Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera
-
Upload
central-pitres -
Category
Documents
-
view
81 -
download
4
Transcript of Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera
PAPER PENYAKIT UNGGAS
COLISEPTICEMIA dan KOLERA UNGGAS
Oleh :
ANDIKA BUDI KURNIANTO
1009005086
B
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena tak lepas dari
rahmat berlimpah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan paper pada mata kuliah elektif
penyakit unggas di semester VI yang mengangkat topic tentang “Colicepticemia dan Kolera
Unggas”. Merupakan suatu berkat bahwa penulis telah mampu menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut
membantu dalam penyelesaian paper ini, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadari pula bahwa paper ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, jadi dimohonkan
kritik dan saran serta bantuan dari semua pihak demi tersusunnya paper yang jauh lebih baik.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
2 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ 2
DAFTAR ISI ....................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................... 4
1.3 TUJUAN PENULISAN ....................................................... 5
1.4 MANFAAT PENULISAN .................................................... 5
BAB II. ISI ......................................................................................... 6
2.1 COLISEPTICEMIA
2.1.1 ETIOLOGI ................................................................. 6
2.1.2 EPIDEMIOLOGI ........................................................ 6
2.1.3 PENULARAN ............................................................ 6
2.1.4 GEJALA KLINIS ........................................................ 6
2.1.5 PATOLOGI ANATOMI (PA) ....................................... 6
2.1.6 HISTOPATOLOGI (HP) .............................................. 6
2.1.7 DIAGNOSTIK ............................................................ 9
2.1.8 PENANGGULANGAN ............................................... 10
2.2 KOLERA UNGGAS
2.2.1 ETIOLOGI .................................................................. 11
2.2.2 EPIDEMIOLOGI ........................................................ 11
2.2.3 PENULARAN ............................................................. 12
2.2.4 GEJALA KLINIS ........................................................ 13
2.2.5 PATOLOGI ANATOMI (PA) ....................................... 14
2.2.6 HISTOPATOLOGI (HP) ............................................... 15
2.2.7 DIAGNOSTIK ............................................................. 15
2.2.8 PENANGGULANGAN ................................................ 16
BAB III. PENUTUP ............................................................................. 18
3.1 KESIMPULAN .................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
3 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring pembangunan di bidang peternakan, peternakan unggas mendapatkan
perhatian lebih besar dibanding dengan bidang peternakan yang lain. Saat ini ternak
unggas masih merupakan komoditi terbesar daripada industri ternak lain seperti sapi,
kuda, dan kelompok hewan kecil. Pengelolaan peternakan unggas tidak lepas dari kendala
yang dihadapi salah satunya adalah kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen
penyakit. Ada banyak jenis agen penyakit penyebab terganggunya peternakan ayam di
Indonesia, seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Bakteri sering dijumpai sebagai
penyebab paling tinggi bila dibandingkan dengan virus atau penyebab lainnya. Salah
satunya seperti Escherichia coli (penyebab colisepticemia) dan Pasteurella multocida
(penyebab kolera). Umumnya hampir semua jenis unggas dapat tertular. Selain itu,
penyakit ini dapat muncul karena buruknya manajemen unggas.
Kedua kejadian ini mempunyai arti ekonomi penting bagi industri perunggasan karena
dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, peningkatan jumlah
unggas yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur, serta penurunan kualitas anak.
Sehingga sangatlah penting bagi pemilik usaha peternakan untuk memperbaiki
manajemen seperti desinfeksi peralatan, vaksinasi, dan biosecurity.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?
1.2.2 Bagaimana etiologi Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?
1.2.3 Bagaimana epidemiologi Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?
1.2.4 Bagaimana gejala klinis Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?
1.2.5 Bagaimana patologi anatomi Colisepticemia dan Kolera unggas ?
1.2.6 Bagaimana histopatologi Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?
1.2.7 Bagaimana diagnostik Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?
1.2.8 Bagaimana pencegahan dan penanganan Colisepticemia dan Kolera pada
unggas ?
4 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Unggas
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian Colisepticemia dan Kolera
1.3.3 Untuk mengetahui epidemiologi Colisepticemia dan Kolera
1.3.4 Untuk mengetahui gejala klinis Colisepticemia dan Kolera
1.3.5 Untuk mengetahui patologi anatomi Colisepticemia dan Kolera
1.3.6 Untuk mengetahui histopatologi Colisepticemia dan Kolera
1.3.7 Untuk mengetahui diagnostik Colisepticemia dan Kolera
1.3.8 Untuk mengetahui pencegahan dan penanganan Colisepticemia dan Kolera
1.4 MANFAAT PENULISAN
Diharapkan paper yang dibuat dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada
pembaca tentang Colisepticemia dan Kolera pada unggas etiologi, epidemiologi, gejala
klinis, patologi anatomi, histopatologi, diagnostik, serta pencegahan dan penanganannya.
5 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
BAB II
ISI
2.1 COLISEPTICEMIA
Colisepticemia menjadi sangat penting karena menyerang unggas hampir semua umur
terutama umur muda antara 2 - 8 minggu dimana unggas yang sedang produktif untuk
tumbuh dan peningkatan jumlah ayam yang diafkir. Selain itu colisepticemia juga dapat
muncul karena buruknya manajemen pemeliharaan unggass. Colicepticemia dianggap
sebagai bentuk penyakit Colibacillosis yang bersifat sekunder yaitu penyakit yang mengikuti
penyakit primer (utama) seperti ND (Newcastle Disease), IB (Infectious Bronchitis), atau
Gumboro.
2.1.1 Etiologi
Colisepticemia disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli yang merupakan Gram
negatif, tidak tahan asam, bentuk batang, berukuran 2 – 3x0,6 µm, tidak berspora, non-motil
namun ada beberapa yang memiliki flagella peritrichous, dan anaerobik fakultatif. E. coli
merupakan flora normal dalam saluran cerna namun pada kasus ini E. coli menjadi patogen
karena sudah berada diluar saluran cerna seperti saluran empedu, saluran kemih, paru-paru,
peritonium, dan selaput otak. Ada 3 serotipe yang menyebabkan colicepticemia meliputi
O1:K1, O2:K2, dan O78:K80. Tingkat virulensi agen dipengaruhi oleh jenis, umur, dan status
imun unggas. Faktor virulensi E. coli dipengaruhi oleh ketahanan terhadap fagositosis,
kemampuan perlekatan terhadap epitel sel pernafasan, dan ketahanan terhadap daya bunuh
oleh serum. Faktor penentu virulensi E. coli yang terpenting pada unggas adalah antigen
polisakarida K-1. Antigen tersebut terdapat pada bagian kapsula dan sangat menentukan
resistensinya terhadap pertahanan inang selama proses cepticemia. Selain itu, adanya pili ikut
menentukan sifat adesi bakteri yaitu pili tipe I yang berperan dalam kolonisasi awal bakteri
pada saluran pernafasan bagian atas sedangkan pili tipe P berperan dalam infeksi sistemik.
2.1.2 Epidemiologi
Colisepticemia umumnya sebagai infeksi sekunder yang menyerang ayam pedaging dan
petelur pada semua umur namun lebih sering pada umur muda. Wabah di Indonesia sering
terjadi pada kelompok unggas petelur dan pedaging yang dipelihara dengan sanitasi
6 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
lingkungan yang buruk atau karena serangan penyakit penyebab imunosupresi atau penyakit
pernafasan. Untuk setiap daerah yang pernah mewabah colisepticemia unggas memiliki
serotipe yang berbeda beda tergantung dari sistem pemeliharaannya, iklim, dan kondisi
lingkungan. Penyakit primer yang diikuti oleh colisepticemia seperti infeksi virus IB dapat
memfasilitasi invasi E. coli ke dalam epitel saluran pernafasan bagian bawah dan
menyebabkan treceitis, airsacculitis, dan bronchitis.
2.1.3 Penularan
Penularan penyakit terjadi secara langsung dari ayam sakit ke ayam sehat dan secara tidak
langsung melalui pakan dan air yang terkontaminasi serta melalui debu yang terhirup oleh
sekelompok ayam yang mengalami immunosupresif akibat penyakit infeksius atau karena
stress akibat lingkungan.
2.1.4 Gejala klinis
Gejala klinis colisepticemia meliputi sesak nafas, anoreksia, pertumbuhan terganggu, bulu
kusam, dan lesu.
2.1.5 PA
Patologi anatomi yang terlihat setelah unggas mati berupa : airsacculitis, perihepatitis,
perikarditis, poliserositis, sinovitis, osteomyelitis,dan panopthalmia.
2.1.6 HP
Lesi histopatologi yang muncul berupa :
a) Hiperplasia disertai polip pada lapisan epitel
b) Agregasi sel radang leukosit pada bronkus bersifat focal
Hal ini muncul satu hari pasca uji tantang E. coli O1:K1 secara aerosol terhadap
vaksin ND strain B1 yang diberikan pada unggas yang diinfeksi Mycoplasma
gallisepticum yang menimbulkan lesi berupa edema pada saluran nafas , infiltrasi sel
limfoid dan heterofil.
c) Oedema pada jaringan peribronchiolar
d) Kongesti dan dilatasi pada kapiler darah jaringan peribronchiolar
7 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
Gambar 1. Hati tanpa infeksi E. coli yang memperlihatkan struktur histologi normal pada
bagian vena sentral dan sinusoid. Pewarnaan dengan H&E dan perbesaran 80x
Gambar 2. Paru – paru tanpa infeksi E. coli yang memperlihatkan struktur histologi normal
pada lobus. Pewarnaan dengan H&E dan perbesaran 64
Gambar 3. Jantung tanpa infeksi E. coli yang memperlihatkan struktur histologi normal pada
perikardium dan miokardium.
Gambar 4. Hati dengan infeksi E. coli yang memperlihatkan kongesti dan dilatasi vena porta
dan sinusoid disertai infiltrasi sel radang pada vena porta dan agregasi focal pada parenkim
hati.
Gambar 5. Paru – paru dengan infeksi E. coli yang memperlihatkan hiperplasia dengan
bentuk polip pada jaringan epitel bronkus disertai agregasi sel radang leukosit di jaringan
peribronchiolar, oedema, dan dilatasi kapiler.
8 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
Gambar 6. Hati memperlihatkan reaksi fibronekrotik disertai oedema, infiltrasi sel radang,
dilatasi kapiler, pada pericardium dan miokardium.
Gambar 7. Hati yang memperlihatkan dilatasi vena porta dan sinusoid disertai beberpa
infiltrasi sel radang.
Gambar 8. Paru – paru yang memperlihatkan kongesti pada pembuluh darah dan lobus paru –
paru
Gambar 9. Jantung memperlihatkan oedema miokardial disertai dilatasi dan kongesti.
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis penyakit dilakukan dengan cara :
a) Isolasi dan identifikasi kuman
Sampel dapat berupa swab trachea, jantung, hati, airsacs, dan lesi visceral. Kemudian
sampel ditanam di media blood agar atau McConkey agar yang di inkubasi selama 24
jam dengan suhu 37°C dan hasil positif adalah media akan berwarna merah bata
karena kuman memfermentasi laktosa.
9 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
Gambar 10. E. coli pada media HBA (atas) dan E. coli pada media McConkey Agar
dimana E. coli berwarna merah muda terang di medium ini karena mamfermentasi
laktosa.
b) PA
c) Gejala klinis
2.1.8 Penanggulangan
a) Pengobatan
Unggas yang positif terkena colisepticemia diisolasi dan diberi obat Coccilin kapsul. Untuk
umur 1 – 5 minggu diberi 1/3 kapsul, umur 6 – 8 diberi ½ kapsul, dan jika > 8 minggu diberi
1 kapsul serta pemberian obat dilakukan 4 hari berturut-turut.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika seperti tetrasiklin, neomisim, obat
– obat sulfa, fluoroquinolon, enrofloxacin, kanamisin, dan ampisilin. Untuk mencegah
adanya resistensi bakteri terhadap antibiotika yang digunakan maka dilakukanlah uji
sensitivitas oleh karena beberapa antibiotika tersebut selain digunakan sebagai obat juga
digunakan sebagai antisterss dan tambahan dalam pakan.
b) Pengendalian dan pencegahan
Penerapan program biosecurity, vaksinasi, dan desinfekai kandang. Pengaturan ventilasi dan
tingkat kepadatan unggas. Pencegahan penyakit bersifat imunosupresif dan penyakit
pernafasan harus mendapat prioritas.
10 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
2.2 KOLERA
Seperti halnya colisepticemia, Kolera (Fowl Cholera/Avian Haemorrhagic Septicemia) juga
memiliki arti ekonomi karena menginfeksi seluruh spesies unggas dan burung yang memiliki
angka mortalitas 20%-80%. Penyakit ini juga berhubungan dengan faktor lingkungan dan
manajemen peternakan. Kerugian yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah penurunan telur
pada ayam petelur dan penurunan fertilitas induk. Kolera umumnya menyerang unggas
berumur 12 minggu.
2.2.1 Etiologi
Kolera unggas disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang memiliki ciri-ciri Gram
negatif, oksidasi positif, non-motil, tidak membentuk spora, bentuk batang atau cocoid, non-
motil, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, dan dapat menghemolisa sel darah merah.
Terdiri dari 3 serotipe yaitu 1, 3, dan 4. Bakteri ini memiliki kapsul yang menentukan tingkat
virulensi dan ketahanannya terhadap obat. Bakteri ini juga menghasilkan endotoksin dari
strain virulen mupun tidak virulen. Pasteurella multocida tahan hidup didalam tanah dan
litter (alas kandang) beberapa bulan. Namun demikian, bakteri ini dapat dibunuh dengan
desinfektan dan sinar matahari langsung.
2.2.2 Epidemiologi
Kejadian kolera unggas di Indonesia lebih bersifat sporadik di daerah peternakan ayam
pedaging, petelur, dan pembibitan. Penyakit lebih banyak menyerang unggas terutama kalkun
pada umur dewasa (12 minggu). Wabah penyakit dihubungkan dengan faktor pemicu stress
seperti fluktuasi cuaca, kelembaban lingkungan, dan perlakuan vaksinasi yang tidak bena,
transportasi, pergantian pakan mendadak, dan penyakit immunosupresif.
11 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
2.2.3 Penularan
Penularan penyakit dapat melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Kontak
langsung melalui leleran hidung, mulut, dan mata unggas terinfeksi. Sedangkan kontak tidak
langsung melalui pakan, air, dan peralatan terkontaminasi serta melaui vektor P. Multocida
seperti tikus Rattus norvegicus.
Gambar 1. Skema penularan kolera
12 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
2.2.4 Gejala klinis
Gejala klinis kolera unggas tergantung dari tingkat kejadian :
a) Perakut
Umumnya gejala awal tidak teramati dan terjadi kematian mendadak pada unggas.
Kematian diduga akibat “shock syndrome” yang ditimbulkan oleh endotoksin.
b) Akut
Gejala klinis dapat diamati beberapa jam sebelum unggas mati. Gejala yang muncul
berupa diare kehijauan dan berbau busuk, unggas lesu, bulu berdiri, anoreksia, tampak
adanya cairan kental keluar dari mulut sebagai penyebab suara ngorok, dyspnoe,
jengger dan pial membengkak dan cyanosis pada bagian kepala serta penurunan
produksi telur. Setelah dilakukan nekropsi ditemukan pembengkakan hati, folikel
telur membubur dan memenuhi rongga perut, hyperemi pada organ dalam seperti
duodenum, jantung, abdomen, dan paru-paru.
Gambar 2. Gejala klinis ayam yang terkena kolera (kiri) dan diare kehijauan pada ayam
terinfeksi (kanan).
c) Kronis
Masa inkubasi penyakit adalah 4-9 hari. Gejala yang dapat teramati adalah
pembengkakan pada salah satu atau kedua pial (wattle disease);persendian
kaki;persendian sayap atau telapak kaki, gejala syaraf seperti synovitis, artritis, dan
tortikolis. Unggas yang terserang kolera unggas bentuk kronis dapat mengalami
kematian, unggas menjadi carrier, atau unggas menjadi sembuh.
13 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
Gambar 3. Pembengkakan pada pial dengan eksudat perkejuan
2.2.5 PA
a) Akut
Pada bedah bangkai dijumpai berbagai bentuk perdarahan ptekie dan ekimosa pada pada
jantung, hati, paru-paru, dan membrana mukosa saluran pencernaan termasuk usus,
proventrikulus, dan ventrikulus. Hal ini disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat
aktivitas endotoksin. Pembengkakan hati dan berwarna pucat menunjukkan adanya nekrosis
multifokal. Pada ovarium ditemukan folikel yang menjadi bubur dengan pembuluh darah teka
yang kurang jelas.
14 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
Gambar 3. Perdarahan ptekie pada organ visceral (kiri) dan nekrotik multifokal pada
hati (kanan)
b) Kronis
Pada kasus kronis ditemukan artritis seropurulen pada persendian tarsometatarsus, bursa
sternalis, telapak kaki, rongga peritonium, dan oviduk. Adanya edema pial, pneumonia
fibrinus, dan tortikolis.
Gambar 4. Synovitis yang menyebabkan kelumpuhan pada ayam
2.2.6 HP
a) Bentuk akut
Kerusakan endotel pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan. Nekrosis koagulasi bersifat
multifokal disertai infiltrasi neutrofil yang juga ditemukan di paru-paru.
b) Kronis
Radang supuratif, nekrosis, infiltrasi neutrofil, pembentukan fibrin, multinucleated giant
cells, dan proliferasi fibroblas. Dan kerapkali ditemukan meningitis lokal yang ditandai
dengan infiltrasi neutrofil dan limfosit didaerah meninges.
Lesi histopatologi yang teramati pada hati dan paru-paru meliputi infiltrasi sel radang,
nekrosis sel hepatosit, eksudat berfibrin, dan trombus dalam pembuluh darah.
2.2.7 Diagnostik
Diagnosa penyakit didasarkan atas anamnesa, gejala klinis, perubahan PA, lesi HP, isolasi
dan identifikasi bakteri. Diagnosa banding penyakit kolera adalah Newcastle Disease maupun
Avian Influenza (adanya perdarahan ptekie pada jantung), Colibacillosis (adanya enteritis),
dan CRD maupun Coryza (adanya gangguan pernafasan).
15 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
Sampel yang digunakan berupa darah, sediaan ulas jantung, cairan oedem dari jantung, dan
organ seperti jantung, ginjal, kelenjar limfe, dan sumsum tulang. Pemeriksaan serologik
dilakukan dengan cara uji aglutinasi plat test (AGPT) namun tidak begitu popular digunakan.
2.2.8 Penanggulangan
a) Pengobatan
Pemberian tetrasiklin kedalam pakan dengan dosis 200-400 gram/ton, kombinasi golongan
sulfa dan trimethoprim seperti Cosumix Plus yang berspektrum luas dan memiliki mode of
action yaitu blockade ganda sintesa asam tetrahidrofolat yang esensial bagi bakteri. Berikut
disajikan jumlah Cosumix Plus berdasarkan umur unggas melalui pakan :
Tabel 1. Dosis pemberian Cosumix Plus melalui pakan
Selain melalui pakan, Cosumix Plus juga dapat diberikan melalui air minum dengan dosis
0,16 g/L atau 80 g/L air minum.
b) Pengendalian dan pencegahan
Prosedur sanitasi dan biosecurity ketat, pemberantasan hewan pengerat, dan vaksinasi.
Vaksinasi menggunakan vaksin bivalen inaktif yang dikembangkan dari isolat lokal yaitu
BCC 2331 dan DY2 lalu diinaktifkan dengan formalin 0,1% dan diemulsi dengan alhidrogel
1,5% diberikan secara SC pada umur 10-14 minggu (pada ayam) dan umur 6-8 minggu (pada
kalkun). Pada 4 minggu pasca pemberian vaksin pertama dilakukan booster dengan cara yang
sama.
Tindakan pencegahan penyakit kolera unggas meliputi :
- Biosecurity pada manusia, ternak, dan kendaraan
- Pemeriksaan sumber air minum
16 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
- Penyimpanan pakan dan transportasi ransum dengan benar
- Pemberantasan vektor seperti tikus menggunakan insektisida.
- Meningkatkan daya tahan tubuh ternak melalui ransum berkualitas dan lingkungan yang
nyaman bagi unggas yaitu kadar amonia rendah, tidak berdebu, cukup oksigen, suhu dan
kelembaban sesuai, kepadatan tidak berlebih, ventilasi cukup, serta pemberian
multivitamin untuk meningkatkan daya tahan, mengatasi stres, mencegah penyakit
kekurangan vitamin, dan untuk memperbaiki efisiensi ransum.
17 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kedua penyakit ini sangat merugikan bagi peternak unggas karena dapat menurunkan
produksi dan meningkatkan jumlah unggas yang akan diafkir. Penyakit ini dapat muncul
karena buruknya higiene dan sanitasi peternakan sehingga penyakit ini mudah sekali
menyebar dari unggas 1 ke unggas lainnya. Sehingga diperlukan tindakan pencegahan dan
pengendalian yang efektif seperti biosecurity pada manusia dan unggas, vaksinasi, desinfeksi
kandang dan lingkungan, serta pemberian asupan pakan yang berkualitas baik.
18 | Colisepticemia dan Kolera Unggas
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Tati dan Supar. 2008. KHOLERA UNGGAS DAN PROSPEK PENGENDALIAN
DENGAN VAKSIN Pasteurella multocida ISOLAT LOKAL. Balai Besar Penelitian
Veteriner Bogor : Bogor.
Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Penerbit Kanisius
Deresan, Yogyakarta : Yogyakarta
Pedersen, K. 2003. PASTEURELLA MULTOCIDA FROM OUTBREAKS OF AVIAN
CHOLERA IN WILD AND CAPTIVE BIRDS IN DENMARK. Department Of
Poultry, Fish, and Fur Animals Denmark : Denmark
Rahayu, Drh. Imbang Dwi. 2008. KOLIBASILOSIS, KHOLERA, DAN ASPERGILOSIS
PADA UNGGAS. Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah
Malang : Malang
Turblin, Dr. Vincent. 2009. E. COLI IN POULTRY PRODUCTION: LABORATORY
DIAGNOSTIC OF AVIAN PATHOGENIC STRAINS. Poultry CEVA Animal Health
Asia Pasific : Selangor, Malaysia.
Tarmudji. 2003. KOLIBASILOSIS PADA AYAM : ETIOLOGI, PATOLOGI, DAN
PENGENDALIANNYA. Balai Penelitian Veteriner Bogor : Bogor
Tabbu, Prof. Drh. Charles Rangga. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Penerbit
Kanisius Deresan, Yogyakarta : Yogyakarta
Winarsih, Wiwin; Sugyo Hastowo; dan Bibiana W. Lay. 1997. KASUS KOLERA PADA
ITIK. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor : Bogor
http://www.novindo.co.id : Waspadai Wabah Kolera di Peternakan Ayam
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/penyakit/kolera
http://memelihara-ayam.blogspot.com/2012/10/ciri-ciri-ayam-terkena-penyakit-kolera.html
http://www.vet-klinik.com/Perunggasan/Pasteurellosis-Kolera-unggas.html
http://www.vet-klinik.com/Perunggasan/Pasteurellosis-Kolera-unggas.html : Vaksin Kolera
Unggas - Litbang Pertanian
http://www.viternaplus.com/2012/12/penyakit-kolera-ayam-fowl-cholera.html
http://cara-mengobati.com/search/terapi-pengobatan-penyakit-kolera-unggas
19 | Colisepticemia dan Kolera Unggas