Kehidupan Politik Ekonomi Sosial Dan Agama Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno
Tugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kuno
-
Upload
myos-supardi -
Category
Education
-
view
582 -
download
22
Transcript of Tugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kuno
TUGAS MAKALAH
KERAJAAN
KALINGGA DAN MATARAM KUNO
Disusun Oleh Kelompok II :
ANDRE AGUSTAN
IRWANDI
NOVI SRIWARTI
KELAS I IPS
MA AL-USMANIYAH
BAGAN BATU
2015
BAB I
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum war.wab
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas
karunia dan rahmat kesehatan yang telah diberikannya, saya dapat
menyelesaikan karya tulis ini tepat waktu. Tidak lupa saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya,
karena beliau telah menyiapkan fasilitas-fasilitas yang saya
butuhkan untuk dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Terimakasih saya ucapkan juga kepada guru saya, karena berkat
adanya tugas ini dapat menambah pengetahuan saya. Terimakasih
juga untuk teman-teman saya, karena berkat kalian saya bisa
mengintropeksi tugas saya jika ada kekurangannya.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada kalian yang sudah
membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Bagan Batu, Januari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
1. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan bercorak Budha. Pusat
pemerintahan diperkirakan di wilayah Kabupaten Jepara saat
ini. Dalam berita Cina kerajaan ini disebiut Holing. Di sana
dijelaskan bahwa pada abad ke 7 di Jawa Tengah bagian utara
sudah berdiri satu kerajaan. Rakyat dari kerajaan tersebut
hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta mempunyai
sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada
kejahatan dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal
dan dimanfaat dalam bercocok tanam.
Kerajaan Kalingga memiliki pertalian dengan Kerajaan Galuh.
Putri dari Ratu Shima yang dikenal sebagai Putri Parwati
menikah dengan putra mahkota Kerajaan Galuh yang dikenal
sebagai Mandi minyak, kemudian menjadi raja kedua di
Kerajaan Galuh. Setelah Maharani Shima meninggal di tahun
732 M, Sanjaya menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang
kemudian disebut Bumi Mataram. Ia kemudian menjadi pemuka
dari sebuah dinasti atau wangsa terkenal sebagai Wangsa Sanjaya
di Kerajaan Mataram Kuno (Hindu). Kekuasaan di Jawa Barat
diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu
Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Raja Sanjaya
juga menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan
atau Bumi Sambara. Ia memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran
.
2. Kerajaan Mataram Kuno
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk
dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang
berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang
bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732.
Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak
Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752.
Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama
Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis
di masa raja Balitung.
Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang
pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan
Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana
pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang,
yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa.
Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an),
kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang
beragama Buddha Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa,
bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau
Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang
keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi
Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat
perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan
istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal
kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
B Batasan Masalah
Apa Sejarah Kerjaan Kalingga dan Mataram Kuno
Bagaiman aspek ekonomi, budaya, sosial dan politik Kerajaan
Kalingga dan Mataram Kuno
Kapan masa kejayaan dan Kemunduran Kerajaan Kalingga
dan Mataram Kuno
C Tujuan
Untuk memaparkan secara sistematis tentang Kronologi Kerajaan
Kalingga dan Mataram Kuno di Indonesia.
D Manfaat
Agar menjadi bahan acuan bagi siswa dan memberi pengetahuan
kepada setiap pembaca mengenai kerajaan Kalingga dan dan
Mataram Kuno.
BAB II
PEMBAHASAAN
KERAJAAN KALINGGA
A Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga
Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun
674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Sima (Simo) yang
dikenal sebagai raja yang patuh menjalankan hukum kerajaan;
bahkan diceritakan, barang siapa yang mencuri, akan dipotong
tangannya. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat
aman dan tentram.
Disebutkan bahwa ratu ini seorang pemimpin yang tegas, jujur
dan bijaksana, serta melaksanakan hukum dengan tegas.
Ketegasannya dalam menerapkan keadilan ditampilkan dengan
cara menguji kejujuran rakyat Kanjuruhan. Dan cara ini
memperlihatkan bahwa raja dan rakyat Kalingga merupakan
negara yang taat hukum, yang dipakai sebagai pedoman hidup
bagi mereka dalam bernegara dan beragama. Dengan kepatuhan
terhadap hukum, kerajaan Kalingga mendapatkan ketentraman
dan kemakmuran.
Putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota
Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian
menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima
memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja
ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan
Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak
menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya
menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara
yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian
mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari
Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan
Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri
Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan
memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.
Daerah wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga meliputi 28
wilayah. Menurut Rouffaer, dalam menjalankan pemerintahannya
raja dibantu oleh 32 orang menteri, empat orang duduk di pusat
kerajaan dan 28 orang lainnya berada di daerah-daerah.
Bukti keberadaan Kerjaan Kalingga diketahui melalui adanya
Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling yaitu Prasasti Tukmas.
Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan,
Purwodadidi lereng Gunung Merbabudi Jawa Tengah. Prasasti
bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti
menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai
yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai
Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti
trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang
merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-
dewa Hindu.
Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini
beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari
sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais.
Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama
Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs.
Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta
Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa
Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai
utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak
Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya
hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang
berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.
B Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga
Politik
Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Holing
diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima.
Pemerintahannya berlangsung dari sekitar tahun 674 masehi.
Pemerintahan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana.
Kepada setiap pelanggar, selalu diberikan sangsi tegas. Rakyat
tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan
tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani
melanggar segala perintahnya. Diceritakan, mengenai Ratu Shima
yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak
keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras
yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri.
Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar
mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal
jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung
uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun
rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil
barang yang bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian
kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu
Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati
kepada putranya, dewan menteri memohon agar Ratu
mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah
yang menyentuh barang yang bukan miliknya, para menteri
mohon pengampunan lagi, akhirnya ratu memerintahkan agar
jari-jari kaki putra mahkota itu yang dipotong, sebagai peringatan
bagi penduduk seluruh kerajaan. Mendengar itu raja Ta-shih
takut dan mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ratu
Shima
Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah teratur rapi.
Hal ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang keras dari
Ratu Sima. Di samping sangat adil dan bijaksana dalam
memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan
mentaati segala keputusan Ratu Sima. Ratu sima tidak pernah
memihak dalam sosialnya ia hanya membina dan sebagai
penguasa kerajaan. Karena sifat Ratu Sima yang sangat keras ia
langsung membanggun lembaga masyarakat yang sudah jelas fungsi
dan tugasnya. Ratu Sima mendirikan lembaga masyarakat untuk
membantu dirinnya dalam mengatasi rakyatnya. Lembaga yang
sudah terbentuk sudah memberlakukan sistem perundang-
undangan. Beliau telah membuat dan menyusun perundang-
undang yang sempurna dengan dibantu lembaga masyarakat.
Hadirnya sistem perundang-undangan tersebut berjalan dengan
baik .
Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Holing
berkembang pesat. Masyarakat Kerajaan Holing telah mengenal
hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan
pada suatu tempat yang disebut dengan pasar. Pada pasar itu,
mereka mengadakan hubungan perdagangan dengan teratur.
Kegiatan ekonomi masyarakat lainnya diantaranya bercocok
tanam, menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan
gading. Di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk
membuat garam. Hidup rakyat Holing tenteram, karena tidak ada
kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu rakyat Ho-ling
sangat memperhatikan pendidikan. Buktinya rakyat Ho-ling
sudah mengenal tulisan, selain tulisan masyarakat Ho-ling juga
telah mengenal Ilmu perbintangan dan dimanfaatkan dalam
bercocok tanam. Rakyat dari kerajaan tersebut hidupnya makmur
dari hasil bercocok tanam serta mempunyai sumber air asin.
Hidup mereka tenteram, karena tidak ada kejahatan dan
kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat
dalam bercocok tanam.
Kegiatan ekonomi Kalingga adalah perdagangan dan pelayaran
karena letak kerajaan di semenanjung melayu. Jadi perdagangan
sangat lah lancar dan terkendali, perdagangannya amat maju dan
pelayaran disana sebagai alat transportasi yang mudah juga cepat.
Hal ini yang mendukung perkembangan ekonomi di kerjaan
Holing. Transportasi dan pemerintahan yang bagus itu
menggaibatkan terjadinya hubungan perdagangan antar negara
lain. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan kerajaan holing
sangat amat berkembang dengan pesat.
Holing sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan
kebudayaan Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya
pola jaringan yang sudah terbentuk antar Holing dengan bangsa
luar. Wilayah perdaganganya meliputi laut China Selatan sampai
pantai utara Bali. Tetapi perkembangan selanjutnya sistem
perdagangan Holing mendapat tantangan dari Sriwijaya, yang
pada akhirnya perdagangan dikuasi oleh Sriwijaya. Sehingga
Sriwijaya menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada
pertengahan abad ke-8.
Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh
oleh ajaran Budha. Oleh karena itu, Holing menjadi pusat
pendidikan agama Budha. Holing memiliki seorang pendeta yang
bernama Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing
mayoritas beragama Budha.
Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina berkeinginan
menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning. Ia
pergi ke Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari
bahasa sansekerta ke bahasa Cina. Salah satu sumber yang
berbicara tentang keagamaan Kerajaan Ho-ling adalah sumber
Cina yang berasal dari catatan perjalanan I-tsing, seorang pendeta
agama Budha dari Cina dan kronik Dinasti Sung. Dikatakan
bahwa pada 664-667 M, pendeta Budha Cina bernama Hwu-ning
dengan pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling. Di sana kedua
pendeta tersebut bersama-sama dengan Joh-na po-t’o-lo
menerjemahkan Kitab Budha bagian Nirwana. Terjemahan inilah
yang dibawa pulang ke Cina. Menurut I-tsing, Kitab suci Budha
yang diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan kitab Suci
Budha Mahayana. Menurut catatan Dinasti Sung yang
memerintah setelah Dinasti T’ang, terbukti bahwa terjemahan
yang diterjemahkan Hwu-Ning dengan Yun-ki bersama dengan
Njnanabhdra itu adalah kitab Nirwana bagian akhir yang
menceritakan tentang pembakaran jenazah sang Budha, dengan
sisa tulang yang tidak habis terbakar dikumpulkan untuk
dijadikan relik suci. Dengan demikian jelas bahwa Ho-ling tidak
menganut agama Budha aliran Mahayana, tetapi menganut agama
Budha Hinayana aliran Mulasarastiwada. Kronik Dinasti Sung
juga menyebutkan bahwa yang memimpin dan mentahbiskan
Yun-ki menjadi pendeta Budha adalah Njnanabhadra.
Budaya
Mayoritas masyarakatnya memeluk agama budha begitu juga
dengan kebudayaanya banyak di pengaruhi oleh budaya india.
Selain agamanya yang lekat dan kental banyak tercampur dan
terpengaruh dengan adat istiadat kebudayaan orang india hal ini
juga berpengaruh pada Ratu Sima karena menerima dengan baik
kebudayaan india masuk di kerajaan Holing.
C Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga
Pada tahun 674 Masehi, kerajaan Kalingga diperintah oleh
seorang Ratu Sima. Ratu Sima merupakan raja yang terkenal di
pemerintahan kerajaan Kalingga. Dibawah kekuasaan Ratu Sima
ini, kerajaan Kalingga mengalami masa kejayaan. Pada saat itu,
semua rakyat hidup dengan tenteram dan makmur. Mereka
tunduk dan patuh terhadap segala perintah Ratu Sima bahkan
tidak ada seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani
melanggarnya.
Pada suatu hari, ada seorang raja yang sangat penasaran dengan
kejujuran rakyat Holing. Raja itu bernama Raja Ta-shih. Ia
berkeinginan untuk menguji kejujuran rakyat Holing. Untuk
membuktikannya, raja Ta-shih mengirim utusan ke holing.
Utusan tersebut diperintahkan untuk meletakkan pundi-pundi
emas secara diam-diam di tengah jalan dekat keramaian pasar.
Tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh pundi-
pundi emas tersebut hingga 3 tahun lamanya. Namun, pada suatu
hari Sang Putera Mahkota sedang berjalan-jalan melewati pasar
tersebut. Ketika berjalan, kaki Putera Mahkota tidak sengaja
menyenggol pundi-pundi emas. Salah seorang warga melihat
kejadian itu dan ia melaporkan kepada pemerintah kerajaan.
Laporan tersebut terdengar oleh Ratu Sima. Maka Ratu Sima
memerintahkan agar anaknya di potong kakinya sebagai
hukuman. Karena hukuman itu dirasa terlalu berat, para
penasehat Ratu memohon agar hukuman diperingan, namun Ratu
berkeras. Setelah didesak, Ratu Sima memutuskan untuk
memperingan hukumannya. Kaki putra mahkota tidak jadi
dipotong tetapi hanya jari-jari kakinya saja.
D Keruntuhan Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan bercorak Budha. Pusat
pemerintahan diperkirakan di wilayah Kabupaten Jepara saat
ini. Kerajaan ini berada di wilayah Jawa Tengah bagian utara
(sekarang Jepara). Dalam berita Cina kerajaan ini disebut Holing.
Di sana dijelaskan bahwa pada abad ke 7 di Jawa Tengah bagian
utara sudah berdiri satu kerajaan. Rakyat dari kerajaan tersebut
hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta mempunyai
sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada
kejahatan dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan
dimanfaat dalam bercocok tanam.
Kegiatan ekonomi Kalingga adalah perdagangan dan pelayaran
karena letak kerajaan di semenanjung melayu. Jadi perdagangan
sangat lah lancar dan terkendali, perdagangannya amat maju dan
pelayaran disana sebagai alat transportasi yang mudah juga cepat.
Hal ini yang mendukung perkembangan ekonomi di kerjaan
Holing. Transportasi dan pemerintahan yang bagus itu
menggakibatkan terjadinya hubungan perdagangan antar negara
lain. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan kerajaan holing
sangat amat berkembang dengan pesat.
Holing sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan
kebudayaan Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya
pola jaringan yang sudah terbentuk antar Holing dengan bangsa
luar. Wilayah perdaganganya meliputi laut China Selatan sampai
pantai utara Bali. Tetapi perkembangan selanjutnya sistem
perdagangan Holing mendapat tantangan dari Sriwijaya, yang
pada akhirnya perdagangan dikuasi oleh Sriwijaya. Sehingga
Sriwijaya menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada
pertengahan abad ke-8. Pada tahun 752, kerajaan Ho-ling
menjadi taklukan kerajaan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini
menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan
Tarumanegara yang sebelumnya telah ditaklukkan Sriwijaya.
Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan
perdagangan Sriwijaya-Buddha.
KERAJAAN MATARAM KUNO
A Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Sejarah Kerajaan Mataram KunoKerajaan Mataram Kuno
diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-sungai Bogowonto,
Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan
kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti
berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu
pada awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk
kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya.
Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran
berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu Dinasti
Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan kekuasaan
dinasti tersebut di bagian selatan Jawa Tengah menggeser
kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke
bagian tengah Jawa Tengah.
Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua
dinasti itu sepakat bergabung. Caranya adalah melalui
pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak
Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam
pembangunan candi agama Budha dan Hindu. Candi yang
diperuntukan bagi agama Budha antara lain Candi Borobudur,
yang dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi
Hindu yang dibangun antara lain Candi Rara Jongrang di
Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan.
Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak
kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Mataram Kuno sementara ancaman dari luar
mengintainya.
Keadaan menjadi semakin buruk setelah kematian sang raja
akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana. Akhirnya,
pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil
keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahannya dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur. Di sana ia membangun sebuah
dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya
yang terkenal sebagai seorang raja yang besar. Ia adalah penganut
Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
meninggal dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya
yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah
Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya.
Raja Panangkaran lebih progresif dan bijaksana daripada Sanjaya
sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah
sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh
di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di Semenanjung
Malaya.Ketika Rakai Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram
Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa candi megah
seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon,
candi Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau
digantikan oleh Rakai Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai
Warak, ia lebih mengutamakan agama Buddha dan Hindu
sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama
tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian digantikan
oleh Rakai Garung.
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai
Pikatan. Berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat
kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya
pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa
Timur serta ia pun memulai pembangunan candi Hindu yang
lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara
Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia
digantikan oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan
Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan
berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih
perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman
keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak terjadi
perang saudara.
B Perkembangan Pemerintahan
a. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama
Dr. Bosch dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, de
Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan
bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa,
yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan
Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732.
Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah
penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa,
dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan
mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun
pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang
disusun dari zaman kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai
pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu
dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan
Kalingga di Jepara.
Ayah dari Sanjaya adalah Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh
ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh kedua
(702-709 M). Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan
penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan
bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan
untuk melengserkan Purbasora.
Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda
dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangannya, Sunda dan
Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan
kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban
(Tamperan).
Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun
(732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi
Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah
dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal.
Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang dari
Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra. Berdasarkan
penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja
Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah
Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra.
Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang
bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan,
seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan
kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian,
Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.
b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua
wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan
Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini
pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.
Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra
cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah,
wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan
wangsa Sailendra.
Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa
Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch
mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang
saling bersaing ini.
Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu
wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan
keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah
menurut Boechari, melalui penafsirannya atas Prasasti
Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa,
sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut
Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam
prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak,
sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti
Canggal dan prasasti Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno
dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra)
umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan
yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa
Tengah bagian utara.
Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya
memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir),
artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini
karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan
kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna
adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih
kemenakan Sanna.
Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan
ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i
Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan
Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah
dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga
harus pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton
baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram
Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah
diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan
pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang
berkuasa.
Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang
membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan
keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan
Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana.
Maka disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke
Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra
yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta
Selendra.
Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya,
Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri
Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak
jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi
tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva
wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan
Chenla (Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana
selama beberapa tahun.
Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan
raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen
Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu
kebanggaan bangsa Indonesia.
Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga
memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra
bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di
Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa
Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.
B Kehidupan Rakyat Mataram Kuno
Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil
pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta
daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil
pertaniannya.
Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian
telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang
diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-
buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.
Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi
dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang
anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti
kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di
perjual belikan.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja
Balitung berkuasa.Raja telah memerintahkan untuk membuat
pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri
aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin
kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai
tersebut.
Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut
dibebaskan dari pungutan pajak.
Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut
dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan
kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.
C Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang
mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-
candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut
menjadi rusak.Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan
oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.
Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan
dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya
kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya
pelabuhan strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai
selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan,
dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.
Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa
menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan
mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh
sebagai pusat kerajaan.
Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa
berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari
kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah.
Mpu Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948
M.Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di
Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang
dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara,
prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan
prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra
mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya
putra Teguh Dharmawangsa.
D Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
1. Candi Arjuna
Candi ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong Sanga.
Berdenah dasar persegi dengan luas sekitar ukuran sekitar 4 m2.
Tubuh candi berdiri diatas batur setinggi sekitar 1 m. Di sisi
barat terdapat tangga menuju pintu masuk ke ruangan kecil
dalam tubuh candi. Pintu candi dilengkapi dengan semacam
bilik penampil yang menjorok keluar sekitar 1 m dari tubuh
candi.
2. Candi Semar
Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi Arjuna. Denah
dasarnya berbentuk persegi empat membujur arah utara-selatan.
Batur candi setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan.
Tangga menuju pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi
terdapat di sisi timur. Pintu masuk tidak dilengkapi bilik
penampil. Ambang pintu diberi bingkai dengan hiasan pola
kertas tempel dan kepala naga di pangkalnya. Di atas ambang
pintu terdapat Kalamakara tanpa rahang bawah.
3. Candi Puntadewa
Ukuran Candi Puntadewa tidak terlalu besar, namun candi ini
tampak lebih tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur bersusun
setinggi sekitar 2,5 m. Tangga menuju pintu masuk ke dalam
ruang dalam tubuh candi dilengkapi pipi candi dan dibuat
bersusun dua, sesuai dengan batur candi. Atap candi mirip
dengan atap Candi Sembadra, yaitu berbentuk kubus besar.
Puncak atap juga sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi
bentuk aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung kecil
seperti tempat menaruh arca. Pintu dilengkapi dengan bilik
penampil dan diberi bingkai yang berhiaskan motif kertas
tempel.
4. Candi Sembrada
Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar
berbentuk bujur sangkar. Di pertengahan sisi selatan, timur dan
utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk relung
seperti bilik penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan,
dilengkapi dengan bilik penampil. Adanya bilik penampil di
sisi barat dan relung di ketiga sisi lainnya membuat bentuk
tubuh candi tampak seperti poligon.
5. Candi Srikandi
Candi ini terletak di utara Candi Arjuna. Batur candi setinggi
sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk kubus. Di sisi
timur terdapat tangga dengan bilik penampil. Pada dinding
utara terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu, pada
dinding timur menggambarkan Syiwa dan pada dinding selatan
menggambarkan Brahma. Sebagian besar pahatan tersebut sudah
rusak. Atap candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi
bentuk aslinya.
6. Candi Sari
Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari
Candi Sambi Sari, Candi Kalasandan Candi Prambanan, yaitu
di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta, dan tidak
begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada
sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram
Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi
ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di
Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada
dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan.
Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah
masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat
meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman
dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu
Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan
berguru bagi para bhiksu.
7. Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi
yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengahini, letaknya berada sekitar 3 kilometer
dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari
dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang
bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah
membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya
adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda
bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi
Mendut.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
KERAJAAN KALINGGA
Dalam berita Cina kerajaan ini disebiut Holing. Di sana dijelaskan
bahwa pada abad ke 7 di Jawa Tengah bagian utara sudah berdiri
satu kerajaan. Rakyat dari kerajaan tersebut hidupnya makmur
dari hasil bercocok tanam serta mempunyai sumber air asin. Hidup
mereka tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan.
Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat dalam bercocok
tanam.
Kronik Dinasti Tang memberitakan bahwa daerah yang disebut Ho-
ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan
gading gajah. Penduduk membuat benteng-benteng dari kayu dan
rumah mereka beratap daun kelapa. Mereka sudah pandai
membuat minuman dari air bunga kelapa (mungkin tuak). Bila
makan mereka tidak menggunakan sendok atau sumpit, melainkan
menggunakan tangan. Ada sebuah gua yang selalu mengeluarkan
air garam yang disebut sebagai bledug. Penduduk menghasilkan
garam dengan memanfaatkan sumber air garam yang disebut
sebagai bledug tersebut.
Keberadaan kerajaan Kalingga tentunya tidak akan terlepas dari
keberadaan Ratu Shima, yang memerintah sekitar tahun 674 M.
Dalam memerintah Ratu Sima digambarkan sebagai pemimpin
yang “keras” demi menjalankan hukum kerajaan. Kerajaannya
dikelilingi oleh pagar kayu. Tempat tinggal raja berupa rumah
tingkat yang beratap, tempat duduk raja berupa paterana gading.
KERAJAAN MATARAM KUNO
Secara umum kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3
dinasti yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa
Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana.Istilah Isyana
berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu
gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja Medang (929–947).
Silsilah Wangsa Isyana dijumpai dalam prasasti Pucangan tahun
1041 atas nama Airlangga, seorang raja yang mengaku keturunan
Mpu Sindok. Dalam masa 70 tahun itu tercatat hanya tiga prasasti
yang berangka tahun yang ditentuka, yaitu prasasti Hara-Hara
tahun 888 Saka (966 M) prasasti Kawambang Kulwan tahun 913
Saka (992 M) dan prasasti ucem tahun 934 Saka (1012-1013 M).
Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian
telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang
diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-
buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.
B Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa
kesalahan baik dari isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai
penulis mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan
hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami
harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki
penulisan makalah kami
DAFTAR PUSTAKA
http://ms.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Mataram_Kuno
http://haristepanus.wordpress.com/masa-hindu-buddha/kerajaan-
mataram-kuno/
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-mataram-
kuno.html
http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Archive/Sejarah-
Indonesia/Zaman-Pra-Kolonial/Tahun-600-799/Sekitar-Tahun-
732-Kerajaan-Medang-atau-Mataram-Kuno
http://kerajaan-singasari.blogspot.com/2013/10/sejarah-berdirinya-
kerajaan-mataram.html
http://buihkata.blogspot.com/2013/02/sejarah-kerajaan-mataram-
kuno.html
http://encuss26.blogspot.com/
http://akhmadjohan.blogspot.com/2010/10/dinasti-syailendra-dan-
sanjaya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Wangsa_Sanjaya