tugas mrp1

22
AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011 STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK SAYURAN DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT Study of Performance Improvement for Highland Vegetables Supply Chain Management in West Java Alim Setiawan S1, Marimin2, Yandra Arkeman2, Faqih Udin2 1 Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680; 2 Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Email: [email protected] ABSTRAK Model pengukuran kinerja sangat diperlukan sebagai alat untuk peningkatan kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi di Jawa Barat. Pengukuran kinerja dapat mendukung perencanaan tujuan, evaluasi kinerja, perumusan kebijakan strategik, taktis dan operasional rantai pasok aksessibilitas informasi. Studi ini dilaksanakan dengan pendekatan sistem yang didukung dengan Teknik/Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) untuk menyeleksi komoditi prioritas, kombinasi teknik SCOR dan Fuzzy AHP digunakan untuk merancang metrik pengukuran kinerja, Data Envelopment Analysis (DEA) untuk pen- gukuran kinerja individu anggota rantai pasok dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja ran- tai pasok. Hasil MPE menunjukkan bahwa 3 (tiga) komoditas yang diunggulkan adalah Paprika, Lettuce dan Brokoli. Kombinasi SCOR - Fuzzy AHP menghasilkan bobot metrik kinerja rantai pasok: kinerja pengiriman (0,111), Kesesua- ian dengan standar kualitas (0,299), kinerja pemenuhan pesanan (0,182), waktu tunggu pesanan (0.068), pemenuhan siklus pesanan (0,080), fleksibilitas rantai pasok (0,052), biaya manajemen rantai pasok (0,086), siklus pembayaran tunai (0,080), dan stok harian (0.048). Pengukuran kinerja rantai pasok komoditi lettuce dengan teknik DEA menun- jukkan bahwa kinerja efisiensi petani belum mencapai 100 %. Kinerja efisiensi perusahaan pada kasus komoditi lettuce dan sayuran segar potong telah mencapai 100%. Analisa SWOT merekomendasikan strategi untuk peningkatan kinerja rantai pasok lettuce sebagai berikut: 1) penggunaan teknologi hidroponik dan pengurangan penggunaan pestisida, 2) optimasi penjadwalan penanaman dan pemanenan dengan memperhatikan iklim, 3) peningkatan fleksibilitas dalam pemenuhan pesanan, dan 4) penerapan standar manajemen penjaminan kualitas untuk menjamin konsistensi kualitas produk dan penerimaan produk oleh konsumen. Kata kunci: Sayuran dataran tinggi, pengukuran kinerja, manajemen rantai pasok,strategi peningkatan kinerja rantai pasok.

description

manajemen rantai pasok

Transcript of tugas mrp1

Page 1: tugas mrp1

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK SAYURANDATARAN TINGGI DI JAWA BARAT

Study of Performance Improvement for Highland Vegetables Supply Chain Management in West Java

Alim Setiawan S1, Marimin2, Yandra Arkeman2, Faqih Udin2

1Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680;2

Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680Email: [email protected]

ABSTRAK

Model pengukuran kinerja sangat diperlukan sebagai alat untuk peningkatan kinerja rantai pasok sayuran datarantinggi di Jawa Barat. Pengukuran kinerja dapat mendukung perencanaan tujuan, evaluasi kinerja, perumusan kebijakanstrategik, taktis dan operasional rantai pasok aksessibilitas informasi. Studi ini dilaksanakan dengan pendekatan sistem yang didukung dengan Teknik/Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) untuk menyeleksi komoditi prioritas, kombinasi teknik SCOR dan Fuzzy AHP digunakan untuk merancang metrik pengukuran kinerja, Data Envelopment Analysis (DEA) untuk pen-gukuran kinerja individu anggota rantai pasok dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja ran-tai pasok. Hasil MPE menunjukkan bahwa 3 (tiga) komoditas yang diunggulkan adalah Paprika, Lettuce dan Brokoli.Kombinasi SCOR - Fuzzy AHP menghasilkan bobot metrik kinerja rantai pasok: kinerja pengiriman (0,111), Kesesua-ian dengan standar kualitas (0,299), kinerja pemenuhan pesanan (0,182), waktu tunggu pesanan (0.068), pemenuhansiklus pesanan (0,080), fleksibilitas rantai pasok (0,052), biaya manajemen rantai pasok (0,086), siklus pembayarantunai (0,080), dan stok harian (0.048). Pengukuran kinerja rantai pasok komoditi lettuce dengan teknik DEA menun-jukkan bahwa kinerja efisiensi petani belum mencapai 100 %. Kinerja efisiensi perusahaan pada kasus komoditi lettucedan sayuran segar potong telah mencapai 100%. Analisa SWOT merekomendasikan strategi untuk peningkatan kinerjarantai pasok lettuce sebagai berikut: 1) penggunaan teknologi hidroponik dan pengurangan penggunaan pestisida, 2)optimasi penjadwalan penanaman dan pemanenan dengan memperhatikan iklim, 3) peningkatan fleksibilitas dalampemenuhan pesanan, dan 4) penerapan standar manajemen penjaminan kualitas untuk menjamin konsistensi kualitasproduk dan penerimaan produk oleh konsumen.

Kata kunci: Sayuran dataran tinggi, pengukuran kinerja, manajemen rantai pasok,strategi peningkatan kinerja rantaipasok.

60

Page 2: tugas mrp1

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

PENDAHULUAN

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasilsayuran terbesar di Indonesia. Dataran tinggi Jawa Barat(Bandung, Garut, Bogor, Cianjur dan Tasikmalaya) terletakpada daerah agroklimat basah dengan rata-rata bulan basah8-10 bulan dengan curah hujan rata-rata tahunnya lebih dari2000 mm, sehingga kawasan ini sesuai untuk pertumbuhandan produksi sayuran dataran tinggi antara lain Paprika,Brokoli, Lettuce, Sawi, Kentang, Wortel, Kubis, dan lain-lain(Dinas Pertanian Jawa Barat, 2006).( latar belakang )

Peningkatan daya saing produk sangat penting untukmenghadapi persaingan yang ketat produk sayuran datarantinggi di pasar domestik(alasan). Permasalah adalah Produk sayuran dataran tinggi In-donesia masih terkendala dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk, minimnya jumlah pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman serta belum efektif dan efisiennya kinerja rantai pasok (Morgan dkk, 2004). (permasalahannya)Sistem pengukuran kinerja (performance measurement system) (metode yang di usulkan ) sangat diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka optimalisasi jaringan rantai pasok sayuran dataran tinggi. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan

Tabel penelitian 1. Perbandingan dan posisi penelitian yang dilakukan

menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strate-gi, taktik dan operasional (Van der Vorst, 2006).(tujuan)

Produk pertanian secara umum mempunyai karakteris-tik antara lain : (1) produk mudah rusak, (2) budidaya danpemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitasbervariasi dan (4) bersifat kamba, beberapa produk sangatsulit diangkut dan dikelola sebab ukuran dan kompleksitasdari produk. Empat faktor ini perlu dipertimbangkan dalammerancang dan menganalisis manajemen rantai pasok produkpertanian (Yandra dkk, 2007).

Penelitian mengenai metode dan model pengukurankinerja SCM sudah banyak dikembangkan antara lain : me-tode SCOR (Supply Chain Council, 2004; Lai dkk, 2002;Wang, 2003), metode Balanced Scorecard (Lee dkk, 2001;Bhagwat dan Sharma, 2007), Activity Based Costing (Lapide,2000), Multi-criteria Analysis (Romero dan Rehman, 2003),Life Cycle Analysis (Azapagic dan Clift 1999; Hagelaar danVan der Vorst 2002; Carlsson-Kanyama dkk, 2003), DataEnvelopment Analysis (Zhu, 2003; Talluri dan Baker, 2002;Wong W.P dan Wong K.Y, 2007)(metode yang di usulkan ) (Tabel 1). Penelitian mengenai pengukuran kinerja rantai pasok sayuran belum penulis temukan terutama di Indonesia. Penelitian ini berkontribusi

No PenelitianSCOR

Metode pengukuran kinerja SCM

BSC ABC MCA LCA DEA

Integrasi AHP

AHP Fuzzy AHP1.2.3.4.5.6.7.8.

Cakravastia dan Diawati (1999)Lapide (2000)Lai dkk (2002)Talluri dan Baker (2002)Hagelaar and Van der Vorst (2002)Wang (2003)Romero dan Rehman (2003)Wong W.P dan Wong K.Y (2007)

√√

√9.10.

Bhagwart dan Sharma (2007)Lee dkk. (2008)

√√

√√

11. Penelitian yang dilakukan √ √ √

61

Page 3: tugas mrp1

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

dalam pengembangan metode pengukuran kinerja rantai pasokkomoditi pertanian khususnya sayuran dan diharapkan dapatmenginspirasi dalam pengembangan topik-topik penelitianlanjutan tentang manajemen rantai pasok sayuran. Penelitianini mencakup rancangan metode pengukuran kinerja denganmengadaptasi metode SCOR(metode yang di usulkan ), penentuan bobot metrik dengan teknik fuzzy AHP dan implementasi dengan pendekatan DEA.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengembangkan krite-ria dan alternatif pemilihan sayuran dataran tinggi yang ber-potensi untuk ditingkatkan kinerja rantai pasoknya, 2) meng-identifikasi struktur rantai pasok dan nilai tambah produksayuran dataran tinggi yang dapat ditingkatkan kinerja rantaipasoknya, 3) merancang dan mengimplementasikan modelpengukuran kinerja rantai pasok sayuran terpilih dan 4) meru-muskan strategi peningkatan rantai pasok sayuran terpilih.

METODE PENELITIAN

Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini dirumuskan dalamrangka membangun metode pengukuran kinerja SCM. Anali-sis kondisi rantai pasok dilakukan untuk mengidentifikasisayuran unggulan, analisis struktur dan pelaku rantai pa-sok, serta analisis nilai tambah pada masing-masing pelaku.Perancangan metode pengukuran kinerja dibangun denganmengidentifikasi metrik kinerja dan penentuan bobot metrikpengukuran kinerja. Selanjutnya dilakukan impelementasidan integrasi penilaian metode pengukuran kinerja rantaipasok sayuran dataran tinggi dan perumusan strategi pening-katan kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi. Kerangkapemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Analisis Pareto

MetodePerbandinganEksponensial

(MPE)

Analisis potensiSayuran dataran tinggi

unggulan

Pemilihan produksayuran dataran tinggi

unggulan

Analisis Kondisi Rantai Pasok

Analisis deskriptif(panduan Asian

ProductivityOrganization )

Kondisi objektif rantaipasok sayurandataran tinggi

Analisis nilai tambahproduk Sayurandataran tinggi

Metode Hayami

Perancangan Metode Pengukuran Kinerja

Supply ChainOperationReference

(SCOR) Model

Perancanganmetrik

pengukurankinerja

Pengukurankinerja rantai

pasok

Penentuan bobotmetrik

pengukuranFuzzy AHP

DataEnvelopment

Analysis (DEA)

Analisis IFE-EFEdan TOWS

Analisis StrategiPeningkatan

Kinerja

AnalisisKelembagaanRantai Pasok

Program Aksi /Implikasi

Manajerial

Perumusan Strategi Peningkatan Kinerja

Gap Analysis

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

62

Page 4: tugas mrp1

Kentan Kacang- Kol/Kubig kacangan s

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sentra produk pertaniansegar di Provinsi Jawa Barat khususnya di daerah Garut,Bandung dan Cianjur/Bogor. Penelitian ini dilakukan mulaibulan April 2008 – Desember 2008 dan dilanjutkan pada Mei2009 – Agustus 2009.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui beberapacara yaitu sebagai berikut : 1) observasi lapangan, yakni me-lihat secara langsung kegiatan-kegiatan dalam rantai pasokmulai dari produsen (petani), prosesor, distributor, hinggakonsumen; 2) wawancara mendalam, dilakukan untuk mem-peroleh informasi yang lebih komprehensif tentang rantaipasok sayuran dataran tinggi; dan 3) opini pakar (expert opin-ion) pada tahapan pemilihan sayuran unggulan, desain metrikkinerja dan perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pa-sok sayuran dataran tinggi.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian iniantara lain : 1) kondisi umum dan model rantai pasok dianali-sis dengan mengunakan metode deskriptif-kualitatif yangdikembangkan oleh Asian Productivity Organization (APO),berdasarkan data kuantitatif-numerik dan kualitatif, dengan

Tabel 2. Hasil pemilihan sayuran unggulan dataran tinggi

memperhatikan pendapat pakar dan nara sumber; 2) datamengenai analisa nilai tambah yang diperoleh dari wawan-cara dengan anggota rantai pasok diolah dengan menggu-nakan metode nilai tambah Hayami; 3) pemilihan produkungguluan dan alternatif pemasok dilakukan menggunakanmetode perbandingan eksponensial untuk menentukan urutanprioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak; 4) fuzzyAHP untuk penentuan bobot metrik pengukuran kinerja yangdilakukan melalui tahapan dari perbandingan capaian skordengan triangular fuzzy number, pembangunan matrik per-bandingan, pemecahan eigen value, perkalian antar matriks,penentuan Consistency Ratio (CR); 5) pengukuran kinerjarantai pasok sayuran dataran tinggi dilakukan dengan meng-gunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) denganbantuan tools dari banxia software yaitu ‘frontier3’; dan 6)analisis IFE-EFE dan SWOT untuk merumuskan strategi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan Produk Sayuran Dataran Tinggi

Hasil analisis menggunakan metode perbandingan ek-sponensial menghasilkan tiga komoditas sayuran terpilih yangmempunyai nilai tertinggi yaitu Paprika, Brokoli dan Lettuce.Berdasarkan perhitungan ketiga sayuran tersebut berturut-turut bernilai 11056, 9135 dan 8719. Hasil perhitungan se-lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

No KriteriaBobot

(1-5) Paprika Brokoli Kubisbunga

Alternatif (Range 1-5)

Lettuce Jamur

1

2356

789

Ketersediaan bibitKetersediaan saranaproduksiKualitas produkKontinuitas produksiKetersediaan produkPotensi pasardomestik dan eksporMargin keuntunganRisiko

5

4

455

5

55

4

4

544

5

54

3

4

445

5

54

4

4

333

3

43

4

4

444

5

43

3

4

434

4

42

4

4

343

4

33

4

3

243

3

43

4

4

433

3

43

10 KemitraanTotalPeringkat

4 411056

1

39135

2

33119

8

48719

3

44657

4

33898

5

33486

7

33512

6

63

Page 5: tugas mrp1

Gambar 2. Struktur rantai pasok sayuran dataran tinggi di Jawa Barat

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

Struktur rantai pasok sayuran dataran tinggi di JawaBarat terdiri dari petani, koperasi, bandar, usaha dagang, pe-masok hotel, restauran, dan swalayan, eksportir, dan ritel.Aliran fisik produk sayuran berlangsung mulai dari petani/kelompok tani yang dikirim ke prosesor untuk disortir dandikemas, kemudian produk dikirim ke ritel untuk dijual lang-sung kepada konsumen atau dikirim ke hotel dan restoranuntuk diolah lebih lanjut. Sebaliknya aliran finansial dan in-formasi mengalir dari konsumen ritel, hotel dan restoran keprosesor, kemudian dari prosesor ke petani/kelompok tani(Gambar 2).

Analisis kondisi rantai pasok sayuran dataran tinggidilakukan dengan metode deskriptif-kualitatif yang dikem-bangkan oleh APO, berdasarkan data kuantitatif-numerik dankualitatif, dengan memperhatikan pendapat pakar dan narasumber yang dirinci(hasil ) berdasarkan aspek-aspek pada strukturrantai, sasaran rantai, sumberdaya rantai, manajemen rantaidan proses bisnis rantai pasoknya. Analisis masing-masingproduk secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3.

Analisis Kondisi Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi

Rantai Pasok Sayuran

Analisis Nilai Tambah

Menurut Sudiyono (2002), besarnya nilai tambah kar-ena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahanbaku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan,tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain, nilai tambahmenggambarkan imbalan bagi modal dan manajemen yangdapat dinyatakan secara matematik sebagai berikut:

Nilai Tambah = f { K, B, T, U, H, h, L }dimana,K = Kapasitas produksiB = Bahan baku yang digunakanT = Tenaga kerja yang digunakanU = Upah tenaga kerjaH = Harga outputh = Harga bahan bakuL = Nilai input lain ( nilai dan semua korbanan yang

terjadi selama proses perlakuan untuk menam-bah nilai).

Konsumen institusi(hotel, restoran,retail, eksportir dll)

Processor, PemasokSupermarket/Hotel/Restauran

Petani

Petani

Petani

Koperasi/Poktan

PetaniPetani

Non Koperasi/Poktan

PasarTradisional

Pedagang

Petani

BandarUsaha Dagang

Aliran informasi dan finansialAliran fisik produk

Gambar 2. Struktur rantai pasok sayuran dataran tinggi di Jawa Barat

64

Page 6: tugas mrp1

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

Tabel 3. Analisis kondisi rantai pasok masing-masing produk

Analisis Deskriptif

Struktur rantai

Sasaran rantai

Manajemen rantai

Sumberdaya rantai

Proses bisnis rantai

Paprika

Anggota rantai pasok terdiri dari : Pro-dusen (petani, kelompok tani/koperasi),Distributor (koperasi, Bandar, pedagangpasar, eksportir), Retailer dan konsumeninstitusi

Sasaran pasar berdasarkan kualitasproduk yang dibedakan pada grade A,B, C dan TO

Sasaran pengembangan rantai pasokadalah memperluas area produksi danmembangun sentra-sentra produksibaru

Pengembangan kemitraan antar pela-ku masih terbatas hanya mitra beli

Kerjasama dan pemilihan mitra antarpelaku rantai masih didasarkan padakepercayaan

Belum adanya kesepakatankontraktual di dalam rantai pasokandan sistem transaksi yang dilakukanmasih cash dan carry

Lahan paprika di sentra produksi PasirLangu seluas 24 ha atau ½ dari luas lahanpaprika di Indonesia dengan jumlah petani130 orang, dan teknologi penyiraman oto-matis dan irigasi tetes

Pola distribusi secara umum mengiku-ti pola distributor storage with pack-age carrier delivery (produk dikirimkepada konsumen melalui jasa dis-tributor)

Sebelum tahun 2006, perencanaankolaboratif dilakukan oleh AsosiasiPetani Paprika (Asperika)

Produk Sayuran Dataran Tinggi Terpilih

Lettuce

Anggota pada rantai pasok komoditi lettucehead adalah petani sebagai pemasok, PTSaung Mirwan sebagai pengolah, retailerdan restoran sebagai konsumen

Sasaran pasar berdasarkan kualitasproduk yang dibedakan pada grade Auntuk pasar retailer dan B untuk pasarrestoran, sisanya dipasarkan di pasartradisional

Sasaran pengembangan rantai pasokadalah memperluas area produksi danmenambah mitra tani

Kerjasama dan pemilihan mitra diaturoleh manajer kemitraan melaluimekanisme dan mengisi formulirperjanjian kemitraan.

Kesepakatan kontraktual antara petanidan perusahaan mencakup jumlah,kualitas dan harga; serta pembayaranhasil panen petani akan dilakukan duaminggu setelah panen.

Lahan masih terbatas untuk peningkatan ka-pasitas, jumlah petani terbatas 50 petani danteknologi pembibitan di greenhouse peru-sahaan, irigasi dengan sistem penyiraman

Pola distribusi secara umum mengikutipola distributor storage with packagecarrier delivery (produk dikirim kepadakonsumen melalui jasa distributor)

Perencanaan kolaboratif dilakukan olehperusahaan dengan melibatkan petani-petani mitra

Brokoli

Anggota rantai pasok terdiri dari : petani/bandar sebagai pemasok, perusahaan da-gang (pedagang) sebagai prosesor, riteldan pasar tradisional sebagai konsumen.

Sasaran pasar berdasarkan kualitasproduk yang dibedakan pada grade Adan B untuk pasar supermarket danrestoran, serta grade C untuk pasartradisional

Sasaran pengembangan rantai pasokadalah pengembangan Sub TerminalAgribisnis sebagai institusi pelayananpemasaran

Kerjasama antar pelaku rantai masihdidasarkan pada perjanjian tertulis(usaha dagang dan ritel) dan tidaktertulis (petani dan usaha dagang)

Pembayaran dilakukan setelah duaminggu sampai satu bulan pascatransaksi

Keragaan lahan brokoli mengalami trendnegatif dengan jumlah petani sebanyak 43orang dan teknologi petani masih meng-gunakan teknologi tradisional

Pola distribusi rantai pasokan brokoliadalah 1) Pola Rantai pasok pola dagangumum dengan tujuan pasar tradisional/pasar induk mulai petani bandarpasar induk/pasar tradisional; serta 2) Polarantai pasok dalam kerangka pengemban-gan STA (petani bandar STApasar tradisional/supermarket)

Hasil analisis nilai tambah pada para pelaku rantai pa-sok menunjukkan persentase nilai tambah pada petani masihlebih kecil (antara 5,46 % - 24,92 %) dibandingkan prosesor(antara 6,51 % - 68,7 %) dan ritel (antara 31,33 % - 68,57 %).Persentase nilai tambah akan lebih besar didapat petani jika

transaksi dilakukan melalui kelembagaan koperasi/kelompoktani dan adanya pengalihan kepada petani sebagian aktifitaspengolahan produk sayuran dataran tinggi pasca panen. Ta-bel 4, 5 dan 6 menunjukkan hasil analisis nilai tambah padamasing-masing produk.

65

Page 7: tugas mrp1

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

Tabel 4. Distribusi nilai tambah pada rantai pasok sayuran paprika

No Pelaku Harga input/kg Biaya input lain/kg Harga output/kg Nilai tambah/kgPersentase nilai

tambahRantai : Petani koperasi – Koperasi – Ritel

12

PetaniKoperasi

Rp 1600Rp 8244

Rp 1556Rp 127

Rp 8244Rp 9700

RpRp

50881329

24,92 %6,51 %

3

1

RitelTotal

Petani

Rp 9700

Rp 1600

Rp 300 Rp 24000

Rantai: Petani – Bandar – RitelRp 1400 Rp 7000

RpRp

Rp

1400020417

4000

68,57 %100,00 %

19,38 %23

BandarRitel

Rp 7000Rp 10000

Rp 55Rp 300

Rp 10000Rp 24000

RpRp

294513700

14,26 %66,36 %

Total Rp 20645 100,00 %

Tabel 5. Distribusi nilai tambah rantai pasok sayuran lettuce

No

123

Pelaku

PetaniPT SMRitel

Harga input/kg

Rp 3000Rp 3000Rp 10000

Biaya input lain/kg

Rp -Rp 1160Rp 210

Harga output/kg

Rp 3000Rp 10000Rp 12875

Nilai tambah/kg

Rp -Rp 5840Rp 2665

Persentase nilai tambah

0,00 %68,67 %31,33 %

Total Rp 8505 100,00 %

Tabel 6. Distribusi nilai tambah rantai pasok sayuran brokoli

No123

PelakuPetaniBandarRitel

Harga input/kgRp 3000Rp 4000Rp 9000

Biaya input lain/kgRp 180Rp 262Rp 544

Harga output/kgRp 4000Rp 9000Rp 19000

Nilai tambah/kgRp 820Rp 4738Rp 9456

Persentase nilai tambah5,46 %

31,56 %62,98 %

Total Rp 15014 100,00 %

Desain Metrik Pengukuran Kinerja

Pemilihan metrik kinerja rantai pasok sayuran datarantinggi dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hirarkipemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok sayurandataran tinggi terdiri dari level 1 yaitu proses bisnis, level 2terdiri parameter kinerja, level 3 terdiri dari atribut kinerjadan level 4 terdiri dari metrik kinerja. Proses bisnis rantaipasok sayuran dataran tinggi meliputi aspek perencanaan(plan), pengadaan (source), budidaya (make), pengolahan(process), dan pengiriman (deliver). Parameter kinerja meli-puti nilai tambah, kualitas, dan risiko. Atribut kinerja meli-puti reabilitas, fleksibilitas, biaya, responsifitas dan aset.Rancangan metrik kinerja meliputi kinerja pengiriman (KP),kesesuaian dengan standar mutu (KS), pemenuhan pesanan(PP), leadtime pemenuhan pesanan (LTPP), siklus waktupemenuhan pesanan (SPP), fleksibilitas pesanan (FP), biaya

66

SCM (BSCM), cash-to-cash cycle time (SCTC) dan persedi-aan harian (PH).

Matriks perbandingan fuzzy dari perbandingan ber-pasangan berdasarkan rataan geometri untuk level prosesbisnis, parameter kinerja dan atribut kinerja menggunakantriangular fuzzy number (~1,~3,~5,~7,~9). Hasil perancan-gan menggunakan Fuzzy AHP dengan mengadaptasi modelevaluasi SCOR menghasilkan metrik pengukuran kinerjadengan bobot masing-masing yaitu : kinerja pengiriman/KP(0,111), kesesuaian dengan standar mutu/KS (0,299), pe-menuhan pesanan/PP (0,182), leadtime pemenuhan pesanan/LTPP (0,068), siklus waktu pemenuhan pesanan/SPP (0,080),fleksibilitas pesanan/FP (0,052), biaya SCM/BSCM (0,086),cash-to-cash cycle time/SCTC (0,080) dan persediaan harian/PH (0,048). Hasil akhir penentuan bobot metrik pengukurankinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi pada Gambar 3.

Page 8: tugas mrp1

Gambar 3. Hasil Fuzzy AHP(desain rancangan penulis )

∑ U h k

∑ V Xik

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

Penentuan bobotmetrik pengukuran

kinerja

PLAN/Perencanaan

(0,418)

Realibilitas(0,377)

SOURCE/Pengadaan

(0,102)

Nilai Tambah(0,329)

Fleksibilitas(0,249)

MAKE/Budidaya(0,231)

Kualitas(0,449)

Biaya(0,106)

PROCESS/Pengolahan

(0,130)

Risiko(0,222)

Responsifitas(0,187)

DELIVER/Pengiriman

(0,119)

Aset(0,081)

KP(0,110)

PP(0,182)

KS(0,299)

FP(0,052)

BSCM(0,086)

SPP(0,074)

LTPP(0,068)

SCTC(0,080)

PH(0,048)

Gambar 3. Hasil Fuzzy AHP

Pengukuran dengan Data Envelopment Analysis

Variabel input dan output yang digunakan untuk meng-evaluasi kinerja para pelaku rantai pasok sayuran khususnyaproduk lettuce head dengan menggunakan pendekatan DEA.DEA mengidentifikasi himpunan bagian Decision MakingUnit (DMU) yang efisien secara best practice dalam himpu-nan tersebut. Untuk DMU yang tidak termasuk dalam himpu-nan tersebut, DEA mengukur tingkat ketidakefisienan denganmembandingkan hasil pencapaian DMU tersebut terhadap ef-ficiency frontier yang terbentuk oleh DMU yang efisien. Di-mana setiap unit pengambilan keputusan diasumsikan bebasmenentukan bobot untuk menentukan variabel output atau-pun input.

Berdasarkan hasil perancangan model pengukuran ki-nerja dengan mengadaptasi model SCOR, maka variabel in-put yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja rantai pasoksayuran meliputi metrik leadtime pemenuhan pesanan, sikluswaktu pemenuhan pesana, fleksibilitas rantai pasok, biayaSCM, Cash-to-cash cycle time, persediaan harian. Semen-

tara variabel output terdiri dari metrik kinerja pengiriman,pemenuhan pesanan dan kesesuaian dengan standar mutu.Bobot masing-masing variable diperoleh dari pemeringkatanmetrik kinerja pada tahap sebelumnya. Model dasar dari DataEnvelopment Analysis adalah sebagai berikut:

Efisiensi maksimum

r

, dimanai

r = variabel outputi = variabel inputk = Unit pengambil keputusan yang akan dievaluasiUr = Bobot dari outputVi = Bobot dari inputYrk = Nilai outputXik = Nilai input(Zhaohan dkk, 1996, dalam Zhang, Liu, dan Li, 2002)

67

Page 9: tugas mrp1

Potential Im-provement (%)

Potential Im-provement (%)

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

Tabel 7. Hasil perhitungan efisiensi relatif kinerja mitra tani lettuce head pada dua semester di tahun 2008 dengan DEA(dalam %)

SemesterSemester 1Semester 2

Petani 153,4363,68

Petani 260,7054,87

Petani 364,7768,87

Petani 468,8570,56

Petani 580,0463,20

Petani 683,1969,64

Pengukuran kinerja dilakukan pada petani-petani terbe-sar pemasok lettuce head dan PT. Saung Mirwan yang dibe-dakan pada dua jenis produk yaitu lettuce head crop danlettuce head fresh cut. Hasil perhitungan DEA dapat mem-berikan informasi kinerja 6 (enam) mitra tani lettuce head PT.Saung Mirwan pada dua semester tahun 2008. Efisiensi relatifpaling rendah dicapai petani 1 sebesar 53,43 % pada semester1 dan petani 2 sebesar 54,86 % pada semester 2, sementarakinerja tertinggi dicapai petani 6 sebesar 83,19 % pada se-mester 1 dan petani 4 sebesar 70,56 % pada semester 2 (Tabel7). Hasil perhitungan DEA juga memberikan informasi po-tential improvement yang dapat dilakukan setiap petani (unit)untuk meningkatkan kinerjanya. Sebagai contoh, pada tabel

Tabel 8. Potential improvement pada Petani 1

8 menunjukkan informasi potential improvement yang dapatdilakukan petani 1 untuk meningkatkan efisiensi relatif men-capai 100% pada semester dengan menurunkan cash to cashcycle time dari 16 hari menjadi 12 hari, mengurangi biaya to-tal dari Rp 5100 menjadi Rp 4017, meningkatkan kesesuaianmutu dengan standar dari 31 % menjadi 75 % dan meningkat-kan kinerja pengiriman dari 36 % menjadi 75 %.

Pengukuran kinerja pada PT. Saung Mirwan antaraproduk lettuce head crop dan lettuce head fresh cut menun-jukkan efisiensi yang sama yaitu 100%. Analisis patok dugadilakukan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengantarget kinerja yang seharusnya dicapai (Bolstorff, 2003). Ber-dasarkan tabel 9, secara umum kinerja PT. Saung Mirwan le-

Faktor

Input

Metrik kinerja

Cash to cash cycle time (hari)

Actual

16

Semester 1

Target

12,05 -24,68

Actual

16

Semester 2

Target

12,75 -20,34Biaya total (Rp)Siklus pemenuhan pesanan (hari)Lead time pemenuhan (hari)

51005955

4017,3260,2658,25

-21,232,145,91

60006058

4248,4263,7361,6

-29,196,216,21

Output Kesesuaian dengan standar (%)Pemenuhan pesanan (%)

Kinerja pengiriman (%)

31,5165,21

36,36

75,32100,43

75,32

139,0554,01

107,16

47,35100

20

79,66106,21

79,66

68,236,21

298,29

Tabel 9. Patok duga kinerja perusahaan untuk produk lettuce head krop tahun 2008

No1.2.3.4.5.6.7.8.9.

Metrik kinerjaKinerja pengirimanPemenuhan pesananSesuai dengan standarLead time pemenuhan pesananSiklus pemenuhan pemesananFleksibilitas rantai pasokanBiaya total SCMCash to cash cycle timePersediaan harian

Semester 1100 %139, 7%99 %2 hari4 hari3 hariRp 21.89023 hari7 hari

Semester 298,6 %109,9 %98 %2 hari4 hari3 hariRp 22.18521 hari7 hari

Superior*)

95,0 %88,0 %100 %3 hari14 hari10 hari-29 hari23 hari

Selisih 1+ 5 %+ 51,7 %-1%+1 hari+ 10 hari+26 hari-+ 6 hari+ 16 hari

Selisih 2+ 3,6 %+ 21,9 %-2%+1 hari+ 10 hari+26 hari-+ 8 hari+ 16 hari

*) Food product SCORcard (Bolstorff, 2003)

68

Page 10: tugas mrp1

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

bih baik dibandingkan SCORcard untuk produk pangan. Se-bagai contoh, kinerja pengiriman pada perusahaan mencapai98,6 %-100 %, lebih besar dari nilai pada SCORcard (95,0%). Begitu juga nilai-nilai metrik lainnya lebih besar diban-dingkan nilai pada SCORcard.

Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Sayuran Let-tuce Head

Analisis strategi peningkatan kinerja rantai pasok meng-gunakan pendekatan analisis IFE-EFE dan SWOT (Marimin,2004). Posisi perusahaan pada tiap kuadran akan menunjuk-kan pengambilan strategi yang tepat agar perusahaan dapatmeningkatkan kinerjanya. Pada kuadran I menandakan bahwaperusahaan atau organisasi kuat dan berpeluang. Rekomenda-si strategi adalah agresif, artinya perusahaan dalam keadaanmantap dan prima sehingga dapat terus melakukan ekspansi,dengan memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan seca-ra maksimal. Pada kuadran II menandakan bahwa perusahaankuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasistrategi adalah diversifikasi, artinya diperkirakan perusahaanakan mengalami kesulitan untuk terus berputar jika hanya ber-tumpu pada strategi sebelumnya. Sementara itu, pada kuadranIII menandakan perusahaan yang lemah namun berpeluang,sehingga strategi yang tepat adalah turn-around. Pada kuad-ran IV menandakan perusahaan yang lemah dan menghadapitantangan yang besar sehingga strategi harus dipertahankansambil terus memb enahi diri (defensive strategy).

Hasil perhitungan skor pada matriks IFE-EFE menun-jukkan koordinat posisi para pelaku rantai pasok sayuran let-tuce head pada kuadran II yaitu mendukung strategi diver-sifikasi, dimana bernilai positif untuk sumbu X dan bernilainegatif untuk sumbu Y (+,-), sehingga strategi (Strength-Threat/ST) dapat dipilih sebagai alternatif strategi peningka-tan rantai pasok sayuran lettuce head. Strategi tersebut men-cakup yaitu :1. Penggunaan teknologi budidaya hidroponik dan penggu-

rangan penggunaan pestisida secara berlebihan2. Optimalisasi sistem penjadwalan (baik dalam penanaman

dan pemanenan) dengan memperhitungkan aspek cuaca3. Peningkatan kinerja responsifitas dan fleksibilitas untuk

pemenuhan pesanan4. Perlunyan implementasi system manajemen mutu dan

lingkungan (ISO 9000 & 14000), Hazard Analysis Cri-tical Control Point (HACCP), Good Handling Practices(GHP), dan Good Agricultural Practice (GAP).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai ber-ikut :

1. Hasil analisis menggunakan metode MPE menghasilkantiga komoditas sayuran terpilih yang mempunyai nilaitertinggi yaitu Paprika, Lettuce dan Brokoli.

2. Anggota struktur rantai pasok sayuran dataran tinggiumumnya terdiri dari petani/kelompok tani/ koperasi,pedagang/bandar/usaha dagang, prosesor, dan konsumeninstitusi (hotel, restauran, eksportir, dan retailer). Hasilanalisis nilai tambah menunjukkan persentase nilai tam-bah petani masih lebih kecil dibandingkan pelaku yanglain. Persentase nilai tambah petani akan lebih besar jikaterjadi pengalihan sebagian aktifitas pengolahan produk,peningkatan kualitas dan efektifitas peran kelembagaanpetani.

3. Hasil analisis Fuzzy AHP dengan mengadaptasi modelevaluasi SCOR menghasilkan metrik pengukuran kinerjadengan bobot masing-masing yaitu : kinerja pengiriman(0,111), kesesuaian dengan standar mutu (0,299), kinerjapemenuhan pesanan (0,182), leadtime pemenuhan pe-sanan (0,068), siklus waktu pemenuhan pesanan (0,080),fleksibilitas rantai pasok (0,052), biaya SCM (0,086),cash-to-cash cycle time (0,080) dan persediaan harian(0,048).

4. Pengukuran kinerja rantai pasok sayuran lettuce headdengan pendekatan DEA menunjukkan efisiensi relatifmasing-masing petani dan potential improvement yangharus dilakukan untuk mencapai efisiensi 100 %. Se-mentara pada tingkat perusahaan, pengukuran kinerjarantai pasok jenis produk lettuce head crop dan fresh cutmenunjukkan kinerja efisiensi 100 % dan lebih baik daripatok duga.

5. Integrasi Model SCOR dan DEA menghasilkan metodepengukuran yang seimbang dalam berbagai dimensi padaproses bisnis rantai pasok sayuran serta menghasilkan in-formasi yang detail tentang efisiensi pada masing-masingpelaku dan potensi perbaikan kinerja rantai pasok.

6. Berdasarkan hasil perhitungan matriks internal dan ek-sternal dalam analisa SWOT, posisi para pelaku rantaipasok sayuran lettuce head berada pada kuadran antaraKekuatan (Strenghts) dan Ancaman (Threats).

69

Page 11: tugas mrp1

AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

Saran

1. Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut untuk rancangbangun manajemen rantai pasok sayuran dataran tinggiyang terintegrasi dengan sistem pengukuran kinerja den-gan pendekatan model dinamika sistem

2. Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tentang sistempengukuran kinerja yang terintegrasi dengan sistem de-teksi dini pada manajemen rantai pasok sayuran datarantinggi

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian yang menghasilkan publikasi ini sebagian da-nanya didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan Nasional, Republik Indonesia mela-lui Hibah Kompetensi No. 219/SP2H/PP/DP2M/V/2009.

DAFTAR PUSTAKA

Azapagic, A. dan Clift, R., (1999). The application of lifecycle assessment to process optimisation. Journal ofComputers and Chemical Engineering, 23: 1509-1526.

Bolstorff, P dan Rosenbaum, R. (2003). Supply chain excel-lence : a handbook for dramatic improvement using theSCOR model. Amacom, New York.

Bhagwat, R. dan Sharma, M.K. (2007). Performance mea-surement of supply chain management : A BalancedScorecard Approach. Computers & Industrial Engi-neering Journal 53: 43-62.

Cakravastia, A., dan Diawati, L. (1999). Development Of Sys-tem Dynamic Model To Diagnose The Logistic ChainPerformance Of Shipbuilding Industry In Indonesia.Paper read at International System Dynamics Confer-ence, Wellington, New Zealand.

Carlsson-Kanyama, A., Ekstrom, M.P. and Shanahan, H.(2003). Food and life cycle energy inputs: consequenc-es of diet and ways to increase efficiency. EcologicalEconomics 44: 293-307

Dinas Pertanian Jawa Barat (2006). Perkembangan produksitanaman pangan dan hortikultura Jawa Barat, 2006.http://www.jabar.go.id [28 Februari 2008]

Hagelaar, G.J.L.F, dan Van der Vorst, J.G.A.J. (2002). Envi-ronmental supply chain management: using life cycle as-sessment to structure supply chains. International Foodand Agribusiness Management Review 4: 399-412.

Lai, K.H., Ngai, E.W.T., dan Cheng, T.C.E. (2002). Measuresfor evaluating supply chain performance in transportlogistics. Logistics and Transportation Review 38: 439-456.

70

Lapide, L., (2000). What about measuring supply chain per-formance? ASCET 2

Lee,W. B., Lau, H., Liu, Z. Z., dan Tam, S. (2001). A fuzzyanalytic hierarchy process approach in modular productdesign. Journal of Expert Systems 18: 32–42

Marimin. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputu-san Kriteria Majemuk. Grasindo, Jakarta.

Morgan W, S Iwantoro, AS Lestari. (2004). Improving In-donesian Vegetable Supply Chains. Didalam: GI John-son dan PJ Hofman, editor. Agri-product Supply ChainManagement in Developing Countries. Proceeding of aWorkshop; Bali, 19-22 August 2003. Bali: ACIAR. hlm139-141

Romero, C. dan Rehman, T. (2003). Multiple criteria analysisfor agricultural decisions. Elsevier, Amsterdam.

Sudiyono. (2002). Pemasaran Pertanian. UMM Press. Yog-yakarta.

Supply-Chain Council (2004). SCOR. Available: [http://www.supply-chain.org/index.ww].

Talluri, S., dan Baker, R.C. (2002). A multi-phase mathemati-cal programming approach for effective supply chaindesign. European Journal of Operation Research 141:544-558.

Van der Vorst, J.G.A.J. (2006). Performance Measurement inAgrifood Supply Chain Networks : An Overview. Da-lam: C., A J. Wijnands, R. Huirne, O. van Kooten (ed.).Quantifying the agri-food supply chain. Springer Sci-ence Business Media, Netherland.

Wang, N. (2003). Measuring transaction costs: an incompletesurvey. Ronald Coase Institute, Chicago. Ronald CoaseInstitute Working Papers no. 2. http://coase.org/work-ingpapers/wp-2.pdf. [4 Juli 2008]

Wong W.P., dan Wong K.Y. (2007). Supply chain performancemeasurement system using DEA modeling. Journal ofIndustrial Management & Data Systems 107: 361-381.

Yandra, Marimin, I. Jamaran, Eriyatno, dan Tamura, H.(2007). An Integration of Multi-objective Genetic Al-gorithm and Fuzzy Logic for Optimization of Agroin-dustrial Supply Chain Design. Proceeding of the 51st In-ternational Society for the System Science Conference: 1-15.

Zhang, He dan W. Liu dan Xiu Li. (2002). An AHP/DEAMethodology for Vendor Selection in Agile SupplyChain. Working Paper. Hal 3-4.

Zhu, J. (2003). Quantitative models for performance evalu-ation and benchmarking: data envelopment analysiswith spreadsheets and DEA Excel solver. InternationalSeries in Operations Research & Management Science51 : 1-10.