TTS Perbaikan

29
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan Hak Azazi Manusia yang paling mendasar dan bersifat universal dan di Indonesia, kesempatan untuk memperoleh pendidikan dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945. Berbicara pendidikan itu berarti berbicara kebutuhan yang mendasar dari manusia yang dituntut sepanjang hayat Karena pada hakikatnya pendidikan dapat menjawab semua tantangan yang ditimbulkan akibat perkembangan teknologi yang pesat sesuai dengan kemajuan zaman. Sehingga tidaklah heran jika ada pepatah tuntutlah ilmu sepanjang hayat. Sejalan dengan itu dijelaskan dalam UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat

Transcript of TTS Perbaikan

Page 1: TTS Perbaikan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pendidikan merupakan Hak Azazi Manusia yang paling mendasar dan bersifat

universal dan di Indonesia, kesempatan untuk memperoleh pendidikan dijamin dalam

Undang-Undang Dasar 1945. Berbicara pendidikan itu berarti berbicara kebutuhan yang

mendasar dari manusia yang dituntut sepanjang hayat Karena pada hakikatnya

pendidikan dapat menjawab semua tantangan yang ditimbulkan akibat perkembangan

teknologi yang pesat sesuai dengan kemajuan zaman. Sehingga tidaklah heran jika ada

pepatah tuntutlah ilmu sepanjang hayat.

Sejalan dengan itu dijelaskan dalam UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan Nasional

bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani,

cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab kepada bangsa dan negara.

Mengingat penjelasan diatas bahwasanya tujuan Pendidikan Nasional yaitu

mengembangkan potensi peserta didik tentu berkaitan dengan pengembangan sumber

daya manusia. Maju atau mundurnya suatu bangsa tergantung dari kualitas sumber daya

manusia. Dari situ dapat kita lihat betapa pentingnya pendidikan. Sehingga tidaklah

meherankan berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam peningkatan mutu

pendidikan diantaranya pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas guru, penyediaan

sarana prasarana, dan termasuk juga disana pemberian beasiswa bagi siswa yang kurang

mampu.

Page 2: TTS Perbaikan

Terkait dengan peningkatan kualitas guru sudah barang tentu hal ini berhubungan

dengan hasil belajar. Karena bagaimanapun juga, guru sebagai komponen pendidikan

memiliki peranan penting dalam ketercapaian hasil belajar dan sekaligus tujuan

pendidikan khususnya pendidikan sejarah. Sejarah dalam pengertian sederhana diartikan

sebagai bentuk pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia pada masa lalu yang

berguna bagi kehidupan manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang.disini

mengandung pengertian bahawa masalalu merupakan cerminan masa depan dengan

beranjak dari  pangalaman masa lalu orang dapat lebih arif dan bijaksana dalam situasi

yang akan datang. Sejalan dengan itu, tercantum dalam BNSP (2006 : 1) ditegaskan

tujuan pendidikan sejarah di SMA sebagai berikut :

1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang

merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan

2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar

dengan didasarkan pada pendektan ilmiah dan metodologi keilmuan

3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan

sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau

4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa

Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berprose hingga masa kini dan

masa akan datang

5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa

Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat

diimplementasikan dalam bebagai bidang kehidupan baik nasional maupun

internasional

Page 3: TTS Perbaikan

Mengacu pada kalimat diatas umumnya tujuan pendidikan sejarah yang

dikemukakan adalah berkisar pada pengembangan tiga aspek kemampuan yaitu aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor (Widja 1989: 27). Hal ini terlihat melatih daya kritis

peseta didik untuk mampu menginterpretasikan fakta-fakta secara benar (Kognitif),

menumbuhkan kesadaran nasionalisme (afektif ), terampil dalam membaca peristiwa dari

masa ke masa, dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. Untuk itu, Guru sebagai

administrator kelas sudah bertindak mengarah kesitu dalam artian mewujudkan tujuan

pendidikan sejarah tersebut,

Jikalah dibuat keterkaitanya, antara kualitas guru dan hasil belajar berbanding

lurus artinya semakin baik kualitas guru maka semakin baik pulalah hasil belajar siswa

dan selanjutnya tujuan pembelajaranpun dapat tercapai. Sebagaimana Peters

menjelaskan proses dan hasil belajar siswa tergantung pada penguasaan materi oleh

guru dan juga keterampilan mengajarnya. Keterkaitan guru yang demikian dapat kita

lihat dalam proses pembelajaran dikelas. Segala kegiatan yang ada di dalam kelas

sepenuhnya tanggung jawab guru sehingga keberhasilan atau kegagalan kelas tersebut

ditentukan oleh peran guru pada umumnya. Keterbatasan guru dalam menyampaikan

materi pelajaran sering menjadi salah satu kendala terhadap pencapaian tujuan

pembelajaran.

Dalam karyanya soerwarso menjelaskan bahwa belajar sejarah berguna untuk

1.Mengembangkan wawasan peserta didik tentang kehidupan masyarakat dimasa yang

lampau, 2.Pembinaan kepribadian peserta didik, dan 3.Mendorong cara berpikir peserta

didik dalam rangka pengembangan kemampuan  intelektualnya. Artinya sejarah

mengajarkan kepada peserta didik untuk berpikir kritis. Salah satu wujud dari berpikir

kritis yaitu siswa mampu menginterpretasikan fakta-fakta sehingga disana dapat

Page 4: TTS Perbaikan

ditemukan konsep-konsep dan mampu menjelaskan hubungan Kausalitas dari materi

sejarah tersebut.

Hanya saja dilapangan kemampuan berpikir seperti itu belum terwujud. Hal ini

terlihat selama proses pembelajaran di kelas. Ketika guru menyampaikan materi kerajaan

Hindu-Budha dan bertanya sedikit sekali yang mampu menjawab terlebih pertanyaan

yang berkenaan dengan konsep seperti pada tahun 1334, Majapahit dibawah pimpinan

Gajah Mada mampu melebarkan kekuasaanya di Bali, kemudian Kalimantan, Nusa

Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatra, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaka.

Adanya penambahan daerah kekuasaan seperti yang didkemukakan diatas disebut... ?.

Dari pertanyaan tersebut hanya kurang lebih 2 atau 3 orang yang mau mencoba untuk

menjawab meskipun jawabanya belum tepat. Artinya disana siswa belum mampu

Menginterpretasikan fakta-fakta tersebut sehingga apalah yag dinamakan penemuan

konsep jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan kekurang kreatifan guru dalam memilih

dan mengguanakan Strategi pembelajaran. Padahal sudah diketahui antara guru dan hasil

belajar meiliki keterkaitan.

Umumnya guru dalam mengajar menggunakan metode ceramah padahal tidak

semua materi bahan ajar cocok disampaikan dengan menggunakan metode ceramah saja,

Selain dari pada itu metode ceramah tidak meletif siswa dalam berpikr terlebih berpikir

kritis hal ini dikarenkan siswa ’”mencawan’’ saja informasi dari guru tanpa berusaha

mempertanyakan dan menemukan sendiri. apabila seperti itu bisa terjadi salah persepsi

atau pemahaman sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai . Apabila

tujuan pembelajaran tidak tercapai atau bisa dibilang gagal maka yang disalahkan

pertama kali adalah pengajarnya. Maka dalam hal ini, pengajar harus pandai-pandai

Page 5: TTS Perbaikan

memutar otak agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai

Mengatasi permasalahan diatas Menuntut penulis menawarkan sebuah Strategi

yang mampu melibatkan siswa untuk terampil dalam berpikir. Strategi ini

menempatkan siswa murni sebagai subyek pembelajaran. Proses menguasai sebuah

kompetensi terdiri atas rangkaian proses yang terdiri atas mendengar- melihat-

menanyakan-mendiskusikan- melakukan-dan mengajarkan (Silberman, 2001: 1).

Strategi tersebut adalah Teka -Teki silang (crossword puzzle).

Pada hakikatnya teka-teki silang merupakan sebuah permainan namun permainan

tersebut bersifat mendidik. Karena selain menyenangkan juga akan mengasah

kemampuan berpikir seseorang. Selain itu akan mempermudah siswa untuk mengingat

dan menginterpretasikan fakta-fakta yang terkandung dalam materi pembelajaran , Teka-

teki silang dapat digunakan untuk pembelajaran di kelas terutama untuk menguatkan

pencatolan konsep ke dalam memori. Suyatno (2008). Dan materi sejarah materi yang

berkenaan dengan itu.

Penggunaan TTS dalam pembelajaran sejarah guru mencoba membangun

pemahaman siswa dari pengalamanya berdasarkan pengetahuan yang dimlikinya.

Pembelajaran dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan

siswa mencoba menemukan dan mencari sehingga terjadi perpindahan dari mengamati

menjadi memahami, menemukan jawaban dengan berpikir kritis melalui keterampilan

belajarnya. Selain itu dari Strategi ini akan tergambar jelas keaktifan siswa sehingga

tidak terjadi proses transfer ilmu yang cenderung searah. Guru tidak lagi sebagai pusat

dalam pembelajaran akan tetapi siswa dilibatkan secara penuh guru hanya sebagai

fasilitator yakni membimbing dan mengarahkan terhadap apa yang dilakukan siswa

Page 6: TTS Perbaikan

dalam menguasai kompetensi dan dan siswa dipersilakan mencapai kompetensi dengan

caranya sendiri.

Selain itu penggunaan Strategi TTS dapat diimplementasikan dalam sistem

kelompok kecil disertai diskusi sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan interaksi

belajar siswa, pemahaman lebih mendalam terhadap materi pelajaran, pemecahan

masalah, tanggung jawab individu terhadap proses pembelajaran, dan meningkatkan

hubungan interpersonal dan kerja sama siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penelitian yang akan

dilaksanakan adalah PENGARUH PENERAPAN STRATEGI TEKA-TEKI

SILANG (CROSSWORD PUZZLE) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH

PADA SISWA KELAS X1 IPS SMA N I NAN SABARIS

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penelitian dibatasi pada Pengaruh

Penerapan Strategi Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) Terhadap Hasil Belajar

Sejarah Pada Siswa Kelas X1 IPS SMA N I Nan Sabaris

C. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Penerapan Strategi Teka-Teki Silang

Terhadap Kemampuan Siswa dalam Menemukan Konsep pada materi Sejarah Siswa

Kelas XI SMA N I Nan Sabaris ?

D. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Strategi Teka-

Teki Silang Terhadap Kemampuan Siswa dalam Menemukan Konsep pada materi

Sejarah Siswa Kelas XI SMA N I Nan Sabaris ?

Page 7: TTS Perbaikan

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk bahan masukan bagi guru-guru dalam pemilihan Strategi yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam menginterprestasikan peristiwa

Sejarah

2. Bagi mahasiswa khususnya Mahasiswa Sejarah penambahan bahan bacaan dalam

menyusun penelitian yang terkait

3. Bagi siswa, sebagai usaha untuk meningkatkan nilai hasil belajar Sejarah

Page 8: TTS Perbaikan

BAB 11

KERANGKA TEORI

A. DESKRIPSI KONSEP VARIABEL

1. Hasil belajar

a. Pengertian hasil belajar

Sebelum mengetahui Hasil belajar secara utuh terlebih dahulu dikemukakan

pengertian belajar. Belajar merupakan aktivitas yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Sementara hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa

setelah proses pembelajaran dilaksanakan adapun hasil yang dimaksud mengacu

pada pengertian belajar tersebut yaitu perubahan dalam pengetahuan keterampilan

dan sikap Ellizar Jalius (2009 : 5), Hasil belajar harus dapat dilihat dan juga di

ukur. Prestasi merupakan hasil yang dapat dilihat dan di ukur .Prestasi adalah hasil

yang telah dicapai atau dilakukan dilaksanakan atau dikerjakan.

Sejalan dengan itu Nana Sudjana (2005 : 28) menjelaskan hasil belajar

mengacu pada perubahan dalam pengetahuan, pemahamanya, sikap dan tingkah

laku, keterampilanya, kecakapan dan kemampuanya, daya reaksinya, daya

penerimaanya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu

Dari keterangan diatas jika di pertegas lagi hasil belajar merupakan integritas

tiga kemampuan seperti yang dikemukakan oleh Bloom yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Dan jika di spesifikan lagi maka kemampuan kognitif berkenaan dengan

(Knowledge, understanding, aplication, analysis, synthesis, dan evaluation), Afektif

berkenaan dengan kemampuan (receiving, responding. Valuing, organisation,

characterization by a value complex) dan Psikomotor berkenaan dengan (perception,

Page 9: TTS Perbaikan

set, mechanism, guide respons, complex overt respon, adaptation, origination).

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa. Hasil belajar adalah segala

bentuk perubahan yang di tumbulkan setelah proses pembelajaran. Dan dalam hal ini

penulis mencoba melihat hasil yang berkenaan dengan kogitif siswa.

b. Tujuan hasil belajar

Setelah diketahui hasil belajar langkah selanjutnya dalam pendidikan yaitu

adanya penilaian. Penilaian dalam hasil belajar berkenaan dengan penilaian tujuan

pembelajaran. Arikunto (2008 : 11) menjelaskan penilaian hasil belajar bertujuan

sebagai berikut

1. Penilaian berfungsi selektif maksudnya selektif dalam kenaikan kelas, kelulusan

sekolah, pemberian beasiswa, penerimaan siswa.

2. Penilaian berfungsi diagnotis maksudnya mencoba mengadakan diagnosa

terhadap kelemahan siswa serta penyelesaianya

3. Penilaian berfungsi penempatan maksudnya penilaian untuk bisa mengelompokan

siswa dalam belajar

4. Penilaian sebagai pengukur maksudnya untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan suatu program

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern

atau faktor yang berada dalam diri siswa dan faktor ekstern atau fakator yang berada

diluar diri siswa. Slameto (1993: 54) menjelaskan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar diantaranya

1. Faktor-faktor intern

a. Faktor jasmaniah

Page 10: TTS Perbaikan

faktor kesehatan, hasil belajar akan tercapai jika seorang tidak terganggu

kesehatany

cacat tubuh, keadaan cacat tubuh juga memepengaruhi hasil belajar karna

dalam proses pembelajaran orang menfungsikan Indera secara optimal

b. Faktor psikologis, ini menyangkup pada tujuh aspek di antaranya Intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan,

c. Faktor kelelahan, kelelahan ini dapat dipisahkan menjadi dua yaitu kelelahan

jasmani berupa lunglainya tubuh, sementara kelelahan rohani berkenaan

dengan kebosanan kehilangan minat dalam mengerjakan sesuatu. Situasi

seperti ini dapat mempengaruhi hasil belajar karena tidak ada hasil belajar

yang diharapkan dari tubuh yang sudah lelah

2. Faktor-faktor ekstern

a. Faktor keluarga ini berkenaan dengan cara orang tua mendidik, relasi

antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian

orang tua, latar belakang kebudayaan kesemua itu juga dapat mempengaruhi

hasil belajar

b. Faktor sekolah hal ini menyangkut dengan metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran

waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode

belajar, tugas rumah,

c. Faktor masyarakat yang menyangkut mass media ten bergaul, bentuk

kehidupan bermasyarakat

d. Cara memperoleh hasil belajar

Hasil belajar dapat diperoleh dengan melakukan tes dan juga nono tes

1. Tes,

Page 11: TTS Perbaikan

Tes adalah suatu cara untuk mengetahui penilaian dengan memberikan tugas

kepada siswa baik secara individu maupun secara kelompok.

Tes ini ada berupa tes objektif dan ada juga berupa essay

Tes objektif, tes ini terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan

memilih salah satu alternative yang benar dari sejumlah alternative yang

tersedia

Tes essay, tes ini berupa uraian-uraian yang relatif panjang

2. Non tes

Non tes yaitu penilaian yang bersifat ranah afektif yang dilakukan selama

proses belajar mengajar berlangsung. Ranah afektif berhubungan dengan

penilaian terhadap sikap dan minat siswa materi pelajaran dari prose

pembelajajaran

2. Hasil belajar sejarah

a. Pengertian hasil belajar sejarah

Sudah dikemukakan diatas hasil belajar merupakan segala bentuk perubahan

yang terjadi setelah adanya proses pembelajaran. Sementara hasil belajar sejarah

adalah perubahan prilaku setelah mengenal atau membaca peristiwa-peristiwa

sejarah. Peristiwa sejarah berupa sekumpulan fakta-fakta yang sudah terangkai..

Artinya untuk mendapatkan peristiwa sejarah secara utuh, terlebih dahulu

diadakan penginterpretasian fakta-fakta setelah itu mencoba menghusut

hubungan-hubungan intrinsiknya, dan akhirnya merangkaikan fakta-fakta tersebut

dan melukiskanya dalam suatu cerita yang utuh

b. Jenis hasil belajar sejarah

1. fakta sejarah

Page 12: TTS Perbaikan

Fakta sejarah adalah gambaran atau deskripsi tentang suatu peristiwa yang

telah terjadi. Fakta sejarah dapat berupa orang, tempat, waktu, dan gejala-

gejala dalam konsep (ALwis Darwis, 1994: 1994)

Menurut Mestika zed, fakta yaiu sebagai pernyataan rumusan diskripsi

atau pengungkapkan mengenai sesuatu dalam kerangka berpikir tertentu yang

dapat dibuktikan ada atau tidaknya dalam ralitas selanjutnya. Selanjutnya

Ankersmith (1987: 101) menyatakan bahwa fakta merupakan bagian

kenyataan yang tidak dapat dikatkan benar atau tidak benar sedangkan dalam

Permendiknas no 41 tahun 2007 fakta yaitu segala hal yang terwujud

kenyataan dan kebenaran meliputi : nama-nama objek peristiwa sejarah,

lambang nama tempat, nama orang, nama bagian, atau komponen suatu benda,

dan sebagainya.

Dari pengertian fakta sejarah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-

ciri fakta adalah :

a). Benar-benar terjadi

b). Dapat dilihat

c). Dapat mengambarkan sebuah peristiwa sejarah

Menurut Sartono Kartidirjo fakta sejarah dapat dibedakan menjadi tiga

bentuk:

a) Artifact (fakta yang berupa benda kongret)

b) Sosiofact (fakta yang berdimensi sosial)

c) Mentifact (fakta yang bersifat abstrak)

Adapun fungsi fakta dalam peristiwa sejarah Hariyono menjelaskan

sebagai berikut :

a). Sebagai Guide untuk membuktikan realitas masa lampau

Page 13: TTS Perbaikan

b). Sebagai nyawa dalam peristiwa sejarah

c). Membentuk sutu pola pemikiran yang luas

2. Interpretasi fakta sejarah

Merujuk pada taksonomi Bloom interpretasi merupakan pengembangan

ranah kognitif artinya menyangkut pada aktivitas otak dan mental. Jika

ditelusuri lagi Interpretasi merupakan bagian kognitif pemahaman dengan

nomor klasifikasiny C2. Pemahaman ditandai dengan kemampuan seseorang

untuk mengungkapkan kembali arti yang dipelajari, menginterpretasikan

kemudian memprediksi pemahaman tidak sekedar suatu proses pengenalan

namun memiliki tingkat yang lebih tinggi dan memerlukan kemampuan

berpikir yang matang

Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahama

terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung

didalamnya. Misal memahami kalimat bahasa Inggris kedalam bahasa

Indonesia, mengartika lambang negara dll. Kedua pemahaman penafsiran

misalnya memahami grafik, menhubungkan dua konsep yang berbeda,

membedakan yang pokok dan tidak pokok. Ketiga pemahaman ektrapolasi

yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis , tersirat dan tersurat,

meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan

Dari tiga bentuk pemahaman yang sudah dikemukakan diatas maka

pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman

penafsiran (Interpretasi). Dengan mencoba meramalkan atau menemukan

konsep-konsep yang tekandung dalam fakta-fakta sejarah.

Page 14: TTS Perbaikan

3. Konsep

Menurut Rosser (1984) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili

satu kelas objek-objek, kejadian-ejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-

hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Sejalan dengan itu

Asep herry (2007: 20) mengatakan bahwa konsep serangkaian perangsang

yang mempunyai sifat yang sama. Suatu konsep dibentuk melalui pola unsur

bersama diantara anggota kumpulan atau rangkaian. Dengan demikian hakikat

konsep adalah Klasifikas dari pola yang bersamaaan.

Konep yang dimaksud dalam penelitian ini konsep yang didapat dari

serangkaian fakta-fakta sejarah. Untuk itu konsep perlu di definisikan dan

dipahami siswa agar memudahkan siswa dalam mengelompoka fakta-fakta

sesuai dengan konsep yang dipelajari

4. Prinsip

Menurut Asep (2007 : 21) prinsip berupa hal-hal utama, poko, dan

memiliki posisi terpenting, memiliki dalil , serta hubungan antar konsepnyang

menggambarkan impilikasi sebab akibat. Prinsip merupakan pola antar

hubungan fungsional diantara konsep. Dengan kata lain prinsip adalah suatu

kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan suatu

petunjuk untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu.

5. Teka-teki silang

a). Pengertian Teka-teki silang

. Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu

mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga

membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk. Petunjuknya biasanya berupa

pertanyaan yang dibagi dalam dua ketegoi mendatar dan menurun. Sejalan dengan

Page 15: TTS Perbaikan

itu W.J.S Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985:1033)

menyebutkan bahwa.” teka-teki silang merupakan suatu tebakan dengan

menyebutkan nama huruf secara berturut-turut atau menyebutkan kata-kata yang

kemudian ditulis dengan huruf-huruf tadi

Dari situ dapat disimpulkan bahwa teka-teki silang atau yag dikenal dengan

sebutan TTS adalah suatu bentuk permainan olah kata denga menuliskan huruf

penyusun kata tersebut dalam kotak-kotak yang tersedia dengan posisi menurun atau

mendatar.dalam penelitian ini teka-teki silang digunakan sebagai strategi dalam

pembelajaran sejarah . Strategi teka-teki silang dalam pembelajaran sejarah ini

maksudnya adalah rangkaian kegitan yang digunakan dalam proses belajar mengajar

sejarah dengan memakai teka-teki silang dengan tujuan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa

b). Jenis teka-teki silang

1. Teka-teki silang sebagai permainan

Teka-teki silang dikenal sebagai permainan ini untuk hiburan dan mengasah

kemampuan otak peraminan ini menjangkau semua usia. TTS dapat kita

kategorikan sebagai stimulan yang berfungsi mengelola stress dan

menghubungkan saraf-saraf otak yang terlelap. Sifat “fun” tapi tetap “learning”

dari TTS memberikan efek menyegarkan ingatan, sehingga fungsi kerja otak

kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus belajar dengan santai.

Kondisi pikiran yang jernih, rileks dan tenang akan membuat memori otak kuat,

sehingga daya ingat pun menigkat. Wajar jika TTS dikatakan sebagai media

rekreasi otak karena selain mengasah kemampuan kognitif, meningkatkan daya

ingat, memperkaya pengetahuan, juga menyenangkan kita. Bermain sambil

belajar istilahnya.

Page 16: TTS Perbaikan

2. Teka-teki silang sebagai strategi pembelajaran

Hakikatnya teka-teki silang merupakan sebuah permainan mengasah otak,

permainan yang melatih kemampuan berpikir seseorang. Teka teki silang sebagai

strategi pembelajaran dimaksudkan serangkaian kegiatan yang dilakukan guru

untuk mencapai hasil belajar dengan menyajikan fakta-fakta, konsep-konsep

dalam mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf

sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk.

c. Karekteristik teka-teki silang

1. pertanyaan

pertanyaan dalam teka-teki silang terdiri dari pertanyaan mendatar dan

menurun. Pertanyaan tersebut disusun sesuai dengan taraf berpikir siswa dan

kebutuhan belajar siswa. Dalam penelitian ini kemampuan yang diuji dalam teka-

teki silang adalah kemampuan kognitif siswa.

2. Kolom-kolom huruf

dalam teka-teki silang terdapat kolom-kolom . Kolom-kolom tersebut

merupaka tempat untuk menempatkan huruf-huruf yang akan membentuk suatu

kata tertentu

3. Kunci jawaban

Kunci jawaban dalam teka-teki silang dimaksudkan sebagai pedoman dalam

pengoreksian. Setelah dilakukan teka-teki slang guru hendaknya melakukan

pencocoka jawaban diakhir pelajaran dan memberitahukan jawaban-jawaban yang

benar kepada siswa

Page 17: TTS Perbaikan

B. TEORI BELAJAR JEROME BRUNER

Salah atau model Intruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah model

Jerome Brune yang dikenal dengan belajar penemuan. Brune menganggap bahwa

belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,

dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha untuk mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukan beberapa

kebaikan pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau dapat diingat dalam waktu

yang relativ lama, Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang

lebih baik daripada hasil belajar lainya. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara

khusus belajar penemuan melatif keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah secara mandiri. Dalam hal ini teki silang

memiliki langkah-langkah sesuai dengan gagasan Brune tersebut.

Pembelajaran sejarah dengan menggunakan teka-teki silang akan melatih

kemandirian siswa . Karena siswa di tuntut untuk belajar atau mencari berbegai

pengetahuan siswa akan terpacu untuk mencari berbagai sumber-sumber belajar

sejarah sebagai referensi dalam mengerjakan teka-teki silang. Dari situ dapatlah

penulis beranggapan belajar penemuan sesuai dengan prinsip atau langkah –langkah

dari teki-teki silang

Page 18: TTS Perbaikan

C. KERANGKA BERPIKiR

Berdasarkan teori belajar Brune, Brune beranggapan bahwa belajar sebuah

proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung bersamaan. Ketiga

proses itu adalah memperoleh informasi baru, Tranformasi pengetahuan, dan menguji

relevansi dan ketepatan pengetahuan. Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar

penemuan mengbangkitkan keingintahuan siswa , memberi motivasi untuk bekerja

terus sampai menemukan jawaban-jawaban

Informasi dalam pembelajaran sejarah adalah kejadian atau peristiwa masa

lampau . Materi sejarah terdiri atas fakta, konsep dan juga prinsip. Fakta merupakan

hal yang sangat penting dalam sejarah karena merupakan petunjuk dalam

membuktikan realitas masalampau, Sementara konsep harus juga dipahamI. Konsep

diperoleh setelah adanya penginterpretasian fakta-fakta sejarah.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang berhubungan dengan konsep

salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi Teka-teki silang. Karena

strategi ini melatih siswa untuk berpikir dan mempermudah siswa mengingat dan

menemukan konsep konsep di dalam materi pemebelajaran sejarah

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipoteis adlah jawaban sementara dari peneliti terhadap pertanyaan peneliti

sendiri . Berdasarkan kerangka berpikir maka hipoteis dalam penelitian ini adalah :

Hi : Terdapat penegaruh penerapan Strategi teka-teki silang terhadap hasil belajar

siswa

Ho : Tidak terdapat penegaruh penerapan strategi teka-teki silang terhadap hasil

belajar siswa

Page 19: TTS Perbaikan