Tugas Agroforestri

40
Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 2013 25 KONSEPTUAL AGROSILVOPASTORAL SEBAGAI BAGIAN KONSEP AGROFORESTRY Dasar Pengembangan Konsep Agrosilvopastoral Hampir di setiap rumah memiliki ternak baik sapi maupun kambing. Dan satu lagi budaya berternak masyarakat tersebut adalah menggembala ke dalam hutan. Melimpahnya pakan ternak di dalam hutan telah meninabobokan masyarakat untuk melepas ternaknya ke dalam hutan. Disamping itu, pada umumnya masyarakat memiliki mata pencaharian lebih dari satu yaitu bermata pencaharian sebagai petani sekaligus sebagai peternak. Hal tersebut menjadi dasar dari perkembangan model Agrosilvopastoral yang terjadi di masyarakat. Padahal jika kita bandingkan dengan budaya berternak masyakat sekitar hutan di daerah Jawa Barat, mereka mengandangkan ternaknya dan pemilik ternak yang mengambil rumput ke dalam hutan atau ladang maupun sawah. Beberapa konsep manajemen Agrosilvopastoral telah diaktualisasikan selama berabad-abad. Agrosilvopastoral merupakan bagian dari agroforestry yang dirancang dan digunakan untuk produksi pohon, tanaman perkebunan atau tanaman pertanian, hijauan pakan ternak, dan ternak. Sistem Agrosilvopastoral dirancang untuk menghasilkan suatu komponen kayu bernilai tinggi, disamping menyediakan tambahan penghasilan dari komponen ternak. Interaksi antar tanaman kayu, pakan hijauan, dan ternak Siti Aisyah S 1 1 Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Transcript of Tugas Agroforestri

Page 1: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

KONSEPTUAL AGROSILVOPASTORAL SEBAGAI BAGIAN KONSEP

AGROFORESTRY

Dasar Pengembangan Konsep Agrosilvopastoral

Hampir di setiap rumah memiliki ternak baik sapi maupun kambing. Dan

satu lagi budaya berternak masyarakat tersebut adalah menggembala ke dalam

hutan. Melimpahnya pakan ternak di dalam hutan telah meninabobokan masyarakat

untuk melepas ternaknya ke dalam hutan. Disamping itu, pada umumnya

masyarakat memiliki mata pencaharian lebih dari satu yaitu bermata pencaharian

sebagai petani sekaligus sebagai peternak. Hal tersebut menjadi dasar dari

perkembangan model Agrosilvopastoral yang terjadi di masyarakat. Padahal jika

kita bandingkan dengan budaya berternak masyakat sekitar hutan di daerah Jawa

Barat, mereka mengandangkan ternaknya dan pemilik ternak yang mengambil

rumput ke dalam hutan atau ladang maupun sawah.

Beberapa konsep manajemen Agrosilvopastoral telah diaktualisasikan selama

berabad-abad. Agrosilvopastoral merupakan bagian dari agroforestry yang dirancang

dan digunakan untuk produksi pohon, tanaman perkebunan atau tanaman pertanian,

hijauan pakan ternak, dan ternak.

Sistem Agrosilvopastoral dirancang untuk menghasilkan suatu komponen

kayu bernilai tinggi, disamping menyediakan tambahan penghasilan dari komponen

ternak. Interaksi antar tanaman kayu, pakan hijauan, dan ternak diatur secara

intensif dalam menghasilkan komoditi kayu, sumber daya pakan bermutu tinggi, dan

efisiensi produksi pada ternak disamping juga menghasilkan tanaman budidaya untuk

dijual maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Secara keseluruhan, Agrosilvopastoral

merupakan suatu sistem yang bernilai ekonomis disamping membentuk suatu

sistem yang berkesinambungan dengan berbagai nilai manfaat bagi lingkungan.

Manajemen Agrosilvopastoral yang dikelola dengan baik, menawarkan suatu

kesempatan untuk menghasilkan produk pasar yang beranekaragam yang dapat

membantu perekonomian di pedesaan.

Konsep penggabungan antara tanaman pertanian, ternak dan hutan diramu

sedemikian rupa sehingga ketiga komponen dapat digabungkan dan saling bersinergis,

sehingga pemilihan tanaman tahunan harus disesuaikan pada lokasi pertumbuhan

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 2: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

yang berbeda, responsibel terhadap manajemen pemeliharaan yang intensif, dan

memungkinkan cahaya untuk menembus hingga lantai hutan (tidak rimbun). Pola

pemilihan dan penggunaan pohon, dan penanaman atau penebangan adalah:

a) kesesuaian pada sisi; b) kompatibilitas dengan sistem ; dan c) menunjang kebutuhan

dan pengembalian ekonomi dan lingkungan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh

setiap komponen baik itu komponen hijauan pakan maupun komponen ternak yang

digabungkan dengan komponen tanaman pertanian agar penerapan konsep

Agrosilvopastoral dapat berjalan baik, yaitu :

a. Komponen tanaman pertanian

Sesuai untuk penggembalaan ternak,

Kompatibel dengan lokasi (lahan, temperatur, hujan),

Tetap produktif di bawah kondisi dengan kelembaban yang tinggi dan teduh,

Responsibel terhadap sistem pemeliharaan intensif

Toleran dengan pemanfatan yang berat

Seleksi pohon dan jenis tanaman hijauan yang akan ditanam, dipertimbangkan

berdasarkan potensi pasar, tipe tanah, kondisi klimatik, dan kecocokan serta

kesesuaian antar jenis.

b. Komponen tanaman tahunan

Bernilai pasar,

mutu tinggi,

memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat,

sistem perakaran yang dalam,

toleran terhadap kekeringan, dan

mampu untuk menyediakan produk yang diinginkan dan melindungi

lingkungan.

Konsep Agrosilvopastoral yang diterapkan dimasyarakat dapat dibagi menjadi dua

konsep dasar, yaitu:

a. Sistem Menggembala

Kesehatan rumah dan keluarga rendah

Pemilik tidak bisa melakukan aktivitas produktif lainnya karena harus

menggiring ternak terus menerus

Kotoran ternak menjadi polusi di mana-mana

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 3: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

b. Sistem dikandangkan

Kesehatan rumah dan keluarga terjaga

Pemilik bisa melakukan aktivitas produktif lainnya (bertani, rutinitas lainnya)

Kotoran ternak tersentral sehingga dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang

atau biogas.

Pada sistem menggembala, produktivitas masyarakat terbatas karena dari pagi

sampai sore mereka bekerja hanya menggiring ternak ke dalam hutan agar ternak tidak

merusak tanaman kehutanan. Ketika ternak sudah kenyang, baru ternak digiring ke

kampung. Sehingga potensi untuk menambah pendapatan keluarga sangat terbatas.

Model Agrosilvopastoral dengan mengembala dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Ternak sapi yang sedang merumput di dalam hutan

Desain Perencanaan Agrosilvopastoral

Agrosilvopastoral dapat dibentuk di atas lahan atau dataran manapun daratan

yang mampu secara serempak mendukung pertumbuhan tanaman budidaya dan

pengembalaan ternak. Konsep ini dilakukan dengan melakukan berbagai pertimbangan

sebagai berikut:

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 4: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

a. Pertimbangan Tanaman Tahunan (Kehutanan)

Seleksi pohon dan jenis tanaman hijauan yang akan ditanam,

dipertimbangkan berdasarkan potensi pasar, tipe tanah, kondisi klimatik, dan

kecocokan serta kesesuaian antar jenis. Komponen kayu yang digunakan harus

memenuhi persyaratan, yaitu bernilai pasar, mutu tinggi, memiliki tingkat

pertumbuhan yang cepat, sistem perakaran yang dalam, toleran terhadap

kekeringan, dan mampu untuk menyediakan produk yang diinginkan dan

melindungi lingkungan.

Spesies berkayu bukan hanya memiliki fungsi produktif yang penting juga

menciptakan iklim mikro yang cocok untuk komponen produktif lainnya, yaitu

tanaman budidaya atau hewan, didalam sistem usaha tani.

b. Pemilihan Ternak

Terdapat beranekaragam ternak potensial meliputi: sapi, domba, kambing,

kuda, kalkun, ayam, burung unta, emu, rhea, atau binatang pendatang seperti

bison, rusa, kijang, dll. Sistem pemilihan ternak harus kompatibel dengan pohon,

hijauan pakan, lingkungan, dan peraturan penggunaan lahan. Secara umum,

binatang perumput seperti domba, kambing, atau rusa mungkin untuk memakan

ranting pohon; sedangkan, binatang gembalaan besar seperti sapi atau lebih

mungkin menginjak pohon-pohon yang masih muda. Ternak muda lebih

cenderung akan merusakkan pohon dibanding dengan binatang yang lebih tua.

c. Pemilihan Tanaman Budidaya

Tanaman budidaya yang digunakan harus sesuai dengan kondisi yang

cocok untuk ditanami, pada umumnya tanaman budidaya yang digunakan pada

umumnya dipilih yang tahan penggembalaan, serta dapat tumbuh jika dinaungi.

Jenis Ternak Sebagai Bagian dari Sistem Agroforestry

Pada prinsipnya semua ternak menghasilkan kotoran yang bermanfaat dalam

konservasi tanah, tetapi ternak-ternak tertentu mempunyai beberapa keunggulan

apabila dikembangkan di suatu kawasan hutan.  Ternak ruminansia (sapi, kerbau,

kambing dan domba) lebih mempunyai keunggulan dibandingkan ternak

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 5: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

nonruminansia, sebab kotoran yang dihasilkan cukup banyak dan secara alami ternak

ruminansia pemakan hijauan.

Sapi dan kerbau menghasilkan sejumlah besar kotoran per ekor per tahun. 

Kotoran tersebut mempunyai nilai ekonomis. (1) Pada beberapa usaha peternakan

rakyat, kotoran sapi dikumpulkan dan dijual sebagai pupuk kandang. (2) Pada ternak-

ternak yang dilepas, kotoran menumpuk di tanah dan menyebar menjadi pupuk bagi

vegetasi di atasnya.  Nilai ekonomisnya, adalah bahwa petani tidak terlalu tergantung

pada pupuk kimia, sehingga mengurangi biaya untuk pupuk.

Keuntungan lain dengan pemanfaatan ternak ruminansia, bahwa tidak perlu

mencari lahan khusus untuk pemeliharaan sapi atau kerbau.  Dibandingkan ternak

nonruminansia, dalam hal mana cukup dapat diperlihara dengan sistem backyard

farming.

Faktor Pendukung Sebagai Bagian Dari Sistem Agroforestry :

Ternak menjadi pendukung dalam pengembangan agroforestry, dimana ternak

memiliki peranan sebagai factor pendukung yang dijadikan sebagai bagian dari

perkembangan agroforestry (Maylinda, dkk, 2003)

a. Ternak sebagai penyedia pupuk alami yaitu dari kotoran.

Sumber daya di alam ini dibagi dua bagian besar yaitu (1) bahan yang tidak

dapat diperbarui. Di banyak negara, alam dewasa ini telah dieksploitasi dan

menghasilkan polusi yang berasal dari perkembangan teknologi.  Minyak yang

berasal dari fosil, batubara, telah digunakan dan menyebabkan emisi 50 % gas

metan, 97 % Sulfor Dioksida, 88 % Nitrogen Oksida, 50 % carbon oksida dan

lebih dari 99 % carbon dioksida. (2). Bahan yang dapat diperbarui, seperti air,

dewasa ini merupakan bahan ekonomi yang sangat penting. Semakin berkembang

suatu masyarakat maka kebutuhan air semakin meningkat (International Union for

the Conservation of Nature, 1998).  Dalam menunjang ketersediaan sumber daya

alam tersebut di atas, vegetasi dan hutan memegang peranan penting.

Pertama bahwa hutan dengan proses fotosintesanya mengubah CO2

menjadi sumber energi dalam tanaman itu sendiri yang juga menjadi bahan

makanan bagi mahluk yang mengkonsumsinya, serta O2 yang sangat penting bagi

mahluk hidup di bumi. Kedua dengan masih seimbangnya kawasan hutan akan

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 6: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

menjadi depot penyimpan cadangan air bagi umat manusia.  Kondisi hutan

sendiri akan selalu saling tergantung dengan kondisi tanah, apakah tanah tersebut

cukup subur atau tidak.  Gambaran tersebut menunjukkan bahwa dengan

pemeliharaan dapat berperan dalam konservasi sumber daya alam.

Untuk kotoran itu sendiri dapat diupayakan suatu teknologi yang

bermanfaat meningkatkan manfaatnya.  Hal ini guna mengurangi masalah

yang disebabkan oleh kotoran yang mana apabila ditumpuk begitu saja dapat

mencemari air tanah.  Suatu contoh teknologi sederhana yang diterapkan

Canadian Environmental Technology Advancement Corporation (2002) dengan

teknik liquid-solid separation system pada kotoran babi, yang ternyata dapat

mengurangi terutama masalah bau  yang disebabkan oleh kerja bakteri anaerob

pada tumpukan kotoran yang di bagian bawah tumpukan. Mekipun dalam

contoh tersebut digunakan kotoran babi, untuk kotoran sapi dapat pula

diupayakan teknologi sederhana semacam ini.

b. Ternak memanfaatkan tanaman dalam sistem tersebut untuk pakannya.

Berdasarkan program Direktorat Pengembangan Peternakan pada tahun

2003 maka dicontohkan pula pemeliharaan sapi potong di bawah kebun kelapa

sawit. Peningkatan produksi daging sapi di dalam negeri saat ini terkendala

sehubungan dengan terbatasnya ketersediaan bibit ternak, pakan, lahan tempat

usaha, modal dan daya saing. Perkebunan kelapa sawit sangat sesuai untuk

kawasan pengembangan ternak ruminansia karena potensial sebagai sumber bahan

pakan ternak, tersedianya lahan usaha, infrastruktur, pasar dan modal. Ternak

ruminansia seperti sapi potong dan perah, kambing atau domba dapat dipelihara di

bawah pohon kelapa sawit atau dengan jalan dikandangkan (sistem cut-and-curry).

Berdasarkan perhitungan, setiap satu hektar kebun kelapa sawit dapat

memberikan pakan untuk 4 ekor ternak sapi potong. Apabila pada saat ini  terdapat

sekitar 4 juta ha lahan kebun kelapa sawit di seluruh Indonesia maka potensi yang

dapat dikembangkan dapat mencapai 16 juta ekor. Kalau saja hanya sepertiga dari

potensi ini yang dapat direalisasikan maka akan ada tambahan sekitar 5 juta ekor

ternak sapi potong. Tentu hal ini merupakan potensi yang tidak boleh dianggap

kecil, terutama dalam upaya memenuhi peningkatan kebutuhan daging sapi setiap

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 7: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

tahunnya dan sekaligus mendukung program kecukupan daging 2005 yang

digalakkan oleh Direktorat pengembangan peternakan.

c. Ternak dapat berfungsi sebagai tabungan bagi petani yang dapat menjadi

sumber uang kontan di kala petani membutuhkan uang. 

Manfaat dari Model Agrosilvopastoral

Agrosilvopastoral dapat memberikan manfaat dari segi ekonomis, dari segi

daerah, dan ternak serta tanaman budidaya.

a. Manfaat EkonomisPengintegrasian pohon, tanaman budidaya, makanan hewan, dan ternak

menciptakan suatu sistem manajemen lahan untuk menghasilkan produk yang

dapat dipasarkan dengan pemeliharaan produktivitas jangka panjang. Resiko

kerugian ekonomi dapat dikurangi, sebab sistem menghasilkan produk yang

bervariasi, dimana kebanyakan dari produk tersebut sudah konstan di pasaran.

Biaya produksi dikurangi dan fleksibilitas pemasaran ditingkatkan dengan

pembagian biaya-biaya manajemen antara komponen ternak, komponen tanaman

budidaya dan kayu. Pemanfaatan lahan secara menyeluruh dalam sistem

Agrosilvopastoral menyediakan suatu pendapatan tetap dari penjualan tanaman

budidaya, ternak disamping dari penjualan produk kayu dan pohon-pohon

tertentu. Manajemen pakan hijauan yang baik menunjang menyediakan nutrisi

yang dapat meningkatkan produksi dan pertumbuhan ternak.

b. Daerah berhutan dan Hijauan pakan

Penggembalaan dapat mengendalikan kompetisi rumput untuk kelembaban,

nutrisi, dan cahaya matahari, disamping itu membantu pertumbuhan pohon.

Penggembalaan yang diatur dengan baik akan mengendaikan rumput liar tanpa

aplikasi herbisida, mencegah kebakaran, dan mengurangi habitat hewan-hewan

pengerat. Pupuk yang digunakan untuk hijauan pakan juga digunakan oleh

pepohonan. Sebagai tambahan, kotoran ternak merupakan daur ulang nutrien atau

sebagai pupuk. Perpaduan hutan dan ternak.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 8: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

c. Ternak dan Tanaman Budidaya

Beberapa spesies hijauan makanan cenderung memiliki kandungan serat

kasar yang rendah dan digestibel saat tumbuh di lingkungan yang terlindungi oleh

pepohonan. Pohon yang menyediakan teduhan atau perlindungan dari angin dapat

membentuk iklim mikro yang mencegah terjadinya cekaman panas dan dingin

yang menyebabkan stress pada ternak disamping mempermudah dalam

pengelolaan tanaman budidaya. Perlindungan dari pepohonan dapat mengurangi

50% atau lebih pengaruh cekaman dingin oleh angin dan menurunkan 70%

kecepatan angin. Ternak hanya menggunakan sedikit energi yang berasal dari

pakan dengan tidak adanya stress, sehingga memperbaiki keragaan dan

menurunkan angka kematian.

Kapuk Randu (Ceiba pentandra)

Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang

tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam

famili terpisah Bombacaceae), berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan,

Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C. pentandra var. guineensis)

berasal dari sebelah barat Afrika. Kata "kapuk" atau "kapok" juga digunakan untuk

menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai

kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Juga disebut sebagai Ceiba,

nama genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi bangsa Maya.

Gambar 2. Kapuk Randu

Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat memiliki batang pohon

yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m. Pohon ini banyak ditanam di Asia,

terutama di pulau Jawa, Malaysia, Filipina, dan Amerika Selatan (Anonim, 2012)

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 9: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

Usaha budi daya kapuk sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam, namun

harus diakui belum berkembang baik. Masih ada sejumlah hambatan yang sebenarnya

juga merupakan persoalan klasik selama dalam budi daya. Lihat saja di sejumlah

daerah di Indonesia, pohon kapuk tumbuh seadanya di sekitar pekarangan rumah.

Jangankan melihat sebuah perkebunan kapuk, budi daya kapuk secara teratur dan baik

pun sulit ditemukan.

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Indonesia pernah menjadi penghasil

kapuk terbesar (sekitar 80 persen) sebelum perang dunia I. Sekitar 60 persen dari

jumlah produksi saat itu, berasal dari Pulau Jawa, atau yang dikenal kapuk randu

alias \"java kapuk\".

Sejumlah data menyebutkan tahun 1936-1937 ekspor kapuk Indonesia

mencapai 28,4 juta kg/tahun. Seiring dengan minimnya peningkatan nilai tambah

kapuk menyebabkan budi daya pun terus menurun. Tak ada dukungan sarana dan

teknologi memadai serta minimnya permodalan semakin memerosotkan kapuk.

Akibatnya kualitas dan produksi kapuk pun anjlok. Pada awal 1990-an, data yang ada

menyebutkan luas areal tanaman kapuk sekitar 600 ribu ha, jumlah ini pun terus

menurun.

Manfaat Tanaman Kapuk Randu (Ceiba petandra)

Salah satu langkah untuk mengangkat lagi kapuk tersebut tentu dengan

menawarkan manfaat produk olahan atau nilai tambah yang menguntungkan.

Setidaknya melalui upaya memproduksi kapuk halus, kapuk bersih, kapuk daur ulang

dan sejumlah jenis lainnya, diharapkan mendorong peningkatan budi daya tersebut.

Manfaat kapuk juga tidak lagi sebatas bahan pembuat kasur dan bantal, tetapi juga

pakaian pilot pesawat terbang terutama alat penyelamatan diri guna menghindari

kecelakaan pesawat terbang.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 10: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

Gambar 3. Tanaman Kapuk Randu

Tiap bagian dari tanaman kapuk randu memiliki manfaat dan potensi yang

sangat besar, mulai dari kayu, daun, bunga, buah, biji hingga kulit buah. Bagian

kayu dari tanaman kapuk randu dapat digunakan untuk pembuatan kertas, pintu,

furniture, kotak dan mainan. Daun dari tanaman kapuk randu dapat digunakan

sebagai makanan ternak dan dapat memperbaiki tanah. Bunganya merupakan

sumber madu yang bagus dan bunga kapuk randu ini dapat digunakan sebagai obat

tradisional di Asia Tenggara untuk penyakit demam, batuk, serak dan lain sebagainya.

Buah Ceiba petandra merupakan sumber serat kapuk, dapat digunakan

sebagai bahan dasar matras, bantal, hiasan dinding, pakaian pelindung, penahan

panas dan suara. Kulit buah digunakan sebagai pengganti bahan kertas untuk

pembuatan kertas di Jawa Timur. Bagian kulit ini kaya akan potassium dan abu

sehingga dapat digunakan sebagai pupuk, membuat baking soda dan sabun. Kulit

kering digunakan sebagai bahan bakar.

Biji kapuk dapat diolah menjadi sejenis minyak goreng nonkolesterol dan

minyak campuran sebagai bahan baku pembuatan sabun. Bahkan juga digunakan

sebagai bahan bakar pada lampu pelita. Bungkil kapuk dapat digunakan sebagai

bahan pembuat pupuk, dan dari biji juga dapat diolah untuk bahan campuran pakan

ternak lainnya.

Kapuk merupakan salah satu tanaman yang berpotensi menghasilkan minyak.

Setiap gelondong buah kapuk mengandung 26% biji, sehingga setiap 100 kg

gelondong kapuk akan menghasilkan 26 kg limbah biji. Minyak biji kapuk

mengandung asam lemak tidak jenuh sekitar 71,95%, lebih tinggi dibandingkan

dengan minyak kelapa. Hal ini menyebabkan minyak biji kapuk mudah tengik.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 11: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

Sehingga kurang baik untuk dikembangkan sebagai minyak makanan. Namun minyak

biji kapuk berpotensi untuk dijadikan subsitusi biodiesel (Anonim, 2012)

Kapuk randu memiliki beberapa keunggulan, yakni : Pertama, mudah

dibudidayakan, Kedua, waktu panen lebih singkat (5 tahun) dengan daur pohon bisa

mencapai 50 tahun, Ketiga, harga buah randu relatif lebih stabil dengan pangsa pasar

yang terjamin, Keempat, termasuk tanaman konservasi, makanya ditanam di tepi-tepi

sungai, dan Kelima, memberikan keuntungan lain berupa industri lebah madu bagi

masyarakat.

Tabel 1. Beberapa Sumber Minyak Nabati yang Potensial Sebagai Bahan Baku Biodiesel

Biodiesel juga dapat didefinisikan sebagai bahan bakar yang terbuat dari lemak

atau minyak tumbuhan dan hewan secara fisik hampir menyerupai bahan bakar diesel

yang berasal dari minyak bumi.

Biodiesel memiliki keunggulan yaitu :

Tidak beracun

Dapat diproduksi secara local

Mempunyai kandungan sulfur yang rendah

Menurunkan tingkat opasiti asap

Menurunkan emisi gas buang

Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumas yang lebih baik dari pada

solar sehingga memperpanjang umur mesin.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 12: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

Jagung (Zea mayz)

Jagung Sebagai Bahan Pangan, Pakan Ternak Dan Bahan Baku Industri

Jagung termasuk tanaman pangan dunia yang penting. Posisinya bersaing

dengan Gandum dan Beras. Jagung bernilai ekonomis tinggi karena selain sebagai

sumber pangan, jagung juga sumber pakan dan energy potensial. Perlu diketahui

bersama, manfaat jagung untuk subtitusi bahan pangan sangat banyak perannya.

Beberapa produk bahan makanan dari jagung sudah biasa ditemui di Jawa Tengah

yaitu nasi jagung dan marning. Pada perkembangannya jagung dapat dibuat menjadi

kerupuk jagung, aneka kue kering, tortilla, grits dan sebagainya. Bahkan dengan

penggunaan teknologi tinggi jagung juga dapat dibuat susu yang memiliki kandungan

kolesterol dan lemak rendah.

Gambar 4. Buah Jagung

Selain buahnya yang menjadi makanan pokok di berbagai daerah dan

sumber pangan alternatif di Indonesia, hasil ikutan jagung pun bernilai ekonomis

tinggi. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan

ternak hijauan maupun tongkolnya. Limbah jagung yang meliputi jerami dan tongkol,

penggunaannya semakin popular untuk makanan ternak, artinya memiliki potensi

untuk pengembangan produk masa depan. Seperti batang dan daun jagung yang

dikenal sebagai jerami jagung yang dimanfaatkan sebagai hijauan pakan

ternak. Jerami juga dapat diolah dalam bentuk hay dan silase. Sisa buah

tongkol jagung pun dapat diolah kembali menjadi bahan bakar. Diambil minyaknya

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 13: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

dari bulir, dibuat tepung yang dikenal istilah tepung jagung atau maizena, dan bahan

baku industri dari tepung bulir dan tepung tongkolnya.

Sebagaimana diketahui, jagung salah satu produk pertanian yang banyak

dihasilkan di negara kita. Dari tahun ke tahun produksi jagung nasional terus

meningkat. Dari segi pengelolaan keuntungan bertanam jagung adalah kemudahan

dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak memerlukan

perawatan intensif (tidak manja). Dan dapat ditanam di hampir semua jenis tanah.

Resiko kegagalan bertanam jagung umumnya sangat kecil dibandingkan tanaman

palawija lainnya.

Pemanfaatannya pun sangat beraneka ragam mulai dari bahan pangan hingga

bioenergi. Buah jagung terdiri dari 30 % limbah yang berupa tongkol jagung. Jumlah

limbah yang semakin meningkat akan menjadi sangat potensial jika dapat

dimanfaatkan secara tepat. Limbah batang dan daun jagung kering berpotensi energi

sangat besar dan akan terus meningkat. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah jagung

sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan optimal.

Gambar 5. Pertanaman Jagung

Hampir seluruh bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum

beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung dijelaskan sebagai berikut:

Batang dan daun muda untuk pakan ternak;

Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos;

Batang dan daun kering untuk kayu bakar;

Batang jagung untuk lanjaran (turus);

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 14: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

Batang jagung untuk pulp (bahan kertas);

Buah jagung muda untuk sayuran , perkedel, bakwan dan sambel goring.

 Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok sekitar 70% dari hasil

produksi digunakan untuk konsumsi, selain sebagai bahan pangan, jagung juga

menjadi campuran bahan pakan ternak, bahan ekspor nonmigas serta bahan baku

pendukung industri. Secara garis besar kegunaan jagung dapat dikelompokkan

menjadi 3, yaitu : bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku industri.

1. Bahan Pangan

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, jagung sudah menjadi konsumsi

sehari-hari. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung,

bubur jagung, jagung campuran beras, danbanyak lagi makanan tradisional yang

berasal dari jagung.

2. Bahan Pakan Ternak

Bagi sebagian besar peternak di Indonesia jagung merupakan salah satu

bahan campuran pakan ternak. Bahkan dibeberapa pedesaan jagung digunakan

sebagai bahan pakan utama. Biasanya jagung dicampur dengan bahan-bahan

lainnya seperti dedak, shorgun, hijauan, dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung

umumnya diberikan pada ternak ayam,itik dan puyuh.

3. Bahan Baku Industri

Dipasaran banyak beredar produk olahan jagung. Produk olahan jagung

tersebut pada umumnya berasal dari industri skala rumah tangga hingga produksi

besar.

Secara garis besar beberapa industri yang mengolah jagung menjadi produk

sebagai berikut :

a) Industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung

b) Industri giling basah yaitu menghasilkan pati, sirup, gula jagung, minyak dan

dextrin.

c) Industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan ethyl

alkohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain-lain.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 15: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

Jagung untuk bahan baku industri (jagung hibrida dan varietas unggul

komposite) ditanam pada lahan sawah atau lahan kering beriklim basah dengan

menerapkan teknologi maju dengan demikian dapat dikatakan bahwa jagung untuk

bahan makan pokok dan jagung untuk bahan baku industri merupakan 2 komoditas

yang berbeda. Jagung hibrida tidak terima sebagai makanan pokok, dan jagung lokal

(jagung putih) tidak diterima oleh industri.

Jagung lokal selama ini luput dari perhatian lembaga penelitian, sedangkan

jaung hibrida dan komposite mendapatkan perhatian besar terutama oleh perusahaan

swasta. Lebih dari 80% jagung hibrida yang dilepas merupakan hasil penelitian dari

perusahaan swasta terutama dari perusahaan multi nasional. Bahkan pada tahun 2001

hampir 100% benih pertanaman jagung hibrida berasal dari perusahaan swasta.

Ternak Kambing

Hambatan utama yang dihadapi oleh peternak kambing dalam memelihara

adalah tingginya angka kematian pada anak kambing.  Beberapa penyebab tingginya

angka kematian, diantaranya adalah lahir prematur, terjepit saat dilahirkan, terserang

diare (mencret) dan yang terbanyak adalah mati karena tidak tahan terhadap

lingkungan. Kematian yang disebabkan oleh keadaan lingkungan memang sulit

diatasi, karena anak kambing mati mendadak. Ciri-cirinya adalah tiba-tiba lemas,

sekujur badannya terlihat basah dan tidak mau menyusu induknya.  Kondisi ini terjadi

pada anak-anak kambing yang dilahirkan pada saat musim hujan. Kasus ini banyak

dialami oleh sebagian besar peternak kambing terutama yang tinggal di daerah yang

lembab.  Pada saat musim hujan kandang dan sekitarnya menjadi basah dan lembab

menyebabkan kematian anak kambing bisa mencapai 50% (Farida Sukmawati M dan

Sasongko WR, 2008).

Salah satu upaya penanganan yang bisa dilakukan adalah melalui pengaturan

pembiakan atau perkawinan agar anak-anak kambing dilahirkan diluar musim

hujan.Melalui manajemen pemeliharaan yang baik dapat diusahakan agar anak-anak

kambing yang dilahirkan dapat hidup sehat.  Dari data-data pengamatan yang

dilaksanakan pada  pengkajian BPTP di desa Sukaraja dan Sambelia, bahwa anak

kambing yang dilahirkan pada bulan Januari hingga April memiliki resiko kematian

yang cukup tinggi.  Untuk mengatasi hal tersebut diusahakan agar  perkawinan ternak

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 16: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

kambing dapat diatur sehingga tidak terjadi kelahiran anak kambing pada bulan-bulan

tersebut.Dewasa  kelamin pada kambing yaitu umur 6 – 8  bulan, dan sudah bisa

dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan. Tetapi pada umumnya seringkali kambing umur

6 – 8 bulan sudah bunting.  Pada induk kambing muda seperti ini juga beresiko pada

kematian anaknya

Reproduksi Ternak Kambing

Tanda-tanda tersebut bisa dijadikan pedoman untuk mengatur perkawinannya.

Bila perkawinan tidak diinginkan maka diusahakan agar pada saat itu tidak

didekatkan pada pejantan sehingga tidak terjadi perkawinan.  Sebaliknya bila

diinginkan untuk kawin maka bisa didekatkan dengan pejantan.  Waktu yang paling

baik untuk mengawinkan adalah 12-18 jam setelah adanya tanda-tanda birahi

pertama.Siklus birahi atau selang waktu birahi adalah sekitar 19 hari.  Bila saat

birahi tidak terjadi perkawinan maka tidak terjadi kebuntingan dan 19 hari kemudian

akan kembali birahi.

Lama waktu kebuntingan pada kambing adalah kurang lebih 150 hari atau

berkisar 5 bulan. Sehingga rata-rata selang waktu beranakpada kambing yang

dipelihara secara tradisional  adalah 10 – 12 bulan, namun dapat diperpendek hingga 7

– 8 bulan.  Sehingga dalam waktu 2 tahun dapat beranak 3 kali. Selain itu hindarkan

perkawinan antara induk dan pejantan yang masih dekat hubungan kerabatnya

misalkan anak dengan bapaknya, anak dengan induknya atau antara dua bersaudara.

Sebab hal ini juga dapat mengakibatkan anak yang dilahirkan kurang sehat, cacat,

tubuhnya kecil dan lemah sehingga resiko kematian tinggi (Farida Sukmawati  M dan

Sasongko WR, 2008).

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 17: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

AGROFORESTRY PADA SISTEM AGROSILVOPASTORALDENGAN KOMBINASI KAPUK RANDU, TANAMAN JAGUNG,

DAN TERNAK KAMBING

Pelaksanaan agroforestry akan memberikan manfaat terhadap lingkungan,

ekonomi dan sosial. Manfaat tersebut dapat bersifat jangka pendek dan jangka

panjang. Kombinasi dari tanaman kehutanan dengan tanaman pangan pada sistim

agroforestry akan memberikan manfaat terhadap lingkungan, baik manfaat ekologis

secara umum maupun manfaat yang khusus di tempat dilaksanakannya sistim

agroforestri.

INTEGRASI JAGUNG – TERNAK KAMBING

Keunggulan Teknologi

1. Kebutuhan pakan di musim kemarau dapat tercukupi

2. Meningkatkan pendapatan petani

3. Selain menghasilkan pakan, dihasilkan jagung untuk konsumsi (jagung

pipilan)

4. Induk beranak tiga kali dalam dua tahun dengan jumlah anak dalam satu kali

kelahiran lebih dari satu

5. Dua anak atau lebih yang dapat disapih per induk dalam setahun

6. Berat anak dapat mencapai 35-40 kg. Kambing yang dibudidayakan pada awal

kegiatan, kambing sejumlah 14 ekor terdiri dari 12 ekor betina dan 2 ekor

jantan, setelah satu setengah tahun berkembang menjadi 45 ekor, digulirkan

kepada kelompok ternak lainnya.

Jarak Tanam

1. Jarak tanam 20 x 20 cm, satu biji per lubang tanam,

2. Jarak tanam 60 x 60 cm dengan 3 biji per lubang,

3. Jarak tanam 40/50 cm x 60 cm dengan 1 biji per lubang dan tidak dilakukan

penjarangan.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 18: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

Pemupukan

1. Pemupukan dilakukan 2 kali, 1/3 bagian diberikan pada umur 1 minggu setelah

tanam, 2/3 bagian diberikan pada umur 3 minggu setelah tanam

2. Dosis pupuk 200kg/ha Urea, 100 kg/ha SP-36, 100 kg/ha KCl.

Sistem Penjarangan

1. Penjarangan setiap minggu (37 hst) pada satu baris membujur, selanjutnya

pada baris yang lain pada 42 hst, 49 hst dan 60 hst, sehingga terbentuk jarak

tanam 60 x 60 cm

2. Penjarangan setiap 2 minggu dimulai pada 42 hst dan 60 hst, penjarangan di

mulai pada baris ke 2 dan ke 3 pada penjarangan ke dua.

3. Penjarangan/pemangkasan setiap 2 minggu pada satu rumpun/lubang tanam

(untuk jarak tanam 60 x 60 cm, 3 biji per lubang), pemangkasan dilakukan 42

hst, kemudian 60 hst sehingga tinggal satu batang per lubang.

4. Tidak dilakukan penjarangan pada jarak tanam 40/50 cm x 60 cm, dengan 1

biji pe lubang tanam, penanaman khusus untuk produksi jagung

Gambar 6. Kegiatan Penjarangan

Dampak Sosial - Ekonomi

Hasil budidaya tanaman jagung rapat dapat membantu mencukupi kebutuhan

pakan ternak/tebon serta jagung pipil. Tebon dan jagung pipil yang dihasilkan dari

penjarangan adalah sebagai berikut (Tabel 2)

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 19: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

Tabel 2. Tebon dan Jagung Pipil ynag Diperoleh dari Penjarangan

Ternak kambing berkembang cukup baik, jumlah awal 14 ekor, dalam waktu

satu setengah tahun menjadi 45 ekor, dan dilakukan perguliran pada anggota

kelompok tani yang lain. Selain itu juga telah dilakukan pemanfaatan limbah kandang

yang dilakukan oleh petani utnuk dibuat kompos, hal ini juga dapat menambah

pendapatan petani karena sampai saat ini petani telah dapat memproduksi dan

menjual pupuk organic yang telah mereka usahakan. Petani telah merasakan

manfaat dan keuntungan dari teknologi integrasi tanaman jagung dan ternak kambing

serta telah menjual sebagian kambingnya.

KAPUK RANDU – TANAMAN JAGUNG – TERNAK KAMBING

Manfaat Ekologis :

1. Mengurangi tekanan penduduk terhadap hutan sehingga luas hutan akan lebih

besar dan berfungsi baik dalam perlindungan lingkungan karena sistem ini tetap

dapat menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merusak hutan.

2. Siklus zat hara tanah akan lebih efisien, karena adanya pohon pohon yang berakar

dalam yang dapat menangkap unsur hara yang tercuci kelapisan tanah yang dalam

yang dapat diserapkemalioleh akar pepohonan dan didistribusikan ke seluruh

bagian permukaa tanaman seperti daun dan rantin. Apabila daun-daun sudah tua

dan digugurkan kepermukaan tanah dan menjadi bahan organik maka tanaman

semusimdapat memanfaatkan kembali sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan

oleh tanaman semusimseperti tanaman jagung pada sistem Agrosilvopastoral ini.

3. Perlindungan yang lebih baik pada system ekologi di daerah hulu, karena pertanian

yang berpindah-pindah (perladangan) dapat dikendalikan dengan lebih baik.

4. Mengurangi laju aliran permukaan, pencucian zat hara tanah dan erosi, karena

pohon-pohon akan menghalangi terjadinya proses tersebut.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 20: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

5. Perbaikan kondisi iklim makro, misalnya penurunan suhu permukaan tanah dan

laju evaporasi melalui penutupan oleh tajuk pohon dan mulsa.

6. Peningkatan kadar unsur hara tanah, karena adanya serasah/humus yang selalu

tersedi yang dibutuhkan oleh tanaman semusim.

7. Perbaikan struktur tanah karena adanya penambahan bahan organik yang terus

menerus dari serasah yang membusuk, dimana mikro organisme apat berkembang

secara terus menerus.

Konsep agrosilvopastura dengan memadukan tanaman jagung, kapuk randu

dan ternak kambing, ini merupakan sistem yang sangat kompleks dimana ternak

tersebut dapat menghasilkan pupuk organik yang mengandung unsur hara yang tinggi

dan dibutuhkan oleh tanaman jagung maupun tanaman kapuk randu begitupun

sebaliknya dimana daun-daun jagung yang sudah tua dapat dijadikan sebagai pakan

ternak kambing serta daun kapuk randu jika ada yang terlalu rimbun dan dilakukan

pemangkasan maka juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Hal ini merupakan

salah satu konsep yang tepat diberlakukan di daearah lahan kering termasuk Jeneponto

secara berkelanjutan (sustainable)

Manfaat Sosial dan Ekonomi

Sistim agroforestry pada suatu lahan akan memberikan manfaat ekonomi

yang nyata bagi petani, masyarakat dan daerah setempat. Manfaat tersebut berupa :

Peningkatan dan penyediaan hasil berupa kayu pertukangan, kayu bakar, pangan,

pakan ternak dan pupuk hijau. Mengurangi timbulnya kegagalan panen secara

total, yang sering terjadi pada sistim pertanian monokultur. Memantapkan dan

meningkatkan pendapatan petani karena adanya peningkatan dan jaminan

kelestarian produksi, perbaikan standar hidup petani karena ada pekerjaan yang

tetap dan pendapatan yang lebih tinggi, perbaikan nilai gizi dan tingkat kesehatan

petani dan adanya peningkatan jumlah dan keaneka-ragaman hasil pangan yang

diperoleh. Perbaikan sikap masyarakat dalam cara bertani : melaui sistem

penggunaan lahan yang tetap.

Melihat sisi lingkungan, model Agrosilvopastoral yang diintegrasikan tanaman

jagung, tanaman kapuk randu dengan ternak kambing ini terjadi interaksi mutualisme

yang salin menguntungkan dalam hal penyediaan hara in situ yang saling

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 21: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

menguntungkan jika populasi tanaman kapuk radu tidak terlalu banyak mengingat

tanaman ini mempunyai kanopi yang cukup lebar sehingga dibutuhkan manajemen

pengaturan ruang dalam areal tanaman jagung tersebut sedangkan ternak kambing

dapat menghasilkan bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh kedua tanaman baik

tanaman jagung maupun tanaman kapuk randu. Hal ini terbukti bahwa tanaman

jagung dapat beradaptasi dengan baik dan memberikan hasil yang optimum dan ini

dapat dilihat gambar dibawah ini :

Gambar 7. Lokasi Penanaman Jagung (Zea mayz) pada Sistem Agroforestri dengan Tanaman Kapuk Randu (Ceiba pentandra) di Kelompok Tani Desa Kapita Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto

Secara visual pada gambar tersebut diatas memperlihatkan bahwa kedua

tanaman tersebut dengan ruang yang seimbang untuk mendapatkan sinar matahari,

maka pertumbuhan taman cukup optimal.

Model Interaksi Usaha ternak kambing juga menjadi efisien dimana

sebelumnya usaha ternak kambing adalah usaha sambilan karena belum dikelolah

dengan baik mdengan menerapkan perinsip-perinsip fungsi manajemen usahatani

dengan baik sehingga ternak ini dipelihara apa adanya. Disaat musim hujan,

pakan rumput hijau masih melimpah tapi tersedia hanya beberapa bulan karena

lahan tersebut merupakan lahan kering dan curah hujannya hanya berkisar 4-6 bulan

sehingga disaat kemarau rumput mulai sulit didapat, kambing mulai dijual dengan

harga murah karena kurus akibat kurangnya makanan tersedia.

Limbah batang jagung dapat menjadi makanan utama kambing begitupun

daun-daun tanaman kapuk randu yang masih muda pada kanopi yang terlalu rimbun

dapat dipankas untuk dijadikan sebagai hijauan makanan ternak sehingga sepanjang

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 22: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

tahun makanan ternak kambing tersedia sehingga produksi berkelanjutan pada

sistem agrosilvopastural, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat gambar sistem integrasi

ternak pada sistim silvopastura dibawah ini :

Gambar 8. Sistem Agrosilvopastoral pada Kapuk Randu – Tanaman Jagung – Ternak Kambing di Kelompok Tani di Desa Kapita Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto

Pola integrasi pertanian antara tanaman jagung dapat di pengaruhi variabel

input yang diberikan, dengan penerapan manajemen proses untuk menghasilkan

output yang dikehendaki yang memungkinkan pula output yang tidak dikehendaki.

Input yang tidak terkontrol seperti curah hujan, caha matahari, suhu, kelembaban,

merupakan input yang ikut berpengaruh terhadap integrasi terutama pada proses

penanaman jagung pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif, apabila hujan

merata sesuai kebutuhan pertumbuhan tanaman maka akan memberikan hasil

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 23: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

yang optimum begitu pula ternak sapi. Menurut Warisno (1998). curah hujan

berhubungan erat dengan ketersediaan air. Air merupakan media pengatur suhu

bagi tanaman jagung sebab air dapat menyalurkan panas, air juga merupakan

sarana transportasi untuk mengangkut hara dari luar kedalam tubuh tanaman jagung

yang hasil jeraminya dapat dimanfaat oleh ternak sebagai pakan.

Apabila terjadi curah hujan dan sinar matahari secara optimum maka air tanah

juga tersedia yang dapat berguna sebagai katalisator mensuplai nutrien ke akar

tanaman yang yang dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam melansungkan proses

metabolisme dalam berfotosintesis berlansung dengan baik. Angin dalam kegiatan

sistem integrasi tanaman jagung dan kapuk randu serta ternak kambing ini, angin

banyak memberikan manfaat. Manfaat tersebut antara lain membantu tanaman dalam

proses peyerbukan, evaporasi dan respirasi tanaman dan rasa nyaman pada ternak

kambing. Tanpa adanya angin, tanaman akan mati karena tidak dapat bernafas dan hal

tersebut berpengaruh buruk terhadap proses metabolismenya dan juga memberikan

rasa nyaman kepada ternak dengan adanya penggantian suhu. Manfaat angin yang

paling istimewah adalah membantu proses terbentuk dan turunnya air hujan.

Penurunan kualitas lahan dan terjadinya erosi ini dapat disebabkan karena

intensitas produksi jagung meningkat dengan sistim monokultur. Akibat adanya pola

integrasi sistem pertanian dan peningkatan biaya produksi karena membiayai tiga sub

sistem yang di usahakan dengan sistem agrosilvopastura dengan menkombinasikan

tanaman jagung, kapuk randu dan peternakan kambing, sisa tanaman jagung melimpah

dan kualitas pakan ternak kambing merupakan poin penting dari ouput sistem

agrosilvopastura yang dikehendaki karena dapat memperbaiki produktifitas dan

ekologi lahan pertanian tersebut. Teknologi ini berdampak pada peningkatan

kecernaan dan protein jerami jagung, serta mampu memodifikasi mikroba saluran

pencernaan ternak ruminansia, sehingga akan meningkatkan efisiensi penggunaan

pakan (Soetanto, 2001).

Pola sistem agrosilvopastura ini merupakan metode yang tepat dalam

mengembangkan usaha tani untuk meningkatkan pendapatan dalam mensejahtrakan

masyarakat petani, karena pola ini terjadi diversifikasi pendapatan dan mencegah

kegagalan panen.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 24: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

PENUTUP

KESIMPULAN

 Dari hasil pembahasan sistem agrosilvopatoral dengan mengintegrasikan

tanaman jagung, kapuk randu sebagai tanaman pohon dan ternak kambing pada

penerapan agroforestri dapat disarankan sebagai berikut :

1. sistim agrosilvopastural kondisi pertumbuhan tanaman jagung dengan sistem

agroforestri antara tanaman jagung tetap optimum karena ruang antara kapuk randu

tidak saling mengganggu, serta ternak kambing dapat memperoleh pakan hijauan

dari jagung, serta daun kapuk yang mudah.

2. Sistem agrosivopastura merupakan salah satu bentuk yang efektif dikembangkan

untuk mempertahankan pendapatan secara berkelanjutan karena dapat

menghasilkan sepanjang tahun dan fungsi-fungsi ekologi dan ekonomi seimbang.

3. Peran agroforestri sebagai salah satu tindakan konservasi tanah dan air pada lahan

marginal kiranya menjadi salah satu pilihan yang dapat mengatasi degradasi lahan

dan penggunaan lahan yang bekelanjutan yang telah diterima oleh masyarakat.

Sistem agroforestri ini perlu dikembangkan dan modifikasi pada kondisi iklim

setempat.

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Page 25: Tugas Agroforestri

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu

Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu 20132013

2525

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. Peternakan dan Kehewanan. Diakses di http://www.kalteng.go.id/ INDO/Kehewanan2003.htm. pada hari Jumat, 15 Maret 2013.

______, 2006. Kapuk Randu. Diakses di http://id.wikipedia.org/wiki/Kapuk_randu. pada hari Jumat, 15 Maret 2013.

______, 2008. Kapuk Randu. Diakses di http://majalah.tempointeraktif.com/id/ email/1978/10/14/EB/mbm.id.html. pada hari Jumat, 15 Maret 2013

______, 2012. Kapuk Randu . Diakses di http://www.wikipedia.htm pada Hari Sabtu, 16 Maret 2013

______, 2012. Kandungan Kapuk Randu. Diakses di http://www.disbunjatim-online.htm pada Hari Sabtu, 15 Maret 2013.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000. Integrasi Sapi di Lahan Pertanian (Crop Livestock Production Systems). Jakarta.

Farida Sukmawati  M dan Sasongko WR, 2008. Manajemen Pembiakan Kambing. Diakses di http://ntb.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content& task=view&id=113&Itemid=141 pada Hari Sabtu, 15 Maret 2013.

Malida S. dkk., 2003. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Dengan Sistem Agroforestri. Bogor

MacDicken, G.N., and Vergata, N.T., 1990. Agroforestry : Classification and Management. Thailand.

Rosieter, 1994a. Land Evaluation Cornell University Collage of Agr and Life Science Departement of Soil, Crop and Atmospheric Science. Australia.

Suwaskita, DKS., 2002. Corn Self-Sufficiences Indonesia The Past 30 years and Puture Prospects. Bogor.

Sutanto, R., 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.

Soetanto, H. 2001. Teknologi dan Strategi Penyediaan Pakan dalam Pengembangan Industri Pertanian. Makalah. Workshop Strategi Pengembangan Industri Peternakan, Makassar, 29-30 Mei 2001.

Sudaryono, 1998. Teknologi Produk Jagung Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balai Penelitian Jagung dan Serealia. Balai Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Ujung Pandang.

Warisno, 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta

Siti Aisyah S1

1Mahasiswa Programstudi Sistem-Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin