Tugas Perjut Umi
-
Upload
marsusyiam -
Category
Documents
-
view
217 -
download
2
description
Transcript of Tugas Perjut Umi
TUGAS TERSTRUKTURMATAKULIAH PERTANIAN BERKELANJUTAN
Dampak Negatif Pemupukan Berlebihan
Oleh:Fitriani Dina Heryanti
NIM A1L012190
Semester:Ganjil 2015
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2015
I. PENGERTIAN PUPUK
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi
tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan
alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca,
Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B
(hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm).
Pupuk diberikan agar tanaman (tumbuhan yang diusahakan manusia) dapat
tumbuh, berkembang dan menghasilkan sesuai yang diharapkan. Manusia selalu
menuntut lebih terhadap kemampuan tanaman. Rekayasa genetik dan lingkungan
di lakukan agar tanaman memberikan kinerja yang lebih baik. Dengan bantuan
hasil tanaman tersebut, unsur yang semula berada dalam tanah masuk ke dalam
tubuh manusia.
Tumbuhan tidak memerlukan pupuk. Karena tumbuhan mampu mengambil
unsur hara yang tersedia di lingkungan hidupnya. Pada lahan yang tidak terusik
manusia, kesuburan tanah selalu meningkat, karena terjadi pelonggokan materi
dan energi di tempat tersebut. Mineral dari jeluk yang lebih dalam diangkut ke
daun dan digugurkan ke permukaan tanah. Gas-gas di udara terutama CO2 dijerat
dan digunakan sebagai penyusun tubuh tumbuhan. Tumbuhan selalu hidup
bersama dengan lelembut (mikrobia). Serasah tumbuhan menjadi makanan dan
sumber energi bagi lelembut tersebut untuk terus bekerja. Hasil perombakan
digunakan kembali oleh tumbuhan. Interaksi mineral dan bahan organik yang
terus menerus itu, akan diikuti ketersedian hara dan lengas yang makin besar,
sehingga memberikan lingkungan yang terbaik bagi tumbuhan.
Semakin berkurang usikan manusia terhadap suatu lahan, maka lahan
tersebut akan bertambah subur. Sebaliknya, semakin banyak usikan semakin
banyak pula masukan yang harus diberikan agar lahan tetap subur. Semakin
intensif lahan dikelola, semakin banyak pula pupuk yang diperlukan.
II. JENIS PUPUK
Menurut Rosmarkam dan Yuwono Pupuk dapat dibedakan berdasarkan
bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam
hara yang dikandungnya.
A. Berdasarkan asalnya dibedakan:
1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam
tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano,
pupuk hijau dan pupuk batuan P.
2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP, urea,
rustika dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah
sumber daya alam melalui proses fisika dan/atau kimia.
B. Berdasarkan senyawanya dibedakan:
1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk
alam tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk alam
yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal
dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2].
2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik.
Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
C. Berdasarkan fasa-nya dibedakan:
1. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah
larut dalam air sampai yang sukar larut.
2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu
dengan air, Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun. Karena mengandung
banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk
amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N nya sangat tinggi sekitar
83%, penggunaannya dapat diinjeksikan lewat tanah.
D. Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan:
1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan
disemprotkan pada permukaan daun.
2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah
disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.
E. Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan:
1. Pupuk masam mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk tersebut
diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam (pH
menjadi lebih rendah). Misalnya: Za dan Urea.
2. Pupuk basis mempunyai reaksi fisiologis alkalisatau basis, ialah pupuk yang
bila diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik
misalnya: pupuk chili salpeter, calnitro, kalsium sianida.
F. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan:
1. Pupuk tunggal hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya: urea
hanya mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (meskipun juga
mengandung Ca).
2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara
tanaman. Contoh: NPK, amophoska, dan nitrophoska.
G. Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan:
1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK, dan
nitrophoska.
2. Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya:
mikrovet, mikroplek, metalik.
3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering
juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur
tumbuh (hormon tumbuh).
III. DAMPAK NEGATIF PEMUPUKAN BERLEBIHAN
Dampak negative pemupukan berlebihan dapat menurunkan produktivitas
tanaman bahkan dapat menimbulkan kematian bagi tanaman. Penurunan
produktivitas dan kematian tanaman dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
A. Polusi air.
Nutrisi pada pupuk anorganik, terutama nitrat, dapat mencemari lingkungan
alam dan mengganggu kehidupan manusia jika terbilas oleh air hujan dan
mengalir dari lahan pertanian hingga ke perairan setempat dan air tanah. Jumlah
pupuk anorganik yang masuk ke perairan cenderung sulit untuk dihitung dan
diperkirakan dampaknya secara kuantitatif.
B. Sindrom bayi biru.
Pembilasan pupuk nitrogen dari kawasan pertanian mampu mencemari air
tanah. Penggunaan amonium nitrat anorganik secara umum bersifat
membahayakan air tanah karena tanaman lebih mudah menyerap ion amonium
dibandingkan ion nitrat untuk mendapatkan nitrogen, sehingga ion nitrat yang
berlebih tersebut akan terbilas dan mencemari air tanah. Kadar nitrat di atas 10
miligram per liter (10 ppm) pada air tanah mampu menyebabkan sindrom bayi
biru.
C. Kontaminasi zat pengotor.
Setiap pupuk anorganik berbahan dasar mineral dapat mengandung zat
pengotor berupa fluorida dan logam berat seperti kadimum dan uranium
tergantung dari di mana dan bagaimana bahan mineral ditambang. Bahan pengotor
tersebut dapat dihilangkan, namun akan meningkatkan biaya prduksi secara
signifikan sehingga tidak dilakukan oleh sebagian besar industri pupuk. Senyawa
pengotor ini dapat mempengaruhi kualitas tanah hingga meracuni tanaman.
D. Ketergantungan terhadap pupuk anorganik.
Petani secara tidak sadar menjadi "kecanduan" pupuk anorganik karena
penggunaan pupuk anorganik secara jangka panjang mematikan organisme tanah
yang bermanfaat sehingga penyediaan nutrisi secara organik tidak akan secepat
tanah biasa. Organisme tanah seperti mikoriza, fungi, dan berbagai bakteri mampu
menguraikan senyawa organik. Ketidakseimbangan nutrisi tanah akibat pupuk
anorganik mematikan sebagian besar organisme tanah dan menyebabkan
peningkatan keasaman tanah.
E. Hilangnya unsur mikro.
Berbagai pupuk anorganik tidak mengandung unsur hara mikro karena
dibuat dalam bentuk murni. Unsur hara mikro ini dapat secara bertahap
menghilang dari tanah karena diserap oleh tumbuhan. Hilangnya unsur mikro
telah dikaitkan dengan studi turunnya kandungan mineral pada buah dan sayur
yang dihasilkan suatu usaha tani. Di Australia, defisiensi seng, tembaga, mangan,
besi, dan molibden menjadi pembatas jumlah hasil pertanian dan peternakan yang
dihasilkan pada tahun 1940 sampai 1950an. Sejak kejadian ini, nutrisi hara mikro
mulai ditambahkan pada produksi pupuk anorganik. Berbagai tanah di seluruh
dunia yang kekurangan nutrisi seng terkait pula dengan defisiensi seng pada
asupan nutrisi manusia yang hidup di sekitarnya.
F. Pemupukan berlebih.
Pemupukan berlebih dapat berakibat sama buruknya dengan kekurangan
nutrisi. Gejala seperti fertilizer burn terjadi karena pupuk diberikan terlalu banyak,
sehingga menyebabkan daun mengering hingga menyebabkan kematian tanaman.
Tingkat gejala memar terkait dengan indeks kadar garam pada pupuk dan tanah.
G. Konsumsi energi tinggi.
Di Amerika Serikat, 317 miliar kaki kubik gas alam dikonsumsi untuk
memproduksi amonia setiap tahunnya. Secara keseluruhan di seluruh dunia,
konsumsi gas alam untuk produksi amonia diperkirakan mencapai 5% dari total
gas alam yang dikonsumsi, yang kurang lebih setara dengan 2% total kebutuhan
energi dunia.
Amonia diproduksi dengan memanfaatkan gas alam dalam jumlah besar
dengan kebutuhan energi yang tinggi pula untuk meningkatkan tekanan dan
temperatur dalam prosesnya. Biaya pembelian gas alam memakan biaya produksi
amonia sebesar 90%. Peningkatan harga gas alam tidak terlepas dari peningkatan
permintaan komoditas ini untuk memproduksi pupuk sehingga ikut meningkatkan
harga pupuk.
H. Kontribusi terhadap perubahan iklim.
Gas rumah kaca (GRK) berupa karbon dioksida, metana, dan nitro oksida
ketiganya dihasilkan dari industri pupuk, baik disengaja maupun tidak. Metana
dan nitro oksida merupakan senyawa gas rumah kaca yang lebih berbahaya
dibandingkan gas karbon dioksida, dan dampak keduanya dapat disetarakan
dengan karbon dioksida. Diperkirakan setiap kilogram amonium nitrat yang
dihasilkan, dua kilogram GRK setara karbon dioksia dilepaskan oleh industri.
Selain itu, pupuk nitrogen yang sudah terlarut ke dalam tanah mampu dilepaskan
oleh bakteri menjadi nitro oksida melalui proses denitrifikasi. Semakin banyak
nitrogen di dalam tanah yang tersedia, laju proses denitrifikasi menjadi lebih cepat
sesuai dengan kesetimbangan kimia.
I. Dampak terhadap mikoriza.
Tumbuhan tidak lagi bergantung pada mikoriza dalam pemecahan senyawa
organik dan penyerapan nutrisi karena ketersediaan nutrisi lebih banyak
didapatkan dari pupuk anorganik. Hubungan simbiosis ini dapat terlepas dan
mempengaruhi ekosistem tanah secara keseluruhan.
J. Eutrofikasi.
Pupuk secara umum mengandung senyawa yang mampu mempercepat
pertumbuhan tumbuhan. Eutrofikasi adalah gejala peningkatan laju pertumbuhan
tumbuhan air. Pupuk yang terbilas aliran air permukaan mampu diserap oleh
tumbuhan air dan menyebabkan eutrofikasi. Hal ini membahayakan perairan
karena ketika tumbuhan mati, prosesdekomposisi oleh bakteri yang terjadi di
bawah air mampu menyebabkan hilangnya oksigen dan menyebabkan kebinasaan
ikan dan hewan air lainnya. Dan air mampu berubah menjadi keruh dan berwarna
kehijauan (atau merah, coklat, kuning, tergantung jenis alga yang mengalami
eutrofikasi di perairan). Sekitar setengah danau di Amerika Serikat kini bersifat
eutrofik dan jumlah kawasan mati (dead zone) meningkat hingga ke pinggir
pantai.
K. Peningkatan keasaman tanah.
Pupuk organik dan anorganik yang kaya nitrogen dapat menyebabkan
peningkatan keasaman tanah ketika diberikan. Keasaman tanah yang meningkat
mampu mengikat beberapa senyawa nutrisi mikro sehingga menjadi tidak tersedia
bagi tumbuhan untuk diserap. Pengapuran tanah dapat menurunkan tingkat
keasaman tanah.
L. Pencemaran udara.
Konsentrasi emisi metana dunia di dekat permukaan tanah dan di atmosfer
tahun 2005. Perhatikan warna merah pada peta bagian atas menunjukan lokasi
dengan emisi metana terbesar. Emisi metana dari lahan pertanian, terutama sawah
penanaman padi meningkat dengan bertambahnya penerapan pupuk berbasis
amonia. Emisi ini dapat berkontribusi secara signifikan pada perubahan iklim
karena metana merupakan gas rumah kaca yang kuat. Selain metana, nitro oksida
telah menjadi gas rumah kaca dengan kontribusi pemanasan global ketiga di dunia
karena meningkatnya penggunaan pupuk berbasis nitrogen.
Emisi gas metana dari pupuk mencakup:
1. kotoran hewan dan urea melepaskan metana, nitro oksida, amonia, dan karbon
dioksida pada jumlah yang bervariasi tergantung wujud dan kondisi lingkungna
setempat.
2. pupuk berbasis asam nitrat atau amonium bikarbonat melepas nitro oksida,
amonia, dan karbon dioksida ke atmosfer sejak proses produksi hingga
penerapannya ke atmosfer. Amonia merupakan senyawa dengan titik didih
yang rendah, sehingga mudah menguap segera setelah diberikan ke lahan
pertanian akibat panas matahari.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aplikasi pupuk secara
berlebihan dapat menimbulkan adanya penurunan produktivitas bahkan kematian
tanaman budidaya. Pemberian pupuk sesuai dosis dan anjuran dapat
meningkatkan produktivitas tanaman dan kesehatan lingkungan secara umum.