Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

35
BAB I PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI PADA LANSIA Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Batas-batas usia lanjut batasan usia menurut WHO meliputi : usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun lanjut usia, antar 60-74 tahun lanjut usia tua, antara 75-90 tahun usia sangat tua, diatas 90 tahun Menurut UU No.4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : 1

Transcript of Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

Page 1: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

BAB I

PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM RESPIRASI PADA LANSIA

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).

Batas-batas usia lanjut

batasan usia menurut WHO meliputi :

usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun

lanjut usia, antar 60-74 tahun

lanjut usia tua, antara 75-90 tahun

usia sangat tua, diatas 90 tahun

Menurut UU No.4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :

“Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah

yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah

dari orang lain. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lansia yang berbunyi sebagai berikut : lansia adalah seorang yang mencapai usia 60

tahun keatas.

1

Page 2: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

SISTEM RESPIRASI

Anatomi system pernafasan

a. Saluran Nafas Atas

1. Hidung

Terdiri atas bagian eksternal dan internal

Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan

kartilago

Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi

rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut

septum.

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa sangat banyak yang

mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.

Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi

lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang nasofaring oleh gerakan

silia.

Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paruparu

Sebagai penyaring kotoran dan melembabakan serta menghangatkan udara

yang dihirup ke paru-paru.hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori

(penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan mukosa

fungsi berkurang sejalan dengan pertambahan usia.

2. Faring

Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang meghubungkan

hidung dan rongga mulut ke laring.

Faring dibagi menjadi menjadi 3 region : nasa (nasofaring), oral2

Page 3: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

(orofaring), dan laring (laringofaring).

Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius

dan digestif.

3. Laring

Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang

menghubungkan faring dan trakea.

Laring sering disebut sebagai kotak suara terdiri atas :

Epligotis : daun kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama

menelan

Glotis : ostium antar pita suara dalam laring

Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini

membentuk jakun

Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring

(terletak dibawah kartilago tiroid)

Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago

tiroid

Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan

bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring).

4. Trakea

Disebut juga batang tenggorok

Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.

b. Saluran Nafas Bawah

1. Bronkus3

Page 4: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri

disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2bronkus).

Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan

bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.

Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus

subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan yang memiliki : arteri,

limfatik, dan saraf.

2. Bronkiolus

Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus

Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang

memebentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.

3. Bronkiolus Terminalis

bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang

tidak mempunyai kelenjar lendir dan saliva ).

4. Bronkiolus Respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori

Bronkiolus respiratori dianggao sebagai saluran transisional antara jalan

napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

5. Duktus alveolar dan sakus alveolar

Bronkiolus respiratori kemudian mengarah kedalam duktus alveolar dan

sakus alveolar

Kemudian menjadi alveoli4

Page 5: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

6. Alveoli

Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan

seluas 70 m2

terdiri atas 3 tipe :

sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli

 sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan

mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam mencegah

alveolar agar tidak kolaps)

sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis

dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

7. Paru

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut

Terletak dalam rongga dada atau toraks

Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan

beberapa pembuluh darah besar

Setiap paru mempunyai apeks dan basis

Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris

Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus Lobus- lobus tersebut terbagi lagi

menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.

8. Pleura

Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis,

terbagi menjadi 2 :5

Page 6: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

a.    Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada

b.    Pleura viseralis yaitu menyelubungi setiap paru-paru

Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang

berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan,

juga untuk mencegah pemishan toraks dengan paruparu tekanan dalam rongga

pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolaps paru.

c. Perubahan Anatomik Sistem Respirasi

Menurut Stanley, 2006, perubahan anatomi yang terjadi pada sistem

respiratory akibat penuaan sebagai berikut :

1. Paru-paru kecil dan kendur.

2. Hilangnya recoil elastic.

3. Pembesaran alveoli.

4. Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu.

5. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.

6. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi

pengembangan.

7. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.

8. Kelenjar mucus kurang produktif.

9. Penurunan sensivitas sfingter esophagus.

10.Penurunan sensivitas kemoreseptor.

FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

6

Page 7: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

Bernafas merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan

lingkungannya dimana 02 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang

(ekspirasi). Proses bernafas terdiri darai 3 bagian yaitu :

Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-

paru atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada

perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi dada

mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah, sedangkan ekspirasi

merupakan gerakan pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :

1. tekanan udara atmosfir

2. jalan nafas yang bersih

3. pengembangan paru yang adekuat

Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara

alveolus dan kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah

yang bertekanan/konsentrasi besar ke darah dengan tekanan yang lebih rendah.

Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah

kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.

Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran

respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradient tekanan

oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40

mmHg. Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :

1. luas permukaan paru-paru

2. tebal membran respirasi

3. jumlah darah

4. keadaan/jumlah kapiler darah7

Page 8: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

5. afinitas

6. waktu adanya udara di alveoli.

Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh

dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu

ditransportasikan dari paru-paru ke jaringandan karbondioksida harus

ditransportasikan dari jarinagn kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen

akan berkaitan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke

jarinagn sebgai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan

plasma dan sel-sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :

1. curah jantung

2. jumlah sel darah merah

hematokrit darah

3. latihan

Menurut Stokslager, 2003 perubahan fisiologis pada sisitem pernapasan

sebagian berikut:

a. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus.

b. Atrofi umum tonsil.

c. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.

d. Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan

metabolisme kalsium dan kartilago iga.

e. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus.

f. Kifosis.

g. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan

h. Penurunana kapasitas difusi8

Page 9: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

i. Penurunanan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi; penurunan

kapasitas vital

j. Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan

recoil elastic paru dan peningkatan kapasitas residual.

k. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas ) yang

mengakibatkan penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan

pertukaran tekanan oksigen.

l. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5%

m. Penurunana cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian risisko infeksi

paru dan sumbat mukus.

n. Toleransi rendah terhadap oksigen.

GANGGUAN SISTEM RESPIRASI PADA LANSIA

Pada umumnya, penyakit-penyakit yang terjadi pada lanjut usia termasuk

juga penyakit infeksi serimg memberikan gejala-gejala yang tidak jelas, sehingga

memerlukan kecermatan untuk segera dapat mengenalnya, karena penaganan atau

pengobatan yang terlambat terhadap penyakit infeksi dapat berakibat fatal.

Pada infeksi slauran pernafasan misalnya, lansia sering tidak mengalami

demam atau hanya demam ringan disertai batuk-batuk ringan bahkan hanya

didapati nafsu makan berkurang atau tidak ada sama sekali, rasa lelah disertai

penampilan seperti orang binggung yang dialami dalam beberapa hari ini, yang

jelas berbeda dengan gejala-gejala penyakit pada infeksi orang dewasa. Gejala-

gejala penyakit infeksi yang tidak khas tadi bukan saja perlu dikenal dan dipahami

oleh dokter ataupun petugas kesehatan lainnya tetapi perlu juga dikenal dan 9

Page 10: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

dipahami oleh masyarakat awam agar sesegera mungkin membawa lansia untuk

mendapat pengobatan.

Secara umum, memang penyakit infeksi telah dapat dikendalikan, akan

tetapai pada lansia hal ini masih merupakan suatu masalah, karena berkaitan

dengan menurunnya fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh terhadap proses

menua.

Bahkan diluar negeri yang kemjauan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak

diragukan lagi ternyata angka kematian akibat beberapa penyakit infeksi pada

lansia masih ajuh lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewas, yang

membuktikan bahwa infeksi masih merupakan masalah penting pada lansia.

Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit

infeksi karena keadaan gizi, lansia sering kali mengalami kekurangan gizi sehingga

memudahkannya mengalami infeksi, baik memudahkan kuman masuk kedalam

tubuh, mempengaruhi perjalanan dan akibat akhir dari infeksi tadi. Selain itu, zat-

zat penting dalam makanan seperti protein, mineral, dan vitamin memegang

peranan penting untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi. Faktor kekebalan tubuh,

seperti kekebalan alami (kulit, rambut getar, dan lender dari saluran nafas) dan

kekebalan seluler serta humoral telah berkuarang baik kualitas (mutu) maupun

kuantitasnya (jumlah). Penurunan fungsi berbagai organ tubuh baik jantung, paru,

ginjal, hati, dan lainlain telah menurun fungsinya sehingga bukan saja

memudahkan terjadinya infeksi tetapi juga menyulitkan pengobatannya. 10

Page 11: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

Terdapatnya berbagai penyakit seklaigus (kormobiditas), salah satu karakteristik

penyakit pada lansia adalah terdapatnya lebih dari satu penyakit yang

menyebabkan daya tahan tubuh yabg sangat berkurang sehingga mudah mendapat

infeksi. Selain itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan

memepermudah tubuh mengalami infeksi.

Gejala

Pada infeksi paru-paru yang terjadi pada lansia sering tidak menunjukan

demam ataupun hanya demam ringan saja disertai batuk-batuk ringan, nafsu makan

yang berkurang atau tidak ada, tidak ada gairah dan penampilan seperti orang

binggung, lekas lelah dan nafas agak cepat. Bahkan pada lansia yang mengalami

infeksi berat sering pula suhu tubuh lebih rendah daripada orang sehat. Pada

infeksi saluran kemih yang terjadi pada lansia, hanya mengalami rasa lemas,

kurang mantap jika berjalan, sering tidak didapati gejala-gejala yang lazim seperti

buang air kecil yang sering nyeri, rasa nyeri diatas tulang kemlauan bahkan tanpa

gejala. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Finkelstein telah membuat pedoman

untuk lebih cepat mengenal infeksi pada lansia, yaitu jika didapati gejala-gejala

seperti perasaan binggung, tidak ada atau kurang nafsu makan yang baru sja terjadi

bebrapa hari ini, penurunan berat badan, buang air kecil yang lebih sering dari

biasa.

Perlu di perhatikan

11

Page 12: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

Sehubungan masih banyaknya didapati infeksi di Indonesia maka

diperlukanupaya untuk mencegah dan mengatasinya dengan memperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

Bahwa oleh karena gejala-gejala penyakit infeksi pada lansia sering tidak

jelas/tidak khas ataupun hanya ringan saja karena penyakit infeksi pada lansia jika

tidak segera diobati akan cepat bertambha berat, yang dapat menyebabkan cacat

dan kematian.

Bebrapa faktor yang dapat mempertahankan agar sistem kekbalan tubuh

tidak menurun, antara lain seperti istirahat yang cukup, olahraga yang teratur dan

sesuai dengan kemampuan fisik, makanan atau gizi yang memadai atau seimbang

disertai pemberian beberapa jenis vitamin dan mineral, harus tetap mendapat

perhatian dari lansia.

Faktor kebersihan jasmani juga perlu mendapat perhatian, dalam pencegahan

Dan penaggulangan infeksi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem

respirasi lansia :

1. otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

2. menurunya aktifitas dari sillia

3. paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas

pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas berkurang

4. kemampuan untuk batuk berkurang

5. kemampuan keutan otot pernafasan akan menurun siring dengan

pertambhan usia.

12

Page 13: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi

Pneumonia merupakan peradangan perenkim paru-paru yang

biasanya berasal dari suatu infeksi.(Price,1995)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus

respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru

dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul, 2001)

Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia

yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu

atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim

paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi

konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).

Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang

mpengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:

1. Peningkatan diameter anteroposterior dada.

2. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis

(peningkatan kurvatura konveks tulang belakang).

3. Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.

4. Penurunan efisiensi otot pernapasan.

5. Peningkatan rigiditas paru.

6. Penurunan luas permukaan alveoli.

13

Page 14: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

2. Klasifikasi pneumonia

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001):

1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:

a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris

dengan opasitas lobus atau lobularis.

b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang

meningkat lambat dengan gambaran infiltrate paru bilateral

yang difus.

2.Berdasarkan faktor lingkungan

a. Pneumonia komunitas

b. pneumonia nosokomial

c. pneumonia rekurens

pneumonia aspirasi

d. pneumonia pada gangguan imun

pneumonia hipostatik.

3. Berdasarkan sindrom klinis :

a. Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal

yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk

bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia

bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan

dan jarang disertai konsolidasi paru.

14

Page 15: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang

disebabkan mycoplasma, clamydia pneumoniae atau legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001):

Community Acquired Pneumonia dimulai sebagai penyakit

pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia.

Pneumonia

streptococcal merupakan organisme penyebab umum. Tipe

pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau

kalangan orang tua.

Hospital Acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia

nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas.

Klebsiella atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum

penyebab Hospital Acquired pneumonia

Lobar dan bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi

anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan

menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya

saja.

Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan

pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk

mengidentifikasikan organisme perusak.

3. Etiologi

1. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut.

Organsime gram positif seperti: streptococcus pneumonia, s.

15

Page 16: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

aureus dan s. pyogenesis. Bakteri gram negative seperti

Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan

P.Aeruginosa.

2. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui

transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal

sebagai penyabab utama pneumonia virus.

3. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis

menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung

spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah

serta kompos

4. Protozoa

Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia

(CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami

imunosupresi. (Reeves,2001).

4. Manifestasi klinis

Kesulitan dan sakit pada saat pernapasan.

Nyeri pleuritik, nafas dangkal dan mendengkur, takipnea.

Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi.

Mengecil, kemudian menjadi hilang, krekels, ronki, egofoni.

Gerakan dada tidak simetris

Menggigil dan demam 38,80 C sampai 41,1o C, delirium

Diaforesis

Anoreksia

Malaise

16

Page 17: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

Batuk kental, produktif

Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan

atau berkarat.

Gelisah

Sianosis

Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan.

Masalah-masalah psikososial: disorientasi, ansietas, takut mati.

Pemeriksaan penunjang

Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga

menyatakan abses luas/infilrat, empiema

(stapilococcus);infiltrate menyebar atau terlokalisasi

(bacterial);atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (virus).

Pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin bersih.

GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru

yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan

biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberotik atau

biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.

JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah

terjadi pada infekksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan

berkembangnya pneumonia bakterial.

Pemeriksan serologi; titer virus atau legionella, aglutinin dingin.

LED: meningkat

Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti

dan kolaps); tekanan jalan napas mungkin meningkat dan

komplain menurun, hipoksemia.elektrolit natrium dan klorida

mungkin rendah.

Bilirubin mungkin meningkat.

Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka menyatakan

17

Page 18: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) (Doenges,

1999).

5. Penatalaksanaan

a. Kemoterapi

Pemberian kemoterapi harus berdasarkan petunjuk penemuan

kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas

kuman teradap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik

diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara

parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses

penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik

tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa,1989)

b. Pengobatan umum

Terapi oksigen

Hidrasi, bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi dilakukan

secara parenteral.

Fisioterapi, penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu

diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan

dan dekubitus.

Pengkajian

18

Page 19: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama : Ny A

Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Simpang Gambus Kabupaten Batu Bara

No rekam Medis : 1021162

Tgl masuk Rs : 16-12-2012

Tgl pengkajian : 16-12-2012

Diagnosa Medis : Pneumonia

19

Page 20: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

II. Keluhan utama

Sudah 2 minggu pasien mengalami Batuk dan sering pusing

III. Riwayat penyakit sekarang

Batuk disertai demam dan pusing,sesak nafas disertai cuping hidung

IV. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada

V. Riwayat penyakit Keluarga

Tidak diketahui

VI. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : CM

T/D : 171/115 SUHU: 38.8 ºC NADI : 124 X/MNT

RR : 26 X/mnt BB : 61 KG

Terpasang O2 3 L/mnt

VII. Pemeriksaan Laboratorium

Tgl 16-11-2012

HB : 9,8 gr/dl

Leukocyt : 21 ribu

Trombosit : 264 ribu

Eritrocyt : 3,6

20

Page 21: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

AGDA

Ph 7.36

Pco2 35

Po2 122

Hco3 19.8

Tco2 20.9

Be -5,1

Sat 99%

L 1.4

B . DIAGNOSA

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

inflamasi trakeobronkial, , peningkatanan produksi sputum,

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi,

penurunan kompliance paru, nyeri ditandai dengan dispnea,

takipnea, penggunaan otot aksesori, perubahan kedalaman

nafas, GDA abnormal.

3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya proses

infeksi.

C.INTERVENSI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

inflamasi trakeobronkial, , peningkatanan produksi sputum, 21

Page 22: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

Kriteria hasil:

menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas,

menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak

ada dispnea atau sianosis.

Intervensi keperawatan:

Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

Auskultasi paru, catat area penurunan/tidak ada aliran udara dan

bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)

Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam

Bantu /berikan posisi yang nyaman

Berikan cairan sedikitnya 2500ml/hari.

Kolaborasi:

Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain.

Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator, analgesik.

Berikan cairan tambahan

Awasi seri sinar X dada, GDA, Nadi oksimetri.

Bantu bronkoskopi/torakosintesis bila diidikasikan.

Implementasi

- Mengkaji frekuensi nafas pasien

- Memberikan Oksigen sesuai kebutuhan

- Mengajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam

- Memberikan posisi semi fowler

22

Page 23: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

- Memberikan terapi sesuai anjuran

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi,

penurunan kompliance paru, nyeri ditandai dengan dispnea,

takipnea, penggunaan otot aksesori, perubahan kedalaman

nafas, GDA abnormal.

Kriteria hasil:

Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dengan AGDA

dalam rentang normal.

Intervensi keperawatan:

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Auskultasi bunyi nafas.

Tinggikan kepala dan bahu.

Obsrvasi pola batuk dan karakter sekret.

Dorong/bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk

efektif.

Kolaborasi

Berikan oksigen tambahan.

Awasi AGDA.

23

Page 24: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

Implementasi

- Mengkaji vital sign

- Mengkaji kedalaman pernafasan pasien

- Memberikan posisi yang nyaman

- Mengobservasi pola batuk dan mengkaji warna secret pasien

- Mengajarkan /melatih batuk efektif

- Memberikan terapi sesuai anjuran

- Kolaborasi dengan petugas fisioterapi

3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya proses

infeksi.

Kriteria hasil:

pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh,

tidak menggigil, nadi normal.

Intervensi keperawatan:

Mandiri:

Obsevasi suhu tubuh setiap 4 jam

Pantau warna kulit.

Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan.

Beri minum sedikit tapi sering

Kolaborasi:

Berikan obat sesuai indikasi:antiseptik

Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap

hari.

Implementasi

24

Page 25: Tugas Kelompok Lansia Sistem Respirasi IBU GANDA

- Mengobservasi suhu tubuh setiap 4 jam

- Memberikan kompres

- Memantau setiap perubahan warna kulit

- Memberikan minum

- Memberikan terapi sesuai anjuran

DAFTAR PUSTAKA

25