TUGAS Askep Gastritis
-
Upload
deden-reno -
Category
Documents
-
view
83 -
download
2
Transcript of TUGAS Askep Gastritis
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS KRONIS
1.1 Pengertian
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submucosa
lambung. Adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2001, Hal : 127). Gastritis adalah segala radang
mucosa lambung (Ilmu Bedah, EGC 2004, Hal : 555).
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat
akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998). Gastritis adalah inflamasi
dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999). Gastritis adalah radang mukosa
lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat di sebabkan
oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter
pylory (H.pylory). (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddarth vol 2, EGC,2001, Hal : 1062).
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis
kronis merupakan inflamasi mukosa lambung yang berlangsung lama.
1.2 Klasifikasi
Ada banyak klasifikasi dari gastristis beberapa klasifikasi gastristis
kronis yaitu :
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe
A (sering disebut sebagai Gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan
seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang
disebut sebagai Gastritis H.pylori) mempengaruhi antrum dan pilorus (ujung
bawah lambung dekat duodenum), dihubungkan dengan bakteri H.pylori :
faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan
1
alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung (Buku ajar
keperawaran medikal bedan Brunner and Suddarth, Vol. 2, EGC, 2001.
Hal : 1062).
1.3 Etiologi
Terdapat beberapa jenis penyakit yang dapat menjadi penyebab gastritis
kronis yaitu sebagai berikut:
1. Anemia penyakit adisson dan gondok
2. Anemia kekurangan besi idiopatik
3. Ulkus lambung kronik
4. Imunologi
(Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan,
Salemba Medika, 2004, Hal : 59).
Selain itu terdapat juga penyebab lainnya, yaitu :
1. Aspek imunologi
Hubungan antara sistem imun dan Gastritis kronis jelas dengan
ditemukannya autoantibodi terhadap faktor intristik lambung dan sel
parietal pada pasien dengan anemia pernisiosa, pasien Gastritis kronik
yang antibodi sel parietalnya positif dan berlanjut menjadi anemia
pernisiosa mempunyai ciri-ciri khusus, secara histopalogis berbentuk
Gastritis kronik atrofik predominasi korpus dapat menyebar ke antrum
dan hipergastrinemia.
2. Aspek bakteriologis
Gastritis yang ada hubungannya dengan helicobacter pylori lebih
sering dijumpai dan bisanya berbentuk Gastritis kronik aktif antrum
(Ilmu penyakit dalam FKUI, 2001, Hal : 130).
1.4 Patofisiologi
Gastritis kronis di golongkan menjadi dua kategori : gastritis: gastritis
tipe A (atrofik atau fundal) dan tipe B (antral).
2
Gastritis kronis tipe A juga di sebut sebagai gastritis atrofik atau
fundal ( karena mengenai fundus lambung). Gastritis kronis tipe A
merupakan suatu penyakit autoimun yang di sebabkan oleh adanya
autoantibody terhadap sel parietal kelenjar lambung dan factor instrinsik dan
berkaitan dengan tidak adanya sel parietal kelenjar lambung dan chief cells,
yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Dalam keadaan sangat berat, tidak terjadi produksi factor instrinsik. Anemia
pernisosa sering kali di jumpai pada pasien karena tidak tersedianya factor
instrinsik untuk mempermudah absorpsi vitamin B12 dalam ileum.
Gastritis kronis tipe B di sebut juga sebagai gastritis antral karena
umumnya mengenai daerah antrum lambung dan lebih sering terjadi di
bandingkan dengan gastritis kronis tipe A. gastritis kronis tipe A lebih sering
terjadi pada penderita yang berusia tua. Bentuk gastritis ini memiliki sekresi
asam yang normal dan tidak berkaitan dengan anemia pernisosa. Kadar
gastrin serum yang rendah sering terjadi. Penyebab utama gastritis kronis
tipe B adalah infeksi kronis oleh H. pylory. Factor etiologi gastritis kronis
lainnya adalah asupan alcohol yang berlebihan, merokok, dan refluks
empedu kronis dengan kofaktor H. pylory.
Gastritis atrofik kronis dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum
dan karsinoma. Insidensi kanker lambung terutama tinggi pada penderita
anemia pernisosa (10-15 %). Gejala gastritis kronis umumnya bervariasi dan
tidak jelas yaitu rasa penuh, anoreksia, dan distress efigastrik yang tidak
jelas. Diagnosis ini dicurigai bila pasien mengalami aklorhidria atau BEO
atau MAO yang rendah, dan diagnosis ini di pastikan dari perubahan
histologist pada biopsy.
Pengobatan gastritis atrifik kronis bervariasi, bergantung pada
penyebab penyakit yang di curigai. Bila terdapat lesi ulkus duodenum, dapat
di berikan antibiotic untuk membatasi H.pylory. namun demikian, lesi tidak
selalu muncul dengan gastritis kronis. Alcohol dan obat yang di ketahui
mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi
(yang di sebabkan oleh pendarahan krois), maka penyakit ini harus di obati.
3
Pada anemia pernisosa harus di beri pengobatan vit B12 dan terapi yang
sesuai.
1.5 Tanda dan Gejala
Nyeri uluhati, anoreksia, nausea, nyeri seperti ulkus peptikum,
anemia, nyeri tekan epigastrium, cairan lambung terganggu, aklorhidria,
kadar gastrin serum tinggi pada gastrin kronik fundus yang berat. (Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Salemba
Medika, 2004. Hal : 59-60).
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan
syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi
perforasi.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
1.7 Penatalaksanaan
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurangi stres, dan memulai farmokoteropi, H.pylory dapat
diatasi dengan antibiotik (seperti tesrosiklin atau amoksisilin) dan garam
bismul (pepto-Bismol). Pasien dengan Gastritis tipe A biasanya mengalami
malabsorpsi vitamin B 12 yang disebabkan oleh adanya antibodi terhadap
faktor intrinsik (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddarth, vol. 2 EGC, 2001. Hal : 1062).
4
1.8 Pathway/WOC
Makanan yang merangsang / Bakteri H.Pylory Alkohol Refluks empedu Asam Aspirin
Melekat pada epitel lambung Pengeluaran garam empedu Perubahan kualitatif
Iritasi mukosa lambung Merusak lapisan pelindung mukus lambung Sawar mukosa lambungTerganggu
Perubahan permeabilitasGanggren / perforasi Sawar epitel
Penghancuran Sawar epitel
Asam kembali berdifusi ke mukosa Peningkatan Histamin
(1) NyeriPenghancuran sel mukosa
Merangsang peningkatan sekresi asam dan pepsin
Mual dan Muntah Meningkatkan permeabilitas kapiler thd protein
(3) Resti kekurangan (2) Perubahan Nutrisi Mukosa menjadi udema Volume cairan
Terjadi erosi
Mukosa kapiler rusak
( 4) Resti kekurangan cairan Perdarahan Resti terhadap kerusakan perfusi jaringan
(5) Cemas
5
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien (Iyer at al, 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh
karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan,
kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar
praktek keperawatan dari ANA (American Nursing Association).
(Nursalam, 2001. Hal : 17)
Dalam pengkajian pasien dengan gastritis sumber data dapat diperoleh
dari pasien sendiri atau keluarga, status kesehatan klien dan tim kesehatan
lainnya.
Data-data yang perlu dikumpulkan antara lain :
1. Identitas
Mencakup identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
dan tanggal masuk rumah sakit. Identitas penanggung jawab yaitu
nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat,
suku bangsa, hubungan dengan penderita/pasien.
2. Keluhan Utama
Umumnya keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yaitu nyeri ulu
hati, tidak dapat makan, mual dan muntah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal mulai sakit, kapan terjadi keluhan apakah sehabis makan
atau sebelum makan, jenis makanan apa yang dimakan sebelumnya
(pedas, mencerna obat-obatan tertentu atau alkohol), apakah pasien
6
sekarang mengalami ansietas, stres, alergi, makan dan minum terlalu
banyak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
atau kebiasaan pada pola makan klien yang tidak teratur. Adakah
riwayat penyakit lambung atau pembedahan lambung sebelumnya,
riwayat diet.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di dalam keluarga pernah ada yang menderita penyakit
gastritis sebelumnya.
6. Pemeriksaan Fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri
tekan abdomen, identifikasi lamanya waktu dimana gejala hilang,
identifikasi metode yang digunakan untuk mengatasi gejala,
dehidrasi ( tungor kulit membran mukosa kering ), dan bukti adanya
gangguan sistemik yang menyebabkan gejala gastritis.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (A.
Carpenito, 2000. (Nursalam. 2001. Hal : 35 ).
NANDA menyatakan bahwa bahwa diagnosa keperawatan adalah
“keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan aktual dan potensial sebagai, dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat”.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gastritis
antara lain :
7
1. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
2. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan
cairan yang tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena
muntah.
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses
penyakit.
2.3 Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Iyer, Taptich dan
Bernocchi. Losey, 1996). Perencanaan keperawatan juga diartikan sebagai
rencana tindakan keputusan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuannya terpenuhinya kebutuhan pasien.
Perencanaan meliputi beberapa tahap yaitu :
1. Menentukan prioritas masalah.
Masalah yang perlu segera dipecahkan mendapat prioritas utama.
Pertimbangan untuk menentukan prioritas masalah adalah :
a. Prioritas tertinggi diberikan kepada masalah kesehatan yang
mengancam kehidupan dan keselamatan pasien.
b. Masalah yang sedang dihadapi diberi perhatian lebih dahulu
daripada masalah yang mungkin (potensial).
Urutan prioritas masalah pasien dengan Gastritis adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung
teriritasi.
8
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat.
3) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan
berlebihan karena muntah.
4) Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
5) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet
dan proses penyakit.
2. Menentukan Tujuan / Kriteria Hasil
Tujuan keperawatan hasil yang ingin dicapai dari asuhan
keperawatan yang direncanakan.
Menentukan Rencana Tindakan
Penyusunan rencana tindakan harus secara jelas dan singkat
rencana tindakan itu sendiri adalah langkah menentukan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat dalam rangka
menolong pasien untuk mencapai suatu tujuan keperawatan.
3. Rasional
Merupakan dasar atau landasan dari tindakan keperawatan yang
dilaksanakan pada pasien masalah tersebut diatas maka prioritas,
tujuan kriteria hasil dan rasionalisasi dari gastritis adalah :
4. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan mukosa
lambung teriritasi
1) Tujuan
2) Hasil yang
diharapkan
:
:
Menghilangkan rasa nyeri klien
Melaporkan nyeri berkurang intervensi
keperawatan.
3) Intervensi
a) Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan.
b) Hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi
mukosa lambung.
c) Gunakan teknik relaksasi.
9
4) Rasional
a) Dengan mengkaji tingkat nyeri klien dapat
mempermudah dalam memberikan tindakan
keperawatan.
b) Membatasi/menghindari makanan yang dapat
mengiritasi lambung, menurunkan resiko pendarahan
gaster/ulkus pada beberapa individu.
c) Teknik relaksasi dengan mengalihkan perhatian
pasien dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
b. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan masukan
nutrien yang tidak adekuat.
1) Tujuan
2) Hasil yang
diharapkan
:
:
Menjamin masukan nutrisi adekuat.
Pasien menghindari makanan-makanan
pengiritasi atau minuman yang
mengandung kafein atau alkohol.
3) Intervensi
a) Dukungan fisik dan emosional diberikan dan pasien
dibantu untuk menghadapi gejala yang dapat mencakup
mual, muntah, sakit uluhati dan kelelahan.
b) Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama
beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akut
berkurang.
c) Bila terdapat terapi intravena pemberiannya dipantau
secara teratur.
d) Hindari minum yang mengandung kafein.
e) Penggunaan alkohol dihindari
f) Pasien disarankan untuk mengurangi/menghindari
merokok.
4) Rasional
a) Membantu klien untuk mengurangi stres yang
10
timbul akibat dari penyakit yang diderita.
b) Memberikan istirahat pada traktus gastrointestinal
selama fase akut/kronis sampai kembali berfungsi
normal.
c) Memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi sampai
masukan oral dapat dimulai, indikator kebutuhan
cairan/nutrisi dan keefektifan terapi dan menghindari
terjadinya komplikasi.
d) Kafein dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
yang dapat meningkatkan aktifitas lambung dan sekresi
pepsin.
e) Zat yang terkandung di dalam alkohol dapat
mengiritasi lambung.
f) Zat yang terkandung di dalam rokok yaitu nikotin
akan mengurangi sekresi bikarbonat pankreas dan dapat
menghambat netralisasi asam lambung dalam
duodenum. Nikotin juga dapat meningkatkan aktivitas
otot dalam usus yang dapat menimbulkan mual dan
muntah.
c. Diagnosa III : Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan masukan cairan tidak
cukup dan kehilangan cairan berlebihan
karena muntah.
1) Tuju
an
2) Hasil
yang
diharapkan
:
:
Mempertahankan keseimbangan cairan.
Mempertahankan keseimbangan cairan :
a) Mentoler
ansi terapi intravena sedikitnya 1,5 liter
setiap hari.
b) Minum
6-8 gelas setiap hari
c) Mempunyai keluaran urine kira-kira 1
11
liter setiap hari.
d) Menunjukkan turgor kulit yang
adekuat.
3) Intervensi
a) Pantau masukan dan keluaran cairan setiap hari.
b) Pantau nilai elektrolit.
c) Waspada terhadap adanya indiator gejala hemoragik.
d) Ikuti pedoman penatalaksanaan pendarahan saluran
gastrointestinal.
4) Rasional
a) Haluan dan masukan cairan setiap hari
dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi.
b) Nilai elektrolit perlu dikaji setiap 24 jam
untuk mendeteksi indikator awal ketidakseimbangan.
c) Untuk menghindari metastase penyakit
yang menimbulkan hematemesis, takikardia dan
hipotensi.
d) Untuk menghindari kesalahan dalam
melakukan tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya
syok.
b. d. Diagnosa
IV
: Ansietas berhubungan dengan pengobatan
1) Tuju
an
2) Hasil yang
diharapkan
:
:
Mengurangi ansietas
Menunjukkan berkurangnya ansietas
3) Intervensi Keperawatan
a) Bila mencerna asam atau alkali, lakukan tindakan
darurat.
b) Persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostik
endoskopi atau pembedahan.
12
c) Jelaskan semua prosedur dan pengobatan sesuai
tingkat pemahaman pasien.
4) Rasional
a) Menghindari stres pasien yang berkelanjutan.
b) Membantu klien untuk menekan tingkat
kecemasan yang dirasakan.
c) Dengan mengetahui prosedur dan pengobatan
klien dapat mempersiapkan diri baik fisik maupun
mental.
2.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk tindakan perawatan klien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal,
intelektual. Tekhnikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi dilakukan evaluasi kemudian
didokumntasikan yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan serta
bagaimana respon klien.
2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
(Ignatavicus dan Bayne, 1994). (Nursalam, 2001. Hal : 17).
13
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilym E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC. Hal : 466-470.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Percernaan. Jakarta : Salemba Medika. Hal : 58-60.
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita SelektaKedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius. Hal : 3.
Nursalam.2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medica. Hal : 17, 35, 51, 63, 71.
Smeltzer, Suzane C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner And
Suddarth. Jakarta : EGC.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raya Grapindo.
Suyono Slamet. (ed). 2001 Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI.
Hal : 127-131.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC.
Hal : 77-78.
Syamsuhidajat, Wim Dejong. 2004. Buku Ajar Ilmu bedah. Jakarta : EGC.
Hal : 555.
Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika. Hal : 26, 72.
Price, Sylvia Anderson, 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
14
HTTP/www.Medicastore.com. Tanggal 1-2-2007, Jam 20:08.
HTTP/www.Suara Merdeka.com.
15