Tugas farmako kelompok

10

Click here to load reader

description

kesehatan

Transcript of Tugas farmako kelompok

Page 1: Tugas farmako kelompok

TUGAS PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI OBAT ANALGETIKA

Anggota:

Kiki Andari 122010101021

Della Rahmaniar Amelinda 122010101075

Anggita 122010101076

Imam Adi Nugroho 122010101077

Bakhitar Yusuf Habibi 122010101079

Henggar Allest P 122010101080

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Tugas farmako kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri. Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri.

Penghantaran transmisi nyeri yang disalurkan ke susunan syaraf pusat oleh 2 serabut antara lain:

(1).Serabut A – delta (Aδ) Bermielin dengan garis tengah 2 – 5 (m yang menghantar dengan kecepatan 12 – 30 m/detik yang disebut juga nyeri cepat (test pain) dan dirasakan dalam waktu kurang dari satu detik, serta memiliki lokalisasi yang dijelas dirasakan seperti ditusuk, tajam berada dekat permukaan kulit.

(2).Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4 –1,2 m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 detik atau lebih, bersifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar.

Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak).

Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok yaitu:1. Narkotik

Analgetik narkotik dapat menghilangkan nyeri dari derajat sedangsampai hebat (berat), seperti karena infark jantung, operasi (terpotong),viseral ( organ) dan nyeri karena kanker.Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papaver somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik inidigunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai nyeri hebat dan nyeriyang bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuaiaturan dapat menimbulkantoleransi dan ketergantungan. Toleransi ialahadanya penurunan efek, sehingga untuk mendapatkan efek seperti semula perlu peningkatan dosis. Karena dapat menimbulkan ketergantungan, obatgolongan ini penggunaannya diawasi secara ketat dan hanya untuk nyeriyang tidak dapat diredakan oleh AINS. Nyeri minimal disebabkan oleh dua hal, yaitu iritasi lokal( menstimuli saraf perifer) dan adanya persepsi (pengenalan) nyeri oleh SSP. Pengenalan nyeri bersifat psikologis terhadap adanya nyeri lokal yangdisampaikan ke SSP. Analgetik narkotik mengurangi nyeri denganmenurunkan persepsi nyeri atau menaikan nilai ambang rasa sakit.

2. Non Steroid Anti Inflamation DrugObat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAIDs) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, dan beberapa obat memiliki perbedaan secara kimia.Namun, obat-obat NSAID mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi dan

Page 3: Tugas farmako kelompok

efek sampingnya. Prototipe obat golongan ini adalah aspirin, sehingga sering disebut juga sebagai aspirin like drugs. Efek terapi dan efek samping dari obat golongan NSAIDs sebagian besar tergantung dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Golongan obat NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase (COX), sehingga dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Ada dua jenis enzim COX, yaitu COX 1 dan COX 2. Setiap obat menghambat COX 1 dan COX 2 dengan kekuatan dan cara yang berbeda. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Oleh karena itu masing – maisng obat NSAID memiliki efek yang berbeda – beda terhadap suatu rangsangan nyeri. Hal ini akan dibuktikan dalam praktikum ini.

1.2. Tujuan

a. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik suatu obat

b. Memahami dasar-dasar perbedaan aktivitas berbagai obat NSAID

Page 4: Tugas farmako kelompok

BAB II

PROSEDUR PERCOBAAN

2.1. Alat dan bahanObat yang akan diuji adalah paracetamol dan natrium diklofenak. Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini:

Mencit kelamin jantan Stopwatch Gelas beker Sonde oral Timbangan digital Asam asetat 0,06 % Aquades

2.2. Prosedur percobaanMetode percobaan yang dipakai adalah metode refleks geliat. Berikut langkah dan cara kerja dalam percobaan ini:

a. Bagi tikus dalam 3 kelompok, kelompok kontrol dan 2 kelompok perlakuan.b. Sonde kelompok perlakuan dengan aquades lalu beri kelompok perlakuan

dengan natrium diklofenak dan paracetamolc. Setelah 30 menit beri setiap kelompok dengan asam asetat 0,6 % amati refleks

geliat yang ditunjukkan masing-masing kelompok.d. Amati dan bandinglan geliat masing-masing kelompok tiap lima menit.

Refleks geliat yang dimaksud adalah gerakan meregang dari mencit dan menggeliat dari ekor mencit. Hitung jumlah geliat dan hitung daya proteksi dengan rumus berikut:

%P = [(JGu / JGk) x 100%]

Keterangan:

%P = daya proteksi dinyatakan dalam persenproteksi

JGu = jumlah geliat kelompok uji

JGk = jumlah geliat kelompok kontrol

Page 5: Tugas farmako kelompok

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

KELOMPOKJUMLAH GELIAT MENCIT

5’ 10’

Air 1 0

Paracetamol 1 0

Natrium diklofenak 0 0

Rumus hitung daya proteksi sediaan uji terhadap nyeri:

%P = [(JGu / JGk) x 100%]

Keterangan:

%P = daya proteksi dinyatakan dalam persenproteksi

JGu = jumlah geliat kelompok uji

JGk = jumlah geliat kelompok kontrol

Daya proteksi paracetamol:

%P = 1/1 x 100% = 1%

Daya proteksi natrium diklofenak:

%P = 0/1 x 100% = 0%

2.2 Pembahasan

Daya proteksi atau presentase proteksi merupakan perbandingan jumlah geliat antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Jumlah geliat merupakan tanda nyeri yang dapat diamati sehingga jumlah geliat mewakili tingkat nyeri yang dialami oleh mencit. Perbandingan antara kelompok kontrol yang tidak diberi obat dengan kelompok perlakuan yang diberi obat menggambarkan kekuatan efek anlagesik dari masing-masing obat yang dibandingkan. Faktor yang mempengaruhi efek analgesik suatu obat adalah:

a. Onset of action Onset of action adalah waktu yang diperlukan sebuah obat untuk mulai bekerja di dalam tubuh. Pada percobaan ini, mencit diberikan parasetamol dan natrium diklofenak sebagai analgesik secara oral. Parasetamol yang diberikan secara oral

Page 6: Tugas farmako kelompok

dapat memberikan efek yang cepat dan efek sistemik yang baik, meskipun hasil yang lebih cepat bisa didapatkan secara IV. Dapat terlihat dari hasil percobaan bahwa dalam 10 menit mencit sudah tidak menampakkan refleks geliat akibat rangsangan nyeri yang diberikan. Hal ini berarti parasetamol mempunyai onset of action yang cepat yaitu kurang dari 10 menit. Sedangkan pada natirum diklifenak, pemberian secara oral memang dapat diserap sempurna daripada IV, namun setelah dimetabolisme hanya tersisa 50% saja. Onset of action dari natrium diklofenak pun cukup lama dan penyerapannya bersamaan dengan penyerapan makanan. Pada percobaan ini, mencit tidak mengalami refleks geliat sama sekali sejak 5 menit pertama dan 5 menit kedua. Hal ini mungkin dikarenakan asam askorbat yang diberikan sebagai perangsang nyeri tidak masuk sempurna.

b. Drug of action Drug of action adalah tempat dimana obat tersebut bekerja. Paracetamol dan natrium diklofenak merupakan dua obat yang memiliki efek anti nyeri. Paracetamol bekerja di otak untuk memproduksi antipiresis di daerah hipotalamus, diduga menghambat impuls nyeri di saraf pusat, dan menghambat sintesis prostaglandin di sistem saraf pusat. Sedangkan natrium diklofenak, bekerja menghambat enzim COX (siklooksigenase) 1 dan COX 2. Hambatan Natrium Diklofenak mengakibatkan hambatan aktivasi neutrofil, kemotaksis, menurunkan kadar sitokin dan mengubah aktivitas limfosit. Hambatan pada enzim COX dapat mengurangi produksi prostaglandin, yang merupakan salah satu inisiator dari nyeri.Efek analgesik yang dihasilkan dari 2 obat ini berbeda. Berdasarkan hasil percobaan di atas, natrium diklofenak memiliki efek analgesik yang lebih kuat daripada parasetamol. Natrium diklofenak bekerja lebih ampuh karena natrium diklofenak dapat menghambat efek inflamasi dari daerah dimana radang itu berasal. Paracetamol kurang baik dalam menghamabat efek inflamasi di daerah di luar daerah hipofisis karena paracetamol tidak dapat bekerja pada kadar enzim peroksidase yang tinggi.

c. Duration of action Duration of action adalah lama dari obat menampilkan efek yang diinginkan. Duration of action dari dari parasetamol adalah 4 jam sedangkan natrium diklofenak adalah 4,5 jam

Pada percobaan ini dapat terlihat dari hasil percobaan bahwa dalam 10 menit mencit sudah tidak menampakkan refleks geliat akibat rangsangan nyeri yang diberikan. Hal ini berarti parasetamol mempunyai onset of action yang cepat yaitu kurang dari 10 menit. Sedangkan pada natirum diklifenak, pemberian secara oral memang dapat diserap sempurna daripada IV, namun setelah dimetabolisme hanya tersisa 50% saja. Onset of action dari natrium diklofenak pun cukup lama dan penyerapannya bersamaan dengan penyerapan makanan. Pada percobaan ini, mencit tidak mengalami refleks geliat sama sekali sejak 5 menit pertama dan 5 menit kedua. Hal ini mungkin dikarenakan asam askorbat yang diberikan sebagai perangsang nyeri tidak masuk sempurna.

Natrium diklofenak menunjukkan efek yang lebih baik pada percobaan ini karena natrium diklofenak dapat menghambat efek inflamasi dari daerah dimana radang itu berasal. Paracetamol kurang baik dalam menghamabat efek inflamasi di daerah di luar daerah hipofisis karena paracetamol tidak dapat bekerja pada kadar enzim peroksidase yang tinggi. Selain itu, berdasarkan hasil di atas dari percobaan metode reflek geliat maka tikus yang diberi natrium diklofenak sebelum diinduksi dengan asam asetat (ip), durasi efek obatnya lebih lama dari pada tikus yg diberi paracetamol maupun aquades.

Page 7: Tugas farmako kelompok

Dapat disimpulkan lama durasi efek obat diantara ketiga tikus tersebut berdasarkan hasil praktikum farmako kemarin.

Tikus yang diberi aquades

Tikus yang diberi

paracetamol

Tikus yang diberi Natrium diklofenak

Page 8: Tugas farmako kelompok

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Paracetamol dan natrium diklofenak sama-sama memiliki waktu absorbsi yang cepat dan dapat mencapai konsentrasi maksimum dalam plasma darah hanya dalam waktu setengah jam. Kedua obat ini memiliki mekanisme yang berbeda dalam fungsinya sebagai obat analgesik. Dengan menggunakan dosis obat serta durasi pengamatan yang sama, pada praktikum uji analgesik metode refleks geliat ini dapat diambil kesimpulan bahwa natrium diklofenac lebih efektif dalam memberikan efek analgesik dibandingkan dengan paracetamol.