Tugas Sejarah Islam

20
TUGAS SEJARAH ISLAM 1.Biografi Sultan Ageng Tirtayasa 2.Biografi Panembahan Senopati 3.Biografi Sultan Babullah 4.Biografi Sultan Iskandar muda 5.Biografi Raden Patah Disusun oleh, Kelompok : Wanda NA (40) Wildan TF (41) Yoana AS (42) Zaki FR (43) Kelas : IX-H SMPN 4 TASIKMALAYA

description

tugas sekolah

Transcript of Tugas Sejarah Islam

TUGAS SEJARAH ISLAM

1. Biografi Sultan Ageng Tirtayasa2. Biografi Panembahan Senopati3. Biografi Sultan Babullah4. Biografi Sultan Iskandar muda5. Biografi Raden Patah

Disusun oleh, Kelompok :

Wanda NA (40)Wildan TF (41)Yoana AS (42)Zaki FR (43)

Kelas : IX-H

SMPN 4 TASIKMALAYA2015 / 2016

TUGAS SEJARAH ISLAM

1. BIOGRAFI SULTAN AGENG TIRTAYASASultan Ageng Tirtayasa adalah putra Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad (memerintah 1640-1650) serta cucu dari Sultan Abdul Mufahir Mahmud Abdul Kadir (memerintah 1605-1640). Pada masa mudanya, beliau bergelar Pangeran Surya. Kemudian setelah ayahnya wafat, sang kakek mengangkatnya sebagai Sultan Muda bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Dia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah , setelah kakeknya meninggal dunia.

Selaku penguasa Banten, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal tegas dan cakap dalam menjalankan roda pemerintahan. Dia pun berusaha untuk mengembalikan kejayaan Banten. Beliau memajukan perdagangan Banten dengan meluaskan daerah kekuasaan dan mengusir Belanda dari Batavia. Berkat kebijakannya itu, dalam waktu tidak terlalu lama, Banten telah menjadi kota pelabuhan dagang yang penting di Selat Malaka. Kondisi ini tidak disukai VOC. Mereka lantas memblokade Banten. Banten terpaksa mengadakan perjanjian dengan VOC yang menyatakan bahwa hak-hak Belanda diakui dan perdagangan Banten dibatasi oleh Belanda. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa beberapa bulan kemudian malah menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.

Pada saat bersamaan,Sultan Ageng Tirtayasa juga berkeinginan mewujudkan Banten menjadi kerajaan Islam terbesar. Ada dua hal yang ia lakukan. Pertama, di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat ditingkatkan melalui pencetakan sawah-sawah baru serta irigasi yang sekaligus berfungsi sebagai sarana perhubungan. Di bidang keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf, seorang ulama asal Makassar, menjadi mufti kerajaan yang bertugas menyelesaikan urusan keagamaan dan penasehat sultan dalam bidang pemerintahan.

Tempat/Tgl. Lahir : Banten, 1631 Tempat/Tgl. Wafat : Jakarta, 1692 SK Presiden : Keppres No. 045/TK/1970, Tgl. 1 Agustus 1970 Gelar : Pahlawan Nasional

Sayangnya, saat kedua putra beliau beranjak dewasa justru terjadi pertentangan dan perebutan kekuasaan di antara mereka yang antara lain disebabkan hasutan Belanda. Sultan Abdul Fathi yang telah mengundurkan diri kemudian pindah ke daerah Titayasa di Serang dan mendirikan keratin baru. Dari sini sebutan Sultan Ageng Tirtayasa berasal. Di, sisi lain, Belanda terus menghasut Sultan Haji (Pangeran Gusti) sebagai putra tertua bahwa kedudukannya sebagal sultan akan diganti oleh adiknya,Pangeran Purbaya yang didukung Sultan Ageng. Kekhawatiran ini buat Sultan Haji bersedia

mengadakan perjanjian dengan Belanda yang intinya adalah persekongkolan merebut kekuasaan dan tangan Sultan Ageng Tirtayasa. Tahun 1681, Sultan Haji mengkudeta ayahnya dan tahta kesultanan. Sultan Ageng segera menyusun kekuatan kembali guna mengepung Sultan Haji di Sorosowan (Banten). Karena terus terdesak, akhirnya Sultan Haji meminta bantuan Belanda. Pasukan Sultan Haji dan Belanda pun menyerang benteng Tirtayasa dan dapat menaklukkannya dengan menderita kerugian besar. Sultan Ageng masih mengadakan perjuangan secara gerilya. Namun, Belanda terus mendesak ke wilayah selatan. Hingga kemudian di tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap melalui tipu muslihat Belanda dan Sultan Haji. Beliau akhirnya dipenjarakan di Batavia sampai meninggal di Jakarta pada tahun 1692. Atas permintaan pembesar dan rakyat Banten, jenazah Sultan Ageng Tirtayasa dapat dibawa kembali ke Banten. Sultan Ageng Tirtayasa lantas dimakamkan di sebelah utara Masjid Agung Banten

2. BIOGRAFI PANEMBAHAN SENOPATILahir dengan nama Danang Sutawijaya (lahir: Demak , tahun tidak diketahui - wafat: Jenar, 1601) adalah pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601, bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa. Tokoh ini dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram. Riwayat hidupnya banyak digali dari kisah-kisah tradisional, misalnya naskah-naskah babad karangan para pujangga zaman berikutnya.

1) Asal-Usul Danang Sutawijaya adalah putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai

Sabinah. Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga. Hal ini seolah-olah menunjukkan adanya upaya para pujangga untuk mengkultuskan raja-raja Kesultanan Mataram sebagai keturunan orang-orang istimewa.

Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.

Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang sebagai pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar. 2) Peran Awal

Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan supaya Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.

Arya Penangsang adalah Bupati Jipang Panolan yang telah membunuh Sunan Prawoto raja terakhir Kesultanan Demak. Ia sendiri akhirnya tewas di tangan Sutawijaya. Akan tetapi sengaja disusun laporan palsu bahwa kematian Arya Penangsang akibat dikeroyok Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi, karena jika Sultan Hadiwijaya sampai mengetahui kisah yang sebenarnya (bahwa pembunuh Bupati Jipang Panolan adalah anak angkatnya sendiri), dikhawatirkan ia akan lupa memberikan hadiah. 3) Memberontak Terhadap Pajang

Usai sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan menjadi bupati di sana sejak tahun 1549, sedangkan Ki Ageng Pamanahan baru mendapatkan tanah Mataram sejak tahun 1556. Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan tahun 1575, Sutawijaya

menggantikan kedudukannya sebagai pemimpin Mataram, bergelar Senapati Ingalaga (yang artinya “panglima di medan perang”).

Pada tahun 1576 Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil dari Pajang tiba untuk menanyakan kesetiaan Mataram, mengingat Senapati sudah lebih dari setahun tidak menghadap Sultan Hadiwijaya. Senapati saat itu sibuk berkuda di desa Lipura, seolah tidak peduli dengan kedatangan kedua utusan tersebut. Namun kedua pejabat senior itu pandai menjaga perasaan Sultan Hadiwijaya melalui laporan yang mereka susun.

Sultan Hadiwijaya resah mendengar kemajuan anak angkatnya. Ia pun mengirim utusan menyelidiki perkembangan Mataram. Yang diutus adalah Arya Pamalad Tuban, Pangeran Benawa, dan Patih Mancanegara. Semuanya dijamu dengan pesta oleh Senapati. Hanya saja sempat terjadi perselisihan antara Raden Rangga (putra sulung Senapati) dengan Arya Pamalad. 4) Memerdekakan Mataram

Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya menghukum buang Tumenggung Mayang ke Semarang karena membantu anaknya yang bernama Raden Pabelan, menyusup ke dalam keputrian menggoda Ratu Sekar Kedaton, putri bungsu Sultan. Raden Pabelan sendiri dihukum mati dan mayatnya dibuang ke Sungai Laweyan.

Ibu Pabelan adalah adik Senapati. Maka Senapati pun mengirim para mantri pamajegan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam perjalanan pembuangannya.

Perbuatan Senapati ini membuat Sultan Hadiwijaya murka. Sultan pun berangkat sendiri memimpin pasukan Pajang menyerbu Mataram. Perang terjadi. Pasukan Pajang dapat dipukul mundur meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak.

Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dalam perjalanan pulang ke Pajang. Ia akhirnya meninggal dunia namun sebelumnya sempat berwasiat agar anak-anaknya jangan ada yang membenci Senapati serta harus tetap memperlakukannya sebagai kakak sulung. Senapati sendiri ikut hadir dalam pemakaman ayah angkatnya itu. 5) Menjadi Raja

Arya Pangiri adalah menantu Sultan Hadiwijaya yang menjadi adipati Demak. Ia didukung Panembahan Kudus berhasil merebut takhta Pajang pada tahun 1583 dan menyingkirkan Pangeran Benawa menjadi adipati Jipang.

Pangeran Benawa kemudian bersekutu dengan Senapati pada tahun 1586 karena pemerintahan Arya Pangiri dinilai sangat merugikan rakyat Pajang. Perang pun terjadi. Arya Pangiri tertangkap dan dikembalikan ke Demak.

Pangeran Benawa menawarkan takhta Pajang kepada Senapati namun ditolak. Senapati hanya meminta beberapa pusaka Pajang untuk dirawat di Mataram.

Pangeran Benawa pun diangkat menjadi raja Pajang sampai tahun 1587. Sepeninggalnya, ia berwasiat agar Pajang digabungkan dengan Mataram. Senapati dimintanya menjadi raja. Pajang sendiri kemudian menjadi bawahan Mataram, dengan dipimpin oleh Pangeran Gagak Baning, adik Senapati.

Maka sejak itu, Senapati menjadi raja pertama Mataram bergelar Panembahan. Ia tidak mau memakai gelar Sultan untuk menghormati Sultan Hadiwijaya dan Pangeran Benawa. Istana pemerintahannya terletak di Kotagede. 6) Memperluas Kekuasaan Mataram

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, daerah-daerah bawahan di Jawa Timur banyak yang melepaskan diri. Persekutuan adipati Jawa Timur tetap dipimpin Surabaya sebagai negeri terkuat. Pasukan mereka berperang melawan pasukan Mataram di Mojokerto namun dapat dipisah utusan Giri Kedaton.

Selain Pajang dan Demak yang sudah dikuasai Mataram, daerah Pati juga sudah tunduk secara damai. Pati saat itu dipimpin Adipati Pragola putra Ki Panjawi. Kakak perempuannya (Ratu Waskitajawi) menjadi permaisuri utama di Mataram. Hal itu membuat Pragola menaruh harapan bahwa Mataram kelak akan dipimpin keturunan kakaknya itu.

Pada tahun 1590 gabungan pasukan Mataram, Pati, Demak, dan Pajang bergerak menyerang Madiun. Adipati Madiun adalah Rangga Jumena (putra bungsu Sultan Trenggana) yang telah mempersiapkan pasukan besar menghadang penyerangnya. Melalui tipu muslihat cerdik, Madiun berhasil direbut. Rangga Jemuna melarikan diri ke Surabaya, sedangkan putrinya yang bernama Retno Dumilah diambil sebagai istri Senapati.

Pada tahun 1591 terjadi perebutan takhta di Kediri sepeninggal bupatinya. Putra adipati sebelumnya yang bernama Raden Senapati Kediri diusir oleh adipati baru bernama Ratujalu hasil pilihan Surabaya.

Senapati Kediri kemudian diambil sebagai anak angkat Panembahan Senapati Mataram dan dibantu merebut kembali takhta Kediri. Perang berakhir dengan kematian bersama Senapati Kediri melawan Adipati Pesagi (pamannya).

Pada tahun 1595 adipati Pasuruhan berniat tunduk secara damai pada Mataram namun dihalang-halangi panglimanya, yang bernama Rangga Kaniten. Rangga Kaniten dapat dikalahkan Panembahan Senapati dalam sebuah perang tanding. Ia kemudian dibunuh sendiri oleh adipati Pasuruhan, yang kemudian menyatakan tunduk kepada Mataram.

Pada tahun 1600 terjadi pemberontakan Adipati Pragola dari Pati. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan Retno Dumilah putri Madiun sebagai permaisuri kedua Senapati. Pasukan Pati berhasil merebut beberapa wilayah sebelah utara Mataram. Perang kemudian terjadi dekat Sungai Dengkeng di mana pasukan Mataram yang dipimpin langsung oleh Senapati sendiri berhasil menghancurkan pasukan Pati. 7) Akhir Pemerintahan

Panembahan Senapati alias Danang Sutawijaya meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian dimakamkan di Kotagede. Putra yang ditunjuk sebagai raja selanjutnya adalah yang lahir dari putri Pati, bernama Mas Jolang.

3. BIOGRAFI SULTAN BABULLAH (TERNATE)Sultan Baabullah (10 Februari 1528 - permulaan 1583), juga ditulis Sultan Babullah atau Sultan Baab (tulisan Eropa) adalah sultan dan penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa antara tahun 1570 - 1583. Ia dikenal sebagai sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah, yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak keemasan di akhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dijuluki sebagai penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi pulau–pulau di nusantara bagian timur, Mindanao selatan dan kepulauan Marshall.

1) Masa mudaDilahirkan tanggal 10 Februari 1528, kaicil (pangeran) Baab adalah putera

Sultan Khairun (1535-1570) dengan permaisurinya Boki Tanjung, puteri Sultan Alauddin I dari Bacan. Sultan Khairun sangat memperhatikan pendidikan calon penggantinya, sejak kecil pangeran Baab bersama saudara-saudaranya telah digembleng oleh para mubalig dan panglima dimana ia memperoleh pemahaman tentang ilmu agama dan ilmu perang sekaligus. Sejak remaja ia juga telah turut mendampingi ayahnya menjalankan urusan pemerintahan dan kesultanan.

Ketika pecah perang Ternate–Portugis yang pertama (1559-1567), Sultan Khairun mengutus putera – puteranya sebagai panglima untuk menghantam kedudukan Portugis di Maluku dan Sulawesi, salah satunya adalah pangeran Baab yang kemudian tampil sebagai panglima yang cakap dan berhasil memperoleh kemenangan bagi Ternate. Ternate sukses menahan ambisi Portugis sekaligus memenangkan banyak wilayah baru.

2) Kematian Sultan KhairunSetelah kejatuhan Ambon ke tangan Ternate dalam perang Ternate – Portugis

yang pertama, Portugis terpaksa memohon damai kepada sultan Khairun yang kemudian disambut dengan itikad baik. Semua hak-hak istimewa Portugis menyangkut monopoli perdagangan rempah-rempah dihilangkan namun mereka tetap diperbolehkan untuk berdagang dan bersaing dengan pedagang nusantara serta pedagang asing lainnya secara bebas. Rupanya permohonan damai Portugis itu hanya kedok untuk mengulur waktu demi mengkonsolidasikan kembali kekuatan mereka, menunggu waktu yang tepat untuk membalas Ternate.

Dengan dalih ingin membicarakan dan merayakan hubungan Ternate – Portugis yang membaik, gubernur Portugis Lopez de Mesquita (1566-1570) mengundang sultan Khairun ke benteng Sao Paulo tanggal 25 Februari 1570 untuk jamuan makan. Sang sultan memenuhi undangan itu dan datang tanpa pengawal, tak dinyana setibanya di benteng ia dibunuh atas perintah De Mesquita. De Mesquita beranggapan dengan mengenyahkan sultan Khairun, Maluku akan kehilangan pemimpin hebat dan segera tercerai berai, akan tetapi ia lupa bahwa sultan Khairun memiliki pewaris – pewaris yang hebat terutama dalam diri pangeran Baab.

3) Pengumuman Perang JihadSultan Baabullah tidak menunda waktu setelah penobatan dan pidato

pelantikan diucapkan. Perang Jihad diumumkan di seluruh negeri. Tak kalahdengan ayahnya ia tampil sebagai koordinator yang handal dari berbagaisuku yang berbeda akar genealogis di nusantara bagian timur. Untukmemperkuat kedudukannya Sultan Baabullah menikahi adik Sultan IskandarSani dari Tidore . Raja – raja Maluku yang lainpun melupakan persainganmereka dan bersatu dalam satu komando di bawah Sultan Baabullah danpanji Ternate, begitu pula raja – raja dan kepala suku di Sulawesi sertaPapua . Sultan Baabullah memiliki panglima – panglima yang handal, diantaranya ; Raja Jailolo Katarabumi, salahakan (gubernur) Sula KapitaKapalaya , salahakan Ambon Kapita Kalakinka, dan Kapita Rubuhongi .

Menurut sumber Spanyol , dibawah panjinya Sultan Baabullah mampumengerahkan 2000 kora – kora dan 120.000 prajurit.

Pasca pembunuhan Sultan Khairun, Sultan Baabullah menuntut penyerahanLopez de Mesquita untuk diadili. Benteng – benteng Portugis di Ternate yakniTolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat hanyamenyisakan Benteng Sao Paulo kediaman De Mesquita. Atas perintahBaabullah pasukan Ternate mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskanhubungannya dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekedaragar penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja menguasaibenteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena cukup banyak rakyatTernate yang telah menikah dengan orang Portugis dan mereka tinggaldalam benteng bersama keluarganya. Karena tertekan Portugis terpaksamemecat Lopez de Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Ataidenamun langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah.

Meskipun bersikap “lunak” terhadap Portugis di Sao Paulo, Sultan Baabullahtidak melupakan sumpahnya, ia mencabut segala fasilitas yang diberikansultan Khairun kepada Portugis terutama menyangkut misi Jesuit. Iamengobarkan perang Soya – Soya (perang pembebasan negeri), kedudukanPortugis di berbagai tempat digempur habis – habisan, tahun 1571 pasukanTernate berkekuatan 30 juanga yang memuat 3000 serdadu dibawahpimpinan Kapita Kalakinka (Kalakinda) menyerbu Ambon dan berhasilmendudukinya. Pasukan Portugis dibawah kapten Sancho de Vasconcellosang dibantu pribumi kristen berhasil memukul mundur pasukan Ternate dipulau Buru untuk sementara namun segera jatuh setelah Ternatememperbaharui serangannya kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi.

Tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku telah jatuh dan suku-sukuatau kerajaan pribumi yang mendukung mereka telah berhasil ditundukkanhanya tersisa benteng Sao Paulo yang masih dalam pengepungan. Selamalima tahun orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam

benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas penghianatan mereka.Sultan Baabullah akhirnya memberi ultimatum agar mereka meninggalkanTernate dalam waktu 24 jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternatediperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula kerajaan.Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putera-putera Nusantara atas kekuatan barat dan oleh Buya Hamka kemenanganrakyat Ternate ini dipuji sangat penting karena menunda penjajahan baratatas nusantara selama 100 tahun.

Demikianlah, tanggal 15 Juli 1575, orang Portugis pergi secara memalukandari Ternate, tak satupun yang disakiti. Mereka kemudian diperbolehkanmenetap di Ambon hingga 1576, setelah itu sebagian dari mereka pergi keMalaka dan sebagian lagi ke Timor dimana mereka menancapkan kekuasaanmereka hingga 400 tahun kemudian....

4) Sultan Baabullah dan masa keemasan TernateDengan kepergian orang Portugis, Sultan Baabullah menjadikan benteng Sao

Paulo sebagai benteng sekaligus istana, ia merenovasi dan memperkuat benteng tersebut kemudian mengubah namanya menjadi benteng Gamalama. Sultan Baabullah masih melanjutkan hubungan dagang dengan bangsa barat termasuk Portugis dan mengizinkan mereka menetap di Tidore, akan tetapi tanpa pemberian hak istimewa, para pedagang barat diperlakukan sama dengan pedagang – pedagang dari negeri lain dan mereka tetap diawasi dengan ketat. Sultan Baabullah bahkan mengeluarkan peraturan yang mewajibkan setiap bangsa Eropa yang tiba di Ternate untuk melepaskan topi dan sepatu mereka, sekedar untuk mengingatkan mereka agar tidak lupa diri.

Sultan Baabullah tetap memelihara persekutuan yang telah terbentuk dan sering mengadakan kunjungan ke wilayah – wilayah yang mendukung Ternate dan menuntut kesetiaan mereka terhadap persekutuan yang dipimpinnya. Tahun 1580 Sultan Baabullah mengunjungi Makassar dan mengadakan pertemuan dengan raja Gowa Tunijallo, mengajaknya masuk Islam dan ikut serta dalam persekutuan melawan Portugis dan Spanyol. Sang raja tak langsung menyutujui ajakan Sultan untuk memeluk Islam namun setuju untuk ikut dalam persekutuan kemudian sebagai tanda persahabatan Sultan Baabullah menghadiahkan pulau Selayar kepada Raja Gowa.

Dibawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah kekuasaan dan pengaruhnya membentang dari Sulawesi Utara, tengah dan timur di bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian timur, dari Filipina (Selatan) di bagian utara hingga sejauh kepulauan Kai dan Nusa Tenggara dibagian selatan.

4. BIOGRAFI SULTAN ISKANDAR MUDA

Sultan Iskandar Muda berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636. Saat itu, daerah kekuasaan Aceh semakin besar dan mendapat reputasi internasional sebagai pusat perdagangan dan pembelajaran tentang Islam. Beliau tidak hanya mampu menyusun dan menetapkan qanun (undang-undang dan peraturan) yang adil dan universal, tetapi juga melaksanakan secara adil.

Masa kecil Sultan Iskandar Muda yang juga sering dipanggil Perkasa Alam dihabiskan di lingkungan istana sehingga mendapatkan pendidikan yang baik. Setelah beranjak besar, ia banyak belajar dan ulama ulama besar yang berkunjung ke Aceh, termasuk dari Mekah. Kebesaran Sultan lskandar Muda mendapat pengakuan bukan hanya dari rakyatnya, tetapi juga dari bangsa asing di seluruh

dunia.

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, beliau menempatkan ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi istimewa sehinggga Aceh Darussalam menjadi pusat ilmu pengetahuan di Asia Tenggara. Pada masa kekuasaannya pula, hubungan diplomasi dan perdagangan dengan bangsa asing terjalin baik, seperti India, Cina, Thailand, Perancis, lnggris, dan Portugis. Bahkan, Aceh menjalin hubungan baik dengan Turki, termasuk dalam bidang militer.

Setelah berhasil menyatukan wilayah Pase (Sumatera), Sultan Iskandar Muda merancang usaha penyerangan terhadap wilayah Malaka di Semenanjung Melayu. Wilayah ini pada tahun 1540-1586 masih merupakan wilayah kekuasaan Aceh. Namun karena sebuah hasutan, akhirnya wilayah ini jatuh ke tangan Portugis. Oleh karena itu, pada tahun 1616 Sultan Iskandar Muda berupaya merebut kembali wilayah ini. Namun, dalam beberapa kali serangan, pasukan Aceh gagal mengusir Portugis dari Malaka.

Sultan Iskandar Muda wafat pada tahun 1636 M dan makamnya terletak dalam komplek Kandang Mas yang pernah dihancurkan Belanda. Makam yang ada sekarang merupakan duplikat hasil petunjuk Pocut Meurah, isteri Sultan Mahmudsyah.

Tempat/Tgl. Lahir : Banda Aceh, 1593 Tempat/Tgl. Wafat : 27 September 1636 SK Presiden : Keppres No. 077/TK/1993, Tgl. 14 September 1993 Gelar : Pahlawan Nasional

Sultan Iskandar Muda sangat tegas menegakkan hokum. Bahkan, saat anaknya sendiri melakukan tindakan kejahatan berat, beliau tak ragu menjatuhkan hukuman mati. Beliau memiliki satu falsafah yang berbunyi “Matee Aneuk Meupat Jeurat, Matee Hukom Pat Tamita”. Artinya, jika anak yang mati jelas letak kuburannya, tetapi jika hukuman yang mati ke mana lagi harus dicari. Sultan Iskandar Muda

5. BIOGRAFI RADEN PATAH

Raden Patah adalah seorang berdarah campuran China dan Jawa yang lahir di Palembang pada tahun 1455. Ia merupakan pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Raden Patah dikenal dengan banyak nama dan gelar antara lain Jin Bun, Pate Rodim, Tan Eng Hwa, dan Aryo Timur. Kisah hidupnya sangat menarik untuk kita pelajari. Perjuangan, kerja keras, dan sikap toleransinya sangat baik untuk diteladani, oleh karenanya mari kita simak silsilah, biografi, hingga makam dan akhir hayat dari pendiri Masjid Agung Demak ini.

1) Usul Dan Silsilah Raden Patah Raden Patah merupakan silsilah anak dari Raja Brawijaya dengan selir China

bernama Siu Ban Ci. Raja Brawijaya sendiri merupakan raja terakhir dari kerajaan Majapahit yang memerintah sejak tahun 1408 hingga 1501. Hubungan antara Raja Brawijaya dengan selirnya ini membuat Ratu Dwarawati, isteri Brawijaya cemburu. Karena kecemburuannya itu, Raja dipaksa untuk membuang selir itu agar tidak tetap tinggal di istana. Meski tengah hamil besar, Siu Ban Ci terpaksa harus angkat kaki menuju Palembang untuk tinggal di anak Brawijaya yang merupakan bupati Palembang masa itu, yakni Arya Damar. Setelah melahirkan Raden Patah, Siu Ban Ci kemudian menikah dengan anak tirinya sendiri yang tak lain adalah Arya Damar. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang putra bernama Raden Kusen.

2) Biografi dan Perjalanan Hidup Raden Patah Seiring berjalannya waktu, Raden Patah tumbuh dewasa. Di masa itu, ia

diminta menggantikan ayah tirinya menjadi bupati Palembang, namun dengan berbagai alasan ia menolaknya. Ia memilih kabur dan pergi kembali ke Tanah Jawa. Kepergiannya itu kemudian disusul oleh adik tirinya setelah beberapa bulan kemudian.

Baik Raden Patah dan Raden Kusen, keduanya pergi ke Jawa dan menolak menjadi bupati tidak lain adalah karena ingin memperdalam ilmu agama Islam. Islam kala itu memang tengah mengalami perkembangan pesat di tanah air. Mereka berdua belajar ke Sunan Ampel di Surabaya.

Setelah beberapa tahun mengaji, Raden Kusen kemudian kembali ke kerajaan kakeknya, yakni Brawijaya di Majapahit, sedangkan Raden Patah malah menuju Jawa Tengah untuk membuka hutan Glagah Wangi dan menjadikannya sebagai tempat syiar Islam dengan mendirikan pesantren.

3) Raden Patah, Raja Pertama Kerajaan Demak Seiring berjalan sang waktu, Raden Kusen kini telah menetap di kerajaan

Majapahit dan telah diangkat sebagai adipati. Bersamaan dengan itu, pesantren yang didirikan Raden Patah pun berkembang dengan pesat dan maju. Mengingat kemajuan pesantren tersebut, Raja Brawijaya yang tak lain adalah ayah dari Raden Patah khawatir jika pesantren tersebut akan digunakan oleh Raden Patah sebagai alat untuk melakukan pemberontakan. Untuk menghindari hal itu, Raja Brawijaya pun menyuruh cucunya, yang tak lain adalah adik tiri dari Raden Patah – Raden Kusen, untuk mengundang Raden Patah.

Sesampainya di Istana, Raja Brawijaya sangat-sangat kagum dengan sosok Raden Patah yang sangat sederhana, santun, berwibawa, dan berbudi. Brawijaya pun sangat senang melihat anak dari selirnya itu memiliki kepribadian kuat. Menyadari hal itu, Brawijaya pun mengangkat Raden Patah sebagai bupati Glagah Wangi. Tak berselang lama, Raden Patah pun merubah nama Glagah Wangi menjadi Demak dan menetapkan ibukotanya di Bintara. Di bawah pimpinan Raden Patah, Demak berkembang sangat pesat dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di tanah Jawa.

4) Perang antara Kerajaan Majapahit dan Demak Perang antara Demak dan Kerajaan Majapahit dikisahkan di dalam Babad

Jawi. Dalam babad tersebut, diketahui bahwa Sunan Ampel pernah berpesan pada Raden Patah untuk tidak memberontak ke kerajaan Majapahit, karena bagaimanapun Raja Brawijaya adalah ayahnya sendiri –meski berbeda agama. Pesan itu bertahan dan digubris oleh Raden Patah selama Sunan Ampel hidup. Namun setelah sunan Ampel wafat, pesan itu terpaksa harus diingkari karena beberapa hal.

Secara terpaksa Raden Patah pun memberontak pada kerajaan Majapahit, dan Raja Brawijaya meningal pada pemberontakan itu. Semenjak pemberontakan itu, kerajaan Demak semakin berkembang pesat. Kerajaan tersebut menjadi pusat perkembangan agama islam dipulau Jawa dan menjadi kerajaan islam pertama di Jawa. Beberapa bangunan bukti kemajuan kerajaan demak masih dapat kita jumpai saat ini, contohnya Masjid Agung Demak yang pada 1479 diresmikan oleh Raden Patah Sendiri.

5) Keturunan Raden Patah Menurut naskah babad Jawa, Raden Patah mempunya 3 istri yang antara lain:

Putri Sunan Ampel yang kemudian melahirkan Raden Surya dan Raden Trenggana. Kedua anak dari isteri pertama ini secara berurutan kemudian naik takhta. Raden Surya bergelar Pangeran Sabrang Lor dan Raden Trenggana bergelar Sultan Trenggana. Seorang putri dari Randu Sanga yang kemudian melahirkan Raden Kanduruwan yang pada pemerintahan Sultan Trenggana berjasa dalam menaklukkan Sumenep, Madura. Putri bupati Jipang yang kemudian melahirkan Raden Kikin dan Ratu Mas Nyowo.

6) Wafat dan Makam Raden Patah Raden Patah meninggal pada usia 63 tahun karena sakit yang dideritanya. Ia dimakamkan tidak jauh dari masjid Agung Demak dan hingga saat ini makam raden patah tersebut masih tetap terawat dengan baik dan ramai dikunjungi banyak orang.