Trend dan Issue pelayanan Keperawatan Medikal Bedah

53
TREND ISSUE KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DIBIDANG KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Contemporary Issue In Health Care Service Management Disusun Oleh : Kelompok I 1. Binarto Nainggolan 2. Karlina Natalia Ginting 3. Marsiyanti 4. Nila Agustina Sijabat 5. Sustania 6. Tiyan Hidayat Putra 7. Yusnita Heidi Laura PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2014

description

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah issue

Transcript of Trend dan Issue pelayanan Keperawatan Medikal Bedah

TREND ISSUE KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DIBIDANG KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Contemporary Issue In Health Care Service ManagementDisusun Oleh : Kelompok I

1. Binarto Nainggolan

2. Karlina Natalia Ginting

3. Marsiyanti

4. Nila Agustina Sijabat

5. Sustania

6. Tiyan Hidayat Putra

7. Yusnita Heidi LauraPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2014KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah tentang Trend Issue Kualitas Pelayanan Kesehatan Dibidang Keperawatan Medikal Bedah.Kelompok menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, Kelompok ingin mengucapkan terima kasih kepada :1. Rika Harini, Ns.,Sp.Kep.An. Selaku koordiantor mata kuliah dan dosen Contemporary Issue In Health Care Service Management yang selalu memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan berlangsung.2. Linda Hotmaida, S.Kep.,Ners. Selaku dosen mata kuliah Contemporary Issue In Health Care Service Management yang selalu memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan berlangsung.3. Herwinda, S.Kep.,Ners .Selaku dosen mata kuliah Contemporary Issue In Health Care Service Management yang selalu memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan berlangsung. Kelompok menyadari akan berkembangnya ilmu pengetahuan yang tak pernah berhenti, oleh karena itu penulis menerima semua saran dan kritik guna untuk memperbaiki di masa mendatang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua amal baik semua yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, Amin.

Bandung, 27 Januari 2014

Kelompok 1 DAFTAR ISI

iiKATA PENGANTAR

iiiDAFTAR ISI

1BAB I

1PENDAHULUAN

11.1 Latar Belakang

31.2 Tujuan Penulisan

41.3 Metode Penulisan

5BAB II

5TINJAUAN TEORI

52.1 Pengertian

62.2 Pelayanan Kesehatan

132.3 Keperawatan Medikal Bedah

142.4 Konsep Penyembuhan Luka

31BAB III

31PENUTUP

31A.Simpulan

31B.Saran

32DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.Perawat dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya sangat dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik yang dapat menunjang tindak prilaku profesionalnya . Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baik akan dapat diperoleh dalam lingkungan perguruan tinggi yang memiliki komitmen yang kuat untuk mencetak perawat yang profesional.Dekade ini begitu banyak perguruan tinggi keperawatan yang berdiri dengan mekanisme yang ada. Perguruan tinggi ini tentunya memiliki andil dalam pembangunan bangsa utamanya dunia keperawatan untuk mencetak sumber daya keperawatan yang profesional, dan itu patut kita acungi jempol atas segala upayanya. Namun disatu sisi bahwa dengan maraknya perguruan tinggi keperawatan tersebut.

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.Selainitu, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi peningkatanpenyakitkronis semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga kelembaban area luka. Luka yang lembab akan dapat mengaktivasi berbagai growth factor yang berperan dalam proses penutupan luka. Yang perlu diperhatikan adalah durasi waktu dalam memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi dapat diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting lainnya serta merupakan wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk penyembuhan luka. Hal ini akan berdampak pada layanan keperawatan, meningkatkan kepuasan pasien serta memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian, prinsip ini belum diterapkan di semua rumah sakit di seluruh Indonesia.Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis.

1.2 Tujuan Penulisan1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penulisan makalah tentang Trend Issue Kualitas Pelayanan Kesehatan Dibidang Keperawatan Medikal Bedah dan Mahasiswa mampu menganalisa Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah tentang Perawatan Luka Dengan Prinsip Moisture Balance ini adalah sebagai berikut:Mahasiswa mampu menjadi pemimpin dan manajer keperawatan yang sesuai dengan peminatan dalam perkembangan ilmu manajemen pelayanan kesehatan (medical bedah). Memiliki perspektif pelayanan kesehatan yang baik, mampu menganalisa dan mengambil kebijakan dan pemanfaatan teknologi terkini.

1.2.2 Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Konsep penyembuhan luka.

b. Mahasiswa mengetahui dan memahami prinsip dasar penyembuhan luka.

c. Mahasiswa mengetahui dan memahami tehnik mempertahankan penyembuhan luka.d. Mahasiswa mengetahui perkembangan prinsip Moisture Balance di Indonesia.1.3 Metode PenulisanMetode penulisan yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah penulis dapat dan telah penulis pelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang telah penulis padukan menjadi satu rangkaian berdasarkan pemahaman penulis, agar mahasiswa juga dapat mengerti dan memahami tentang salah satu mata kuliah yang kami sajikan dalam Contemporary Issue In Health Care Service Managemen.

Ada pula metode penulisan untuk bahan sumber yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut:

1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai dengan materi2. Mencari jurnal yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan3. Menanyakan kepada pakar yang lebih memahami materi ini4. Mencari di WebsiteBAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian1. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati (Bagolz, 2010)

2. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Hidayat, 2004)

3. Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan. (Depkes ,2009)4. definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya.5. Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,2004).2.2 Pelayanan Kesehatan1. DefinisiSistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran. 2. Sistem pelayanan kesehatanKeberhasilan sistem pelayanan keehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.a. Input

Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.b. ProsesMerupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.c. OutputMerupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.d. DampakMerupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun. e. Umpan balik Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.f. LingkungaAdalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan. 3. Tingkat pelayanan kesehatanMerupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Menurut Leavel & Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan lesehatan yang akan diberikan, yaitu:a. Health Promotion (Promosi Kesehatan)Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Contoh: kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dan sebagainya.b. Specific Protection (perlindungan khusus)Perlindungan khusus adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-penyakit tertentu. Contoh: Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini & pengobatan segera)Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Contoh: survey penyaringan kasus.4. Lembaga pelayanan kesehatanMerupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan. Bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.a. Rawat JalanPusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi pelayanan kesehatan dengan cara rawat jalan. Pusat tersebut mungkin bergabung dengan rumah sakit atau berfungsi secara mandiri dibawah suatu yayasan atau dibawah pengawasan seorang dokter atau sekelompok dokter. Pusat pelayanan rawat jalan mungkin dapat berlokasi dalam suatu fasilitas rawat inap; tetapi sebagian besar berdiri sendiri dan berlokasi jauh dari institusi rawat inap yang besar. Pusat-Bedah merupakan salah satu contoh dari pusat pelayanan rawat jalan dimana klien datang untuk melakukan prosedur oprasi minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur endoskopi. Pusat perawatan darurat yang memberikan pelayanan 24 jam bagi klien dengan cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan influenza. Pusat perawatan darurat menawarkan alternatif pelayanan seperti yang diberikan pada ruang kedaruratan rumah sakit.b. InstitusiLembaga institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas perawatan yang diperluas, fasilitas psikiatri, dan pusat rehabilitasi. Semuanya menawarkan bentuk pelayanan kesehatan rawat inap (klien diterima masuk dan tingga;l di suatu institusi untuk penentuan diagnosa, menerima pelayanan pengobatan dan rehabilitasi). Sebagian besar institusi juga menawarkan pelayanan rawat jalan (klien berkunjung ke suatu institusi untuk menerima suatu episode diagnosa atau pengobatan yang akan selesai dalam beberapa jam).c. HospiceAdalah suatu sistem perawatan yang berpusat pada keluarga yang bertujuan agar klien dapat tinggal dirumahnya dengan aman, mandiri, dan penuh harga diri, sambil meringankan penderitaan yang disebabkan oleh penyakit terminal yang dideritanya. Fokus perawatan hospice adalah perawatan paliatif, bukan pengobatan kuratif. Hospice dapat bermanfaat untuk klien yang berada pada tahap terminal dengan penyakit apapun, seperti kardiomiopati, sklerosis multiple, AIDS, kanker, emfisema, atau penyakit ginjal.d. Community Based AgencyMerupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada keluarganya, sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga dan lain-lain.5. Lingkup sistem pelayanan kesehatan Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan kesehatan terdapat 3 bentuk, yaitu: a) Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain-lain. b) Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang membutuhkan perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.c) Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)Palayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua. Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit yang tipe A atau B.6. Pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatanMerupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan rujukan sehingga meningkatkan derajat kesehatan. Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di lingkup puskesmas dengan pendekatan askep keluarga dan komunitas yang berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan, diantaranya mengenal masalah kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan darurat, memberikan pelayanan dasar pada anggota keluarga yang sakit serta memodifikasi lingkungan. Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan askep pada ruang atau lingkup rujukannya, seperti: asuhan keperawatan anak, askep jiwa, askep medikal bedah, askep maternitas, askep gawat darurat, dan sebagainya.7. Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatanDalam memberikan pelayanan kesehatan tidak segalanya tercapai sasaran, akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk mengetahui masalah yang ditimbulkannya. Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:a. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pngetahuan dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakkit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain. Berdasarkan itu, maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan pelayanan akan lebih profesional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidng tertentu.b. Pergeseran Nilai MasyarakatBerlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang ada dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.c. Aspek Legal dan Etik Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum da etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang ada dimasyarakat.d. EkonomiPelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.e. Politik Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.2.3 Keperawatan Medikal BedahKeperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).Pengertian keperawatan medikal bedah mengandung empat hal seperti di bawah ini: 1. Pelayanan ProfesionalSeorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi. 2. Berdasarkan Ilmu PengetahuanPerawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru 3. Menggunakan scientific MetodeDalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC). 4. Berlandaskan Etika Keperawatan Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran), Justice (keadilan).

2.4 Konsep Dasar LukaType luka.Secara garis besar luka, berdasarkan typenya, luka terdiri atas luka akut dan luka kronik.1) Luka akutLuka akut adalah luka yang dapat sembuh sesuai dengan konsep penyembuhan luka. Luka akut berlangsung secara tiba-tiba. Luka akut dapat dikategorikan; karena pembedahan (Insisi, eksisi, skin graft, dll) dan karena trauma (abrasi, laserasi, injuri, dll). 2) Luka KronikAdapun luka kronik yaitu luka yang tidak dapat sembuh sesuai dengan konsep penyembuhan luka dan sembuh disertai dengan adanya komplikasi. Luka kronik terjadi secara perlahan. Contoh luka kronik seperti; decubitus, luka diabetic, venous ulcer, dll.2.5 Konsep Penyembuhan LukaLuka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan.Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.2.6 Proses Penyembuhan

a. Fase Inflamasi (0-3 hari).

Fase inflamasi dimulai sesaat setelah luka terjadi. Tujuan dari fase ini adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan luka baik itu dari mikroorganisme maupun dari jaringan yang mati (debris).

b. Fase Proliferasi (3-24 hari).

Tujuan dari fase ini adalah pembentukan jaringan granulasi untuk menutupi defek yang hilang dan pembentukan pembuluh darah baru melalui proses angiogenesis.

c. Fase Maturasi (24-1 tahun).

Merupakan proses pematangan, utamanya jaringan fibrin yang diproduksi oleh kolagen. Tujuan akhir dari fase ini adalah meningkatkan kekuatan jaringan parut yang terbentuk. Selama fase ini luka masih beresiko cedera terutama oleh tarikan dan tekanan.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi penyembuhan lukaBerberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka antara lain ialah sebagai berikut:

1. UsiaAnak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.

2. NutrisiPasien dengan status nutrisi kurang memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan. Pasien yang obesitas mengalami penundaan penyembuhan karena suplai darah (oksigenasi) jaringan adiposa tidak adekuat. Pasien obesitas juga memiliki risiko tinggi terkena infeksi, seroma, dan dehisensi.3. Asupan NutrisiPenyembuhan luka memerlukan berbagai nutrien. Pada dasarnya nutrien yang berguna ialah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.

a. ProteinDeplesi protein dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Terjadi peningkatan kebutuhan akan protein saat terjadinya luka. Peningkatan kebutuhan tersebut diperlukan untuk proses inflamasi, imun, dan perkembangan jaringan granulasi. Protein utama yang disintesis selama fase penyembuhan luka adalah kolagen. Kekuatan kolagen menentukan kekuatan kulit luka seusai sembuh. Kekurangan intake protein prabedah, secara signifikan menunda penyembuhan luka pascabedah.

b. KarbohidratSelama fase hipermetabolik, kebutuhan akan karbohidrat meningkat. Segala aktifitas seluler dipengaruhi oleh ATP yang diperoleh dari glukosa (karbohidrat), sehingga penyediaan energi untuk respons inflamasi dapat berlangsung. Kekurangan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan penghancuran protein untuk keperluan aktifitas seluler. Dengan kata lain, sedikitnya karbohidrat berpeluang membuat semakin sedikitnya protein.

c. LemakLemak memiliki peran penting dalam struktur dan fungsi membran sel. Asam lemak esensial tidak bias disintesis oleh tubuh, sehingga harus didapatkan dari diet keseharian. Peran asam lemak esensial untuk penyembuhan luka masih belum begitu dimengerti, tetapi diketahui bahwa lemak berperan untuk sintesis sel baru.Kekurangan lemak tubuh dapat menunda penyembuhan luka. Omega-3 polyunsaturated fatty acids (PUFAs) diketahui lebih bermanfaat ketimbang omega-6 PUFAs. Omega-3s merupakan anti-inflamasi yang berguna untuk penyembuhan luka, tetapi pemakaiannya dapat menghambat pembekuan darah, sehingga dinilai merugikan.

d. VitaminVitamin B kompleks merupakan kofaktor sejumlah fungsi metabolik termasuk penyembuhan luka. Selain vitamin B, yang berperan dalam penyembuhan luka ialah vitamin K. Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein berupa asam glutamat (glu) menjadi gamma-karboksiglutamat (gla). Gla disebut juga gla-protein. Gla protein dapat mengikat ion kalsium, yang mana kinerja ini merupakan langkah yang esensial untuk pembekuan darah. Ion kalsium berguna untuk mengaktifkan faktor pembekuan. Kekurangan vitamin K menyebabkan faktor pembekuan tidak aktif (darah tidak dapat menggumpal), sehingga menyebabkan perdarahan pada luka (operasi).e. MineralMineral yang diketahui bermanfaat untuk penyembuhan luka ialah besi dan seng. Besi berfungsi sebagai kofaktor pada sintesis kolagen, sehingga defisiensi besi membuat penyembuhan luka tertunda. Seng juga berperan dalam penyembuhan luka. Pembahasan mengenai seng ada pada sub-bab yang lain.4. OksigenasiOksigenasi jaringan menurun pada seorang penderita anemia ataupun gangguan pernapasan kronik (Penyakit paru obstruktif kronik, misalnya). Keadaan semacam ini membuat ketersediaan oksigen untuk penyembuhan luka sedikit.5. DiabetesPada diabetesi, terjadi defisiensi sekresi insulin (DM tipe 2). Insulin ialah polipeptida yang berfungsi meningkatkan ambilan glukosa oleh sel. Apabila insulin sedikit, maka ambilan glukosa oleh sel menjadi sedikit, sehingga "energi" bagi sel untuk beregenerasi makin sedikit. Hal inilah yang menyebabkan luka pada diabetesi sukar sembuh.2.8 Mode Penyembuhan

Berdasarkan type penyembuhan, maka ada 3 modalitas penyembuha luka yaitu:

a. Primary Intention Healing.

Primary Intention Healing adalah modalitas penyembuhan luka dimana luka dapat sembuh hanya dengan mempertemukan kembali kedua tepi luka. Tepi luka dapat direkatkan kembali dengan menggunakan plester, jahitan, klip, dll.

b. Delayed Primary Intention Healing.

Dealyed Primary Intention Healing terjadi apabila ada faktor-faktor yang menghambat proses penyembuhan luka, seperti: adanya benda asing atau adanya infeksi pada luka.c. Secondary Intention Healing.Secondary Intention Healing adalah proses penyembuhan yang harus melalui tahapan inflamasi, granulasi dan epitelisasi.2.9 Jenis-jenis luka1. Berdasarkan Kategoria. Luka AccidentalAdalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril.b. Luka Bedah

Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah.

2. Berdasarkan integritas kulit

a. Luka terbuka

Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa, kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringandanresiko infeksi.

b. Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak, mungkin cedera internal dan perdarahan.

3. Berdasarkan Descriptors

a. Aberasi

Luka akibat gesekan kulit, superficial, terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar.b. Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit.c. Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi dan beresiko infeksi.d. Kontusio

Luka tertutup, perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul dan memar.4. Klasifikasi Luka Bedah

a. Luka bersih

Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system genito urinary dan resiko infeksi rendah .

b. Bersih terkontaminasi

Luka melibatkan sistem gastrointestinal, pernafasan atau system genito urinary dan beresiko infeksi.

c. Kontaminasi

Luka terbuka, luka traumatik, luka bedah dengan asepsis yang buruk dan resiko tinggi infeksi

d. Infeksi

Area luka terdapat patogen dan disertai tanda-tanda infeksi.2.10 Prinsip Dasar Penyembuhan LukaPenyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien, holistik, interdisiplin, cost efektive dan evidence based yang kuat.2.11 Konsep Time Dalam Perawatan LukaKonsep moisture balance dalam penyembuhan luka pertama kali diperkenalkan oleh George Winter (1962). Schultz, et al (2003) menyimpulkan bahwa keuntungan lingkungan yang lembab bagi penyembuhan luka adalah sebagai berikut:1) Membantu migrasi epitel.2) Mendukung pH dan kadar oksigen.3) Mempertahankan gradient elektrolit.4) Mengikat eksudat pada permukaan luka.Teori Wound Bed Preparation (WBP) merupakan sebuah konsep pendekatan yang bersifat dinamis dalam perawatan luka. Konsep ini diperkenalkan oleh Falanga (2004) ke dalam sebuah kerangka kerja yang disebut TIME. Inti dari konsep ini adalah persiapan untuk penyembuhan secara optimal. T=Tissue Management.

I=Inflammation and Infection Control

M=Moisture balance

E=Ephitelial (edge) advancement

1. Tissue Management.Pada dasarnya secara klinis, penampilan luka memberikan gambaran terhadap tahapan proses penyembuhan luka. Tahapan tersebut adalah sebagai berikuta. Necrotik (Hitam).Luka necrotic merupakan fase tenang dari luka, namun luka nekrotik menjadi suatu masalah bukan hanya karena jaringannya sudah mati dan irreversible akan tetapi karena:1) Jaringan necrotic sebagai devitalized tissue merupakan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme pada luka.

2) Jaringan necrotic menyebabkan bantalan luka sulit untuk dilihat.

Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan debridement (necrotomy). Ada beberapa jenis tindakan debridement yaitu:

1) Conservatice Surgical Wound Debridement (CSWD).Merupakan tindakan pembedahan konservatif dibawah anastesi untuk mengangkat jaringan necrotic.

2) Autolytic Debridement, contohnya, dengan menggunakan Hydrogel.

3) Mechanical Debridement, contohnya, dengan menggunakan kasa basah-kering (wet to dry gauze).

4) Enzymatic Debridement, contohnya, dengan menggunakan enzyme papain urea, kolagenase, dll.

5) Biosurgical Debridement, contohnya dengan menggunakan Maggot/Larva/Belatung.

Adapun indikasi untuk menghentikan tindakan debridement yaitu:

1) Luka berdarah.

2) Pasien mengeluh nyeri.

3) Bantalan luka telah terlihat.b. Slough (Kuning).

Slough merupakan tahapan kedua dari proses penyembuhan luka. Tahapan ini dikenal sebagai fase kritis dalam penyembuhan luka. Slough cenderung untuk menghasilkan eksudat yang banyak dan bau yang tidak sedap.Dalam mengganti balutan, hendaknya kita bisa membaca eksudat pada balutan lama. Warna, Volume, konsistensi dan bau eksudat merupakan tanda baca yang perlu kita perhatikan.Untuk mengevaluasi warna kita dapat mengkategorikan atas:1) Jernih= serous.

2) Merah= Haemorrhagic.

3) Gelap= Hemopurulent.

4) Kunig= Purulent.

Untuk mengevaluasi volume kita dapat mengkategorikan atas:

1) High, balutan bocor/merembes.

2) Medium, eksudat membasahi balutan.

3) Low, eksudat tidak membasahi balutan.Untuk mengevaluasi bau eksudat kita dapat menggunakan TELER scale:

SkorMakna

5:Tidak ada bau

4:Bau tercium pada saat balutan dibuka

3:Bau tercium walaupun balutan belum dibuka.

2:Bau tercium dari jarak satu lengan dari pasien.

1:Bau tercium di dalam kamar

0:Bau tercium di luar kamar.

Untuk mengevaluasi konsistensi kita dapat mengkategorikan atas:1) Kental dan lengket.2) Encer dan cairc. Granulasi (Merah).

Ciri khas dari jaringan granulasi adalah mudah berdarah, sehingga dalam melepaskan balutan yang lama kita perlu untuk hati-hati. Perdarahan yang terjadi apabila bersifat minor dapat dibalut tekan. Balutan yang cocok untuk tahapan ini adalah Calcium Alginate yang memiliki efek homostatis dan tidak melengket pada bantalan luka. Perlu untuk diwaspadai jangan sampai balutan terlalu lembab sebab dapat menimbulkan hipergranulasi yang dapat menghambat kemajuan tepi luka.d. Epitelisasi (Pink).

Epitelisasi merupakan tahap akhir dari proses panjang penyembuhan yang dapat berlangsung hingga 2 tahun. Pada tahapan ini telah terjadi maturasi, namun kekuatannya hanya mencapai 80 % bila dibandingkan dengan kulit yang sehat.

Pada saat luka memasuki tahapan epitelisasi maka tujuan perawatan adalah melindungi jaringan epitel dari cedera atau trauma. Mengingat luka epitelisasi sangat mudah untuk cedera (fragile) maka seminimal mungkin untuk menghindari manipulasi pada luka, seperti tidak mengganti balutan setiap hari. Contoh balutan yang tepat digunakan yaitu Hydrofilm.2. Inflammation and Infection Control.

Inflamasi merupakan tahap pertama dari proses penyembuhan luka, inflamasi dibutuhkan dalam penyembuhan luka yang berlangsung hingga 5 hari setelah onset luka. Oleh karena itu adalah tidak tepat bila pasien diberikan obat anti inflamasi selama fase ini belum berakhir. Inflamasi memungkinakan tubuh untuk mengisolasi luka dari jaringan yang sehat dan melakukan fagositosis terhadap mikroorganisme yang ada. Apabila proses inflamasi memanjang (tidak berhenti di hari ke tiga) maka ini merupakan tanda bahwa luka akan pindah status dari akut menjadi kronik.

Bukti telah menunjukkan bahwa apabila pada luka terdapat bakteri 10 juta per gram jaringan maka akan menggangu proses penyembuhan. Koloni bakteri dapat membentuk biofilm berupa mantel polysacarida yang mengakibatkan resistensi 1000 x lipat dibandingkan resistensi terhadap antibiotic. Berdasarkan consensus internasional yang dikeluarkan oleh World Council Of Enterostomal Therapy (WCET), maka kita harus selalu berasumsi bahwa Luka selalu mengandung bakteri, walaupun tanpa disertai efek yang merugikan.Keberadaan bakteri pada luka mungkin akan mengakibatkan hal-hal berikut:a. Kontaminasi (jumlah bakteri tidak meningkat dan belum menimbulkan masalah klinis).

b. Kolonisasi (bakteri berkembang biak, namun belum menimbulkan kerusakan jaringan).

c. Infeksi Lokal (Bakteri berkembang biak, penyembuhan terganggu, dan terjadi kerusakan jaringan luka).

d. Perluasan Infeksi.

Bakteri menimbulkan masalah pada jaringan sekitar luka.e. Infeksi sistemik (Bakteri menimbulkan infeksi sistemik).KontaminasiKolonisasiInfeksi LokalPerluasan InfeksiInfeksi Sistemik

Butuh KewaspadaanButuh Intervensi

Ketika luka sudah masuk ke status infeksi maka perlu diingat bahwa infeksi terjadi dengan rumus sebagai berikut:

Infeksi=Dosis x Virulensi

Host resistance

Berdasarkan rumus tersebut diatas, maka pendekatan perawatan luka terinfeksi dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Menurunkan dosis atau jumlah bakteri dengan cara; melakukan debridement, irigasi, penggunaan antiseptic, topical terapi dll.

b. Virulensi dapat dikendalikan dengan menciptakan lingkungan yang tidak kondusif bagi pertumbuhan bakteri.

c. Host resistance ditingkatkan dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui pemenuhan nutrisi yang adekuat, mengeliminasi factor-faktor psikologis yang dapat menggangu proses penyembuhan luka, dll.

3. Moisture BalanceHasil penelitian membuktikan bahwa mempertahankan luka dalam suasana yang lembab akan mempercepat epitelisasi. Sebagai akibat dari infeksi atau inflamasi maka luka akan menghasilkan lebih banyak exudat. Hal ini beresiko untuk menimbulkan 3 masalah:a. Resiko maserasi pada tepi luka.

b. Resiko luka kering.

c. Resiko hambatan dalam penyembuhan.Oleh karena itu tujuan dari prinsip Moisture Balance yaitu mengabsorbsi kelebihan exudat atau memberikan kelembaban pada luka yang kering. Ada beberapa tekhnik untuk mempertahankan kelembaban yaitu:

a. Bila luka berongga, diisi. (contoh, gunakan foam cavity)

b. Bila luka basah, diserap. (contoh, gunakan hydrocelulosa)

c. Bila luka kering, dilembabkan. (contoh, gunakan hydrocloid).

d. Bila luka kotor, bersihkan. (contoh, irigasi luka)

4. Epithelial Edge (advancement)

Tepi luka merupakan aspek yang paling sering diabaikan dalam perawatan luka, padahal tepi luka merupakan pemisah antara luka dan kulit yang sehat yang bisa memberikan gambaran kepada kita tentang kemajuan atau kemunduran proses penyembuhan.Tepi luka sebaiknya kita lihat dari berbagai sudut, dari atas luka, sejajar dengan luka, dan dari bawah luka. Masalah-masalah umum yang sering muncul pada tepi luka antara lain:a. Maserasi, sebagai akibat kelebihan exudates yang mengkontaminasi kulit yang sehat.b. Hypergranulasi, sebagai akibat luka yang terlalu lembab.c. Callus, sebagai akibat tekanan yang berlebihan pada tepi luka.d. Edema, sebagai akibat hambatan venous return.e. Scab formation, sebagai akibat panjangnya proses proliferasi.2.12 Luka Yang Sulit SembuhLuka yang sulit sembuh atau hard to heal wounds merupakan luka yang tidak mengalami kemajuan walaupun telah dilakukan pendekatan berdasarkan standar terapi. Pada dasarnya ada 4 faktor penyebab luka sulit sembuh, yaitu:1. Faktor pasien. Contohnya; Pathology, usia, alergi, pengobatan, psikososial, dan nyeri.2. Faktor luka Contohnya: durasi, ukuran, kondisi bantalan luka, ischemic, infeksi, lokasi, dan respon terhadap perawatan.3. Faktor pengetahuan dan keterampilan petugas.Contohnya: Penentuan diagnosa, penetapan tindakan, pemberian intervensi.4. Faktor sumber daya dan perawatanContohnya: Sistem pelayanan kesehatan, availability (ketersediaan), suitability (kesesuaian), effectiveness (efektifitas), dan cost (biaya).2.13 Teknik Mempertahankan Kelembaban LukaOptimalisasi perawatan pada luka 1. Mengurangi dehidrasi dan kematian sel. Seperti telah dijelaskan pada fase penyembuhan luka bahwa sel-sel seperti neutropil dan magrofag membentuk fibroblast dan perisit. Dan sel-sel ini tidak dapat berfungsi pada lingkungan yang kering.

2. Meningkatkan angiogenesis. Tidak hanya sel-sel yang dibutuhkan untuk angiogenesis juga dibutuhkan lingkungan yang lembab tetapi juga angiogenesis terjadi pada tekanan oksigen rendah, balutan occlusive dapat merangsang proses angiogenesis ini.

3. Meningkatkan debridement autolisis. Dengan mempertahankan lingkungan lembab sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik dibawa ke dasar luka yang memungkinkan mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen. Proses ini dilanjutkan dengan degradasi fibrin yang memproduksi faktor yang merangsang makrofag untuk mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dasar luka.

4. Meningkatkan re-epitelisasi. Pada luka yang lebih besar, lebih dalam sel m harus mendapatkan suplai darah dan nutrisi. Krusta yang kering pada luka menekan/menghalangi suplai tersebut dan memberikan barier untuk migrasi dengan epitelisasi yang lambat.

5. Barier bakteri dan mengurangi kejadian infeksi. Balutan oklusif membalut dengan baik dapat memberikan barier terhadap migrasi mikroorganisme ke dalam luka. Bakteri dapat menembus kasa setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa lembab. Luka yang dibalut dengan pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi lebih jarang daripada kasa pembalut konvensional tersebut.

6. Mengurangi nyeri. Diyakini luka yang lembab melindungi ujung saraf sehingga mengurangi nyeri.

2.14 Keuntungan Konsep LembabBeberapa studi telah menunjukkan bahwa lingkungan lembab mempercepat proses epitelisasi dan untuk menciptakan lingkungan lembab dapat dilakukan dengan menggunanakan balutan semi occlusive, full occulisive dan impermeable dressing. (Schulitz, et al. 2005).Menurut Haimowitz, Julia.E., 1997, ada beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka, diantaranya:1. Mencegah luka menjadi kering dan keras.2. Meningkatkan laju epitelisasi.3. Menjaga pembentukan jaringan eschar4. Meningkatkan pembentukan jaringan dermis.5. Mengontrol inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis.6. Mempercepat proses autolysis debridement.7. Dapat menurunkan kejadian infeksi.8. Cost effective.9. Mempertahankan aktifitas neutrofil.10. Menurunkan nyeri.11. Memberikan keuntungan psikologis.12. Mudah digunakan.2.15 Perkembangan Moisture Balance di Indonesia Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance, di mana disebutkan dalam beberapa literatur lebih efektif untuk penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.Perawatan Luka dengan tehnik perawatan Moisture Balance to Promote Wound Healing berkembang sejak tahun 1971 didunia internasional. Perkembangannya di Indonesia melaju dengan sangat pesat beberapa tahun terakhir ini. Dari banyaknya kasus yang berhasil ditangani menunjukkan peningkatan yang signifikan pada bertambahnya kualitas hidup pasien. Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode tersebut memang belum familier bagi perawat di Indonesia. Di sisi lain, metode perawatan luka modern dressing ini telah berkembang di Indonesia terutama rumah sakit besar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Sedangkan di rumah sakit-rumah sakit tingkat kabupaten, perawatan luka menggunakan modern dressing tersebut masih belum berkembang dengan baik. Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering.Kondisi luka yang terlalu lembab di lingkungan luka dapat merusak proses penyembuhan luka dan merusak sekitar luka, menyebabkan maserasi tepi luka. Sementara itu, kurangnya kondisi kelembaban pada luka menyebabkan kematian sel, dan tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks. Untuk menciptakan suasana lembab, pada cara perawatan luka konvensional memerlukan kasa sebagai balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka dikompres kasa lembab dan diganti sebelum kasa mengering, dalam hal ini, memerlukan penggantian kasa yang sering. Sementara untuk metode perawatan modern, dalam menciptakan suasana lembab menggunakan modern dressing, misalnya dengan ca alginat atau hydrokoloid.Perawat dapat melakukan perawatan luka dengan modern dressing yang dilakukan di Rumah Sakit maupun di klinik praktek mandiri sesuai dengan kebutuhan klien, dan tidak terlepas dari kolaborasi antara dokter penanggung jawab dengan perawat yang melakukan tindakan perawatan luka.Praktek mandiri perawat saat ini telah banyak mengalami kemajuan, baik dari keputusan di Indonesia yang sudah mulai mendukung, yang dikeluarkan olehKeputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/2010 yang memberikan kewenangan perawat untuk memasang papan praktek. Peraturan-peraturan yang mendukung dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan membuat praktek mandiri perawat terutama perawatan kesehatan di rumah menjadi peluang perawat menunjukkan profesionalismenya.Perawat yang melakukan praktek keperawatan mandiri harus mempunyai beberapa syarat untuk melakukannya praktik mandiri dan di bawah naungan.BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanKeperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat. Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.Wound care expert telah menetapkan bahwa prinsip perawatan luka terkini adalah moisture balance artinya apabila luka itu kering maka perlu untuk dilembabkan begitu juga sebaliknya apabila luka itu basah. Dalam perawatan luka tugas kita sebagai perawat hanya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung proses penyembuhan. Untuk dapat memberikan lingkungan yang kondusif maka kita harus mampu untuk mengetahui bahwa luka ini sudah berada di fase/tahapan apa dan apa yang paling dibutuhkan oleh luka itu pada setiap fasenya.

3.2 SaranDiharapkan makalah ini menjadi sumber informasi bagi pembaca dan pembaca mampu menganalisa Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah pada saat ini sebagai pengembangan profesi keperawatan medikal bedah.DAFTAR PUSTAKA

Bunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC

Joyce M. Black. (2001). Medical Surgical Nursing. Jakarta :Salemba

Poltekkes Kemenkes Maluku. (2011). Rumusan Praktikan Keterampilan Kritik I . Jakarta : Salemba Medika

Oman, Kathleen S dkk. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC

Saldy. (2009). Konsep Dasar Luka. Majene: Workshop Perawatan LukaSaldy. (2009). Manajemen Pengkajian Luka. Makassar: Seminar NasionalKeperawatan

32