Tugas Manajemen Material

26
JUST IN TIME DAN MAJAMEN LIMBAH DI SUSUN OLEH : MASTHURA NIM : 117026007

description

Manajemen Material

Transcript of Tugas Manajemen Material

JUST- IN -TIME ( JIT )

JUST IN TIME DAN MAJAMEN LIMBAH

DI SUSUN OLEH :

MASTHURANIM : 117026007

MAGISTER ILMU FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN2011

JUST-IN-TIME ( JIT )

1. Pengertian JITDalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.

Perusahaan-perusahaan meningkatkan perhatian terhadap keuntungan potensial dari : 1. Membuat pesanan pembelian yang lebih kecil dan lebih sering. 2. Membangun kembali hubungan dengan pemasok.

Kedua hal di atas berhubungan dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian tepat waktu (Just In Time). Pembelian Just In Time adalah pembelian barang atau bahan sedemikian rupa sehingga pengiriman secara tepat mendahului permintaan atau penggunaan. Dalam keadaan ekstrim tidak adanya persediaan (barang untuk dijual bagi seorang pengecer, bahan baku barang dalam proses atau barang jadi bagi seorang produsen) yang ditahan. Perusahaan yang menggunakan pembelian Just In Time biasanya menekankan biaya tersembunyi yang berhubungan dengan menahan tingkat persediaan yang tinggi. Biaya tersembunyi ini meliputi jumlah ruang penyimpanan yang lebih besar dan jumlah kerusakankerusakan yang cukup besar.Prinsip dasar JIT adalah meningkatkan kemampuan secara terus-menerus untuk merespon perubahan dengan meminimisasi pemborosan. Ada empat aspek pokok dalam sistim JIT yaitu : Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk. Komitmen terhadap kualitas prima. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas yang memberikan nilai tambah. JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.

A. Pembelian JITPembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.2. Perubahan cost pools yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.3. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.4. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual5. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

A.1 Karakteristik dan manfaat JIT dalam pembelianKarakteristik dan manfaat dari pembelian JIT (Just In Time Purchasing) seperti yang ditunjukkan tabel berikut:Tabel 1 Karakteristik dan Manfaat JIT dalam PembelianNoDeskripsi Karakteristik JIT

1.KuantitasTingkat kuantitas stabil sesuai yang diinginkan Penyerahan dalam ukuran lot kecil dengan frekuensi lebih sering Kontrak jangka panjang Lebih sedikit menggunakan kertas Kuantitas penyerahan dapat bervariasi tetapi tetap untuk bentuk kontrak keseluruhan Pemasok didorong untuk melakukan pengepakan dalam kuantitas yang tetap Pemasok didorong untuk mengurangi ukuran lot produksi mereka

2.KualitasSpesifikasi minimum Pemasok membantu untuk memenuhi kebutuhan kualitas Pemasok didorong untuk menggunakan pangendalian proses daripada mengandalkan inspeksi Deteksi kecacatan lebih cepat, karena frekunsi penyerahan material lebih sering Tindakan korektif pada kecacatan lebih cepat Kualitas dari material yang dibeli lebih tinggi, karena pemasok lebih bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan kualitas

3.PemasokMembina hubungan dengan lebih sedikit (pemasok tunggal) dalam lokasi yang berdekatan Aktif menggunakan analisis nilai (value analysis) untuk memperoleh pemasok yang diinginkan serta bertahan pada harga yang konpetitif Melakukan pengelompokan pemasok Menjalin hubungan bisnis berulang dengan pemasok yang sama Pemasok didorong untuk mengembangkan JIT dalam aktivitas pembelian ke pemasok mereka

4.PengirimanPengiriman terjadwal dengan menggunakan mode trasportasi yang telah dikontrak dalam jangka panjang

5.OngkosOngkos penyimpanan inventory menjadi rendah Penurunan ongkos material karena manfaat dari pengalaman belajar jangka panjang dalam menggunakan pemasok yang terbatas Ongkos scrap menjadi berkurang, karena kecacatan telah dapat dideteksi sejak awal

6.DesainRespons terhadap perubahan rekayasa lebih cepat Menimbulkan inovasi dalam desain, karena pemasok memiliki kebebasan tanpa terikat pada spesifikasi desain yang ketat

7.Efisiensi administratifKebutuhan untuk kontrak lebih ketat Meminimumkan penggunaan kertas Lebih sedikit pembatalan yang dilakukakan Ongkos-ongkos administrasi menjadi berkurang Perhitungkan untuk material yang diterima menjadi lebih mudah, karena pemasok menggunakan kontainer standar berukuran tetap Identifikasi pesanan yang diterima lebih mudah dan tepat, karena pemasok menggunakan kontainer yang memiliki tanda yang jelas

8.ProduktifitasPekerjaan ulang (rework) berkurang, karena menggunakan material yang berkualitas tinggi Inspeksi material menjadi berkurang Mengurangi keterlambatan produksi, karena penyerahan material tepat waktu dengan kualitas yang baik Meningkatkan efisiensi pembelian, pengendalian produksi, pengendalian inventory, dan pekerjaan supervis, karena pemasok ikut bertanggung jawab menyerahkan material berkualitas tinggi pada waktu yang tepat

A.2 Karakteristik Kemitraan JIT. Dari karakteristik JIT ini kita dapat mengetahui kelemahan dan keunggulan dari sistem JIT pada tabel 2 berikut:Tabel 2 Karakteristik kemitraan JITPEMASOK

Sedikit pemasok Jarak pemasok dekat Transaksi yang berulang yang berulang kali dengan pemasok yang sama Analisis untuk memungkinkan pemasok yang disukai menjadi atau tetap kompetitif dalam hal harga. Tender kompetitif kebanyakan terbatas hanya untuk pembelian baru Pembeli menolak integrasi vertikal dan penghapusan bisnis pemasok Pemasok mendorong agar dilakukan perluasan pembelian JIT terhadap pasokannya

JUMLAH

Tingkat outputnya stabil Pengiriman secara berkala dalam jumlah lot yang kecil Perjanjian kontrak berjangka panjang Administrasi untuk pemesanan lebih sedikit Jumlah pengiriman tetap selama selama jangka waktu kontrak Tidak dibolehkan sedikit atau sama sekali keterlambatan atau kecepatan Pemasok mengemas pesanan dalam jumlah tepat Pemasok menurunkan ukuran lot produksi mereka (atau menyimpan bahan baku yang tidak dikirimkan)

MUTU

Spesifikasi produk yang dimintakan kepada pemasok sangat sedikit Pemasok dibantu untuk memenuhi kebutuhan mutu Hubungan antara karyawan divisi pemastian mutu dari pihak pembeli dan pemasok dekat Pemasok menggunakan diagram pengendalian proses dan bukan inspeksi pengujian sample lot

PENGANGKUTAN

Penjadwalan muatan masuk Mendapatkan kuasa pengendalian dengan pemasok milik perusahaan sendiri atau pengangkutan dan pergudangan sesuai kontrak

A.3 Tujuan Kemitraan JIT Sistem pembelian JIT dilakukan dengan tujuan: 1. Menghapus kegiatan-kegiatan yang tidak perlu. Misalnya kegiatan menerima dan memeriksa kiriman pesanan. Kedua hal itu tidak perlu dalam sistem JIT dengan pemasok yang baik. 2. Menghapus persediaan dalam pabrik. JIT mengirimkan bahan baku dimana dan kapan dibutuhkan. 3. Menghapus persediaan dalam pengalihan. Persediaan dapat dikurangi dengan suatu teknik yang dikenal dengan istilah konsinyasi. Dengan pengaturan persediaan konsinyasi, pemasok bertanggung jawab atas persediaan tersebut digunakan. Misalnya sebuah pabrik perakitan mungkin menemukan pemasok perangkat keras yang mau menempatkan pabriknya dekat dengan ruangan persediaan pembeli. Dengan cara ini, pada saat perangkat keras diperlukan, kebutuhan itu tidak jauh dari dari ruang persediaan perusahaan, dan dan pemasok dapat mengirim ke pembeli lain, yang mungkin lebih kecil, dari ruang persediaanitu. Pemasok menagih pemakai berdasarkan tanda terimayang telah ditanda tangani atau berdasarkan jumlah unit yang diangkut. 4. Menyingkirkan pemasok yang buruk. Pengiriman yang dilakukan hanya pada saat dibutuhkan, dalam jumlah yang persis sesuai dengan kebutuhan, juga mengharuskan mutu yang sempurna, atau juga dikenal dengan istilah zero defect, dan tentu saja, pemasok maupun sistem pengirimannya harus baik.

A.4 Kekhawatiran Pemasok Ada beberapa kekhawatiran pemasok dalam melakukan pembelian dengan sistem JIT,yaitu: (Render and Heizer, 2001) 1. Keinginannya dilakukan diversivikasi. Banyak pemasok yang tidak ingin mengikat dirinya melalui perjanjian jangka panjang dengan satu konsumen. 2. Penjadwalan konsumen yang buruk. Banyak pemasok yang tidak percaya pada kemampuan pembeli dalam mengurangi pesanan menjadi jadwal-jadwal yang mulus dan terkoordinasi. 3. Perubahan engineering. Perubahan engineering yang sering terjadi dengan lead time yang tidak cukup bagi pemasok untuk melakukan perubahan-perubahan peralatan dan proses, dapat menghancurkan JIT.4. Pemastian mutu. Produksi dengan zero defect dianggap tidak relistis oleh banyak pemasok. 5. Ukuran lot yang kecil. Pemasok sering merancang prosesnya untuk ukuran lot yang besar, dan menurut mereka pengiriman berkala kepada konsumen dengan ukuran lot yang kecil merupakan cara memindahkan biaya penyimpanan ke pemasok. 6. Kedekatan. Tergantung lokasi konsumen, pengiriman berkala dari pemasok dalam ukuran lot yang kecil secara ekonomi akan sangat membebani pemasok.

A.5 Proses Penjadwalan dan Pengendalian Pemasok dalam Sistem JIT Terdapat beberapa penjadwalan dan pengendalian pemasok dalam sistem JIT, yaitu: 1. Membuat komitmen pembelian jangka panjang dengan pemasok. Biasanya lama kontrak berkisar antara 18 sampai 24 bulan. Kesepakatan jangka panjang ini akan menjamin komitmen dari pemasok untuk menerapkan JIT dan mungkin memberikan diskon harga terhadap pembelian dalam volume besar itu. Kesepakatan pembelian dapat menggunakan sistem blanket purchase order (BPO), yaitu pembelian dalam jumlah besar, namun pengiriman diatur secara bertahap sesuai permintaan pelanggan. 2. Memberikan kepada pemasok informasi tentang kebutuhan material bulanan selama periode waktu sekitar enam bulan ke depan. Pemasok akan menggunakan informasi ini untuk tujuan perencanaan material. Kebutuhan dapat diubah daalm spesifikasi waktu tunggu yang disepakati bersama.

3. Memberikan kepada pemasok firm release (order release) untuk produksi bulan berikut. 4. Menetapkan kesepakatan dengan pemasok pada tingkat kuantitas material berapa akan diserahkan, termasuk waktu pemasokan. 5. Menetapkan suatu kesepakatan dengan pemasok tentang kebijaksanaan untuk perubahan tingkat penyerahan. Kebijaksanaan seyogyanya jelas dan harus mencakup peningkatan maupun penurunan kuantitas tingkat penyerahan itu.

B. Produksi JITProduksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).2. Mengurangi atau meniadakan Lead Time (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol).3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:1. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan 2. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai3. Waktu perpindahan4. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung5. Ruangan pabrik6. Biaya mutu7. Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam work tickets

2. Sistem JITSistem JIT ini membutuhkan kerjasama dan usaha yang besar antara perusahaan dan supplier, karena perusahaan akan melakukan pemesanan bahan baku kepada supplier setiap terjadi order/permintaan konsumen, sehingga kapabilitas supplier yang besar sangat diperlukan untuk selalu siap melakukan pengiriman bahan baku.Alasan yang mendorong diterapkannya sistem JIT adalah (Hanna, 2001: 575): Ketidakpastian supplier yang dapat menyediakan bahan baku sesuai pesanan tepat waktu Ketidakpastian/kerumitan operasional produksi (dalam hal set-up mesin, proses produksi yang terlalu panjang)Just in time pertama kali ditemukan oleh Taiichi Ohno yang diterapkan dalam sistem produksi Toyota Motor Company di Jepang. Taiichi Ohno mendefinisikan just in time sebagai berikut: bahwa dalam suatu rangkaian proses produksi, suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang diperlukan.Sistem just in time berusaha menghilangkan segala pemborosan dan segala sesuatu yang tidak memberi nilai tambah dengan menyediakan sumber daya pada tempat dan waktu yang tepat. Sistem ini akan mengakibatkan persediaan lebih sedikit, jumlah pekerja lebih sedikit, dan biaya produksi yang lebih rendah serta produk dapat diserahkan ke pelanggan tepat waktu. Kualitas yang sangat tinggi merupakan hasil dari suatu sistem pengendalian mutu yang sangat baik. Pengendalian kualitas dilakukan sejak bahan baku diperoleh perusahaan dari supplier, kemudian melewati tahapan proses produksi, dan menjadi bahan jadi yang siap didistribusikan kepada konsumen. Pengendalian yang baik sangat diperlukan agar bahan baku produksi selalu tersedia secara tepat waktu, sumber pemborosan dapat dihilangkan serta tingkat sediaan yang rendah. Dengan sistem ini, tingkat sediaan ditekan serendah mungkin (zero inventories) dan kualitas produksi senantiasa dijaga dengan menekan kerusakan serendah mungkin (zero defect).Tantangannya adalah bagaimana membina hubungan yang baik dan kuat dengan supplier sehingga supplier selalu siap menerima informasi pesanan perusahaan kemudian menyediakannya tepat waktu.Tujuan yang ingin dicapai dengan jumlah persediaan yang rendah adalah untuk meminimalkan investasi dalam persediaan, bereaksi cepat terhadap perubahan permintaan yang mungkin terjadi, dan menghindari kualitas persediaan yang kurang baik. Terdapat tiga prinsip utama just in time dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih penting daripada output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih murah daripada pekerjaan mengulang (Suparjo).

2.1 Penerapan Sistem JITSistem Just in Time membutuhkan desain pengerjaan produksi dengan proses produksi yang minimum. Setiap unit kerja dipandang sebagai keseluruhan fungsi proses produksi, yang masing-masing dapat melakukan dan bertanggung jawab terhadap kontrol kualitas. Implikasinya adalah bahwa desain sistemnya harus dapat menghubungkan sistem logistik terhadap output hasil produksi.Pengendalian kualitas dalam just in time dilakukan sepanjang proses, mulai dari penentuan pemasok sampai barang diterima konsumen. Setiap barang diharapkan memenuhi standar kualitas saat diterima konsumen. Setiap mesin produksi diharapkan siap dipakai saat akan memproduksi barang, dansetiap pengantaran pesanan diharapkan tiba tepat waktu. Oleh karenanya, proses produksi adalah hal yang sangat signifikan dalam sistem ini. Perusahaan akan memberi perhatian utama pada kualitas, tindakan pencegahan kesalahan dan kerusakan, dan membangun kerjasama yang baik terhadap setiap elemen pengerjaan produksi.

Beberapa hal yang ingin dieliminasi/dihilangkan dalam proses produksi adalah (Beasley): Produksi yang terlalu berlebihan, dikarenakan memproduksi melebihi yang sebenarnya dibutuhkan Waktu menunggu, yaitu saat seorang pekerja harus menunggu terlalu lama untuk mengerjakan bagiannya karena pekerja sebelumnya tidak menyelesaikan bagiannya tepat waktu Transportasi/distribusi barang dalam suatu pabrik Waktu proses produksi yang terlalu lama Persediaan barang Barang produksi yang gagal/rusak

Dalam operasi perusahaan terdapat empat jenis pemborosan, yaitu sumberdaya produksi yang terlalu banyak, jumlah produksi yang berlebihan, jumlah sediaan yang terlalu banyak, dan investasi modal yang tidak perlu. Untuk mencapai pengurangan biaya, produksi harus cepat dan fleksibel sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan pasar tanpa kelebihan waktu yang tidak berguna.JIT merupakan sistem produksi yang tepat pada perusahaan yang: Mempunyai suatu standart produk Mempunyai jumlah produksi yang terjangkau untuk dapat dilakukan Mempunyai produk yang berkualitas baik Mempunyai tingkat fleksibilitas sekaligus kediplinan yang tinggi terhadap jam kerja Membutuhkan waktu yang singkat dalam instalasi mesin poduksiElement dalam JIT antara lain: Mengadakan pertemuan secara teratur Mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan mencari solusi Terbuka terhadap konsultasi dan kerjasama dalam tim Memodifikasi mesin, misalnya mengurangi waktu instalasi Mengurangi persediaan Mengemukakan permasalahan daripada menutupinya Menghindari kesalahan

Dengan demikian maka just in time dapat lebih menghemat biaya karena tidak ada pemborosan. Perusahaan akan mampu menciptakan produk yang berkualitas tinggi sesuai permintaan pelanggan, karena telah melewati quality control yang ketat pada setiap lininya. Selain kualitas yang baik, pelanggan akan terpuaskan karena produk dapat diserahkan tepat waktu, karena telah melewati serangkaian standar waktu yang telah ditetapkan pada setiap lininya. Dan yang tidak kalah pentingnya, kinerja perusahaan akan lebih efisien dan efektif karena tidak ada sumberdaya yang menganggur serta mampu memberikan hasil yang optimal kepada pemilik perusahaan (share holder).Manfaat pelaksanaan JIT adalah: Kualitas produk yang lebih baik Meningkatkan tanggung jawab setiap pekerja terhadap hasil produksi Mengurangi pengulangan pekerjaan karena kesalahan produksi Mengurangi waktu penyiapan/penginstalan mesin Mengurangi barang persediaan Menghemat biaya (karena kesalahan produksi berkurang) Pekerja ahli lebih banyak, karena setiap pekerja dituntut mengerjakan semuanya secara benar Membina hubungan yang baik dengan supplier

Gambar 1 Diagram sistem penerapan JIT

3. Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya ProdukPemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak pada:1. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.2. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.3. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)4. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.5. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.

Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:

3.1. JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:

a.Persediaan Rendahb.Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisiplinerc. Filosofi TQC (Total Quality Control)

3.2. JIT dan Ketertelusuran Biaya OverheadDalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.

JITTRADISIONAL

Sistem Pull-throughPersediaan tidak signifikanSel-sel pemanufakturan Tenaga kerja terinterdisiplinerPengendalian mutu (TQC)Dsentralisasi jasaSistem Push-throughPersediaan signifikanBerstruktur departemenTenaga kerja terspesialisasiLevel mutu akseptabel (AQL)Sentralisasi jasa

3.3. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JITSalah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.

3.4. JIT dan Alokasi Biaya Pusat JasaDalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.

3.5. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:1.Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang2.Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.

3.6. Pengaruh JIT pada Penilaian PersediaanSalah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.

3.7. Pengaruh JIT pada Harga Pokok PesananDalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.

3.8. Penentuan Harga Pokok Proses dan JITDalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan.

3.9. JIT dan Otomasi Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.

3.10. Penentuan Harga Pokok BackflushPenentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :1. Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.2. Setiap produk ditentukan biaya standarnya.3. Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.

Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :1. Perubahan Akuntansi Bahan2. Perubahan Akuntansi Biaya Konversi

4. Analisis Biaya-Volume-Laba 4.1 Analisis CPV KonvensionalAnalisis biaya-volume-laba (CPV) konvensional menganggap bahwa semua biaya, produksi dan non produksi, dap[at digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu:a. Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabelb. Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.Dalam anlisis tersebut biaya dianggap sebagai fungsi linier volume penjualan sehingga persamaannya adalah:L = P - BDalam hal ini:P = H XL = Laba bersih sebelum pajakB = T + VXP = Pendapatan Total

Sehingga:B = Biaya TotalL = HX - T - VXH = Harga jual per unitX(H - V) = L + TX = Unit atau volume produk yang X = (L+T)/(H-V)T = Biaya tetap totalV = Biaya variabel per unit

4.2 Analisis CPV dalam JITDalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut:B = T + V1X1 + V3X3Ket :B = Biaya TotalX1 = Jumlah unitT = Biaya tetapX3 = Jumlah kegiatanV1 = Biaya variabel berdasar unit penjualan (berdasar unit)V3 = Biaya variabel berdasar non unit5. Titik ImpasTitik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi.jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang. 5.1 Sistem Konvensional

X = (I + F) / (P - V)

Dalam hal ini:X = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentuI = Laba sebelum pajak penghasilanF = Total biaya tetapP = Harga jual per unitV = Biaya variabel per unit

5.2 Sistem JIT X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1)Dalam hal ini:X1 = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentuI = Laba sebelum pajak penghasilanF1 = Total biaya tetapX2 = Jumlah kuantitas berbasis nonunitV2 = Biaya variabel per basis non unitP = Harga jual per unitV1 = Biaya variabel per unit

6. Aplikasi JIT Pada Perusahaan IndonesiaA. PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN KENDERAAN PT. Tri Dharma Wisesa merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memasok brake system untuk pelanggan-pelanggan seperti Yamaha, Toyota, Daihatsu, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu lini produksi yang ada adalah lini produksi disc brake untuk konsumen tunggal yaitu Yamaha. Pada sistem sekarang, lini ini masih menggunakan push system dan menghadapi masalah-masalah seperti volume kegiatan Departemen Production Planning & Control yang besar, ketidakcocokan rencana dan produksi aktual, kurang adaptif terhadap perubahan permintaan, mekanisme informasi yang kurang baik, dan inventori yang menumpuk. Tindakan yang diusulkan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah merancang sistem produksi JIT (Just In Time) untuk menggantikan sistem produksi sekarang. Perancangan yang dilakukan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu (1) perhitungan alokasi MPS (Master Production Schedule) ke tiap stasiun kerja yang ada di bagian-bagian produksi, (2) perhitungan jumlah kanban di bagianbagian produksi, (3) penerapan kanban supplier, dan (4) penjadwalan produksi dengan mixed scheduling. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana Algoritma Distribusi Beban Kerja untuk stasiun-stasiun kerja, rencana produksi di tiap stasiun kerja yang ada, jumlah kanban di bagian produksi dan kanban supplier, model rancangan sistem produksi JIT beserta aliran material dan informasi, dan algoritma perencanaan sistem produksi JIT. Dalam alokasi MPS ke stasiun kerja tidak digunakan proporsi historis, melainkan dilakukan perhitungan dengan Algoritma Distribusi Beban Kerja yang diusulkan agar tiap stasiun kerja menerima beban kerja yang lebih berimbang. Kanban digunakan sebagai alat yang sah untuk melakukan penarikan ataupun produksisuatu produk.Kanban supplier diterapkan untuk semua komponen penyusun discbrake tiap tipe dan raw material dari supplier. Penjadwalan dilakukan dengan mixed scheduling agar dapat lebih adaptif terhadap fluktuasi permintaan. Dari hasil penelitian tersebut, sistem perancangan baru (berdasarkan JIT) layak diterapkan karena penggunaan biaya dan kuantitas persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan sistem yang sekarang dipakai perusahaan.

B. PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME PADA INDUSTRI BUSANAJust in Time pada industri busana penting untuk dilakukan dengan tujuan pencapaian efektivitas dan efisiensi produksi. Proses produksi dalam industri busana mempunyai prasyarat kondisi yang mendukung untuk penerapan JIT, sebab mempunyai komponen mesin, serangkaian proses tahapan produksi (flow chart), dan mempunyai standart kualitas produksi. Mempunyai persediaan (inventory) yang menumpuk akan menyebabkan ketidakefisienan, karena perubahan pasar mode yang selalu terjadi setiap saat, sehingga perusahaan tidak dapat memproduksi pakaian dengan mode yang sama dalam jumlah yang banyak.Proses produksi dimulai dengan adanya informasi order/pesanan dari konsumen yang disampaikan kepada bagian pemasaran. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pesanan bahan baku/material kepada supplier. Dalam sistem JIT industri busana, pihak supplier harus mempunyai kesiapan dalam menerima pesanan perusahaan, baik kesiapan dalam hal jenis bahan baku (kain) maupun jumlah bahan baku yang diperlukan. Supplier harus memenuhi order sesuai informasi (right information), sesuai jenis bahan baku yang diperlukan (right thing) dan tepat waktu saat dibutuhkan (right time).Setelah bahan baku dikirim, pengawasan kualitas dilakukan untuk menghindari kerusakan bahan baku. Kemudian sampling dibuat dan dikirimkan kepada bagian produksi sebelum nantinya dibuat produksi nyatanya. Sampling ini sangat penting karena sampel yang dihasilkan merpakan standart produk yang akan dibuat, oleh karenanya kontrol kualitas sangat diperhatikan. Setelah mendapat persetujuan dari bagian produksi, maka produksi segera dilakukan untuk menghasilkan produksi yang tepat waktu kepada konsumen.Di setiap bagian produksi (marking, cutting, sewing dan finishing) pengawasan kualitas dilakukan terus menerus, dengan implikasi setiap pekerja ahli dibidangnya, sehingga tidak ada hasil produksi yang gagal/rusak. Setiap pekerja bertanggung jawab pada proses produksi yang dikerjakannya, karena kesalahan yang terjadi akan mengakibatkan pengulangan, membuat pekerja lain dalam proses produksi selanjutnya menunggu lebih lama dan menunda pengiriman pesanan kepada konsumen tepat pada waktunya. Selain itu membuat kesalahan dalam proses produksi akan berdampak pada pemborosan barang persediaan, sehingga meminimalkan kesalahan adalah suatu keharusan.

MANAJEMEN LIMBAH

1. PendahuluanTujuan manajemen limbah adalah mengendalikan pencemaran yang disebabkan oleh pembuangan limbah hasil berbagai kegiatan manusia, antara lain kegiatan industri. Manajemen limbah merupakan salah satu upaya dalam rangka mencapai produksi bersih, yang merupakan bagian dari sertifikasi ISO 14000.Manajemen limbah dilakukan dengan cara: Yang bersifat pencegahan: menghindari atau menekan keluarnya limbah dari proses produksi, Yang bersifat penanggulangan: menanggulangi limbah yang telah terlanjur keluar dari proses produksi. Cara penanggulangan dilakukan dengan cara penggunaan ulang, pemanfaatan limbah, dan apabila hal ini tidak mungkin, maka dilakukan pengolahan limbahPengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi ataubahaya setelah limbah keluar dari proses produksi (end of pipe), melalui proses fisika, kimia, dan atau hayati. Sedangkan Minimasi limbah hanya meliputi upaya yang menyangkut perubahan di lapangan/dalam plant, yaitu mengurangi keluarnya limbah dari proses produksi, jadi tidak upaya pengurangan volume atau daya racun limbah yang telah keluar dari proses produksi.

Hirarkhi Manajemen Limbah

Sedangkan Macam Limbah, terdiri dari : Limbah Padat, pengolahannya dengan cara :1. Pengecilan ukuran2. Pemampatan3. Pengomposan4. Landfill5. Biogas6. Pakan

Limbah Cair, pengolahannya dengan cara :1. Pengolahan (fisik, kimia, biologis)2. Pemanfaatan3. Penggunaan ulang Limbah Gas, untuk limbah gas Belum dimanfaatkan, umumnya masih mengurangi cemaran yang terikut dalam gas yang keluar dari pabrik

Teknik alternatif minimisasi limbah (minimisasi limbah adalah pengurangan bila mungkin setiap limbah yang dihasilkan) yang umum disarankan:1. Perubahan proses produksi : penggantian material mentah berbahaya dengan non berbahaya memisahkan limbah dengan tipenya untuk daur ulang menghilangkan sumber2x kebocoran dan tumpahan memisahkan limbah berbahaya dengan non berbahaya mendisain ulang atau merumuskan kembali prodk akhir untuk mencapai lebih non berbahaya2. Modifikasi peralatan : menginstal peralatan yang memproduksi limbah sedikit atau tidak sama sekali memodifikasi peratalatn untuk memungkinkkan daur ulang mendisain peralatan atau jalur produksi untuk memproduksi limbah lebih sedikit memperbaikai efisiensi peralatan dan menjaga program perawatan pencegahan3. Mendaur ulang dan menggunakan kembali (recycling and reuse) : menginstal sistem lingkar tertutup (closed loop system) mendaur ulang on atau off-site menukar limbah4. Manajemen inventory dan operasi yang diperbaiki : memiliki material kurang beracun dan material produksi lebih tak beracun mengimplemntasi pelatihan karyawan dan umpan balik manajemen memperbaikai penyimpanan material yang diterima, dan menangani praktek penanganan(handling) menyimpan dan menelusuri semua material mentah

2