Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

59
SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH) JAWA DAN MADURA GHINA SHADRINA PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

description

tugas akhir ghina shadrina "Sertifikasi benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa dan Madura

Transcript of Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

Page 1: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea)

DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH)

JAWA DAN MADURA

GHINA SHADRINA

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)
Page 3: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)
Page 4: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

ii

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan karya ilmiah ini adalah karya sendiri dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

laporan ini.

Bogor, Juni 2014

Ghina Shadrina

J3G111037

Page 5: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

ABSTRAK

GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Tanaman Gmelina (Gmelina arborea) di

Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari

Sumedang. M. RAHMAD SUHARTANTO

Gmelina memiliki banyak manfaat, serat kayunya lebih halus sehingga

mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu masuk

kemesin pengolahan. Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga

bermutu baik, benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun

jumlahnya. Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan

prosedur yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan

sehingga benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem

sertifikasi benih. Tata cara sertifikasi benih Gmelina adalah pengajuan surat

permohonan, pembentukan tim, pengambilan contoh, pengujian mutu fisik dan

fisiologis, hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis, penerbitan sertifikat mutu

benih dan pemasangan label.

Kata kunci : Kayu, mutu, sertifikasi

ABSTRACT

GHINA SHADRINA. Gmelina seed quality certification at Balai

Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) of Java and Madura, Sumedang.

M.RAHMAD SUHARTANTO.

Gmelina has many benefits, fiber is softer so easier process when

processed using machine to machine processing or during entry, Gmelina wood of

good quality were also obtained from the seeds of good quality, seed quality is

still very limited in terms of type and number. Good quality seed obtained from

seed sources and handled with proper procedures. Supervision or quality control

system is also required so that the seeds that get circulated through the quality

assurance system of seed certification. The procedure of gmelina seed

certification are the submision of proposal letter, team establishing, sampling, the

physic and physiology quality testing , the results of physic and physiology

quality testing, the publishing of seed quality certificate and label installation.

Keyword: wood, quality, certification

Page 6: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

ii

RINGKASAN

GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea) di Balai

Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari Sumedang.

M.RAHMAD SUHARTANTO

Hutan Indonesia merupakan hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah

Brazil dan Rebuplik Kongo. Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak

langsung. Manfaat hutan secara langsung salah satunya yaitu untuk memenuhi

kebutuhan manusia, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu sebagai

penyerap CO2 dan penghasil O2. Tanaman kehutanan yang cukup banyak memiliki

manfaat yaitu tanaman gmelina

Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu

yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya

mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan

lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga,

kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota

badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan

gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai

tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang

bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih

yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin

mutu benih gmelina.

Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang

menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara

lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat

terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat

terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun

pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik.

Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi

mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat

dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas

mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.

Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut: 1) Surat permohonan. 2)

Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan

contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik

dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat

keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi

dapat membatalkan sertifikat mutu benih.

Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih.Benih bermutu

tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak,

bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat

(untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik

(Mugnisjah dan Setiawan, 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah

dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting

dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat.

Page 7: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

Tugas akhir ini merupakan hasil pengamatan penulis selama praktik kerja

lapangan yaitu pada tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014 yang

dilakukan di BPTH Jawa dan Madura Jalan Raya Tanjungsari Km. 22

Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat. Praktik Kerja Lapang ini bertujuan untuk

mengetahui teknik sertifikasi mutu benih tanaman hutan khususnya benih gmelina

(Gmelina arborea) di BPTH Jawa dan Madura Tanjungsari Sumedang.

Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa

Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak

edar. Kemurniannya yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air

benihnya yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan

standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 gram dengan

standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar

65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P. 01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa

hasil pengujian benih gmelina memenuhi syarat layak edar dan akan

mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian karena sumber benihnya

tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah disertifikasi, maka BPTH akan

mengeluarkan sertifikat benih.

Page 8: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

iv

SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea)

DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH)

JAWA DAN MADURA

GHINA SHADRINA

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

pada Program Diploma Keahlian Teknologi Industri Benih

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 9: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

Judul Tugas Akhir : Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea)

di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura

Nama : Ghina Shadrina

NIM : J3G111037

Disetujui oleh

Dr Ir M.R.Suhartanto, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bagus. P. Purwanto, MAgr Dr Ir Abdul Qadir, MSi

Direktur Koordinator Program Keahlian

Tanggal Lulus:

Page 10: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)
Page 11: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“Sertifikasi Benih Gmelina di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa

dan Madura”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M. Rahmat Suhartanto

MSi, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir,

Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan secara materil dan

do’a, Seluruh Tim Dosen Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Bapak Iip

selaku pembimbing lapangan dan seluruh staff Balai Perbenihan Tanaman Hutan

(BPTH) Jawa dan Madura, yang telah mengizinkan untuk melakukan Praktik

Kerja Lapangan, dan teman-teman TIB yang telah membantu dan memberi

dukungan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat kedepannya .

Bogor, Juni 2014

Ghina Shadrina

Page 12: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

viii

Page 13: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

2 METODE PELAKSANAAN 3

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3

2.2 Prosedur Pelaksanaan 3

2.3 Data dan Sumber Data 4

3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA 4

3.1 Sejarah 4

3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan 5

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi 5

2.3.1 Tugas Pokok 5

2.3.2 Fungsi 5

3.4 Visi dan Misi 5

3.5 Susunan Organisasi 6

3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura 7

3.7 Sarana dan Prasarana 7

3.8 Letak Geografis 7

3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih 7

4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) 8

4.1 Sertifikasi Mutu Benih 8

4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih 10

4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi 11

4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas 11

4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim 12

4.2.4 Pengujian Mutu Benih 12

4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis 19

4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih 20

4.2.8 Pemasangan Label 20

4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih 20

5 KESIMPULAN DAN SARAN 21

5.2 Kesimpulan 21

5.2 Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 23

Page 14: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

x

DAFTAR TABEL

1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 14

2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 15

3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan

Madura 18

4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya

berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 18

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan 6

2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura 7

3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang biji

gmelina 9

4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak 9

5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak 10

6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan 11

7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina 12

8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan 13

9 Kegiatan uji kemurnian gmelina 15

10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 17

11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir 19

12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih 24

2 Surat keterangan asal usul benih 25

3 Format keterangan contoh benih 26

4 Berita acara pengambilan contoh benih 27

5 Berat maksimum pengambilan contoh benih 28

6 Kartu Pengujian Benih 30

7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air 32

8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya berkecambah 35

9 Standar benih layak edar 38

10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan 41

11 Keterangan hasil pengujian mutu benih 43

Page 15: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan Indonesia merupakan hutan tropis yang terluas ketiga di dunia

setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Indonesia memiliki luas 1 860

359.67 km2 daratan, 5.8 juta km

2 wilayah perairan dan 81 000 km garis pantai,

Indonesia ditempatkan pada urutan kedua setelah Brazil dalam hal tingkat

keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi Indonesia

meliputi 10% spesies tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% spesies

reptil dan amfibi, 17% spesies burung, serta 25% spesies ikan yang terdapat di

dunia (Sumargo et al. 2011).

Meningkatnya laju kerusakan hutan dan luas lahan yang terdegradasi di

Indonesia sudah sangat menghawatirkan. Secara umum, dari 105 juta Ha luas

kawasan hutan di Indonesia, 57.7 juta Ha (55%) mengalami kerusakan.Tahun

1984, lahan terdegradasi mencapai 9.7 juta Ha, pada tahun 1994 meningkat

menjadi 23.2 juta Ha dimana 15.1 juta Ha di luar kawasan hutan dan 8.1 juta Ha

di dalam kawasan hutan (Syam 2007).

Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat

hutan secara langsung yaitu memenuhi kebutuhan manusia seperti sumber bahan

makanan dan kayu tanaman hutan sebagai bahan baku untuk membuat alat rumah

tangga, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu untuk penyerapan

air saat hujan sehingga dapat mencegah terjadinya bencana banjir. Djajapertjunda

dan Djamhuri (2013) mengatakan, manfaat hutan secara langsung dapat dinikmati

oleh manusia adalah hutan berupa kayu yang sudah digunakan sejak manusia

lahir. Hutan berperan sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan bahan

makanan seperti buah-buahan, hewan hasil pemburuan, pakaian dari kulit kayu,

kayu sebagai bahan kayu perkakas, dan bahan pembuat kayu rumah. Manfaat

hutan secara tidak langsung sebagai penyangga kehidupan, diantaranya (i) gudang

keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan

fauna; (ii) Bank Lingkungan Regional dan Global yang tidak ternilai baik sebagai

pengatur iklim, penyerap CO2, serta penghasil oksigen; (iii) fungsi hidrologi yang

sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan plasma nutfah

yang dikandungnya; (iv) sumber bahan obat-obatan; (v) ekoturisme; dan (vi) Bank

Genetik yang hampir tidak terbatas.

Mengingat peran dan fungsi hutan sangat dibutuhkan, maka perlu

ditempuh upaya pengembalian fungsi hutan melalui pembangunan hutan tanaman

baru dan kegiatan rehabilitasi hutan serta lahan. Faktor yang menentukan

keberhasilan penanaman tersebut salah satunya adalah penyediaan benih dan bibit

yang cukup, baik dari segi jumlah, jenis, maupun mutunya. Sertifikasi sumber

benih, mutu benih, dan mutu bibit ini dilakukan oleh BPTH.

Berdasarkan SK. 20 /PTH-3/2012 tentang standar mutu fisik dan fisologis

benih tanaman hutan, peranan benih bermutu sangat penting dalam hubungannya

dengan keberhasilan pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan. Sejalan dengan

era memanfaatkan flora dan fauna untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa

Indonesia, tetapi juga terus mendorong meningkatnya produksi hasil hutan

khususnya kayu agar dapat dimanfaatkan dalam skala industri, maka pengadaan

Page 16: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

2

benih bermutu sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan

memenuhi kebutuhan masyarakat. Tanaman hutan yang cukup banyak memiliki

banyak manfaat yaitu tanaman gmelina.

Gmelina merupakan tanaman eksotik, sebaran alaminya di Burma, India.

Hutan tanaman di Indonesia antara lain terdapat di Jawa, Kalimantan dan Nusa

Tenggara. Sumber benih terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan

Timur. Tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 m dpl dengan curah hujan

1200-3000 mm/tahun. Jenis ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur dan

berdrainase baik. Toleran terhadap tanah berlapisan dangkal, berpasir, tanah

padat, tanah asam asalkan tidak pada tanah berdrainase buruk. Bunga dan buah

tanaman gmelina terlihat sepanjang tahun, buah akan masak setelah 1.5 bulan

sejak bunga muncul.

Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Gmelina memiliki banyak

manfaat sebagai bahan bangunan ataupun perabotan rumah tangga, gmelina dapat

menjadi bahan pembuatan meubel furniture, bagian tengah plywood, batang korek

api, alas sepatu, papan, bubur kertas, papan partikel, bahan baku kayu lapis, papan

triplek, peti pembungkus, pulp, dan konstruksi darurat yang ringan, namun tidak

cocok untuk konstruksi yang bersifat permanen. Serat kayunya lebih halus

sehingga mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu

masuk kemesin pengolahan.

Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga bermutu baik,

benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun jumlahnya.

Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan prosedur

yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan sehingga

benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem sertifikasi

benih. Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang

menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara

lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat

terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat

terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun

pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik.

Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi

mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat

dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas

mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah:

1. Menambah wawasan dalam bidang sertifikasi benih tanaman hutan

khususnya benih gmelina.

2. Mempelajari langsung sertifikasi benih gmelina di BPTH Jawa dan

Madura.

3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam sertifikasi benih gmelina di

BPTH Jawa dan Madura.

4. Memperoleh pengalaman di dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian

khususnya benih.

Page 17: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

3

2 METODE PELAKSANAAN

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan pada tanggal 10

Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014, Lokasi Praktik Kerja Lapangan

bertempat di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura.

2.2 Prosedur Pelaksanaan

Metode pelaksanaan PKL dilakukan sebagai berikut :

1. Kuliah dan Pengenalan Keadaan Umum BPTH Jawa Madura

Kegiatan pengenalan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa

Madura secara umum, bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang

keadaan umum BPTH, mengetahui struktur organisasi, sejarah dan

perkembangan BPTH Jawa Madura, visi dan misi, serta sistem organisasi

BPTH.

2. Pengenalan Kondisi Lapang dan Laboratorium

Pengenalan kondisi lapangan dan Laboratorium dilaksanakan di Balai

Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura. Kegiatan ini bertujuan

untuk mengenali dan memahami keadaan lapangan dan Laboratorium BPTH

Jawa Madura.

3. Kegiatan Praktik Lapang dan Laboratorium Secara Umum

a. Pengujian Mutu Benih di Laboratorium

Kegiatan pengujian benih di laboratorium yang dilakukan antara lain

pengujian rutin seperti pengujian daya berkecambah, pengujian kadar air,

pengujian kemurnian benih dan penentuan bobot 1000 butir.

b. Sertifikasi Benih Tanaman Hutan

Pelaksanaan kegiatan sertifikasi benih dilakukan dengan mengambil

contoh benih di UD. Tanjung Harapan Tanjungsari Sumedang Jawa Barat,

serta kegiatan pengujian mutu benih yaitu dengan menguji mutu benih

tanaman kehutanan di laboratorium.

Kegiatan sertifikasi benih yang dilakukan meliputi:

a. Surat permohonan

b. Pembentukan Tim

c. Pengambilan Contoh

d. Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis, yang meliputi:

Analisa Kemurnian

Penentuan Bobot 1000 Butir

Pengujian Kadar Air

Uji Daya Berkecambah

e. Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis

f. Penerbitan Sertifikat Benih dan atau Surat Keterangan Hasil Pengujian Benih

g. Pemasangan Label

Selain pelaksanaan kegiatan praktik pengambilan contoh untuk sertifikasi

benih, kegiatan praktik pembibitan dilakukan di kebun persemaian permanen

Page 18: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

4

Cimanggis sebagai pengenalan secara umum tentang produksi bibit tanaman

hutan dan praktik beberapa teknik perbanyakan tanaman hutan secara vegetatif.

c. Studi Pustaka

Kegiatan studi pustaka bertujuan untuk melengkapi data-data yang

dibutuhkan untuk penyusunan laporan akhir kegiatan PKL dan

membandingkan hasil kegiatan PKL dengan sumber atau referensi. Kegiatan

ini dilakukan di perpustakaan dan media internet.

d. Diskusi dan Wawancara.

Kegiatan diskusi dan wawancara dilakukan melalui wawancara terhadap

produsen benih dan pegawai BPTH Jawa Madura mengenai masalah-masalah

yang ditemukan pada saat melakukan praktik.

e. Evaluasi

Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap hari pada akhir kegiatan.Selain itu

melakukan diskusi dan evaluasi pada saat presentasi laporan akhir PKL oleh

pihak BPTH Jawa Madura.

2.3 Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak BPTH Jawa dan Madura

seperti kepala Balai dan staf BPTH. Data diperoleh dari pengamatan langsung

penulis selama mengukuti kegiatan Prektek Kerja Lapangan (PKL). Data

sekunder diperoleh dari literatur pada BPTH, Balai Teknologi Perbenihan (BTP),

dan sumber data sekunder lainnya berupa skripsi, laporan praktik kerja lapangan,

jurnal, dan internet.

3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA

3.1 Sejarah

Tahun 1976 Dirjen Kehutanan melaksanakan proyek reboisasi dan

penghijauan, dengan luas areal 2 055 000 Ha dengan tanaman Pinus merkusii,

sebagai langkah penyelamatan hutan, tanah dan air. Pasal 33 ayat (3) Undang

Undang Dasar 1945, menyebutkan ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat”. Pembentukan tiga unit pelaksanaan teknis produksi

benih bertujuan untuk menunjang penyediaan benih yang salah satunya

berkedudukan di Bandung, Jawa Barat.

Kegiatan penyediaan benih nasional tidak mungkin dalam bentuk proyek

terus-menerus, tetapi perlu dikembangkan dalam institusi kehutanan, maka

dibentuklah Balai Produksi dan Pengujian Benih Provinsi Jawa Barat melalui

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 102/Kpts-II/1984. Tahun 1998 BPPB

(Balai Produksi dan Pengujian Benih) diganti menjadi Balai Perbenihan Tanaman

Hutan Bandung, yang mulai difungsikan pada tanggal 11 Maret 1999 sejak

pelantikan Kepala Balai BPPB Bandung.

Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 202/Kpts-

II/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPTH

Page 19: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

5

Bandung untuk meningkatkan hasil kerja Balai Produksi dan Pengujian Benih

dipandang perlu untuk menyempurnakan SK. Menteri Kehutanan No. 102/Kpts

II/1984 maka dikeluarkan, selanjutnya BPTH Bandung berubah nama menjadi

BPTH Jawa dan Madura sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor 663/Kpts-II/2002 tanggal 7 maret 2002 tentang organisasi dan tata kerja

Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan

BPTH Jawa dan Madura adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal

Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial dibidang perbenihan dan pembibitan

tanaman hutan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung

kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS).

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Menteri No. 663/Kpts II/2002 tentang Organisasi

dan Tata Kerja BPTH menjelaskan bahwa BPTH memiliki tugas pokok dan

fungsi sebagai berikut:

2.3.1 Tugas Pokok

BPTH mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi,

dan akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih, pemantauan

peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan, penyajian informasi

perbenihan dan pembibitan.

2.3.2 Fungsi

BPTH menyelenggarakan fungsi yaitu (a) Penyusunan rencana perbenihan

dan pembibitan, (b) pengelolaaan SB dan pengujian benih, (c) pengembangan

model perbenihan dan pembibitan, (d) pemantauan SB, peredaran, distribusi benih

dan bibit serta pelaksanaan karantina benih dan bibit, (e) pengelolaan sistim

informasi, (f) penyelenggaraan sistim informasi dan akreditasi terhadap lembaga

sertifikasi benih dan bibit.

3.4 Visi dan Misi

Visi dari BPTH Jawa dan Madura (BPTH) adalah Optimasi Fasilitasi

Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman dalam mendukung Pembangunan

Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

Misi yang dilakukan oleh BPTH yaitu (a) Memantapkan kebijakan bidang

perbenihan tanaman hutan, (b) memperkuat kapasitas kelembagaan bidang

perbenihan tanaman hutan, (c) mendorong pelaksanaan rehabilitasi hutan dan

lahan berbasis benih dan bibit berkualitas.

Page 20: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

6

3.5 Susunan Organisasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 663/Kpts-II/2002 tentang

Organisasi dan Tata Kerja BPTH memiliki susunan organisasi yang terdiri dari:

1. Kepala Balai

Kepala balai bertugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi dan

akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih,

pemantauan peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman

2. Sub Bagian Tata Usaha

Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,

keuangan, tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga balai.

3. Seksi Sumber Benih

Seksi sumber benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan rencana, pengelolaan sumber benih, dan pengembangan model

perbenihan dan pembibitan, serta penerapan teknologi tepat guna

pengembangan sumber benih.

4. Seksi Peredaran Benih

Seksi peredaran benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pemantauan peredaran benih dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan,

karantina benih dan bibit tanaman hutan, pengembangan model kelembagaan

pebenihan dan pembibitan, sertifikasi dan akreditasi lembaga sertifikasi benih

dan bibit, dan pemantauan hama dan penyakit benih dan bibit tanaman hutan.

5. Seksi Informasi Benih

Seksi Informasi Benih bertugas melakukan penyiapan bahan pengelolaan

sistem informasi perbenihan dan pembibitan tanaman hutan.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

fungsional sesuai dengan keahlian masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Sumber : Dephut Dirjen RLPS, Kumpulan Peraturan Perundangan 2004

Gambar 1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan

Kepala Balai

Seksi Sumber Benih Seksi Informasi Seksi Peredaran

Ka Sub Bag Tata Usaha

Kelompok Fungsional

Laboratorium Pengujian Benih

Page 21: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

7

3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura

BPTH berdasarkan surat keputusan menteri kehutanan nomor 663/Kpts-

II/2002 tanggal 7 maret 2002, berkedudukan di Bandung. Wilayah kerja BPTH

Jawa dan Madura mencangkup seluruh wilayah Pulau Jawa dan Madura.

3.7 Sarana dan Prasarana

BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22

Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa dan Madura memiliki perangkat ruang kerja

berupa ruang kepala balai, ruang sub bagian tata usaha, ruang seksi sumber benih,

ruang seksi peredaran benih, ruang jabatan fungsional, ruang informasi, ruang

rapat, laboratorium, rumah kaca, ruang penyimpaan benih (DCS/Dry Cold

Storage), dapur, toilet, lapang parkir dan mushola.

3.8 Letak Geografis

BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 PO

BOX 19 Tanjungsari Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa Madura berada diantara

06°52’30’’ sampai dengan 06°56’00’’ LU dan 108°52’00’’ BT sampai dengan

108°55’00’’BT. BPTH Jawa dan Madura juga terletak pada ketinggian 968 mdpl

dengan luas 0.2 ha.

Gambar 2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih

Sejalan dengan pembentukan wadah perbenihan tanaman hutan tahun

1976 berupa Unit Produksi Benih (UPB) yang berkedudukan di Bandung,

merupakan bagian dari proyek perbenihan yang dikelola oleh Direktorat Reboisasi

(Ditsi), maka institusi yang memproduksi benih Pinus merkusii ini, selain

dilengkapi dengan alat-alat produksi dan penyimpanan, juga dilengkapi dengan

laboratorium pengujian benih sehingga benih yang didistribusikan oleh UPB

hampir ke seluruh nusantara ini sudah dilengkapi dengan label mutu benih.

Page 22: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

8

Tahun 1984 keluar SK Menteri Kehutanan mengenai pembentukan Balai

Produksi dan Pengujian Benih (BP2B) untuk tiap propinsi di Indonesia dan

terealisasihanya BP2B Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan

Sumatera Selatan. BP2B ini pada kenyataannya tidak memproduksi benih, tetapi

tetap melaksanakan pengujian benih dalam rangka pengawasan dan pengendalian

mutu benih yang beredar.

Tahun 1998 BP2B berganti nama menjadi Balai Perbenihan Tanaman

Hutan (BPTH) dengan wilayah kerja yang lebih luas, sebagai contoh BP2B Jawa

Barat menjadi BPTH Bandung dengan wilayah kerja meliputi pulau Jawa dan

Madura, dengan fasilitas pengujian yang lebih lengkap karena adanya bantuan

dari pemerintah Denmark melalui Indonesia Forest seed Project (IFSP).

Tahun 2002 BPTH Bandung berganti nama lagi disesuaikan dengan

wilayah kerjanya menjadi BPTH Jawa dan Madura. Kegiatan pengujian mutu

benih terus berjalan dari tahun ke tahun tidak terpengaruh oleh nama instansi yang

berubah-ubah dan sarana prasarana pengujian terus dilengkapi serta kemampuan

personil terus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan baik di dalam maupun luar

negeri.

4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA

(Gmelina arborea)

4.1 Sertifikasi Mutu Benih

Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu

yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya

mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan

lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga,

kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota

badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan

gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai

tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang

bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih

yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin

mutu benih gmelina.

Menurut Direktorat perbenihan tanaman hutan (2002), pohon gmelina

dapat mencapai 30-40 m, batang silindris, diameter rata-rata 50-140 cm. kulit

halus atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau

berbulu halus. Buah kuning terang, mengelompok dalam tandan besar (30-350

bunga per tandan). Daun bersilang, bergerigi atau bercuping, berbentuk jantung,

ukuran 10-25 cm x 5-18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai 25 mm,

berbentk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar pada malam hari dan

penyerbukan dilakukan oleh lebah. Gambar 3.1 merupakan bentuk pohon

gmelina, Gambar 3.2 merupakan tandan bunga, Gambar 3.3 merupakan bunga

gmelina, Gambar 3.4 adalah buah gmelina, 3.5 adalah biji batu gmelina, dan

Gambar 3.6 merupakan penampang biji gmelina (a. benih, b. ruang kosong, c.

Page 23: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

9

endocarp, d. celah biji). Bunga dan buah yang belum masak dapat dilihat pada

Gambar 4 dan buah gmelina yang sudah masak dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber: Direktorat perbenihan tanaman hutan, 2002

Gambar 3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang

biji gmelina

Sumber: Lithosolv, 2012

Gambar 4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak

Page 24: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

10

Buah gmelina memiliki struktur berdaging, panjangnya 25-35 mm, kulit

mengkilat, mesokarp lunak, dan agak manis. Biji gmelina memiliki kulit yang

keras seperti batu, panjangnya 16-25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat,

ujung lainnya runcing. Terdiri dari 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang. Sedikitnya

satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran

benih meningkat menurut ukuran biji, yaitu panjang 6-9 mm.

Sumber: Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013

Gambar 5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak

Menurut Sudrajat dan Nurhasybi (2007), untuk menjamin mutu benih yang

diedarkan, sistem sertifikasi benih harus diterapkan. Standar pengujian mutu fisik

dan fisiologis sangat penting untuk ditetapkan dengan seksama karena beberapa

alasan pada sertifikasi benih tanaman hutan. Pertama, metode pengujian yang

baku diharapkan akan memastikan hasil yang seragam apabila pengujian suatu lot

benih akan dikerjakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kedua, keakuratan

data pengujian mutu benih diperlukan dalam perencanaan pembangunan hutan

tanaman, khususnya dalam pengadaan bahan tanaman untuk program penanaman,

pemuliaan pohon, dan konservasi sumberdaya genetik. Ketiga, sebagai acuan

dalam penerapan aspek legalitas perbenihan. Standar pengujian mutu benih ini

harus terus diperbaiki dan dilengkapi mengingat hasil-hasil penelitan

menggunakan kelompok benih yang berbeda. Selain itu, standar mutu benih yang

layak edar juga perlu ditetapkan yang sangat berguna untuk perencanaan

pengadaan bibit di persemaian dan perlindungan terhadap pengguna benih.

Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Benih bermutu

tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak,

bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat

(untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik

(Mugnisjah dan Setiawan 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah

dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting

dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat.

4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih

Prosedur sertifikasi tanaman kehutanan tidak sama dengan sertifikasi

tanaman pangan dan hortikultura, apabila tanaman pangan dan hortikultura

dimulai dari permohonan sertifikasi dan diawali dengan pemeriksaan pedahuluan

yang dilakukan sebelum dilakukan pertanaman, lalu pemeriksaan lapang vegetatif,

Page 25: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

11

kemudian pemeriksaan lapang generatif, pemeriksaan menjelang panen,

pemeriksaan alat pengolahan benih, dan pengawasan pemasangan label.

Sertifikasi tanaman kehutanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu sertifikasi

sumber benih yang dilakukan dengan mengklasifikasi tegakan atau pohon induk

benih, lalu sertifikasi bibit dan sertifikasi benih, adapun Tata cara sertifikasi benih

berdasarkan SK Dirjen RLPS No. P. 04/V-PTH/2007 adalah sebagai berikut:

Gambar 6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan

4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi

Surat permohonan sertifikasi benih dapat diajukan kepada BPTH oleh

perorangan, koperasi, BUMN, BUMD, BUMS, dinas/intansi pemerintah dan

lembaga perbenihan lainnya kepada BPTH atau lembaga sertifikasi. Pengajuan

surat permohonan dapat dilakukan satu minggu setelah kegiatan pengunduhan.

Surat permohonan sertifikasi benih dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas

Setelah surat permohonan sertifikasi diterima, BPTH membentuk tim

sebanyak dua orang untuk melaksanakan pengambilan contoh benih dan

memeriksa keterangan asal usul benih. Surat keterangan asal-usul benih dapat

dilihat pada Lampiran 2.

Sertifikat

mutu benih

Surat keterangan hasil

pengujian

Pemilik

benih

Permohonan

sertifikasi

BPTH/ lembaga

sertifikasi

Label benih 1. Keterangan asal-

usul benih

2. Keterangan

contoh benih

3. BA pengambilan

contoh benih

Pemeriksaan dokumen

dan pengambilan

contoh benih

1. Kemurnian

2. Bobot 1000 butir

3. Kadar air

4. Daya kecambah

Pengujian mutu

fisik-fisiologis

1

2

3

6

7

4

5a 5b

Page 26: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

12

4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim

Pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian

dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan

contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah

terpilih dalam jumlah yang sama dengan menggunakan tangan seperti pada

Gambar 7. Benih yang terambil dari setiap pengambilan contoh disebut contoh

primer sedangkan gabungan contoh-contoh primer disebut contoh komposit.

Contoh benih yang diambil secara acak dari contoh komposit ini dapat digunakan

sebagai contoh kirimanm dari contoh kiriman ini kemudian diambil contoh kerja

secara acak. Berat minimal contoh kirim untuk benih gmelina yaitu 3500 g dan

berat minimal contoh kerja benih gmelina 1 750 g.

Pengambilan contoh dilakukan dengan tangan yaitu tangan dimasukkan

dengan telapak tangan terbuka dan pada saat dikeluarkan jari tangan hendaknya

menggenggam benih secara rapat sehingga tidak satu pun benih yang terlepas

ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah.

Pengambilan contoh benih harus dilengkapi berita acara seperti yang

tercantum pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Standar pengambilan contoh benih

tanaman hutan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Gambar 7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina

4.2.4 Pengujian Mutu Benih

Pengujian benih adalah analisa mutu fisik dan fisiologis lot benih.

Pengujian benih meliputi beberapa tolok ukur seperti berat benih, kemurnian,

perkecambahan, dan kadar air. Pengujian benih dapat dilakukan pada tahapan

yang berbeda dari penanganan benih, pemrosesan benih dan penyimpanan benih.

Tolok ukur baku seperti berat benih, kemurnian, dan perkecambahan sangatlah

penting dalam perhitungan kebutuhan benih (Direktorat Perbenihan Tanaman

Hutan 2002).

Tujuan pengujian laboratorium adalah untuk mengetahui mutu fisik dan

fisiologis kelompok calon benih dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium

harus mewakili kelompok calon benih yang telah lulus pada tahap sertifikasi

sebelumnya, jelas pembentukan kelompoknya dan seragam mutunya (Homogen).

Pengujian laboratorium hanya dapat dilakukan setelah pengolahan calon benih.

Page 27: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

13

Pedoman pengujian contoh benih di laboratorium mengacu pada peraturan

Standar Nasional Indonesia (SNI)7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.

Pengujian laboratorium mutu fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi

penampilan fisik benih seperti kadar air, warna, kesegaran, kebersihan, ukuran/

berat dan keseragaman benih. Pengujian mutu fisiologis bertujuan untuk

mengetahui daya hidup (viabilitas), daya kecambah, daya tumbuh, kekuatan

tumbuh/daya simpan (vigor), dan kesehatan benih. Hasil dari pengujian

laboratorium didokumentasikan dikartu pengujian seperti yang tercantum pada

Lampiran 6.

Gambar 8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan

4.2.4.1 Pengujian Kemurnian Benih

Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi-

materi non benih, atau benih tanaman lain yang tidak diharapkan, kemurnian

benih dinyatakan dalam persen (%). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian

yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman

lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga

komponen benih tersebut.

Analisis kemurnian dilakukan untuk menentukan presentase berat

komposisi suatu contoh benih dan mengidentifikasi benih murni, benih tanaman

lain, dan kotoran benih yang terdapat dalam contoh benih. Berat contoh kerja awal

benih gmelina 1 783.96 g, berat contoh kerja dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu

benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih.

Laboratorium BPTH/ Lembaga Sertifikasi

Dokumentasi

penerimaan benih

Penyiapan contoh kerja

Penentuan kadar air Analisis Kemurnian

Penentuan bobot 1000 butir

Uji daya kecambah

Dokumentasi Pengujian Benih

Penerbitan sertifikasi mutu benih atau surat keterangan hasil pengujian

Page 28: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

14

Rumus penghitungan persentase benih murni (BM), benih tanaman lain

(BTL), dan kotoran benih (KB) adalah sebagai berikut:

% BM = BM x 100%

(BM + BTL + KB)

% BTL = BTL x 100%

(BM + BTL + KB)

%KB = KB x 100%

(BM + BTL + KB)

Hasil pengujian kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura

Berat Contoh Kerja

(g)

1 783.96

(g) (%)

Benih murni 1 783.81 99.9

Kotoran benih 0.14 0.008

Benih tanaman lain 0 0

Jumlah 1 783.95 99.9

Perubahan berat = x 100%

= x 100%= 0.0003%

Hasil pengujian kemurnian benih gmelina (Gmelina arborea), presentase

benih murni 99.9%, benih tanaman lain 0%, kotoran benih 0.008%, dan

perubahan berat 0.0003%. Standar kemurnian benih gmelina berdasarkan Standar

Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu

98% sampai 100%, jika presentase benih murni dibawah 98% maka harus

dilakukan pengujian ulang. Presentase perubahan berat yang ditoleransi yaitu 5%,

jika presentase perubahan berat diatas 5% maka harus dilakukan pengujian ulang.

Page 29: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

15

Gambar 9 Kegiatan uji kemurnian gmelina

4.2.4.2 Penentuan Bobot 1000 butir

Penentuan bobot bertujuan untuk menentukan bobot 1000 butir contoh

benih.Berat 1000 butir benih ditimbang dari benih murni. Penentuan bobot 1000

butir dilakukan sebanyak 8 ulangan, masing-masing ulangan terdapat 100 butir

benih dan ditimbang dalam gram. Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan

Madura

Ulangan Berat (X)

@100 butir

X2

1 51.47 g 2 649.16

2 53.32 g 2 843.02

3 51.87 g 2 690.49

4 50.65 g 2 565.42

5 52.74 g 2781.51

6 52.87 g 2 795.24

7 54.64 g 2 985.53

8 53.98 g 2 913.84

Jumlah 421.54 22 224.22

Rata-rata 52.69 2 778.027

Keragaman (S2) =

=

=

=

= 1.75

Keragaman baku (S) =

=

= 1.323

Page 30: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

16

CV = x 100%

= x 100%

= 2.51%

Bobot 1000 butir = 10 x (X)

= 10 x 52.69

= 526.9 gram

1 kg benih = x 1000

= x 1000

= 1 897.9

= 1 898 butir benih

Perhitungan dilakukan terhadap contoh kerja secara acak terhadap 100

butir benih dengan ulangan 8 kali. Koefisien variasi dari perhitungan tersebut

tidak boleh lebih dari 4.0%. Apabila koefisien variasi lebih dari nilai tersebut,

maka nilai ulangan yang terendah dan tertinggi di buang, kemudian ditimbang

kembali, jika koefisien variasinya masih diatas 4.0%, maka dilakukan pengujian

ulang sebanyak 16 kali ulangan. Berdasarkan hasil pengujian bobot 1000 butir,

didapatkan koefisien variasi 2.51% dan bobot 1000 butir benih gmelina yaitu

526.9 g dengan standar 400-700 g, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian

ulang.

4.2.4.3 Pengujian Kadar Air

Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena

benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi keadaan disekitarnya.

Kadar air yang selau berubah-ubah sesuai dengan laju deteriorasi benih yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih.

Kadar air merupakan hasil perhitungan dari hilangnya berat (kandungan

air) ketika benih dikeringkan sesuai ketentuan yang ditetapkan. Kadar air

dinyatakan dalam persen berat dari berat contoh sebelum pengeringan (berat

basah). Metoda yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi,

dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan

pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Kadar air ditentukan dua ulangan

yang berat setiap contoh tergantung diameter wadah yang digunakan yaitu (a)

diameter kurang 8 cm, berat contoh 4 hingga 5 gram, dan (b) diameter lebih 8 cm,

berat contoh 10 gram (Sudrajat dan Nurhasybi 2007).

Tujuan pengujian kadar air adalah untuk mengetahui kadar air benih

dengan menggunakan metode yang sesuai bagi ketentuan pengujian sedangkan

pengujian kadar air itu sendiri adalah berat air yang hilang karena proses

pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam

persentase terhadap berat awal contoh benih.

Terdapat 3 metode pengujian kadar air yaitu dengan menggunakan Metode

oven dengan suhu rendah konstan (103 ± 2)0C , Metode oven dengan suhu tinggi

konstan (130-133)0C dan dengan menggunakan Moisture Tester, sebelum

dilakukan pengujian kadar air benih gmelina, sebaiknya benih ditumbuk terlebih

dahulu agar mempermudah proses hilangnya kadar air dari benih. Perlakuan awal

benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian kadar air dapat dilihat pada

Lampiran 7.

Page 31: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

17

Pengujian kadar air benih pada kegiatan praktik kerja lapangan di BPTH

Jawa Madura menggunakan Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 yang dapat

dilihat pada Gambar 10, Hasil pengujian kadar air benih gmelina telah sesuai

dengan standar mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu standar kadar

air benih gmelina ≤13%, ulangan 1 pengujian kadar air menggunakan Moisture

Tester Mettle Toledo HR 68 yaitu 12.82% selama 33 menit 50 detik, dan ulangan

2 yaitu 12.70% selama 34 menit 10 detik.

Gambar 10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68

4.2.4.4 Pengujian Daya Berkecambah

Uji perkecambahan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi perkiraan

daya tumbuh benih di lapangan dan menyediakan nilai relatif suatu lot terhadap

lot benih lainnya. Pengujian perkecambahan diprioritaskan dilakukan di

laboratorium, karena kondisi laboratorium, misalnya suhu, kelembaban, dan

cahaya dapat dilakukan sehingga hasil yang sama akan diperoleh apabila uji ulang

akan dilaksanakan. Hasil pengujian dinyatakan dalam persen (jumlah kecambah

normal dibandingkan dengan abnormal dan mati).

Pada prinsipnya, uji perkecambahan dilakukan terhadap benih murni hasil

uji kemurnian, kecuali benih ukuran kecil (seperti Eucaliptus). Benih berukuran

kecil diuji berdasarkan berat. Uji perkecambahan dilaksanakan di bawah kondisi

yang baik untuk perkecambahan. Pada akhir masa pengujian, benih dan kecambah

diperiksa dan dihitung. Penghitungan dilakukan dengan melihat kecambah

normal, kecambah abnormal dan benih yang tidak berkecambah. Kecambah

normal adalah kecambah yang memiliki struktur kecambah penting yang

berkembang baik. Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang

benihnya. Kecambah harus dalam keadaan sehat. Kecambah abnormal adalah

kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi

kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah

abnormal:

a. Kecambah rusak yaitu kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak

berat.

b. Kecambah cacat atau tidak seimbang yaitu kecambah dengan pertumbuhan

lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional.

c. Kecambah busuk yaitu kecambah berpenyakit parah. Pertumbuhan kecambah

normal tidak mungkin dicapai oleh kecambah ini.

Page 32: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

18

Sedangkan benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak

berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:

a. Benih segar tidak tumbuh yaitu benih keras yang gagal berkecambah namun

tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah

normal.

b. Benih mati yaitu benih yang sampai akhir masa pengujian tidak keras, tidak

segar dan tidak berkecambah.

Pengamatan pengujian daya berkecambah benih gmelina dilakukan pada

hari ke 16 dan hari ke 22. Hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di

BPTH Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan

Madura

Tanggal Hari

ke

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

N Abn N Abn N Abn N Abn

4-04-14 16 56 0 52 0 41 0 39 0

10-04-14 22 13 0 20 0 22 0 23 0

∑ perulangan 69 0 72 0 63 0 62 0

% perulangan 69 72 63 62

Rata-rata DB 67 %

Keterangan:

N : Kecambah normal

Abn : Kecambah abnormal

Presentase daya kecambah benih gmelina telah sesuai dengan standar

mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu daya kecambah 65%, rata-rata

hasil pengujian daya kecambah benih gmelina yaitu 67%, sehingga tidak perlu

pengujian ulang. Jumlah Benih segar tidak tumbuh dan benih mati dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya

berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura

kategori Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Rata-rata

BSTT 28 27 35 30 30

BM 3 1 2 8 4

Keterangan:

BSTT : Benih segar tidak tumbuh

BM : Benih mati

Berdasarkan hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina, terdapat

cukup banyak benih segar tidak tumbuh yaitu dengan rata-rata 30 butir benih, hal

tersebut dikarenakan benih gmelina memiliki kulit yang keras sehingga

diperlukan perlakuan pematahan dormansi dengan perendaman air suhu normal

(27-280C) lebih lama, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh

ketidakseragamannya waktu panen.

Page 33: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

19

Gambar 11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir

Kegiatan penaburan gmelina dilakukan di rumah kaca sebanyak 4 ulangan,

masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir benih gmelina, sebelum kegiatan

penaburan, benih gmelina diberi perlakuan awal berupa perendaman dengan air

suhu normal (27-280C) selama 24-48 jam. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah

pematahan dormansi terhadap kulit benih gmelina yang keras. Perlakuan awal

benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian daya berkecambah dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Gambar 12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22

4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis

Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih, BPTH atau

lembaga sertifikasi akan mengeluarkan surat keterangan lulus hasil pengujian

karena sumber benih dari benih gmelina ini tidak bersertifikat. Surat keterangan

lulus hasil pengujian ini berlaku untuk 1 lot benih.

Setelah hasil pengujian didapat, kemudian hasil dari pengujian diberikan

ke bagian peredaran benih yang telah ditulis di dalam kertas hasil pengujian,

untuk selanjutnya dianalisis hasil dari pengujian tersebut. Hasil analisa tersebut

benih dapat dikelompokan ke dalam standar mutu benih layak edar atau benih

tidak layak edar, apabila memenuhi standar layak edar maka benih akan

disertifikasi dan dikeluarkan sertifikat atau surat keterangan saja. Standar benih

layak edar dapat diketahui berdasarkan tabel standar benih layak edar tertera pada

lampiran 9.

Page 34: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

20

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa benih

gmelina memiliki standar mutu layak edar. Kemurniannya telah memenuhi syarat

yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air benihnya pun memenuhi

syarat yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar

≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata

yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%.

4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih

Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih gmelina,

apabila hasil pengujian memenuhi syarat dan sesuai dengan standar yang telah

ditentukan, BPTH akan menerbitkan sertifikat mutu benih seperti yang tertera

pada Lampiran 10 apabila sumber benihnya bersertifikat, dan akan mengeluarkan

surat keterangan hasil lulus pengujian seperti yang tertera pada Lampiran 11

apabila sumber benihnya tidak bersertifikat.

4.2.8 Pemasangan Label

Benih yang lulus dalam pengujian mutu fisik dan fisiologis, setelah

sertifikat benih atau surat keterangan hasil pengujian dikeluarkan oleh Balai atau

Lembaga Sertifikasi, pemohon dapat membuat atau memasang label. Label yang

tertulis pada kemasan benih adalah identitas yang memberikan informasi

mengenai mutu dari benih yang diproduksi. Data yang tercantum merupakan

identitas dari benih, sehingga sangat bermanfaat untuk pihak konsumen pada saat

akan membeli atau menggunakan benih tersebut. Kualitas fisik, fisiologis, dan

genetik dapat diketahui dengan melihat label yang tetera pada benih. Jumlah label

yang dikeluarkan harus mendapat pengesahan dari pihak BPTH dan pemilik benih

berkewajiban untuk memberikan informasi tentang label yang telah dipasang

kepada pihak BPTH, untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan dari label

yang dipasang disetiap kemasan benih. Label yang telah dicetak dipasang pada

setiap lot benih yang diujikan. Label benih harus memuat data-data sebagai

berikut: 1) Nomor Lot, 2) Berat bersih, 3) Tanggal Uji, 4) Kemurnian, 5) Daya

berkecambah, 6) Berat 1000 butir, 7) Jumlah benih 1000 butir, 8) Masa berlaku

pengujian, 9) Disertifikasi oleh, 10) Nomer sertifikat. (BPTH Jawa dan Madura,

2006).

4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih

Balai atau lembaga sertifikasi benih memiliki kewenangan dalam

menerbitkan dan membatalkan sertifikat benih, apabila sertifikat benih telah

diterbitkan oleh balai atau lembaga yang bersangkutan, lalu terjadi kesalahan atau

terbukti bahwa label benih yang dipasang tidak sesuai dengan sertifikat benih.

Page 35: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

21

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Kesimpulan

Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut : 1) Surat permohonan.

2) Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan

contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik

dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat

keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi

dapat membatalkan sertifikat mutu benih.

Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa

Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak edar

berdasarkan SNI 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. Kemurniannya

yaitu 99.9% dengan standar 98-100% dan kadar air benihnya yaitu 12.82% pada

ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot

1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan

daya berkecambah 67% dengan standar 65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P.

01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian benih gmelina memenuhi

syarat layak edar dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian

karena sumber benihnya tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah

disertifikasi, maka BPTH akan mengeluarkan sertifikat benih.

5.2 Saran

1. Sebaiknya benih ditumbuk terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian kadar

air untuk mempermudah proses penghilangan kadar air dalam benih.

2. Benih gmelina harus diberi perlakuan awal sebelum pengujian daya kecambah

yaitu perendaman dengan air dingin selama 24-48 jam untuk pematahan

dormansi benih gmelina yang memiliki kulit keras.

3. Perlu perawatan sarana dan prasana, terutama untuk laboratorium pengujian

mutu fisikdan fisiologis benih sehingga hasil pengujian yang didapatkan

maksimal dan lebih akurat.

Page 36: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

22

DAFTAR PUSTAKA

Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 2013. Manual Produksi Bibit Berkualitas

Gmelina (Gmelina arborea Roxb). Sumedang (ID): Kementrian Kehutanan.

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat Benih No. 16,

Januari 2002 Gmelina arborea. Bandung (ID): Indonesia Forest Seed

Project.

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Petunjuk Teknis pengujian Mutu

Fisik-Fisiologi Benih. Jakarta.

Djajapertjunda S, Djamhuri E. 2013. Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa

ke Masa. Bogor (ID): IPB Press.

Herawan T dan Ismail B. 2011. Pengaruh Jenis Eksplan Dan Umur Kultur Pada

Kultur Jaringan Gmelina arborea.Warna Benih Vol. 12 No. 1.

Lithosolv, 2012. Kaans (Gmelina arborea). PLUS [Internet]. [diunduh 2014 Juni

26]; https://plus.google.com/106703490111409046426/posts.

Mugnisjah W.Q. dan Setiawan A. 2006. Produksi benih. Bumi Aksara. Jakarta.

Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013. Titik Pelepasliaran, Tempat

Dimulainya Kehidupan Baru. [Internet] [diunduh 2014 juni 26];

http://theforestforever.com/ID/release-point-where-the-new-life-begins/

Sudrajat DJ dan Nurhasybi. 2007. Produksi dan Pengujian Mutu Benih Tanaman

Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan Untuk Peningkatan

Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”.

Sumargo W, Nanggara SG, Nainggolan FA, Apriani I. 2011. Potret Keadaan

Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009. FWI [Internet]. [diunduh 2014

Maret 03]; fwi.or.id/wp-content/uploads/2013/02/PHKI_2000-

2009_FWI_low-res.pdf.

Syam S. 2007. Strategi Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman

Hutan Di Indonesia: Kendala Dan Tantangan. Produksi dan Pengujian

Mutu Benih Tanaman Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan

Untuk Peningkatan Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”.

Page 37: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

23

LAMPIRAN

Page 38: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

24

Lampiran 1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih

CONTOH SURAT PERMOHONAN SERTIFIKASI MUTU BENIH

KOP SURAT PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH *)

Nomor :

Blanko :

Hal : Permohonan Sertifikasi Mutu Benih.

Kepada Yth

Kepala Dinas Provinsi/

Kabupaten/Kota/Balai

*)

Di

.........................................

Dengan hormat,

Dengan ini kami:

Nama : ………………………………………………………………………

Alamat : ………………………………………………………………………

Provinsi / Kabupaten/ Kecamatan / Desa

Nomor Telepon / Faximile / Email : ……………………................................

Bermaksud untuk mensertifikatkan mutu Genetik/Fisik Benih Tanaman Hutan :

Nama Spesies : …………………………………………… (lokal dan latin)

Jumlah Lot Benih : ……………….. gr/kg *)

Lokasi :

…………………………………………………………………………………

(Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa)

Bersama ini kami lampirkan surat keterangan asal-usul benih.

Demikian permohonan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.

………………………………….

( Ttd )

Pemohon

Keterangan: *) Coret yang tidak perlu

Page 39: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

25

SURAT KETERANGAN

ASAL USUL BENIH

1. Nama Species (lokal dan latin) :

2. Nomor Sumber Benih :

3. Lokasi Sumber Benih :

4. Kelas Sumber Benih :

5. Tinggi Tempat Sumber Benih :

6. Posisi Geografi Sumber Benih :

7. Volume/Berat Benih : gr/kg *)

………………….,

………………………………

Pemilik Sumber

Benih,

…………………………….

Lampiran 2 Surat keterangan asal usul benih

Page 40: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

26

Lampiran 3 Format keterangan contoh benih

FORMAT KETERANGAN CONTOH BENIH

Nomor Uji

(dilengkapi oleh lab)

KETERANGAN CONTOH BENIH

(Contoh diambil oleh petugas dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota/Balai) *)

A. Keterangan Pemilik Benih

1. Nama

2. Alamat

3. Nomor Telepon/Fax/E-Mail

B. Keterangan Lot Benih

1. Nama spesies (lokal & latin)

2. Nomor Sumber Benih

3. Kelas Sumber Benih

Berat Lot Benih

(gr/kg)*) Jumlah Wadah Jenis Wadah Tanggal Panen

C. Keterangan Contoh Benih

1. Nama pengambil contoh

2. Institusi

3. Tanggal ambil contoh

4. Berat contoh

5. Metode pengambilan contoh

D. Pengujian yang diperlukan

Kemurnian Berat 1.000 Butir

Kadar Air Daya Kecambah

Uji Tetrazolium Uji Belah

Tanggal penerimaan contoh Nama dan tanda tangan

Yang menyerahkan Yang menerima

Keterangan: *) Coret yang tidak perlu

Page 41: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

27

Lampiran 4 Berita acara pengambilan contoh benih

BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH BENIH

Nomor. : BA .............

Pada hari ini ................... tanggal.................. bulan ..................... tahun

......... yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama :

Jabatan :

Alamat :

Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

2. Nama :

Jabatan :

Alamat :

Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh

benih:

a. Nama Species : ............................. (lokal dan latin)

b. Jumlah Lot Benih : ………………..gr/kg*)

c. Jumlah contoh : …………………gr/kg*)

milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menyerahkan sampel

benih kepada PIHAK PERTAMA untuk dilakukan pengujian mutu benih.

Demikian Berita Acara Pengambilan Contoh Benih ini dibuat sebagai bukti

telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih.

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,

.......................... ..........................

Page 42: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

28

Lampiran 5 Berat miminum pengambilan contoh benih

No. Jenis Tanaman

Berat

Maksimum

Seed Lot

(kg)

Berat

Minimum

Contoh

Kiriman

(gr)

Berat

Minimum

Contoh Kerja

Kemurnian

(gr)

1. Acacia auriculiformis 1000 70 35

2. Acacia mangium 1000 70 35

3. Agathis lorantifolia 1000 1000 500

4. Altimgia exelsa 1000 50 25

5. Dalbergia latifolia 1000 200 100

6. Eucallyptus urophylla 1000 25 5

7. Eucallyptus dehlupta 1000 10 2

8. Paraserianthes

falcataria

1000 110 55

9 Pinus merkusii 1000 120 60

10. Santalum album 1000 1000 500

11. Swietenia sp. 1000 400 200

12. Tectona grandis 1000 2000 1000

13. Callopogonium

mucunoides

20000 400 40

14. Centrosema juncea 10000 700 70

15. Centrosema

pubescens

20000 600 60

16. Leucaena

leucocephala

1000 350 175

17. Leucaena glauca 1000 250 125

Page 43: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

29

18. Pinus caribea 1000 100 50

19. Pinus kesiya 1000 80 40

20. Pinus ocarpa 1000 70 35

21. Calliandra tetragona 1000 160 80

22. Toona sureni 1000 250 125

23. Gmelina arborea 1000 3500 1750

24. Sesbania grandiflora 1000 270 135

25. Schleichera oleosa 1000 3000 1500

26. Melia azedarachta 1000 2500 1250

27. Caesalpinia sappan 1000 3200 1600

28. Acacia Arabica 1000 80 40

29. Acacia Arabica 1000 1200 600

30. Cassia siamea 1000 140 70

31. Ceiba Pentandra 1000 350 175

Page 44: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

30

Lampiran 6 Kartu Pengujian Benih

Page 45: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

31

Page 46: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

32

Lampiran 7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air

No Jenis Nama Lokal Perlakuan

1 Acacia arabica - Digiling

2 Acacia

aulacocarpa

Karpa Digiling

3 Acacia

auriculiformis

Akor Digiling

4 Acacia

crassicarpa

Krasi Digiling

5 Acacia

mangium

Mangium Digiling

6 Acacia villosa - Digiling

7 Agathis

loranthifolia

Damar Dipotong

8 Aleurites

moluccana

Kemiri Dipotong

9 Alstonia

scholaris

Pulai -

10 Altingia excelsa Rasamala -

11 Anacardium

occidentale

Jambu monyet Dipotong

13 Anthocephalus

cadamba

Jabon -

12 Anthocephalus

chinensis

Jabon -

14 Calliandra

calothyrsus

Kaliandra

merah

Digiling

15 Calliandra

tetragona

Kaliandra putih Digiling

16 Ceiba

pentandra

Kapuk/Randu Digiling

17 Dalbergia

latifolia

Sonokeling Digiling

18 Duabanga

moluccana

Rajumas -

19 Eucalyptus

camaldulensis

- -

Page 47: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

33

20 Eucalyptus

deglupta

Leda -

21 Eucalyptus

pellita

Pelita -

22 Eucalyptus

urophylla

Ampupu -

23 Fragrea

fragrans

Tembesu -

24 Gliricidia

sepium

Gamal Digiling

25 Gmelina

arborea

Jati putih Diretakktan

kemudian

dikeluarkan

benihnya

26 Khaya

anthotheca

Mahoni Uganda Dipotong

27 Leucaena

glauca

Lamtoro Digiling

28 Leucaena

leucocephala

Lamtoro Gung Digiling

29 Manilkara

kauki

Sawo kecik Digiling

30 Melia

azedarach

Mindi Digiling

31 Paraserianthes

falcataria

Sengon Digiling

32 Pericopsis

mooniana

Kayu kuku Digiling

33 Pinus merkusii Pinus/Tusam -

34 Santalum album Cendana Digiling

36 Schleichera

oleosa

Kesambi Digiling

35 Senna siamea Johar Digiling

37 Sesbania

grandiflora

Turi Digiling

38 Swietenia

macrophylla

Mahoni Dipotong

39 Tectona grandis Jati Diretakkan

kemudian

dikeluarkan

Page 48: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

34

benihnya

40 Toona sureni Suren -

41 Zanthoxyllum

rhetsa

Panggal buaya -

Page 49: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

35

Lampiran 8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya

berkecambah

No Jenis Nama

Lokal

Perlakuan awal Media Lama

(minggu)

1 Acacia

arabica

- Perlakuan

dengan air panas

1 menit

kemudian

rendam dalam

air dingin 24 jam

UDK 2

2 Acacia

aulacocarp

a

Karpa Idem UDK 2

3 Acacia

auriculifor

mis

Akor Idem UDK 2

4 Acacia

crassicarp

a

Krasi Idem UDK 2

5 Acacia

mangium

Mangiu

m

Idem UDK 2

6 Acacia

villosa

Idem UDK 2

7 Agathis

loranthifoli

a

Damar Tidak perlu UAK 3

8 Aleurites

moluccana

Kemiri Direndam air 3

hari

Pasir 3-5

9 Alstonia

scholaris

Pulai Tidak perlu UDK 3

10 Altingia

excelsa

Rasamal

a

Tidak perlu UDK 3

11 Anacardiu

m

occidental

e

Jambu

monyet

Direndam dalam

air dingin 24 jam

Pasir 4

13 Anthoceph

alus

cadamba

Jabon Tidak perlu Pasir 5

12 Anthoceph Jabon Tidak perlu UDK 2

Page 50: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

36

alus

chinensis

14 Calliandra

calothyrsu

s

Kaliandr

a merah

Direndam dalam

air dingin 24 jam

UDK 2

15 Calliandra

tetragona

Kaliandr

a putih

Direndam dalam

air dingin 24 jam

UDK 2

16 Ceiba

pentandra

Kapuk/

Randu

Direndam dalam

air dingin 24 jam

Pasir 3

17 Dalbergia

latifolia

Sonokeli

ng

Direndam dalam

air dingin 24 jam

UDK 3

18 Duabanga

moluccana

Rajumas Tidak perlu UDK 2

19 Eucalyptus

camaldule

nsis

- Tidak perlu UDK 3

20 Eucalyptus

deglupta

Leda Tidak perlu UDK 3

21 Eucalyptus

pellita

Pelita Tidak perlu UDK 3

22 Eucalyptus

urophylla

Ampupu Tidak perlu UDK 2

23 Fragrea

fragrans

Tembes

u

Tidak perlu UDK 3

24 Gliricidia

sepium

Gamal Direndam dalam

air dingin 24 jam

UDK 2

25 Gmelina

arborea

Jati

putih

Direndam

dalam air

dingin 24 jam

Pasir 3

26 Khaya

anthotheca

Mahoni

Uganda

Tidak perlu Pasir 3

27 Leucaena

glauca

Lamtoro Perlakuan

dengan air panas

1 menit

kemudian

rendam dalam

air dingin 24 jam

UDK 2

28 Leucaena

leucocepha

la

Lamtoro

Gung

Perlakuan

dengan air panas

1 menit

kemudian

UKDdp 2

Page 51: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

37

rendam dalam

air dingin 24 jam

29 Manilkara

kauki

Sawo

kecik

Direndam air

dingin 24 jam

Pasir 5

30 Melia

azedarach

Mindi Diretakkan pada

bagian ujung.

Pasir 3

31 Paraserian

thes

falcataria

Sengon Perlakuan

dengan air panas

1 menit

kemudian

rendam dalam

air dingin 24 jam

UKDdp 2

32 Pericopsis

mooniana

Kayu

kuku

Direndam dalam

air dingin 24 jam

UKDdp 3

33 Pinus

merkusii

Pinus/T

usam

Tidak perlu UDK 3

34 Santalum

album

Cendana Direndam air

dingin 24 jam.

Pasir 6

36 Schleicher

a oleosa

Kesambi Direndam air

dingin 24 jam

Pasir 3

35 Senna

siamea

Johar Direndam dalam

air dingin 24 jam

Pasir 10

37 Sesbania

grandiflor

a

Turi Direndam dalam

air dingin 24 jam

Pasir 2

38 Swietenia

macrophyll

a

Mahoni Tidak perlu Pasir 4

39 Tectona

grandis

Jati Dioven 48 jam,

suhu 80o C.

Pasir 4

40 Toona

sureni

Suren Tidak perlu UDK 4

41 Zanthoxyll

um rhetsa

Panggal

buaya

Tidak diketahui Tanah Tidak

diketahui

Page 52: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

38

Lampiran 9 Standar benih layak edar

No Jenis Nama

Lokal

kecambah

rata-rata

(%)

Berat 1.000

butir rata-

rata (g)

Kemurnia

n rata-rata

(%)

Kadar

air rata-

rata (%)

1. Acacia

arabica - 70 – 85 360 93 – 97 7 – 9

2.

Acacia

aulaco

carpa

Karpa 70 – 85 12 – 25 93 – 98 6 – 7

3.

Acacia

auricul

iformis

Akor 70 – 85 13 – 18 93 – 98 6 – 7

4.

Acacia

crassic

arpa

Krasi 70 – 85 27 94 – 98 6 – 7

5.

Acacia

mangiu

m

Mangiu

m 80 – 95 8 – 15 92 – 98 6 – 7

6. Acacia

villosa - 70 – 85 16 92 – 96 6 – 7

7.

Agathis

loranth

ifolia

Damar 90 – 100 200 – 250 95 – 98 30

8.

Aleurit

es

molucc

ana

Kemiri 40 – 50 2.800 99 – 100 10 – 12

9.

Alstoni

a

scholar

is

Pulai 90 – 100 11 – 27 90 – 95 6 – 7

10.

Altingi

a

excelsa

Rasamal

a 40 – 50 6 70 – 80 10 –12

11.

Anacar

dium

occiden

tale

Jambu

monyet 60 – 80 3.300 – 7.700 100 10 – 15

12.

Anthoc

ephalus

chinens

is

Jabon - 0,038 – 0,056 - 8 – 9

13.

Anthoc

ephalus

cadam

ba

Jabon - 0,038 – 0,056 - 8 – 9

14.

Callian

dra

calothy

Kaliandr

a merah 75 – 90 50 – 55 94 – 99 8 – 9

Page 53: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

39

rsus

15.

Callian

dra

tetrago

na

Kaliandr

a putih 75 – 90 32 94 – 99 6 – 7

16.

Ceiba

pentan

dra

Kapuk/

randu

90 – 95

22 – 100

94 – 97 10 – 12

17.

Dalber

gia

latifoli

a

Sonokel

ing 80 – 95 48 96 – 98 8 – 9

18.

Duaba

nga

molucc

ana

Rajumas 65 – 75 kc/g 0,1 - 8 – 9

19.

Eucaly

ptus

camald

ulensis

- 700 kc/g 1,2 – 1,4 - 8 – 9

20.

Eucaly

ptus

deglupt

a

Leda 1.000 – 2.

000 kc/g 0,5 - 8 – 9

21.

Eucaly

ptus

pellita

Pelita 1.500 kc/g 0,32 - 8 – 9

22.

Eucaly

ptus

urophyl

la

Ampupu 210 – 410

kc/g 0,6 – 0,7 - 8 – 9

23.

Fragre

a

fragran

s

Tembes

u 65 – 80 0,2 - 8 – 9

24.

Glirici

dia

sepium

Gamal 90 – 100 90 – 200 91 – 95 8 – 9

25.

Gmelin

a

arbore

a

Jati

putih 60 400 – 700 98 – 100 10 – 12

26.

Khaya

anthoth

eca

Mahoni

Uganda 90 – 100 260 – 500 95 – 98 8 – 10

27. Leucae

na

glauca

Lamtoro 65 – 90 45 – 50 95 – 98 8 – 9

28.

Leucae

na

leucoce

phala

Lamtoro

gung 50 – 80 50 – 60 95 – 98 8 – 9

Page 54: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

40

29.

Manilk

ara

kauki

Sawo

kecik 70 – 80 600 – 800 100 10 – 12

30.

Melia

azedar

ach

Mindi 70 – 85 700 99 – 100 10 – 12

31.

Parase

rianthe

s

falcata

ria

Sengon 70 – 90 16 – 26 93 – 99 6 – 7

32.

Perico

psis

moonia

na

Kayu

kuku 60 –70 140 – 230 95 – 98 8 – 9

33.

Pinus

merkus

ii

Pinus/T

usam 70 – 80 16 – 20 93 – 98 8 – 10

34.

Santalu

m

album

Cendana 40 – 60 140 – 230 95 – 98 8 – 10

35.

Schleic

hera

oleosa

Kesamb

i 70 – 80 600 95 – 98 30

36. Senna

siamea Johar 75 – 90 22 – 28 94 – 97 8 – 9

37.

Sesbani

a

grandif

lora

Turi 85 – 90 33 – 58 92 – 96 6 – 7

38.

Swieten

ia

macrop

hylla

Mahoni 60 – 80 400 – 700 96 – 98 8 – 9

39.

Tecton

a

grandis

Jati 40 – 60 400 99 – 100 10 – 12

40. Toona

sureni Suren 50 – 80 2 – 16 96 – 98 8 – 9

41.

Zantho

xyllum

rhetsa

Panggal

buaya 10 – 30 45 – 60 96 – 98 8 – 10

Page 55: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

41

Lampiran 10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan

Bagian Depan

Page 56: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

42

Bagian Belakang

Page 57: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

43

Lampiran 11 Keterangan hasil pengujian mutu benih

Page 58: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

44

Page 59: Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

45

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada Tanggal 9

November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Imam Widasa dan Ida Farida. Penulis

menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Islam

Nursalam Bekasi pada tahun 1999,kemudian melanjutkan

pendidikan Sekolah Dasar di SDIT Al-fidaa bekasi lulus pada

tahun 2005, lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Tashfia Boarding School Bekasi lulus pada tahun 2008, penulis melanjutkan

Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Tambun Selatan Bekasi, penulis aktif

organisasi sebagai anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) pada tahun 2009/2010 dan

lulus pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma

Institut Pertanian Bogor di Program Keahlian Teknologi Industri Benih pada

tahun yang sama melalui jalur undangan resmi (USMI), pada tahun 2012/2013

penulis aktif organisasi sebagai bendahara umum Kelompok Pemerhati

Lingkungan (KPL) Angsana.