Tuberkulosis Paru

47
Hafiz Arqursoy 1102011115 Pembimbing dr. Edi Sp.P Tuberkulosis Paru

description

kjkjkjkj

Transcript of Tuberkulosis Paru

Page 1: Tuberkulosis Paru

Hafiz Arqursoy1102011115

Pembimbingdr. Edi Sp.P

Tuberkulosis Paru

Page 2: Tuberkulosis Paru

Definisi

TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). (DepKes, 2011).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). (DepKes, 2011)

Page 3: Tuberkulosis Paru

Klasifikasi

• TB Pulmonal• TB Ekstra Pulmonal

Berdasarkan Anatomi

• Tuberkulosis Primer • Tuberculosis Sekunder

Berdasarkan Patologi

• Tuberculosis BTA (+)• Tuberculosis BTA (-)

Berdasarkan BTA

Page 4: Tuberkulosis Paru

Klasifikasi

Page 5: Tuberkulosis Paru

Epidemiologi

Menurut WHO dalam Global Tb Control Report (2009) : Prevalensi TB di indonesia pada tahun 2008 adalah 296.514 kasus baru maupun relaps.

Angka insiden kasus baru TB BTA (+) berdasarkan hasil survei Depkes RI tahun 2007 pada 33 propinsi adalah 104 per 100.000 penduduk.

Page 6: Tuberkulosis Paru

Etiologi

Mycobacterium tuberculosis• Bentuk batang• Dinding terdiri atas asam lemak (lipid),

prptidoglikan, dan arabinomannan• Tahan asam, kimia, dan fisis• Bertahan hidup pada udara kering maupun dingin.• Di jaringan, hidup di dalam sitoplasma makrofag• Aerob

Page 7: Tuberkulosis Paru

Patogenesis

Page 8: Tuberkulosis Paru

Patogenesis Tuberkulosis Primer

Page 9: Tuberkulosis Paru

Patogenesis Tuberkulosis Primer

Kompleks primer ini selanjutnya akan menjadi :• Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali

(restitution ad integrum) • Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain

sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus) • Menyebar dengan cara :

– Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya– Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke

paru sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus – Penyebaran secara hematogen dan limfogen

Page 10: Tuberkulosis Paru

Patogenesis Tuberkulosis Post-Primer

Page 11: Tuberkulosis Paru

Patogenesis Tuberkulosis Post-Primer

Page 12: Tuberkulosis Paru

Manifestasi Klinis

Gejala respiratorik

• Batuk ≥ 3 minggu• Batuk darah• Sesak napas• Nyeri dada

Gejala sistemik

• demam• malaise• Keringat malam• anoreksia• BB menurun

Page 13: Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan Fisik• Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus

superior terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior

• Suara napas bronkial, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

• Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura

• Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher kadang-kadang di daerah ketiak

Page 14: Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan Fisik

Page 15: Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan BakteriologikCara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara: • Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan) • Dahak Pagi ( keesokan harinya ) • Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)

lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila : • 2 kali positif, 1 kali negatif → Mikroskopik positif • 1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali , kemudian bila 1 kali positif,

2 kali negatif → Mikroskopik positif • 3 kali negatif → Mikroskopik negatif

Page 16: Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan BakteriologikSkala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) : - Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif - Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah

kuman yang ditemukan - Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+) - Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

Page 17: Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan RadiologikGambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : • Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior

lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah • Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan

opak berawan atau nodular • Bayangan bercak milier • Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Page 18: Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan RadiologikGambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif • Fibrotik • Kalsifikasi • Schwarte atau penebalan pleura

Luluh paru (destroyed Lung ) : • Atelektasis• Ektasis/ multikaviti • Fibrosis parenkim paru• Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan

aktivitas proses penyakit

Page 19: Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan RadiologikLuas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan : • Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau

dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan, serta tidak dijumpai kaviti

• Lesi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal

Page 20: Tuberkulosis Paru

Alur Diagnosis TB Paru

Page 21: Tuberkulosis Paru

Alur Diagnosis TB Paru

Page 22: Tuberkulosis Paru

Pengobatan TB Paru

Page 23: Tuberkulosis Paru

Pengobatan TB Paru

Page 24: Tuberkulosis Paru

PENGOBATAN TUBERKULOSIS PADA KEADAAN KHUSUS

• Sama dengan penobatan TB Umumnya.

• Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin.

Kehamilan

• tidak berbeda dengan pengobatan pada umumnya.

• Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya

Ibu menyusui

dan bayinya

Page 25: Tuberkulosis Paru

• Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Seorang pasien TB sebaiknya mengggunakan kontrasepsi non-hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg).

Pasien TB pengguna

kontrasepsi

• Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan Tb sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama 6 bulan.

Pasien TB dengan

hepatitis akut

Page 26: Tuberkulosis Paru

• Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan Tb.

• Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak diberikan dan bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan.

• Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat.

• Pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.

Pasien TB

dengan kelainan

hati kronik

Page 27: Tuberkulosis Paru

• Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi melalui empedu dan dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik.

• OAT jenis ini dapat diberikan dengan dosis standar pada pasien-pasien dengan gangguan ginjal. Streptomisin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu hindari penggunaannya pada pasien dengan gangguan ginjal.

• Apabila fasilitas pemantauan faal ginjal tersedia, Etambutol dan Streptomisin tetap dapat diberikan dengan dosis yang sesuai faal ginjal.

• Paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.

Pasien TB

dengan gagal ginjal

Page 28: Tuberkulosis Paru

• Diabetes harus dikontrol.• Penggunaan Rifampisin dapat mengurangi

efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan.

• Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah, setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan dengan anti diabetes oral.

• Pada pasien Diabetes Mellitus sering terjadi komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu hati-hati dengan pemberian etambutol, karena dapat memperberat kelainan tersebut.

Pasien TB

dengan Diabetes Melitus

Page 29: Tuberkulosis Paru

• Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa pasien seperti:• Meningitis TB• TB milier dengan atau tanpa meningitis• TB dengan Pleuritis eksudativa• TB dengan Perikarditis konstriktiva.

• Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian diturunkan secara bertahap. Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan.

Pasien TB yang perlu mendapat tambahan

kortikosteroid

Page 30: Tuberkulosis Paru

Pemantauan Pengobatan

Page 31: Tuberkulosis Paru

Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif• Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara

lengkap dan pemeriksaan apusan dahak ulang (follow-up) hasilnya negative pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya

Sembuh

• Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

Pengobatan Lengkap

• pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.Meninggal

Page 32: Tuberkulosis Paru

• pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

Putus berobat (Default

• Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Gagal

• Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan (register) lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

Pindah (Transfer out)

• Jumlah yang sembuh dan pengobatan lengkap. Digunakan pada pasien dengan BTA+ atau biakan positif.

Keberhasilan pengobatan

(treatment success)

Page 33: Tuberkulosis Paru
Page 34: Tuberkulosis Paru
Page 35: Tuberkulosis Paru

• Tn. SNama• Laki-lakiJenis Kelamin• 52 tahun 8 bulanUSIA• KedondongALAMAT• Tidak BekerjaPEKERJAAN• IslamAGAMA• Sudah menikahSTATUS • 16 Oktober 2015MASUK RS• 22 Oktober 2015KELUAR RS

IDENTITAS PASIEN

Page 36: Tuberkulosis Paru

Anamnesis

KELUHAN UTAMA

Batuk Berdahak

Sejak ± 10 hari

Page 37: Tuberkulosis Paru

Riwayat Penyakit

Pasien datang ke RS dengan batuk berdahak sejak 10 hari disertai

sesak

Batuk disertai dahak berwarna putih, mual dan muntah disangkal.

Sesak dirasakan pasien sejak 7 hari, memberat pada saat

berbaring dan mereda pada saat duduk

Sesak tidak disertai nyeri dada. Sesak dirasakan memberat pada

malah hari, saat ingin tidur.

Pasien mengeluh sering keringat pada malam hari. Tidak ada

keluhan seperti nyeri kepala dan panas badan tinggi.

Pasien merasa berat badan menurun. Pasien pernah menjalani pengobatan paru selama 1 tahun.

Page 38: Tuberkulosis Paru

Riwayat penyakit dahulu• Riwayat hipertensi tidak diakui pasien• Riwayat penyakit jantung disangkal• Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat penyakit keluarga• Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien

Page 39: Tuberkulosis Paru

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : ComposmentisKeadaan umum : Tampak sakit sedangKeadaan sakit : SedangBerat badan : 49 kgTinggi badan : 167 cm Tekanan darah : 120/80 mmHgNadi : 88 x/menitPernafasan : 40 x/menitSuhu : 36,6 ˚C

Page 40: Tuberkulosis Paru

Kepala • Bentuk : Normal, simetris• Mata : CA-/-, SI -/-, reflex

cahaya ( + ), pupil isokor kanan =

kiri

Leher• Kelenjar getah bening tidak

teraba• Trachea berada di tengah• Tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid• JVP tidak meningkat

Page 41: Tuberkulosis Paru

Paru- paru

• Inspeksi• Bentuk dada simetris kanan

dan kiri, Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, Tidak terdapat retraksi otot-otot intracostal

• Palpasi• Fremitus taktil dan vocal

simetris kanan dan kiri, Tidak ada krepitasi

• Perkusi• Sonor seluruh lapang paru,

Peranjakan paru (+)• Auskultasi• VBS ka=ki, ronkhi +/+,

wheezing -/-

Jantung

• Inspeksi : Ictus cordis terlihat

• Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni regular, murmur ( - ), gallop ( - )

Page 42: Tuberkulosis Paru

Abdomen

• Inspeksi: Bentuk abdomen datar, lembut

• Auskultasi: Bising usus ( + ) normal

• Perkus : Terdengar suara timpani

mendominasi lapang abdomen

• Palpasi • Hepar tidak teraba• Lien tidak teraba• Ballotment ( - )• Vesica urinaria tidak teraba• Nyeri tekan ( - )

Ektremitas

• Superior• Akral hangat • Udema -/-• CRT < 2”

• Inferior • Akral hangat• Udema -/-• CRT < 2”

• Tidak diperiksa

Genitalia

Page 43: Tuberkulosis Paru

Result Flags Unit Normal Limits

WBC 14,0 10ˆ3/µl 4,0 – 11,0

LYM % 7,1 % 20,0 – 40,0

MON % 6,0 % 2,0 – 8,0

NEU% 82,5 % 50,0 -70,0

Eritrosit 5,32 mm3 4,4 - 6,0

HGB 15,0 g/dL 13,0 – 18,0

HCT 43,8 % 39,0 – 54,0

MCV 82,2 µmˆ3 79,0 – 99,0

MCH 28,3 Pq 27,0 – 31,0

MCHC 34,4 g/dL 33,0 – 37,0

PLT 315 10ˆ3/µl 150 – 450

GDS 84 mg/dL mg/dl 70 - 140

PEMERIKSAANDARAH RUTIN17 Oktober 2015

Page 44: Tuberkulosis Paru

•Hili normal•Corakan paru bertambah•Noda dan garis keras disertai perbecekan lunak di sekitarnya pada kedua lapang paru

TB Paru Aktif dengan Efusi Pleura bilateral dan penebalan pleura kiri

Page 45: Tuberkulosis Paru

Pasien datang dengan keluhan utama batuk berdahak sejak 10 hari. Dahak berwarna putih, sesak dirasakan pasien, sesak berkurang ketika duduk dan memberat ketika berbaring, Pasien tidak merasakan demam, pasien mengeluh sering berkeringat pada malah hari. Berat badan dirasakan pasien menurun.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan rhonki +/+

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan pemeriksaan SPS negatif dan radiologi dengan gambaran paru aktif dengan efusi pleura

RESUME

Page 46: Tuberkulosis Paru

•DIAGNOSIS KERJATuberculosis paru BTA (-) dengan efusi pleura

•DIAGNOSIS BANDINGPneumoniaBronkhitis kronik

Page 47: Tuberkulosis Paru

Terima kasih