TUBERKULOSIS ANAK

31
BAB I STATUS PASIEN ANAMNESIS IDENTITAS Nama : An. C Umur : 8 tahun Jenis kelamin : perempuan Alamat : Jl. Durian Masuk RS :- Tanggal diperiksa :- Nama ayah : Tn. D Umur : 35 tahun Pendidikan : - Pekerjaan : wiraswasta Nama Ibu : Ny.E Umur :31 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu rumah tangga ANAMNESIS Dilakukan aloanamnesis terhadap Ny. E 1. KU : Batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu 2. RPS : Batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu, batuk seperti darah 1

Transcript of TUBERKULOSIS ANAK

BAB I

STATUS PASIEN

ANAMNESIS

IDENTITAS

Nama : An. C

Umur : 8 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Jl. Durian

Masuk RS :-

Tanggal diperiksa :-

Nama ayah : Tn. D

Umur : 35 tahun

Pendidikan : -

Pekerjaan : wiraswasta

Nama Ibu : Ny.E

Umur :31 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

ANAMNESIS

Dilakukan aloanamnesis terhadap Ny. E

1. KU : Batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu

2. RPS : Batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu, batuk seperti darah

segar, sebanyak ± ¼ gelas aqua. Batuk disertai lender

berwarna kuning tidak sesak, tidak pilek, tidak ada nyeri

menelan. Demam sejak 1 minggu yang lalu, demam tidak

tinggi dan siang hari hilang timbul, dan meninggi

pada malam hari, tidak menggigil, ada berkeringat malam

sampai harus mengganti baju 2 kali dalam semalam, tidak

kejang. Benjolan di leher sejak 7 bulan yang lalu, awalnya

1

berukuran sebesar biji jagung, kemudian pecah dan keluar

darah makin lama benjolan semakin membesar. BAB teratur

2x/hari, konsistensi padat, tidak cair, warna kuning tengguli,

tidak berlendir, tidak berdarah. BAK (+), warna kuning, bau

khas, tidak berdarah, tidak nyeri. Nafsu makan menurun,

badan semakin kurus.

3. RPD : Batuk 1 bulan yang lalu, batuk berdahak, warna kuning,

tidak berdarah, setelah di bawa berobat (nama obat ibu

pasien lupa) belum ada perubahan. Demam 2 bulan

yang lalu, demam tinggi, setelah berobat (parasetamol)

keluhan berkurang. Bengkak di leher sejak 7 bulan

yang lalu, telah dibawa berobat ke pengobatan

alternative, namun tidak ada perubahan.

4. RPK : Ibu pasien pernah mengalami keluhan yang sama 1 tahun

yang lalu, dan minum obat selama 6 bulan.

5. Riwayat pribadiRiwayat kehamilan dan persalinanRiwayat kehamilan : tidak ada masalah selama kehamilanRiwayat persalinan : normalRiwayat pasca lahir : normalKesan : riwayat kehamilan dan persalinan

Normal6. Riwayat makanan : ASI eksklusif usia 0-5 bulan, susu

formula/MPASI 5 bulan s/d sekarang

Kesan : tidak ada alergi makanan

7. Pertumbuhan dan perkembangan anak Pertumbuhan : sesuai dengan usiaPerkembanggan psikomotor : sesuai dengan usiaMental /intelegensi : tidak ada kelainan mentalEmosi dan prilaku : tidak ada gangguan emosional.Kesan : tidak ada gangguan pada

2

pertumbuhan dan Perkembangan anak.

8. Imunisasia. BCG:-

Diberikan saat usia 0-3 bulan optimal saat usia 2 bulan bila lebih dari 3 bulan perlu dilakukan uji tuberculin

b. DPT:-Diberikan paling cepat saat usia 6 minggu

c. Polio:-Diberikan saat usia bayi lahir, saat dipulangkan dan bulan ke 2, 4, 6, 18/24 dan 5 tahun

d. Hep B :-Diberikan saat usia 9 bulan

e. Booster:-

9. Sosial ekonomi dan lingkungan Sosial ekonomi :pasien merupakan anak kandungLingkungan :tinggal bersama kedua orang tua pasien

10. Anamnesis systema. System cerebrospinal :tidak dilakukan pemeriksaan

b. System kardiovaskuler :tidak dilakukan

pemeriksaan

c. System pernapasan : bentuk dada normal,

tidak terdapat

retraksi otot

epigastrik, suara

tambahan ronkhi

basah.

d. System gastrointestinal :tidak

dilakukanpemeriksaan

e. System urogenital :tidak dilakukan

pemeriksaan

f. System integumentum :tidak dilakukan

pemeriksaan

3

g. System musculoskletal :tidak dilakukan

pemeriksaan

11. PEMERIKSAAN JASMANI

A. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

1. Kesadaran : Composmentis

2. Vital sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Nafas : 20 x/menit

Suhu : 38 0C

3. Status gizi

a) Berat badan : tidak dilakukan pengukuran

b) Panjang badan : tidak dilakukan pengukuran

c) Lingkar kepala : tidak dilakukan pengukuran

d) Lingkar lengan atas : tidak dilakukan pengukuran

Simpulan :

1) Kulit : tidak ada kelainan kulit

2) Kelenjar limpa: normal

3) Otot : tidak ada kelamahan /gangguan otot

4) Tulang :tidak ada kelainan

5) Sendi :tidak ada kelainan

B. Pemeriksaan khusus 1. Kepala

Bentuk : bulat dan simetrisUbun-ubun : normocephal (normal)Rambut : hitam lurusMata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

4

Hidung : pernafasan cuping idung (-) dan sekret (-)Telinga : simetris, bentuk normalMulut : sianosis (-)

2. Leher : struktur dan fungsi leher normal, terdapat benjolan pada bagian leher.

3. DadaJantung : tidak dilakukan pemeriksaan Paru-paru : terdapat retraksi dinding dada, fremitus pada Saat bernafas.

4. PerutInspeki : bentuk datarAuskultasi :bising usus (+) normalPalpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik, Perkusi : timpani disemua kuadran abdomen, asites (-)

a. Hati : tidak dilakukan pemeriksaanb. Limpa : tidak ada kelainan limpa

5. Anogenital a. Anus : tidak dilakukan pemeriksaanb. Genital: tidak dilakukan pemeriksaan

6. Ekstremitas Akral hangat CRT <2 detik

POINT DIAGNOSIS

1. An.C datang ke RS.Zainab bersama kedua orang tuanya dengan

keluhan batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu, batuk seperti darah

segar, sebanyak ± ¼ gelas aqua. Batuk disertai lender berwarna

kuning tidak sesak, tidak pilek, tidak ada nyeri menelan. Demam

sejak 1 minggu yang lalu, demam tidak tinggi dan siang hari hilang

timbul, dan meninggi pada malam hari, tidak menggigil, ada

berkeringat malam sampai harus mengganti baju 2 kali dalam

semalam, tidak kejang. Benjolan di leher sejak 7 bulan yang lalu,

awalnya berukurang sebesar biji jagung, kemudian makin lama

5

benjolan semakin membesar. Kesadaran: Composmentis, Vital

sighn didapatkan Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 80

x/menit, Nafas : 20 x/menit, Suhu : 38 0C.

DAFTAR MASALAH

Masalah aktif : batuk berdarah 1 hari yang lalu, keringat malam, terdapat

benjolan di leher.

Masalah pasif : tidak ada masalah pasif pada pasien.

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis: Suspek TB

Diagnisis banding: Bronkhitis kronis, Pertusis

PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Darah rutin

Nama Hasil Nilai normal

Hb 12,2 mg% 13-18 (lk), 12-16 (pr)

Leukosit 8100 mm2 4000-11000 mm2

LED 31 mm/jam 0-10 mm/jam (lk), 0-20

mm/jam (pr)

Widal St-O Pos 1/80 Negative

Ht 36,7% 39-54% (lk), 36-47%

(pr)

Eritrosit 4,44 juta 4,5- 6,5 juta (lk), 4,10-

5,10 juta (pr)

6

Foto thorak

Terdapat pembesaran kelenjar getah bening hilus

Infiltrasi perihiler

CTR<5

Test tuberculin

Injeksi 0,1 ml PPD secara intradermal dengan metode mantoux divolar /

permukaan belakang lengan bawah. Didapat indurasi 9 mm dlm 72 jam

PENTALAKSANAAN

OAT Kombipak pd anak 2RHZ/44RH

Paracetamol 3x250 mg

Rifampisin 150 mg

Pirazinamid 300 mg

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

7

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah

menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa.1

2. Epidemiologi

Organisasi kesehatan sedunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi

dunia terinfeksi dengan M.tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara,

China, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di

populasi yang mengalami stress nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan

tidak cukup, dan perpindahan tempat. Sepuluh sampai dua puluh juta orang yang

hidup di Amerika Serikat mengandung basil tuberkel.2

Frekuensi kasus tuberkulosis turun selama setengah abad pertama jauh

sebelum penemuan obat – obat anti tuberkulosis sebagai akibat perbaikan kondisi

kehidupan. Insidensi di Amerika Serikat mulai naik pada tahun 1985. Kebanyakan

orang di Negara maju tetap beresiko rendah untuk tuberkulosis kecuali untuk

kelompok – kelompok tertentu yang sangat terbatas. Kota – kota yang dengan

populasi lebih besar dari 250.000 merupakan 18 % populasi Amerika Serikat

tetapi ada lebih dari 45 % kasus tuberkulosis.

Pada setiap umur, frekuensi tuberkulosis sangat lebih tinggi pada individu

kulit berwarna. Genetik mungkin memainkan peran kecil, tetapi faktor – faktor

lingkungan seperti status sosio – ekonomi jelas memainkan peran besar pada

insiden.2 Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada orang laki – laki,

tetapi ada sedikit dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak. Frekuensi

tuberkulosis tertinggi pada orang tua populasi kulit putih di Amerika Serikat;

individu – individu ini mendapat infeksi beberapa dekade yang lalu. Sebaliknya

pada populasi kulit berwarna tuberculosis paling sering pada orang dewasa muda

dan anak – anak umur kurang dari 5 tahun Kisaran umur 5 – 14 tahunsering

disebut “umur kesayangan” karena pada semua populasi manusia kelompok ini

9

mempunyai frekuensi penyakit tuberkulosis yang terendah.2 Di Amerika Serikat

kebanyakan anak terinfeksi dengan M.tuberculosis di rumahnya oleh seseorang

yang dekat padanya, tetapi wabah tuberkulosis anak juga terjadi pada sekolah –

sekolah dasar dan tinggi, sekolah perawat, pusat perawatan anak, rumah, gereja,

bus sekolah dan tim olahraga. Orang dewasa yang terinfeksi virus defisiensi imun

manusia ( HIV ) dengan tuberkulosis dapat menularkan M.tuberculosis ke anak,

beberapa darinya berkembang penyakit tuberkulosis, dan anak dengan infeksi

HIV bertambah resiko berkembang tuberkulosis sesudah infeksi.2 Insidens

tuberkulosis resisten obat telah bertambah secara dramatis. Di Amerika Serikat,

sekitar 14 % isolate M.tuberculosis resisten terhadap sekurang – kurangnya satu

obat, sementara 3 % resisten terhadap isoniazid maupun rifampicin. Namun di

beberapa Negara frekuensi resisten obat bekisar dari 20 % sampai 50 %. Alasan

utama terjadinya resisten obat adalah kesetiaan penderita yang buruk pada

pengobatan dan peresepan regimen obat yang tidak adekuat oleh dokter. 2

Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di Negara

yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang

dewasa yang juga dapat menjadi sumber infeksi. Menurut penyelidikan WHO dan

Unicef di daerah Yogyakarta 0.6 % penduduk menderita tuberkulosis dengan basil

tuberkulosis positif dalam dahaknya, dengan perbedaan prevalensi antara di kota

dengan di desa masing – masing 0.5 – 0.85 % dan 0.3 – 0.4 %. Uji tuberkulin (uji

Mantoux ) pada 50 % penduduk menunjukan hasil positif dengan hasil terbanyak

pada usia 15 tahun ke atas.1

Di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah

eradikasi malaria, merupakan penyakit nomor satu dan sebagai penyebab

kematian nomor tiga.1,2

3. Klasifikasi

TBC Primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil

tuberkulosis pada tubuhpenderita yang belum pernah mempunyai kekebalan

spesifik tehadap basil tersebut

10

Pembagian tuberculosis paru primer

1. Tuberkulosis primer yang potensial ( potential primary tuberculosis ) terjadi

kontak dengan kasus terbuka, tetapi uji tuberculin masih negative.

2. Tuberkulosis primer laten ( latent primary tuberculosis )

o Tanda – tanda infeksi sudah kelihatan, tetapi luas dan aktivitas penyakit

tidak diketahui.

o Uji tuberculin masih negative.

o Radiologis tidak tampak kelainan

3. Tuberkulosis primer yang manifest ( manifest primary tuberculosis )

o uji tuberculin positif.

o telihat kelainan radiologis

Tuberkulosis paru post primer5

Adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil tuberkulosis pada tubuh yang

telah peka tehadap tuberkuloprotein.

- Dari luar ( eksogen ) infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita

tuberkulosis

- Dari dalam ( endogen ) infeksi berasal dari basil yang sudah berada dalam

tubuh,

merupakan proses lama yang pada mulanya tenang dan oleh suatu keadaan

menjadi aktif kembali.

Adapun pembagian primer paru post primer adalah :

a. Tuberculosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru

maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

b. Moderately Advanced Tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru, bila bayangan kasar tidak

lebih dari sepertiga bagian satu paru.

c. Far advanced tuberculosis

11

Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada

Moderately Advanced Tuberculosis.

4. Patofisiologi

Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh

banyaknya kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman

tersebut diudara melalui dahak berupa droplet. Penderita TB-Paru yang

mengandung banyak sekali kuman dapat terlihat lansung dengan mikroskop pada

pemeriksaan dahaknya (penderita bta positif) adalah sangat menular. Penderita TB

Paru BTA positif mengeluarkan kuman-kuman keudara dalam bentuk droplet

yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini

mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman

tuberkulosis. Dan dapat bertahan diudara selama beberapa jam. Droplet yang

mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain. Jika kuman tersebut sudah

menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, maka kuman mulai

membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu orang keorang

lain.

Anak umumnya mengidap TBC karena tertular dari orang dewasa.Pada

orang dewasa, bakteri penyebab TB masuk keparu-paru kemudian menyerang

dinding saluran nafas dengan membentuk rongga yang berisi nanah dan bakteri

TB yang setiap kali batuk maka bakteri TB ikut keluar dan menyebar diudara.

Namun pada anak bakteri TB hanya menyerang jaringan paru tidak sampai

menyerang dinding saluran nafas atau bronkus sehingga anak yang menderita TB

tidak menularkan penyakit kepada orang lain karena pada TB anak hampir tidak

ada gejala batuk yang bisa menjadi penyebaran penyakit. Hal ini disebut juga

dengan TB tertutup.3

5. Manifestasi Klinis

Sistemik / non spesifik :

- berat badan turun tanpa sebab

- Anoreksia

- demam lama (≥ 2 minggu) berulang tanpa sebab

12

- pembesaran kelenjar limfe superfisialis

- batuk lama ≥ 3 minggu

- diare persisten

I. Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum

- Pucat ( conjuntiva) : anemia pada penyakit kronis

- Demam sub febris

- Badan kurus berat

- Badan menurun

• Kasus dini : Pemeriksaan fisik paru sulit dideteksi

• Kasus lanjut : Bagian Apeks paru

- Perkusi : redup (jika ada infiltrat)

- Auskultasi : suara napas bronkial, ronchi basah, vesikuler melemah

• Kasus dengan fibrosis luas : Atrofi dan retraksi otot-otot intercostal

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

• Darah

Hasil meragukan, kurang sensitive :

- TB mulai aktif : leukositosis ringan, shift to the left, limfopenia, LED

meningkat sedikit

- Perbaikan: leukosit kembali normal, limfosit tinggi, LED kembali turun

- anemia ringan

- Gamma globulin meningkat

- ICT TB : Kadang positif palsu

• Tes tuberculin

Masih banyak dipakai terutama pada anak-anak. Tes tuberkulin dilaukan

dengan cara Tes Mantoux: 0,1 cc tuberkulin PPD 5 TU intra cutan. Dinilai

setelah 48 – 72 jam.Didapatkan indurasi kemerahan 10 – 15 mm.

Pemeriksaan radiologis

13

Memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosis.Khususnya pada

anak dan TB milier.

Gambaran radiologis :

Lokasi lesi : Apeksparu>> : segmen apical lobus atas atau apical lobus bawah

- Awal : Sarang / bercak seperti pneumonia berupa bercak-bercak seperti

awan dengan batas tak tegas

- Bercak / nodul

- Cavitas

- Kalsifikasi

- Fibrosis

- Tb milier

- Pleuritis

The great imitator : pneumonia, mikosisparu, karsinomabronkus,

karsinomametastase.

7. Diagnosis

Diagnosis TB pada anak umumnya sulit ditegakkan, sehingga sering terjadi

misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.Oleh karena itu Unit

Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional TB

Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu system

pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis.

Dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,

selanjutnya dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan jumlah

skor yang lebih atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB

dan mendapat OAT (obat anti TB). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis

kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya

sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi

pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CTScan, dan lain lainnya.2

14

Catatan :

- Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

- Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk

kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.

- Jika dijumpai skrofuloderma** (TB pada kelenjar dan kulit), pasien

dapat langsung didiagnosis TB.

- Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).--> lampirkan

tabel badan.

- Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak

- Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari

setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.

- Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 13)

- Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi

lebih lanjut.

15

Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya

seperti asma, sinusitis, refluks gastroesofageal dan lainnya.

Skrofuloderma adalah suatu bentuk reaktivasi infeksi TB, diawali oleh suatu

limfadenitis atau osteomielitis yang membentuk abses dingin dan melibatkan kulit

di atasnya, kemudian pecah, dan membentuk sinus di permukaan kulit.

Skrofuloderma ditandai oleh massa yang padat atau fluktuatif, sinus yang

mengeluarkan cairan, ulkus dengan dasar bergranulasi dan tidak beraturan serta

tepi bergaung, serta sikatriks yang menyerupai jembatan. Biasanya ditemukan di

daerah leher atau wajah, tetapi dapat juga dijumpai di ekstremitas atau trunkus.

Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini yaitu :

- kejang, kaku kuduk

- penurunan kesadaran

- kegawatan lain, misalnya sesak napas

- Foto toraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura

- Gibbus, koksitis

8. Tatalaksana

Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber

penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB.Sumber penularan adalah

orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut.

Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA

sputum (pelacakan sentripetal). Bila telah ditemukan sumbernya, perlu pula

dilakukan pelacakan sentrifugal, yaitu mencari anak lain di sekitarnya yang

mungkin juga tertular, dengan cara uji tuberkulin. Sebaliknya, jika ditemukan

pasien TB dewasa aktif, maka anak di sekitarnya atau yang kontak erat harus

ditelusuri ada atau tidaknya infeksi TB (pelacakan sentrifugal). Pelacakan tersebut

dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang

yaitu uji tuberkulin.4,5

16

Gambar 2. Alur tatalaksana pasien TB anak pada unit pelayanan kesehatan dasar

Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dihentikan dengan melakukan

evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain. Bila dijumpai perbaikan

klinis yang nyata walaupun gambaran radiologis tidak menunjukkan perubahan

yang berarti, maka pengobatan dihentikan.

OAT Kategori Anak

Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam

waktu 6 bulan.OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif

maupun tahap lanjutan dosis obatharus disesuaikan dengan berat badan anak.

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT pada anak : 2(RHZ)/4(RH)

Dosis OAT KDT anak

17

Diagnosis TB dengan pemeriksaan selengkap mungkin (Skor >6 sebagai entry

point) Beri OAT 2 bulan terapi, Terapi TB diteruskan sambil mencari

penyebabnya Ada perbaikan klinis Tidak ada perbaikan klinis Untuk RS fasilitas

terbatas, rujuk ke RS dengan fasilitas lebih lengkap Terapi TB diteruskan sampai

6 bulan. Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak pada anak:

2RHZ/4RH

Dosis OAT Kombipak anak

Keterangan:

- Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit

- Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.

- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah

- OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus

sesaat sebelum diminum.

18

Dosis Harian dan Maksimal Pada Anak

Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi

10 mg/kgBB/hari. Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT

lain karena dapat menganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorpsi

dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam

sebelum makan).

Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak

Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat

dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan

menggunakan system skoring.Bila hasil evaluasi dengan skoring sistem didapat

skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10

mg/kg BB/hari selama 6 bulan.Bila anak tersebut belum pernah mendapat

imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai.

19

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta;

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 – 761.

2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al

Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 –

3. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5,

Tuberkulosis, hal 753 – 761.

4. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat – obat Penting, Khasiat,

Penggunaan dan Efek – efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2,

Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9

Tuberkulostatika, hal 145 – 154.

5. Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 – 761.

21