Tugas Proposal

6
Tugas Proposal ANGKA KEJADIAN KELAINAN REFRAKSI PADA MAHASISWA STIK TAMALATEA 2016 Disusun Oleh : Firnanda J Nanlohy (1210073) BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIK KESMAS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA MAKASSAR 2016

description

HBK

Transcript of Tugas Proposal

Page 1: Tugas Proposal

Tugas Proposal

ANGKA KEJADIAN KELAINAN REFRAKSI PADA MAHASISWA

STIK TAMALATEA

2016

Disusun Oleh :

Firnanda J Nanlohy

(1210073)

BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIK KESMAS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA

MAKASSAR

2016

Page 2: Tugas Proposal

Latar Belakang

Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi untuk penglihatan.

Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kurang

terperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan

menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan.Kelainan refraksi adalah kelainan

pembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca,

atau panjang bola mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea

tanpa bantuan akomodasi. Kelainan refraksi dapat dibagi menjadi 3, yaitu miopia (rabun jauh),

hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisme.

Prevalensi kebutaan menurut WHO adalah berkisar antara 0,08% pada anak-anak sampai

4,4% pada orang dewasa usia diatas 60 tahun. Secara keseluruhan, prevalensinya 0,7%. Jumlah

orang yang mengalami kebutaan di dunia meningkat 1-2 juta orang setiap tahunnya.Prevalensi

kebutaan di ASEAN adalah sekitar 0,8%. Angka ini bervariasi, mulai dari 0,3% di Thailand

hingga 1,5% di Indonesia. Negara kita merupakan negara dengan angka kebutaan yang tertinggi

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996,

penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), dan kelainan

refraksi (0,14%).Berdasarkan hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang

dilaporkan tahun 1996, diperoleh data prevalensi penyakit mata yang tertinggi adalah kelainan

refraksi, yaitu sebanyak 24,72%.

Kelainan refraksi merupakan kelainan pada mata yang paling umum. Hal ini terjadi

apabila mata tidak mampu memfokuskan bayangan dengan jelas, sehingga penglihatan menjadi

kabur, dimana kadang-kadang keadaan ini sangat berat sehingga menyebabkan kerusakan pada

Page 3: Tugas Proposal

penglihatan.Tiga kelainan refraksi yang paling sering dijumpai yaitu miopia, hipermetropia, dan

astigmatisme. Jenis kelainan refraksi yang keempat yaitu presbiopia. Keadaan ini berbeda

dengan ketiga jenis lainnya dimana presbiopia berhubungan dengan proses penuaan dan terjadi

hampir pada seluruh individu.

Penderita dengan kelainan refraksi akan mengeluh kabur untuk benda-benda yang

dilihatnya. Pasien dengan kelainan refraksi terlihat mengedip lebih kurang dibanding orang

normal. Orang normal biasanya akan mengedip 4 kali dalam 1 menit. Bila seseorang kurang

mengedip maka mata akan melotot atau mulai juling. Adalah baik seseorang dengan kelainan

refraksi sering mengedip agar tidak timbul penyulit lain. Untuk mencegah terjadinya penyulit

diusahakan memberikan istirahat pada mata dan mencegah pupil berkontraksi.

Koreksi kelainan refraksi perlu diperhatikan untuk mendapatkan tajam penglihatan yang

sempurna. Koreksi diperlukan untuk mengatur masuknya sinar atau bayangan benda ke dalam

smata. Alat yang dipakai untuk memperbaiki kelainan refraksi yaitu kacamata dan lensa kontak.

Bedah refraksi juga dapat dilakukan untuk memperbaiki kelainan refraksi, seperti lasik atau

bedah dengan sinar laser, clear lens extraction, phakic IOL, radial keratotomy, keratektomi

fotorefraktif, dan keratoplasti lamellar automated (ALK).

Normalnya, sinar - sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata akan dibiaskan oleh

sistem optis bolamata dan terfokus dalam satu titik yang jatuh tepat pada retina. Kondisi ini

disebut emmetropia.Sayang, tidak semua orang memiliki kondisi mata yang ideal seperti itu.

Pada beberapa orang, titik fokus dari sinar - sinar tersebut justru jatuh di depan retina, atau di

belakang retina. Bahkan, dapat terjadi sistem optis bolamata membiaskannya tidak saja menjadi

satu titik fokus, tetapi malah dua atau bahkan lebih. Kondisi inilah yang disebut ammetropia, dan

menyebabkan mata tidak dapat melihat dengan sempurna, bahkan kabur sama sekali.

Page 4: Tugas Proposal

Hasil laporan dari International Agency for prevention of Blindness, menyatakan bahwa

5-15 % anak mengalami kelainan refraksi, dimana mayoritasnya tidak terkoreksi. Prevalensi

hipermetropia > + 1,25 D adalah sekitar 4-7 % pada umur 5-20 tahun, menetap pada umur

pertengahan dan meningkat pada usia 45 tahun atau lebih.

Prevalensi untuk miopia bervariasi dengan umur dan jenis kelamin, meningkat pada masa

pertumbuhan, dengan presentase 1 % pada anak umur 5 tahun, meningkat 8 % pada umur 10

tahun dan sekitar 15 % pada umur 15 tahun. Prevalensi untuk astigmatisma meningkat hingga 70

%, tapi menurun 3 % hingga batas 1,25 dioptri atau lebih.

Mahasiswa cenderung mengalami miopia. Penelitian yang dilakukan di Universitas

Nasional Singapura menunjukkan bahwa 89,8% mahasiswa tahun kedua mengalami miopia.

Penelitian lain di Grant, Norwegia, juga menunjukan bahwa 78% mahasiswa tingkat pertama

mengalami miopia.

Pengguna kacamata pada mahasiswa STIK Tamalatea ± 30 0rang. Berdasarkan latar

belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Angka Kejadian

Kelainan Refraksi pada mahasiswa STIK Tamalatea semester 2, 4 dan 6 tahun ajaran 2015/2016.