tugas penyakit hati

42
MAKALAH PENYAKIT HATI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Farmakologi Kemoterapi FARMASI 3 C

description

blak

Transcript of tugas penyakit hati

Page 1: tugas penyakit hati

MAKALAH

PENYAKIT HATI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Farmakologi Kemoterapi

FARMASI 3 C

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2014

Page 2: tugas penyakit hati

Penyusun :

1. Dian Eka Nugraha

2. Mohammad Rizkie Rienaldi

3. Muhammad Gilang Ramadhan

4. Rizky Ramdhani

5. Tora Aditya Yospana

6. Rifky Rifaldhi

7. Annisa Septiana P

8. Ayu Rahayu

9. Bellasyana Novismara S

10. Dede Karmilawati

11. Desy Apriani

12. Divina Valiencia

13. Dita Meiliawati

14. Eneng Dina Tresnawati

15. Farida Sonya

16. Fatma Azzahra

17. Fatimah Nurul

18. Lely Oktavia

19. Meilina Putri P

20. Nesvi Nur Ayu A

21. Nurul Aini

22. Popi Dwi Nopiani

23. Syifa Ul Zannah

24. Siti Nurmayanti

25. Nopi Harisa

Page 3: tugas penyakit hati

Penyakit Hati

Hati merupakan organ intestinal paling besar dalam tubuh manusia.

Beratnya rata-rata 1,2 – 1,8 kg atau kira-kira 2,5% berat badan orang dewasa. Di

dalamnya terjadi pengaturan metabolism tubuh dengan fungsi yang sangat

kompleks dan juga proses-proses penting lainnya bagi kehidupan, seperti

penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan

metabolism kolesterol dan detoksifikasi racun atau obat yang masuk ke dalam

tubuh.

Gangguan fungsi hati seringkali dihubungkan dengan beberapa penyakit

hati tertentu. Beberapa pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati

akut atau kronis. Dikatakan akut apabila kelainan-kelainan yang terjadi

berlangsung sampai dengan 6 bulan, sedangkan penyakit hati kronis berarti

gangguan yang terjadi sudah berlangsung lebih dari 6 bulan. Ada satu bentuk

penyakit hati akut yang fatal, yakni kegagalan hati fulminan yang berarti

perkembangan mulai dari timbulnya penyakit hati hingga kegagalan hati yang

berakibat kematian (fatal) terjadi dalam waktu kurang dari 4 minggu.

Beberapa penyebab penyakit hati antara lain :

1. Infeksi virus hepatitis, dapat ditularkan melalui selaput mukosa, hubungan

seksual atau darah (parenteral).

2. Zat-zat toksik, seperti alkohol atau obat-obat tertentu.

3. Genetik atau keturunan, seperti hemokromatosis.

4. Gangguan imunologis, seperti hepatitis autoimun, yang ditimbulkan

karena adanya perlawanan sistem pertahanan tubuh terhadap jaringan

tubuhnya sendiri. Pada hepatitis autoimun, terjadi perlawanan terhadap

sel-sel hati yang berakibat timbulnya peradangan kronis.

5. Kanker, seperti hepatoseluler karsinoma, dapat disebabkan oleh senyawa

karsinogenik antara lain aflatoksin, polivinil klorida (bahan pembuat

plastik), virus, dan lain-lain. Hepatitis B dan C maupun sirosis hati juga

dapat berkembang menjadi kanker hati.

Page 4: tugas penyakit hati

Penyakit hati dibedakan menjadi berbagai jenis, beberapa macam penyakit

hati yang sering ditemukan yaitu hepatitis, sirosis hati, kanker hati, pelemakan

hati, kolestasis dan penyakit kuning, hemokromatosis, dan abses hati.

Istilah hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati.

Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan,

termasuk obat tradisional. Virus merupakan penyebab dari hepatitis akut dan

kronik. Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis : hepatitis A, B, C, D, E, dan F.

Hati merupakan bagian utama replikasi dan kerusakan sel. Semua virus hepatitis

menyebabkan infeksi akut; oleh karena itu, virus yang menyebabkan hepatitis A

dan E biasanya dapat hilang dari tubuh sekitar 6 bulan dan tidak menyebabkan

infeksi persisten. Sedangkan hepatitis B, C, D dapat menyebabkan infeksi kronik,

sirosis, dan meningkatkan resiko kanker hati. Gejalaklasik pada hepatitis akut

untuk beberapa minggu seperti kulit kuning, urine gelap, kelelahan yang

ekstrim, mual, muntah, sakit perut, dan penurunan nafsu makan. Beberapa

pasien tanpa gejala atau gejalanya seperti penyakit flu. Pasien dengan hepatitis B

atau C kronik, biasanya mengalami kelelahan diantara keluhan mereka.

Secara luas belum terdapat pengobatan yang spesifik untuk hepatitis. Hati

mempunyai daya regenerasi yang cukup tinggi, sehingga pada kerusakan 90%

massa hati masih dapat mempertahankan hidup. Dalam hal ini terapi suportif

hanya diperlukan untuk membantu kelangsungan fungsi vital.

Pemberian obat-obat hepatitis ditujukan sebagai terapi simptomatik untuk

meringankan gejala penyakit dan sebagai terapi suportif untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut dan mencegah terjadinya komplikasi. Obat-obat yang

digunakan pada umumnya bersifat hepatoprotektor, lipotropik, kholeretik atau

kholagogum. Kholeretikum bekerja meningkatkan sekresi empedu dalam hati.

Namun pada kerusakan parenkim hati tidak dianjurkan pemakaian senyawa ini

karena peningkatan sekresi empedu akan menambah beban hati. Kholagogum

bekerja meningkatkan pengosongan kandung empedu, sebagai contoh peptone,

sorbitol, dan berbagai minyak atsiri seperti peppermint, anisi dan adas.

Page 5: tugas penyakit hati

A. Hepatitis A

1. EPIDEMIOLOGI

Hepatitis A dapat menyerang segala usia. Pada anak-anak sering

tidak terdeteksi secara klinis (asimptomatik) dan periode penularannya lebih

lama daripada orang dewasa. Infeksi hepatitis A terjadi melalui rute fekal-

oral, kontak dengan penderita, atau melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi, atau melalui darah (jarang). Lebih sering terjadi pada

masyarakat golongan sosioekonomi rendah dengan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi dan sanitasi yang buruk.

2. FAKTOR RISIKO

- Tempat penitipan anak

- Pelancong (khususnya yang pergi ke daerah endemik)

- Pengguna obat suntikan (Injection Drug Users = IDUs)

- Hubungan seks oral-anal

- Penderita penyakit hati kronis

- Orang-orang yang bekerja dengan hewan primate

3. ETIOLOGI

Virus hepatitis A (Hepatitis A Virus=HAV) merupakan Hepatovirus

yang berhubungan dengan Enterovirus dalam family Picornaviridae.

Berbentuk kubus simetrik dengan panjang sisi 27-28 nm. Virus ini tidak

memiliki selubung dan tahan terhadap cairan empedu. Memiliki 1 serotipe.

Genomnya merupakan RNA sense-positif beruntai tunggal dan memiliki

empat genotipe. Tipe I dan III paling umum ditemukan pada manusia. Stabil

dalam lingkungan selama 1 bulan. Masa inkubasi 2-4 minggu. Dapat

diinaktivasi dengan pemanasan dengan suhu minimal 85°C selama 1 menit

atau dengan pengenceran natrium hipoklorit dalam air dengan kadar 1:100.

4. PATOFISIOLOGI

- Virus masuk melalui mulut dan tertelan

- Absorpsi oleh saluran GI

- Masuk ke sirkulasi darah dan hati

- Replikasi di dalam hepatosit dan sel-sel epitel saluran cerna

Page 6: tugas penyakit hati

- Virus baru masuk ke dalam sirkulasi darah dan disekresikan

melalui cairan empedu

- Reabsorpsi oleh saluran GI Keluar melalui feses

5. MANIFESTASI KLINIS

Tanda-tanda dan gejala:

- Fase preikterus: gejala-gejala seperti influenza (hilang nafsu

makan, mual, lelah, dan rasa tidak enak badan)

- Hilang nafsu makan, mual, muntah, lelah, rasa tidak enak badan,

demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen bagian kanan atas.

- Fase ikterus : sklera dan kulit berwarna kuning, urin berwarna

gelap, feses berwarna terang (acholic), kulit gatalgatal, dan gejala-

gejala sistemis yang memburuk.

- Anak-anak yang berusia <6 tahun tidak menampakkan gejala,

kalaupun ada, mereka tidak mengalami jaundice (kuning).

6. DIAGNOSIS

- Pemeriksaan fisik

- Sklera, kulit, dan sekresi ikterik

- Penurunan berat badan ringan (2-5 kg)

- Hepatomegali

- Tes laboratorium

- IgM anti HAV positif

Page 7: tugas penyakit hati

- Peningkatan kadar bilirubin, γ-globulin, dan transaminase hepatik

(alanine transaminase dan aspartate transaminase) 2 kali lipat dari

normal pada penyakit anikterik akut.

- Peningkatan kadar alkali fosfatase, γ-glutamil transferase, dan

bilirubin total pada pasien kolestatik.

7. TERAPI

- Tujuan terapi: pemulihan kondisi pasien.

- Terapi umumnya bersifat suportif.

- Penggunaan steroid tidak disarankan.

8. PENCEGAHAN

- Pencegahan hepatitis A dapat dilakukan dengan vaksinasi dan

imunisasi.

- Semua anak yang berusia >1 tahun, kelompok faktor risiko, pasien

penyakit hati kronis, dan orang-orang dengan gangguan faktor

pembekuan darah sebaiknya menerima vaksin hepatitis A.

- Dua jenis vaksin hepatitis A yang berlisensi di AS adalah Vaqta

dan Havrix. Vaqta tidak mengandung pengawet dan potensi vaksin

ini dihitung dengan unit antigen HAV. Havrix menggunakan 2-

fenoksifenol sebagai pengawet dan potensi vaksin dihitung dengan

unit ELISA (Enzyme-linked Immunoabsorbent Assay). Efek

samping: rasa sakit dan panas di tempat injeksi, sakit kepala, tidak

enak badan, dan nyeri. Efek samping serius seperti anafilaksis,

sindrom Guillain-Barre, brachial plexus neuropathy, transverse

myelitis, sklerosis multipel, ensefalopati, dan erythema multiforme

juga pernah dilaporkan.

Tabel 1: Dosis Havrix dan Vaqta yang disarankan :

Page 8: tugas penyakit hati

- Twinrix adalah vaksin bivalen untuk hepatitis A dan B. Vaksin ini

diperbolehkan untuk orang-orang berusia ≥ 18 tahun dengan waktu

pemberian 0, 1, dan 6 bulan. Dosis pertama memberikan tingkat

serokonversi HAV >90%, tetapi diperlukan tiga dosis untuk

serokonversi HBV yang maksimal.

- Imunoglobulin (Ig) digunakan sebagai terapi profilaksis pra/pasca

paparan terhadap HAV. Paling efektif bila diberikan dalam masa

inkubasi. Ig jarang menyebabkan efek samping serius dan aman

diberikan kepada wanita hamil dan menyusui.

Dosis:

0,2 mL/kg IM : untuk mereka yang telah terpapar HAV atau belum

(profilaksis <3 bulan)

0,6 mL/kg IM (profilaksis ≥5 bulan) : untuk mereka yang belum

terpapar HAV

B. Hepatitis B

1. Definisi Penyakit

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus

Hepatitis B"(VHB). Suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat

menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian

kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.

2. Epidemiologi

Diduga diseluruh dunia terdapat 300 juta pengidap virus Hepatitis B,

yang merupakan sumber infeksi. Bergantung pada kejadian infeksi primer

virus Hepatitis B, angka pengidap bervariasi antara 0,3% (di Amerika

Serikat dan Eropa Barat) sampai 20% (di Asia Tenggara, Afrika sub-Sahara

dan Oceania). Di Indonesia data virus Hepatitis B ditunjukan dengan angka

seroprevalensi darah donor di beberapa kota besar, bervariasi antara 2,4 –

9,1% dengan angka rata-rata 52%. Ancaman terhadap infeksi ini pasca

transfuse sebagian besar telah disingkirkan dengan penapisan rutin untuk

HB s Ag, meskipun 5-10% hepatitis pasca transfuse masih terjadi

disebabkan oleh virus Hepatitis B.

Page 9: tugas penyakit hati

Ras dengan prevalensi tinggi: ras kulit hitam non-Hispanik disusul

oleh ras Asia-Pasifik dan ras kulit putih non-Hispanik. Ras Hispanik

memiliki prevalensi hepatitis B terendah. Hepatitis B Virus (HBV)

ditularkan secara seksual, parenteral, dan perinatal. Penularan juga dapat

terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, terutama darah dan

komponen darah.

3. Fatofisiologi

Replikasi dengan perlekatan virion pada sel hepatosit

Partikel virus berpindah ke nukleus

Konversi DNA membentuk DNA sirkular tertutup sebagai template RNA

pragenomik

Transkripsi RNA virus

RNA virus kembali ke sitoplasma

Cadangan template virus Berkembang di dalam membran

intrasel bersama protein envelope

Menginfeksi sel lain

Hepatitis B Virus ini tidak bersifat patogenik terhadap sel, tetapi

respons imun terhadap virus ini yang bersifat hepatotoksik. Kerusakan

hepatosit menyebabkan peningkatan kadar ALT.

4. Etiologi

Hipertitis B merupakan virus DNA yang termasuk ke dalam family

Hepadnaviridae. HBV ini memiliki envelope, berukuran kecil dan

mengandung DNA beruntai ganda parsial dengan 3200 pasang basa

nitrogen. DNA ini mengkode 3 protein permukaan diantaranya antigen

permukaan (HBsAg), antigen inti (HBcAg), protein pra-inti (HBeAg);

Page 10: tugas penyakit hati

protein polymerase aktif yang besar; protein transaktivator. Ada 7 genotife

(A-H) yang tersebar di wilayah geografis. Virus ini memiliki masa inkubasi

1-6 bulan.

5. Fatogenesis

Virus hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari

peredaran darah partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses

replikasi virus. Sellanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi

partikel Dane utuh, partikel HBsAg bentuk bualt dan tubuler, dan HbeAg

yang tidak ikut membentuk partikel virus. VHB merangsang respons imun

tubuh, yang pertama kali datang adalah respon imun nonspesifik yang

diikuti oleh respon imun spesifik.

6. Diagnosis

a. Pemeriksaan fisik:

- Sklera, kulit, dan sekresi ikterik.

- Penurunan bunyi usus besar, peningkatan lingkar abdomen, dan

adanya pergerakan cairan.

- Asterixis

- Spider angiomata

b. Tes laboratorium:

- Adanya Hepatitis B surface antigen (HBsAg) minimal selama 6

bulan.

- Peningkatan transaminase hati (alanine transaminase dan

aspartatetransmaninase) dan DNA HBV >105 kopi/mL.

- Biopsi hati

7. Manifestasi Klinik

Beberapa tanda-tanda dan gejala yang ditimbulkan dari Hepatitis B

ini yaitu:

a. Mudah lelah, cemas, tidak nafsu makan, dan rasa tidak enak badan.

b. Asites, jaundice (kuning), perdarahan variseal, dan ensefalopati

hepatik dapat timbul bersama dekompensasi hati.

c. Ensefalopati hepatik sering dikaitkan dengan hipereksitabilitas,

gangguan mental, obtundation, bingung, dan koma.

Page 11: tugas penyakit hati

8. Faktor Risiko

a. Pelancong

b. Pengguna obat suntik (IDU)

c. Kontak seksual/tinggal serumah dengan penderita

9. Penanganan

Tujuan terapi: meningkatkan seroklirens, mencegah perkembangan

penyakit ke arah sirosis, dan meminimalkan kerusakan hati pada pasien.

Terapi nonfarmakologi:

a. Konseling

b. Vaksinasi dan imunisasi

c. Hindari konsumsi alkohol

d. Ajak pasien untuk berkonsultasi sebelum menggunakan obat baru,

termasuk obat herbal dan obat tanpa resep.

Terapi farmakologi:

a. Interferon (IFN)

Merupakan sitokin yang memiliki efek antivirus, antiproliferatif,

dan imunomodulator. Pemberian IFN memerlukan frekuensi pemberian

3 kali seminggu, sehingga digantikan oleh pegylated-IFN (PEG-IFN).

PEG-IFN memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada IFN,

dapat diberikan 1 kali/minggu.

Efek samping: Kelelahan, demam, sakit kepala, mual, tidak

nafsu makan, kekakuan, mialgia, artralgia, nyeri muskuloskeletal,

insomnia, depresi, cemas/emosi labil, alopesia, reaksi di tempat injeksi.

Dosis:

a. Interferon α-2a :

SC/IM; 4,5 x 106 unit 3x seminggu, jika tidak menimbulkan respon

setelah 6 bulan, naikkan sampai dosis maks 18x106 unit 3x seminggu.

b. Interferon α-2b

SC; 3x106 unit 3x seminggu, naikkan sampai 510x106 unit 3x

seminggu bila tidak menimbulkan respons setelah 6 bulan

Pertahankan dosis minimum selama 4-6 bulan kecuali dalam keadaan

intoleran

Page 12: tugas penyakit hati

b. Lamivudine

Merupakan analog nukleosida yang memiliki aktivitas antivirus

pada HBV maupun HIV.

Indikasi : Hepatitis B kronik.

Dosis : Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari. Anak usia

2 – 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari (maksimum 100 mg/hari).

Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam,

anemia, neutropenia, trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitis.

Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis

berat, hamil dan laktasi.

Interaksi obat : Trimetroprim

Penatalaksanaan :Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir

pengobatan selama 1tahun dan kemudian setiap 3 -6 bulan. Durasi

pengobatan optimal untuk hepatitis B belum diketahui, tetapi

pengobatan dapat dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan adanya

serokonversi HBeAg . Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah ada

serokonversi HBeAg untuk mengurangi kemungkinan kambuh.

Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah

penghentian terapi dengan Lamivudine.

c. Adefovir

Merupakan analog nukleosida asiklik dari AMP (adenosine

monophosphate).

Mekanisme kerja: menghambat polimerase DNA HBV.

Dosis: 10 mg/hari selama 1 tahun.

d. Entecavir

Merupakan analog nukleosida dari guanosin.

Mekanisme kerja: menghambat polimerase HBV.

Lebih poten daripada lamivudine dan efektif pada HBV resisten

lamivudine.

Dosis: 0,5 mg/hari atau 1 mg/hari pada pasien dengan HBV

resisten lamivudine

Page 13: tugas penyakit hati

e. Telbivudine

Merupakan analog nukleosida spesifik HBV.

Mekanisme kerja: inhibitor kompetitif DNA polimerase. lebih

poten daripada lamivudine.

Efek samping: ISPA

f. Tenofovir

g. Emtricitabine

C. Hepatitis C

1. Definisi

Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada

seseorang selama puluhan tahun dan perlahan-lahan merusak organ hati

(lever) yang disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC). Virus ini masuk ke

sel hati, menggunakan mesin genetic dalam sel untuk menduplikasi HCV,

kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.

2. Penyebaran Penyakit

Faktor resiko: transfusi darah, hemodialisis, penggunaan obat

suntik (IUD), kontak seksual atau perinatal.

Skrining HCV perlu dilakukan pada:

1. Pengguna obat suntik

Suntikan yang digunakannya secara bersam-sama, suntikan darah,

suntikan pengguna narkoba.

2. Penderita HIV

3. Menerima transfusi darah/transplantasi organ sebelum tahun 1992

4. Menerima faktor pembekuan darah sebelum tahun 1987

5. Pernah/sedang menjalani hemodialisis

6. Pasien dengan peningkatan kaar ALT/penyakit hati

7. Tenaga kesehatan setelah paparan di lingkungan kerja

8. Anak yang lahir dari ibu positifvirus hepatitis C

9. Imigran dari Negara dengan prevalensi hepatitis C tinggi

Page 14: tugas penyakit hati

3. Patofisologi

Mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada reseptor-reseptor

spesifik yang terletak pada membrane sel hepar. Setelah perlekatan

tersebut, virus melakukan penetrasi dan memasukkan sitoplasma sel hepar.

Di dalam sitoplasma, sel hepar virus melepaskan kapsulnya dan terbentuk

nukleo kapsida. Selanjutnya nukleo kapsida menembus dinding sel hati

sampai memasuki inti hati tersebut. Di dalam inti sel hati asa nukleat virus

akan keluar dari nukleo kapsida dan menempel pada dna. Dna akan

merangsang hepar untuk membentuk protein an asam nukleat bagi virus.

Pada akhirnya terbentuk virus baru dan akibat nekrosis sel-sel hati, maka

virus baru akan melempaarkan ke dalam peredaran darah.

Kadar RNA HCV dalam darah meningkat

Natural killer cells aktif

CD4 spesifik HCV dan limfosit T CD8, diikuti ekspresi interferon (IFN)

menurunkan replikasi virus

HCV dirusak oleh limfosit T

Sitotoksik dengan cara

Hepatosit terinfeksi memicu apotosis IFN menekan replikasi virus

4. Etiologi

Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA berantai tunggal dari

family Flaviviridae. Virus ini bereplikasi di dalam hepatosit dan tidak

merusak sel secara langung. Waktu paruh dalam serum: 2-3 jam. Karena

virus ini sangat pandai merubah dirinya dengan cepat, maka HCV

dikelompokkan ke dalam 6 genotip (1-6) yang terdistribusi di seluruh

belahan dunia. Masa inkubasi: 2 minggu - 6 bulan dimana 60-70% tanpa

gejala, 10-20% menunjukkan gejala yang tidak spesifik seperti: mual,

Page 15: tugas penyakit hati

muntah, lemah, tidak nafsu makan, nyeri pada perut dan 20-30% disertai

warna kuning pada kulit (ikerus). Kemungkinan yang dapat terjadi setelah

terinfeksi HVC adalah ebagai berikut:

a. 60-85% pasien terinfeksi HVC menjadi hepatitis kronis

b. 10-20% dari hepatitis kronik akan menjadi sirosis

c. 1 dari 5 % dengan hepatitis kronik akan menjadi kanker hati.

5. Fatogenesis

HCV merupakan penyakit yang menular melalui darah dan

menyerang hati. HVC menyerang hati sehingga menyebabkan radang dan

kerusakan jaringan hati. Pada 85% dari semua kasus, infeksi ini akan

berlangsung seumur hidup. Hal ini menimbulkan resiko berkembangnya

sirosis hati, kanker hati dan bahkan kematian. Hepatitis C menyebabkan

kematian 8000-10.000 warga Amerika setiap tahunnya. Banyak orang

tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi karena tidak ada gejala pada

awalnya. Bagaimanapun, penyakit ini secara perlahan berkembang

menjadi sirosis setelah bertahun-tahun.

Hepatitis C kronis merupakan penyakit yang berkembang secara

lambat selama 10-40 tahun. Terdapat bebrapa bukti bahwa penyakit ini

berkembang lebih cepat pada usia paruh baya atau lebih tua.dalam satu

studi, hepoatitis kronis dengan biopsi hati ditemukan pada rata-rata 10

tahun setelah transfusi darah dan sirosis pada rata-rata 20 tahun. HVC

masuk lewat darah kemudian muali berkembang biak dengan sendirinya,

kemungkinan kerusakan hati meningkat. Proses ini berlangsung selama

bertahun-tahun, tanpa gejala.

6. Diagnosis

a. Kadar transaminaseu abnormal yang bertahan selama beberap

waktu.

b. Reaktik enzim immunoassay for anti HCV.

7. Penanganan

1. Penanganan Farmakologi

Terapi tanpa obat tidak menjamin kesembuhan, untuk itu dilakukan cara

lain dengan menggunakan obat-obatan. Golongan obat yang digunakan

Page 16: tugas penyakit hati

antara lain adalah aminoglikosida, antiamuba, antimalaria, antivirus,

diuretik, kolagogum, koletitolitik dan hepatik protektor dan multivitamin

dengan mineral.

a. Aminoglikosida

Antibiotika digunakan pada kasus abses hati yang disebabkan

oleh infeksi bakteri. Diberikan 3 kali sehari secara teratur selama tujuh

hari atau sesuai petunjuk dokter. Antibiotika kombinasi biasanya

digunakan untuk mencegah ketidakaktifan obat yang disebabkan oleh

enzim yang dihasilkan bakteri

b. Antiamuba

Antiamuba seperti dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline,

diloxanide furoate, emetine, etofamide, metronidazole, secnidazole,

teclozan, tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan untuk

amubiasis. Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati karena

amuba dapat diminimalkan. 

c. Antimalaria

Antimalaria, misalnya klorokuin, dapat juga digunakan untuk

mengobati amubiasis. Obat ini mencegah perkembangan abses hati

yang disebabkan oleh amuba. 

d. Antivirus

Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi

hepatitis C, saat ini tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV yang

tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral

(Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam

jumlah yang amat terbatas. Didanosine atau Stavudine tidak boleh

diminum untuk penderita yang sedang mendapat pengobatan interferon

dan Ribavirin, karena beratnya efek samping terhadap gangguan faal

hati. Zidovudine, termasuk Duviral dan Retrovir harus ketat dipantau

bila digunakan bersama Ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C),

karena masing-masing dapat menimbulkan anemia. Anemia dapat

diantisipasi dengan pemberian eritropoietin atau tranfusi darah.

Neviraldapat mengganggu faal hati. Jadi, kadar hemoglobin dan

Page 17: tugas penyakit hati

leukosit serta tes faal hati (SGOT, SGPT, bilirubin, dan lain-lain) harus

dipantau ketat.

e. Diuretik

Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu

mengatasi edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites.

Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan

keseimbangan elektrolit atau gangguan ginjal berat karena

menyebabkan ekskresi elektrolit. Obat diuretik lain yang digunakan

dalam penyakit hati selain spironolakton adalah furosemid yang efektif

untuk pasien yang gagal memberikan tanggapan terhadap

Spironolactone. Obat lain seperti Thiazide atau Metolazone dapat

bermanfaat pada keadaan tertentu.

f. Multivitamin dengan mineral

Golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien

hepatitis dan penyakit hati lainnya. Biasanya penyakit hati

menimbulkan gejala-gejala seperti lemah, malaise, dan lain-lain,

sehingga pasien memerlukan suplemen vitamin dan mineral. Hati

memainkan peranan penting dalam beberapa langkah metabolisme

vitamin. Vitamin terdiri dari vitamin-vitamin yang larut dalam lemak

(fat-soluble) seperti vitamin A, D, E dan K atau yang larut dalam air

(water-soluble) seperti vitamin C dan B-kompleks.

2. Penanganan Non Farmakologi

Terapi tanpa obat bagi penderita adalah diet yang seimbang,

jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat

badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah

protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai

kemampuan untuk mencegah sembelit, menjalankan pola hidup yang

teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Tujuan terapi diet

pada pasien penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan hati

yang permanen; meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati

dengan keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpanan

Page 18: tugas penyakit hati

nutrisi dalam tubuh; mengurangi gejala ketidaknyamanan yang

diakibatkan penyakit ini; dan pada penderita sirosis hati, mencegah

komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang

berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Diet yang seimbang sangatlah

penting. Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah

disfungsi hati dan menyebabkan penimbunan lemak dalam hati.

8. Mekanisme Obat

a. Lamivudin

Merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin. Lamivudin

dimetabolisme di hepatosit menjadi bentuk trifosfat yang aktif.

Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan sintesis DNA,

secara kompetitif menghambat polymerase virus (reverse

transcriptase, RT). Lamivudin tidak hanya aktif terhadap HBV

wikdtype saja, namun juga terhadap varian precore/core promoter.

Selain itu, terbukti lamivudin dapat mengatasi hiperresponsivitas

sel T sitotoksik pada pasien yang terinfeksi kronik

b. Ribavin

Peningkatan efek/toksisitas: penggunaan ribavirin dengan

analog nukleosoda dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas,

laktat asidosis ( adefovir, didanosin, emtricitabin, entekavir,

lamivudin, stavudin, zalcitabin, zidovudin). Penggunaan bersama

didanosin meningkatkan risiko pankreatitis, dan neropati perifer

disamping laktat asidosis. Hentikan terapi bila bila tanda toksisitas

ada. Penggunaan bersama interferon alfa meningkatkan risiko

anemia hemolisis. Menurunkan efek: ribavirin dapat menurunkan

efek stavudin.

c. Peginterferon Alfa

Interferon, terutama alfa dan beta memiliki peranan penting

dalam pertahanan terhadap infeksi virus. Senyawa interferon

adalah bagian dari sistem imun non-spesifik dan senyawa tersebut

akan terinduksi pada tahap awal infeksi virus, sebelum sistem imun

spesifik merespon infeksi tersebut. Pada saat rangsangan atau

Page 19: tugas penyakit hati

stimulus biologis terjadi, sel yang memproduksi interferon akan

mengeluarkannya ke lingkungan sehingga interferon dapat

berikatan dengan reseptor sel target dan menginduksi transkripsi

dari 20-30 gen pada sel target. Hal ini menghasilkan keadaaan anti-

virus pada sel target. Aktivasi protein interferon terkadang dapat

menimbulkan kematian sel yang dapat mencegah infeksi lebih

lanjut pada sel.

D. Hepatitis D

1. Definisi

Hepaitis D (HDV) disebut hepatitis Delta adalah suatu peradangan

pada hati sebagai akibat virus hepatitis D yang sebenarnya adalah suatu

virus detektif yang ia sendiri tidak dapat menginfeksi hepatosit untuk

menimbulkan hepatitis, virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV

sehingga HBV bertambah parah . infeksi oleh HDV juga dapat timbul

belakangan pada individu yang mengidap infeksi kronik HBV. Hepatitis D

bergantung pada virus hepatitis B yang lebih kompleks untuk bertahan,

hepatitis D hanya merupakan resiko untuk mereka yang mempunyai antigen

permukaan hepatitis B positif. Oleh karena itu, hepatitis D hanya ditemukan

pada pasien yang sedang menderita hepatitis B akut atau pada hepatitis B

kronis

2. Etiologi

Penyebab penyakit hepatitis D adalah virus hepatitis tipe D atau

antigen Delta yang berukuran 35-37 nm dan merupakan virus RNA yang

tidak sempurna. Virus tersebut dari nukleo protein RNA merupakan hybrid

DNA virus Hepatitis B. Virus ini juga memerlukan selubung HBSAg. Virus

hepatitis D tidak terdapat dalam serum atau darah tetapi anti HVD Ig M

dapat ditemukan dalam sirkulasi

3. Patofisiologi

Penyakit ini dapat timbul karena adanya ko-infeksi atau super-

infeksi dengan VHB. Ko-infeksi berarti infeksi VHD dan VHB terjadi

bersamaan. Adapun super-infeksi terjadi karena penderita hepatitis B kronis

atau pembawa HBsAg terinfeksi oleh VHD. Ko-infeksi umumnya

Page 20: tugas penyakit hati

menyebabkan hepatitis akut dan diikuti dengan penyembuhan total.

Koinfeksi dengan hepatitis D meningkatkan beratnya infeksi hepatitis B,

perjalanan penyakitnya lebih membahayakan dan meningkatkan potensi

untuk menjadi penyakit hati kronik. Sementara super-infeksi  sering

berkembang ke arah kronis dengan tingkat penyakit yang lebih berat dan

sering berakibat fatal. Mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada

reseptor-reseptor spesifik yang terletak pada membran sel-sel hepar

kemudian melakukan replikasi. Untuk dapat bereplikasi, virus tersebut

memerlukan keberadaan virus hepatitis B.

4. Manifestasi Klinik

Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala

yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. Masa inkubasi 1-90 hari atau

4-7 minggu. Gejalanya biasanya muncul secara tiba-tiba gejala seperti flu,

demam, penyakit kuning, urin berwarna hitam dan feses berwarna hitam

kemerahan, Pembengkakan pada hati. Manifestasi klinik pada anak

penderita hepatitis D adalah

a. Awitan tersembunyi dan berbahaya : Ikterus , Anoreksia, mual,

Malaise, Akrodermatitis popular (Sindrom Gianotti-Crosti)

b. Gejala Prodnormal : Artralgia, Artritis, Ruam eritema

makulopopular, poliarteritis nodosa, Glomerolunefritis.

c. Hepatitis D memperhebat gejala hepatitis B dan meningkatkan

kemungkinan terjadinya kondisi kronik.

Gambaran klinis pada hepatitis D terdapat 3 fase antara lain :

a. Masa tunas (inkubasi) → terjadi sejak virus masuk kedalam tubuh

sampai menimbulkan gejala. Belum ada gejala klinik yang tampak

pada stadium ini meskipun sudah terjadi kerusakan sel-sel hati.

b. Preicterik (prodnormal) → Anoreksia, mual, ketidaknyamanan

diperut bagian atas (kuadran kanan atas), terasa berbau logam,

malaise, sakit kepala, letih, demam tingkat rendah, hepatomegali,

urin lebih pekat.

c. Icterik → Air kencing gelap seperti teh karena peningkatan

pengeluaran billirubin pruritus tinja seperti dempul jika

Page 21: tugas penyakit hati

“conjugated billirubin” tidak mengalir keluar dari hati ke usus,

timbul ikterik, hati membesar jika diraba (hepatomegali) dan

terdapat nyeri tekan pada hati.

d. Post icterik (penyembuhan) → Hilangnya ikterik, tidak enak badan,

mudah letih, warna urin dan tinja menjadi normal kembali.

5. Insidens Dan Diagnosa

a. Insidens :

Insiden hepatitis D sulit ditetapkan karena muncul bersamaan

dengan hepatitis B dan tidak mudah didiagnosis. Tingkat keparahan

mencapai 2-70%

b. Diagnosa :

Ditanyakan gejalanya bila ternyata ditemukan hepatitis virus

maka akan dilakukan tes darah untuk memastikan diagnosis dan jenis

virus. Bila terjadi hepatitis kronis, maka dianjurkan dilakukan biopsi.

Diagnosis secara pasti diperoleh jika ada VHD pada bagian jaringan

hati. Diagnosis infeksi hepatitis D kronis dan akut yang terjadinya

bersamaan ditandai dengan ditemukannya Ig M anti HBC yang

merupakan tanda serologis untuk hepatitis B akut dan IgM anti HVD.

Diagnosis hepatitis D akut pada pengidap VHB adalah terdeteksinya

HbsAg (+), dan IgM anti VHD dengan titer tinggi dan Ig anti HBC (-).

6. Pencegahan

a. Berhubungan seks dengan perlindungan

b. Hindari berbagi barang-barang pribadi dengan orang yang

terinfeksi

c. Hindari paparan terhadap darah orang yang terinfeksi

d. Hindari penyalahgunaan obat intravena

e. Ibu yang terinfeksi harus diimunisasi terhadap virus tersebut pada

waktu kelahiran

f. Jangan berbagi jarum suntik, gunting dan pisau cukur dengan orang

lain

g. Melakukan Vaksinasi Hepatitis B

Page 22: tugas penyakit hati

7. Penanganan

Penanganan dan pengobatan Hepatitis D dapat berbeda tergantung

pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Ada dua terapi yang bisa

dilakukan diantaranya :

a. Terapi Farmakologi

- Antivirus = Antivirus bekerja dengan cara menekan

perkembangbiakan virus sehingga pembentukan virus terhenti

- Transplantasi Hati

- Vaksinasi Hepatitis B

- Obat interferon alfa 2a= Interferon bekerja dengan cara

memodifikasi system kekebalan tubuh sehingga mampu

menghancurkan sel hati yang menbgandung virus. Peginterferon

dan Ribavirin dalam kombinasi dengan Interferon selain

bermanfaat mengatasi hepatitis C juga untuk hepatitis D.

b. Terapi non farmakologi

Terapi ini disebut juga dengan terapi tanpa menggunakan obat.

Dilakukan diantaranya dengan istirahat yang cukup, diet seimbang.

Diet seimbang sangat penting. Kalori berlebih dalam bentuk

karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan menyebabkan

penimbunan lemak dalam hati. Tujuan dari terapi ini adalah

menghindari kerusakan hati yang permanen, meningkatkan

kemampuan regenerasi jaringan hati, mencegah komplikasi asites,

varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke

komplikasi hepatik hebat.

E. Sirosis Hati

1. Definisi

Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi

pembuluh darah besar, dan seluruh struktur hati mengalami perubahan

menjadi iregular, dan terbentuknya jaringan ikat (fibrosis) disekitar

parenkim hati yang mengalami regenerasi. Secara fungsional sirosis hati

dibagi atas 2 jenis, yang pertama adalah sirosis hati kompensata dimana

pada stadium ini belum terdapat gejala-gejala yang nyata (asimptomatis).

Page 23: tugas penyakit hati

Biasanya stadium ini ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan

screening. Yang kedua adalah sirosis hati dekompensata pada stadium ini

gejala-gejala yang sangat jelas pasien merasa lemas, adanya asites, ikterus

dll. Pada stadium inilah pasien dibawa ke tempat pelayanan kesehatan atau

ke rumah sakit.

2. Epidemiologi

Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika

dibandingkan dengan wanita sekedar 1,6:1 dengan umur rata-rata terbanyak

antara golongan umur 30-59 tahun, dengan puncaknya sekitar umur 40-49

tahun

3. Patofisiologi

Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian,

kejadian tersebut dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam

keadaan yang kronis atau perlukaan hati yang terus menerus yang terjadi

pada peminum alkohol aktif. Hati kemudian merespon kerusakan sel

tersebut dengan membentuk ekstraselular matriks yang mengandung

kolagen, glikoprotein, dan proteoglikans. Sel stelata berperan dalam

membentuk ekstraselular matriks ini. Pada cedera yang akut sel stelata

membentuk kembali ekstraselular matriks ini sehingga ditemukan

pembengkakkan pada hati. Namun, ada beberapa faktor parakrine faktor

yang menyebabkan sel stelata menjadi sel penghasil kolagen. Faktor

parakrine ini mungkin dilepaskan oleh hepatocites, sel Kupffer dan endotel

sinusoid sebagai respon terhadap cedera berkepanjangan. Sebagai contoh

peningkatan kadar sitokin transforming growth pactobeta 1 (TGF-beta 1).

Ditemukan pada pasien dengan hepatitis C kronis dan pasien sirosis. TGF-

beta 1 kemudian mengaktivasi sel stelata untuk memproduksi kolagen tipe 1

dan pada akhirnya ukuran hati menyusut.

Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnya

ukuran dari fenestra endotal hepatics menyebaabkan kapilerisasi (ukuran

pori seperti endotel kapiler) dari sinusoid. Sel stelata dalam memproduksi

Page 24: tugas penyakit hati

kolagen mengalami kontraksi yang cukup besar untuk menekan daerah

perisinusoidal adanya kapilarisasi dan kontraktilitas sel stelata inilah yang

menyebabkan penekanan pada banyak vena di hati sehingga menggangu

proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hati mati, kematian

hepatocites dalam jumlah yang besar akan menyebebkan banyaknya fungsi

hati yang rusak sehingga menyebabkan banyak gejala klinis. Kompresi dari

vena pada hati akan dapat menyebabkan hipertensi portal yang merupakan

keadaan utama penyebab terjadinya manifestasi klinis.

4. Etiologi

Sirosis dapat disebabkan oleh banyak keadaan, termasuk radang kronis

berkepanjangan, racun infeksi, dan penyakit jantung. Di Amerika sendiri

penyebab sirosis hepatis mulai dari yang paling sering

a. Hepatitis C (26%)

b. Alkoholic liver disease (21%)

c. Penyebab criptogenik/ tidak diketahui (18%)

d. Hepatitis C + alkohol (15%)

e. Hepatitis B (15%)

f. Lain-lain (5%)

5. Diagosis

Diagnosis pada penderita suspek sirosis hati dekompensata tidak

begitu sulit, gabungan dari kumpulan gejala yang dialami pasien dan tanda

yang diperoleh dari pemeriksaan fisis sudah cukup mengarahkan kita pada

diagnosis. Namun jika dirasakan diagnosis masih belum pasti, maka USG

abdomen dan tes-tes labolaturium dapat membantu .

Pada pemeriksaan fisis, kita dapat menemukan adanya pembesaran

hati dan terasa keras, namun pada stadium yang lebih lanjut hati justru

mengecil dan tidak teraba. Untuk memeriksa derajat asites dapat

menggunakan tes-tes puddle sign, shifting dullness, atau fluid wave. Tanda-

tanda klinis lainnya yang dapat ditemukan pada sirosis yaitu spider

Page 25: tugas penyakit hati

telangiektasis (suatu lesi vaskular yang dikelilingi vena-vena kecil),

erithema palmaris (warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak

tangan ), caputmedusa, foetor hepatikum (bau yang khas pada penderita

sirosis), dan ikterus.

Tes labolaturium juga dapat digunakan untuk membantu diagnosis

fungsi hati kita dapat menilainya dengan memeriksa kadar

aminotransverase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase, serum

albumin, prothrombin time dan bilirubin. Serum glutamil oksaloasetat

(SGOT) dan serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) meningkat tapi

tidak begitu tinggi dan juga tidak spesifik.

Pemeriksaan radiologis seperti USG abdomen sudah secara rutin

digunakan karena pemeriksaannya noninvasif dan mudah dilakukan.

Pemeriksaan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran,

homogenitas, dan adanya massa. Pada sirosis lanjut hati mengecil dan

noduler, permukaan irreguler, dan ada peningkatan ekogenitas parenkim

hati. Selain itu USG juga dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis

vena porta, pelebaran vena porta, dan skrining karsinoma hati pada pasien

sirosis.

6. Tanda/gejala

Pada kasus dengan sirosis hati kompensata, psien tidak mempunyai

keluhan yang terlalu berarti selain dari cepat merasa lelah dan nafsu makan

yang menurun tidak begitu signifikan. Beda halnya dengan pasien pada

stadium dekompensata, dimana sudah timbul banyak gejala yang membuat

pasien tidak berdaya akibat hati gagal mengkompensasi akumulasi

kerusakan yang dialaminya. Berikut gejala-gejala umum sirosis:

a. Hipertensi portal

Hati yang normal mempunyai kemampuan untuk mengakomodasi

perubahan pada aliran darah portal tanpa harus meningkatkan

tekanan portal. Hipertensi portal terjadi oleh adanya kombinasi dari

Page 26: tugas penyakit hati

peningkatan aliran balik vena portal dan peningkatan tekanan pada

aliran darah portal.

b. Kegagalan membuat cukup protein seperti albumin yang membentu

mengatur komposisi cairan di dalam aliran tubuh

c. Kegagalan membuat bahan kimia yang cukup diperlukan untuk

pembekuan darah

d. Kurang mampu mengolah limbah kimia dalam tubuh seperti

bilirubin sehingga menumpuk di dalam tubuh

e. Kurang mampu memproses obat, racun dan bahan kimia lainnya

yang kemudian bisa menumpuk di dalam tubuh.

f. Cairan yang bocor dari aliran darah dan menumpuk di kaki (edema)

dan perut (ascites)

g. Kecenderungan lebih mudah berarah dan memar

h. Kulit tubuh menguning karena penumpukkan bilirubin

i. Kulit telapak tangan menguning

j. Anemia

k. Hilang nafsu makan

l. Mudah lelah

m. Gangguan pencernaan

n. Turunya berat badan

o. Gatal-gatal karena penumpukkan racun

7. Faktor resiko

a. Penyalahgunaan alkohol kronis

Sedikitnya dua minuman perhari untuk wanita atau empat gelas

perhari untuk pria, yang telah dikonsumsi lebih dari 10 tahun dapat

menyebabkan sirosis.

b. Hubungan seksual yang tidak aman

Hepatitis C dan B infeksi mudah menular melalui hubungan

seksual tanpa pelindung.

c. Penggunaan obat intavena

Transmisi hepatitis B dan C juga umum melalui penggunaan

narkoba dan suntikan

Page 27: tugas penyakit hati

d. Penyakit hati kronis karena turunan atau didapat setelah lahir.

Hemokromatosis, penyakit wilson, dan hepatitis autoimun

merupakan faktor resiko.

8. Penanganan

Dengan menggunakan obat sirosis hati diantaranya yaitu :

a. Jelly gamat gold sea cucumber jelly

Jelly Gamat Gold G merupakan obat sirosis hati yang terbuat

dari teripang jenis terbaik yaitu Golden Stichopus Variegatus. Ektrak

teripang membantu memperbaiki fungsi hati. Obat sirosis hati gamat

gold g mempunyai efek sebagai hepatoprotektor yaitu melindungi hati

dari pengaruh zat toxic yang bisa merusak sel hati. Gamat gold g juga

bersifat antiradang, kolagogum, dan khloretik yaitu meningkatkan

produksi empedu oleh hati. Dan gamat gold g bisa menetralisir racun-

racun dalam tubuh sehingga jika dikonsumsi secara teratur bukan hanya

penyakit hepatitis b yang sembuh tapi kesehatan anda akan  kembali

sehat secara menyeluruh. Inilah kenapa kami sangat merekomendasikan

untuk membantu sembuhkan hepatitis b segera konsumsi Jelly Gamat

Gold G Sea Cucumber.

b. Obat herbal Ace Maxs

Obat alternatif yang tepat untuk menyembuhkan sirosis hati

secara alami dan ampuh yaitu menggunakan obat herbal ace maxs.

Hingga saat ini telah banyak macam obat herbal, namun perlu diketahui

bahwa pemilihan obat yang salah, akan menimbulkan resiko dan

bahkan menambah buruk keadaan. Maka dari itu anda harus selektif

memilih obat. Komposisi utama obat herbal terbuat dari Ekstrak Kulit

Manggis dan juga Ekstrak Daun Sirsak, Manggis (mangosteen)

mempunyai antioksidan paling tinggi dari pada buah buah lainnya serta

memiliki paling banyak juga senyawa zat xanthone. Xanthone 

memiliki banyak manfaat kesehatan terutama kesehatan kardiovaskuler

yang mampu sembuhkan sakit jantung, hipertensi dan Obat Sirosis

Hati. manggis juga kaya akan mineral kalium yang membantu

metabolisme energi.