Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

29
PAPER PENYAKIT UNGGAS COLISEPTICEMIA dan KOLERA UNGGAS Oleh : ANDIKA BUDI KURNIANTO 1009005086 B FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Transcript of Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

Page 1: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

PAPER PENYAKIT UNGGAS

COLISEPTICEMIA dan KOLERA UNGGAS

Oleh :

ANDIKA BUDI KURNIANTO

1009005086

B

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 2: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena tak lepas dari

rahmat berlimpah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan paper pada mata kuliah elektif

penyakit unggas di semester VI yang mengangkat topic tentang “Colicepticemia dan Kolera

Unggas”. Merupakan suatu berkat bahwa penulis telah mampu menyelesaikan tugas ini tepat

pada waktunya.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut

membantu dalam penyelesaian paper ini, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis sadari pula bahwa paper ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, jadi dimohonkan

kritik dan saran serta bantuan dari semua pihak demi tersusunnya paper yang jauh lebih baik.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Penulis

2 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 3: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................... 3

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG ......................................................... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................... 4

1.3 TUJUAN PENULISAN ....................................................... 5

1.4 MANFAAT PENULISAN .................................................... 5

BAB II. ISI ......................................................................................... 6

2.1 COLISEPTICEMIA

2.1.1 ETIOLOGI ................................................................. 6

2.1.2 EPIDEMIOLOGI ........................................................ 6

2.1.3 PENULARAN ............................................................ 6

2.1.4 GEJALA KLINIS ........................................................ 6

2.1.5 PATOLOGI ANATOMI (PA) ....................................... 6

2.1.6 HISTOPATOLOGI (HP) .............................................. 6

2.1.7 DIAGNOSTIK ............................................................ 9

2.1.8 PENANGGULANGAN ............................................... 10

2.2 KOLERA UNGGAS

2.2.1 ETIOLOGI .................................................................. 11

2.2.2 EPIDEMIOLOGI ........................................................ 11

2.2.3 PENULARAN ............................................................. 12

2.2.4 GEJALA KLINIS ........................................................ 13

2.2.5 PATOLOGI ANATOMI (PA) ....................................... 14

2.2.6 HISTOPATOLOGI (HP) ............................................... 15

2.2.7 DIAGNOSTIK ............................................................. 15

2.2.8 PENANGGULANGAN ................................................ 16

BAB III. PENUTUP ............................................................................. 18

3.1 KESIMPULAN .................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

3 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 4: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring pembangunan di bidang peternakan, peternakan unggas mendapatkan

perhatian lebih besar dibanding dengan bidang peternakan yang lain. Saat ini ternak

unggas masih merupakan komoditi terbesar daripada industri ternak lain seperti sapi,

kuda, dan kelompok hewan kecil. Pengelolaan peternakan unggas tidak lepas dari kendala

yang dihadapi salah satunya adalah kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen

penyakit. Ada banyak jenis agen penyakit penyebab terganggunya peternakan ayam di

Indonesia, seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Bakteri sering dijumpai sebagai

penyebab paling tinggi bila dibandingkan dengan virus atau penyebab lainnya. Salah

satunya seperti Escherichia coli (penyebab colisepticemia) dan Pasteurella multocida

(penyebab kolera). Umumnya hampir semua jenis unggas dapat tertular. Selain itu,

penyakit ini dapat muncul karena buruknya manajemen unggas.

Kedua kejadian ini mempunyai arti ekonomi penting bagi industri perunggasan karena

dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, peningkatan jumlah

unggas yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur, serta penurunan kualitas anak.

Sehingga sangatlah penting bagi pemilik usaha peternakan untuk memperbaiki

manajemen seperti desinfeksi peralatan, vaksinasi, dan biosecurity.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?

1.2.2 Bagaimana etiologi Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?

1.2.3 Bagaimana epidemiologi Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?

1.2.4 Bagaimana gejala klinis Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?

1.2.5 Bagaimana patologi anatomi Colisepticemia dan Kolera unggas ?

1.2.6 Bagaimana histopatologi Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?

1.2.7 Bagaimana diagnostik Colisepticemia dan Kolera pada unggas ?

1.2.8 Bagaimana pencegahan dan penanganan Colisepticemia dan Kolera pada

unggas ?

4 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 5: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Unggas

1.3.2 Untuk mengetahui pengertian Colisepticemia dan Kolera

1.3.3 Untuk mengetahui epidemiologi Colisepticemia dan Kolera

1.3.4 Untuk mengetahui gejala klinis Colisepticemia dan Kolera

1.3.5 Untuk mengetahui patologi anatomi Colisepticemia dan Kolera

1.3.6 Untuk mengetahui histopatologi Colisepticemia dan Kolera

1.3.7 Untuk mengetahui diagnostik Colisepticemia dan Kolera

1.3.8 Untuk mengetahui pencegahan dan penanganan Colisepticemia dan Kolera

1.4 MANFAAT PENULISAN

Diharapkan paper yang dibuat dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada

pembaca tentang Colisepticemia dan Kolera pada unggas etiologi, epidemiologi, gejala

klinis, patologi anatomi, histopatologi, diagnostik, serta pencegahan dan penanganannya.

5 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 6: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

BAB II

ISI

2.1 COLISEPTICEMIA

Colisepticemia menjadi sangat penting karena menyerang unggas hampir semua umur

terutama umur muda antara 2 - 8 minggu dimana unggas yang sedang produktif untuk

tumbuh dan peningkatan jumlah ayam yang diafkir. Selain itu colisepticemia juga dapat

muncul karena buruknya manajemen pemeliharaan unggass. Colicepticemia dianggap

sebagai bentuk penyakit Colibacillosis yang bersifat sekunder yaitu penyakit yang mengikuti

penyakit primer (utama) seperti ND (Newcastle Disease), IB (Infectious Bronchitis), atau

Gumboro.

2.1.1 Etiologi

Colisepticemia disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli yang merupakan Gram

negatif, tidak tahan asam, bentuk batang, berukuran 2 – 3x0,6 µm, tidak berspora, non-motil

namun ada beberapa yang memiliki flagella peritrichous, dan anaerobik fakultatif. E. coli

merupakan flora normal dalam saluran cerna namun pada kasus ini E. coli menjadi patogen

karena sudah berada diluar saluran cerna seperti saluran empedu, saluran kemih, paru-paru,

peritonium, dan selaput otak. Ada 3 serotipe yang menyebabkan colicepticemia meliputi

O1:K1, O2:K2, dan O78:K80. Tingkat virulensi agen dipengaruhi oleh jenis, umur, dan status

imun unggas. Faktor virulensi E. coli dipengaruhi oleh ketahanan terhadap fagositosis,

kemampuan perlekatan terhadap epitel sel pernafasan, dan ketahanan terhadap daya bunuh

oleh serum. Faktor penentu virulensi E. coli yang terpenting pada unggas adalah antigen

polisakarida K-1. Antigen tersebut terdapat pada bagian kapsula dan sangat menentukan

resistensinya terhadap pertahanan inang selama proses cepticemia. Selain itu, adanya pili ikut

menentukan sifat adesi bakteri yaitu pili tipe I yang berperan dalam kolonisasi awal bakteri

pada saluran pernafasan bagian atas sedangkan pili tipe P berperan dalam infeksi sistemik.

2.1.2 Epidemiologi

Colisepticemia umumnya sebagai infeksi sekunder yang menyerang ayam pedaging dan

petelur pada semua umur namun lebih sering pada umur muda. Wabah di Indonesia sering

terjadi pada kelompok unggas petelur dan pedaging yang dipelihara dengan sanitasi

6 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 7: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

lingkungan yang buruk atau karena serangan penyakit penyebab imunosupresi atau penyakit

pernafasan. Untuk setiap daerah yang pernah mewabah colisepticemia unggas memiliki

serotipe yang berbeda beda tergantung dari sistem pemeliharaannya, iklim, dan kondisi

lingkungan. Penyakit primer yang diikuti oleh colisepticemia seperti infeksi virus IB dapat

memfasilitasi invasi E. coli ke dalam epitel saluran pernafasan bagian bawah dan

menyebabkan treceitis, airsacculitis, dan bronchitis.

2.1.3 Penularan

Penularan penyakit terjadi secara langsung dari ayam sakit ke ayam sehat dan secara tidak

langsung melalui pakan dan air yang terkontaminasi serta melalui debu yang terhirup oleh

sekelompok ayam yang mengalami immunosupresif akibat penyakit infeksius atau karena

stress akibat lingkungan.

2.1.4 Gejala klinis

Gejala klinis colisepticemia meliputi sesak nafas, anoreksia, pertumbuhan terganggu, bulu

kusam, dan lesu.

2.1.5 PA

Patologi anatomi yang terlihat setelah unggas mati berupa : airsacculitis, perihepatitis,

perikarditis, poliserositis, sinovitis, osteomyelitis,dan panopthalmia.

2.1.6 HP

Lesi histopatologi yang muncul berupa :

a) Hiperplasia disertai polip pada lapisan epitel

b) Agregasi sel radang leukosit pada bronkus bersifat focal

Hal ini muncul satu hari pasca uji tantang E. coli O1:K1 secara aerosol terhadap

vaksin ND strain B1 yang diberikan pada unggas yang diinfeksi Mycoplasma

gallisepticum yang menimbulkan lesi berupa edema pada saluran nafas , infiltrasi sel

limfoid dan heterofil.

c) Oedema pada jaringan peribronchiolar

d) Kongesti dan dilatasi pada kapiler darah jaringan peribronchiolar

7 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 8: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

Gambar 1. Hati tanpa infeksi E. coli yang memperlihatkan struktur histologi normal pada

bagian vena sentral dan sinusoid. Pewarnaan dengan H&E dan perbesaran 80x

Gambar 2. Paru – paru tanpa infeksi E. coli yang memperlihatkan struktur histologi normal

pada lobus. Pewarnaan dengan H&E dan perbesaran 64

Gambar 3. Jantung tanpa infeksi E. coli yang memperlihatkan struktur histologi normal pada

perikardium dan miokardium.

Gambar 4. Hati dengan infeksi E. coli yang memperlihatkan kongesti dan dilatasi vena porta

dan sinusoid disertai infiltrasi sel radang pada vena porta dan agregasi focal pada parenkim

hati.

Gambar 5. Paru – paru dengan infeksi E. coli yang memperlihatkan hiperplasia dengan

bentuk polip pada jaringan epitel bronkus disertai agregasi sel radang leukosit di jaringan

peribronchiolar, oedema, dan dilatasi kapiler.

8 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 9: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

Gambar 6. Hati memperlihatkan reaksi fibronekrotik disertai oedema, infiltrasi sel radang,

dilatasi kapiler, pada pericardium dan miokardium.

Gambar 7. Hati yang memperlihatkan dilatasi vena porta dan sinusoid disertai beberpa

infiltrasi sel radang.

Gambar 8. Paru – paru yang memperlihatkan kongesti pada pembuluh darah dan lobus paru –

paru

Gambar 9. Jantung memperlihatkan oedema miokardial disertai dilatasi dan kongesti.

2.1.7 Diagnosis

Diagnosis penyakit dilakukan dengan cara :

a) Isolasi dan identifikasi kuman

Sampel dapat berupa swab trachea, jantung, hati, airsacs, dan lesi visceral. Kemudian

sampel ditanam di media blood agar atau McConkey agar yang di inkubasi selama 24

jam dengan suhu 37°C dan hasil positif adalah media akan berwarna merah bata

karena kuman memfermentasi laktosa.

9 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 10: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

Gambar 10. E. coli pada media HBA (atas) dan E. coli pada media McConkey Agar

dimana E. coli berwarna merah muda terang di medium ini karena mamfermentasi

laktosa.

b) PA

c) Gejala klinis

2.1.8 Penanggulangan

a) Pengobatan

Unggas yang positif terkena colisepticemia diisolasi dan diberi obat Coccilin kapsul. Untuk

umur 1 – 5 minggu diberi 1/3 kapsul, umur 6 – 8 diberi ½ kapsul, dan jika > 8 minggu diberi

1 kapsul serta pemberian obat dilakukan 4 hari berturut-turut.

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika seperti tetrasiklin, neomisim, obat

– obat sulfa, fluoroquinolon, enrofloxacin, kanamisin, dan ampisilin. Untuk mencegah

adanya resistensi bakteri terhadap antibiotika yang digunakan maka dilakukanlah uji

sensitivitas oleh karena beberapa antibiotika tersebut selain digunakan sebagai obat juga

digunakan sebagai antisterss dan tambahan dalam pakan.

b) Pengendalian dan pencegahan

Penerapan program biosecurity, vaksinasi, dan desinfekai kandang. Pengaturan ventilasi dan

tingkat kepadatan unggas. Pencegahan penyakit bersifat imunosupresif dan penyakit

pernafasan harus mendapat prioritas.

10 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 11: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

2.2 KOLERA

Seperti halnya colisepticemia, Kolera (Fowl Cholera/Avian Haemorrhagic Septicemia) juga

memiliki arti ekonomi karena menginfeksi seluruh spesies unggas dan burung yang memiliki

angka mortalitas 20%-80%. Penyakit ini juga berhubungan dengan faktor lingkungan dan

manajemen peternakan. Kerugian yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah penurunan telur

pada ayam petelur dan penurunan fertilitas induk. Kolera umumnya menyerang unggas

berumur 12 minggu.

2.2.1 Etiologi

Kolera unggas disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang memiliki ciri-ciri Gram

negatif, oksidasi positif, non-motil, tidak membentuk spora, bentuk batang atau cocoid, non-

motil, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, dan dapat menghemolisa sel darah merah.

Terdiri dari 3 serotipe yaitu 1, 3, dan 4. Bakteri ini memiliki kapsul yang menentukan tingkat

virulensi dan ketahanannya terhadap obat. Bakteri ini juga menghasilkan endotoksin dari

strain virulen mupun tidak virulen. Pasteurella multocida tahan hidup didalam tanah dan

litter (alas kandang) beberapa bulan. Namun demikian, bakteri ini dapat dibunuh dengan

desinfektan dan sinar matahari langsung.

2.2.2 Epidemiologi

Kejadian kolera unggas di Indonesia lebih bersifat sporadik di daerah peternakan ayam

pedaging, petelur, dan pembibitan. Penyakit lebih banyak menyerang unggas terutama kalkun

pada umur dewasa (12 minggu). Wabah penyakit dihubungkan dengan faktor pemicu stress

seperti fluktuasi cuaca, kelembaban lingkungan, dan perlakuan vaksinasi yang tidak bena,

transportasi, pergantian pakan mendadak, dan penyakit immunosupresif.

11 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 12: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

2.2.3 Penularan

Penularan penyakit dapat melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Kontak

langsung melalui leleran hidung, mulut, dan mata unggas terinfeksi. Sedangkan kontak tidak

langsung melalui pakan, air, dan peralatan terkontaminasi serta melaui vektor P. Multocida

seperti tikus Rattus norvegicus.

Gambar 1. Skema penularan kolera

12 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 13: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

2.2.4 Gejala klinis

Gejala klinis kolera unggas tergantung dari tingkat kejadian :

a) Perakut

Umumnya gejala awal tidak teramati dan terjadi kematian mendadak pada unggas.

Kematian diduga akibat “shock syndrome” yang ditimbulkan oleh endotoksin.

b) Akut

Gejala klinis dapat diamati beberapa jam sebelum unggas mati. Gejala yang muncul

berupa diare kehijauan dan berbau busuk, unggas lesu, bulu berdiri, anoreksia, tampak

adanya cairan kental keluar dari mulut sebagai penyebab suara ngorok, dyspnoe,

jengger dan pial membengkak dan cyanosis pada bagian kepala serta penurunan

produksi telur. Setelah dilakukan nekropsi ditemukan pembengkakan hati, folikel

telur membubur dan memenuhi rongga perut, hyperemi pada organ dalam seperti

duodenum, jantung, abdomen, dan paru-paru.

Gambar 2. Gejala klinis ayam yang terkena kolera (kiri) dan diare kehijauan pada ayam

terinfeksi (kanan).

c) Kronis

Masa inkubasi penyakit adalah 4-9 hari. Gejala yang dapat teramati adalah

pembengkakan pada salah satu atau kedua pial (wattle disease);persendian

kaki;persendian sayap atau telapak kaki, gejala syaraf seperti synovitis, artritis, dan

tortikolis. Unggas yang terserang kolera unggas bentuk kronis dapat mengalami

kematian, unggas menjadi carrier, atau unggas menjadi sembuh.

13 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 14: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

Gambar 3. Pembengkakan pada pial dengan eksudat perkejuan

2.2.5 PA

a) Akut

Pada bedah bangkai dijumpai berbagai bentuk perdarahan ptekie dan ekimosa pada pada

jantung, hati, paru-paru, dan membrana mukosa saluran pencernaan termasuk usus,

proventrikulus, dan ventrikulus. Hal ini disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat

aktivitas endotoksin. Pembengkakan hati dan berwarna pucat menunjukkan adanya nekrosis

multifokal. Pada ovarium ditemukan folikel yang menjadi bubur dengan pembuluh darah teka

yang kurang jelas.

14 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 15: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

Gambar 3. Perdarahan ptekie pada organ visceral (kiri) dan nekrotik multifokal pada

hati (kanan)

b) Kronis

Pada kasus kronis ditemukan artritis seropurulen pada persendian tarsometatarsus, bursa

sternalis, telapak kaki, rongga peritonium, dan oviduk. Adanya edema pial, pneumonia

fibrinus, dan tortikolis.

Gambar 4. Synovitis yang menyebabkan kelumpuhan pada ayam

2.2.6 HP

a) Bentuk akut

Kerusakan endotel pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan. Nekrosis koagulasi bersifat

multifokal disertai infiltrasi neutrofil yang juga ditemukan di paru-paru.

b) Kronis

Radang supuratif, nekrosis, infiltrasi neutrofil, pembentukan fibrin, multinucleated giant

cells, dan proliferasi fibroblas. Dan kerapkali ditemukan meningitis lokal yang ditandai

dengan infiltrasi neutrofil dan limfosit didaerah meninges.

Lesi histopatologi yang teramati pada hati dan paru-paru meliputi infiltrasi sel radang,

nekrosis sel hepatosit, eksudat berfibrin, dan trombus dalam pembuluh darah.

2.2.7 Diagnostik

Diagnosa penyakit didasarkan atas anamnesa, gejala klinis, perubahan PA, lesi HP, isolasi

dan identifikasi bakteri. Diagnosa banding penyakit kolera adalah Newcastle Disease maupun

Avian Influenza (adanya perdarahan ptekie pada jantung), Colibacillosis (adanya enteritis),

dan CRD maupun Coryza (adanya gangguan pernafasan).

15 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 16: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

Sampel yang digunakan berupa darah, sediaan ulas jantung, cairan oedem dari jantung, dan

organ seperti jantung, ginjal, kelenjar limfe, dan sumsum tulang. Pemeriksaan serologik

dilakukan dengan cara uji aglutinasi plat test (AGPT) namun tidak begitu popular digunakan.

2.2.8 Penanggulangan

a) Pengobatan

Pemberian tetrasiklin kedalam pakan dengan dosis 200-400 gram/ton, kombinasi golongan

sulfa dan trimethoprim seperti Cosumix Plus yang berspektrum luas dan memiliki mode of

action yaitu blockade ganda sintesa asam tetrahidrofolat yang esensial bagi bakteri. Berikut

disajikan jumlah Cosumix Plus berdasarkan umur unggas melalui pakan :

Tabel 1. Dosis pemberian Cosumix Plus melalui pakan

Selain melalui pakan, Cosumix Plus juga dapat diberikan melalui air minum dengan dosis

0,16 g/L atau 80 g/L air minum.

b) Pengendalian dan pencegahan

Prosedur sanitasi dan biosecurity ketat, pemberantasan hewan pengerat, dan vaksinasi.

Vaksinasi menggunakan vaksin bivalen inaktif yang dikembangkan dari isolat lokal yaitu

BCC 2331 dan DY2 lalu diinaktifkan dengan formalin 0,1% dan diemulsi dengan alhidrogel

1,5% diberikan secara SC pada umur 10-14 minggu (pada ayam) dan umur 6-8 minggu (pada

kalkun). Pada 4 minggu pasca pemberian vaksin pertama dilakukan booster dengan cara yang

sama.

Tindakan pencegahan penyakit kolera unggas meliputi :

- Biosecurity pada manusia, ternak, dan kendaraan

- Pemeriksaan sumber air minum

16 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 17: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

- Penyimpanan pakan dan transportasi ransum dengan benar

- Pemberantasan vektor seperti tikus menggunakan insektisida.

- Meningkatkan daya tahan tubuh ternak melalui ransum berkualitas dan lingkungan yang

nyaman bagi unggas yaitu kadar amonia rendah, tidak berdebu, cukup oksigen, suhu dan

kelembaban sesuai, kepadatan tidak berlebih, ventilasi cukup, serta pemberian

multivitamin untuk meningkatkan daya tahan, mengatasi stres, mencegah penyakit

kekurangan vitamin, dan untuk memperbaiki efisiensi ransum.

17 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 18: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kedua penyakit ini sangat merugikan bagi peternak unggas karena dapat menurunkan

produksi dan meningkatkan jumlah unggas yang akan diafkir. Penyakit ini dapat muncul

karena buruknya higiene dan sanitasi peternakan sehingga penyakit ini mudah sekali

menyebar dari unggas 1 ke unggas lainnya. Sehingga diperlukan tindakan pencegahan dan

pengendalian yang efektif seperti biosecurity pada manusia dan unggas, vaksinasi, desinfeksi

kandang dan lingkungan, serta pemberian asupan pakan yang berkualitas baik.

18 | Colisepticemia dan Kolera Unggas

Page 19: Tugas Elektif Unggas - Colisepticemia Dan Kolera

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Tati dan Supar. 2008. KHOLERA UNGGAS DAN PROSPEK PENGENDALIAN

DENGAN VAKSIN Pasteurella multocida ISOLAT LOKAL. Balai Besar Penelitian

Veteriner Bogor : Bogor.

Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Penerbit Kanisius

Deresan, Yogyakarta : Yogyakarta

Pedersen, K. 2003. PASTEURELLA MULTOCIDA FROM OUTBREAKS OF AVIAN

CHOLERA IN WILD AND CAPTIVE BIRDS IN DENMARK. Department Of

Poultry, Fish, and Fur Animals Denmark : Denmark

Rahayu, Drh. Imbang Dwi. 2008. KOLIBASILOSIS, KHOLERA, DAN ASPERGILOSIS

PADA UNGGAS. Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah

Malang : Malang

Turblin, Dr. Vincent. 2009. E. COLI IN POULTRY PRODUCTION: LABORATORY

DIAGNOSTIC OF AVIAN PATHOGENIC STRAINS. Poultry CEVA Animal Health

Asia Pasific : Selangor, Malaysia.

Tarmudji. 2003. KOLIBASILOSIS PADA AYAM : ETIOLOGI, PATOLOGI, DAN

PENGENDALIANNYA. Balai Penelitian Veteriner Bogor : Bogor

Tabbu, Prof. Drh. Charles Rangga. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Penerbit

Kanisius Deresan, Yogyakarta : Yogyakarta

Winarsih, Wiwin; Sugyo Hastowo; dan Bibiana W. Lay. 1997. KASUS KOLERA PADA

ITIK. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor : Bogor

http://www.novindo.co.id : Waspadai Wabah Kolera di Peternakan Ayam

http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/penyakit/kolera

http://memelihara-ayam.blogspot.com/2012/10/ciri-ciri-ayam-terkena-penyakit-kolera.html

http://www.vet-klinik.com/Perunggasan/Pasteurellosis-Kolera-unggas.html

http://www.vet-klinik.com/Perunggasan/Pasteurellosis-Kolera-unggas.html : Vaksin Kolera

Unggas - Litbang Pertanian

http://www.viternaplus.com/2012/12/penyakit-kolera-ayam-fowl-cholera.html

http://cara-mengobati.com/search/terapi-pengobatan-penyakit-kolera-unggas

19 | Colisepticemia dan Kolera Unggas