tugas farmakokinetik

12
Soal 1. Jelaskan absorbsi dan berikan gambaran dalam bentuk kurva dari a. Transdermal b. Intraperitoneal c. Bukal d. Subkutan e. Intramuscular f. Intravena Jawaban 1. A. Absobsi transdermal Proses masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi lapisan – lapisan kulit menuju posisi di bawah kulit hingga menembus pembuluh darah disebut absorbsi perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang ditentukan oleh gradient konsentrasi obat dari konsentrasi tinggi (pada sediaan yang diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit. Obat dapat mempenetrasi kulit utuh melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak, atau kelenjar lemak. Dapat pula melalui celah antar sel dari epidermis dan inilah cara yang paling dominan untuk penetrasi obat melalui kulit dibandingkan penetrasi melalui folikel rambut, kelenjar minyak, maupun kelenjar lemak. Hal ini terkait perbandingan luas permukaan diantara 1 S

Transcript of tugas farmakokinetik

Page 1: tugas farmakokinetik

Soal

1. Jelaskan absorbsi dan berikan gambaran dalam bentuk kurva

dari

a. Transdermal

b. Intraperitoneal

c. Bukal

d. Subkutan

e. Intramuscular

f. Intravena

Jawaban

1. A. Absobsi transdermal

Proses masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi

lapisan – lapisan kulit menuju posisi di bawah kulit hingga

menembus pembuluh darah disebut absorbsi perkutan.

Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat

yang ditentukan oleh gradient konsentrasi obat dari

konsentrasi tinggi (pada sediaan yang diaplikasikan) menuju

konsntrasi rendah di kulit. Obat dapat mempenetrasi kulit

utuh melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak, atau

kelenjar lemak. Dapat pula melalui celah antar sel dari

epidermis dan inilah cara yang paling dominan untuk

penetrasi obat melalui kulit dibandingkan penetrasi melalui

folikel rambut, kelenjar minyak, maupun kelenjar lemak. Hal

ini terkait perbandingan luas permukaan diantara

keempatnya. Sebenarnya, kulit yang rusak pun (robek, iritasi,

pecah –pecah, dll) dapat terpenetrasi oleh obat. Bahkan

penetrasinya lebih banyak dari pada kulit normal. Hal ini

karena kulit rusak telah kehilangan sebagian lapisan

pelindungnya. Meski demikian, penetrasi melalui kulit yang

rusak tidak dianjurkan karena absorbsi obat menjadi sulit

untuk diprediksi.

1S

Page 2: tugas farmakokinetik

Senyawa peningkat penetrasi (penetration enhancers)

lazim digunakan di dalam sediaan transdermal dengan tujuan

mempermudah transfer obat melewati kulit. Rute pemberian

obat secara transdermal merupakan suatu alternatif untuk

menghindari variabilitas ketersediaan hayati obat pada

penggunaan per oral, menghindari kontak langsung obat

dengan mukosa lambung sehingga mengurangi efek samping

obat tertentu, juga untuk memperoleh konsentrasi obat

terlokalisir pada tempat kerjanya. Namun, kulit merupakan

suatu ’barrier’ alami dengan lapisan terluar (stratum

corneum) tersusun atas  jalinan kompak ’crystalline lipid

lamellae’ sehingga bersifat impermeable terhadap sebagian

besar senyawa obat(Lucida, 2008).

B. Absorbsi intraperitoneal

Ketika obat diberikan ke peritoneum, biasanya

ditempatkan dalam larutan dialisis pertioneal. Studi

mengenai pengaruh antibiotik dari rongga peritoneal telah

menemukan bahwa faktor-faktor berikut mempengaruhi

penyerapan obat dari rongga peritoneal:

1. antibiotik konsentrasi dialisat

2. Durasi obat administrasi

3. obat-protein yang mengikat di dialisat

4. ada atau tidak adanya peritonitis

5. plasma dan protein yang mengikat ekstravaskuler

6. volume distribusi

7. izin mekanisme nonrenal

Ketika diberikan IP, obat bebas dapat menyebar di

seluruh membran peritoneal ke dalam sirkulasi, di mana

dapat elminasi atau didistribusikan ke ruang ekstravaskular.

Dalam ruang ekstravaskuler, dapat dihilangkan dengan

mekanisme nonrenal. Sebagai obat konsentrasi dalam

dialisat dan peningkatan waktu diam,tingkat peritoneal

2S

Page 3: tugas farmakokinetik

meningkatkan penyerapan. Peritoneal protein meningkat

mengikat peritonitis, tetapi permeabilitas membran

peritoneum meningkat sehingga penyerapan meningkat

selama peritonitis. Fraksi diserap juga tergantung satu sifat

physiochemical dari antibiotik sendiri, dengan F nilai mulai

dari .52 untuk vankomisin untuk 0,86 untuk moxalactam,

yang meningkat menjadi .91 dan .94 (masing-masing) selama

peritonitis.

Rongga peritoneum dipagari oleh semi-permeabel jalan

membran yang dialisis atau difusi terjadi. Pembuluh darah

yang memasok dan pengeringan visera perut, otot dan

messentery, merupakan darah mengisi kompartemen di mana

obat dapat berdifusi dari peritoneum. Ini akan mencakup

sistem hepatik Portal serta vena lain dan arteri memasok

daerah.

Pada pemberian intraperitoneal, obat di injeksi pada

rongga perut tanpa melewati GIT dan hepar, sehingga obat

tidak mengalami absorpsi dan metabolisme. Obat akan

langsung lewat sirkulasi darah dan sistemik. Efek yang timbul

juga lebih cepat dan teratur dibandingkan peroral, dapat

diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar,

vomit, dan sangat berguna pada saat darurat. Kerugiannya

adalah menyebabkan rasa nyeri, sulit dilakukan oleh pasien

sendiri, dan kurang ekonomis. Namun dapat menyebabkan

onset of action lebih cepat begitu pula duration of action juga

cepat.

C. Absorbsi Bukal

Obat yang diberikan untuk ditahan di dalam mulut

untuk gangguan lokal dari faring atau mukosa bukal seperti

maag aphtous (hidrokortison lozenges atau gel

carbenoxelone) atau thrush (pelega nistatin). Administrasi

sublingual adalah cara yang efektif menyebabkan efek

3S

Page 4: tugas farmakokinetik

sistemik, dan memiliki keunggulan yang berbeda dari

pemberian oral untuk obat dengan metabolisme presystemic,

menyediakan akses langsung dan cepat ke sirkulasi sistemik,

melewati usus dan hati. Trinitrat gliseril dan buprenorfin

diberikan sublingual karena alasan ini. Trinitrat gliserin

diambil baik sebagai tablet atau sebagai subllingual

semprotan. Administrasi Subilingual memberikan jangka

pendek penyihir efek dapat dihentikan dengan menelan

tablet. Tablet untuk penyerapan bukal memberikan

konsentrasi plasma yang lebih berkelanjutan dan diadakan di

satu tempat antara bibir dan gusi sampai mereka dibubarkan

( Ritter, 1999 ).

D. Absorbsi Subkutan

Rute administrasi obat dengan cara injeksi ke dalam

tubuh bermacam-macam, dua diantaranya adalah injeksi

subkutan  (SK) dan intramuskular (IM). Masing-masing rute

memiliki tujuan tersendiri dalam mencapai tujuan terapi. 

Injeksi SK merupakan pemberian obat ke dalam lapisan

jaringan lemak dibawah kulit menggunakan jarum hipodermik

yang  dapat diaplikasikan sendiri oleh pasien (eg. insulin).

Beberapa faktor yang mempengaruhi rute subkutan

diantaranya ukuran molekul akan menyebabkan kecepatan

penetrasi molekul besar lebih rendah, viskositas obat  akan

mempengaruhi kecapatan difusi obat ke dalam cairan tubuh,

karakteristik anatomi sisi injeksi (eg.vaskularitas, jumlah

jaringan lemak)  akan mempengaruhi kecepatan absorpsi

obat. Perbandingan kecepatan absorpsi antara SK, IM dan IV

adalah SK < IM < IV. Adapun kekurangan rute SK adalah

kesulitan mengontrol kecepatan absorpsi dari deposit SK,

terjadi komplikasi lokal (iritasi dan nyeri pada tempat injeksi)

sehingga tempat injeksi harus berganti-ganti untuk mencegah

akumulasi obat yang tidak terabsorpsi karena dapat

4S

Page 5: tugas farmakokinetik

menyebabkan kerusakan jaringan. Cara dan daerah tempat

penyuntikan digambarkan di bawah ini.

 

 

E. Absorpsi Intramuskular

Injeksi IM dilakukan dengan cara obat dimasukan ke

dalam otot skeletal, biasanya otot deltoit atau gluteal. Onset

of action IM > SK. Absorpsi obat dikendalikan secara difusi

dan lebih cepat daripada SK karena vaskularitas pada jaringan

otot lebih tinggi. Kecepatan absorpsi bervariasi bergantung

pada

Sifat fisikokimia larutan yang diinjeksikan dan variasi

fisiologi (sirkulasi darah otot dan aktivitas otot). Pemberian IM

ke dalam otot dapat membentuk depot obat di otot dan akan

terjadi absoprsi secara perlahan-lahan. Adapun kekurangan

dari cara IM yaitu nyeri di tempat injeksi, jumlah volume yang

5S

Page 6: tugas farmakokinetik

diinjeksikan terbatas yang bergantung pada masa otot yang

tersedia , dapat terjadi komplikasi dan pembentukan

hematoma serta abses pada tempat injeksi. Faktor yang

mempengaruhi pelepasan obat dari depot otot antara lain

kekompakan depot yang mana pelepasan obat akan lebih

cepat dari depot yang kurang kompak dan lebih difuse,

konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, pelarut

yang digunakan, bentuk fisik sediaan, karakteristik aliran

sediaan dan volume obat yang diinjeksikan. Contoh bentuk

sediaan yang dapat diberikan melalui IM diantaranya emulsi

minyak dalam air, suspensi koloid, serbuk rekonstitusi. Daerah

tempat penyuntikan digambarkan di bawah ini.

F. Absorbsi Intravena

Pemberian intravena (IV) tidak mengalami absorpsi

tetapi langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga

kadar obat dalam darah diperoleh secara capat, tepat, dan

dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita.

Kerugiannya adalah mudah tercapai efek toksik karena kadar

6S

Page 7: tugas farmakokinetik

obat yang tinggi segera mencapai darah dan jaringan, dan

obat tidak dapat ditarik kembali.

Cara pemberian obat dengan cara suntikan.

Keuntungannya adalah efek timbul lebih cepat dan teratur;

dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak

sadar, atau muntah-muntah; sangat berguna dalam keadaan

darurat. Kerugiannya adalah dibutuhkan kondisi asepsis,

menimbulkan rasa nyeri , tidak ekonomis, membutuhkan

tenaga medis. Parenteral meliputi intravena, intramuscular,

subcutan dan intrathecal.

Intravena tidak mengalami tahap absorbsi. Obat

langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar

obat didalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat

disesuaikan langsung dengan respons penderita. Kerugiannya

adalah obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali,

sehingga efek toksik lebih mudah terjadi. Jika penderita alergi

akan lebih terjadi. Pemberian intravena harus dilakukan

perlahan-lahan sambil mengawasi respons penderita.

7S

Page 8: tugas farmakokinetik

Gambar 1. Cara Pemberian Obat

Kurva

Kurva 1. Rute pemberian

obat Transdermal

Kurva 2. Bukal/Sublingual

8S

Page 9: tugas farmakokinetik

5` 10` 15` 20` 25` 30` 35` 40` 45` 50` 55` 60`0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Per OralIntraperitoneal

Kurva 3. Rute Konsentrasi Antara Intraperitoneal dan Oral

Kurva 4. Rute Konsentrasi Antara Intravena, Intramuskular, Sub

Kutan dan Oral

9S