Tugas IKD 1
-
Upload
david-love-futsal -
Category
Documents
-
view
61 -
download
3
Transcript of Tugas IKD 1
TUGAS IKD I
KONSEP STRES
NAMA :
Ester Yunita P. (1214314201011)
Muhammad Hadi Utomo (1214314201020)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MAHARANI MALANG
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA / ISI
A. Stres.......................................................................................................2
B. Adaptasi...............................................................................................11
C. Homeostatis.........................................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................20
B. Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan
maupun pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering
dihubungkan dengan kehidupan modern dan nampaknya kehidupan modern
merupakan sumber gangguan stress lainya. Perlu deperhatikan bahwa kepekaan
orang terhadap stress berbeda. Hal ini juga bergantung pada kondisi tubuh
individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang
cara berpikir dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut
membawa pada kosekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan
jiwa.
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang
cara berpikir dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut
membawa pada kosekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan
jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari,
karena merupakan bagian dari kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Dalam membahas stress dan adaptasi dalam makalah ini, maka hal-hal
yang perlu dikaji diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan stress dan cara mengatasinya?
2. Apa yang dimaksud dengan adaptasi stress?
3. Apa yang dimaksud dengan homeostasis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas ,maka penulisan makalah ini
ditujukan untuk:
1. Menjelaskan arti kata stress dan langkah-langkah mengatasi stress.
2. Menjelaskan yang dimaksud dengan adaptasi stress.
3. Menjelaskan arti dari homeostasis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Stres
1. Pengertian stres
Beberapa pengertian stres sebagai berikut:
1) Stress menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan
bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan
baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang
dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik),
tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk
stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif,
hal tersebut dikatakan eustres.1
2) Stress adalah reaksi/respons tubuh terhadap stressor psikososial
(tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara
bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan
subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara
individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu
system (WHO, 2003; 158).
3) Stres dapat didefinisikan sebagai “ respon adaptif “,yang dipengaruhi
oleh karakteristik individual dan atau proses psikologis, yaitu akibat
dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan
tuntutan fisik / psikologis terhadap seseorang. (Ivancevich dan
Matteson,1980 dalam Kreitner dan Kinicki,2004.)
4) Stress adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres
membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori
Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh
1 Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 55
2
tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau
negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor
atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004).
5) Stressor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik
nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress
reaction acute (reaksi stress akut) adalah gangguan sementara yang
muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang
jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat,
biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan
kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan
dalam terjadinya reaksi stress akut dan keparahannya.
Namun, apakah sesungguhnya stress itu? Kita seringkali latah
mengatakan ‘stress’ pada orang lain atau bahkan pada diri kita sendiri,
tanpa mengetahui dengan jelas apa arti stress. Kita menganggap stress
sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif. Benarkah stress selalu
berakibat negatif.
Pada tingkat tertentu, sebenarnya kita memerlukan stress. Stress
yang optimal akan membuat motivasi menjadi tinggi, orang menjadi
lebih bergairah, daya tangkap dan persepsi menjadi tajam, menjadi
tenang, dan lain-lain. Adapun stress yang terlalu rendah akan
mengakibatkan kebosanan, motivasi menjadi turun, sering bolos, dan
mengalami kelesuan. Sebaliknya, stress yang terlalu tinggi
mengakibatkan insomnia, lekas marah, meningkatkan kesalahan,
kebimbangan, dan lain-lain.
Hubungan stress dan produktivitas seseorang bisa digambarkan
pada grafik di bawah ini.
Stress juga harus dibedakan dengan stressor. Stressor adalah
sesuatu yang menyebabkan stress. Stress itu sendiri adalah akibat dari
interaksi (timbal-balik) antara rangsangan lingkungan dan respon
individu.
3
2. Sumber Stresor
Stresor, faktor yang menimbulkan stres, dapat berasal dari sumber
internal ( yaitu diri sendiri) maupun eksternal ( yaitu keluarga, masyarakat,
dan lingkungan).
a) Internal
Faktor internal stres bersumber dari diri sendiri. Stressor individu
dapat timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat,
kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit
yang dialami, masa pubertas,karakteristik atau sifat yang
dimiliki,dan sebagainya
b) Eksternal
Faktor eksternal stres dapat berasal dari keluarga, masyarakat dan
lingkungan. Stressor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh
adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya
anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dan
sebagainya. Sumber stresor masyarakat dan lingkungan dapat
berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial ataupun
lingkungan fisik. Sebagai contoh,adanya atasan yang tidak pernah
puas di tempat kerja, iri terhadap teman – teman yang status
sosialnya lebih tinggi, adanya polusi udara dan sampah di
lingkungan tempat tinggal, dan lain – lain.
3. Jenis stres
Ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagimenjadi tujuh macam,
diantaranya:
a) Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur
yang sangat tinggi atau sangat rendah, suara yang bising, sinar
matahari, atau karena tegangan arus listrik.
b) Stres kimiawi
Stres yang disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat – obatan,
zat beracun asam basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena
pengaruh senyawa kimia.
4
c) Stres mikrobiologis
Stres ini disebabkan karena kuman seperti virus, bakteri atau parasit.
d) Stres fisiologis
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh di
antaranya gangguan dari struktur tubuh,fungsi jaringan,organ, dan lain
– lain
e) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
f) Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal,sosial budaya atau faktor keagamaan.
4. Model stres
Cox (dalam Crider dkk, 1983) mengemukakan 3 model pendekatan
stres, yaitu : Response-based model, Stimulus-based model, dan
Interactional model.
Response-based model
Stres model ini mengacu sebagai sekelompok gangguan kejiwaan dan
respon-respon psikis yang timbul pada situasi yang sulit.
Stimulus based-model
Model ini mencoba mengidentifikasi pola-pola kejiwaan dan respon-
respon kejiwaan yang diukur pada lingkungan yang sulit. Model stres ini
memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stres. Tiga karakteristik dari
stimuli stres adalah overload, conflict, dan uncontrollability
Interactional model
Model ini memperkirakan bahwa stres dapat diukur ketika dua kondisi
bertemu, yaitu:
1. ketika individu menerima ancaman akan motif dan kebutuhan penting
yang diwakilinya
2. ketika individu tidak mampu mengkoping stres
5
5. Faktor pengaruh respon terhadap stresor
Respons terhadap stressor yang diberikan pada individu akan berbeda, hal
tersebut tergantung dari faktor stressor dan kemampuan koping yang
dimiilki individu. Berikut akan merupakan karakteristik stressor yang dapat
mempengaruhi respons tubuh.
a. Sifat stressor. Sifat stressordapat berubah secara tiba-tiba atau
berangsur-angsur dan dapat mempengaruhi respons seseorang dalam
menghadapi stress, tergantung mekanisme yang dimiliknya.
b. Durasi stressor. Lamanya stressor yang dialami seseorang dapat
mempengaruhi respons tubuh. Apabila stressor yang dialami lebih lama,
maka respons juga akan lebih lama, tentunya dapat mempengaruhi fungsi
tubuh.
c. Jumlah stressor. Semakin banyak stressor yang dialami seseorang,
semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh.
d. Pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu seseorang dalam
menghadapi stress dapat menjadi bekal dalam menghadapi stress
berikutnya karena individu memilki kemampuan beradaptasi/mekanisme
koping yang lebih baik.
e. Tipe kepribadian. Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat
mempengaruhi respons terhadap stressor. Menurut Friedman dan
Rosenman, 1974, terdapat dua tipe kepribadian, yaitu Tipe A dan Tipe B.
Orang dengan tipe kepribadian A lebih rentan terkena stress apabila
dibandingkan dengan orang yang memiliki tipe kepribadian B. tipe A
memiliki ciri-ciri: ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar,mudah
tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang
berlebihan, berbicara dengan cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai
berorganisasi dan memimpin atau memerintah, lebih suka bekerja
sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, tidak mudah
dipengaruhi, dan sulit untuk santai. Sedangkan tipe B memiliki sifat
kebalikan dari tipe A, antara lain lebih santai, penyabar, tenang, tidak
mudah marah/tesinggung, jarang kekurangan waktu untuk melakukan
6
hal-hal yang disukai, fleksibel, mudah bergaul, dll.
f. Tahap perkembangan. Tahap perkembangan individu dapat membentuk
kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. Stressor yang
dialami individu berbeda pada setiap tahap perkembangan usia sebagaimana
terlihat dalam tabel dibawah ini.
Tahap
PerkembanganJenis Stressor
Anak
- Konflik kemandirian dan tergantung
pada orang tua
- Mulai besekolah
- Hubungan dengan teman sebaya
- Kempetisi dengan teman
Remaja
- Perubahan tubuh
- Hubungan dengan teman
- Seksualitas
- Kemandirian
Dewasa
muda
- Menikah
- Meninggalkan rumah
- Mulai bekerja
- Melanjutkan pendidikan
- Membesarkan anak
Dewasa
tengah
- Menerima proses peuaan
- Status social
Dewasa
tua
- Usia lanjut
- Perubahan tempat tinggal
- Penyesuaian diri pada masa pension
- Proses kematian
6. Tahapan stres
Menurut Dr.Robert J.Van Amberg (1979) sebagaimana dikemukakan oleh
Prof. Dadang Hawari (2001), bahwa tahapan stress adalah sebagai berikut:
7
a) Stress tahap pertama (paling ringan)
Stress yang disertai dengan perasaan nafsu bekerja yang besar dan
berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan menjadi
tajam.
b) Stress tahap kedua
Stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi badan tidak tersasa
segar dan merasa letih, lekas capek pada saat menjelang sore hari,
lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk
dan punggung menjadi tegang. Hal ini disebabkan karena cadangan
tenaga yang tidak memadai.
c) Stress tahap ketiga
Tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak teratur,
otot semakin tegang, emosional, imsomnia, mudah terjaga dan sulit
untuk tidur kembali, bangun terlalu pagi, koordinasi tubuh
terganggu dan mau jatuh pingsan.
d) Stress tahap keempat
Tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terlalu sulit dan
menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu dan gangguan pada pola
tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun,
serta dapat menimbulkan ketakutan serta kecemasan.
e) Stress tahap kelima
Tahapan stress yang disertai dengan kelelahan secara fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana
dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut
dan cemas, bingung dan panik.
f) Stress tahap keenam
Tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras,
sesak nafas, badan gemetar, dingin dan keluar banyak keringat.
8
7. Reaksi Tubuh Terhadap Stress
Menurut Dadang Hawari (2001) bahwa dampak dari stress sendiri
dapat mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti hal-hal berikut:
a. Perubahan pada warna rambut dari hitam menjadi kecoklat-coklatan,
ubanan atau kerontokan.
b. Gangguan pada penglihatan.
c. Tinitus (pendengaran berdering).
d. Daya mengingat, konsentrasi dan berpikir menurun.
e. Wajah nampak tegang, serius, tidak santai, sulit senyum dan kerutan pada
kulit dan wajah.
f. Bibir dan mulut terasa kering dan tenggorokan terasa tercekik.
g. Kulit menjadi dingin atau panas, banyak berkeringat, biduran dan gatal-
gatal.
h. Nafas terasa berata dan sesak.
i. Jantung berdebar-debar, muka merah dan pucat.
j. Lambung mual, kembung atau pedih.
k. Sering berkemih.
l. Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.
m. Kadar gula meninggi.
n. Libido menurun atau meningkat.
8. Reaksi Psikologis Terhadap Stress
a. Kecemasan
Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan
diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan
adalah emosi yang tidak menyenangkan dengan istilah kuatir, tegang,
prihatin, takut seperti jantung berdebar-debar, keluar keringan dingin,
mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
b. Kemarahan dan agresi
Perasaan jengkel sebagai respons terhadap kecenasan yang dirasakan
sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress
yang mungkin dapat menyebabkan agresi.
9
c. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.
Terkadang disertai rasa sedih.
9. Cara Mengedalikan Stress
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam meyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai dan
respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi individu.
Cara yang dapat dilakukan adalah :
a. Individu
1) Kenali diri sendiri
2) Turunkan kecemasan
3) Tingkatkan harga diri
4) Persiapan diri
5) Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik.
b. Dukungan sosial
1) Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan kognitif.
2) Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat.
3) Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut dari
keluarga.
4) Berikan bimbingan khusus untuk individu. Ada beberapa kiat untuk
mengedalikan stress menurut Grand Brecht (2000), diantaranya
sebagai berikut:
a) Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional
dan adaptif terhadap orang lain.
b) Mengendalikan faktor penyebab stress dengan jalan:
(1) Kemampuan menyadari
(2) Kemampuan untuk menerima
(3) Kemampuan untuk menghadapi
(4) Kemampuan untuk bertindak
c. Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan
anda.
10
d. Kembangkan sikap efisien
e. Relaksasi
f. Visualisasi
Selain kiat diatas ada beberapa teknik singkat untuk menghilangkan stress,
misalnya melakukan pernafasan dalam, mandi santai dalam bak, tertawa,
pijat, membaca, kecanduan positif (melakukan sesuatu yang disukai secara
teratur), istirahat teratur dan mengobrol.
B. ADAPTASI
1. Pengertian Adaptasi
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain:
a. W.A Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif
(autoplastik). Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah
lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastik).
b. Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “ Penyesuaian diri adalah usaha atau
perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh
karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi
stress dapat berupa membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi atau
menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas
(task oriented).
2. Tujuan Adaptasi
a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
c. Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif
d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
11
3. Macam-Macam Adaptasi
a. Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stressor untuk
mempertahankan fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan
internal, respons dapat dari sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap
perkembangan punya stressor tertentu.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif,
yaitu suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan
abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif
seperti mulai mengigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam menghadapi
stressor dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikuler dan hipofisis.
Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976) telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress, yaitu:
1). LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya
berjangka pendek
Karakteristik dari LAS:
a). Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua
sistem.
b). Respons bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk
menstimulasikannya.
c). Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
d). Respons bersifat restorative.
2). GAS (General Adaptasion Syndrom)
Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons
yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem
Neuroendokrin.
12
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut:
a). Fase alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran
untuk menghadapi stressor seperti pengaktifan hormon yang berakibat
meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk
melakukan respons melawan atau menghindar. Respons ini bisa
berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor menetap maka
individu akan masuk kedalam fase resistensi.
b). Fase resistance (melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan
psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh
berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada
keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab
stress. Bila teratasi, gejala stress menurun atau normal. Bila gagal
maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS
yaitu: Fase kehabisan tenaga.
c). Fase exhaustion (kelelehan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi
pada fase sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau
habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stress.
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stressor
inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
b. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk
menghadapi stressor, diarahkan pada penatalaksanaan stress dan didapatkan
melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian
perilaku yang dapat diterima dan berhasil.
Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan
konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
13
pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan
untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan
teknik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau
dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk
mengatur distress emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan
individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan ego adalah
metode koping terhadap stress secara tidak langsung.
1). Task oriented behavior
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan
kognitif untuk mengurangi stress, memecahkan masalah, menyelesaikan
konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Tiga tipe
umum perilaku yang berorientasi tugas adalah:
a). Perilaku menyerang
Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor.
b). Perilaku menarik diri
Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stressor.
c). Perilaku kompromi
Adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan
atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi
lain atau untuk menghindari stress.
2). Ego Dependen Mekanism
Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis
terhadap peristiwa yang menegangkan (Sigmund Freud). Mekanisme ini
sering kali diaktifkan oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak
mengakibatkan gangguan psikiatrik. Ada banyak mekanisme pertahanan
ego, yaitu:
a). Represi
Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak
menyenagkan ke alam tidak sadar dengan cara tidak sadar.
14
b). Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak
menyenangkan ke alam tidak sdar.
c). Reaksi formasi
Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang mendasari tingkah
laku tersebut.
d). Kompensasi
Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan yang lain
- Kompensasi langsung
- Kompensasi tidak langsung
e). Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai
pemikiran yang logis bukan karenakeinginan yang tidak disadari.
f). Substitusi
Mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan obyek yang kurang
bernilai tetapi dapat diterima oleh masyarakat.
g). Restitusi
Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
h). Displacement
Memindahkan perasaan emosional dari obyek sebenarnya kepada
obyek pengganti.
i). Proyeksi
Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada orang
lain/obyek lain/lingkungan untuk mengingkari.
j). Simbolisasi
Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang menyakitkan
untuk diekspresikan
k). Regresi
Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam pikiran,
perasaan dan tingkah lakunya.
l). Denial
Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan.
15
m). Sublimasi
Memindahkan energi mental (dorongan)yang tidak dapat diterima
kepada tujuan yang dapat diterima masyarakat.
n). Konvesi
Pemindahan konflik mental pada gejala fisik
o). Introyeksi
Mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadi bagian
dari kepribadiannya sekarang.
c. Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam
bentuj ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadsapi stressor di rumah. Jika
diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu
mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons
koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992)
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan.
Mereka mulai menyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan
keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan, dan harga diri
berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi diantara teman.
Pada tahap ini, stress ditunjukan oleh ketidakmampuan atau ketidakinginan
untuk mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada
waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan
sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapiremaja tanpa
sistem pendukung sosial sering menunjukan peningkatan masalah psikososial
(Dubos,1992).
16
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung
jawab pekerjaan dan keluarga. Stressor mencakup konflik antara harapan dan
realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka.
Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus
menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan
mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup.
Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan
fisik dan fungsi fisiologis.
d. Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada.
Stressor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi
klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
c. Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam
banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual.
Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu
mungkin memandang stressor sebagai hukuman.
C. HOMEOSTASIS
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis
ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh akan
secara alamiah melakukan mekanisme koping untuk menjaga kondisi yang
seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses
perubahan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi
terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
17
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan
oleh sistem endokerin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis
dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan
proses homeostatis ini dapat melalui empat cara, diantaranya:
1. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada
orang yang sehat seperti pengaturan proses sistem fisiologis tubuh
manusia.
2. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap
ketidaknormalan dalam tubuh sebagai contoh apabila secara tiba –
tiba lingkungan menjadi dingin maka proses dalam tubuh
khususnya pembuluh darah akan mengalami konstriksi pembuluh
darah prefier dan merangsang pada pembuluh darah bagian dalam
untuk meningkatkan kegiatan pada otot yang akhirnya menggigil
yang dapat menghasilkan panas, sehingga suhu tetap stabil.
3. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan
penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dandiperbaiki
dalam tubuh di mana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal
akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk
menyeimbangkan keadaan yang ada.
4. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidak seimbangan
fisiologis, hal ini dapat dicontohkan apabila seseorang terjadi
hipoksia akan terjadi proses peningkatan denyut jantung yang cepat
untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.
Selain proses homeostatis di atas, juga terdapat homeostatis psikologis
di mana pada homeostatis ini berfokus pada keseimbangan emosional dan
kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi
dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Jadi
proses homeostatis pada intinya adalah keseimbangan dalam tubuh, yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
18
Gambar tersebut menunjukan bahwa proses yang ada dalam suatu
sistem. Apabila kondisi yang tidak seimbang akan mengalami gangguan pada
sistem tubuh atau masalah yang lain, demikian juga secara psikologis apabila
tubuh mengalami gangguan akibat stresor yang dialaminya, maka tubuh akan
mengalami stres dan tubuh akan mengadakan proses penyesuaian diri dengan
menggunakan proses homeostatis untuk mempertahankan dirinya seperti
adanya reaksi dalam tubuh baik secara fisiologis,seperti pelebaran pupil untuk
meningkatkan persepsi visual pada waktu terjadi ancaman tubuh, keringat
meningkat untuk mengontrol peningkatan suhu tubuh dalam peningkatan
metabolisme,peningkatan denyut nadi untuk membawa zat gizi dan
memproduksi hasil metabolisme secara efektif, dan lain – lain.
19
Input Output
Homeostatis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stress merupakan respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap
tuntutan beban diatasnya yang gejala/akibatnya negatif karena
seringkali mengganggu kehidupan manusia.
Adaptasi merupakan suatu bentuk respon terhadap sters sebagai
suatu perbaikan pada pertahanan agar keadaan seimbang selalu
tercapai. Macam-macam adaptasi :
1. Adaptasi fisiologis
2. Adaptasi psikologis
3. Adaptasi perkembangan
Homeostatis merupakan keseimbangan pada jaringan yang
mencakup aspek fisiologi dan psikologi. Ada empat macam
homeostatis yaitu :
1. Self regulations
2. Kompensasi diri
3. Sistem umpan balik negative
4. Cara umpan balik untuk mengoreksi keseimbangan
fisiologi.
B. Saran
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu jagalah kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes mental bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada fisik manusia. Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh antara input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai manusia terapi psikologis juga diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif. Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi dampak stress pada diri seseorang.
20
DAFTAR PUSTAKA
1.Alimul, Azis. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
2.Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Salemba Medika
3.Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan
Perkembangannya. Yogyakarta: Andi
4.Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Resika
Aditama
5.http://www.aadan.co.cc/konsep cemas, dan adaptasi.htm
6.Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
7.Suliswati dkk. 2004. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC
8. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
21