Tugas Baca

10
TUGAS BACA Nama : Reisa Maulidya, S.ked NIM : G1A213048 1. Ukuran ginjal normal: Ukuran ginjal normal dewasa: - Ginjal kanan: 8 – 14 cm (rata-rata 10,74 cm) - Ginjal kiri: 7 –12 cm (rata-rata 11.10 cm) - Diameter antero-posterior 4 cm dan diameter melintang rata-rata 5 cm Ukuran panjang ginjal normal secara USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi. 2. Klasifikasi CKD (Chronic Kidney Disease): Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut: LFG (ml/menit/1,73m²) = (140-umur)x berat badan / 72x kreatinin plasma (mg/dl)*) *) pada perempuan dikalikan 0,85 Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar

description

TUGAS

Transcript of Tugas Baca

TUGAS BACA

Nama: Reisa Maulidya, S.kedNIM: G1A213048

1. Ukuran ginjal normal:Ukuran ginjal normal dewasa: Ginjal kanan: 8 14 cm (rata-rata 10,74 cm) Ginjal kiri: 7 12 cm (rata-rata 11.10 cm) Diameter antero-posterior 4 cm dan diameter melintang rata-rata 5 cmUkuran panjang ginjal normal secara USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.

2. Klasifikasi CKD (Chronic Kidney Disease):Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut: LFG (ml/menit/1,73m) = (140-umur)x berat badan / 72x kreatinin plasma (mg/dl)*) *) pada perempuan dikalikan 0,85Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit

DerajatPenjelasanLFG (ml/mnt/1,73m)

1Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau > 90

2Kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60-89

3

Kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30-59

4Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15- 29

5Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas dasar Diagnosis Etiologi

Penyakit Tipe mayor (contoh)

Penyakit ginjal diabetesDiabetes tipe 1 dan 2

Penyakit ginjal non diabetesPenyakit glomerular(penyakit otoimun, infeksi sistemik, obat, neoplasia) Penyakit vascular (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati)Penyakit tubulointerstitial (pielonefritis kronik, batu, obstruksi, keracunan obat)Penyakit kistik (ginjal polikistik)

Penyakit pada transplantasi

Rejeksi kronik, Keracunan obat (siklosporin/takrolimus), Penyakit recurrent (glomerular) Transplant glomerulopathy

Gambaran radiologis:a. Foto polos abdomen. bisa tampak batu radioopakb. Pielografi intravena ( jarang ) karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus, khawatir pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan..c. Pielografi antegrad dan retrograd sesuai indikasi.d. USG ginjal, memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila ada indikasi.

Derajat hidronefrosis berdasarkan pemeriksaan BNO-IVP1. Derajat 1: Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting (tumpul).2. Derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening (mendatar).3. Derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing (menonjol).4. Derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning (menggembung).

Contoh Ultrasonography CKD:Chronic renal failure

1. Bilateral echogenic (hyperechoic renal cortex) kidneys2. Both kidneys appear small in size (atrophic)3. Reduced thickness (thinning) of renal cortex (10mm.)4. Reduction in cortico-medullary differentiation5. Color doppler imaging of the kidneys revealed reduced flow in both kidneys. These ultrasound images are diagnostic of chronic medical renal disease (or chronic renal failure).

Severe renal failure with arterio-venous fistula (hemodialysis)

This 30 year old female patient was undergoing hemodialysisfor long standing renal failure (chronic medical renal disease). The kidneys are poorly visualized and are very echogenic with almost no normal renal tissue or morphology seen suggesting that this lady has severe renal failure. The upper pole of both kidneys show prominent vessels on color Doppler imaging, suggesting AV fistulain both kidneys following renal biopsy some time ago.

3. Medullary Sponge Kidney:a. DefinsiMedullary sponge kidney (Ginjal spons medular) adalah kelainan ginjal yang tidak diwariskan ditandai dengan dilatasi kistik bagian terminal duktus kolektivus ketika duktus ini melewati pyramid ginjal. Karakteristik penyakit Medullary sponge kidney ialah adanya dilatasi pada bagian distal duktus kolektivus disertai adanya kista dan divertikula. Kista akan menghambat urine mengalir bebas melalui tubulus. Dilatasi duktus dapat terlihat pada IVP sebagai gambaran bulu pada sikat. Duktus kolektivus yang semakin ektasis serta mengalami kalsifikasi memberikan gambaran karangan bunga. Meskipun fungsi ginjal dan harapan hidup secara khas normal, penyakit ini dapat diperberat dengan pielonefritis, hiperkalsiuria, nefrokalsinosis, nefrolitiasis, terganggunya kapasitas pemekatan, dan asidosis tubulus ginjal distal.

b. EpidemiologiKebanyakan pasien yang mengalami penyakit ini tidak memperlihatkan gejala serta tidak terdiagnosis. Hal ini mengakibatkan insidensi penyakit ini tidak diketahui. Sebanyak 1 dari 200 pasien yang menjalani IVP untuk berbagai macam indikasi mengalami penyakit ini. Insidensi penyakit ini pada populasi umum berkisar antara 1 per 5.000 dan 1 per 20.000 populasi. c. Gambaran KlinisManifestasi klinis penyakit ini biasanya terjadi setelah umur 20 tahun, namun tidak jarang manifestasi klinis penyakit ini pertama kali muncul pada usia 3 minggu sampai usia 71 tahun. Manifestasi klinis tersering ialah kolik renal (50-60%), infeksi saluran kemih (20-33%) serta gross hematuria (10-18%). Pada kebanyakan kasus, diagnosis dibuat setelah dievaluasi dengan urografi intravena karena keluhan lain seperti masa pada ginjal, hiperplasia prostat jinak, atau hipertensi. Insidensi terjadinya batu ginjal berkisar antara 2,6 sampai 21% pada penyakit ini, dimana insidensinya lebih tinggi pada wanita daripada pria. Keluhan ISK lebih umum dialami oleh wanita dengan Medullary sponge kidney.Sepertiga pasien dengan Medullary sponge kidney mengalami hiperkalsemi dimana etiologinya tidak sama pada semua kasus. Pada pasien Medullary sponge kidney, komposisi batu ginjalnya tersusun dari kalsium oksalat atau kombinasi kalsium oksalat dengan kalsium fosfat.

d. Diagnosis Diagnosis Medullary sponge kidney dapat ditegakkan dengan melakukan urografi intravena. Urografi intravena juga lebih sensitif dalam mendeteksi Medullary sponge kidney ringan dibandingkan CT-Scan.

Gambaran urografi intravena penyakit ini ialah :1. Pembesaran ginjal, terkadang disertai kalsifikasi terutama pada papilla2. Pemanjangan tubulus papilla/cavitas yang terisi oleh kontras3. Kontras papilla tampak lebih jelas dan opasifikasi medular persistenPada beberapa kasus, gambaran papilla menyerupai ranting anggur atau karangan bunga. Gambaran urografi intravena pada anak yang lebih besar atau dewasa muda dengan ARPKD terkadang menyerupai penyakit ini. Untuk membedakannya perlu dilakukan evaluasi pada hati sebelum diagnosis ditegakkan.Nefrokalsinosis yang ditemukan pada Medullary sponge kidney harus dibedakan dengan bentuk hiperkalsiurik lain yang terdapat pada hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, multiple myeloma, serta TBC dimana pada Medullary sponge kidney kalsifikasi terjadi pada duktus yang belebar sedangkan pada penyakit lain diatas, deposit kalsium terdapat pada duktus kolekitvus normal. Pemeriksaan dengan USG pada orang dewasa tidak terlalu membantu menegakkan diagnosis karena ukuran kista yang kecil pada penyakit ini. Namun, USG dapat digunakan pada anak kecil karena anak kecil memiliki lebih sedikit lemak pada sinus ginjal dan lapisan otot sehingga resolusi sonografi tampak lebih baik pada anak kecil serta hiperekoik papilla tampak lebih jelas.

e. TatalaksanaKomplikasi dari penyakit ini adalah pembentukan batu ginjal dan infeksi. Kebanyakan pasien ada penyakit ini mengalami hiperkalsiuria. Thiazide bermanfaat untuk mengurangi hiperkalsiuria dan membatasi pembentukan batu. Selain thiazide, fosfat inorganik dapat digunakan untuk kelainan ini. Pada pasien dengan batu ginjal, thiazide tetap diberikan walaupun tidak ditemukan hiperkalsiuria. Thiazide mencegah batu kalsium dan menghambat perkembangan batu. Fosfat inorganik dapat digunakan jika thiazide tidak efektif atau terjadi intoleransi. Fosfat inorganik tidak boleh digunakan pada pasien dengan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh organisme penghasil urease karena risiko batu struvit.Kultur dilakukan jika terjadi infeksi atau ditemukan batu ginjal disertai dengan pemberian antibiotik profilaksis jangka panjang. Jika terjadi batu ginjal, dapat dilakukan lithotripsi extracorporeal dan nefrolithotomi perkutaneus serta operasi pembedahan.