Tugas Boyol
-
Upload
ginanjar-tenri-sultan -
Category
Documents
-
view
46 -
download
4
description
Transcript of Tugas Boyol
TUGAS
DISFAGIA: PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS BANDING
DAN PENATALAKSANAANNYA
Oleh:
NABILA EXA TALITA
G 99 141 176
Pembimbing :
dr. ANTHONIUS CRISTANTO, Sp.THT-KL, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
2014
1
1. Kumpulan simptom atau keluhan utama di bidang THT-KL
Terdapat berbagai simptom atau keluhan utama yang dirasakan pasien yang
menyebabkan pasien tersebut datang ke poli THT-KL antara lain sebagai
berikut.
a. Keluhan di telinga, meliputi :
1) Nyeri telinga (otalgia),
2) Keluar cairan dari telinga (otorrhea),
3) Telinga berdenging/berdengung (tinnitus),
4) Gangguan pendengaran/tuli (deafness),
5) Telinga terasa penuh,
6) Pusing berputar (vertigo),
7) Benda asing di dalam telinga (corpal),
8) Telinga gatal (itching),
9) Sakit kepala (cephalgia),
10) Sakit kepala sebelah (migraine).
b. Keluhan di hidung, meliputi :
1) Pilek/keluar cairan dari hidung (rhinorrhea),
2) Hidung tersumbat (nasal obstruksi),
3) Bersin-bersin (sneezing),
4) Rasa nyeri di daerah muka dan kepala,
5) Perdarahan dari hidung/mimisan (epistaksis),
6) Gangguan penghidu (anosmia/hiposmia),
7) Benda asing di dalam hidung (corpal),
8) Suara sengau (nasolalia),
9) Hidung berbau (foetor ex nasal).
c. Keluhan di tenggorok, meliputi :
1) Nyeri menelan (odinofagia),
2) Sakit tenggorokan,
3) Tenggorok berlendir/banyak dahak di tenggorok,
4) Sulit menelan (disfagia),
5) Suara serak (hoarseness),
2
6) Benda asing di dalam tenggorok (corpal),
7) Amandel (tonsil),
8) Bau mulut (halitosis),
9) Tenggorok kering,
10) Rasa sumbatan di leher,
11) Batuk.
d. Keluhan di kepala leher di luar keluhan telinga, hidung, dan tenggorok,
meliputi :
1) Benjolan di leher,
2) Sesak nafas.
(Soepardi et al., 2010)
2. Mekanisme Patofisiologi Disfagia
Anatomi Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), panjangnya ± 12 cm. Letaknya setinggi vertebra
servikalis IV ke bawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring di bentuk oleh
jaringan yang kuat dan jaringan otot melingkar, kantung fibromuskuler yang
bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah.
Di dalam faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi,
menyaring dan mematikan bakteri / mikroorganisme yang masuk melalui jalan
pencernaan dan pernafasan. Faring berhubungan dengan rongga hidung melalui
koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus faucium,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus pharyngeus, dan ke
bawah berhubungan esofagus. Faring berlanjut ke oesofagus untuk pencernaan
makanan.
3
Faring terdiri atas :
Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya sekitar 9 sampai dengan 25 cm dengan diameter sekitar 2,54 cm, mulai
dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Esofagus berawal pada
area laringofaring, melewati diafragma dan diatus esofagus. Esofagus terletak
dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui toraks menembus
diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.
Lapisan terdiri dari 4 lapis yaitu mucosa, submucosa, otot (longitudinal dan
sirkuler), dan jaringan ikat renggang. Makanan atau bolus berjalan dalam oesofagus
karena gerakan peristaltik, yang berlangsung hanya beberapa detik saja.
Fungsi esofagus adalah menggerakkan makanan dari faring ke lambung
melalui gerak peristaltis. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mucus
untuk melumasi dan melindungi esofagus tetapi esofagus tidak memproduksi enzim
pencernaan.
4
Anatomi Laring
Larynx (laring) atau tenggorokan merupakan salah satu saluran pernafasan
(tractus respiratorius). Laring membentang dari laryngoesophageal junction dan
menghubungkan faring dengan trachea. Laring terletak setinggi Vertebrae Cervical
IV – VI.
Cartilago Larynx
Laring dibentuk oleh beberapa cartilage, antara lain :
5
Cartilago epiglottica
Cartilago elastic berbentuk daun terletak di posterior dari radix linguae.
Berhubungan dengan corpus ossis hyoidea di anterior nya dan cartilage thyroidea
di posterior nya. Sisi epiglottis berhubungan dengan cartilage arytenoidea melalui
plica aryepiglottica. Sedangkan di superiornya bebas dan membrane mucosa nya
melipat ke depan dan berlanjut meliputi permukaan posterior lidah sbg plica
glossoepiglottica mediana et lateralis. Dimana diantaranya terdapat cekungan yang
disebut dengan valecullae
Cartilago thyroidea
Terdiri atas 2 lamina cartylago hyaline yang bertemu di linea mediana anterior mjd
sebuah tonjolan sudut V yang disebut dengan Adam’s apple/ commum adamum/
prominentia piriformis (jakun). Pinggir posterior tiap lamina menjorok ke atas
membentuk cornu superior dan ke bawah membentuk cornu inferior. Pada
permukaan luar lamina terdapat line oblique sbg tempat melekatnya m.
sternothyroideus, m. thyrohyoideeus, dan m. constrictor pharyngis inferior.
Cartilago cricoidea
Merupakan cartilage yang berbentuk cincin utuh dan terletak di bawah dari
cartilago thyroidea. Cartilage ini mempunyai arcus anterior yang sempit dan lamina
posterior yang lebar. Pada bagian lateral nya ada facies articularis sirkular yang
akan bersendi dengan cornu inferior cartilage thyroidea. Sedangkan di bagian
atasnya terdapat facies articularis yang akan bersendi dengan basis cartilage
arytenoidea.
Cartilago arytenoidea
Merupakan cartilage kecil berbentuk pyramid yang terletak di belakang dari larynx
pada pinggir atas lamina cartilage cricoidea. Masing-masing cartilago memiliki
apex di bagian atas dan basis di bagian bawahnya. Dimana bagian apex nya ini akna
menyangga dari cartilage corniculata, sedangkan pada bagian basis nya bersendi
dengan cartilage cricoidea. Pada basis nya terdapat 2 tonjolan yaitu proc. Vocalis
6
yang menonjol horizontal ke depan merupakn perlekatan dari lig. Vocale, dan proc.
Muscularis yang menonjol ke lateral dan merupakan perlekatan dari m.
crycoarytenoideus lateralis et posterior.
Cartilago cuneiformis (Wrisbergi)
Merupakan cartilage kecil berbentuk batang yang terdapat di dalam 1 plica
aryepiglottica yang berfungsi utk menyokong plica tsb.
Cartilago corniculata (Santorini)
2 buah nodulus kecil yang bersendi dengan apex cartilaginis arytenoidea dan
merupakan tmp lekat plica aryepiglottica shg menyebabkan pinggir atas plica
aryepiglottica dextra et sinistra agak meninggi.
Aditus Laryngis
Merupakan pntu masuk larynx yang menghadap ke dorsocranial dan menghadap
ke laryngopharynx. Aditus laryngis memiliki syntopi :
- Ventral : pinggir atas epiglottis
- Lateral : plica aryepiglottica.
- Dorsocaudal : membrane mucosa antar cartilage arytenoidea.
Cavitas Laryngis
Cavitas laryngis terbentang dari aditus laryngis hingga ke pinggir bawah cartilage
cricoidea dan di bagi menjadi 3 bagian :
7
1. Bagian atas (vestibulum laryngis)
Terbentang dari aditus laryngis hingga ke plica vestibularis. Rima vstibularis
adl celah di antara plica vestibularis. Sedangkan, lig. Vestibulare terletak dlm
plica vestibularis
2. Bagian tengah (Recessus laryngeus)
Terbentang dari plica vestibularis hingga setinggi plica vocalis yang berisi lig.
Vocalis. Rima glottidis adl celah di antara plico vocalis. Diantara plica
vestibularis dan plica vocalis ini terdapat recessus kecil yaitu sinus laryngis dan
ventriculus laryngis.
3. Bagian bawah. (Fossa infraglottidis)
- Otot-Otot Intrinsik Laryng
Otot yang perlekatan di bagian laryng. Otot ini memiliki peranan untuk mengubah
panjang dan ketegangan plica vocalis dalam produksi suara dan mengubah ukuran
rima glottidis untuk masuknya udara ke paru. Otot-otot yang termasuk dan
innervasinya yakni adalah :
1. M. Cricothyroideus (R.externus n. laryngeus superior)
2. M. Cricoarytenoidea posterior (Safety Muscle) (R.Posterior n. laryngeus
inferior)
3. M. Cricoarytenoidea lateral (R. anterior n. laryngeus inferior)
4. M. Arytenoidea transversus (R. Posterior n. Laryngeus inferior)
5. M. M. arytenoidea obliquus (R. anterior n. laryngeus inferior)
8
6. M. Thyroarytenoidea (R. anterior n. laryngeus inferior)
Adapun fungsinya :
1. Mengatur Rima Glottidis
a. Membuka : m.cricoarytenoidea posterior
b. Menutup : m. cricoarytenoidea lateral, m. arytenoidea transversa, m.
cricothyroidea, dan m. thyroarytenoidea
2. Mengatur ketegangan lig.vocale
a. Menegangkan : m.cricothyroidea
b. Mengendorkan : m. thyroarytenoidea
3. Mengatur aditus laryngeus
a. Membuka : m. thyroepiglotticus
b. Menutup : m. aryepiglotticus dan m. arytenoideus obliquus
- Otot-Otot Ekstrinsik Laryng
Merupakan otot-otot di sekitar laryng yang mempunyai salah satu perlekatan pada
laryng atau os.hyoideus. Berfungsi untuk menggerakkan laryng secara
keseluruhan. Otot ekstrinsik laryng terbagi atas :
a. Otot-otot Depressor :
- m. omohyoideus
- m. sternohyoideus
- m. sternothyroideus
b. Otot-otot Elevator :
- m. mylohyoideus
- m. stylohyoideus
- m. thyrohyoideus
- m. stylopharyngeus
- m. palatopharyngeus
- m. constrictor pharyngeus medius
- m. constrictor pharyngeus inferior
9
Vaskularisasi Larynx
Suplai arteri berasal dari R. laryngeus superior a. thyroidea superior. Dan bagian
bawah divaskularisasi oleh R. laryngeys inferior a. thyroidea inferior. Sdengankn
aliran limfe nya bermuara ke nodi lymphoidei cervicales profundi.
10
Histologi Organ Yang Berkaitan Dengan Menelan
11
12
Fisiologi Menelan
Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara
teratur dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses
menelan dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral
menuju kebawah. Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis
ini, disebut dengan pola generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus
13
solitarius dan nucleus ambiguus dengan formatio retikularis berhubungan dengan
kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator pusat.
Dalam proses menelan akan terjadi hal hal berikut :
1. Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik
2. Upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan
3. Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi
4. Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring
5. Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus
makanan ke arah lambung
6. Usaha membersihkan kembali esofagus
Tiga Fase Menelan
Deglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan dialirkan
dari mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition normal
adalah suatu proses halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit
kontraksi neuromuskuler valunter dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian
yang berbeda.
14
Fase Oral
Fase oral terjadi secara sadar. Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan
bolus sehingga dimungkinkan untuk ditelan, dan fase propulsif oral berarti
pendorongan makanan dari rongga mulut ke dalam orofaring. Prosesnya dimulai
dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot bekerja dengan cara
yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan
membentuk bolus makanan kemudian mendorong bolus makanan dari rongga
mulut di bagian anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter
dimulai. Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah, terletak di
tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsik lidah.
Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V
(trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal).
Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik.
Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin
terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring.
Kontraksi m.levator veli palatini
Rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas,
Palatum mole dan bagian atas dinding posterior faring terangkat
Bolus terdorong ke posterior,
Pentupan nasofaring
Kontraksi m.palatoglosus sehingga isthmus faucium tertutup,
Kontraksi m.palatofaring sehingga bolus tidak berbalik ke rongga mulut
Fase Faringeal
Fase faringeal terjadi pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari
faring ke esofagus. Aspirasi paling sering terjadi pada fase ini.
15
Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.salfongofaring,
m.tiroihioid, dan m.palatofaring.
Aditus laring tertutup oleh epiglotis,
Kontraksi m.ariepiglotika dan m.aritenoid obliqus,
Plika ariepiglotika, plika ventrikularis, dan plika vokalis tertutup
Penghentian udara ke laring karena reflex yang menghambat pernapasan
Bolus makanan tidak masuk ke dalam saluran napas,
Bolus makanan ke arah esofagus karena valekula dan sinus piriformis dalam
keadaan lurus
Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah
reflek, jadi tidak ada aktivitas faringeal yang terjadi sampai reflek menelan dipicu.
Reflek ini melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX
(glossofaringeal) dan X (vagus).
Fase Esophageal
Fase esophageal adalah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung.
Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter
esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai
bolus makanan mecapai lambung.
Rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringal, Gerak bolus makanan di
esofagus bagian atas yang dipengaruhi kontraksi m.konstriktor faring inferior
pada akhir fase faringal.
Relaksasi m.krikofaring,
Introitus esofagus terbuka,
Bolus makanan masuk ke dalam esofagus
Bolus makanan didorong ke distal oleh gerakan peristaltik esofagus
Pada akhri kase esofagal, sfingter esofagus akan terbuka ketika dimulainya
peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Setelah
makanan lewat, sfingter akan menutup
16
Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan volunter
mungkin dimulai oleh korteks serebri.
Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam
menodorong bolus ke dalam lambung.
17
Gambar Fisiologi Proses Menelan
18
DISFAGIA
Definisi
Disfagia didefinisikan sebagai kesulitan dalam mengalirkan makanan padat
atau cair dari mulut melalui esofagus. Penderita disfagia mengeluh sulit menelan
atau makanan terasa tidak turun ke lambung. Disfagia harus dibedakan dengan
odinofagia (sakit waktu menelan). Disfagia dapat disebabkan oleh gangguan pada
masing-masing fase menelan yaitu pada fase orofaringeal dan fase esofageal.
Keluhan disfagia pada fase orofaringeal berupa keluhan adanya regurgitasi ke
hidung, terbatuk waktu berusaha menelan atau sulit untuk mulai menelan.
Sedangkan disfagia fase esofageal, pasien mampu menelan tetapi terasa bahwa
yang ditelan terasa tetap mengganjal atau tidak mau turun serta sering disertai nyeri
retrosternal. Disfagia yang pada awalnya terutama terjadi pada waktu menelan
makanan padat dan secara progresif kemudian terjadi pula pada makanan cair,
diperkirakan bahwa penyebabnya adalah kelainan mekanik atau struktural.
Sedangkan bila gabungan makanan padat dan cair diperkirakan penyebabnya
adalah gangguan neuro muskular. Bila keluhan bersifat progresif bertambah berat,
sangat dicurigai adanya proses keganasan.
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi :
1. Disfagia mekanik, timbul bila terjadi penyempitan lumen esofagus.
Penyebab : sumbatan lumen esofagus oleh massa tumor dan benda asing,
peradangan mukosa esofagus, striktur lumen esofagus, penekanana esofagus
dari luar, a.subklavia yang abnormal ( disfagia lusoria ).
2. Disfagia motorik, timbul bila terjadi kelainan neuromuskular yang berperan
dalam proses menelan ( N.V, N.VII, N.IX, N.X, dan N.XII ).
Penyebab : akalasia, spasme difus esofagus, kelumpuhan otot faring, dan
skleroderma esofagus.
19
3. Disfagia oleh gangguan emosi atau tekanan jiwa yang berat dikenal sebagai
globus histerikus.
Berdasarkan fase letaknya :
1. Fase orofaringeal: penyakit serebrovaskular, miastenia gravis, kelainan
muskular, tumor, divertikulum Zenker, gangguan motilitas/sfingter esofagus
atas.
2. Fase esofageal: inflamasi, striktur esofagus, tumor, ring/web, penekanan dari
luar esofagus, akalasia, spasme esofagus difus, skleroderma.
Patofisiologi Disfagia
Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan
yang dipengaruhinya.
Keberhasilan mekanisme menelan tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
1. Ukuran bolus makanan
2. Diameter lumen esofagus yang dilalui ( normalnya 4cm bila kurang dari 2,5cm
maka akan terjadi disfagia )
3. Kontraksi peristaltik esofagus
4. Fungsi sfingter esofagus atas dan bawah
5. Kerja otot – otot rongga mulut dan lidah
Fase Oral
Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase
pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien
mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan
menelan. Ketika meminum cairan, psien mungki kesulitan dalam menampung
cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah
terlalu cepat kadalam faring yang belum siap, seringkali menyebabkan aspirasi.
20
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of
Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase oral sebagai
berikut:
- Tidak mampu menampung makanan di bagian depan mulut karena tidak
rapatnya pengatupan bibir
- Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena
berkurangnya pergerakan atau koordinasi lidah
- Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah
dan koordinasinya
- Tidak mampu mengatupkan gigi untukmengurangi pergerakan madibula
- Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior
karena berkurangnya tonus otot bibir.
- Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena
dorongan lidah atau pengurangan pengendalian lidah
- Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan atau
berkurangnya sensibilitas mulut
- Pencarian gerakan atau ketidakmampuan unutkmengatur gerakan lidah karena
apraxia untuk menelan
- Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku.
- Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan lidah
- Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah
- Kontak lidah-palatum yang tidaksempurna karena berkurangnya pengangkatan
lidah
- Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan lidah keatas
- Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan
kekuatan lidah
- Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease
- Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau melekat pada
faring karena berkurangnya kontrol lidah atau penutupan linguavelar
- Piecemeal deglutition
- Waktu transit oral tertunda
21
Fase Faringeal
Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasien mungkin tidak akan
mampu menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup.
Pada orang tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada
valleculae atau sinus pyriform setelah menelan. Dalam kasus kelemahan atau
kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau pembukaan yang buruk dari
sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan sejumlah besar makanan pada
faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih setelah menelan.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of
Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal
sebagai berikut:
- Penundaan menelan faringeal
- Penetrasi Nasal pada saat menelan karena berkurangnya penutupan
velofaringeal
- Pseudoepiglottis (setelah total laryngectomy) – lipata mukosa pada dasar lidah
- Osteofit Cervical
- Perlengketan pada dinding faringeal setelah menelan karena pengurangan
kontraksi bilateral faringeal
- Sisa makanan pada Vallecular karena berkurangnya pergerakan posterior dari
dasar lidah
- Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau lipatan
faringeal
- Sisa makanan pada puncak jalan napas Karena berkurangnya elevasi laring
- penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan napas
- Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring
- Stasis atau residu pada sinus pyriformis karena berkurangnya tekanan laringeal
anterior
22
Fase Esophageal
Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman
didalam esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabka oleh obstruksi
mekanis, gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal
bawah.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of
Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan pada fase
esophageal sebgai berikut:
- Aliran balik Esophageal-ke-faringeal karena kelainan esophageal
- Tracheoesophageal fistula
- Zenker diverticulum
- Reflux
Aspirasi
Aspirasi adalah masuknya makanan atu cairan melalui pita suara. Seseorang yang
mengalami aspirasi beresiko tinggi terkena pneumonia. Beberapa faktor yang
mempengaruhi efek dari aspirasi adalah banyaknya, kedalaman, keadaan fisik
benda yang teraspirasi, dan mekanisme pembersihan paru. Mekanisme
pembersihanpasu antara lain kerja silia dan reflek batuk. Aspirasi normalnya
memicu refleks batuk yang kuat. Jika ada gangguan sensosris, aspirasi dapat terjadi
tanpa gejala.
Tanda Dan Gejala
1. Disfagia Oral atau faringeal
- Batuk atau tersedak saat menelan
- Kesulitan pada saat mulai menelan
- Makanan lengket di kerongkongan
- Sialorrhea
- Penurunan berat badan
- Perubahan pola makan
23
- Pneumonia berulang
- Perubahan suara (wet voice)
- Regusgitasi Nasal
2. Disfagia Esophageal
- Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada
- Regurgitasi Oral atau faringeal
- Perubahan pola makan
- Pneumonia rekuren
Keluhan lain : mual, muntah, rasa panas di dada, hematemesis, melena, odinofagia
( rasa nyeri saat menelan ), hipersalivasi.
Kesulitan dalam membersihkan faring posterior, sering disertai dengan
regurgitasi nasal dan aspirasi pulmoner, hampir selalu berkaitan dengan kelainan
neuromuskular orofaring. Pada kasus-kasus demikian, makanan padat dan cair
keduanya dapat mencetuskan gejala-gejala.
Disfagi untuk makanan padat dan cair pada penderita yang dapat membersihkan
faring posterior mengarah pada kelainan esofagus seperti spasme esofagus difus,
akalasia atau skleroderma. Disfagi khas bersifat intermiten dan tidak progresif.
Disfagi yang progresif lambat, pada awalnya terbatas untuk makanan padat, pada
penderita dengan riwayat refluks gastro-esofagus sebelumnya, mengarah pada
striktur peptik.
Disfagi yang cepat progresif, terutama pada penderita tua, khas untuk lesi
obstruktif ganas.
Nyeri dada disertai dengan disfagi mempunyai nilai diagnostik terbatas dan
terjadi baik pada spasme esofagus maupun pada tiap lesi obstruktif.
24
3. Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Diagnosis
pada Pasien dengan Disfagia
Anamnesis :
- Jenis makanan
- Progresif dalam beberapa bulan
- Terdorong dengan cairan atau tidak
- Penyakit sebelumnya
- Waktu dan perjalanan penyakit
- Lokasi daerah sumbatan
Pemeriksaan fisik :
- Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal.
Pemeriksaan nervus V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti fisik dari
disfagia orofaringeal.
25
- Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan dan
kekuatan lidah, elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan sensitifitas oral.
- Perabaan daerah leher
- Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi
keamanan menelan dan kemampuan kompensasinya.
- Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris struktur-struktur yang
terlibat pada menelan.
- Periksa mukosa dan gigi geligi mulut
- Periksa reflek muntah.
- Periksa fungsi pernapasan
- Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan. Setelah menelan,
amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda
- Periksapembesaran jantung, elongasi aorta
Pemeriksaan Penunjang
Esofagoskopi ( pemeriksaan endoskopi untuk esofagus ), untuk melihat langsung
isi lumen esogafus dan keadaan mukosanya
Barium meal (esofagografi)
Fluoroskopi, untuk melihat kelenturan dinding esofagus, adanya gangguan
peristaltik, penekanan lumen esofagus dari luar, isi lumen esofagus, dan kelainan
mukosa esofagus
Manometri esofagus untuk menilai fungsi motorik esofagus, dengan mengukur
tekanan dalam lumen esofagus dan tekanan sfingter esofagus sehingga dapat
dinilai gerakan peristaltik secara kualitatif dan kuantitatif
CT – scan, untuk mengevaluasi bentuk esofagus dan jaringan disekitarnya
MRI, untuj membantu melihat kelainan di otak yang menyebabkan disfagia
motorik
26
Gambar Ro pada pasien Disfagia :
Akalasia Sriktur esofagus
Gambar CT scan :
CT scan of the neck with contrast. A. Coronal image showing the esophageal
diverticulum to the right of the esophagus and trachea (blue arrow). B. Axial image
showing the diverticulum posterior to the trachea (blue arrow).
27
Diagnosis Banding Disfagia
Komplikasi Disfagia
Disfagia menyebabkan penurunan pemasukan kkal- atau makanan yang
mengandung protein sehingga harus diperhatikan apakah pasien mengalami
kekurangan kalori protein (KKP).
Penderita disfagia akan mengalami kesulitan menelan makanan sehingga
suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidariat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan cairan berkurang. Dampak lanjut akan mengalami defisiensi zat gizi
dan tubuh mengalami gangguan metabolisme.
Penatalaksanaan Disfagia
Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Pertama dokter
dan speech-language pathologists yang menguji dan menangani gangguan menelan
menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat bergagai
28
fungsi menelan. salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat optik,
yang memungkinkan dokter untuk melihat kedalam tenggorokan. Pemeriksaan lain,
termasuk video fluoroscopy, yang mengambil video rekaman pasien dalam
menelan dan ultrasound, yang menghasikan gambaran organ dalam tubuh, dapat
secara bebas nyeri memperlihakab tahapan-tahapan dalam menelan.
Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat
diberikan. Jika dengan mengobati penyebab dysphagia tidak membantu, dokter
mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih dalam
mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan.
Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial atau
untuk meninkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan
pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus
makan denan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan.
Meniapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dapat
menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan minuman
mungkin memerlukan pengental khusus untukminumannya. Orang lain mungkin
garus menghindari makanan atau minuman yang panan ataupun dingin.
Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman
lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system
pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian
menelan yang tidak mampu bekerja normal
Berbagai pengobatan telah diajukan unutk pengobatan disfagia orofaringeal
pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah
digambarkan. Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan
tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan.
Modifikasi diet
29
Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu
diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan
kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk
mengunyah makanan padat.
Jka fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak
atau semi-padat sampai konsistensi normal.
Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan
malnutrisi
Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi.
Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat,
suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian
parenteral.
Hidrasi
Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi
pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi
Pembedahan
- Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan
laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal.
- Cricofaringeal myotomy
Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan unutk
mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan
mengincisi komponen otot utama dari PES.
Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari
CPM.
30
4. Diagnosis Banding Disfagia
a. Faringitis
b. Esophageal candidiasis
c. Stroke
d. Spasme esophagus diffusa
e. Gastroesofageal refluks
f. Hiatal hernia
g. Esophagitis
h. Epiglottitis
i. Abses retrofaring
j. Goitre
k. Limfadenopati serviks
l. Stenosis orofaring
4. Obat-obat untuk keluhan utama disfagia
Berikut beberapa obat yang dapat meringankan atau menghilangkan
keluhan disfagia.
a. Anti inflamasi steroid
1) Dexamethasone
Dosis dewasa: 0,5 – 9 mg / hari, anak : 0,006 – 0,04 mg/kgBB/hari
atau 0,235–1,35mg/m2 luas permukaan tubuh
Merk dagang: Dexamethasone, Camidexon, Corsona, Cortidex,
Dexa-M, Etason, Indexon, Kalmethasone, Lanadexon, Licodexon,
lanadexon/
2) Metilprednisolone
Dosis dewasa: 4 mg - 48 mg per hari. Anak : Oral 0,117 mg/kg bobot
tubuh atau 3,33 mg per m2 luas pemukaan tubuh sehari dalam dosis
terbagi tiga
31
Merk dagang: Methylprednisolone, Carmeson, Cortesa, Depo
Medrol, Flameson, Hexilon, Indrol, Intidrol, Lexcomet, Medixon,
Medrol, Meproson, Metasolon, Methylon
b. Anti Inflamasi non steroid
1) Diklofenak
Dosis dewasa: 100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga dosis
Merk dagang: Natrium Diklofenak, Atranac, Diclomec, Difelin,
Divoltar, Klotaren, Neurofenac, Nilaren, Neurofenac, Proklaf,
Prostanac, Reclofen, Renadinac, Renvol, Scantaren, Tirmaclo, Valto,
Voltadex, Voltaren
2) Parasetamol
Dosis anak-anak: 6-12 tahun 2-4 sendok teh atau 250-500mg tiap 4-
6 jam, 1-5 tahun 1-2 sendok teh atau 120mg-250mg tiap 4-6 jam.
<1tahun ½-1 sendok the atau 60mg-120mg tiap 4-6 jam. Dosis
dewasa: ½ -1 gram/kali, max 4 gram/hari.
Merk dagang: Panadol, Alphagesic, Alphamol, Biogesic, Bodrexin
Demam, Farmadol, Fasgo Forte, Grafadon, Ikacetamol, , Maganol,
Naprex, Moretic, Nasamol, Nufadol, Ottopan, Pamol, Praxion,
Propyretic, Pyrex, Pyrexin, Pyridol, Sanmol, Tempra, Turpan,
Xepamol Drops
3) Asam Mefenamat
Dosis: 2-3x 250-500mg/hari
Merk dagang: Mefinal, Ponstan, Mefamat, Mefinter, Mefix,
Megastan, Panstonal forteponstan, Pondex, Ponalar.
4) Ibuprofen
Dosis anak: 30-40 mg/kgBB/hari
Dosis dewasa: 4-6X 200-400 mg/hari
Merk dagang: Proris, Anafen, Arfen, Arthrifen, Brufen, Bufect,
Dofen 400, Dolofen-F, Ethifen, Farsifen, Fenatic, Fenris, Ibufenz,
Iprox, Lexaprofen, Mofen, Moris, Ostarin, Profen, Prosic, Prosinal,
Rhelafen, Ribunal, Spedifen, Yariven
32
c. Antibiotik
1) Antibiotik golongan penisilin
a) Amoksisilin
Dosis dewasa: 250 sampai 500 mg diberikan tiga kali sehari
selama 3 sampai 7 hari.
b) Ampisilin
Dosis dewasa: 250 – 500 mg tiap 6 jam
Dosis anak: 50 mg/kg BB/hari
2) Antibiotik golongan sefalosporin
a) Cefixim : 100 mg dan 200 mg
b) Cefradin
Dosis dewasa: 250 mg/6 jam atau 500 mg/ 12 jam
Dosis anak: 25-100 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi 4
c) Cefalexin
Dosis dewasa: 250-500 mg / 6 jam
Dosis anak: 25-50 mg/kBB/ hari dalam dosis terbagi 4
d) Cefadroxil
Dosis dewasa: 500 mg – 2 gram/ hari dalam dosis terbagi 2
Dosis anak: 30 mg/kb BB/ hari dalam dosis terbagi 2
3) Antibiotik golongan makrolit
a) Eritromisin (E- mycin) dosis dewasa: 250 -500 mg / 6 jam, dosis
anak: 30-50 mg/kg BB/ hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
b) Klaritromisin dosis dewasa: 250 mg 3-4 jam, 500 mg 5-7 jam.
c) Azitromisin dosis dewasa: 500 mg / hari, dosis anak: 10 mg/kg
BB/ hari.
33
DAFTAR PUSTAKA
Hermani B dan Hutauruk SM (2010). Disfonia dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Malagelada JR et al (2007). Dysphagia. World gastroenterology Organisation
Practice Guidelines.
www.worldenganastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines/08
_dysphagia.pdf (diakses pada 26 Desember 2014).
Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD (2010). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.