Translate Jurnal Mata

7
Povidone Iodine untuk Pengobatan Konjungtivitis Adenoviral pada Bayi Zuhal O¨ zen Tunay 1 , Ozdemir Ozdemir 1 , and Ikbal Seza Petricli 2 1Department of Ophthalmology, Zekai Tahir Burak Women’s Health Education and Research Hospital, Ankara, Turkey and 2Department of Ophthalmology, Etlik Zubeyde Hanim Maternity and Research Hospital, Ankara, Turkey Abstrak Konteks: konjungtivitis Adenoviral. Tujuan: Untuk menguji efek irigasi konjungtiva dengan povidone iodine pada bayi dengan konjungtivitis adenoviral. Bahan dan cara: Wabah konjungtivitis adenovirus yang terjadi antara bulan September sampai Desember 2012 di unit perawatan intensif neonatal dari rumah sakit kami. 43 bayi dengan konjungtivitis adenoviral diteliti dalam penelitian ini. Tiga puluh lima mata dari 35 bayi yang memenuhi rincian pemeriksaan oftalmologi dan skor klinis termasuk dalam kriteria inklusi. Konjungtiva dari 15 bayi (Kelompok 1) dialiri dengan larutan povidone iodine 2,5% kemudian diobati dengan air mata buatan bebas pengawet dan tetes antibiotik bebas pengawet. 20 bayi (Kelompok 2) diperlakukan hanya dengan tetes air mata buatan dan tetes antibiotik sama dengan cara penggunaan yang juga sama, tanpa diirigasi dengan povidone iodine. Pasien diperiksa dua kali seminggu sampai pemulihan lengkap. Edema kelopak, chemosis konjungtiva, kerapuhan pembuluh darah konjungtiva, pembentukan pseudomembran, dan kerusakan kornea diberi skor klinis. Hasil: 20 pasien (57%) adalah perempuan dan 15 pasien (43%) adalah laki-laki dengan usia rata-rata 3,1 bulan (berkisar dari 1 sampai 4 bulan). Tidak ditemukan adanya hubungan antara gender dan skor klinis. Secara statistik, skor klinis signifikan lebih rendah diperoleh pada Kelompok 1. Rata-rata waktu pemulihan terjadi lebih cepat pada Kelompok 1 (7 hari) dibandingkan Kelompok 2 (12 hari) (p=0.001). Kesimpulan: irigasi konjungtiva dengan larutan povidone iodine 2,5% efektif untuk pengobatan konjungtivitis adenoviral pada bayi.

description

povidone iodine

Transcript of Translate Jurnal Mata

Page 1: Translate Jurnal Mata

Povidone Iodine untuk Pengobatan Konjungtivitis Adenoviral pada Bayi

Zuhal O¨ zen Tunay1, Ozdemir Ozdemir1, and Ikbal Seza Petricli2

1Department of Ophthalmology, Zekai Tahir Burak Women’s Health Education and Research Hospital, Ankara, Turkey and 2Department of Ophthalmology, Etlik Zubeyde Hanim Maternity and Research Hospital, Ankara, Turkey

AbstrakKonteks: konjungtivitis Adenoviral.Tujuan: Untuk menguji efek irigasi konjungtiva dengan povidone iodine pada bayi dengankonjungtivitis adenoviral.Bahan dan cara: Wabah konjungtivitis adenovirus yang terjadi antara bulan Septembersampai Desember 2012 di unit perawatan intensif neonatal dari rumah sakit kami. 43 bayi dengan konjungtivitis adenoviral diteliti dalam penelitian ini. Tiga puluh lima mata dari 35 bayi yang memenuhi rincian pemeriksaan oftalmologi dan skor klinis termasuk dalam kriteria inklusi. Konjungtiva dari 15 bayi (Kelompok 1) dialiri dengan larutan povidone iodine 2,5% kemudian diobati dengan air mata buatan bebas pengawet dan tetes antibiotik bebas pengawet. 20 bayi (Kelompok 2) diperlakukan hanya dengan tetes air mata buatan dan tetes antibiotik sama dengan cara penggunaan yang juga sama, tanpa diirigasi dengan povidone iodine. Pasien diperiksa dua kali seminggu sampai pemulihan lengkap.Edema kelopak, chemosis konjungtiva, kerapuhan pembuluh darah konjungtiva, pembentukan pseudomembran, dan kerusakan kornea diberi skor klinis.Hasil: 20 pasien (57%) adalah perempuan dan 15 pasien (43%) adalah laki-laki dengan usia rata-rata 3,1 bulan (berkisar dari 1 sampai 4 bulan). Tidak ditemukan adanya hubungan antara gender dan skor klinis. Secara statistik, skor klinis signifikan lebih rendah diperoleh pada Kelompok 1. Rata-rata waktu pemulihan terjadi lebih cepat pada Kelompok 1 (7 hari) dibandingkan Kelompok 2 (12 hari) (p=0.001).Kesimpulan: irigasi konjungtiva dengan larutan povidone iodine 2,5% efektif untuk pengobatan konjungtivitis adenoviral pada bayi.

Kata kunci : Adenovirus, epidemic keratoconjunctivitis, bayi, povidone iodine, pseudomembrane

PendahuluanEpidemi keratoconjunctivitis yang disebabkan oleh adenovirus adalah penyakit menular yang mudah menyerang permukaan mata dan kornea. Hal ini dapat menyebabkan epidemi infeksi nosokomial. Waktu inkubasi virus adalah 2-12 hari1,2. Adenovirus ditularkan terutama melalui kontak langsung, rute fekal-oral, alat-alat pribadi atau medis, dan udara. Virus ini sangat resisten terhadap lingkungan eksternal. Ia menjaga vitalitas hidupnya selama 49 hari pada plastik dan permukaan logam, 10 hari pada pakaian dan kertas. Virus ini diekskresikan bersama feses untuk waktu yang panjang3.

Epidemi keratoconjunctivitis biasanya disebabkan serotipe 4, 8, 10, 19, dan 37. Temuan pada mata berupa edem kelopak, nrocos (epifora), konjungtiva hiperemis, sensasi benda asing, kemosis, reaksi folikular, perdarahan subconjunctival, pembentukan membran/pseudomembran, nyeri, dan kekeruhan kornea. Penularan virus memakan waktu 10-14 hari4-6. Epidemi keratoconjunctivitis adalah infeksi yang bisa sembuh sendiri dengan waktu penyembuhan sekitar 2 minggu (1-3 minggu). Penelitian ini bertujuan untuk mencegah penyebaran virus dan mengurangi gejala1,2,7.

Page 2: Translate Jurnal Mata

Povidone iodine adalah antiseptik spektrum luas yang digunakan untuk profilaksis endophthalmitis pascaoperasi dan konjungtivitis neonatal. Povidone iodine memiliki efek virucidal terhadap adenovirus. Dilaporkan bahwa povidone iodine mengurangi jumlah virus dan tingkat keparahan gejala pada penelitian secara in vitro dan in vivo untuk pengobatan epidemi keratoconjunctivitis2,7-9. Selanjutnya, povidone iodine 2,5% telah digunakan untuk profilaksis konjungtivitis neonatal karena sifat antibakteri yang tinggi, antivirus, dan antijamur serta toksisitas yang rendah sejak survei pertama oleh Isenberg dan rekan-rekannya pada tahun 199410-13.Dalam penelitian ini, kami bertujuan meneliti efek dari irigasi konjungtiva dengan povidone iodine konsentrasi 2,5% dosis tunggal terhadap tingkat keparahan gejala dan waktu pemulihan pada bayi dengan konjungtivitis adenoviral.

MetodeDalam studi ini, empat puluh tiga bayi dengan konjungtivitis adenoviral diperiksa antara September dan Desember 2012. Bayi dengan hasil swab konjungtiva berupa pertumbuhan bakteri dan bayi yang dirawat dengan obat tetes mata dalam 2 minggu terakhir dikeluarkan. Tiga puluh lima mata dari 35 bayi yang memenuhi rincian pemeriksaan oftalmologi dan skor klinis dimasukkan ke dalam penelitian. Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik lokal dan dilakukan sesuai dengan standar etik yang ditetapkan di dalam Deklarasi Helsinki tahun 1964. Semua orang tua atau wali memberikan persetujuan mereka sebelum penelitian.

Tabel 1. Sistem penilaian klinis untuk temuan mata

0 1 2 3edem kelopak (a) tidak ringan sedang beratkemosis konjungtiva (b) tidak ringan sedang beratkerapuhan pembuluh darah konjungtiva (c) tidak ringan sedang beratpembentukan pseudomembran tidak Ya

Penilaian KlinisTemuan mata

aEdema kelopak: dinilai 1 jika eritema ringan dan edema ringan dan dinilai 3 jika kemerahan berat dan edema berat yang menyebabkan kesulitan saat membuka mata.bKemosis konjungtiva: dinilai 1 jika peradangan konjungtiva terlokalisir, dan dinilai 3 jika peradangan mengenai seluruh konjungtiva.cKerapuhan pembuluh darah konjungtiva : ditentukan dengan menyentuh konjungtiva kelopak mata bawah dengan kapas. Sebuah semburat kemerahan di swab dinilai sebagai 1, sedangkan dinilai 3 jika pewarnaan darah pada permukaan swab lebih dari 50%.

Bayi secara acak dibagi menjadi dua kelompok (Kelompok 1, dialiri povidone iodine, Kelompok 2 tidak). Setelah anestesi topikal (Proparacaine hidroklorida 0,5% 1X1), konjungtiva kedua mata dari 15 bayi (Kelompok 1) dialiri dengan larutan povidone iodine 2,5% kemudian diobati dengan air mata buatan (sodium hyaluronate 0,15%, 6x1) dan tetes antibiotik (Netilmisin 0,3%, 4x1). Larutan povidone iodine 2,5% disiapkan dengan mengencerkan povidone iodine 10% dengan air suling steril dalam kondisi steril. 20 bayi (Kelompok 2) diobati dengan obat tetes yang sama dan cara penggunaan yang sama, tanpa diirigasi dengan povidone iodine. Pada empat bayi (2 di Kelompok 1 dan 2 di Kelompok 2), infeksi adenoviral didiagnosis dengan menggunakan alat Rapid Pathogen Screening-Adeno Detector Test dan yang lain-lain didiagnosis secara klinis berdasarkan gejala patognomonik.

Page 3: Translate Jurnal Mata

Pasien diperiksa dua kali seminggu sampai sembuh. Edema kelopak mata, kemosis konjungtiva, kerapuhan pembuluh darah konjungtiva, pembentukan pseudomembran, dan kerusakan kornea diberi skor klinis. Skor klinis dilakukan seperti yang dirangkum dalam Tabel 1 dan dicatat pada setiap kunjungan. Setiap perbaikan dicatat dan setelah temuan okular lengkap dibandingkan antara dua kelompok (Gambar 1).

Analisis StatistikAnalisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 16.0 (SPSS Inc, Chicago, IL). Data yang disajikan sebagai mean± standar deviasi (SD) atau minimum-maksimum dalam variabel kontinyu, dan sebagai median dalam kategori variabel. Kelompok dibandingkan dengan menggunakan uji Fisher untuk variabel kategori dan uji Mann-Whitney U untuk variabel yang konsisten. Nilai p˂0.05 dianggap signifikan.

HasilDua puluh pasien (57%) adalah perempuan dan 15 pasien (43%) adalah laki-laki dan usia rata-rata adalah 3,1 bulan (berkisar dari 1 sampai 4 bulan). Semua bayi telah keluar dari unit perawatan intensif neonatal di babak 3 d. Mata bayi 'Gejala mulai di babak 48 jam.

Gambar 1. Perkembangan pseudomembran karena konjungtivitis adenoviral pada bayi.

Tabel 2. Temuan okuler dan waktu pemulihan dari masing-masing kelompok. Pembentukan pseudomembran disajikan dalam persentase; data lainnya disajikan sebagai median (minimum-maksimum).

edema kelopak 1 (0-2) 2 (1-3) 0,0001kemosis konjungtiva 1 (1-2) 2 (2-3) 0,0001kerapuhan pembuluh darah konjungtiva 1 (0-2) 3 (2-3) 0,0001waktu pemulihan (hari) 7 (6-9) 12 (9-18) 0,0001pembentukan pseudomembran (%) % 6 (n =1) % 45 (n =9) 0,021**

kelompok 1 (n =15)(min-

max)

kelompok 2 (n =20)(min-

max) nilai p*temuan okuler

Page 4: Translate Jurnal Mata

min, minimum; max, maximum.* Uji Mann–Whitney U.** Uji Fisher’s exact.

Median skor klinis dan median waktu pemulihan untuk kedua kelompok dirangkum dalam Tabel 2. Skor klinis edema kelopak mata, kemosis konjungtiva, kerapuhan pembuluh darah konjungtiva, dan pembentukan pseudomembran signifikan lebih rendah pada Kelompok 1 (p<0.05). Kerusakan kornea tidak ditemukan pada pasien. Waktu rata-rata pemulihan lebih awal terdapat pada kelompok 1 (7 hari) dibanding kelompok 2 (12 hari) (p=0.001). Jumlah pemulihan dicapai dalam 1 minggu pada 60% bayi di kelompok 1 dan 5% pada bayi di kelompok 2.

DiskusiKeratokonjungtivitis adalah penyakit mata menular yang disebabkan oleh adenovirus. Untuk diagnosis yang tepat dapat digunakan uji serologi dan polymerase chain reaction (PCR)14,15. Tes skrining patogen yang cepat untuk adenovirus '' Adeno Detector '' telah dikembangkan di tahun terakhir dengan sensitivitas dan spesifisitas dilaporkan masing-masing 88% dan 91% oleh Sambursky et al.16,17. Kami menggunakan tes skrining patogen yang cepat untuk empat pasien (dua pasien untuk setiap kelompok) untuk mendukung diagnosis klinis tapi tidak mungkin untuk menggunakan PCR di rumah sakit kami.

Meskipun keratokonjungtivitis adalah penyakit yang bisa sembuh sendiri, dibutuhkan 1-3 minggu untuk menyembuhkan. Saat ini, tidak ada agen antiadenoviral yang spesifik hadir untuk pengobatan mata infeksi adenoviral. Namun, mengingat tidak proporsionalnya morbiditas dan potensi dampak ekonomi yang terkait dengan wabah epidemi keratokonjungtivitis, agen terapeutik yang mengurangi gejala klinis epidemi keratoconjunctivitis dan meminimalkan penumpahan virus menular sangat diinginkan. Berbagai agen antivirus (vidarabin, sidofovir, dan trifluridin) telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk epidemi keratokonjungtivitis, tetapi mereka tidak menunjukkan khasiat untuk pengobatan infeksi. Banyak efek toksik lokal dari agen antivirus ini yang juga mengurangi kesesuaian obat ini untuk pengobatan epidemi keratoconjunctivitis pada manusia2.

Dalam sebuah studi in vitro oleh Romanowski et al., dilaporkan bahwa kortikosteroid topikal tidak dapat mencegah kerusakan kornea pada keratokonjungtivitis, tetapi kortikosteroid topikal menyebabkan perpanjangan dalam durasi infeksi. Pada penelitian yang sama juga ditekankan bahwa kortikosteroid topikal dapat digunakan pada pasien dengan pembentukan membran-pseudomembran dan pengobatan jangka panjang infiltrat kornea. Obat anti-inflamasi non-steroid juga tidak efektif untuk mencegah kerusakan kornea dan penyebaran virus 18.

Beberapa antiseptik diuji in vitro untuk menilai kemampuan dalam menonaktifkan adenovirus. Ini termasuk povidone iodine, hidroklorida alkyldiaminoethylglicine, chlorhexidine glukonat, dan benzalkonium klorida. Di antara zat ini, hanya povidone iodine dengan konsentrasi lebih dari 0,5% dapat menonaktifkan virus dalam 1 menit dari pajanan. Hutter et al.9 mempelajari 150 pasien dengan keratoconjunctivitis dan dicapai hasil klinis yang lebih baik pada pasien yang diobati dengan povidone iodine.

Dalam studi acak tersamar ganda terkontrol, Isenberg et al.11 menyatakan bahwa povidone iodine dengan konsentrasi 1,25% efektif pada konjungtivitis bakteri tetapi tidak berpengaruh

Page 5: Translate Jurnal Mata

signifikan terhadap konjungtivitis virus. Penelitian pada 3117 neonatus lain dilaporkan bahwa pemberian povidon iodine konsentrasi 2,5% untuk profilaksis konjungtivitis neonatal trebukti efektif untuk mencegah keduanya yaitu konjungtivitis bakteri dan konjungtivitis virus dan terbukti tidak memiliki efek toksik pada konsentrasi ini10. Dalam studi terbaru, dinyatakan bahwa povidone iodine adalah alternatif yang efektif dan murah untuk profilaksis konjungtivitis neonatal tetapi tidak ada penelitian tentang penggunaan povidone iodine pada bayi dan anak-anak dengan conjunctivitis adenovirus10-13. Sebaliknya, pada beberapa penelitian karena adanya kandungan iodida, povidone iodine memiliki efek penghambatan yang tidak diinginkan terhadap kelenjar tiroid neonatus dan untuk alasan ini penggunaanya untuk jangka waktu yang panjang harus dihindari20.

Berdasarkan semua penelitian ini, kami menerapkan povidone iodine dengan konsentrasi 2,5% untuk irigasi konjungtiva bayi dengan keratokonjungtivitis, untuk sekali pada saat pertama diagnosis dan kami menetapkan bahwa povidone iodine pada konsentrasi ini mengurangi keduanya baik keparahan gejala dan kecepatan pembentukan pseudomembran serta juga memperpendek waktu pemulihan. Kami tidak menemukan reaksi beracun.

Dalam penelitian kami, menurut Ersoy et al tidak ada bayi yang menunjukkan kerusakan kornea. Semua pasien di kedua kelompok penelitian kami menunjukkan hanya keterlibatan konjungtiva dan total pemulihan terlihat dalam 1 minggu pada kelompok 1 dan 2 minggu pada kelompok 2. Trinavarat dan Atchaneeyasakul2 menunjukkan bahwa total pemulihan dicapai dalam 1 minggu pada 77% pasien dengan keratokonjungtivitis yang diobati dengan povidone iodine 2%. Rata-rata waktu pemulihan pasien yang kami obati dengan povidone iodine didapatkan 7,27 hari dan total pemulihan dicapai dalam 1 minggu pada 60% pasien.

KesimpulanKesimpulannya, keratokonjungtivitis adalah sangat penyakit infeksi yang sangat menular pada bayi khususnya di ICU. Penelitian kami menunjukkan bahwa irigasi konjungtiva dengan povidone iodine 2,5% pada saat diagnosis pertama dapat mengurangi keparahan gejala dan memperpendek lama waktu pemulihan serta menunjukkan tidak adanya efek toksik. Oleh karena itu, perawatan ini dapat digunakan dengan aman pada bayi dengan konjungtivitis adenoviral untuk mengurangi keparahan gejala dan untuk mempersingkat waktu pemulihan.