Tugas Sosiologi

download Tugas Sosiologi

of 8

description

Tugas Sosiologi

Transcript of Tugas Sosiologi

Tugas Sosiologi

Nama : Anastasya Priscilla (01)Kelas : XI-IIS 1

Kasus Kemiskinan Tasripin

JAKARTA - Kisah Tasripin (12), bocah asal Banyumas yang terpaksa menjadi tulang punggung keluarga, menyentuh hati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ungkapan itu tertuang lewat akunTwitterorang nomor satu di Indonesia tersebut.

"Kisah Tasripin, Banyumas, usia 12 tahun, yang menjadi buruh tani untuk menghidupi ketiga adiknya sungguh menggores hati kita," tulis SBY dalam akun Twitter @SBYudhoyono, Kamis (18/4/2013).

Tak tega melihat rakyatnya kesulitan, SBY pun langsung menugaskan staf khususnya untuk mengatasi persoalan hidup yang dihadapi oleh Tasripin. "Saya akan segera mengutus Staf Khusus saya, bekerja sama dengan Gubernur Jateng, untuk mengatasi persoalan hidup Tasripin," kata SBY.

Menurut SBY, Tasripin tak seharusnya melakukan kerja keras seperti itu. Oleh karenanya, pemerintah harus membantu Tasripin. "Tasripin terlalu kecil untuk memikul beban dan tanggung jawab ini. Secara moral, saya dan kita semua harus membantunya," tuturnya.

Seperti diberitakan, seorang bocah berusia 12 tahun di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, harus bertahan hidup sambil menghidupi tiga adiknya. Empat bocah itu ditinggal ayahnya bekerja ke luar Jawa, sementara sang ibu meninggal akibat tertimpa longsor dua tahun silam.

Tak mudah untuk menjangkau tempat tinggal empat bocah yakni Tasripin (12) bersama tiga adiknya, Riyanti (9), Dandi (7) dan Daryo (5). Setelah menempuh jalan menanjak dan bebatuan terjal, terlihat sebuah rumah terpencil di atas bukit di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok.

Kondisi rumah itu cenderung lembab sehingga tidak sehat bagi pertumbuhan anak-anak. Kawasan itu juga sering diselimuti kabut menjelang sore. Jarak dari pusat kota cukup jauh yakni sekira 30 kilometer.

Tasripin yang mestinya duduk di bangkus kelas VI SD, harus putus sekolah dan menjadi kepala keluarga sekaligus mengurus tiga adiknya. Empat anak itu ditinggal ayah, Narsun, dan kakaknya sejak enam bulan lalu untuk bekerja di kebun kelapa sawit di Kalimantan. Sementara ibunya, Satinah, meninggal dua tahun lalu akibat tertimpa tanah longsor.Kini, Tasripin harus menjadi tumpuan hidup tiga adiknya. Dia harus mengambil alih tugas ayah dan ibu, mulai dari urusan mencuci pakaian, piring, dan mengurus keperluan rumah tangga lainnya.Bocah Kecil Menanggung Beban keluarga

Review :AKARTA - Kisah Tasripin, Di kaki Gunung Slamet desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok Bayumas JawaTengah. sebuah kisah realita hidup perjuangan seorang bocah asal Banyumas berusia 13 tahun yang memikul tanggung jawab orang tua. Tasripin harus menjadi tumpuan hidup ke tiga adiknya. Dia harus mengambil alih tugas ayah dan ibu, mulai dari urusan mencuci pakaian, piring, dan mengurus keperluan rumah tangga lainnya.Tasripin dengan rumah kecil sederhana itu iya merawat dan mendidik adiknya Riyanti 9 tahun , Dandi 7 tahun, dan Daryo 5 tahun. Kondisi rumah tersbut cenderung lembab sehingga tidak sehat bagi pertumbuhan anak-anak. Kawasan itu juga sering diselimuti kabut menjelang sore. Jarak dari pusat kota cukup jauh yakni sekira 30 kilometer. Penderitaan Tasrimin berawal sejak 2 tahun lalu ketika ibunya Satinah meninggal akibat tertimbun tanah longsor belum lagi ayahnya mereka Narsun sudah setahun merantau ke Kalimantan bekerja di pabrik kayu. Mereka mendapat bantuanan dari tetangga tapi tidak cukup menafkahi ketiga adiknya. Tasripin yang mestinya duduk di bangkus kelas VI SD, harus putus sekolah dan menjadi kepala keluarga sekaligus mengurus tiga adiknya Sehingga Tasripin mencari nafka dengan menjadi buruh Tani. Nasi aking atau bahkan nasi tidak dipedulikan lagi agar tidak kelaparan, meskipun tak layak kondisi memaksa mereka untuk bertahan hidup. Kisah Tasrimin dan ketiga adiknya merefleksikan kepedulian pemerintah kabupaten Bayumas, Bukannya mengecam pendidikan anak dibawah umur ini dibiarkan terlantar saja Kondisi rumah itu cenderung lembab sehingga tidak sehat bagi pertumbuhan anak-anak. Kawasan itu juga sering diselimuti kabut menjelang sore. Jarak dari pusat kota cukup jauh yakni sekira 30 kilometer.

Teori Permasalahan sosial

Teori fungsionalis berpandangan bahwa masalah sosial muncul dari kegagalan institusi sosial, kelompok dan bagian lain dari masyarakat untuk menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Potret kehidupan Tasripintak lepas dari kemikinan yang membelenggu keluarganya dan di perparah Dusun Pesawahan yang terpencil, jarak ke sekolah Harus berjalan kaki sekitar 3 kilometer melintasi jalan berbatu, perbukitan dan hutan setiap hari. Sehingga keterlambatan pemerintah dalam menangani masalah kasus Tasripin, yang menyebabkan Tasripin putus sekolah sejak kelas tiga sekolah dasar (SD) sebab harus mengurus ketiga adiknya itu. Dia bekerja membantu tetangganya menjadi buruh tani, bekerja di sawah dan Kondisi rumah tersebut cenderung lembab sehingga tidak sehat bagi pertumbuhan anak-anak.

Solusi

Kasus Tasripinn adalah kasus secara umum banyak terjadi di berbagai daerah. Penanganan kasus Tasripin tidak hanya ditasi rasa solidaritas saja tetapi harus diperdayakan. Untuk mencegah kasus ini terulang kembali pemerintah Bayumas dan pemerintah daerah daerah lain, maka harus dilakuakan adalah :1) Pemerintah daerah harus sering- sering terjun ke tempat terpencil dan melihat kondisi lingkungan masyarakat yang ada di lingkungan daerahnya .2) Pemerintah pusat dan peerintah daerah bekerja sama membuka lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan harus semakin didorang agar tidak ada lagi orang yang merantau utuk mencari pekerjaan dengan meninggalkan keluarganyaa 3) Nilai nilai luhur kemasyarakatan yang tumbuh di masyarakat perdesaan hendaknya selalu dijaga dan dikembangkan keberadaannya, supaya sikap peduli kepada sesama 4) Masyarakat harus yang mengetahui permasalahan sosial harus mengekspor ke media

Daftar Pustaka http://www.kaskus.co.id/thread/516f876a1ed719da73000007/terenyuh-kisah-tasripin-sby-akan-utus-staf-ke-banyumas/1 Edukasi.Kompas.com/read/2013/04/17/09572597/tasripin.bocah.sekecil.itu.menanggung.beban.keluarga

Kesenjangan Sosial di Papua

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Rentetan kasus penembakan di Papua tidak sepenuhnya kesalahan Polri semata. Sebab konflik Papua semakin melebar akibat sikap pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak tegas dan tidak serius dalam menuntaskan akar masalahnya.

"Akar masalahnya adalahkesenjangan sosial, ekonomi, yang berimbas terhadap kecemburuan sosial," ucapKetua Presidium Indonesian Police Watch(IPW), Neta S Pane kepada tribunnews.com, Selasa (12/6/2012).

Jelas Neta, faktor tersebut kemudian dipolitisasi orang-orang tertentu, termasuk potensi-potensi asing yang hendak memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam situasi yang kian panas ini, Polri cenderung lengah.

"Intelijen Polri di Papua tidak maksimal memetakan potensi dan ancaman gangguan Kamtibmas, sehingga polisi tidak mampu melakukan deteksi dini dan antisipasi. Ketika terjadi konflik atau penembakan, polisi pun tidak berdaya dan tidak siap menghadapinya," papar Neta.

Lanjut Neta, ironisnya konflik dan teror penembakan terus terjadi serta terbiarkan. Untuk itu Kapolri perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap para pimpinan di Polda Papua untuk kemudian menempatkan kader-kader terbaik Polri di Papua.

"Sayangnya, para perwira Polri yang ditempatkan di Papua selalu merasa dibuang, akibatnya mereka cenderung prustrasi bertugas di daerah ini. Padahal dari orang-orang yang merasa prustrasi, kita tidak dapat berharap banyak bahwa mereka akan serius dalam menangani masalah yang ada, termasuk konflik dan teror penembakan," ungkapnya.

Review :

Masalah konflik penembakan terhadap anggota TNI adalah representasi dari masih terjadinya kesenjangan sosial yang masih sangat tinggi yang terjadi di provinsi itu. Sebab konflik Papua semakin melebar akibat sikap pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak tegas dan tidak serius dalam menuntaskan akar masalahnya.Masalah penyebab konflik ini Papua memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar, baik minyak bumi, gas, maupun pertambangan lainya, tapi pembangunan infrastruktur dan prasarana lainnya di Papua sangat lamban, Yang berdampak mendorong timbulnya ketidakpuasan di kalangan rakyat Papua. Aksi penembakan terus berlangsung di wilayah Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Puncak, Papua. delapan anggota TNI tewas tertembak. Satu orang ditembak di wilayah Tinggi Nambut, Kabupaten Puncak Jaya, dan tujuh orang lainnya di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak. Penembakan diduga anggota separatisme.Yang dibutuhkan oleh masyarakat Papua adalah keadilan sosial dan kesejahteraan bersama. "Selama pemerintah belum berpihak kepada kepentingan rakyat, selama itu juga akan selalu muncul konflik sosial. Menurut salah satu warga Papua sering kali berontak dan membuat ulah agar mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat. Dan satu-satunya cara agar konflik berkepanjangan ini tidak kembali terjadi adalah dengan berdialog dari hati ke hati antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua. Dia mengatakan, semakin banyaknya personel TNI dan Polri yang dikirim ke tanah Papua justru bukan membuat masyarakat semakin aman. Namun ketakutan seolah ada perang besar. Monopoli masyarakat luar Papua, juga salah satu penyebab rakyat Papua marah dan ingin mengusir mereka yang bukan asli warga Papua dari tanah Papua. Salah satu masyarakat Papua mengatakanmereka hanya ingin merdeka dari kemiskinan dan ketertinggalan bukan merdeka untuk memisahkan diri dari Tanah Air

Teori Masalah sosial Teori Konflik berpandangan bahwa masalah sosial muncul dari eksploitasi kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah. Dalam kasus ini Kekayaan alam Papua dieksploitasi dan diserap ke pemerintah pusat tanpa dikembalikan ke Papua dalam jumlah yang seharusnya. Kebijakan ekonomi pemerintah pusat sangat tidak berpihak pada masyarakat asli Papua. kebijakan yang diterapkan hanya dirasakan oleh para pendatang di Papua. Penduduk lokal Papua tetap dalam kondisi yang memprihatinkan dan buta huruf. Hal ini menyebabkan penduduk asli merasa terasing di wilayahnnya sendiri. sehingga menimbulkan Kekecewaan terhadap pemerintah dan perusahaan asing warga papua ini meletup dan akhirnya menjadi alasan bagi rakyat Papua mendukung anggota separatisme. Dan berhasil menggunakan isu ini untuk memperkuat gerakannya. Tidak harmonisnya hubungan antara penduduk asli dan pendatang dapat dilihat dari ditemukannya kasus-kasus perebutan tanah dan sumber daya alam lain.

Solusi Kasus Ini adalah ksenjangan sosial di papua antara pendatang baru dengan para penduduk asli. Untuk mencegah kasus ini terulang kembali pemerintah, maka harus dilakukan adalah :1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan anak-anak di papua. Tidak hanya memberikan kecerdasan kepada anak didik tetapi juga menanamkan dan menumbuhkan afektif kepada anak didik supaya cinta indonesia 2) Berdialog untuk menyelesaikan masalah konflik, tidak hanya mengedepankan pendekatan hukum tetapi juga dialog antar sesama untuk memajukan dan mensejahterakan.3) Mewujudkan kesenjangan sosial ekonomi harus diwujudkan dengan cara tidak diberi perlakuan istiewah dan aksi pemihakan terhadap penduduk pendatang dalam upaya membangun upaya keadilan sosial 4) Melakukan perundingan dengan kelompok separatisme di papua

Daftara Pustaka http://www.tribunnews.com/nasional/2012/06/12/kesenjangan-sosial-akar-masalah-di-papua m.kompasiana.com/musniumar/konflik-tolikara-papua-mengungkap-motif-dan-solusinya_55b8299f92fdfd2c048b4567