Tugas Agroforestri
-
Upload
brian-howell -
Category
Documents
-
view
233 -
download
8
Transcript of Tugas Agroforestri
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
KONSEPTUAL AGROSILVOPASTORAL SEBAGAI BAGIAN KONSEP
AGROFORESTRY
Dasar Pengembangan Konsep Agrosilvopastoral
Hampir di setiap rumah memiliki ternak baik sapi maupun kambing. Dan
satu lagi budaya berternak masyarakat tersebut adalah menggembala ke dalam
hutan. Melimpahnya pakan ternak di dalam hutan telah meninabobokan masyarakat
untuk melepas ternaknya ke dalam hutan. Disamping itu, pada umumnya
masyarakat memiliki mata pencaharian lebih dari satu yaitu bermata pencaharian
sebagai petani sekaligus sebagai peternak. Hal tersebut menjadi dasar dari
perkembangan model Agrosilvopastoral yang terjadi di masyarakat. Padahal jika
kita bandingkan dengan budaya berternak masyakat sekitar hutan di daerah Jawa
Barat, mereka mengandangkan ternaknya dan pemilik ternak yang mengambil
rumput ke dalam hutan atau ladang maupun sawah.
Beberapa konsep manajemen Agrosilvopastoral telah diaktualisasikan selama
berabad-abad. Agrosilvopastoral merupakan bagian dari agroforestry yang dirancang
dan digunakan untuk produksi pohon, tanaman perkebunan atau tanaman pertanian,
hijauan pakan ternak, dan ternak.
Sistem Agrosilvopastoral dirancang untuk menghasilkan suatu komponen
kayu bernilai tinggi, disamping menyediakan tambahan penghasilan dari komponen
ternak. Interaksi antar tanaman kayu, pakan hijauan, dan ternak diatur secara
intensif dalam menghasilkan komoditi kayu, sumber daya pakan bermutu tinggi, dan
efisiensi produksi pada ternak disamping juga menghasilkan tanaman budidaya untuk
dijual maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Secara keseluruhan, Agrosilvopastoral
merupakan suatu sistem yang bernilai ekonomis disamping membentuk suatu
sistem yang berkesinambungan dengan berbagai nilai manfaat bagi lingkungan.
Manajemen Agrosilvopastoral yang dikelola dengan baik, menawarkan suatu
kesempatan untuk menghasilkan produk pasar yang beranekaragam yang dapat
membantu perekonomian di pedesaan.
Konsep penggabungan antara tanaman pertanian, ternak dan hutan diramu
sedemikian rupa sehingga ketiga komponen dapat digabungkan dan saling bersinergis,
sehingga pemilihan tanaman tahunan harus disesuaikan pada lokasi pertumbuhan
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
yang berbeda, responsibel terhadap manajemen pemeliharaan yang intensif, dan
memungkinkan cahaya untuk menembus hingga lantai hutan (tidak rimbun). Pola
pemilihan dan penggunaan pohon, dan penanaman atau penebangan adalah:
a) kesesuaian pada sisi; b) kompatibilitas dengan sistem ; dan c) menunjang kebutuhan
dan pengembalian ekonomi dan lingkungan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
setiap komponen baik itu komponen hijauan pakan maupun komponen ternak yang
digabungkan dengan komponen tanaman pertanian agar penerapan konsep
Agrosilvopastoral dapat berjalan baik, yaitu :
a. Komponen tanaman pertanian
Sesuai untuk penggembalaan ternak,
Kompatibel dengan lokasi (lahan, temperatur, hujan),
Tetap produktif di bawah kondisi dengan kelembaban yang tinggi dan teduh,
Responsibel terhadap sistem pemeliharaan intensif
Toleran dengan pemanfatan yang berat
Seleksi pohon dan jenis tanaman hijauan yang akan ditanam, dipertimbangkan
berdasarkan potensi pasar, tipe tanah, kondisi klimatik, dan kecocokan serta
kesesuaian antar jenis.
b. Komponen tanaman tahunan
Bernilai pasar,
mutu tinggi,
memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat,
sistem perakaran yang dalam,
toleran terhadap kekeringan, dan
mampu untuk menyediakan produk yang diinginkan dan melindungi
lingkungan.
Konsep Agrosilvopastoral yang diterapkan dimasyarakat dapat dibagi menjadi dua
konsep dasar, yaitu:
a. Sistem Menggembala
Kesehatan rumah dan keluarga rendah
Pemilik tidak bisa melakukan aktivitas produktif lainnya karena harus
menggiring ternak terus menerus
Kotoran ternak menjadi polusi di mana-mana
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
b. Sistem dikandangkan
Kesehatan rumah dan keluarga terjaga
Pemilik bisa melakukan aktivitas produktif lainnya (bertani, rutinitas lainnya)
Kotoran ternak tersentral sehingga dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang
atau biogas.
Pada sistem menggembala, produktivitas masyarakat terbatas karena dari pagi
sampai sore mereka bekerja hanya menggiring ternak ke dalam hutan agar ternak tidak
merusak tanaman kehutanan. Ketika ternak sudah kenyang, baru ternak digiring ke
kampung. Sehingga potensi untuk menambah pendapatan keluarga sangat terbatas.
Model Agrosilvopastoral dengan mengembala dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Ternak sapi yang sedang merumput di dalam hutan
Desain Perencanaan Agrosilvopastoral
Agrosilvopastoral dapat dibentuk di atas lahan atau dataran manapun daratan
yang mampu secara serempak mendukung pertumbuhan tanaman budidaya dan
pengembalaan ternak. Konsep ini dilakukan dengan melakukan berbagai pertimbangan
sebagai berikut:
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
a. Pertimbangan Tanaman Tahunan (Kehutanan)
Seleksi pohon dan jenis tanaman hijauan yang akan ditanam,
dipertimbangkan berdasarkan potensi pasar, tipe tanah, kondisi klimatik, dan
kecocokan serta kesesuaian antar jenis. Komponen kayu yang digunakan harus
memenuhi persyaratan, yaitu bernilai pasar, mutu tinggi, memiliki tingkat
pertumbuhan yang cepat, sistem perakaran yang dalam, toleran terhadap
kekeringan, dan mampu untuk menyediakan produk yang diinginkan dan
melindungi lingkungan.
Spesies berkayu bukan hanya memiliki fungsi produktif yang penting juga
menciptakan iklim mikro yang cocok untuk komponen produktif lainnya, yaitu
tanaman budidaya atau hewan, didalam sistem usaha tani.
b. Pemilihan Ternak
Terdapat beranekaragam ternak potensial meliputi: sapi, domba, kambing,
kuda, kalkun, ayam, burung unta, emu, rhea, atau binatang pendatang seperti
bison, rusa, kijang, dll. Sistem pemilihan ternak harus kompatibel dengan pohon,
hijauan pakan, lingkungan, dan peraturan penggunaan lahan. Secara umum,
binatang perumput seperti domba, kambing, atau rusa mungkin untuk memakan
ranting pohon; sedangkan, binatang gembalaan besar seperti sapi atau lebih
mungkin menginjak pohon-pohon yang masih muda. Ternak muda lebih
cenderung akan merusakkan pohon dibanding dengan binatang yang lebih tua.
c. Pemilihan Tanaman Budidaya
Tanaman budidaya yang digunakan harus sesuai dengan kondisi yang
cocok untuk ditanami, pada umumnya tanaman budidaya yang digunakan pada
umumnya dipilih yang tahan penggembalaan, serta dapat tumbuh jika dinaungi.
Jenis Ternak Sebagai Bagian dari Sistem Agroforestry
Pada prinsipnya semua ternak menghasilkan kotoran yang bermanfaat dalam
konservasi tanah, tetapi ternak-ternak tertentu mempunyai beberapa keunggulan
apabila dikembangkan di suatu kawasan hutan. Ternak ruminansia (sapi, kerbau,
kambing dan domba) lebih mempunyai keunggulan dibandingkan ternak
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
nonruminansia, sebab kotoran yang dihasilkan cukup banyak dan secara alami ternak
ruminansia pemakan hijauan.
Sapi dan kerbau menghasilkan sejumlah besar kotoran per ekor per tahun.
Kotoran tersebut mempunyai nilai ekonomis. (1) Pada beberapa usaha peternakan
rakyat, kotoran sapi dikumpulkan dan dijual sebagai pupuk kandang. (2) Pada ternak-
ternak yang dilepas, kotoran menumpuk di tanah dan menyebar menjadi pupuk bagi
vegetasi di atasnya. Nilai ekonomisnya, adalah bahwa petani tidak terlalu tergantung
pada pupuk kimia, sehingga mengurangi biaya untuk pupuk.
Keuntungan lain dengan pemanfaatan ternak ruminansia, bahwa tidak perlu
mencari lahan khusus untuk pemeliharaan sapi atau kerbau. Dibandingkan ternak
nonruminansia, dalam hal mana cukup dapat diperlihara dengan sistem backyard
farming.
Faktor Pendukung Sebagai Bagian Dari Sistem Agroforestry :
Ternak menjadi pendukung dalam pengembangan agroforestry, dimana ternak
memiliki peranan sebagai factor pendukung yang dijadikan sebagai bagian dari
perkembangan agroforestry (Maylinda, dkk, 2003)
a. Ternak sebagai penyedia pupuk alami yaitu dari kotoran.
Sumber daya di alam ini dibagi dua bagian besar yaitu (1) bahan yang tidak
dapat diperbarui. Di banyak negara, alam dewasa ini telah dieksploitasi dan
menghasilkan polusi yang berasal dari perkembangan teknologi. Minyak yang
berasal dari fosil, batubara, telah digunakan dan menyebabkan emisi 50 % gas
metan, 97 % Sulfor Dioksida, 88 % Nitrogen Oksida, 50 % carbon oksida dan
lebih dari 99 % carbon dioksida. (2). Bahan yang dapat diperbarui, seperti air,
dewasa ini merupakan bahan ekonomi yang sangat penting. Semakin berkembang
suatu masyarakat maka kebutuhan air semakin meningkat (International Union for
the Conservation of Nature, 1998). Dalam menunjang ketersediaan sumber daya
alam tersebut di atas, vegetasi dan hutan memegang peranan penting.
Pertama bahwa hutan dengan proses fotosintesanya mengubah CO2
menjadi sumber energi dalam tanaman itu sendiri yang juga menjadi bahan
makanan bagi mahluk yang mengkonsumsinya, serta O2 yang sangat penting bagi
mahluk hidup di bumi. Kedua dengan masih seimbangnya kawasan hutan akan
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
menjadi depot penyimpan cadangan air bagi umat manusia. Kondisi hutan
sendiri akan selalu saling tergantung dengan kondisi tanah, apakah tanah tersebut
cukup subur atau tidak. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa dengan
pemeliharaan dapat berperan dalam konservasi sumber daya alam.
Untuk kotoran itu sendiri dapat diupayakan suatu teknologi yang
bermanfaat meningkatkan manfaatnya. Hal ini guna mengurangi masalah
yang disebabkan oleh kotoran yang mana apabila ditumpuk begitu saja dapat
mencemari air tanah. Suatu contoh teknologi sederhana yang diterapkan
Canadian Environmental Technology Advancement Corporation (2002) dengan
teknik liquid-solid separation system pada kotoran babi, yang ternyata dapat
mengurangi terutama masalah bau yang disebabkan oleh kerja bakteri anaerob
pada tumpukan kotoran yang di bagian bawah tumpukan. Mekipun dalam
contoh tersebut digunakan kotoran babi, untuk kotoran sapi dapat pula
diupayakan teknologi sederhana semacam ini.
b. Ternak memanfaatkan tanaman dalam sistem tersebut untuk pakannya.
Berdasarkan program Direktorat Pengembangan Peternakan pada tahun
2003 maka dicontohkan pula pemeliharaan sapi potong di bawah kebun kelapa
sawit. Peningkatan produksi daging sapi di dalam negeri saat ini terkendala
sehubungan dengan terbatasnya ketersediaan bibit ternak, pakan, lahan tempat
usaha, modal dan daya saing. Perkebunan kelapa sawit sangat sesuai untuk
kawasan pengembangan ternak ruminansia karena potensial sebagai sumber bahan
pakan ternak, tersedianya lahan usaha, infrastruktur, pasar dan modal. Ternak
ruminansia seperti sapi potong dan perah, kambing atau domba dapat dipelihara di
bawah pohon kelapa sawit atau dengan jalan dikandangkan (sistem cut-and-curry).
Berdasarkan perhitungan, setiap satu hektar kebun kelapa sawit dapat
memberikan pakan untuk 4 ekor ternak sapi potong. Apabila pada saat ini terdapat
sekitar 4 juta ha lahan kebun kelapa sawit di seluruh Indonesia maka potensi yang
dapat dikembangkan dapat mencapai 16 juta ekor. Kalau saja hanya sepertiga dari
potensi ini yang dapat direalisasikan maka akan ada tambahan sekitar 5 juta ekor
ternak sapi potong. Tentu hal ini merupakan potensi yang tidak boleh dianggap
kecil, terutama dalam upaya memenuhi peningkatan kebutuhan daging sapi setiap
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
tahunnya dan sekaligus mendukung program kecukupan daging 2005 yang
digalakkan oleh Direktorat pengembangan peternakan.
c. Ternak dapat berfungsi sebagai tabungan bagi petani yang dapat menjadi
sumber uang kontan di kala petani membutuhkan uang.
Manfaat dari Model Agrosilvopastoral
Agrosilvopastoral dapat memberikan manfaat dari segi ekonomis, dari segi
daerah, dan ternak serta tanaman budidaya.
a. Manfaat EkonomisPengintegrasian pohon, tanaman budidaya, makanan hewan, dan ternak
menciptakan suatu sistem manajemen lahan untuk menghasilkan produk yang
dapat dipasarkan dengan pemeliharaan produktivitas jangka panjang. Resiko
kerugian ekonomi dapat dikurangi, sebab sistem menghasilkan produk yang
bervariasi, dimana kebanyakan dari produk tersebut sudah konstan di pasaran.
Biaya produksi dikurangi dan fleksibilitas pemasaran ditingkatkan dengan
pembagian biaya-biaya manajemen antara komponen ternak, komponen tanaman
budidaya dan kayu. Pemanfaatan lahan secara menyeluruh dalam sistem
Agrosilvopastoral menyediakan suatu pendapatan tetap dari penjualan tanaman
budidaya, ternak disamping dari penjualan produk kayu dan pohon-pohon
tertentu. Manajemen pakan hijauan yang baik menunjang menyediakan nutrisi
yang dapat meningkatkan produksi dan pertumbuhan ternak.
b. Daerah berhutan dan Hijauan pakan
Penggembalaan dapat mengendalikan kompetisi rumput untuk kelembaban,
nutrisi, dan cahaya matahari, disamping itu membantu pertumbuhan pohon.
Penggembalaan yang diatur dengan baik akan mengendaikan rumput liar tanpa
aplikasi herbisida, mencegah kebakaran, dan mengurangi habitat hewan-hewan
pengerat. Pupuk yang digunakan untuk hijauan pakan juga digunakan oleh
pepohonan. Sebagai tambahan, kotoran ternak merupakan daur ulang nutrien atau
sebagai pupuk. Perpaduan hutan dan ternak.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
c. Ternak dan Tanaman Budidaya
Beberapa spesies hijauan makanan cenderung memiliki kandungan serat
kasar yang rendah dan digestibel saat tumbuh di lingkungan yang terlindungi oleh
pepohonan. Pohon yang menyediakan teduhan atau perlindungan dari angin dapat
membentuk iklim mikro yang mencegah terjadinya cekaman panas dan dingin
yang menyebabkan stress pada ternak disamping mempermudah dalam
pengelolaan tanaman budidaya. Perlindungan dari pepohonan dapat mengurangi
50% atau lebih pengaruh cekaman dingin oleh angin dan menurunkan 70%
kecepatan angin. Ternak hanya menggunakan sedikit energi yang berasal dari
pakan dengan tidak adanya stress, sehingga memperbaiki keragaan dan
menurunkan angka kematian.
Kapuk Randu (Ceiba pentandra)
Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang
tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam
famili terpisah Bombacaceae), berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan,
Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C. pentandra var. guineensis)
berasal dari sebelah barat Afrika. Kata "kapuk" atau "kapok" juga digunakan untuk
menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai
kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Juga disebut sebagai Ceiba,
nama genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi bangsa Maya.
Gambar 2. Kapuk Randu
Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat memiliki batang pohon
yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m. Pohon ini banyak ditanam di Asia,
terutama di pulau Jawa, Malaysia, Filipina, dan Amerika Selatan (Anonim, 2012)
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
Usaha budi daya kapuk sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam, namun
harus diakui belum berkembang baik. Masih ada sejumlah hambatan yang sebenarnya
juga merupakan persoalan klasik selama dalam budi daya. Lihat saja di sejumlah
daerah di Indonesia, pohon kapuk tumbuh seadanya di sekitar pekarangan rumah.
Jangankan melihat sebuah perkebunan kapuk, budi daya kapuk secara teratur dan baik
pun sulit ditemukan.
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Indonesia pernah menjadi penghasil
kapuk terbesar (sekitar 80 persen) sebelum perang dunia I. Sekitar 60 persen dari
jumlah produksi saat itu, berasal dari Pulau Jawa, atau yang dikenal kapuk randu
alias \"java kapuk\".
Sejumlah data menyebutkan tahun 1936-1937 ekspor kapuk Indonesia
mencapai 28,4 juta kg/tahun. Seiring dengan minimnya peningkatan nilai tambah
kapuk menyebabkan budi daya pun terus menurun. Tak ada dukungan sarana dan
teknologi memadai serta minimnya permodalan semakin memerosotkan kapuk.
Akibatnya kualitas dan produksi kapuk pun anjlok. Pada awal 1990-an, data yang ada
menyebutkan luas areal tanaman kapuk sekitar 600 ribu ha, jumlah ini pun terus
menurun.
Manfaat Tanaman Kapuk Randu (Ceiba petandra)
Salah satu langkah untuk mengangkat lagi kapuk tersebut tentu dengan
menawarkan manfaat produk olahan atau nilai tambah yang menguntungkan.
Setidaknya melalui upaya memproduksi kapuk halus, kapuk bersih, kapuk daur ulang
dan sejumlah jenis lainnya, diharapkan mendorong peningkatan budi daya tersebut.
Manfaat kapuk juga tidak lagi sebatas bahan pembuat kasur dan bantal, tetapi juga
pakaian pilot pesawat terbang terutama alat penyelamatan diri guna menghindari
kecelakaan pesawat terbang.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
Gambar 3. Tanaman Kapuk Randu
Tiap bagian dari tanaman kapuk randu memiliki manfaat dan potensi yang
sangat besar, mulai dari kayu, daun, bunga, buah, biji hingga kulit buah. Bagian
kayu dari tanaman kapuk randu dapat digunakan untuk pembuatan kertas, pintu,
furniture, kotak dan mainan. Daun dari tanaman kapuk randu dapat digunakan
sebagai makanan ternak dan dapat memperbaiki tanah. Bunganya merupakan
sumber madu yang bagus dan bunga kapuk randu ini dapat digunakan sebagai obat
tradisional di Asia Tenggara untuk penyakit demam, batuk, serak dan lain sebagainya.
Buah Ceiba petandra merupakan sumber serat kapuk, dapat digunakan
sebagai bahan dasar matras, bantal, hiasan dinding, pakaian pelindung, penahan
panas dan suara. Kulit buah digunakan sebagai pengganti bahan kertas untuk
pembuatan kertas di Jawa Timur. Bagian kulit ini kaya akan potassium dan abu
sehingga dapat digunakan sebagai pupuk, membuat baking soda dan sabun. Kulit
kering digunakan sebagai bahan bakar.
Biji kapuk dapat diolah menjadi sejenis minyak goreng nonkolesterol dan
minyak campuran sebagai bahan baku pembuatan sabun. Bahkan juga digunakan
sebagai bahan bakar pada lampu pelita. Bungkil kapuk dapat digunakan sebagai
bahan pembuat pupuk, dan dari biji juga dapat diolah untuk bahan campuran pakan
ternak lainnya.
Kapuk merupakan salah satu tanaman yang berpotensi menghasilkan minyak.
Setiap gelondong buah kapuk mengandung 26% biji, sehingga setiap 100 kg
gelondong kapuk akan menghasilkan 26 kg limbah biji. Minyak biji kapuk
mengandung asam lemak tidak jenuh sekitar 71,95%, lebih tinggi dibandingkan
dengan minyak kelapa. Hal ini menyebabkan minyak biji kapuk mudah tengik.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
Sehingga kurang baik untuk dikembangkan sebagai minyak makanan. Namun minyak
biji kapuk berpotensi untuk dijadikan subsitusi biodiesel (Anonim, 2012)
Kapuk randu memiliki beberapa keunggulan, yakni : Pertama, mudah
dibudidayakan, Kedua, waktu panen lebih singkat (5 tahun) dengan daur pohon bisa
mencapai 50 tahun, Ketiga, harga buah randu relatif lebih stabil dengan pangsa pasar
yang terjamin, Keempat, termasuk tanaman konservasi, makanya ditanam di tepi-tepi
sungai, dan Kelima, memberikan keuntungan lain berupa industri lebah madu bagi
masyarakat.
Tabel 1. Beberapa Sumber Minyak Nabati yang Potensial Sebagai Bahan Baku Biodiesel
Biodiesel juga dapat didefinisikan sebagai bahan bakar yang terbuat dari lemak
atau minyak tumbuhan dan hewan secara fisik hampir menyerupai bahan bakar diesel
yang berasal dari minyak bumi.
Biodiesel memiliki keunggulan yaitu :
Tidak beracun
Dapat diproduksi secara local
Mempunyai kandungan sulfur yang rendah
Menurunkan tingkat opasiti asap
Menurunkan emisi gas buang
Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumas yang lebih baik dari pada
solar sehingga memperpanjang umur mesin.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
Jagung (Zea mayz)
Jagung Sebagai Bahan Pangan, Pakan Ternak Dan Bahan Baku Industri
Jagung termasuk tanaman pangan dunia yang penting. Posisinya bersaing
dengan Gandum dan Beras. Jagung bernilai ekonomis tinggi karena selain sebagai
sumber pangan, jagung juga sumber pakan dan energy potensial. Perlu diketahui
bersama, manfaat jagung untuk subtitusi bahan pangan sangat banyak perannya.
Beberapa produk bahan makanan dari jagung sudah biasa ditemui di Jawa Tengah
yaitu nasi jagung dan marning. Pada perkembangannya jagung dapat dibuat menjadi
kerupuk jagung, aneka kue kering, tortilla, grits dan sebagainya. Bahkan dengan
penggunaan teknologi tinggi jagung juga dapat dibuat susu yang memiliki kandungan
kolesterol dan lemak rendah.
Gambar 4. Buah Jagung
Selain buahnya yang menjadi makanan pokok di berbagai daerah dan
sumber pangan alternatif di Indonesia, hasil ikutan jagung pun bernilai ekonomis
tinggi. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak hijauan maupun tongkolnya. Limbah jagung yang meliputi jerami dan tongkol,
penggunaannya semakin popular untuk makanan ternak, artinya memiliki potensi
untuk pengembangan produk masa depan. Seperti batang dan daun jagung yang
dikenal sebagai jerami jagung yang dimanfaatkan sebagai hijauan pakan
ternak. Jerami juga dapat diolah dalam bentuk hay dan silase. Sisa buah
tongkol jagung pun dapat diolah kembali menjadi bahan bakar. Diambil minyaknya
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
dari bulir, dibuat tepung yang dikenal istilah tepung jagung atau maizena, dan bahan
baku industri dari tepung bulir dan tepung tongkolnya.
Sebagaimana diketahui, jagung salah satu produk pertanian yang banyak
dihasilkan di negara kita. Dari tahun ke tahun produksi jagung nasional terus
meningkat. Dari segi pengelolaan keuntungan bertanam jagung adalah kemudahan
dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak memerlukan
perawatan intensif (tidak manja). Dan dapat ditanam di hampir semua jenis tanah.
Resiko kegagalan bertanam jagung umumnya sangat kecil dibandingkan tanaman
palawija lainnya.
Pemanfaatannya pun sangat beraneka ragam mulai dari bahan pangan hingga
bioenergi. Buah jagung terdiri dari 30 % limbah yang berupa tongkol jagung. Jumlah
limbah yang semakin meningkat akan menjadi sangat potensial jika dapat
dimanfaatkan secara tepat. Limbah batang dan daun jagung kering berpotensi energi
sangat besar dan akan terus meningkat. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah jagung
sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan optimal.
Gambar 5. Pertanaman Jagung
Hampir seluruh bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum
beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung dijelaskan sebagai berikut:
Batang dan daun muda untuk pakan ternak;
Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos;
Batang dan daun kering untuk kayu bakar;
Batang jagung untuk lanjaran (turus);
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
Batang jagung untuk pulp (bahan kertas);
Buah jagung muda untuk sayuran , perkedel, bakwan dan sambel goring.
Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok sekitar 70% dari hasil
produksi digunakan untuk konsumsi, selain sebagai bahan pangan, jagung juga
menjadi campuran bahan pakan ternak, bahan ekspor nonmigas serta bahan baku
pendukung industri. Secara garis besar kegunaan jagung dapat dikelompokkan
menjadi 3, yaitu : bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku industri.
1. Bahan Pangan
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, jagung sudah menjadi konsumsi
sehari-hari. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung,
bubur jagung, jagung campuran beras, danbanyak lagi makanan tradisional yang
berasal dari jagung.
2. Bahan Pakan Ternak
Bagi sebagian besar peternak di Indonesia jagung merupakan salah satu
bahan campuran pakan ternak. Bahkan dibeberapa pedesaan jagung digunakan
sebagai bahan pakan utama. Biasanya jagung dicampur dengan bahan-bahan
lainnya seperti dedak, shorgun, hijauan, dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung
umumnya diberikan pada ternak ayam,itik dan puyuh.
3. Bahan Baku Industri
Dipasaran banyak beredar produk olahan jagung. Produk olahan jagung
tersebut pada umumnya berasal dari industri skala rumah tangga hingga produksi
besar.
Secara garis besar beberapa industri yang mengolah jagung menjadi produk
sebagai berikut :
a) Industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung
b) Industri giling basah yaitu menghasilkan pati, sirup, gula jagung, minyak dan
dextrin.
c) Industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan ethyl
alkohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain-lain.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
Jagung untuk bahan baku industri (jagung hibrida dan varietas unggul
komposite) ditanam pada lahan sawah atau lahan kering beriklim basah dengan
menerapkan teknologi maju dengan demikian dapat dikatakan bahwa jagung untuk
bahan makan pokok dan jagung untuk bahan baku industri merupakan 2 komoditas
yang berbeda. Jagung hibrida tidak terima sebagai makanan pokok, dan jagung lokal
(jagung putih) tidak diterima oleh industri.
Jagung lokal selama ini luput dari perhatian lembaga penelitian, sedangkan
jaung hibrida dan komposite mendapatkan perhatian besar terutama oleh perusahaan
swasta. Lebih dari 80% jagung hibrida yang dilepas merupakan hasil penelitian dari
perusahaan swasta terutama dari perusahaan multi nasional. Bahkan pada tahun 2001
hampir 100% benih pertanaman jagung hibrida berasal dari perusahaan swasta.
Ternak Kambing
Hambatan utama yang dihadapi oleh peternak kambing dalam memelihara
adalah tingginya angka kematian pada anak kambing. Beberapa penyebab tingginya
angka kematian, diantaranya adalah lahir prematur, terjepit saat dilahirkan, terserang
diare (mencret) dan yang terbanyak adalah mati karena tidak tahan terhadap
lingkungan. Kematian yang disebabkan oleh keadaan lingkungan memang sulit
diatasi, karena anak kambing mati mendadak. Ciri-cirinya adalah tiba-tiba lemas,
sekujur badannya terlihat basah dan tidak mau menyusu induknya. Kondisi ini terjadi
pada anak-anak kambing yang dilahirkan pada saat musim hujan. Kasus ini banyak
dialami oleh sebagian besar peternak kambing terutama yang tinggal di daerah yang
lembab. Pada saat musim hujan kandang dan sekitarnya menjadi basah dan lembab
menyebabkan kematian anak kambing bisa mencapai 50% (Farida Sukmawati M dan
Sasongko WR, 2008).
Salah satu upaya penanganan yang bisa dilakukan adalah melalui pengaturan
pembiakan atau perkawinan agar anak-anak kambing dilahirkan diluar musim
hujan.Melalui manajemen pemeliharaan yang baik dapat diusahakan agar anak-anak
kambing yang dilahirkan dapat hidup sehat. Dari data-data pengamatan yang
dilaksanakan pada pengkajian BPTP di desa Sukaraja dan Sambelia, bahwa anak
kambing yang dilahirkan pada bulan Januari hingga April memiliki resiko kematian
yang cukup tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut diusahakan agar perkawinan ternak
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
kambing dapat diatur sehingga tidak terjadi kelahiran anak kambing pada bulan-bulan
tersebut.Dewasa kelamin pada kambing yaitu umur 6 – 8 bulan, dan sudah bisa
dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan. Tetapi pada umumnya seringkali kambing umur
6 – 8 bulan sudah bunting. Pada induk kambing muda seperti ini juga beresiko pada
kematian anaknya
Reproduksi Ternak Kambing
Tanda-tanda tersebut bisa dijadikan pedoman untuk mengatur perkawinannya.
Bila perkawinan tidak diinginkan maka diusahakan agar pada saat itu tidak
didekatkan pada pejantan sehingga tidak terjadi perkawinan. Sebaliknya bila
diinginkan untuk kawin maka bisa didekatkan dengan pejantan. Waktu yang paling
baik untuk mengawinkan adalah 12-18 jam setelah adanya tanda-tanda birahi
pertama.Siklus birahi atau selang waktu birahi adalah sekitar 19 hari. Bila saat
birahi tidak terjadi perkawinan maka tidak terjadi kebuntingan dan 19 hari kemudian
akan kembali birahi.
Lama waktu kebuntingan pada kambing adalah kurang lebih 150 hari atau
berkisar 5 bulan. Sehingga rata-rata selang waktu beranakpada kambing yang
dipelihara secara tradisional adalah 10 – 12 bulan, namun dapat diperpendek hingga 7
– 8 bulan. Sehingga dalam waktu 2 tahun dapat beranak 3 kali. Selain itu hindarkan
perkawinan antara induk dan pejantan yang masih dekat hubungan kerabatnya
misalkan anak dengan bapaknya, anak dengan induknya atau antara dua bersaudara.
Sebab hal ini juga dapat mengakibatkan anak yang dilahirkan kurang sehat, cacat,
tubuhnya kecil dan lemah sehingga resiko kematian tinggi (Farida Sukmawati M dan
Sasongko WR, 2008).
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
AGROFORESTRY PADA SISTEM AGROSILVOPASTORALDENGAN KOMBINASI KAPUK RANDU, TANAMAN JAGUNG,
DAN TERNAK KAMBING
Pelaksanaan agroforestry akan memberikan manfaat terhadap lingkungan,
ekonomi dan sosial. Manfaat tersebut dapat bersifat jangka pendek dan jangka
panjang. Kombinasi dari tanaman kehutanan dengan tanaman pangan pada sistim
agroforestry akan memberikan manfaat terhadap lingkungan, baik manfaat ekologis
secara umum maupun manfaat yang khusus di tempat dilaksanakannya sistim
agroforestri.
INTEGRASI JAGUNG – TERNAK KAMBING
Keunggulan Teknologi
1. Kebutuhan pakan di musim kemarau dapat tercukupi
2. Meningkatkan pendapatan petani
3. Selain menghasilkan pakan, dihasilkan jagung untuk konsumsi (jagung
pipilan)
4. Induk beranak tiga kali dalam dua tahun dengan jumlah anak dalam satu kali
kelahiran lebih dari satu
5. Dua anak atau lebih yang dapat disapih per induk dalam setahun
6. Berat anak dapat mencapai 35-40 kg. Kambing yang dibudidayakan pada awal
kegiatan, kambing sejumlah 14 ekor terdiri dari 12 ekor betina dan 2 ekor
jantan, setelah satu setengah tahun berkembang menjadi 45 ekor, digulirkan
kepada kelompok ternak lainnya.
Jarak Tanam
1. Jarak tanam 20 x 20 cm, satu biji per lubang tanam,
2. Jarak tanam 60 x 60 cm dengan 3 biji per lubang,
3. Jarak tanam 40/50 cm x 60 cm dengan 1 biji per lubang dan tidak dilakukan
penjarangan.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
Pemupukan
1. Pemupukan dilakukan 2 kali, 1/3 bagian diberikan pada umur 1 minggu setelah
tanam, 2/3 bagian diberikan pada umur 3 minggu setelah tanam
2. Dosis pupuk 200kg/ha Urea, 100 kg/ha SP-36, 100 kg/ha KCl.
Sistem Penjarangan
1. Penjarangan setiap minggu (37 hst) pada satu baris membujur, selanjutnya
pada baris yang lain pada 42 hst, 49 hst dan 60 hst, sehingga terbentuk jarak
tanam 60 x 60 cm
2. Penjarangan setiap 2 minggu dimulai pada 42 hst dan 60 hst, penjarangan di
mulai pada baris ke 2 dan ke 3 pada penjarangan ke dua.
3. Penjarangan/pemangkasan setiap 2 minggu pada satu rumpun/lubang tanam
(untuk jarak tanam 60 x 60 cm, 3 biji per lubang), pemangkasan dilakukan 42
hst, kemudian 60 hst sehingga tinggal satu batang per lubang.
4. Tidak dilakukan penjarangan pada jarak tanam 40/50 cm x 60 cm, dengan 1
biji pe lubang tanam, penanaman khusus untuk produksi jagung
Gambar 6. Kegiatan Penjarangan
Dampak Sosial - Ekonomi
Hasil budidaya tanaman jagung rapat dapat membantu mencukupi kebutuhan
pakan ternak/tebon serta jagung pipil. Tebon dan jagung pipil yang dihasilkan dari
penjarangan adalah sebagai berikut (Tabel 2)
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
Tabel 2. Tebon dan Jagung Pipil ynag Diperoleh dari Penjarangan
Ternak kambing berkembang cukup baik, jumlah awal 14 ekor, dalam waktu
satu setengah tahun menjadi 45 ekor, dan dilakukan perguliran pada anggota
kelompok tani yang lain. Selain itu juga telah dilakukan pemanfaatan limbah kandang
yang dilakukan oleh petani utnuk dibuat kompos, hal ini juga dapat menambah
pendapatan petani karena sampai saat ini petani telah dapat memproduksi dan
menjual pupuk organic yang telah mereka usahakan. Petani telah merasakan
manfaat dan keuntungan dari teknologi integrasi tanaman jagung dan ternak kambing
serta telah menjual sebagian kambingnya.
KAPUK RANDU – TANAMAN JAGUNG – TERNAK KAMBING
Manfaat Ekologis :
1. Mengurangi tekanan penduduk terhadap hutan sehingga luas hutan akan lebih
besar dan berfungsi baik dalam perlindungan lingkungan karena sistem ini tetap
dapat menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merusak hutan.
2. Siklus zat hara tanah akan lebih efisien, karena adanya pohon pohon yang berakar
dalam yang dapat menangkap unsur hara yang tercuci kelapisan tanah yang dalam
yang dapat diserapkemalioleh akar pepohonan dan didistribusikan ke seluruh
bagian permukaa tanaman seperti daun dan rantin. Apabila daun-daun sudah tua
dan digugurkan kepermukaan tanah dan menjadi bahan organik maka tanaman
semusimdapat memanfaatkan kembali sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman semusimseperti tanaman jagung pada sistem Agrosilvopastoral ini.
3. Perlindungan yang lebih baik pada system ekologi di daerah hulu, karena pertanian
yang berpindah-pindah (perladangan) dapat dikendalikan dengan lebih baik.
4. Mengurangi laju aliran permukaan, pencucian zat hara tanah dan erosi, karena
pohon-pohon akan menghalangi terjadinya proses tersebut.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
5. Perbaikan kondisi iklim makro, misalnya penurunan suhu permukaan tanah dan
laju evaporasi melalui penutupan oleh tajuk pohon dan mulsa.
6. Peningkatan kadar unsur hara tanah, karena adanya serasah/humus yang selalu
tersedi yang dibutuhkan oleh tanaman semusim.
7. Perbaikan struktur tanah karena adanya penambahan bahan organik yang terus
menerus dari serasah yang membusuk, dimana mikro organisme apat berkembang
secara terus menerus.
Konsep agrosilvopastura dengan memadukan tanaman jagung, kapuk randu
dan ternak kambing, ini merupakan sistem yang sangat kompleks dimana ternak
tersebut dapat menghasilkan pupuk organik yang mengandung unsur hara yang tinggi
dan dibutuhkan oleh tanaman jagung maupun tanaman kapuk randu begitupun
sebaliknya dimana daun-daun jagung yang sudah tua dapat dijadikan sebagai pakan
ternak kambing serta daun kapuk randu jika ada yang terlalu rimbun dan dilakukan
pemangkasan maka juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Hal ini merupakan
salah satu konsep yang tepat diberlakukan di daearah lahan kering termasuk Jeneponto
secara berkelanjutan (sustainable)
Manfaat Sosial dan Ekonomi
Sistim agroforestry pada suatu lahan akan memberikan manfaat ekonomi
yang nyata bagi petani, masyarakat dan daerah setempat. Manfaat tersebut berupa :
Peningkatan dan penyediaan hasil berupa kayu pertukangan, kayu bakar, pangan,
pakan ternak dan pupuk hijau. Mengurangi timbulnya kegagalan panen secara
total, yang sering terjadi pada sistim pertanian monokultur. Memantapkan dan
meningkatkan pendapatan petani karena adanya peningkatan dan jaminan
kelestarian produksi, perbaikan standar hidup petani karena ada pekerjaan yang
tetap dan pendapatan yang lebih tinggi, perbaikan nilai gizi dan tingkat kesehatan
petani dan adanya peningkatan jumlah dan keaneka-ragaman hasil pangan yang
diperoleh. Perbaikan sikap masyarakat dalam cara bertani : melaui sistem
penggunaan lahan yang tetap.
Melihat sisi lingkungan, model Agrosilvopastoral yang diintegrasikan tanaman
jagung, tanaman kapuk randu dengan ternak kambing ini terjadi interaksi mutualisme
yang salin menguntungkan dalam hal penyediaan hara in situ yang saling
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
menguntungkan jika populasi tanaman kapuk radu tidak terlalu banyak mengingat
tanaman ini mempunyai kanopi yang cukup lebar sehingga dibutuhkan manajemen
pengaturan ruang dalam areal tanaman jagung tersebut sedangkan ternak kambing
dapat menghasilkan bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh kedua tanaman baik
tanaman jagung maupun tanaman kapuk randu. Hal ini terbukti bahwa tanaman
jagung dapat beradaptasi dengan baik dan memberikan hasil yang optimum dan ini
dapat dilihat gambar dibawah ini :
Gambar 7. Lokasi Penanaman Jagung (Zea mayz) pada Sistem Agroforestri dengan Tanaman Kapuk Randu (Ceiba pentandra) di Kelompok Tani Desa Kapita Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto
Secara visual pada gambar tersebut diatas memperlihatkan bahwa kedua
tanaman tersebut dengan ruang yang seimbang untuk mendapatkan sinar matahari,
maka pertumbuhan taman cukup optimal.
Model Interaksi Usaha ternak kambing juga menjadi efisien dimana
sebelumnya usaha ternak kambing adalah usaha sambilan karena belum dikelolah
dengan baik mdengan menerapkan perinsip-perinsip fungsi manajemen usahatani
dengan baik sehingga ternak ini dipelihara apa adanya. Disaat musim hujan,
pakan rumput hijau masih melimpah tapi tersedia hanya beberapa bulan karena
lahan tersebut merupakan lahan kering dan curah hujannya hanya berkisar 4-6 bulan
sehingga disaat kemarau rumput mulai sulit didapat, kambing mulai dijual dengan
harga murah karena kurus akibat kurangnya makanan tersedia.
Limbah batang jagung dapat menjadi makanan utama kambing begitupun
daun-daun tanaman kapuk randu yang masih muda pada kanopi yang terlalu rimbun
dapat dipankas untuk dijadikan sebagai hijauan makanan ternak sehingga sepanjang
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
tahun makanan ternak kambing tersedia sehingga produksi berkelanjutan pada
sistem agrosilvopastural, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat gambar sistem integrasi
ternak pada sistim silvopastura dibawah ini :
Gambar 8. Sistem Agrosilvopastoral pada Kapuk Randu – Tanaman Jagung – Ternak Kambing di Kelompok Tani di Desa Kapita Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto
Pola integrasi pertanian antara tanaman jagung dapat di pengaruhi variabel
input yang diberikan, dengan penerapan manajemen proses untuk menghasilkan
output yang dikehendaki yang memungkinkan pula output yang tidak dikehendaki.
Input yang tidak terkontrol seperti curah hujan, caha matahari, suhu, kelembaban,
merupakan input yang ikut berpengaruh terhadap integrasi terutama pada proses
penanaman jagung pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif, apabila hujan
merata sesuai kebutuhan pertumbuhan tanaman maka akan memberikan hasil
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
yang optimum begitu pula ternak sapi. Menurut Warisno (1998). curah hujan
berhubungan erat dengan ketersediaan air. Air merupakan media pengatur suhu
bagi tanaman jagung sebab air dapat menyalurkan panas, air juga merupakan
sarana transportasi untuk mengangkut hara dari luar kedalam tubuh tanaman jagung
yang hasil jeraminya dapat dimanfaat oleh ternak sebagai pakan.
Apabila terjadi curah hujan dan sinar matahari secara optimum maka air tanah
juga tersedia yang dapat berguna sebagai katalisator mensuplai nutrien ke akar
tanaman yang yang dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam melansungkan proses
metabolisme dalam berfotosintesis berlansung dengan baik. Angin dalam kegiatan
sistem integrasi tanaman jagung dan kapuk randu serta ternak kambing ini, angin
banyak memberikan manfaat. Manfaat tersebut antara lain membantu tanaman dalam
proses peyerbukan, evaporasi dan respirasi tanaman dan rasa nyaman pada ternak
kambing. Tanpa adanya angin, tanaman akan mati karena tidak dapat bernafas dan hal
tersebut berpengaruh buruk terhadap proses metabolismenya dan juga memberikan
rasa nyaman kepada ternak dengan adanya penggantian suhu. Manfaat angin yang
paling istimewah adalah membantu proses terbentuk dan turunnya air hujan.
Penurunan kualitas lahan dan terjadinya erosi ini dapat disebabkan karena
intensitas produksi jagung meningkat dengan sistim monokultur. Akibat adanya pola
integrasi sistem pertanian dan peningkatan biaya produksi karena membiayai tiga sub
sistem yang di usahakan dengan sistem agrosilvopastura dengan menkombinasikan
tanaman jagung, kapuk randu dan peternakan kambing, sisa tanaman jagung melimpah
dan kualitas pakan ternak kambing merupakan poin penting dari ouput sistem
agrosilvopastura yang dikehendaki karena dapat memperbaiki produktifitas dan
ekologi lahan pertanian tersebut. Teknologi ini berdampak pada peningkatan
kecernaan dan protein jerami jagung, serta mampu memodifikasi mikroba saluran
pencernaan ternak ruminansia, sehingga akan meningkatkan efisiensi penggunaan
pakan (Soetanto, 2001).
Pola sistem agrosilvopastura ini merupakan metode yang tepat dalam
mengembangkan usaha tani untuk meningkatkan pendapatan dalam mensejahtrakan
masyarakat petani, karena pola ini terjadi diversifikasi pendapatan dan mencegah
kegagalan panen.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan sistem agrosilvopatoral dengan mengintegrasikan
tanaman jagung, kapuk randu sebagai tanaman pohon dan ternak kambing pada
penerapan agroforestri dapat disarankan sebagai berikut :
1. sistim agrosilvopastural kondisi pertumbuhan tanaman jagung dengan sistem
agroforestri antara tanaman jagung tetap optimum karena ruang antara kapuk randu
tidak saling mengganggu, serta ternak kambing dapat memperoleh pakan hijauan
dari jagung, serta daun kapuk yang mudah.
2. Sistem agrosivopastura merupakan salah satu bentuk yang efektif dikembangkan
untuk mempertahankan pendapatan secara berkelanjutan karena dapat
menghasilkan sepanjang tahun dan fungsi-fungsi ekologi dan ekonomi seimbang.
3. Peran agroforestri sebagai salah satu tindakan konservasi tanah dan air pada lahan
marginal kiranya menjadi salah satu pilihan yang dapat mengatasi degradasi lahan
dan penggunaan lahan yang bekelanjutan yang telah diterima oleh masyarakat.
Sistem agroforestri ini perlu dikembangkan dan modifikasi pada kondisi iklim
setempat.
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013
2525
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003. Peternakan dan Kehewanan. Diakses di http://www.kalteng.go.id/ INDO/Kehewanan2003.htm. pada hari Jumat, 15 Maret 2013.
______, 2006. Kapuk Randu. Diakses di http://id.wikipedia.org/wiki/Kapuk_randu. pada hari Jumat, 15 Maret 2013.
______, 2008. Kapuk Randu. Diakses di http://majalah.tempointeraktif.com/id/ email/1978/10/14/EB/mbm.id.html. pada hari Jumat, 15 Maret 2013
______, 2012. Kapuk Randu . Diakses di http://www.wikipedia.htm pada Hari Sabtu, 16 Maret 2013
______, 2012. Kandungan Kapuk Randu. Diakses di http://www.disbunjatim-online.htm pada Hari Sabtu, 15 Maret 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000. Integrasi Sapi di Lahan Pertanian (Crop Livestock Production Systems). Jakarta.
Farida Sukmawati M dan Sasongko WR, 2008. Manajemen Pembiakan Kambing. Diakses di http://ntb.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content& task=view&id=113&Itemid=141 pada Hari Sabtu, 15 Maret 2013.
Malida S. dkk., 2003. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Dengan Sistem Agroforestri. Bogor
MacDicken, G.N., and Vergata, N.T., 1990. Agroforestry : Classification and Management. Thailand.
Rosieter, 1994a. Land Evaluation Cornell University Collage of Agr and Life Science Departement of Soil, Crop and Atmospheric Science. Australia.
Suwaskita, DKS., 2002. Corn Self-Sufficiences Indonesia The Past 30 years and Puture Prospects. Bogor.
Sutanto, R., 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.
Soetanto, H. 2001. Teknologi dan Strategi Penyediaan Pakan dalam Pengembangan Industri Pertanian. Makalah. Workshop Strategi Pengembangan Industri Peternakan, Makassar, 29-30 Mei 2001.
Sudaryono, 1998. Teknologi Produk Jagung Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balai Penelitian Jagung dan Serealia. Balai Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Ujung Pandang.
Warisno, 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta
Siti Aisyah S1
1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin