Trigeminal Neuralgia

13

Click here to load reader

Transcript of Trigeminal Neuralgia

Page 1: Trigeminal Neuralgia

http://medicastore.com/penyakit/331/Neuralgia_Trigeminal_tic_douloureux.html

BAB I

PENDAHULUAN

Trigeminal Neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang.

Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang

saraf Trigeminal. Saraf yang cukup besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak.

Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf Trigeminal sesuai dengan daerah distribusi

persarafan salah satu cabang saraf Trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab.

Serangan neuralgia Trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit.

Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan

nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik.

Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2 pada wanita per satu juta

populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2),

dan merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Hanya 10 % kasus

yang terjadi sebelum usia empat puluh tahun.http://kuliahitukeren.blogspot.com/

Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka yang berusia di atas

50 tahun, meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan anak-anak.

Trigeminal Neuralgia merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat mengganggu

kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia

biasanya cukup efektif. Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri

berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui dan menyalahartikan Neuralgia Trigeminal

sebagai nyeri yang ditimbulkan karena kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah

tuntas.

BAB II

TRIGEMINAL NEURALGIA

Page 2: Trigeminal Neuralgia

A. Defenisi

Trigeminal neuralgia adalah sindrom nyeri pada wajah pada area persarafan Nervus Trigeminus

pada satu cabang atau lebih, secara paroksismal berupa nyeri tajam yang tidak diketahui penyebabnya

dan biasanya terjadi pada umur 40 tahun keatas.

B. Anatomi Fisiologis Nervus Trigeminus

Nervus Trigeminus merupakan saraf cranial terbesar yang memiliki 3 percabangan yaitu :

1. Nervus Opthalmicus bersifat sensoris murni. Berjalan ke depan pada dinding lateral sinus

cavernosus dalam fossa crania media dan bercabang tiga; n. lacrimalis, frontalis, dan nasociliaris,

yang masuk ke orbita melalui fissure orbitalis superior. Saraf ini disebarkan ke kornea mata, kulit

dahi dan kepala, kelopak mata, mukosa sinus paranasales, dan cavum nasi.

2. Nervus maxillaries bersifat sensoris murni. Meninggalkan cranium melalui foramen rotumdum

dan kemudian disebarkan ke kulit muka di atas maxilla, gigi rahang atas, mukosa hidung, sinus

maxillaries dan palatum.

3. Nervus mandibularis bersifat motoris dan sensoris. Radiks sensoris meninggalkan ganglion

trigeminal dan berjalan keluar cranium melalui foramen ovale. Radiks motoris n.trigeminus juga

keluar dari cranium melalui foramen yang sama dan bergabung dengan akar sensoris

membentuk truncus n.mandibularis. Serabut sensoris n.mandibularis mensarafi kulit pipi dan

kulit atas mandibula dan sisi kepala. Juga mensarafi articulation temporomandibularis dan gigi

rahang bawah, mukosa pipi, dasar mulut, dan bagian depan lidah. Serabut motoris

n.mandibularis mensarafi otot-otot pengunyah.

Nervus Trigeminus merupakan saraf sensoris utama kepala dan saraf otot-otot pengunyah. Dan juga

menegangkan palatum molle dan membrane tympani.

Fungsi nervus Trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa suhu, nyeri dan raba pada

daerah inervasi N. V (daerah muka dan bagian ventral calvaria), pemeriksaan refleks kornea, dan

pemeriksaan fungsi otot-otot pengunyah. Fungsi otot pengunyah dapat diperiksa, misalnya dengan

menyuruh penderita menutup kedua rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah

menekan pada gigi-gigi rahang atas, sementara m. Masseter dan m. Temporalis dapat dipalpasi dengan

mudah.

Page 3: Trigeminal Neuralgia

http://kuliahitukeren.blogspot.com/

C. Etiologi

Mekanisme patofisiologis yang mendasari trigeminal neuralgia belum begitu pasti, walau sudah

sangat banyak penelitian dilakukan. Kesimpulan Wilkins, semua teori tentang mekanisme harus

konsisten dengan:

1.Sifat nyeri yang paroksismal, dengan interval bebas nyeri yang lama.

2. Umumnya ada stimulus 'trigger' yang dibawa melalui aferen berdiameter besar (bukan serabut nyeri)

dan sering melalui divisi saraf kelima diluar divisi untuk nyeri.

3. Kenyataan bahwa suatu lesi kecil atau parsial pada ganglion gasserian dan/ atau akar-akar saraf sering

menghilangkan nyeri.

4. Terjadinya trigeminal neuralgia pada pasien yang mempunyai kelainan demielinasi sentral (terjadi

pada 1% pasien dengan sklerosis multipel)

Kenyataan ini tampaknya memastikan bahwa etiologinya adalah sentral dibanding saraf tepi.

Paroksisme nyeri analog dengan bangkitan dan yang menarik adalah sering dapat dikontrol dengan

obat-obatan anti kejang (karbamazepin dan fenitoin).

Tampaknya sangat mungkin bahwa serangan nyeri mungkin menunjukkan suatu cetusan

'aberrant' dari aktivitas neuronal yang mungkin dimulai dengan memasukkan input melalui saraf kelima,

berasal dari sepanjang traktus sentral saraf kelima, atau pada tingkat sinaps sentralnya.

Berbagai keadaan patologis menunjukkan penyebab yang mungkin pada kelainan ini. Pada

kebanyakan pasien yang dioperasi untuk trigeminal neuralgia ditemukan adanya kompresi atas ‘nerve

root entry zone' saraf kelima pada batang otak oleh pembuluh darah (45-95% pasien). Hal ini meningkat

sesuai usia karena sekunder terhadap elongasi arteria karena penuaan dan arteriosklerosis dan mungkin

sebagai penyebab pada kebanyakan pasien.

Otopsi menunjukkan banyak kasus dengan keadaan penekanan vaskuler serupa tidak

menunjukkan gejala saat hidupnya. Kompresi nonvaskuler saraf kelima terjadi pada beberapa pasien. 1-

8% pasien menunjukkan adanya tumor jinak sudut serebelopontin (meningioma, sista epidermoid,

neuroma akustik, AVM) dan kompresi oleh tulang (misal sekunder terhadap penyakit Paget). Tidak

Page 4: Trigeminal Neuralgia

seperti kebanyakan pasien dengan NT, pasien ini sering mempunyai gejala dan/atau tanda defisit saraf

kranial.

Penyebab lain yang mungkin, termasuk cedera perifer saraf kelima (misal karena tindakan

dental) atau sklerosis multipel, dan beberapa tanpa patologi yang jelas.

D. Gambaran Klinik

Serangan trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit,

unilateral (97%), Paling sering pada cabang ke 2 dan 3 Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang

terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat, seperti nyeri saat kena

setrum listrik, kena pukulan jab, atau ada kawat di sepanjang wajahnya. nyeri yang muncul mendadak,

berat, seperti sengatan listrik, biasanya pada satu sisi rahang atau pipi. Pada beberapa penderita, mata,

telinga atau langit-langit mulut dapat pula terserang. Pada kebanyakan penderita, nyeri berkurang saat

malam hari, atau pada saat penderita berbaring.

Serangan ini hilang timbul. Bisa jadi dalam sehari tidak ada rasa sakit. Namun, bisa juga sakit

menyerang setiap hari atau sepanjang Minggu. Lalu, tidak sakit lagi selama beberapa waktu. Trigeminal

neuralgia biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi bisa juga menyebar dengan pola yang lebih

luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah dalam waktu bersamaan.

Insiden 4,3 per 100.000 populasi/tahun, perempuan > laki-laki, sering pada usia dewasa setelah

40 tahun, ditemukan juga pada anak usia 12 tahun.

E. Klasifikasi

Neuralgia Trigeminal (NT) dapat dibedakan menjadi:

1. NT Tipikal, 2. NT Atipikal, 3. NT karena Sklerosis Multipel,

4. NT Sekunder, 5. NT Paska Trauma, dan 6. Failed Neuralgia Trigeminal.

Bentuk-bentuk neuralgia ini harus dibedakan dari nyeri wajah idiopatik (atipikal) serta kelainan

lain yang menyebabkan nyeri kranio-fasial.

Page 5: Trigeminal Neuralgia

F. Diagnosa

Cara menegakkan diagnosa Trigeminal Neuralgia hanya berdasarkan anamnesa pasien secara

teliti dan cermat.

3 Karakter umum terhadap nyeri kraniofasial :

Kunci diagnosis adalah riwayat. Umumnya, pemeriksaan dan test neurologis (misalnya CT scan)

tak begitu jelas. Faktor riwayat paling penting adalah distribusi nyeri dan terjadinya 'serangan' nyeri

dengan interval bebas nyeri relatif lama. Nyeri mulai pada distribusi divisi 2 atau 3 saraf kelima, akhirnya

sering menyerang keduanya. Beberapa kasus mulai pada divisi 1.

Biasanya, serangan nyeri timbul mendadak, sangat hebat, durasinya pendek (kurang dari satu

menit), dan dirasakan pada satu bagian dari saraf Trigeminal, misalnya bagian rahang atau sekitar pipi.

Nyeri seringkali terpancing bila suatu daerah tertentu dirangsang (trigger area atau trigger zone).

Trigger zones sering dijumpai di sekitar cuping hidung atau sudut mulut. Yang unik dari trigger

zone ini adalah rangsangannya harus berupa sentuhan atau tekanan pada kulit atau rambut di daerah

tersebut. Rangsang dengan cara lain, misalnya dengan menggunakan panas, walaupun menyebabkan

nyeri pada tempat itu, tidak dapat memancing terjadinya serangan neuralgi. Pemeriksaan neurologik

pada neuralgi Trigeminal hampir selalu normal. Tidak terdapat gangguan sensorik pada neuralgi

Trigeminal murni.

Suatu varian neuralgia Trigeminal yang dinamakan tic convulsive ditandai dengan kontraksi sesisih

dari otot muka yang disertai nyeri yang hebat. Keadaan ini perlu dibedakan dengan gerak otot muka

yang bisa menyertai neuralgi biasa, yang dinamakan tic douloureux. Tic convulsive yang disertai nyeri

hebat lebih sering dijumpai di daerah sekitar mata dan lebih sering dijumpai pada wanita.

Secara sistematis, anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan sebagai berikut:

Anamnesis

Lokalisasi nyeri, untuk menentukan cabang nervus trigeminus yang terkena.

Menentukan waktu dimulainya neuralgia Trigeminal dan mekanisme pemicunya.

Page 6: Trigeminal Neuralgia

Menentukan interval bebas nyeri.

Menentukan lama, efek samping, dosis, dan respons terhadap pengobatan.

Menanyakan riwayat penyakit herpes.

Pemeriksaan Fisik

Menilai sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral (termasuk refleks kornea).

Menilai fungsi mengunyah (masseter) dan fungsi pterygoideus (membuka mulut, deviasi dagu).

Menilai EOM.

Pemeriksaan penunjang diagnostik seperti CT-scan kepala atau MRI dilakukan untuk mencari etiologi

primer di daerah posterior atau sudut serebelo-pontin.

G. Mekanisme Nyeri

1. Nyeri Sederhana (Fisiologi) ; berlangsung singkat tidak menimbulkan kerusakan jaringan.

Berperan penting sebagai refleks menghindar, meningkatkan kewaspadaan.

2. Nyeri Nosiseptif (Inflamasi) ; Nyeri yang didahului dengan kerusakan atau inflamasi jaringan.

3. Nyeri Neuropatik ; Nyeri yang didahului/disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem

saraf.

Penyebab nyeri neuropatik :

Lesi penyakit pada system saraf perifer; Polineuropati Diabetika.

Lesi pada sisem saraf pusat; Stroke, Multiple sclerosis, Spinal injury.

Kelainan system saraf pusat setelah kelainan perifer; Postherpetic Neuralgia.

Nyeri neuropatik & Nosiseptif timbul bersama; Low back pain.

H. Diagnosa Banding

Page 7: Trigeminal Neuralgia

1. Post Herpetic Neuralgia

Dengan Gejala; nyeri terbakar yang hebat dengan eksaserbasi yang tajam, berifat unilateral,

kuntinu, diprovokasi oleh raba ringan, tidak ada factor yang dapat mengurangi gejala secara total,

biasanya terdapat gangguan sensorik.

2. Cluster headache

Sakit kepala yang hebat, menusuk, nyeri terbakar, unilateral dan sering daerah trigeminal, sering

terjadi pada malam hari, diprovokasi oleh minuman alcohol, mata merah, hidung tersumbat, muka

merah, sering terjadi pada usia muda.

3. Glossopharingeal Neuralgia

Sakit yang hebat dan berlangsung cepat, unilateral pada distribusi saraf glosopharingeal,

paroksismal serangan dalam bentuk kelompok, diprovoakasi oleh raba ringan, berkurang dengan

pemberian antikonvulsan.

4. Kelainan Temporomandibuler (Conten’s Sindrom)

Rasa sakit tumpul, berdenyut, unilateral atau bilateral pada daerah aurikular, intermitten

bertahun-tahun, diprovokasioleh gerakan rahang, sering menetap walaupun stress telah berkurang.

5. Sinusitis

Rasa sakit sedang, berdenyut, mengenai satu atau dua sinus, nyeri kontinu, akut/kronik,

memberat dengan gerakan, dekompresi akan mengurangi sakitnya, sering timbul nasal discharge.

6. Migrain

Nyeri hebat, berdenyut, unilateral dan sering berpindah ke sisi lainnya, nyeri berlangsung

beberapa jam, pasien dapat mengidentifikasi faktor pencetus.

7. Giant Cell Arteritis

Nyeri hebat berdenyut dan menyengat, bersifat unilateral/bilateral atau temporal,

Intermitten/kontinu, Memberat bila mengunyah, membaik dengan steroid, tampak arteri yang menebal

dan berkelok-kelok.

Page 8: Trigeminal Neuralgia

8. Atypical Facial Pain

Nyeri yang berfariasi, lokasi bervariasi, kontinu dengan eksserbasi tajam, diprovokasi oleh stress,

disembuhkan dengan terapi yang tepat.

I. Terapi

Non Medikamentosa

1. Rhizotomi termal selektif radiofrekuensi pada ganglion atau radiks trigeminus yang dilakukan melalui

kulit dengan anastesi local sisertai barbturat kerja singkat. Efek sampingnya ialah anesthesia dolorosa.

Tindakan untuk destruksi serabut nyeri dalam nervus trigeminus dapat dilakukan juga dengan bedah

dingin (cryosurgery) dan inflasi balon dalam rongga meckel.

2. Injeksi gliserol ke dalam sisterna trigeminus (rongga Meckel) dapat dilakukan perkutan. Tindakan ini

dapat menyembuhkan nyeri dengan gangguan sensorik pada wajah yang minimal.

3. Bagi kebanyakan pasien terutama yang lebih muda, kraniektomi suboksipital dengan bedah mikro untuk

memperbaiki posisi pembuluh darah yang menekan radiks saraf trigeminus pada tempat masuknya

pons, lebih dapat diterima karena tidak menyebabkan defisit sensorik.

Medikamentosa

1. Karbamazepin; 400-1200 mg/hari, 80% memberikan respon baik terhadap pengobatan awal. Bila dipakai

bersamaan dengan phenitoin dapat menimbulkan ataksia. Komplikasinya; leucopenia, trombositopenia,

namun jarang terjadi

2. Phenitoin; 200-450 mg/hari

3. Klonazepam 0,5-1,0 mg 3x/hari; efektif pada beberapa kasus

4. Asam Valproat

5. Baclofen 5-10 mg 3x/hari; dapat diberikan tersendiri maupun kombinasi dengan phenitoin /

karbamazepin.

Page 9: Trigeminal Neuralgia

Algoritme Terapi Trigeminal Neuralgia

BAB III

KESIMPULAN

Trigeminal neuralgia adalah sindrom nyeri pada wajah pada area persarafan Nervus Trigeminus

pada satu cabang atau lebih, secara paroksismal berupa nyeri tajam yang tidak diketahui penyebabnya

dan biasanya terjadi pada umur 40 tahun keatas. Sering pada perempuan disbanding lakilaki dan muncul

pada usia diatas 40 tahun

Nervus Trigeminus merupakan saraf sensoris utama kepala dan saraf otot-otot pengunyah. Dan

juga menegangkan palatum molle dan membrane tympani.

Neuralgia trigeminal kadang disebabkan oleh penekanan arteri terhadap saraf yang terletak di

dekat otak. Pada keadaan ini dilakukan pembedahan untuk memisahkan arteri dari saraf dan untuk

mengurangi nyeri.

Serangan trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit,

unilateral (97%), Paling sering pada cabang ke 2 dan 3 Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang

terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat, seperti nyeri saat kena

setrum listrik, kena pukulan jab, atau ada kawat di sepanjang wajahnya. nyeri yang muncul mendadak,

berat, seperti sengatan listrik, biasanya pada satu sisi rahang atau pipi. Pada beberapa penderita, mata,

telinga atau langit-langit mulut dapat pula terserang. Pada kebanyakan penderita, nyeri berkurang saat

malam hari, atau pada saat penderita berbaring. Serangan ini hilang timbul. Bisa jadi dalam sehari tidak

ada rasa sakit. Namun, bisa juga sakit menyerang setiap hari atau sepanjang Minggu. Lalu, tidak sakit lagi

selama beberapa waktu.

Terapi pada trigeminal neuralgia dapat dilakukan secara pembedahan maupun pemberian obat

diantaranya; Karbamazepin; 400-1200 mg/hari, Phenitoin; 200-450 mg/hari, Klonazepam 0,5-1,0 mg

3x/hari, Asam Valproat, Baclofen 5-10 mg 3x/hari.