TUGAS SEISMIK
-
Upload
shammy-devolution -
Category
Documents
-
view
206 -
download
17
description
Transcript of TUGAS SEISMIK
D@RTO M@NURUNG06 306 004
SEISMIC SOURCES DAN DEGRADASI SINYAL SEISMIK
Amplitudo sinyal seismik dipengaruhi oleh: …?
General analysisnya kira2 sepertiberikut *dari beberapa referensi terkait(call me)*.
Didalam survei seismik energi dibangkitkan oleh source pada atau dekat
permukaan bumi. Selama penjalarannya (spreading of energy) ke tiap lapisan
bumi, gelombang seismik *yg diasumsikan layaknya penjalaran sinar* akan
direfleksikan (reflection) oleh bidang reflektor (bidang batas antar lapisan berbeda
densitas). Sebagian energi juga ditransmisikan ke lapisan selanjutnya, dikenal
sebagai peristiwa refraksi (pembiasan/refraction). Bila terjadi sudut kritis, energi
refraksi tersebut ditransmisikan sejauh 90 derajat dari garis normal. Secara
teoritis…akibat perbedaan densitas, diantara dua bidang reflektor, maka sangat
memungkinkan terjadinya peristiwa reverberasi/berulang gelombang (multiple
reflection). Alhasil…barulah tiba saatnya energi gelombang seismik tersebut
ditangkap/direkam oleh receiver yg berada di atas permukaan bumi. Kenyataan yg
terjadi di lapangan bahwa: energi yg diterima oleh receiver telah mengalami
degradation.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Selama penyebarannya (scattering of energy), energi gelombang tersebut akan
semakin melemah/beratenuasi akibat proses penyerapan energi oleh lapisan
batuan yg dilaluinya (absorption), sebagian dikonversikan (convertion) menjadi
energi panas. Amplitudo gelombang *yg berbanding lurus dengan energi* juga
mengalami atenuasi akibat faktor jarak atau geometri penembakan dengan muka
gelombang (wavefront) yg berbentuk seperti bola (spherical divergence) - ingat
prinsip Huygens!.
CELOTEHAN ALL ABOUT SEISMIC
Mereka berempat pun segera menuju kampus, ke ruang kelas di lt.II dimana
kuliah gelombang akan dimulai. Sedangkan si Adven & si Ture, masih di dalam
kantin, asyik me-loading kembali rekaman celoteh keempat mahasiswa tersebut.
SURVEY SEISMIK
Pelaksanaan survey seismik melibatkan beberapa departemen yang bekerja secara
dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Departemen-departemen yang
terlibat antara lain: Topografi, Seismologist, Processing, Field Quality Control
(QC) dan departemen pendukung lainya. Dept. Topografi bertugas untuk
memplotkan koordinat teoretik hasil desain. Dept Seismologist bertugas mulai
dari pembentangan kabel, penempatan Shot point (proses drilling dan preloading)
dan selanjutnya dilakukan penembakan dan recording yang teknis pelaksanaanya
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
dikerjakan di LABO. Data hasil recording diolah oleh departemen processing
untuk mendapatkan output data akhir pelaksanaan survey. Untuk mengontrol serta
meningkatkan kualitas dalam kegiatan akuisisi data seismik maka dilakukan juga
Field QC.
Berikut gambaran umum pekerjaan survey seismik.
TOPOGRAFI
Dalam survey seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR (trace) sangat
penting sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut dengan kualitas data yang
akan dihasilkan. Departemen Topografi melakukan pengeplotan /pematokan
koordinat-koordinat SP dan TR teoritik yang telah didesain. Dalam membuat
desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang harus
diperhatikan :
1.Traceinterval:Jarak antara tiap trace
2. Shot point interval : jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya
3. Far Offset : Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh
4. Near Offset : Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat
5. Jumlah shot point : Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan
6. Jumlah Trace : Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP
7. Record length lamanya merekam gelombang seismik
8. fold coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh
geophone di permukaan
Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi antara lain:
Survey Lokasi
Posisi Lokasi Survey
Kondisi Daerah Survey
Akses kelokasi survey
Perencanaan Pekerjaan
Pembuatan peta kerja
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Pengukuran Titik Kontrol
Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah mendistribusikan pilar-
pilar GPS pada seluruh area. Kemudian BM GPS ini dipasang pada area survai
sesuai dengan distribusi dimana pilar tersebut dipasang.
Titik BM yang telah diketahui digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat
lain yang belum diketahui, misalnya koordinat shoot point atau koordinat
receiver.Pada dasarnya pengukuran GPS selalu diikatkan dengan titik dari
Bakosurtanal yang bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara global
sehingga titik koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta
yang lain.
SEISMIC INTERPRETATION (INTRO)
Seismic interpretation, whether for hydrocarbon exploration or
geotechnical studies, is the determination of the geological significance of
seismic data.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
It is rare that the correctness (or incorrectness) of an interpretation can be
ascertained, because the actual geology is rarely known in enough detail.
Instead, the test of a good interpretation is consistency with all of the
available data.
In oil dan gas exploration, emphasis is placed on finding an interpretation
that is most favourable for hydrocarbon accumulation.
As with many scientific investigations, interpretation are almost always
non-unique.
BASIC
Seismic Wave
Seismic wave is the convolution of earth’s reflectivity with a seismic wavelet and
additional of noise component.
St = Wt * Rt + nt
The reflection of seismic wave is caused by the acoustic impedance (AI)
change. AI is rock parameter affected by the type of lithology, porosity, fluid
content, depth, pressure, and temperatur.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
SEISMIK STRATIGRAFI (INTRO)
Studi seismik stratigrafi dimulai dengan analisis penampang seismik untuk
menguraikan kerangka stratigrafinya berdasarkan batas ketidakselarasan sekuen
atau analisis sekuen seismik. Hal ini bisa dilakukan dengan mengenali dan
mengelompokkan ketidakmenerusan dalam pola refleksinya. Dikenal dua jenis
batas yaitu batas atas dan bawah yang dikenal dengan batas sekuen seismic
(sequence seismic boundary).
Jika paket refleksinya sudah ditetapkan, maka analisis konfigurasi internal paket
refleksi dapat dilakukan berdasarkan geometri, kemenerusan, amplitudo,
frekuensi, dll atau analisis fasies seismic. Analisis ini dapat digunakan untuk
interpretasi sejarah geologi, gross litologi, dan lingkungan pengendapan.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
PALINSPATIC MAP
Palinspastic map adalah map yang menunjukkan keadaan geology pada suatu saat
di masa lalu, surface dan subsurface. Misalnya pada suatu saat (misal awal
Pliostocene) bagaimana keadaan struktural dan stratigraphy dari permukaan bumi,
juga bagimana keadaan struktural daan stratigraphy dari SB (sequence boundary)
atau sandstone dst yang terendapkan pada jaman oligocene (yang lebih tua jadi
ada di subsurface).
Secara geometry, horizon-horizon dibalikan ke keadaannya seperti sebelum terjadi
fault. Demikian juga folding di luruskan lagi. Secara 2D sering dilakukan
“flattening“, tetapi metode ini kelemahannya pada kondisi dimana terjadi strike
slip fault atau reverse fault atau gabungan keduanya sering tidak bisa di restore
kembali. Atau ada erosi pada “horizons” atau permukaan yang mau dipakai
sebagai reference untuk flattening.
Secara 3D dilakukan dengan mengurangkan grid yang akan dipakai sebagai
reference dengan grid yang mau dilihat keadaaannya pada saat waktu itu (contoh
diatas: “grid oligocene” - “grid pliostocene”) kelemahannya sama dengan cara 2D
diatas.
Dua hal lagi yang harus diperhatikan dalam 2D dan 3D “mathematical method”
seperti yang saya paparkan diatas. yaitu (1) sering horizons yang kita mau jadikan
reference itu tdk flat waktu di endapkan, dan sangat susah mendapatkan berapa
derajat kemiringan nya waktu di endapkan. Walaupun hal ini bisa dibantu dengan
cara mem-balance-kan secara kinematik (lihat apakah gambar geometry-nya
stabil) komponen-komponen (endapan) sekitar permukaan/horizon ini. (2) Di
area dimana ada fault displacement yang besar, untuk normal fault, daerah tdk ada
data (karena top horizon-nya tidak ada atau “faulted out“), jadi waktu dikurangkan
maka daerah yang tidak ada datanya akan bertambah besar. Untuk reverse fault
harus selalu memakai permukaan yang sama, apakah dua-duanya pakai footwall-
nya atau dua-duanyanya pakai hanging wall-nya.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
METODE GEOLISTRIK
Metode geolistrik atau biasa disebut juga Electrical Resistivity Tomography
(ERT) atau Electrical Resistivity Imaging merupakan salah satu metode geofisika.
Metode ini pertama kali diketemukan dan dikembangkan oleh Conrad
Schlumberger dan Frank Wenner.
Pada awalnya metode ini hanya merupakan 1D, namun seiring dengan
perkembangan teknologi maka metode ini berkembang menjadi 2D dan 3D yang
menggunakan multi elektroda sehingga hasilnyapun sudah lebih menampakan
sebaran batuan bawah permukaan dan juga dapat menghitung volume.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
PRELOADING
Pada survey seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di darat, dan airgun
digunakan khusus untuk daerah survey di dalam air. Dinamit yang digunakan
bermerk Power Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-
sambung sesuai dengan berat yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini
dinamit diisi dengan detenator atau ‘cap’ sebagai sumber ledakan pertama, serta
dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.
Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah pemboran selesai,
dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan runtuhan di dalam
lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh seorang
shooter yang telah mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan
bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis dari MIGAS.
AKUISISI DATA SEISMIK
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
METODE SEISMIK REFLEKSI
Keunggulan & Kelemahan Metoda Seismik Perbandingan Metode Seismik Dengan Metode Geofisika Lainnya
Metode Seismik
Keunggulan Kelemahan
Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam parameter fisis yang relevan, yaitu kecepatan seismik.
Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat
besar jika diinginkan data yang baik
Dapat menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah permukaanPerolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik dibandingkan dengan metode geofisika lainnya.
Dapat dipergunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan beberapa kenampakan pengendapan.
Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu, membutuhkan
komputer mahal dan ahli-ahli yang banyak.
Respon pada penjalaran gelombang seismik bergantung dari densitas batuan dan konstanta elastisitas lainnya. Sehingga, setiap perubahan
konstanta tersebut (porositas, permeabilitas, kompaksi, dll) pada prinsipnya dapat diketahui dari metode seismik.
Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi umumnya lebih mahal dari
metode geofisika lainnya.
Memungkinkan untuk deteksi langsung terhadap keberadaan hidrokarbonDeteksi langsung terhadap
kontaminan, misalnya pembuangan limbah, tidak dapat dilakukan.
Perbandingan Seismik Refraksi - Seismik Refleksi
Metode Seismik Refraksi (Bias) Metode Seismik Refleksi (Pantul)
Keunggulan Kelemahan
Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi sumber dan penerima yang kecil, sehingga relatif murah
dalam pengambilan datanya
Karena lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk memberikan citra bawah permukaan yang lebih
baik, maka biaya akuisisi menjadi lebih mahal.
Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering untuk memperkuat sinyal first
berak yang dibaca.
Prosesing seismik refleksi memerluakn komputer yang lebih mahal, dan sistem data base yang jauh lebih handal.
Karena pengambilan data dan lokasi yang cukup kecil, maka pengembangan model untuk
interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan seperti metode geofisika lainnya.
Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap database harus kuat, diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang kompleks dan interpretasi
membutuhkan personal yang cukup ahli.
Kelemahan Keunggulan
Dalam pengukuran yang regional , Seismik refraksi membutuhkan offset yang lebih lebar. Pengukuran seismik pantul menggunakan offset yang
lebih kecil
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang meningkat sebagai fungsi kedalaman.
Seismik pantul dapat bekerja bagaimanapun perubahan
kecepatan sebagai fungsi kedalaman
Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan. Masing-masing lapisan
memiliki dip dan topografi. Seismik pantul lebih mampu melihat struktur yang lebih kompleks
Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak (offset) Seismik pantul merekan dan menggunakan semua medan
gelombang yang terekam.
Model yang dibuat didesain untuk menghasilkan waktu jalar teramati. Bawah permukaan dapat tergambar secara langsung dari
data terukur
ANALISIS NOISE TRACE SEISMIK
Dalam survei seismik, suatu trace seismik yang ideal mestinya hanya berisi signal
data yaitu sederetan spike TWT yang berkaitan dengan reflektor di dalam bumi.
Namun pada kenyataannya dalam trace seismik tersebut juga terdapat noise.
Analisis trace diperlukan untuk mengindentifikasi signal dan noise dalam gather.
Signal merupakan data yang kita harapkan dalam trace seismik yang berisi
informasi reflektifitas lapisan bumi sedangkan noise dalam trace seismik
merupakan sinyal atau gangguan yang tidak diinginkan. Pengamatan yang cermat
sangat diperlukan dalam tahap analisis trace, misalnya dengan menduga
adanya daerah kemenerusan event refleksi (reflektor) pada trace gather, amplitudo
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
sinyal seismik dan polaritas pada setiap trace. Polaritas pulsa terpantul memiliki
koefesien refleksi (R) antara -1 dan +1. Bila R = 0, berarti tidak terjadi
pemantulan.
Secara garis besar noise dapat dikategorikan menjadi dua, yakni koheren dan
inkoheren. Noise koheren memiliki pola keteraturan dari trace ke trace sementara
noise inkoheren/acak/random terdiri dari noise-noise yang tidak memiliki pola
teratur. Random noise biasanya mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dan
fasanya tidak sama sedangkan pada noise koheren frekuensi dan fasanya sama
dengan sinyal seismik.
Noise yang biasanya ditemui dalam trace gather antara lain sebagaiberikut.
1. Direct wave, yaitu gelombang yang langsung merambat dari sumber getar
ke receiver tanpa mengalami peristiwa refleksi.
2. Gelombang bias/refraksi, yaitu noise koheren di daerah first arrival.
3. Noise reflected refraction.
4. Ground-roll. Noise koheren berfrekuensi rendah sering dijumpai pada data
darat.
5. Noise electro-static. Trace yang mengandung noise ini biasanya berfrekuensi
tinggi.
6. Noise cable. Linier dan rendah amplitudo dan frekuensinya.
7. Multipel. Multipel adalah noise koheren dimana event seismik mengalami
lebih dari satu kali refleksi dari posisi reflektor primernya. “Multples are
secondary reflections with interbed or intrabed raypaths” (Yilmaz, O., 1987).
8. Multiple reflected refraction.
9. Water bottom multiple. Noise jenis ini diakibatkan oleh rambatan pulsa dari air
gun ke bawah dimana sebagian energi pulsanya akan dipantulkan ke atas oleh
dasar air dan kemudian dipantulkan lagi ke bawah oleh permukaan air dan
seterusnya (terreverberasi). Bidang batas antara udara-air merupakan reflektor
yang hampir sempurna, sehingga dapat dianggap koefesien refleksinya -1
(Sismanto, 1996). Hal ini memberi peluang besar terjadinya multiple di dalam
medium air, maka dari itu noise jenis ini sering dijumpai pada data laut.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
10. Noise reverse polarity, yaitu pembalikan polaritas trace seismik yang
disebabkan oleh kesalahan penyambungan konektor pada kanal detektor.
11. Slash, yaitu gangguan pada trace seismik yang disebabkan oleh konektor antar
kabel yang kurang baik.
12. Noise instrumen, yaitu noise yang muncul karena kerusakan kanal selama
akuisisi berlangsung.
13. Etc noise…
Analisis noise dalam data seismik menyebabkan perlunya dilakukan muting atau
killing dalam suatu trace gather. Killing adalah menghilangkan atau membuang
trace-trace yang rusak/mati dan trace yang mempunyai noise yang tinggi dengan
cara memberikan nilai nol pada matrik trace tersebut sementara muting adalah
proses memotong atau menghilangkan sebagian suatu trace seismik yang
mengandung noise merusak data.
Seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang elastis
yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan dinamit
(pada umumnya digunakan di darat, sedangkan di laut menggunakan sumber getar
(pada media air menggunakan sumber getar berupa air gun, boomer atau sparker).
Gelombang bunyi yang dihasilkan dari ledakan tersebut menembus sekelompok
batuan di bawah permukaan yang nantinya akan dipantulkan kembali ke atas
permukaan melalui bidang reflektor yang berupa batas lapisan batuan. Gelombang
yang dipantulkan ke permukaan ini diterima dan direkam oleh alat perekam yang
disebut geophone (di darat) atau Hydrophone (di laut), (Badley, 1985). Refleksi
dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada suatu muka tebing atau
jurang. Metoda seismic repleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi
perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah.
Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-batas
formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis
gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan
Gelombang Love.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu eksplorasi
prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik dangkal
(shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan
bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi
daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok ini tentu
saja menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik
lapangannya.
Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting yaitu
pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk memperoleh
data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data seismik sehingga
dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap
untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi data seismik untuk
memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan bahkan juga untuk
memperkirakan material batuan di bawah permukaan.
METODE SEISMIK BIAS DAN PANTUL
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang
dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan
dengan menggunakan ‘sumber’ seismic (palu, ledakan, dll). Setelah usikan
diberikan, terjadi gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang
memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan
ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada
suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu.
Berdasar data rekaman inilah dapat ‘diperkirakan’ bentuk lapisan/struktur di
dalam tanah.
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert
Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi
instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi gelombang seismik, yang dikenal
sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet
meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber
ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk be-riak. Pada
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
tahun 1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari sumber gempa
bumi untuk eksperimennya dan menemukan keberadaan bidang batas antara
mantel dan kerak bumi yang sekarang disebut sebagai Moho.
Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan mineral dimulai
pada tahun 1920an. Teknik seismik refraksi digunakan secara intemsif di Iran
untuk membatasi struktur yang mengandung minyak. Tetapi, sekarang seismik
refleksi merupakan metode terbaik yang digunakan di dalam eksplorasi minyak
bumi. Metode ini pertama kali didemonstrasikan di Oklahoma pada tahun 1921.
Seismik bias dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari
posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini,
gelombang yang terjadi setelah usikan pertama (first break) diabaikan, sehingga
sebenarnya hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset)
dan waktu jalar dihubungkan oleh sepat rambat gelombang dalam medium.
Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam
material dan dikenal sebagai parameter elastisitas.
Sedangkan dalam seismik pantul, analisis dikonsentrasikan pada energi yang
diterima setelah getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah
gelombang-gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di
bawah permukaan. Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan ‘echo
sounding’ pada teknologi bawah air, kapal, dan sistem radar. Informasi tentang
medium juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo gelombang pantul yang
direkam. Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis yang
dilakukan masih sama dengan seismik bias, yaitu analisis berdasar kontras
parameter elastisitas medium.
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika yang umumnya dipakai
untuk penyelidikan hidrokarbon. Biasanya metode seismik refleksi ini dipadukan
dengan metode geofisika lainnya, misalnya metode grafitasi, magnetik, dan lain-
lain. Namun metode seismik refleksi adalah yang paling mudah memberikan
informasi paling akurat terhadap gambaran atau model geologi bawah permukaan
dikarenakan data-data yang diperoleh lebih akurat.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas tiga tahapan utama,
yaitu:
1. Pengumpulan data seismik (akuisisi data seismik):semua kegiatan yang
berkaitan dengan pengumpulan data sejak survey pendahuluan
dengan survey detail.
2. Pengolahan data seismik (processing data seismik): kegiatan untuk
mengolah data rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk
penampang seismik migrasi.
3. Interpretasi data seismik: kegiatan yang dimulai dengan penelusuran
horison, pembacaan waktu, dan plotting pada penampang seismik yang
hasilnya disajikan atau dipetakan pada peta dasar yang berguna untuk
mengetahui struktur atau model geologi bawah permukaan.
Metode seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara
untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan
kembali ke permukaan tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horison
geologi mirip dengan gema pada suatu muka tebing atau jurang.Metode seismik
refleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi perminyakan, penentuan
sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah.
Seismik refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-batas
formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis
gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan
Gelombang Love.
Untuk memperoleh hasil pengukuran seismik refleksi yang baik, diperlukan
pengetahuan tentang sistem perekaman dan parameter lapangan yang baik pula.
Parameter akan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada yaitu berupa
kondisi geologi daerah survei. Teknik-teknik pengukuran seismik meliputi :
1. Sistem Perekaman Seismik
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran
travel time dari sumber energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa
bergantung pada jenis sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator. Sumber
impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi
secara sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan
tajam. Sumber energi impulsif untuk akuisisi data seismik yang digunakan
untuk akusisi data seismik di laut adalah air gun.
Sumber energi vibrator merupakan sumber energi dengan durasi beberapa
detik. Panjang sinyal input dapat bervariasi. Gelombang outputnya berupa
gelombang sinusoidal. Seismik refleksi resolusi tinggi menggunakan
vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.
Perekaman data seismik melibatkan detektor dan amplifier yang sangat
sensistif serta magnetic tape recorder. Alat untuk menerima gelombang-
gelombang refleksi untuk survei seismik di laut adalah hidropon. Hidropon
merespon perubahan tekanan. Hidropon terdiri atas kristal piezoelektrik
yang terdeformasi oleh perubahan tekanan air. Hal ini akan menghasilkan
beda potensial output. Elemen piezoelektrik ditempatkan dalam suatu
kabel streamer yang terisi oleh kerosin untuk mengapungkan dan insulasi.
Model hidropon seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Penampang hidropon
Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output dari
hidropon sangat lemah dan output amplitude decay dalam waktu yang
sangat singkat, maka sinyal ini harus diperkuat. Amplifier bisa juga
dilengkapi dengan filter untuk meredam frekuensi yang tidak diinginkan
(SANNY, 2004).
2. Prosedur Operasional Seismik Laut
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Kapal operasional seismik dilengkapi dengan bahan peledak, instrumen
perekaman serta hidropon, dan alat untuk penentuan posisi tempat
dilakukannya survey seismik seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.
Menurut KEARN & BOYD (1963), terdapat dua pola penembakan dalam
operasi seismik di laut yaitu
:
a) Profil Refleksi, pola ini memberikan informasi gelombang-gelombang
seismik sebagai gelombang yang merambat secara vertikal melalui
lapisan-lapisan di bawah permukaan. Teknik ini melakukan tembakan
disepanjang daerah yang disurvei dengan kelajuan dan penembakan yang
konstan. Jarak penembakan antara satu titik terhadap lainnya disesuaikan
dengan informasi refleksi yang diperlukan, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 3.
Gambar 2. Operasional seismik di laut
b) Profile Refraksi, Pola ini memberikan informasi gelombang-gelombang
seismik yang merambat secara horizontal melalui lapisan-lapisan di bawah
permukaan. Pada teknik ini kapal melakukan tembakan pada titik-titik
tembak yang telah ditentukan (Gambar 3).
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Gambar 3. Diagram metode penembakan Refraksi (a) dan Refleksi (b)
PENGOLAHAN DATA SEISMIK
Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh gambaran
yang mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi. Tujuan utama
pemrosesan data seismik menurut VAN DER KRUK (2001) adalah :
1. untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N)
2. untuk memperoleh resolusi yang lebih tinggi dengan mengadaptasikan
bentuk gelombang sinyal
3. mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal refleksi dari
multiple dan gelombang-gelombang permukaan)
4. untuk memperoleh gambaran yang realistik dengan koreksi geometri
5. untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan
(kecepatan, reflektivitas, dll).
Secara garis besar urutan pengolahan data seismik menurut SANNY
(2004) adalah sebagai berikut :
1. Field Tape
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format
tertantu. Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration
Geophysics). Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan
format: SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data terdiri
dari header dan amplitudo. Header berisi informasi mengenai survei,
project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai data itu
sendiri (Gambar 4).
2. Demultiplex
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik
lapangan sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya.
Data yang tersusun berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali
berdasarkan receiver atau channel (demultiplex). Proses ini dikenal dengan
demultiplexing.
3. Gain Recovery
Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan yang kurang elastis
dan efek divergensi sferis maka data amplitudo (energi gelombang) yang
direkam mengalami penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh. Untuk
menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan pemulihan kembali energi
yang hilang sedemikian rupa sehingga pada setiap titik seolah-olah datang
dengan jumlah energi yang
sama. Proses ini dikenal dengan istilah Automatic Gain Control (AGC)
sehingga nantinya menghasilkan kenampakan data seismik yang lebih
mudah diinterpretasi.
4. Editing dan Muting
Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk,
sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman
yang
diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan
lainnya yang dapat mengganggu data (Gambar 4).
Gambar 4. Rekaman data seismik
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
5. Koreksi statik
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi
shot dan receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-oleh
ditempatkan pada datum yang sama.
6. Dekonvolusi
Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh
ground roll, multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk
wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan
proses invers filter karena konvolusi merupakan suatu filter. Bumi
merupakan low pass filter yang baik sehingga sinyal impulsif diubah
menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu
panjang mengakibatkan turunnya resolusi seismik karena kemampuan
untuk membedakan dua event refleksi yang berdekatan menjadi berkurang.
7. Analisis Kecepatan
Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang
sesuai untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu
titik pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola
hiperbola. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah
mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang
maksimum (Gambar 5).
Gambar 5. Stacking velocity
8. Koreksi Dinamik/Koreksi NMO
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara
shot point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP
(Common Depth Point). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset
sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah vertikal
(normal incident) (Gambar 6).
Gambar 6. Koreksi NMO: (a) belum dikoreksi (b kecepatan yang sesuai (c)
kecepatan yang lebih rendah (d) kecepatan yang lebih tinggi (VAN
DER KRUK, 2001)
9. Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data
yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini
biasanya dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung
pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk
mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren (Gambar 7).
Gambar 7. Proses penjumlahan trace-trace dalam satu CDP (stacking)
10. Migrasi
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan reflektor pada
posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang.
Hal ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah
mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal
incident belum tentu tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama
untuk bidang reflektor yang miring. Selain itu, migrasi juga dapat
menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul akibat adanya
struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan) (Gambar 8).
(a)
(b)
Gambar 8. Penampang seismik: (a) sebelum migrasi; (b) setelah migrasi
INTERPRETASI DATA SEISMIK
Tujuan dari interpretasi seismik secara umum menurut ANDERSON &
ATINUKE (1999) adalah untuk mentransformasikan profil seismik refleksi stack
menjadi suatu struktur kontinu/model geologi secara lateral dari subsurface
(Gambar 9).
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
(a)
(b)
Gambar 9. (a) Penampang seismic; (b) Interpretasi seismic
{A=Mannville(clastic); B=Wabamun(karbonat); C=Ireton(lempung);
D=Duvemay(lempung); E=Cooking Lake(karbonat); F=
Beaverhill(lempung); G=Leduk(reef)}
Sedangkan beberapa tujuan khusus dari interpretasi seismik menurut VAN
DER KRUK (2001) adalah :
1. Pemetaan Struktur-Struktur Geologi
Untuk pemetaan struktur-struktur geologi pada data seismik, posisi
horizon-horizon utama dan gangguan dipetakan dan bentuk serta posisi
sesar diidentifikasi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh profil geologi dan untuk
memperoleh kedalaman horizon serta gangguan.
2. Analisis Sekuen Seismik
Tujuan utama dari analisis sekuen seismik adalah :
• Mengidentifikasi batas-batas sekuen pada data seismik
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
• Menentukan sekuen pengendapan dalam waktu
• Menganalisis fluktuasi muka air laut
3. Analisis Fasies Seismik
Sekuen seismik dapat juga untuk menyelidiki karakteristik refleksi di
dalam suatu sekuen, yang berhubungan dengan seismik fasies. Tidak
hanya waktu sekuen sendimentasi yang diperoleh namun juga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan yang dapat
menggambarkan tentang lingkungan pengendapannya.
Tujuan interpretasi seismik khusus dalam eksplorasi minyak dan gas
bumi adalah untuk menentukan tempat-tempat terakumulasinya
(struktur cebakan-cebakan)minyak dan gas. Minyak dan gas akan
terakumulasi pada suatu tempat jika memenuhi tiga syarat, yaitu: (1)
Adanya Batuan sumber (source rock), adalah lapisan-lapisan batuan
yang merupakan tempat terbentuknya minyak dan gas, (2) Batuan
Reservoir yaitu batuan yang permeabel tempat terakumulasinya
minyak dan gas bumi setelah bermigrasi dari batuan sumber, (3)
Batuan Penutup, adalah batuan yang impermeabel sehingga minyak
yang sudah terakumulasi dalam batuan reservoir akan tetap tertahan di
dalamnya dan tidak bermigrasi ke tempat yang lain. Berikut adalah
beberapa contoh cebakan-cebakan minyak dan gas bumi yang
diperoleh dari data seismik (Gambar 10, 11 dan 12).
Gambar 10. Cebakan Minyak Struktur Antiklin
GEOFISIKA-I
Gas
Minyak
AirAir
Batuan Reservoir
Cap Rock
Batuan sumber (Source Rock)
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Gambar 11. Cebakan Minyak Pada Struktur Fault (sesar)
Gambar 12. Cebakan Stratigrafi Minyak dan Gas
MARINE ACQUISITION 2D (AKUISISI DATA SEISMIK LA
Akuisisi data seismik la ut 2D) ut 2D dilakukan untuk memetakan struktur geologi
di bawah laut dengan menggunakan peralatan yang cukup rumit seperti:
streamer,air gun, perlengkapan navigasi dll.
Skema akuisisi marin 2D dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Dalam praktiknya akuisisi seismic marin terdiri atas beberapa komponen:
kapal utama, gun, streamer, GPS, kapal perintis dan kapal pengawal dan kadang-
kadang perlengkapan gravity (ditempatkan di dalam kapal) dan magnetik yang
biasanya ditempatkan 240 meter di belakang kapal utama (3 meter di dalam air)
Didalam kapal utama terdapat beberapa departemen: departemen perekaman
(recording), navigasi, seismic processing, teknisi peralatan, ahli komputer,
departemen yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja,
departemen lingkungan, dokter, juru masak, dan kadang-kadang di lengkapi
dengan departemen survey gravity dan magnetik, dll. Jumlah orang yang terlibat
dalam keseluruhan operasi berjumlah sekitar 40 orang.
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, selama operasi ini disertai pula dua
buah kapal perintis (chase boat) yakni sekitar 2 mil di depan kapal utama. Selain
bertanggung jawab membersihkan lintasan yang akan dilewati (membersihkan
rumpon, perangkap ikan, dll) , kapal perintis bertugas untuk menghalau kapal-
kapal yang dapat menghalagi operasi ini. Selain itu di belakang streamer, terdapat
juga sebuah kapal pengawal.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Operasi akuisisi data seismik memakan waktu dari mulai beberapa minggu sampai
beberapa bulan, tergantung pada 'kesehatan' perangkat yang digunakan, musim,
arus laut, dll.Mengingat mahalnya operasi data akuisisi (mencapai 150 ribu dollar
per hari, dalam operasi 3D bisa mencapai 250 ribu dollar per hari!) maka Quality
Control dari operasi ini harus betul-betul diperhatikan, seperti apakah semua
hidrophon bekerja dengan baik, apakah air gun memiliki tekanan yang cukup,
apakah streamer dan air gun berada pada kedalaman yang dikehendaki, apakah
feather tidak terlalu besar, dll.
Beberapa parameter geofisika yang dipakai dalam akuisisi marin adalah sbb
(contoh):
Record length: 9500ms
Sample rate: 2ms
Start of data: 50ms
Low cut filter: 3 Hz/ 6dB
Hi Cut filter: 200Hz @ 370dB / Octave
Tape format: Demux SEGD rev 1, 8058
Polarity: first break is negative
Shot point interval 25 m
No of streamer: 1
Streamer length: 8100m
Number of channels: 648
Group interval: 12.5 m
Operating depth: 7 m +/- 1m
Offset CSCNG (inline) 125m (center of source to center of near group)
Array volume: 4140 cu inc
Operating pressure: 2000 psi +/- 10%
Array configuration: 3 strings (each string = 9 segments)
Array separation: 15 mSource depth: 6m +/- 1m
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Center source to nav. mast: 185m
Gambar dibawah menunjukkan ruang kerja seismic recording, navigasi dan
processing
Serta stasiun perangkat kerasnya…
Streamer…yang dilengkapi dengan hydrophone, ADC (Analog to digital
converter dan bird yang berperan untuk mengatur posisi dan kedalaman streamer).
Diameter streamer sekitar 7 cm dengan panjangnya bisa mencapai 10km. Bagian
hitam dari gambar ini menunjukkan perangkat ADC.
Bird...mengatur kedalaman dan posisi streamer...
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Air gun...dengan tekanan mencapai 2000psi...sangat berbahaya! bandingkan
dengan ban mobil anda yang ’hanya’ 30-an psi! Bagian kuning dan hitam (seperti
roket) hanyalah untuk pelampung. Bagian ’air gun’ adalah selinder logam yang
menggantung padanya.
Saat perekaman berbagai aspek dimonitor secara dinamik.
Seperti rekaman setiap shot, apakah ada tras seismik yang mati?, penampang
single channel dan signature sumber....
Kedalaman air gun....tekanan dll. Apakah ada loss compression ? Gambar di
bawah menunjukkan terdapat 3 array air gun dengan masing-masing array terdiri
atas 9 kompartemen.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Level ambient noise….akibat arus laut, deru mesin kapal, baling-baling, dll.
(merah menunjukkan tinggi dan biru menunjukkan rendah)
Navigasi…bertugas untuk memastikan bahwa akuisisi data seismik berada pada
lintasan yang dikehendaki. Disamping itu mereka juga memberikan informasi
tentang feather akibat arus laut yang biasanya diterima dibawah 10° dan juga
meminta kapten kapal mengatur kecepatan kapal, yang biasanya dibawah 5 knot.
Dan lain..lain…sampai memperhatikan kelangsungan makhluk laut yang satu
ini…
Kehadiran mereka dilaporkan oleh Marine Mammal Observer yang hadir selama
akuisisi seismik ...jika dilaporkan terdapat mamalia laut, tembakan air gun
dihentikan untuk sementara waktu, walaupun ribuan dollar melayang!
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
SPIKE
Secara bahasa spike diterjemahkan sebagai ’paku’. Di dalam terminologi seismik
istilah spike digunakan untuk menjelaskan sifat ’kelangsingan’ dari sebuah
wavelet atau gelombang refleksi.
Ingat bahwa batas perlapisan batuan ditunjukkan oleh bentuk gelombang yang
’gemuk’. Interpreter menginginkan bentuk gelombang tersebut selangsing
mungkin...idealnya sepe paku (spike).
Sifat gelombang yang gemuk tersebut disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya: atenuasi, absorbsi, signature sumber, dll.
Upaya diet yang bisa dilakukan untuk melangsingkan gelombang adalah dengan
cara deconvolusi. Namun hal inipun ada batasannya, mustahil untuk mendapakan
gelombang refleksi atau wavelet berbentuk paku.
Perhatikan gambar dibawah ini:
MULTIPLE
Multiple adalah pengulangan refleksi akibat ’terperangkapnya’ gelombang
seismic dalam air laut atau terperangkap dalam lapisan batuan lunak.
Terdapat beberapa macam multiple:
(a) water-bottom multiple,
(b) peg-leg multiple dan
(c)intra-bedmultiple.
Perhatikan model di bawah ini:
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Didalam rekaman seismik, masing-masing multiple akan menunjukkan
‘morfologi’ reflektor yang sama dengan reflektor primernya akan tetapi waktunya
berbeda.
Untuk model water bottom multiple (model a) katakanlah kita memiliki waktu
tempuh sea bottom sebesar 500ms maka multiplenya akan muncul 500 x 2 =
1000ms. Jika gelombang tersebut terperangkap tiga kali maka multiple water
bottom berikutnya akan muncul pada 500x3=1500ms,dst.
Untuk model peg leg multiple (model b), multiple akan muncul pada waktu
tempuh gelombang refleksi primer (top gamping) ditambah waktu tempuh sea
bottom.
Untuk model intra bed multiple, multiple akan muncul pada waktu tempuh
gelombang primer top gamping ditambah waktu tempuh dalam shale.
Gambar dibawah adalah rekaman seismik yang menunjukkan fenomena multiple.
Perhatikan terdapat 4 multiple akibat dasar laut, berarti gelombang seismik
tersebut ‘terperangkap’ empat kali!
FEATHER
Feather adalah istilah yang digunakan untuk menujukkan sifat penyimpangan
streamer dari line seismik yang dikehendaki di dalam akuisisi seismik laut. Efek
feather ini muncul dikarenakan arus laut.
Berikut ilustrasinya:
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Bowtie Bowtie adalah reflektor semu yang diakibatkan oleh gelombang seismik yang
terdifraksi. Struktur sinklin atau lembah dasar laut yang cukup ‘sempit’ sering kali
menyebabkan efek dari ’bowtie’.
Rekaman seismik dibawah ini menunjukkan fenomena bowtie.
Garis pink putus-putus adalah reflektor dasar laut yang ’seharusnya’, sedangkan
reflektor biru dan merah (di dalam lingkaran biru) yang menyerupai bentuk dasi
bowtie adalah akibat difraksi. Efek ini dapat dihilangkan dengan melakukan
proses migrasi.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
DEKOMPOSISI SPEKTRAL (SPECTRAL DECOMPOSITION)
Penampang seismik konvensional yang anda amati merupakan komposit dari
rentang frekuensi gelombang (umumnya 10 s/d 70 Hz, dengan frekuensi dominant
sekitar 30Hz).
Perbedaan penampang pada frekuensi yang berbeda akan menampilkan fitur
geologi yang berbeda pula, karena pada hakikatnya sifat geologi seperti ketebalan,
kandungan fluida (baca: hidrokarbon), dll. hanya akan lebih jelas dilihat pada
level frekuensi yang sesuai.
Metoda dekomposisi spectral digunakan untuk menampilkan penampang seismik
pada
level frekuensi tertentu, katakanlah pada frekuensi 10Hz, 20Hz, 30Hz, dll.
Contoh dibawah ini menunjukkan perbedaan antara penampang waktu seismik
konvensional dengan penampang seismik pada frekuensi 32Hz.
Penampang seismik ‘konvensional’, fluvial channel ditunjukkan dengan panah
kuning. Geologi di bagian baratdaya tidak ditunjukkan dengan baik.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Penampang seismik pada 32Hz, fluvial channel ditunjukkan dengan panah
kuning. Channel dibagian barat daya (panah biru) dapat ditunjukkan dengan lebih
baik.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
DEFINISI FIELD TAPE, DEMULTIPLEX, GEOMETRY ASSIGNMENT
& TRACE LABELING Field tape
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertentu yang
dikenal sebagai field tape. Standardisasi format ini dilakukan oleh SEG (society of
exploration geophysics). Magnetik tape yang digunakan biasanya adalah sembilan
track tape dengan format: SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D dan SEG-Y. Format
data terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi mengenai survei,
project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai data itu sendiri.
Perekaman data dilakukan dalam bentuk diskrit dengan data analog yang sudah
disampel pada interval tertentu, lalu disimpan dalam pita magnetik. Multipleks
adalah salah satu format penyimpanan data dalam tape dengan data yang tersusun
berdasarkan urutan pencuplikan dari gabungan beberapa channel
Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multipleks dalam pita magnetik
lapangan sebelum diproses terlebih dahulu harus diubah susunannya, dimana data
yang tersusun berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan
channel (demultiplex). Proses ini dikenal dengan istilah demultiplexing. Proses
demultiplex merupakan proses transpose matrik dari multipleks sehingga
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
diperoleh hasil di mana kolom matrik adalah nomor stasiun penerima dan baris
menunjukkan data dari stasiun penerima.
Geometry assignment
Merupakan suatu proses pendefinisian geometri penembakan dengan acuan
observer report yang ada, dan bertujuan untuk mensimulasikan posisi shot dan
receiver pada software sebagaimana posisi sebenarnya di lapangan. Secara
sederhana proses geometri adalah proses memasukkan parameter lapangan ke
dalam dataset yang kita miliki. Hasil keluaran dari field geometri berupa stacking
chart atau stacking diagram yang sesuai dengan geometri penembakan, yang
dilakukan pada saat akuisisi data. Setiap trace yang sudah didefinisikan
identitasnya akan digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
Trace labeling (sorting)
Adalah proses pendefinisian identitas trace dengan variabel-variabel (shotpoint,
koordinat di permukaan, CDP gather dan offset ) yang bergantung pada geometri
penembakan.
Pemilahan dan pengelompokan (sorting) geometri penembakan yang paling lazim
dilakukan dalam pengolahan data seismik adalah pengelompokan berdasar posisi
sumber (common shot gather), jarak (common offset gather), posisi penerima
(common receiver gather) dan CDP (CDP gather).
Common shot gather menunjukkan geometri dari jejak berkas gelombang
(raypath) yang dihasilkan oleh satu sumber dan direkam oleh banyak penerima,
common offset gather menunjukkan geometri dari jejak berkas gelombang
(raypath) yang dihasilkan oleh banyak sumber dan direkam oleh banyak penerima
masing-masing dengan jarak (offset) yang sama, common receiver gather
menunjukkan geometri dari jejak berkas gelombang (raypath) yang dihasilkan
oleh banyak sumber dan direkam oleh satu penerima yang sama dan common
mid-point (CMP)/common depth point (CDP) gather menunjukkan geometri dari
raypath yang dihasilkan oleh banyak sumber dan direkam oleh banyak penerima
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
dengan common mid-point yang sama. (Reference: Disarikan dari berbagai
sumber).
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Seismic Sources & Degradasi Sinyal Seismik..?
Amplitudo sinyal seismik dipengaruhi oleh: …?
General analysisnya kira2 sepertiberikut *dari beberapa referensi terkait(call me)*.
Didalam survei seismik energi dibangkitkan oleh source pada atau dekat
permukaan bumi. Selama penjalarannya (spreading of energy) ke tiap lapisan
bumi, gelombang seismik *yg diasumsikan layaknya penjalaran sinar* akan
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
direfleksikan (reflection) oleh bidang reflektor (bidang batas antar lapisan berbeda
densitas). Sebagian energi juga ditransmisikan ke lapisan selanjutnya, dikenal
sebagai peristiwa refraksi (pembiasan/refraction). Bila terjadi sudut kritis, energi
refraksi tersebut ditransmisikan sejauh 90 derajat dari garis normal. Secara
teoritis…akibat perbedaan densitas, diantara dua bidang reflektor, maka sangat
memungkinkan terjadinya peristiwa reverberasi/berulang gelombang (multiple
reflection). Alhasil…barulah tiba saatnya energi gelombang seismik tersebut
ditangkap/direkam oleh receiver yg berada di atas permukaan bumi. Kenyataan yg
terjadi di lapangan bahwa: energi yg diterima oleh receiver telah mengalami
degradation.
Selama penyebarannya (scattering of energy), energi gelombang tersebut akan
semakin melemah/beratenuasi akibat proses penyerapan energi oleh lapisan
batuan yg dilaluinya (absorption), sebagian dikonversikan (convertion) menjadi
energi panas. Amplitudo gelombang *yg berbanding lurus dengan energi* juga
mengalami atenuasi akibat faktor jarak atau geometri penembakan dengan muka
gelombang (wavefront) yg berbentuk seperti bola (spherical divergence) - ingat
prinsip Huygens!.
Keunggulan & Kelemahan Metoda Seismik Perbandingan Metode Seismik Dengan Metode Geofisika Lainnya
Metode Seismik
Keunggulan Kelemahan
Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam parameter fisis yang relevan, yaitu kecepatan seismik.
Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat
besar jika diinginkan data yang baik
Dapat menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah permukaanPerolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik dibandingkan dengan metode geofisika lainnya.
Dapat dipergunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan beberapa kenampakan pengendapan.
Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu, membutuhkan
komputer mahal dan ahli-ahli yang banyak.
Respon pada penjalaran gelombang seismik bergantung dari densitas Peralatan yang diperlukan dalam
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
batuan dan konstanta elastisitas lainnya. Sehingga, setiap perubahan konstanta tersebut (porositas, permeabilitas, kompaksi, dll) pada
prinsipnya dapat diketahui dari metode seismik.
akuisisi umumnya lebih mahal dari metode geofisika lainnya.
Memungkinkan untuk deteksi langsung terhadap keberadaan hidrokarbonDeteksi langsung terhadap
kontaminan, misalnya pembuangan limbah, tidak dapat dilakukan.
Perbandingan Seismik Refraksi - Seismik Refleksi
Metode Seismik Refraksi (Bias) Metode Seismik Refleksi (Pantul)
Keunggulan Kelemahan
Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi sumber dan penerima yang kecil, sehingga relatif murah
dalam pengambilan datanya
Karena lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk memberikan citra bawah permukaan yang lebih
baik, maka biaya akuisisi menjadi lebih mahal.
Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering untuk memperkuat sinyal first
berak yang dibaca.
Prosesing seismik refleksi memerluakn komputer yang lebih mahal, dan sistem data base yang jauh lebih handal.
Karena pengambilan data dan lokasi yang cukup kecil, maka pengembangan model untuk
interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan seperti metode geofisika lainnya.
Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap database harus kuat, diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang kompleks dan interpretasi
membutuhkan personal yang cukup ahli.
Kelemahan Keunggulan
Dalam pengukuran yang regional , Seismik refraksi membutuhkan offset yang lebih lebar. Pengukuran seismik pantul menggunakan offset yang
lebih kecil
Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang meningkat sebagai fungsi kedalaman.
Seismik pantul dapat bekerja bagaimanapun perubahan
kecepatan sebagai fungsi kedalaman
Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan. Masing-masing lapisan
memiliki dip dan topografi. Seismik pantul lebih mampu melihat struktur yang lebih kompleks
Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak (offset) Seismik pantul merekan dan menggunakan semua medan
gelombang yang terekam.
Model yang dibuat didesain untuk menghasilkan waktu jalar teramati. Bawah permukaan dapat tergambar secara langsung dari
data terukur
Wavelet seismik
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Dalam seismik, kita sering mendengar istilah wavelet. Wavelet adalah tubuh
gelombang dari gelombang yang menjadi sumber dalam eksplorasi seismik
refleksi. Ada dua properti penting dalam sebuah wavelet, yaitu polaritas dan fase.
Terdapat dua jenis polaritas dalam wavelet, yaitu polaritas normal (normal
polarity) dan terbalik (reverse polarity). Pada polaritas normal, kenaikan
impedansi akustik akan digambarkan sebagai lembah (trough) pada trace seismik,
sedangkan pada polaritas negatif, kenaikan impedansi akustik akan dilambangkan
dengan puncak (peak) pada trace seismik (berdasarkan konvensi SEG, Yilmaz,
O., 1990).
Terdapat empat macam jenis fase dalam wavelet, yaitu fase minimum (minimum
phase), fase nol (zero phase), fase maksimum (maximum phase) dan fase
campuran (mix phase). Tapi yang paling banyak dipakai didalam pengolahan data
dan interpretasi seismik adalah wavelet fase minimum dan fase nol (Prihadi, S,
2004).
Wavelet fase nol lebih menguntungkan dibandingkan dengan wavelet fase
minimum. Wavelet fase nol dengan puncak tunggal pada arrival time, dengan ekor
seminim mungkin, akan memudahkan interpreter dalam penentuan waktu refleksi
sehingga proses interpretasi kecepatan (picking) – dalam rekaman hiperbolik
reflektor pada gather – menjadi lebih mudah dan akurat. Wavelet fase nol simetri
pada waktu sama dengan nol dan amplitudo maksimum umumnya berimpit
dengan spike refleksi.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Gelombang seismik yang terekam (trace seismic) merupakan hasil konvolusi
antara wavelet sumber dengan refllektor series. Konvolusi adalah suatu proses
matematika yangmana diperoleh keluaran dari suatu masukan pulsa gelombang ke
dalam sistem LTI (linear time invariant) yang dioperasikan dengan notasi asterik
(*) (Sismanto, 1996). Sebagaimana dikemukakan oleh Fred J.Taylor (1994)
bahwa “The response of an at-rest, causal LTI system having an impulse response
h(t) to a causal signal x(t), is defined by the convolution process y(t )= h(t) *
x(t)”.
Dalam survei seismik, misalkan pulsa dari sumber seismik dt dan sistem
reflektifitas bumi bt maka gelombang seismik yang terekam di seismogram (trace
seismik) ft ialah sebagai hasil konvolusi dari sistem tersebut, dituliskan sebagai dt
* bt = ft . Misalkan s(t) adalah jejak seismik, w(t) adalah wavelet sumber dan r(t)
adalah reflector series, maka: s(t) = w(t) * r(t)
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
MARINE seismic
1. Seismic source biasanya pake airgun dkk.
2. Seismic receiver biasanya hydrophone.
3. Spread (jaringan survey) beruoa divais streamer, umumnya ditarik kapal
(kecuali kalau pake OBC, tetapi biasanya OBC cuma untuk daerah khusus).
4 Untuk spread survey 3D didesain sedemikian rupa agar kapal b”gerak menyisir
seluruh area survey *bisa sekali jalan dlm waktu relatif singkat*.
5. Kru/orang yang terlibat saat akuisisi relatif lebih sedikit.
6. Dominasi jenis noise pd data seismik ialah Water bottom multiple (setannya
data laut).
7. Kompensasi/koreksi statik pd data laut (kepusingan besar data darat !!)
umumnya tidak ada. Namun dibeberapa kasus static corection lazim
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
digunakan ketika: Pasang-surut (tide) didaerah tersebut suaangat besar (ex:
operasi seismik di west Afrika) ; Topographi muka laut ga selalu datar2,
adanya graben yg cukup luas, contohnya untuk daerah North Sea (diatas 60º
LU), Barent Sea ; Topographi di dasar laut saat operasi seismic OBC ; Cacat
sea bottom (ada lapisan lumpur atau karang yang sangat berbeda kecepatannya
dengan tetangganya, sehingga akan mengganggu perjalanan gelombang).
8. Recording unit langsung ke Labo (perekam utama).
9. Etc…
LAND seismic
1. Seismic source biasanya dynamit dkk.
2. Seismic receiver biasanya geophone dkk.
3. Spreadnya umumnya menetap/ditanam oleh kru (dipindah-pindah sesuai
kepentingan).
4. Untuk spread survey 3D digelar & ditembak per area (modelnya macam2,
tergantung kebutuhan).
5. Kru yang terlibat saat akuisisi relatif lebih banyak. 4 ex: kalau dilaut krunya
cukup 100orang saja, kalau didarat jumlah krunya bisa 1000orang.
6. Dominasi jenis noise pd data seismik ialah Ground-roll (noise frekuensi rendah
tetapi kuat. Namun bisa dipotong memakai formasi akusisi darat sebagian).
7. Kompensasi/koreksi statik ada pd data darat. Kompensasi untuk source adalah
lubang dinamit tidak sama dalamnya. Sedang kompensasi untuk receiver
adalah topografi non horizontal permukaan selama survey dikerjakan dan
wheathering zone yg bahkan berlapis2 sehingga susah pula memodelkannya.
8. Recording unit memakai SN408UL (station unit darat).
9. Etc…
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
ANALISIS NOISE TRACE SEISMIK
Dalam survei seismik, suatu trace seismik yang ideal mestinya hanya berisi signal
data yaitu sederetan spike TWT yang berkaitan dengan reflektor di dalam bumi.
Namun pada kenyataannya dalam trace seismik tersebut juga terdapat noise.
Analisis trace diperlukan untuk mengindentifikasi signal dan noise dalam gather.
Signal merupakan data yang kita harapkan dalam trace seismik yang berisi
informasi reflektifitas lapisan bumi sedangkan noise dalam trace seismik
merupakan sinyal atau gangguan yang tidak diinginkan. Pengamatan yang cermat
sangat diperlukan dalam tahap analisis trace, misalnya dengan menduga
adanya daerah kemenerusan event refleksi (reflektor) pada trace gather, amplitudo
sinyal seismik dan polaritas pada setiap trace. Polaritas pulsa terpantul memiliki
koefesien refleksi (R) antara -1 dan +1. Bila R = 0, berarti tidak terjadi
pemantulan.
Secara garis besar noise dapat dikategorikan menjadi dua, yakni koheren dan
inkoheren. Noise koheren memiliki pola keteraturan dari trace ke trace sementara
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
noise inkoheren/acak/random terdiri dari noise-noise yang tidak memiliki pola
teratur. Random noise biasanya mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dan
fasanya tidak sama sedangkan pada noise koheren frekuensi dan fasanya sama
dengan sinyal seismik.
Noise yang biasanya ditemui dalam trace gather antara lain sebagaiberikut.
1. Direct wave, yaitu gelombang yang langsung merambat dari sumber getar
ke receiver tanpa mengalami peristiwa refleksi.
2. Gelombang bias/refraksi, yaitu noise koheren di daerah first arrival.
3. Noise reflected refraction.
4. Ground-roll. Noise koheren berfrekuensi rendah sering dijumpai pada data
darat.
5. Noise electro-static. Trace yang mengandung noise ini biasanya berfrekuensi
tinggi.
6. Noise cable. Linier dan rendah amplitudo dan frekuensinya.
7. Multipel. Multipel adalah noise koheren dimana event seismik mengalami
lebih dari satu kali refleksi dari posisi reflektor primernya. “Multples are
secondary reflections with interbed or intrabed raypaths” (Yilmaz, O., 1987).
8. Multiple reflected refraction.
9. Water bottom multiple. Noise jenis ini diakibatkan oleh rambatan pulsa dari air
gun ke bawah dimana sebagian energi pulsanya akan dipantulkan ke atas oleh
dasar air dan kemudian dipantulkan lagi ke bawah oleh permukaan air dan
seterusnya (terreverberasi). Bidang batas antara udara-air merupakan reflektor
yang hampir sempurna, sehingga dapat dianggap koefesien refleksinya -1
(Sismanto, 1996). Hal ini memberi peluang besar terjadinya multiple di dalam
medium air, maka dari itu noise jenis ini sering dijumpai pada data laut.
10. Noise reverse polarity, yaitu pembalikan polaritas trace seismik yang
disebabkan oleh kesalahan penyambungan konektor pada kanal detektor.
11. Slash, yaitu gangguan pada trace seismik yang disebabkan oleh konektor antar
kabel yang kurang baik.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
12. Noise instrumen, yaitu noise yang muncul karena kerusakan kanal selama
akuisisi berlangsung.
13. Etc noise…
Analisis noise dalam data seismik menyebabkan perlunya dilakukan muting atau
killing dalam suatu trace gather. Killing adalah menghilangkan atau membuang
trace-trace yang rusak/mati dan trace yang mempunyai noise yang tinggi dengan
cara memberikan nilai nol pada matrik trace tersebut sementara muting adalah
proses memotong atau menghilangkan sebagian suatu trace seismik yang
mengandung noise merusak data.
VISUALISASI EFEK HIPERBOLIK REFLEKTOR
Display rekaman sinyal seismik di atas ialah visualisasi gather FFID (28 channel-
TWT 2600 ms) pada dataset yang telah di-demultiplexing dalam proses input
data. Gather (yang mengandung signal & noise) di atas, kontras menampilkan
efek hiperbolik. Efek hiperbolik ini diakibatkan oleh pengaruh jarak antara source
dengan beberapa detektor/hydrophone (yang merekam sinyal seismik pada saat
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
yang bersamaan) dalam satu geometri penembakan. Sebagaimana dikemukakan
oleh Awali Priyono (2005) bahwa “Karena semakin jauh jarak offset suatu
receiver maka semakin besar waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat
dari shotpoint untuk sampai ke receiver, sehingga efek yang ditimbulkan dari
peristiwa ini ialah reflektor yang terekam seolah-olah berbentuk hiperbolik”.
Besarnya amplitudo yang terekam oleh receiver berbanding lurus dengan energi
gelombang seismik yang diterima oleh receiver tersebut. Energi gelombang
mengalami pelemahan (atenuasi) selama penjalarannya didalam medium bawah
permukaan.
SEDIKIT MENGENAL BRUTESTACK
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Brutestack merupakan penampang seismik/section hasil pencitraan struktur bawah
permukaan bumi, yang dihasilkan setelah stacking, populer dikenal sebagai
stacked section. Sedang stacking sendiri adalah proses penjumlahan trace2 suatu
gather data didalam beberapa serangkaian proses pengolahan data seismik (pada
metoda seismik refleksi). Brutestack ini dihasilkan hanya untuk melihat gambaran
awal event seismik, dan biasanya merupakan hasil akhir dari suatu field
processing, untuk kemudian dilanjutkan di processing centre yang sebenarnya.
Kemudian akan banyak muncul pertimbangan eksekusi pada section selanjutnya,
apakah perlu difilter, dimigrasi, lansung diinterpretasi atau bahkan perlu
direprocessing?!?
Sekedar tinjauan fisisnya, didalam brutestack, ditampilkan pola reflektifitas
lapisan bawah permukaan bumi yang terdiri atas bidang2 reflektor. Posisi bidang
reflektor tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik gelombang oleh sumber
yang menjalar ke dalam medium bumi. Karakteristik gelombang yang
menyebabkan kesalahan posisi reflektor dapat ditimbulkan oleh dua hal, yaitu
sifat propagasi dan sifat reflektifitas gelombang. Sifat propagasi bergantung pada
parameter makro medium, seperti kecepatan rata2 dan kemampuan absorbsi
medium. Sifat reflektifitas bergantung pada parameter mikro medium, seperti
variasi kecepatan lokal dan densitas medium (Berkhout, 1985).
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
PERANAN MIGRASI DALAM SEISMIC DATA PROCESSING
Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki struktur lapisan bawah permukaan dengan target kedalaman
yang cukup jauh. Metode ini memberikan gambaran yang cukup baik tentang
bawah permukaan. Tiga hal pokok yang menjadi tahapan dalam metode ini adalah
acquisition, processing, dan interpretation. Dari ketiga tahapan tersebut, tahap
processing atau seismic data processing (pengolahan data seismik) merupakan
tahap yang sangat berpengaruh. Karena pada tahapan ini data yang direkam pada
field tape (hasil dari akuisisi seismik multichannel baik pada data darat, data zona
transisi, maupun data laut) akan diproses sehingga menghasilkan suatu
penampang seismik yang merepresentasikan struktur lapisan bawah permukaan
bumi.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Dalam metode seismik refleksi sumber gelombang buatan yang dikirimkan
menembus tiap lapisan bumi akan dipantulkan kembali berdasarkan reflektifitas
batas lapisan. Sinyal hasil pantulan dari satu titik reflektor direkam oleh
sekelompok receiver yang berbeda dikenal dengan istilah CDP (common depth
point). Kumpulan CDP data seismik atau CDP gather yang berjumlah ratusan
bahkan ribuan – tergantung sistem survei lintasan – kemudian diolah sedemikian
rupa menggunakan aplikasi teknologi komputasi untuk mendapatkan sebuah
penampang seismik vertikal 2D. Permasalahannya ialah selama gelombang
seismik menjalar dari posisi sumber (shot point) menuju detektor (receiver) di atas
permukaan bumi, pada kenyataannya titik refleksi sinyal respon seismik
mengalami pergeseran terhadap posisi tempat (kedalaman) yang sebenarnya
akibat suatu reflektor non-horizontal. Maka dari itu diperlukan proses selanjutnya
untuk memindahkan data seismik tersebut ke posisi yang benar secara horisontal
maupun vertikal, yang dinamakan dengan proses migrasi. Hasil migrasi
diharapkan dapat membuat reflektifitas penampang seismik lapisan bawah
permukaan menjadi lebih representatif sehingga tahap interpretation selanjutnya
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
pada penampang seismik termigrasi akan semakin optimum, khususnya mengenai
penentuan prospek sumber daya alam di bawah permukaan daerah target.
Pengolahan data seismik berbasis teknologi komputasi sangat populer digunakan
oleh para ahli geofisika dewasa ini di bidang eksplorasi sumber daya alam.
Sebagaimana dikemukakan oleh Suprajitno Munadi (2003) bahwa “Di bidang
eksplorasi, pemakai terbesar teknologi komputasi adalah pada kegiatan satelite
image processing dan seismic data processing”. Sebutlah teknologi komputasi
yang populer digunakan saat ini dalam seismic data processing diantaranya ialah
ProMAX. Di dalam aplikasi ini terdapat beberapa metode migrasi, diantaranya
ialah metode F-K (frekuensi-bilangan gelombang).
Migrasi bertujuan untuk membuat penampang seismik mirip dengan kondisi
geologi yang sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi. Reflektifitas suatu
bidang refleksi yang semula ‘tidak menyambung dan selaras’ satu sama lain serta
dipenuhi oleh efek difraksi bowtie, setelah dimigrasi menjadi lebih jelas dan
teratur. Perbedaan amplitudo yang terlihat antara lapisan yang diatas dengan
lapisan dibawahnya, yang diakibatkan oleh perubahan kontras densitas batuan di
bidang batas antar lapisan, setelah dimigrasi juga menunjukkan reflektifitas yang
lebih baik. Sehingga secara umum amplitudo refleksi pada bidang-bidang
reflektor didalam penampang termigrasi relatif lebih jelas terlihat dibandingkan
sebelum dimigrasi. Dengan kata lain, kontinuitas amplitudo refleksi pada fasies
seismik yang ditampilkan pada migrated section semakin optimal. (thank to
IKGA)
OPERATION OF MARINE SEISMIC
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Pekerjaan/operasi *akuisisi* seismik di laut (offshore/marine) ‘secara teknis’
cukup sederhana.
Kapal tinggal menarik source-receiver dkk menyusuri area target atau tempat
yang direncanakan. Dengan kecepatan konstan (ex: 3-4 kts), kapal dapat
menyusuri line/track sejauh puluhan km hanya dalam hitungan jam saja.
Source controller
Source controller bertanggung jawab melakukan pengawasan atas shot selama
operasi dilakukan, misalnya untuk start the airgun, online controlling (seperti:
NFH - near field hydrophone, DT - depth transducer), sensor return, dll. Source
controller harus bisa dan tahu akan problem yang mungkin dan terjadi dalam
suatu shot, yg diantaranya berupa Air leak, Bad sensor return, Bad NHF, dll.
Dalam source controll, kita juga akan mengenal apa yg disebut SSE (Source
Signature Estimation ato Far field signature).
Airgun dkk
Airgun (source) diletakkan pada kedalaman tertentu, bisa single gun atau
multigun. Sebagai contoh, pada multigun, terdapat 8 gun per-subarray (2 clutster
per subarray), dengan 2-3 subarray per sidenya. Jadi total Port Side dan Starboard
Side adalah berjumlah 48 Guns (…semua bergantung pd kontrak). Airguns
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
diledakkan secara bersamaan dengan distance events tertentu (ex: tiap 25m),
dengan maintain pressure 2000psi (+/- 10%). Shots yg tdk bagus diantaranya:
Timing error (jika satu gun terlambat meledak), Misfire (gun tidak meledak) &
Auto fire (guns meledak tak beraturan).
Streamer dkk
Hydrophone2 (multichannel) terdapat didalam streamer/kabel yang ditarik kapal.
Kabel ini bisa sepanjang 6km hingga 12km. Dan jumlahnya adalah *biasanya* 8-
10 streamer (normal set up untuk North Sea & West Africa). Streamer terbagi2
atas section. Didalam section berisi hydrophone2 yang berjarak misalnya 12.5m
atau 25m, satu dengan lainnya.
Separation section dkk
Separation section bisa 100m, kemudian bisa 200m, tergantung kontrak. Untuk
high resolution seismic (dengan kabel sepanjang 2,5km), separation bahkan bisa
ditekan hingga 25m. untuk mengetahui ketepatan separation diletakkan alat
Sonardyne/Pingger pada front-end, mid-streamer & far-end.
Bubble dkk
Setiap 2 sections diletakkan Bubble atau Module, untuk merubah sinyal analog
dari hydrophone menjadi digital.
Bird dkk
Setiap 3 sections diletakkan Bird, untuk membuat kabel bisa berada pada
kedalaman yg kita inginkan, misalnya 6m untuk daerah Asia, 7m untuk daerah
North sea, dlll. Kedalaman kabel diatur bergantung pada frekuensi berapa yg kita
harapkan supaya bisa merekam sinyal seismic & korelasinya dengan depth target
record.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Tailbuoy & Frontbuoy dkk
Pada akhir streamer, diletakkan Active Tailbuoy (ada yang passive), yg dilengkapi
dengan perangkat lunak untuk menerima sinyal satelit (GPSreceiver-Seatrack
*setidaknya harus ada 4 satelit yang terlihat*). Sedang pada bagian front end
streamer terkadang diletakkan juga Active Frontbuoy.
Etc…
Seperti: Pita perekam 3490E dengan format tertentu sebagai media perekam
sinyal seismic (Standardisasi format dilakukan oleh Society of Exploration
Geophysics, SEG, diantaranya SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D & SEG-Y) ;
Seismograf Geometric Strataview tipe-R sebagai pemindai dan perekam sinyal ;
Active deflector sebagai streamer in-out controller dengan prinsip kerja persis
seperti sayap pesawat terbang yangmana bisa kita kendalikan ; komputer Marine
Controller Geometrics sebagai kendali & pemicu perekaman ; Fold
Optimalization ; Sail line azimuth ; Filter Delay ; … dan perangkat instrument
lain sebagainya. (Referensi: Disarikan dari berbagai sumber)
FLOW PENGOLAHAN DATA SEISMIK
Adanya kenyataan bahwa selama acquisition dilakukan, sinyal refleksi yang
direkam mengalami perubahan bentuk atau terdistorsi selama penjalarannya. Hal
tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sifat fisika batuan, geometri
bawah permukaan, bentuk sumber, alat perekam, noise2 alamiah, dsb. Pengolahan
data seismik dimaksudkan untuk mengkoreksi faktor2 tersebut, untuk
memperoleh penampang geologi yang menggambarkan kondisi bawah permukaan
yang mendekati kebenaran. Adapun contoh flow pengolahan data seismik
(seismic data processing) ialah sebagaiberikut.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
CELOTEHAN ALL ABOUT SEISMIC
Mereka berempat pun segera menuju kampus, ke ruang kelas di lt.II dimana
kuliah gelombang akan dimulai. Sedangkan si Adven & si Ture, masih di dalam
kantin, asyik me-loading kembali rekaman celoteh keempat mahasiswa tersebut.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
SURVEY SEISMIK
Pelaksanaan survey seismik melibatkan beberapa departemen yang bekerja secara
dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Departemen-departemen yang
terlibat antara lain: Topografi, Seismologist, Processing, Field Quality Control
(QC) dan departemen pendukung lainya. Dept. Topografi bertugas untuk
memplotkan koordinat teoretik hasil desain. Dept Seismologist bertugas mulai
dari pembentangan kabel, penempatan Shot point (proses drilling dan preloading)
dan selanjutnya dilakukan penembakan dan recording yang teknis pelaksanaanya
dikerjakan di LABO. Data hasil recording diolah oleh departemen processing
untuk mendapatkan output data akhir pelaksanaan survey. Untuk mengontrol serta
meningkatkan kualitas dalam kegiatan akuisisi data seismik maka dilakukan juga
Field QC.
Berikut gambaran umum pekerjaan survey seismik.
TOPOGRAFI
Dalam survey seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR (trace) sangat
penting sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut dengan kualitas data yang
akan dihasilkan. Departemen Topografi melakukan pengeplotan /pematokan
koordinat-koordinat SP dan TR teoritik yang telah didesain. Dalam membuat
desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang harus
diperhatikan :
1.Traceinterval:Jarak antara tiap trace
2. Shot point interval : jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya
3. Far Offset : Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh
4. Near Offset : Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat
5. Jumlah shot point : Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan
6. Jumlah Trace : Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP
7. Record length lamanya merekam gelombang seismik
8. fold coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh
geophone di permukaan
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi antara lain:
Survey Lokasi
Posisi Lokasi Survey
Kondisi Daerah Survey
Akses kelokasi survey
Perencanaan Pekerjaan
Pembuatan peta kerja
Pengukuran Titik Kontrol
Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah mendistribusikan pilar-
pilar GPS pada seluruh area. Kemudian BM GPS ini dipasang pada area survai
sesuai dengan distribusi dimana pilar tersebut dipasang.
Titik BM yang telah diketahui digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat
lain yang belum diketahui, misalnya koordinat shoot point atau koordinat
receiver.Pada dasarnya pengukuran GPS selalu diikatkan dengan titik dari
Bakosurtanal yang bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara global
sehingga titik koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta
yang lain.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
SEISMIC INTERPRETATION (INTRO)
Seismic interpretation, whether for hydrocarbon exploration or
geotechnical studies, is the determination of the geological significance of
seismic data.
It is rare that the correctness (or incorrectness) of an interpretation can be
ascertained, because the actual geology is rarely known in enough detail.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Instead, the test of a good interpretation is consistency with all of the
available data.
In oil dan gas exploration, emphasis is placed on finding an interpretation
that is most favourable for hydrocarbon accumulation.
As with many scientific investigations, interpretation are almost always
non-unique.
BASIC
Seismic Wave
Seismic wave is the convolution of earth’s reflectivity with a seismic wavelet and
additional of noise component.
St = Wt * Rt + nt
The reflection of seismic wave is caused by the acoustic impedance (AI)
change. AI is rock parameter affected by the type of lithology, porosity, fluid
content, depth, pressure, and temperatur.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
SEISMIK STRATIGRAFI (INTRO)
Studi seismik stratigrafi dimulai dengan analisis penampang seismik untuk
menguraikan kerangka stratigrafinya berdasarkan batas ketidakselarasan sekuen
atau analisis sekuen seismik. Hal ini bisa dilakukan dengan mengenali dan
mengelompokkan ketidakmenerusan dalam pola refleksinya. Dikenal dua jenis
batas yaitu batas atas dan bawah yang dikenal dengan batas sekuen seismic
(sequence seismic boundary).
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Jika paket refleksinya sudah ditetapkan, maka analisis konfigurasi internal paket
refleksi dapat dilakukan berdasarkan geometri, kemenerusan, amplitudo,
frekuensi, dll atau analisis fasies seismic. Analisis ini dapat digunakan untuk
interpretasi sejarah geologi, gross litologi, dan lingkungan pengendapan.
PALINSPATIC MAP
Palinspastic map adalah map yang menunjukkan keadaan geology pada suatu saat
di masa lalu, surface dan subsurface. Misalnya pada suatu saat (misal awal
Pliostocene) bagaimana keadaan struktural dan stratigraphy dari permukaan bumi,
juga bagimana keadaan struktural daan stratigraphy dari SB (sequence boundary)
atau sandstone dst yang terendapkan pada jaman oligocene (yang lebih tua jadi
ada di subsurface).
Secara geometry, horizon-horizon dibalikan ke keadaannya seperti sebelum terjadi
fault. Demikian juga folding di luruskan lagi. Secara 2D sering dilakukan
“flattening“, tetapi metode ini kelemahannya pada kondisi dimana terjadi strike
slip fault atau reverse fault atau gabungan keduanya sering tidak bisa di restore
kembali. Atau ada erosi pada “horizons” atau permukaan yang mau dipakai
sebagai reference untuk flattening.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Secara 3D dilakukan dengan mengurangkan grid yang akan dipakai sebagai
reference dengan grid yang mau dilihat keadaaannya pada saat waktu itu (contoh
diatas: “grid oligocene” - “grid pliostocene”) kelemahannya sama dengan cara 2D
diatas.
Dua hal lagi yang harus diperhatikan dalam 2D dan 3D “mathematical method”
seperti yang saya paparkan diatas. yaitu (1) sering horizons yang kita mau jadikan
reference itu tdk flat waktu di endapkan, dan sangat susah mendapatkan berapa
derajat kemiringan nya waktu di endapkan. Walaupun hal ini bisa dibantu dengan
cara mem-balance-kan secara kinematik (lihat apakah gambar geometry-nya
stabil) komponen-komponen (endapan) sekitar permukaan/horizon ini. (2) Di
area dimana ada fault displacement yang besar, untuk normal fault, daerah tdk ada
data (karena top horizon-nya tidak ada atau “faulted out“), jadi waktu dikurangkan
maka daerah yang tidak ada datanya akan bertambah besar. Untuk reverse fault
harus selalu memakai permukaan yang sama, apakah dua-duanya pakai footwall-
nya atau dua-duanyanya pakai hanging wall-nya.
METODE GEOLISTRIK
Metode geolistrik atau biasa disebut juga Electrical Resistivity Tomography
(ERT) atau Electrical Resistivity Imaging merupakan salah satu metode geofisika.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Metode ini pertama kali diketemukan dan dikembangkan oleh Conrad
Schlumberger dan Frank Wenner.
Pada awalnya metode ini hanya merupakan 1D, namun seiring dengan
perkembangan teknologi maka metode ini berkembang menjadi 2D dan 3D yang
menggunakan multi elektroda sehingga hasilnyapun sudah lebih menampakan
sebaran batuan bawah permukaan dan juga dapat menghitung volume.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
SURVEY SEISMIK
Pelaksanaan survey seismik melibatkan beberapa departemen yang bekerja secara
dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Departemen-departemen yang
terlibat antara lain: Topografi, Seismologist, Processing, Field Quality Control
(QC) dan departemen pendukung lainya. Dept. Topografi bertugas untuk
memplotkan koordinat teoretik hasil desain. Dept Seismologist bertugas mulai
dari pembentangan kabel, penempatan Shot point (proses drilling dan preloading)
dan selanjutnya dilakukan penembakan dan recording yang teknis pelaksanaanya
dikerjakan di LABO. Data hasil recording diolah oleh departemen processing
untuk mendapatkan output data akhir pelaksanaan survey. Untuk mengontrol serta
meningkatkan kualitas dalam kegiatan akuisisi data seismik maka dilakukan juga
Field QC.
Berikut gambaran umum pekerjaan survey seismik.
TOPOGRAFI
Dalam survey seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR (trace) sangat
penting sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut dengan kualitas data yang
akan dihasilkan. Departemen Topografi melakukan pengeplotan /pematokan
koordinat-koordinat SP dan TR teoritik yang telah didesain. Dalam membuat
desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang harus
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
diperhatikan :
1. Trace interval : Jarak antara tiap trace
2. Shot point interval: jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya
3. Far Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh
4. Near Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat
5. Jumlah shot point: Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan
6. Jumlah Trace: Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP
7. Record length lamanya merekam gelombang seismik
8. fold coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh
geophone di permukaan
Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi antara lain:
Survey Lokasi
Posisi Lokasi Survey
Kondisi Daerah Survey
Akses kelokasi survey
Perencanaan Pekerjaan
Pembuatan peta kerja
Pengukuran Titik Kontrol
Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah mendistribusikan pilar-
pilar GPS pada seluruh area. Kemudian BM GPS ini dipasang pada area survai
sesuai dengan distribusi dimana pilar tersebut dipasang.
Titik BM yang telah diketahui digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat
lain yang belum diketahui, misalnya koordinat shoot point atau koordinat
receiver.Pada dasarnya pengukuran GPS selalu diikatkan dengan titik dari
Bakosurtanal yang bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara global
sehingga titik koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta
yang lain.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Pengukuran Lintasan Seismik
Pengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan patok SP dan TR
Pengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran titik tembak (SP)
dan titik rekam (TR) dilakukan dengan menggunakan peralatan total
station.
Pembuatan Titian dan Rintisan
Titian dibuat untuk mempermudah dan memperlancar kerja ketika survey
menemukan lokasi yang tidak bisa dilewati sepeti: irigasi, parit, sungai
atau rawa Sehingga mengefektifkan waktu dan kerja crew baik drilling
maupun recording.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Pengukuran Lintasan
DRILLING DAN PRELOADING
Pemboran dangkal pada survey Seismik bertujuan untuk membuat tempat
penanaman dinamit sebagai sumber energi (source) pada perekaman. Kedalaman
lubang bor biasanya 30 m dengan diameternya sekitar 11 cm. Penentuan
kedalaman lubang bor ini berdasarkan test percobaan yang dilakukan sebelumnya.
Kedalaman ini terletak di bawah lapisan lapuk (weathering zone).
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Drilling
PRELOADING
Pada survey seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di darat, dan airgun
digunakan khusus untuk daerah survey di dalam air. Dinamit yang digunakan
bermerk Power Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-
sambung sesuai dengan berat yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini
dinamit diisi dengan detenator atau ‘cap’ sebagai sumber ledakan pertama, serta
dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.
Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah pemboran selesai,
dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan runtuhan di dalam
lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh seorang
shooter yang telah mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan
bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis dari MIGAS.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Preloading
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
RECORDING
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam
data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh
pusat pengolahan data (processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel
dibentangkan sesuai dengan posisi dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D.
Pada saat perekaman, yang memegang kendali adalah observer dengan memakai
perlengkapan alat recording yang disebut LABO.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:
1. Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace.
2. Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa sinyal
analog.
3. SU (Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam digital yang
akan ditransfer ke LABO.
4. PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada SU 70 A / 16
Volt.
Penembakan (Shooting)
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Saat peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna, kadang-
kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak terekam dengan baik, banyak noise,
dsb. Kejadian ini disebut misfire, beberapa istilah misfire yang sering digunakan
di lapangan:
Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak
Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak
Loss wire : kabel deto tidak ditemukan
Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah
Line Cut : kabel terputus saat shooting
Parity Error : instrumen problem
No CTB : no confirmation time break
Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan
Reverse Polaritty : polaritas terbalik
Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor record atau
blaster)
Dead Trace : trace mati
Noise Trace : terdapat noise pada trace
FIELD PROCESSING
Field processing adalah proses yang dilakukan di lapangan sebelum dilakukan
proses selanjutnya di pusat. Perhatian utama di field processing adalah pada
geometri penembakan dimana jika ada penembakan terdapat wrong ID, wrong
coordinate, wrong spread dsb, dapat diketahui dan segera dikonfirmasikan ke
Field Seismologist dan TOPO untuk dilakukan perbaikan. Proses pengolahan data
seismik di lapangan biasanya hanya dilakukan sampai pada tahapan final stack
tergantung dari permintaan client. Langkah-langkah yang umum dilakukan dalam
memproses data seismic di lapangan adalah sebagai berikut:
Loading Tape
Data sesimik dalam teknologi masa ini selalu disimpan dalam pita magnetik
dalam format tertentu. Pita magnetik yang memuat data lapangan ini disebut field
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
tape. SEG (Society of Ekploration Geophysics) telah menetukan suatu standar
format penulisan data pada pita magnetic.
Geometri Up Date
Adalah proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan
shotpoint, koordinat X,Y,Z di permukaan, kumpulan CDP, offset terhadap shot-
point, dan sebagainya.
Trace Editing
Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau memperbaiki trace atau
record dari hal-hal yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data di
lapangan.
Editing dapat dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise,
terutama koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang terbalik.
Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pertama membuat
trace-trace yang tidak diinginkan tersebut menjadi berharga nol (EDIT) dan atau
membuang / memotong bagian-bagian trace pada zona yang harus didefinisikan
(MUTE).
Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh dari catatan pengamatan
di lapangan (observer report) maupun dengan pengamatan dari display raw
recordnya.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Raw Data
Raw Data
Koreksi Statik
Tujuan koreksi statik ini adalah untuk memperoleh arrival time bila penembakan
dilakukan dengan titik tembak dan group geophone yang terletak pada bidang
horizontal dan tanpa adanya lapisan lapuk. Koreksi ini dilakukan untuk
menghilangkan pengaruh dari variasi topografi, tebal lapisan lapuk dan variasi
kecepatan pada lapisan lapuk. Suatu reflector yang datar (flat) akan terganggu
oleh adanya kondisi static yang disebabkan adanya efek permukaan (near surface
efects).
Secara garis besar koreksi static ini dapat dibagi menjadi dua bagian koreksi :
- Koreksi Lapisan Lapuk (weathering layer)
- Koreksi Ketinggian
Amplitudo Recovery (Proses Pemulihan Amplitudo)
Proses ini bertujuan memulihkan kembali nilai amplitudo yang berkurang yang
hilang akibat perambatan gelombang seismic dari sumber sampai kepenerima
(geophone), sedemikian rupa sehingga pada setiap trace dikalikan dengan besaran
tertentu, sehingga nilai amplitudo relatif stabil dare time break hingga kedalaman
target. Pengurangan intensitas gelombang seismic ini disebabkan karena hal-hal
sebagai berikut:
- Peredaman karena melewati batuan yang kurang elastik sehingga mengabsorbsi
energi gelombang.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
- Adanya penyebaran energi kesegala arah (spherical spreading atau spherical
divergence).
Deconvolution
Energi getaran yang dikirim kedalam bumi mengalami proses konvolusi (filtering)
bumi bersikap sebagai filter terhadap energi seismik tersebut. Akibat efek filter
bumi, maka bentuk energi seismik (wavelet) yang tadinya tajam dan tinggi
amplitudonya di dalam kawasan waktu (time domain). Kalau ditinjau dalam
kawasan frekuensi, tampak bahwa spektrum amplitudonya menjadi lebih sempit
karena amplitudonya frekuensi tinggi diredam oleh bumi dan spektrum fasenya
berubah tidak rata. Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter
bumi, berarti di dalam kawasan waktu bentuk wavelet dipertajam kembali, atau di
dalam kawasan frekuensi spektrum amplitudonya diratakan dan spektrum fase
dinolkan atau diminimumkan.
Analisa Kecepatan
Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang dipakai untuk
mendapatkan stacking velocity dari data seismik yang dilakukan dengan
menggunakan Interactive Velocity Analisis diperoleh dari kecepatan NMO
dengan asumsi bahwa kurva NMO adalah hiperbolik. Analisa kecepatan ini sangat
penting, karena dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang
cukup akurat untuk menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan dari suatu
reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan dalam CDP gather, harga kontur
semblance analisis sebagai fungsi dari kecepatan NMO dan CDP gather stack
dengan kecepatan NMO yang akan diperoleh pada waktu analisa kecepatan.
Didalam CDP gather titik reflektor pada offset yang berbeda akan berupa garis
lurus (setelah koreksi NMO).
Residual static
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman pada weathering layer
saat melakukan koreksi statik dan adanya sisa deviasi static pada data seismik
serta Data Uphole dan First break yang sangat buruk juga dapat mempengaruhi
kelurusan reflektor pada CDP gather sehingga saat stacking akan menghasilkan
data yang buruk. Pada prinsipnya perhitungan residual static didasarkan pada
korelasi data seismik yang telah terkoreksi NMO dengan suatu model. Dimana
model ini diperoleh melalui suatu Picking Autostatic Horizon yang
mendefinisikan besar pergeseran time shift yang dinyatakan sebagai statik sisa
yang akan diproses.
Stacking
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam suatu CDP
gather, seluruh trace dengan koordinat midpoint yang sama dijumlahkan menjadi
satu trace. Setelah semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam
format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak
horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi
dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya saja. Dengan demikian apabila trace-
trace refleksi yang datar tersebut disuperposisikan (distack) dalam setiap CDP-
nya, maka diperoleh sinyal refleksi yang akan saling memperkuat dan noise akan
saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan yang dipakai dalam proses
stacking ini adalah stacking velocity. Stacking velocity adalah kecepatan yang
diukur oleh hiperbola NMO.
Migrasi
Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi merupakan tahap akhir dalam
metode Post Stack Time Migration yang bertujuan untuk memindahkan event-
event data pada section seismic ke posisi yang sebenarnya. Dengan kata lain
migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pemantulan pada CMP yang
diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila lapisannya miring maka
letak titik-titik CMP / reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan titik-titik
reflektor tersebut keposisi yang sebenarnya dilakukan proses migrasi.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
OPERASI LEPAS PANTAI1. Eksplorasi
Pencarian lokasi minyak dan gas di dalam bumi. Hal ini merupakan
tugas dari ahli geologi. (Menggunakan kendaraan survey seismik)
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
SEISMIK REFLEKSI UNTUK EKSPLORASI
Seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang elastis
yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan dinamit
(pada umumnya digunakan di darat, sedangkan di laut menggunakan sumber getar
(pada media air menggunakan sumber getar berupa air gun, boomer atau sparker).
Gelombang bunyi yang dihasilkan dari ledakan tersebut menembus sekelompok
batuan di bawah permukaan yang nantinya akan dipantulkan kembali ke atas
permukaan melalui bidang reflektor yang berupa batas lapisan batuan. Gelombang
yang dipantulkan ke permukaan ini diterima dan direkam oleh alat perekam yang
disebut geophone (di darat) atau Hydrophone (di laut), (Badley, 1985). Refleksi
dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada suatu muka tebing atau
jurang. Metoda seismic repleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi
perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah.
Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-batas
formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis
gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan
Gelombang Love.
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu eksplorasi
prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik dangkal
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
(shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan
bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi
daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok ini tentu
saja menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik
lapangannya.
Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting yaitu
pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk memperoleh
data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data seismik sehingga
dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap
untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi data seismik untuk
memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan bahkan juga untuk
memperkirakan material batuan di bawah permukaan.
Metode Seismik Bias dan Pantul
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang
dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan
dengan menggunakan ‘sumber’ seismic (palu, ledakan, dll). Setelah usikan
diberikan, terjadi gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang
memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan
ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada
suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu.
Berdasar data rekaman inilah dapat ‘diperkirakan’ bentuk lapisan/struktur di
dalam tanah.
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert
Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi
instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi gelombang seismik, yang dikenal
sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet
meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber
ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk be-riak. Pada
tahun 1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari sumber gempa
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
bumi untuk eksperimennya dan menemukan keberadaan bidang batas antara
mantel dan kerak bumi yang sekarang disebut sebagai Moho.
Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan mineral dimulai
pada tahun 1920an. Teknik seismik refraksi digunakan secara intemsif di Iran
untuk membatasi struktur yang mengandung minyak. Tetapi, sekarang seismik
refleksi merupakan metode terbaik yang digunakan di dalam eksplorasi minyak
bumi. Metode ini pertama kali didemonstrasikan di Oklahoma pada tahun 1921.
Seismik bias dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari
posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini,
gelombang yang terjadi setelah usikan pertama (first break) diabaikan, sehingga
sebenarnya hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset)
dan waktu jalar dihubungkan oleh sepat rambat gelombang dalam medium.
Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam
material dan dikenal sebagai parameter elastisitas.
Sedangkan dalam seismik pantul, analisis dikonsentrasikan pada energi yang
diterima setelah getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah
gelombang-gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di
bawah permukaan. Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan ‘echo
sounding’ pada teknologi bawah air, kapal, dan sistem radar. Informasi tentang
medium juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo gelombang pantul yang
direkam. Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis yang
dilakukan masih sama dengan seismik bias, yaitu analisis berdasar kontras
parameter elastisitas medium.
BOWTIEBowtie adalah reflektor semu yang diakibatkan oleh gelombang seismik yang terdifraksi. Struktur sinklin atau lembah dasar laut yang cukup ‘sempit’ sering kali menyebabkan efek dasi ’bowtie’.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Rekaman seismik dibawah ini menunjukkan fenomena bowtie.
Garis pink putus-putus adalah reflektor dasar laut yang ’seharusnya’, sedangkan reflektor biru dan merah (di dalam lingkaran biru) yang menyerupai bentuk dasi bowtie adalah akibat difraksi. Efek ini dapat dihilangkan dengan melakukan proses migrasi.
Dekomposisi Spektral (Spectral Decomposition) Penampang seismik konvensional yang anda amati merupakan komposit dari rentang frekuensi gelombang (umumnya 10 s/d 70 Hz, dengan frekuensi dominant sekitar 30Hz).
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Perbedaan penampang pada frekuensi yang berbeda akan menampilkan fitur geologi yang berbeda pula, karena pada hakikatnya sifat geologi seperti ketebalan, kandungan fluida (baca: hidrokarbon), dll. hanya akan lebih jelas dilihat pada level frekuensi yang sesuai.
Metoda dekomposisi spectral digunakan untuk menampilkan penampang seismic pada level frekuensi tertentu, katakanlah pada frekuensi 10Hz, 20Hz, 30Hz, dll.
Contoh dibawah ini menunjukkan perbedaan antara penampang waktu seismik konvensional dengan penampang seismic pada frekuensi 32Hz.
Penampang seismik ‘konvensional’, fluvial channel ditunjukkan dengan panah kuning. Geologi di bagian baratdaya tidak ditunjukkan dengan baik.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Penampang seismik pada 32Hz, fluvial channel ditunjukkan dengan panah kuning. Channel dibagian barat daya (panah biru) dapat ditunjukkan dengan lebih baik.
Near Offset... Far Offset...Near Offset adalah tras-tras seismik yang terdekat dengan sumber getar sedangkan Far Offset adalah tras-tras yang terjauh. Lihat gambar dibawah ini:
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Jika tras-tras seismik tersebut di NMO (Normal Move Out) selanjutnya di stack maka akan diperoleh near offset stack dan far offset stack.
Perbedaan amplitudo seismik near offset dan far offset seringkali digunakan di dalam studi AVO (Amplitude Versus Offset).
Gambar diatas adalah contoh tras-tras seismik dari satu shot pada akuisisi laut. Tras-tras near offset terlihat lebih ’noisy’ dibanding tras-tras far offset. Efek noise pada near offset diakibatkan oleh ambient noise seperti: baling-baling kapal, deru mesin, gelombang laut, dll.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Main Lobe…Side Lode…Main lobe adalah bagian utama dari sebuah wavelet sedangkan side lobe adalah bagian samping dari sebuah wavelet.
Di dalam dunia seismik, wavelet yang baik adalah wavelet dengan jumlah side lobe yang minimal (sekecil mungkin) dan cukup dominan pada bagian main lobe-nya. Bagian side lobe dapat memberikan efek noise pada rekaman seismik, yakni munculnya reflektor-reflektor semu.
Gambar dibawah menunjukkan bagian main lobe dan side lobe dari sebuah wavelet fasa nol.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
FEATHERFeather adalah istilah yang digunakan untuk menujukkan sifat penyimpangan streamer dari line seismik yang dikehendaki di dalam akuisisi seismik laut. Efek feather ini muncul dikarenakan arus laut.
Berikut ilustrasinya:
Kehadiran feather ini tentu kurang menguntungkan di dalam akuisisi laut, akan tetapi masih bisa di toleransi dengan syarat jangan melebihi 10°.
Cara yang mungkin bisa dilakukan untuk mengurangi efek ini adalah dengan melakukan survey arus laut terlebih dahulu sebelum mendesain lintasan seismik. Memang anda bisa ber-argumen bahwa desain lintasan seismik tersebut haruslah
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
mempertimbangkan aspek geologi yang menjadi target anda (seperti strike ataupun bentuk struktur) akan tetapi apakah tidak ada celah komunikasi untuk mempertimbangkan aspek arus laut di dalam mendesain lintasan tersebut?
Marine Acquisition 2D (Akuisisi data seismik laut 2D)Akuisisi data seismik laut 2D dilakukan untuk memetakan struktur geologi di bawah laut dengan menggunakan peralatan yang cukup rumit seperti: streamer, air gun, perlengkapan navigasi dll.
Skema akuisisi marin 2D dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Dalam praktiknya akuisisi seismic marin terdiri atas beberapa komponen: kapal utama, gun, streamer, GPS, kapal perintis dan kapal pengawal dan kadang-kadang perlengkapan gravity (ditempatkan di dalam kapal) dan magnetik yang biasanya ditempatkan 240 meter di belakang kapal utama (3 meter di dalam air)
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Didalam kapal utama terdapat beberapa departemen: departemen perekaman (recording), navigasi, seismic processing, teknisi peralatan, ahli komputer, departemen yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja, departemen lingkungan, dokter, juru masak, dan kadang-kadang di lengkapi dengan departemen survey gravity dan magnetik, dll. Jumlah orang yang terlibat
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
dalam keseluruhan operasi berjumlah sekitar 40 orang.
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, selama operasi ini disertai pula dua buah kapal perintis (chase boat) yakni sekitar 2 mil di depan kapal utama. Selain bertanggung jawab membersihkan lintasan yang akan dilewati (membersihkan rumpon, perangkap ikan, dll) , kapal perintis bertugas untuk menghalau kapal-kapal yang dapat menghalagi operasi ini. Selain itu di belakang streamer, terdapat juga sebuah kapal pengawal.
Operasi akuisisi data seismik memakan waktu dari mulai beberapa minggu sampai beberapa bulan, tergantung pada 'kesehatan' perangkat yang digunakan, musim, arus laut, dll.
Mengingat mahalnya operasi data akuisisi (mencapai 150 ribu dollar per hari, dalam operasi 3D bisa mencapai 250 ribu dollar per hari!) maka Quality Control dari operasi ini harus betul-betul diperhatikan, seperti apakah semua hidrophon bekerja dengan baik, apakah air gun memiliki tekanan yang cukup, apakah streamer dan air gun berada pada kedalaman yang dikehendaki, apakah feather tidak terlalu besar, dll.
Beberapa parameter geofisika yang dipakai dalam akuisisi marin adalah sbb (contoh):Record length: 9500msSample rate: 2msStart of data: 50msLow cut filter: 3 Hz/ 6dBHi Cut filter: 200Hz @ 370dB / OctaveTape format: Demux SEGD rev 1, 8058Polarity: first break is negativeShot point interval 25 m
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
No of streamer: 1Streamer length: 8100mNumber of channels: 648Group interval: 12.5 mOperating depth: 7 m +/- 1mOffset CSCNG (inline) 125m (center of source to center of near group)Array volume: 4140 cu incOperating pressure: 2000 psi +/- 10%Array configuration: 3 strings (each string = 9 segments)Array separation: 15 mSource depth: 6m +/- 1mCenter source to nav. mast: 185m
Gambar dibawah menunjukkan ruang kerja seismic recording, navigasi dan
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
processing…
Serta stasiun perangkat kerasnya…
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Streamer…yang dilengkapi dengan hydrophone, ADC (Analog to digital converter dan bird yang berperan untuk mengatur posisi dan kedalaman streamer). Diameter streamer sekitar 7 cm dengan panjangnya bisa mencapai 10km. Bagian hitam dari gambar ini menunjukkan perangkat ADC.
Bird...mengatur kedalaman dan posisi streamer...
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Air gun...dengan tekanan mencapai 2000psi...sangat berbahaya! bandingkan dengan ban mobil anda yang ’hanya’ 30-an psi! Bagian kuning dan hitam (seperti roket) hanyalah untuk pelampung. Bagian ’air gun’ adalah selinder logam yang menggantung padanya.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Saat perekaman berbagai aspek dimonitor secara dinamik.Seperti rekaman setiap shot, apakah ada tras seismik yang mati?, penampang single channel dan signature sumber....
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Kedalaman air gun....tekanan dll. Apakah ada loss compression ? Gambar di bawah menunjukkan terdapat 3 array air gun dengan masing-masing array terdiri atas 9 kompartemen.
Level ambient noise….akibat arus laut, deru mesin kapal, baling-baling, dll. (merah menunjukkan tinggi dan biru menunjukkan rendah)
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Navigasi…bertugas untuk memastikan bahwa akuisisi data seismik berada pada lintasan yang dikehendaki. Disamping itu mereka juga memberikan informasi tentang feather akibat arus laut yang biasanya diterima dibawah 10° dan juga meminta kapten kapal mengatur kecepatan kapal, yang biasanya dibawah 5 knot.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Dan lain..lain…sampai memperhatikan kelangsungan makhluk laut yang satu ini…Kehadiran mereka dilaporkan oleh Marine Mammal Observer yang hadir selama akuisisi seismik ...jika dilaporkan terdapat mamalia laut, tembakan air gun dihentikan untuk sementara waktu, walaupun ribuan dollar melayang!
Spike Secara bahasa spike diterjemahkan sebagai ’paku’. Di dalam terminologi seismik istilah spike digunakan untuk menjelaskan sifat ’kelangsingan’ dari sebuah wavelet atau gelombang refleksi.
Ingat bahwa batas perlapisan batuan ditunjukkan oleh bentuk gelombang yang ’gemuk’. Interpreter menginginkan bentuk gelombang tersebut selangsing mungkin...idealnya seperti paku (spike).
Sifat gelombang yang gemuk tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya: atenuasi, absorbsi, signature sumber, dll.
Upaya diet yang bisa dilakukan untuk melangsingkan gelombang adalah dengan cara deconvolusi. Namun hal inipun ada batasannya, mustahil untuk mendapakan gelombang refleksi atau wavelet berbentuk paku.
Perhatikan gambar dibawah ini:
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Multiple
Multiple adalah pengulangan refleksi akibat ’terperangkapnya’ gelombang seismik dalam air laut atau terperangkap dalam lapisan batuan lunak.
Terdapat beberapa macam multiple: (a) water-bottom multiple, (b) peg-leg multiple dan (c) intra-bed multiple.
Perhatikan model di bawah ini:
Didalam rekaman seismik, masing-masing multiple akan menunjukkan ‘morfologi’ reflektor yang sama dengan reflektor primernya akan tetapi waktunya berbeda.
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
Untuk model water bottom multiple (model a) katakanlah kita memiliki waktu tempuh sea bottom sebesar 500ms maka multiplenya akan muncul 500 x 2 = 1000ms. Jika gelombang tersebut terperangkap tiga kali maka multiple water bottom berikutnya akan muncul pada 500 x 3 = 1500ms, dst.
Untuk model peg leg multiple (model b), multiple akan muncul pada waktu tempuh gelombang refleksi primer (top gamping) ditambah waktu tempuh sea bottom.
Untuk model intra bed multiple, multiple akan muncul pada waktu tempuh gelombang primer top gamping ditambah waktu tempuh dalam shale (tambah sedikitlah…)Gambar dibawah adalah rekaman seismik yang menunjukkan fenomena multiple. Perhatikan terdapat 4 multiple akibat dasar laut, berarti gelombang seismik tersebut ‘terperangkap’ empat kali!
GEOFISIKA-I
D@RTO M@NURUNG06 306 004
GEOFISIKA-I