Trapmed Pungsi Vena Dan IV Line Blok 6
-
Upload
dessy-farwas -
Category
Documents
-
view
46 -
download
0
description
Transcript of Trapmed Pungsi Vena Dan IV Line Blok 6
-
KETERAMPILAN MEDIK
PUNGSI VENA DAN PEMASANGAN KANULASI INTRAVENA
Standar kompetensi pada pelatihan keterampilan medik ini adalah mahasiswa mampu melakukan
pungsi vena dan pemasangan kanulasi intravena dengan benar. Adapun kompetensi dasarnya adalah
mahasiswa mampu :
A. Melakukan pungsi vena dengan benar :
1. Mampu memposisikan lengan penderita
2. Mampu memasang tourniquet
3. Mampu meraba dan mencari vena
4. Mampu memperkirakan ukuran vena
5. Mampu menentukan ukuran jarum sesuai vena penderita
6. Mampu melakukan desinfeksi kulit
7. Mampu menusuk vena dengan semprit
8. Mampu mengambil darah
9. Mampu melepas torniquet & semprit
10. Mampu menutup luka tusuk
11. Memahami dan menghindari kesalahan phlebotomi yang mempengaruhi hasil
laboratorium
12. Mampu melakukan penanganan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium
B. Melakukan pemasangan kanulasi intravena dengan benar :
1. Mampu menyebutkan lokasi pemasangan infus
2. Mampu mempersiapkan cairan infus
3. Mampu memasang infus set
4. Mampu memilih jarum/ kanula yang sesuai
5. Mampu memasang tourniquet
6. Mampu meraba dan memilih vena
7. Mampu melakukan desinfeksi
8. Mampu memasukkan jarum & kanula ke kulit dan vena
9. Mampu memasang cairan infus
10. Mampu memfiksasi jarum/ kanula/ infus set
11. Mampu mengatur kecepatan tetes
I. PUNGSI VENA (PHLEBOTOMI)
Melakukan pencoblosan vena dengan jarum dan semprit dengan tujuan untuk mengambil
darah vena, memasukkan obat atau cairan infus intra vena. Darah vena ini dapat
dipergunakan untuk tes laboratorium, penentuan golongan darah atau untuk keperluan
donor dan transfusi darah.
-
Indikasi melakukan Phlebotomi :
1. Pemeriksaan profil zat, contoh : elektrolit, urea, tes fungsi hepar
2. Pemeriksaan spesifik penyakit tertentu, contoh : hormon kortisol pada Cushing
syndrome
3. Monitoring hormon, obat-obatan terapeutik dan penanda tumor
4. Toksikologi, contoh : kadar parasetamol
5. Manajemen terapeutik polisitemia rubra vera
6. Protokol pengambilan sampling untuk penelitian
Kontraindikasi Phlebotomi :
1. Infeksi pada tempat akses, contoh : selulitis
2. Pengambilan pada daerah ada cicatrix
3. Kecenderungan perdarahan, contoh : pada penggunaan warfarin (kontrain dikasi
relatif)
4. Thromboflebitis
5. Pengambilan sampel pada lengan yang terpasang infus (stop infus dan tunggu
minimal 2 menit sebelum pengambilan sampel). Hanya pada keadaan tertentu jika
tidak memungkinkan lagi mengambil di tempat lain, karena darah yang
terkontaminasi cairan infus dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Tempat pengambilan sampel :
1. Fossa Antecubiti (merupakan tempat yang paling sering digunakan, mengandung vena
basilica, vena cephalica dan vena mediana cubiti)
2. Lengan bawah, tangan dan vena digitalis (sering digunakan dengan menggunakan
butterfly needle)
3. Vena femoralis
Gambar 1. Alat-alat yang digunakan pada Phlebotomi
-
TABEL 1. Jenis-jenis Container yang Digunakan
Warna Tutup Botol Isi Tube Pemeriksaan
Ungu EDTA (Etilen Diamin Tetraacetic
Acid)
Darah lengkap, Malaria,
Cyclosporin, HbA1c, analisis PCR,
cross match
Kuning Clotting accelerator and
separation gel
Pemeriksaan biokimia, tumor
marker dan pemeriksaan endokrin
Biru muda Trisodium sitrat Tes koagulasi
Merah Clotting accelerator Serologi, Vancomisin, imunologi,
insulin, vitamin B12, asam folat,
kimia darah (albumin, ureum
kreatinin, kolesterol, dll)
Abu-abu Sodium fluoride/ Potassium
oksalat
Glukosa
Hijau Lithium heparin Amonia, analisa gas darah
Biru tua Sodium heparin Trace elements
-
Gambar 2. Vacutainer System
Gambar 3. Butterfly Needle
Langkah-langkah melakukan Phlebotomi :
1. Memasang sarung tangan dan apron.
2. Menentukan lengan mana yang dominan untuk melakukan aktivitas. Pungsi vena
dilakukan pada lengan yang tidak dominan.
3. Memasang torniquet pada bagian proksimal tempat pungsi (biasanya bagian
proksimal fossa cubiti).
4. Biarkan selama 20 detik agar vena mengisi, hal ini membantu ketika pasien
mengulangi untuk mengepal/ menggenggam.
5. Lihat dan rasakan tempat yang akan dipungsi. Biasanya vena yang dapat dipalpasi
lebih mudah untuk dilakukan pungsi. Apabila mengalami kesulitan, maka dicari vena
yang letaknya lebih distal. Apabila masih sulit maka dicari pada lengan yang lain.
6. Apabila telah ditentukan tempat melakukan pungsi, dilakukan desinfeksi
menggunakan 2% Chlorheksidin dalam 70% Alkohol (dilakukan dengan gerakan
sirkular searah jarum jam dari dalam keluar).
7. Dengan jarum yang dipasang pada vacutainer system, dilakukan pungsi vena dengan
mengarahkan jarum membentuk sudut menembus kulit dan vena.
8. Masukkan botol/ tube ke dalam vacutainer system agar darah dapat dikumpulkan.
9. Apabila darah telah terkumpul, lepaskan torniquet.
10. Setelah selesai, lepaskan jarum, tekan bekas luka dengan kapas dan tutup dengan
plester.
11. Buang jarum dan alat-alat yang telah digunakan ke dalam disposable box. Jangan
tinggalkan jarum dalam keadaan terbuka.
-
12. Apabila darah dikumpulkan di syring, maka waktunya untuk memindahkan ke botol/
tube.
13. Memberi label berupa identitas pasien pada botol.
Gambar 4. Memasang torniquet pada bagian proksimal Fossa Antecubiti
Gambar 5. Melakukan pungsi vena
II. KANULASI INTRAVENA
Indikasi pemasangan kanulasi intravena :
1. Pemberian cairan
2. Pemberian obat, secara kontinyu atau intermiten
3. Pemberian darah atau produk darah
4. Pemberian kontras radioopak atau sedasi
5. Tindakan profilaksis untuk pasien yang tidak stabil atau pada prosedur tertentu
-
Kontraindikasi pemasangan kanulasi intravena :
Absolut :
1. Inflamasi atau infeksi pada kulit yang akan menjadi tempat pemasangan kanula
2. Fistula arteriovenosa pada tempat pemasangan kanula
3. Tindakan mastektomi sebelumnya dengan pembedahan nodus axillaris atau
limfoedema pada tempat yang akan dipasang kanula.
Relatif :
1. Kecenderungan perdarahan
2. Vena dari lengan bawah pada pasien gagal ginjal yang mungkin memerlukan
pembentukan fistula arteriovenosa pada masa depan.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan :
a. Sterilitas
Tindakan diatas merupakan tindakan invasif yang dapat mengundang kuman untuk masuk ke
aliran darah, karena itu harus dilakukan secara aseptis agar kuman tidak masuk tubuh. Kulit
disterilkan, alat-alat yang digunakan steril, petugas steril, dan tindakan yang dilakukan secara
aseptis. Sebaiknya cuci tangan dengan sabun sebelumnya. Sterilisasi kulit dapat dilakukan dengan
salah satu desinfektan :
1. Povidon-iodine
Dioleskan dua kali
Tunggu 30 detik
Tak perlu dibilas dengan alkohol
2. Etil Alkohol
Konsentrasi 70%
Tunggu 60 detik
Biarkan yang kering
Pungsi dilakukan setelah desinfektan kering agar tidak perih
b. Fiksasi
Kanula yang sudah terpasang harus dilakukan fiksasi dengan baik agar tidak bergerak-gerak dan
tercabut, kanula yang bergerak akan :
1. Menembus dinding vena
2. Melukai dinding dalam vena
3. Mengundang infeksi
Fiksasi dilakukan dengan plester hypafix dan plester coklat sehingga kanula tidak bergerak dan
infus set tidak mudah tercabut.
c. Menghitung Tetesan
Jumlah tetesan disesuaikan dengan :
1. Volume cairan infus yang akan diberikan
2. Waktu pemberian (24 jam, 12 jam, 6 jam, dll)
-
3. Macam penetes (dripper) dari infus set :
untuk dewasa 1 ml = 20 tetes / 15 tetes
untuk anak 1 ml = 60 tetes
4. Jumlah tetesan per menit:
Dewasa
jumlah cairan infus (ml) x 20 = jumlah cairan infus (ml)
lamanya infus (jam) x 60 lamanya infus (jam) x 3
Anak
jumlah cairan infus (ml) x 60 = jumlah cairan infus (ml)
lamanya infus (jam) x 60 lamanya infus (jam)
d. Monitoring dan Perawatan
Tiap pemasangan infus harus diamati hal-hal berikut :
1. Kelancaran tetesan yang semula lancar menjadi tidak lancar, mungkin ada sumbatan, kanula
tertekuk, atau ekstravasasi (keluar dari pembuluh darah).
2. Keluhan nyeri
Bila ada nyeri mungkin akibat iritasi oleh cairan yang hipertonis, ada infeksi atau ekstravasasi.
3. Infeksi
Biasanya disertai nyeri, panas dan kemerahan disekitar kanula merupakan hal yang
berbahaya karena dapat menyebar ke sistemik. Kanula harus segera dicabut dan dipindah.
4. Pembengkakan
Mungkin ekstravasasi cairan atau hematoma. Segera dicabut dan dipindah.
5. Perawatan secara aseptik
Dilakukan tiap hari, dijaga sebagai suatu system tertutup (sambungan ujung infus dan kanula
tak boleh dilepas).
6. Darah pada ujung slang
Harus dibersihkan karena dapat menyumbat dan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman.
Kanulasi intravena harus diganti/ dilepas bila :
1. Ekstravasasi
2. Phlebitis
3. Setelah 3 hari
4. Tidak diperlukan lagi
Pemilihan Vena
Kanulasi intravena dianjurkan pada vena lengan. Mulai dari yang paling distal dan bila gagal,
lakukan sebelah proksimalnya. Pilih vena yang besar, lurus, tidak berkelok-kelok atau bercabang-cabang.
Vena yang dianjurkan adalah vena dorsum manus, vena lengan bawah (sefalika, antekubital, basilika),
dan vena pada lengan bayi.
Bila pada vena-vena di atas gagal, baru dilakukan pada vena dorsum pedis, vena safena magna/
brevis pada tungkai bawah. Pada keadaan darurat dapat digunakan vena jugularis eksterna. Vena pada
-
tungkai bawah ada klep yang menghambat aliran darah dan memudahkan terjadinya trombus. Jangan
dilakukan pungsi dan kanulasi pada vena yang meradang, tersumbat, ada kerusakan jaringan atau
selulitis disekitar vena.
Pemilihan vena untuk kanulasi intravena juga berdasarkan tujuan pemberian cairan, apakah
untuk resusitasi atau maintenance. Pada resusitasi diutamakan vena perifer yang besar, contoh : vena
cephalica. Sedangkan untuk tujuan maintenance, bisa digunakan vena perifer di bagian distal, contoh :
vena dorsalis manus.
Mencari Vena
Bendung dengan torniquet di bagian proximal vena yang akan dicari. Torniquet diatur
sedemikian rupa sehingga masih teraba nadi di arteri distal. Bila menjerat terlalu kuat sehingga arteri
ikut terjerat maka vena malah tidak terisi. Atau membendung dengan tensimeter yang dipasang antara
systole dan diastole. Untuk membuat vena dilatasi dapat dilakukan dengan cara, meletakkan posisi vena
lebih rendah dari jantung, ditepuk pelan-pelan, digosok-gosok, dihangatkan, menggengam dengan ibu
jari di dalam dan membuka telapak tangan agar darah yang diotot masuk ke vena.
Jarum yang Digunakan
a. Jarum logam biasa
b. Jarum bersayap (wing needle/ butterfly needle)
c. Jarum dengan kanula/ kateter :
- Kanula dengan wing, contoh : venflon
- Kateter tanpa wing, contoh : abbocath
Kateter vena yang digunakan mempunyai ukuran bermacam-macam. Pemilihan kateter
vena didasarkan tujuan dari pemberian cairan. Bila untuk tujuan resusitasi atau pasien dalam
kondisi tidak stabil, dipilih kateter vena dengan ukuran terbesar, contoh : 18 G. Untuk tujuan
maintenance dapat digunakan kateter vena dengan ukuran 20 G dan 22 G. Sedangkan untuk anak -
anak dapat digunakan kateter vena ukuran 24 G.
-
TABEL 2. Jenis Kateter Vena dan Penggunaannya
Warna Ukuran Flow Rate Penggunaan
Biru 22 G 36 mL/menit atau
2,2 L/ jam
Pediatrik atau
pasien manula
dengan vena yang
kecil dan rapuh
Merah muda 20 G 61 mL/menit atau
3,7 L/ jam
Maintenance cairan,
obat
Hijau 18 G 90 mL/menit atau
5,4 L/ jam
Resusitasi dan
produk darah
Putih 17 G 140 mL/menit atau
6,2 L/ jam
Pemberian cairan
cepat, obat dan
produk darah
Abu-abu 16 G 200 mL/menit atau
12 L/ jam
Pemberian cairan
cepat, obat dan
produk darah
Catatan: Label warna dan ukuran jenis kateter di atas mungkin berbeda antar produsen
berbeda, perhatikan keterangan pada tiap produk.
Alat dan cairan yang digunakan dalam pemasangan infus :
1. Cairan infus yang sesuai
2. Standar infus
3. Blood set, infus set makro/ mikro
4. IV catheter yang sesuai kebutuhan
5. Tourniquet
6. Desinfektan
7. Sarung tangan
8. Plester coklat, hypafix dan gunting
9. Spidol
-
Gambar 6. Alat dan bahan pemasangan infus
Teknik Pemasangan Infus :
1. Penderita diberi penjelasan
2. Pilih vena perifer yang ideal
3. Desinfektan
4. Tunggu desinfektan kering
5. Pungsi vena dengan IV catheter
6. Jika tampak darah pada main drain - dorong kateter
7. Fiksasi dengan hypafix
8. Sambungkan dengan infus set
9. Guyur beberapa menit
10. Fiksasi tambahan
11. Beri label tanggal & jam pemasangan
12. Atur kecepatan infus yang dinginkan
-
Gambar 7. Pemilihan vena perifer
Gambar 8. Pemasangan torniquet
-
Gambar 9. Memasang torniquet di bagian proksimal vena yang akan dipasang
Gambar 10. Melakukan desinfeksi
-
Gambar 11. Memfiksasi vena yang akan dituju
Gambar 12. Meregangkan dan menusuk kulit dengan jarak 0,5 cm
dari vena yang dituju dengan sudut 30
-
Gambar 13. Memastikan bahwa ujung jarum sudah masuk ke dalam vena
Gambar 14. Mendorong masuk kanula
-
Gambar 15. Melakukan fiksasi kanula dengan hypafix
Gambar 16. Membendung ujung kanula dan melepas jarum
-
Gambar 17. Menyambung dengan infus set
Gambar 18. Melakukan fiksasi chevron dengan plester coklat
-
Gambar 19. Melakukan fiksasi terakhir dengan hypafix
Gambar 20. Mencatat tanggal, jam dan identitas pemasang
Daftar Pustaka
Boros, M., 2006. Surgical Techniques, Textbook for Medical Students. Szeged : Medicina.
Nurbearn, T., Daniels, R., 2010. ABC of Practical Procedures. UK : Willey-Blackwell
Rhoads, J., Meeker, B., J., 2008. Daviss Guide to Clinical Nursing Skills. Philadelphia : F.A. Davis
Company.
Satria. 2011. Pembekalan Pra Coass dalam Power Point Presentation. Samarinda : Bagian Anestesi RS
AW. Syahrani
-
PENILAIAN KETERAMPILAN PUNGSI VENA (PHLEBOTOMI)
No. Kriteria Skor
0 1 2
1. Melakukan informed consent kepada pasien
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan (torniquet,
handschoen, vacutainer system, jarum, kapas alkohol, botol/
tube, plaster, label, spidol)
3. Memakai handschoen
4. Menentukan lokasi vena yang akan dilakukan pungsi
5. Memasang torniquet pada bagian proksimal vena yang akan
dilakukan pungsi
6. Menentukan lokasi vena yang akan dilakukan pungsi
7. Meraba vena yang akan dilakukan pungsi
8. Menyambung jarum pada vacutainer system
9. Melakukan desinfeksi dan menunggu hingga kering
10. Meregangkan dan menusuk kulit dengan jarum sampai
menembus vena dengan sudut 30
11. Menyambungkan botol/ tube pada vacutainer system
12. Melepas torniquet
13. Menarik jarum, tekan bekas luka dengan kapas dan
menutup dengan plester
14. Buang jarum dan alat-alat yang digunakan ke dalam
disposable box
15. Memberi label identitas pasien pada botol/ tube
16. Menjaga prinsip sterilitas
Total
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
-
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMASANGAN IV LINE
No. Kriteria Skor
0 1 2
1. Melakukan informed consent kepada pasien
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan (infus set,
cairan infus, kateter vena, plaster, kapas alkohol, kassa steril,
gunting, torniquet, standar infus, handschoen)
3. Memasang infus set pada cairan infus dan meletakkan pada
standar infus
4. Mengalirkan cairan ke dalam infus dan memastikan tidak
ada udara dalam selang infus
5. Memakai handscoen
6. Menentukan lokasi vena yang akan dipasang infus
7. Memasang torniquet pada bagian proksimal vena yang akan
dipasang
8. Meraba vena yang akan dipasang
9. Memilih ukuran kanula yang sesuai
10. Melakukan desinfeksi dan menunggu hingga kering
11. Meregangkan dan menusuk kulit dengan jarak 0,5 cm
dari vena yang dituju dengan sudut 30
12. Memastikan bahwa ujung jarum sudah masuk ke dalam
vena dan mendorong masuk kanula
13. Melakukan fiksasi kanula dengan hypafix
14. Melepas torniquet
15. Membendung ujung kanula, melepas jarum dan
menyambung dengan infus set
16. Mengalirkan cairan infus dan mengevaluasi hasil
pemasangan
17. Melakukan fiksasi chevron/ U-turn dan fiksasi terakhir
18. Mengatur kecepatan tetesan
19. Mencatat tanggal, jam dan identitas pemasang
20. Menjaga prinsip sterilitas
Total
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna