari kontak langsung pada area sensitif
yang disebut trigger zone, mis : sikat gigi, makanan, meletakkan benda di dalam
rongga mulut), dan 2. psikogenik (distimulasi di pusat otak yang lebih tinggi tanpa
stimulasi secara langsung, mis : penglihatan, suara, bau, perawatan kedokteran
gigi). Letak trigger area pada setiap individu dilaporkan tidak sama/sangat
spesifik. Pada beberapa orang trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral
lidah, posterior palatum, dinding posterior faring, dan lain-lain. Impuls
rangsangan saraf ini akan diteruskan ke otak melalui N. Glosso-faringeus, dan
motoriknya akan dibawa kembali oleh N. Vagus.
Area yang sangat sensitif untuk merasakan stimulus yang menghasilkan
reflek muntah adalah palatum, dasar lidah, uvula, palatum lunak, palatum keras,
dinding belakang dari faring, dan daerah palatofaringeal mulut.
Gambar: Area pemicu muntah dalam rongga mulut
Mekanisme
Reflek muntah dikontrol secara menyeluruh dari batang otak. Mekanisme
terjadinya reflek muntah dimulai pada saat timbulnya iritasi atau sentuhan pada
palatum lunak atau bagain 1/3 posterior belakang lidah dan kemudian diteruskan
oleh serabut-serabut saraf aferen ke pusat pengaturan muntah di medula oblongata
(porsi bagian bawah otak). Dari medula oblongata, stimulus dilanjutkan keluar
oleh serabut saraf eferen keluar dari serabut-serabut saraf otak ke otot-otot yang
berperan dalam terjadinya muntah
Mekanisme reflek muntah dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pada tahap
awal dari iritasi gastro-intestinal atau distensi yang berlebihan, akan terjadi
gerakan anti peristaltis (beberapa menit sebelum muntah). 2. Anti peristaltis dapat
dimulai dari ileum dan bergerak naik menuju duodenum dan lambung dengan
kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit. 3. Kemudian pada bagian saat
traktus gastro-intestinal, terutama duodenum, menjadi sangat meregang,
peregangan ini yang menjadi faktor pencetus yang menimbulkan tindakan
muntah. 4. Pada saat muntah, kontraksi instrinsik kuat terjadi pada duodenum
maupun pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter
esophagus bagian bawah, sehingga mambuat muntahan bergerak ke esophagus.
Selanjutanya kontraksi otot-otot abdomen akan mendorong muntahan keluar. 5.
Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu rangsangan
khususnya kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal maupun oleh saraf
simpatis ke pusat muntah bilateral di medula. Reaksi motorik ini otomatis akan
menimbulkan efek muntah. Impuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah
ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke
traktus-gastro intestinal bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot
abdomen. 6. Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma dengan
rangsangan kontraksi semua dinding otot abdomen. Keadaan ini memeras perut
diantara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragrastik
sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter esofagus bagian bawah
berelaksasi secara lengkap, membuat isi lambung ke atas melalui esofagus. 7.
Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa reflek yang terjadi di ronggal mulut
yaitu: 1. bernafas dalam, 2. naiknya tulang lidah dan faring untuk mengangkat
sfingter esofagus bagian atas hingga terbuka, 3. penutupan glotis, 4. pengangkatan
palatum mole untuk menutup nares posterior (daerah yang paling sensitif di dalam
rongga mulut berbagai rangsangan).
Beberapa faktor penyebab muntah yaitu : 1. Kelainan sistemik seperti
kesehatan umum pasien sering berkaitan dengan kesehatan gigi dan berpengaruh
terhadap reflek muntah. Beberapa penyakit kronis dapat menimbulkan reaksi
muntah misalnya gangguan saluran pernafasan, deviasi septum, polip hidung dan
luka lambung dapat meningkatkan reflek muntah. 2. Faktor psikologik, reflek
muntah yang aktif secara abnormal dapat tejadi karena pengalaman sebelumnya
yang memicu episode muntah. Secara psikologik.ketakutan adalah faktor di
bawah sadar yang selalu mempengaruhi orang untuk muntah misalnya pasien
pada waktu pencetakan ketakutan untuk menelan benda asing, pemakaian alat-alat
yang dimasukan dalam mulut pasien. 3. Faktor fisiologik yang dapat
menyebabkan muntah dibagi dua yaitu ekstra oral dan intra oral. Faktor ekstra
oral berupa rangsangan yang datang dari luar rongga mulut dapat berupa
rangsangan penglihatan, pendengaran dan penciuman. Rangsangan penglihatan,
pasien dengan melihat alat yang akan digunakan untuk perawatan sudah dapat
menimbulkan rangsangan muntah misalnya kaca mulut. Dapat pula terjadi reaksi
muntah karena melihat pasien lain muntah. Rangsangan pendengaran, dengan
mendengar pasien lain muntah sudah terangsang timbul reaksi muntah.
Rangsangan penciuman, bau dapat menimbulkan rangsangan untuk muntah
misalnya bau obat-obatan atau bau yang tidak sedap. Faktor intra oral, yaitu pada
daerah sekitar mulut yang mempunyai respon rangsangan taktil yang berbeda.
Ada yang hiposensitif dan ada yang hipersensitif, daerah anterior palatum kurang
sensitif dari sebelah posterior.
Nervus kranial yang terlibat dalam reflek ini adalah nervus IX dan nervus
X. Serabut saraf muncul dari medula dan meninggalkan otak melalui foramen
jugular ke tenggorokan. Nervus IX atau nervus glosofaringeal bertugas
menentukan tingkat sensitifitas dari reseptor-reseptor muntah dan juga mengontrol
pergerakan reflek pada saat mengunyah, batuk dan muntah.
Reseptor yang berperan pada reflek muntah di area intra oral adalah
orofacial receptor. Di dalam mulut, area faring posterior dan batang tonsil kaya
dengan reseptor nosiseptif. Reseptor ini, ditemukan di papila lidah yang
membawa taste buds, dapat memicu reflek muntah. Mereka menciptakan suatu
bidang refleks yang dapat tersebar luas atau sempit, tergantung pada setiap
individu.
Orofacial Reseptor
Somesthetic affrence yang berasal dari labirin (cabang koklear dari N.
Vestibulokoklear, daerah Ramsay Hunt, rongga mulut, sistem optik, bertemu
langsung atau tidak langsung, melalui pusat bertanggung jawab terhadap
terjadinya reflek muntah.
Reseptor Pencernaan
Reseptor-reseptor ini, bersama dengan reseptor olfaktori termasuk dalam
kelompok kemoreseptor. Aferen berasal dari saluran pencernaan, melalui nervus
vagus, mencapai solitary nucleus, menuju ke aferen dari nervus Wrisberg’s
intermediate.
Reseptor Aliran Darah
Aliran darah membawa mediator kimia yang bertanggung jawab terhadap
perubahan humoral di area kemoreseptor dalam area kaya dengan reseptor
dopaminergik. Perubahan cairan patologis, seperti uremia atau keracunan obat
dapat merangsang pusat muntah.
PENDENGARAN
Anatomi
Setiap manusia telah dilengkapi dengan sistem indera yang berfungsi
sebagai reseptor atau penerima rangsang dari lingkungan sekitar. Sistem indera
tersebut terdiri dari indera penglihatan, indera pendengaran dan keseimbangan,
indera penciuman, indera pengecap, serta indera peraba dan perasa. Salah satu
sistem indera yang dibahas adalah indera pendengaran. Bagian tubuh yang
digunakan pada proses pendengaran adalah telinga. Telinga merupakan alat indera
yang peka terhadap rangsangan berupa gelombang suara. Telinga manusia mampu
mendengar suara dengan frekuensi antara 20- 20.000 Hz. Selain sebagai alat
pendengaran, telinga juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh manusia.
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Gambar: Anatomi telinga
Telinga Luar
Telinga luar terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari
membran timpani. Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta
ditutupi oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong
menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh
tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran
timpani. Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit
dengan dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga
bagian luar. Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai tulang
rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibros. Permukaan lateral
daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar.Tepi daun telinga yang
melengkung disebut heliks. Pada bagian postero-superiornya terdapat tonjolan
kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin’tubercle). Pada bagian anterior
heliks terdapat lengkungan disebut anteheliks. Bagian superior anteheliks
membentuk dua buah krura antiheliks, dan bagian dikedua krura ini disebut fosa
triangular. Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafa. Di depan anteheliks
terdapat konka, yang terdiri simba konka, yang merupakan bagian antero superior
konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya
berseberangan dengan konka dan terletak dibawah krus heliks terdapat tonjolan
kecil berbentuk segi tiga tumpulan yang disebut tragus. Bagian diseberang tragus
dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus. Tragus dan antitragus
dipisahkan oleh celah intertragus. Lobulus merupakan bagian daun yang terletak
dibawah anteheliks yang tidak mempunyai tulang rawan dan terdiri dari jaringan
ikat dan jaringan lemak. Di permukaan posterior daun telinga terdapat juga
tonjolan dan cekungan yang namanya sesuai dengan anatomi yang membentuknya
yaitu sulkus heliks, sulkus krus heliks, fosa antiheliks, eminensia konka dan
eminensia skafa. Rangka tulang rawan daun telinga dibentuk oleh lempengan
fibrokartilago elastik. Tulang rawan tidak terbentuk pada lobulus dan bagian daun
telinga diantara krus heliks dan .tulang rawan daun telinga ini ditutupi oleh kulit
dan hububungkan dengan sekitar nya oleh ligametum dan otot-otot. Tulang rawan
daun telinga berhubungan dengan tulang rawan liang telinga melalui bagian yang
disebut isthmus pada permukaan posterior perlekatannya tidak terlalu erat karena
ada lapisan lemak supdermis yang tipis. Kulit daun telinga oleh rambut-rambut
halus yang mempunyai kelenjar sebasea pada akarnya.Kelenjar ini banyak
terdapat dikonka dan fosa skafa.
Gambar: Daun telinga
Liang telinga luar yang sering disebut meatus, merupakan suatu struktur
berbentuk “S“ ang panjang kira-kira 2,5 cm, membentang dari konka telinga
sampai membran timpani. Bagian lateral liang telinga adalah tulang rawan meluas
kira-kira ½ panjangliang telinga. Agar sedikit lebih panjang bagian tulang sebelah
dalam yang merupakan terowongan langsung ketulang temporal. Bagian tulang
rawan liang telinga luar sedikit mengarah keatas dan kebelakang dan bagian
sedikit kebawah dan kedepan. Penarikan daun telinga kearah belakang atas luar,
akan membuat liang telinga cenderung lurus sehingga memungkinkan terlihatnya
membran timpani pada kebanyakan liang telinga. Dinding depan, dasar dan
sebagian dinding belakang dari liang telinga dibentuk oleh tulang rawan yang
mana terbentuk penyempitan depan bawah, bila meluas ke media. Ujung sebelah
dalam dari jalur ini melekat erat permukaan luar yang kasar dari bagian tulang
liang telinga. Bagian superior dan posterior dibentuk oleh jaringan ikat padat yang
mana berlanjut dengan prosteum dari bagian tulang liang telinga. Liang telinga
bagian tulang rawan adalah sangat lentur dan fleksibel sebagian akibat adanya dua
atau tiga celah tegal lurus dari santrorini pada dinding tulang rawan.
Bentuk dari daun telinga dan liang telinga luar menyebabkan benda asing
serangga dan air sulit memasuki liang telinga bagian tulang dan mencapai
membran timpani orifisium dan liang telinga luar yang kecil dari tumpang tindih
antara tragus dan antitragus merupakan garis pertahanan pertama terhadap
kontaminasi dari liang telinga dan trauma membran timpani. Garis pertahanan
kedua dibentuk oleh tumpukan massa serumen yang menolak air, yang mengisi
sebagian liang telinga bagian tulang rawan tepat dimedial orifisium liang telinga.
Garis pertahanan ketiga rawan dan bagian tulang liang telinga, hal ini sering lebih
terbentuk oleh dinding liang telinga yang cembung. Penyempitan ini membuat
sulitnya serumen menumpuk atau benda asing memasuki lumen liang telinga
bagian tulang dan membran timpani.
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah
terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari
batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak
medial dari membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran
timpani.
Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian
tulang pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan tingkap bundar.
Kontraksi otot tensor timpani akan menarik manubrium maleus ke arah
anteromedial, mengakibatkan membran timpani bergerak ke arah dalam, sehingga
besar energi suara yang masuk dibatasi.
Gambar: Telinga tengah
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran.
Telinga dalam terletak di pars petrosus os temporal dan disebut labirin karena
bentuknya yang kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah
sempurna dan hanya mengalami pembesaran seiring dengan pertumbuhan tulang
temporal. Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin
membranosa. Labirin tulang merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam
pars petrosa os temporal (ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang
terkeras. Labirin tulang terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkular, dan koklea.
Vestibulum merupakan bagian dari labirin tulang dengan ukuran panjang 5 mm,
inggi 5 mm dan dalam 3 mm. Di dinding posterior vestibulum mengandung 5
lubang ke kanalis semisirkular dan dinding anterior ada lubang berbentuk elips ke
skala vestibuli kohlea.
Terdapat tiga bagian kanalis semisirkular yaitu kanalis semisirkular
superior, posterior dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum.
Berbentuk dua pertiga lingkaran dengan panjang yang tidak sama tetapi dengan
diameter yang hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah satu ujungnya masing-
masing kanalis ini melebar disebut ampula yang berisi epitel sensoris vestibular
dan terbuka ke vestibulum. Ampula kanalis superior dan lateral letaknya
bersebelahan pada masing-masing ujung antero lateralnya, sedangkan ampula
kanalis posterior terletak di bawah dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior
dan inferior yang tidak mempunyai ampula bertemu dan bersatu membentuk cruss
communis yang masuk vestibulum pada dinding posterior bagian tengah. Ujung
kanalis lateral yang tidak memiliki ampula masuk vestibulum sedikit di bawah
cruss communis. Kanalis lateral kedua telinga terletak pada bidang yang hampir
sama yaitu bidang miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat
terhadap bidang horizontal. Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal
ini sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya hampir sejajar dengan
posterior telinga kanan, demikian pula dengan kanalis posterior telinga kiri sejajar
dengan kanalis superior telinga kanan.
Organ Corti terletak di membran basilar yang lebarnya 0.12 mm di bagian
basal dan melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral.
Beberapa komponen penting pada organ Corti adalah sel rambut dalam, sel
rambut luar, sel penunjang Deiters, Hensen’s, Claudiu’s, membran tektori dan
lamina retikular. Sel-sel rambut tersusun dalam empat baris, yang terdiri dari tiga
baris sel rambut luar yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk
oleh pilar-pilar Corti, dan sebaris sel rambut dalam yang terletak di medial
terhadap terowongan. Sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3.500 dan sel
rambut luar dengan jumlah 12.000 berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam
bentuk energi mekanik menjadi energi listrik.
Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirinti cabang A. Cerebelaris
anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk
ke meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A.
Kohlearis communis yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A.
Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis,
rtikulus dan sebagian duktus semisirkular. A.Vestibulokohlear sampai di mediolus
daerah putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan
cabang kohlea. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis
semisirkular dan ujung basal kohlea. Cabang kohlea memperdarahi ganglion
spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen spiralis. A. Kohlearis berjalan
mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan di dalam kohlea
mengitari modiolus. Vena dialirkan ke V.Labirinti yang diteruskan ke sinus
petrosus inferior atau sinus sigmoid. Vena-vena kecil melewati akuaduktus
vestibular dan kohlear ke sinus petrosus superior dan inferior.
Fisiologi
Proses pendengaran terjadi melalui alur berikut: gelombang suara
ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan hingga membran timpani. Gelombang
suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang seling menyebabkan gendang
telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar masuk seirama dengan
frekuensi gelombang suara. Ketika membran timpani bergetar sebagai respon
terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang pendengaran juga akan bergetar
dengan frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari
membran timpani ke jendela oval. Tulang stapes yang bergetar menimbulkan
getaran pada perilimfe di skala vestibuli. Oleh karena luas permukaan membran
timpani 22 kali lebih besar dar luas tingkap oval, maka terjadi pula penguatan
tekanan suara. Selain karena luas membran timpani yang jauh lebih besar, efek
dari pengungkit tulang-tulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam
peningkatan tekanan gelombang suara.
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval
menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan
tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes
menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam, yaitu perubahan posisi jendela
bundar dan defleksi membran basilar.
Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di
kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen
bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar
untuk mengkompensasi pengingkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur
dan menarik jendela oval ke luar, perilimfe mengalir ke arah yang berlawanan
mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam.
Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan
penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen
atas dipindahkan melalui membran vestibuler yang tipis. Ke dalam duktus
koklearis dan kemudian melalui mebran basilar ke kompartemen bawah tempat
gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar masuk
bergantian.
Membran basilar yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku,
akan bergetar bila terdapat getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan
dengan senar gitar yang pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi.
Getaran yang bernada tinggi pada perilimfe skala vestibuli akan melintasi
membran vestibular yang terletak dekat telinga tengah. Sebaliknya, nada rendah
akan menggertarkan bagian membran basilar di daerah apeks. Getaran ini
kemudian turun ke perilimfe skala timpani, kemudian keluar melalui tingkap bulat
ke telinga tengah untuk diredam.
Karena organ Corti menumpang pada membran basilar, sewaktu membran
basilar bergetar, sel rambut juga akan bergetar naik turun dan rambut-rambut
tersebut akan membengkok ke depan dan ke belakang sewaktu membran basilar
menggeser posisinya terhadap membran tektorial. Perubahan bentuk mekanis
rambut yang maju mundur ini menyebabkan permeabilitas membran sel berubah
sehingga ion Na+ dan K+ akan masuk dan keluar secara bergantian ke dalam sel
yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang lepasnya
neurotrasmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris
melalui saraf aferen ke pusat pendengaran di otak. Depolarisasi sel rambut
menyebabkan peningkatan kecepatan pengeluaran zat perantara yang menaikan
potensial aksi di serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi
berkurang ketika sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami
hiperpolarisasi. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan
hiperpolarisasi yang bergantian. Sel rambut saling berkomunikasi melalui sinaps
kimiawi dengan ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditori..
Perubahan potensial berjenjang di reseptor mengakibatkan perubahan kecepatan
pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Impuls kemudian dijalarkan
melalui saraf otak statoakustik ke korteks auditori di lobus temporal otak untuk
persepsi suara medula oblongata kemudian ke kolikulus. Persepsi auditif terjadi
setelah proses sensori atau sensasi auditif.
TES BERBISIK
Tes berbisik merupakan tes semi-kuantitatif yang bertujuan untuk
menentukan derajat ketulian secara kasar. Dilakukan di ruang sunyi dan tenang.
Ukuran jarak pasien dan pemeriksa 6 meter, 5 meter, atau 75 cm.
Pelaksanaan: 1. Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan. 2. Pasien diberi tahu bahwa ia harus mengulang kata-kata yang
dibisikkan oleh pemeriksa dengan jelas. 3. Mata pasien ditutup sehingga tidak
dapat melihat bibir pemeriksa (agar tidak meniru gerakan bibir pemeriksa). 4.
Telinga pasien yang akan diperiksa harus dibebaskan dari penghalang dan
dihadapkan kepada pemeriksa. Telinga yang satu ditutup dengan kapas bervaselin,
atau dengan bantuan asisten sehingga menggunakan tangannya untuk membuka
dan menutup lubang telinga dengan cara menekan tragus. 5. Semua kata-kata
harus diucapkan pada akhir ekpirasi agar amplitudo dan frekuensi yang dihasilkan
stabil. 6. Pemeriksa diharuskan menggunakan kata-kata yang 100% dapat
dipahami oleh orang yang diperiksa. 7. Dimulai dari jarak 6 meter dan makin
lama makin mendekat, maju tiap satu meter sampai dapat mengulangi tiap kata
dengan benar.
Interpretasi: 1. Normal : 5/6 sampai 6/6. 2.Tuli ringan bila suara bisik 4
meter. 3. Tuli sedang bila suara bisik antara 2 - 3 meter. 4. Tuli berat bila suara
bisik antara 0 - 1 meter.
OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering.
Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna antara lain, kelembaban, penyumbatan
liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit,
inflasi dan menimbulkan eksudat.
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh Pseudomonas, Staphilococcus
atau jamur yang terutama timbul pada musim panas. Terjadinya kelembaban yang
berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga
dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
Otitis eksterna biasanya disertai tanda-tanda seperti rasa tidak enak di
liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk
kekambuhan. Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer’s ear (telinga
perenang) atau telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3
dalam liang telinga akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan
stratum korneum kulit sehingga menyumbat saluran folikel.
Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-
sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur. Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui
kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran. Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna
yaitu Pseudomonas (41%), Streptococcus (22%), dan Staphylococcus aureus
(15%). Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan
tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan : 1. Kulit liang telinga luar
beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga
memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut
saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. 2. Kulit dan tulang rawan pada
1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan
tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat
pada penderita otitis eksterna.
Manifestasi Klinik
Tanda pada otitis eksterna ditemukan dengan menggunakan otoskop, yaitu
tampak kulit pada saluran telinga tampak kemerahan, membengkak, bisa berisi
nanah dan serpihan sel-sel kulit yang mati.
Otalgia
Merupakan keluhan paling sering ditemukan. Otalgia berat biasa
ditemukan pada otitis eksterna sirkumskripta. Keluhan ini bervariasi dan bisa
dimulai dari perasaan sedikit tidak enak, perasaan penuh dalam telinga, perasaan
seperti terbakar, hingga rasa sakit hebat dan berdenyut. Hebatnya rasa nyeri ini
tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Rasa nyeri terasa makin
hebat bila menyentuh, menarik, atau menekan daun telinga. Juga makin nyeri
ketika pasien sedang mengunyah.
Rasa penuh pada telinga
Merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa
dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal-gatal
Paling sering ditemukan dan merupakan pendahulu otalgia pada otitis
eksterna akut. Pada kebanyakan penderita otitis eksterna akut, tanda peradangan
diawali oleh rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak pada telinga.
Pendengaran berkurang atau hilang
Tuli konduktif ini dapat terjadi pada otitis eksterna akut akibat sumbatan
lumen kanalis telinga luar oleh edema kulit liang telinga, sekret serous atau
purulen, atau penebalan kulit progresif pada otitis eksterna lama. Selain itu,
peredaman hantaran suara dapat pula disebabkan tertutupnya lumen liang telinga
oleh deskuamasi keratin, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang
dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan pendengaran pada otitis eksterna
sirkumskripta akibat bisul yang sudah besar dan menyumbat liang telinga.
Otitis Eksterna Akut
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/ bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di
liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes. Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya
dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
Otitis Eksterna Difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya.
Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak
terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna
sirkumskripta (furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang
berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret
yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika
sistemik.
Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur Aspergilus. Kadang-kadang
ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi
sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang
telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur
(sebagai salep) yang diberikan secara topikal.
Otitis Eksterna Kronik
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.
Otitis Eksterna Maligna
Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan
struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit
diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus PH serumennya lebih tinggi
dibandingkan PH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita
diabetes lebih mudah mengalami otitis eksterna. Akibat adanya faktor
immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna.
Pada otitis eksterna malignan peradangan meluas secara progresif
kelapisan subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya. Sehingga dapat timbul
kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga yang
dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang banyak, serta pembengkakan liang
telinga. Liang telinga dapat tertutup oleh jaringan granulasi. Saraf fasial dapat
terkena, sehingga menimbulkan paralisis fasial.
TUGAS UJIAN
Disusun oleh :
Fransisca Selvia
406148135
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN
TELING HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER
PERIODE 14 DESEMBER 2015 - 16 JANUARI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA