Translate Journal CT and MRI Radiology on Pregnant

5
Y. Himoto et al. / European Journal of Radiology Open 2 (2015) 101- 110 Gambar 10. Scan MRI dari degenerasi merah uterine leiomyoma pada wanita hamil dengan usia gestasi 36 minggu. Leiomyoma menunjukkan tanda intensitas yang heterogen dengan gambaran cincin yang hipointens pada gambar T2 (A) dan tanda hiperintens sedang pada gambar T1 dengan supresi sedang (B). Pyelonephritis, pada gambar terlihat pembesaran ginjal yang edema. 5.3. Degenerasi merah dari uterine leiomyoma Selama kehamilan, uterine leiomyeloma akan tampak seperti sedang terjadi degenerasi merah, yang juga diketahui sebagai infark perdarahan, pada angka 8% (34). Hal tersebut merupakan hasil dari pembesaran uterus, yang memicu perubahan aliran darah dan iskemik pada leiomyoma (29). Pada temuan klinis ditemukan tanda seperti nyeri perut terlokalisir yang parah, tenderness saat di palpasi, dan terkadang juga ada demam derajat rendah dan leukositosis. Kondisi ini sulit dibedakan dengan komplikasi lain seperti appendisitis. Diagnosis yang akurat sangat penting, karena penatalaksanaan konservatif sangat direkomendasikan pada kasus seperti ini. MRI merupakan alat diagnosis primer yang digunakan, dan merupakan gambaran klasik termasuk gambaran karakteristik cincin dari degenerasi leiomyoma, tanda hiperintens pada T1W1 dan tanda hipointens pada T2W1 (Gambar. 10) (34). 5.4. Torsio Ovarium Torsio ovarium didefinisikan sebagai rotasi parsial atau total dari ovarium dan pedikel vaskuler pada ligament suspensorium., dengan lebih dominan pada sebelah kanan (35). Insiden seperti ini meningkat pada saat kehamilan (1:1800), terutama pada trimester pertama, ketika uterus dalam proses peningkatan ukuran yang cepat. Penyebab yang paling sering selama kehamilan adalah kista korpus luteum. Torsio ovarium normal mungkin lebih sering terjadi pada

description

Translate Journal CT and MRI Radiology on Pregnant

Transcript of Translate Journal CT and MRI Radiology on Pregnant

Page 1: Translate Journal CT and MRI Radiology on Pregnant

Y. Himoto et al. / European Journal of Radiology Open 2 (2015) 101-110

Gambar 10. Scan MRI dari degenerasi merah uterine leiomyoma pada wanita hamil dengan usia gestasi 36 minggu. Leiomyoma menunjukkan tanda intensitas yang heterogen dengan gambaran cincin yang hipointens pada gambar T2 (A) dan tanda hiperintens sedang pada gambar T1 dengan supresi sedang (B).

Pyelonephritis, pada gambar terlihat pembesaran ginjal yang edema.

5.3. Degenerasi merah dari uterine leiomyoma

Selama kehamilan, uterine leiomyeloma akan tampak seperti sedang terjadi degenerasi merah, yang juga diketahui sebagai infark perdarahan, pada angka 8% (34). Hal tersebut merupakan hasil dari pembesaran uterus, yang memicu perubahan aliran darah dan iskemik pada leiomyoma (29). Pada temuan klinis ditemukan tanda seperti nyeri perut terlokalisir yang parah, tenderness saat di palpasi, dan terkadang juga ada demam derajat rendah dan leukositosis. Kondisi ini sulit dibedakan dengan komplikasi lain seperti appendisitis. Diagnosis yang akurat sangat penting, karena penatalaksanaan konservatif sangat direkomendasikan pada kasus seperti ini. MRI merupakan alat diagnosis primer yang digunakan, dan merupakan gambaran klasik termasuk gambaran karakteristik cincin dari degenerasi leiomyoma, tanda hiperintens pada T1W1 dan tanda hipointens pada T2W1 (Gambar. 10) (34).

5.4. Torsio Ovarium

Torsio ovarium didefinisikan sebagai rotasi parsial atau total dari ovarium dan pedikel vaskuler pada ligament suspensorium., dengan lebih dominan pada sebelah kanan (35). Insiden seperti ini meningkat pada saat kehamilan (1:1800), terutama pada trimester pertama, ketika uterus dalam proses peningkatan ukuran yang cepat. Penyebab yang paling sering selama kehamilan adalah kista korpus luteum. Torsio ovarium normal mungkin lebih sering terjadi pada wanita yang sedang hamil dan pada wanita yang tidak sedang hamil, dikarenakan terjadi kelemahan ligament.

Karena nekrosis jaringan dapat muncul dengan cepat, diagnosis dan pengobatan yang cepat juga penting untuk menjaga fungsi ovarium dan kesehatan kehamilan. Ultrasonography merupakan modalitas imaging lini pertama dan juga menggambarkan torsio ovarium termasuk pembesaran struktur adnexa dan lesi ovarium perifer (35). CT scan dan MRI juga dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi atau menegakkan deferensial diagnosis. MRI dianggap lebih sesuai daripada CT Scan selama kehamilan, karena dapat menyingkirkan kemungkinan radiasi pada pasien. Gambaran pada CT scan dan MRI dapat menunjukkan pembesaran ovarium (>4.0 cm) dengan atau tanpa massa, perdarahan subakut, twisted pedicle, deviasi uterus kesisi yang terkena, pembesaran pembuluh darah, dan penebalan tuba fallopi (35). Pada MRI, pembesaran ovarium yang edema dan folikel perifer jelas terlihat pada T2W1 (Gambar. 11). Pada T1W1 saturasi tebal, perdarahan subakut ditandai dengan munculnya cincin hipertens. Reformasi CT multiplanar atau akuisisi MRI sangat optimal untuk mendeteksi adanya twisted pedicle, dan merupakan penemuan pathognomonis pada torsio ovarium (35).

6. Preeklampsia, eklampsia dan HELLP syndrome

Page 2: Translate Journal CT and MRI Radiology on Pregnant

Y. Himoto et al. / European Journal of Radiology Open 2 (2015) 101-110

Preeklampsia, eklampsia, dan HELLP syndrome adalah kelainan multisistemik yang menggabungkan patogenik, patologik, gambaran klinis dan hasil dari kerusakan endothel vaskuler sistemik dan

Gambar. 11. MRI dapat menunjukkan torsio oavrium kanan dengan kista korpus luteum pada wanita dengan usia gestasi 15 minggu. Edema parenkim ovarium pada tanda panah (A dan B : panah pendek) dan twisted pedicle (A dan B : panah panjang) tampak. Penilaian multiplanar sangat optimal untuk mendeteksi penemuan seperti ini. (A) Gambar axial T2 dan (B) Gambar T2 sagital.

Gambar. 12. Wanita dengan preeklampsia berkembang menjadi HELLP syndrome dan perdarahan subscapular hepar hari kedua setelah pembedahan caesar emergensi. Hematoma muncul sebagai lesi densitas tinggi pada ruang subskapular pada CT scan (A). Garis artefak tampak karena posisi lengan yang turun. Kontras CT scan (B) didapatkan 2 minggu setelah melahirkan ditemukan infark hati pada zona perifer pada lobus kanan dan penurunan densitas dari hematoma subskapular.

Vasospasme (36). Diagnosis dari penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan biokimia. Peran dari modalitas imaging untuk mendiagnosis dikaitkan dengan komplikasi dan keparahannya.

Preeklampsia secara klinis didefinisikan sebagai hipertensi dan proteinuria, dengan atau tanpa edema patologis. Eklampsia didefinisikan sebagai onset konvulsi pada wanita dengan preeklampsia yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab yang lainnya. HELLP syndrome secara klinis didefinisikan sebagai kombinasi munculnya hemolysis, peningkatan level enzim hati, dan rendahnya level trombosit selama kehamilan. Ini dikaitkan dengan tingginya angka mortalitas maternal dan

Page 3: Translate Journal CT and MRI Radiology on Pregnant

Y. Himoto et al. / European Journal of Radiology Open 2 (2015) 101-110

kematian perinatal. Dipercayai bahwa vasospasme dapat menyebabkan kerusakan endotel dan deposisi fibrin, diikuti dengan peningkatan agregasi trombosit dan konsumsi trombositopenia, thrombotic microangiopathy, dan anemia hemolitik (36). Ini bisa sangat rumit dengan parahnya preeklampsia atau eklampsia, tapi juga dapat muncul secara independen (36). Insiden pada penyakit ini diperkirakan sekitar 0.1-0.6% dari kehamilan, dan 4-12% pasien dengan eklampsia yang parah (37). Pada beberapa kasus (70%), kondisi ini didiagnosis pada saat antepartum, dengan 90% didiagnosis setelah 27 minggu usia gestasi. Namun, harus kita pahami, bahwa masih tersisa 30% yang didiagnosis postpartum (36).

Komplikasi yang umum dikaitkan dengan kelainan diatas termasuk stroke perdarahan, perluasan koagulasi intravaskuler, gagal ginjal akut, edema paru, kelainan hepar, kelainan plasenta, posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES), dan sebagainya. Tapi disini, kami menekankan pada kelainan hepar, dan PRES.

6.1. Kelainan hepar dikaitkan dengan HELLP syndrome dan preeklampsia

Penyakit hati sering dikaitkan dengan konsekuensi yang fatal, terutama HELLP syndrome. Patologi hepar dari HELLP syndrome termasuk nekrosis hepatosit fokal, perdarahan periportal dan deposit fibrin pada sinusoid hepatic (36). Pada kasus yang lebih parah, komplikasi seperti perdarahan dan infark hati mungkin juga muncul. Acute fatty liver pada kehamilan (AFLP) juga telah dikaitkan dengan preeklampsia dan HELLP syndrome.

6.2. Acute fatty liver pada kehamilan

AFLP jarang terjadi, tetapi komplikasi serius biasanya muncul pada trimester ketiga pada pasien nullipara, dengan insiden 0.7-1.0 : 10,000 kehamilan (38). Kurang lebih setengah dari pasien dengan AFLP muncul preeklampsia (39).

AFLP ditandai dengan infiltrasi lemak mikrovaskular pada hepatosit tanpa adanya inflamasi atau nekrosis, memicu koagulopathy dan hipoglikemi sekunder pada gagal hati (38). AFLP juga dapat mengakibatkan mortalitas perinatal dan maternal yang signifikan. Diagnosis awal dengan terminasi kehamilan yang cepat dan supportive care yang intensif sangatlah penting. Biasanya dapat sembuh total, meskipun setelah terjadi disfungsi hepar yang parah.

Kriteria diagnosis tidak melibatkan penemuan modalitas imaging dan peran utama dari imaging adalah untuk menyingkirkan penyakit yang lain (19). Ultrasonography dapat dijadikan sebagai modalitas imaging pilihan pertama, namun sensivitasnya rendah, dan meningkatkan karakteristik yang diffuse dari ekogenisitas parenkim hepar yang hanya dideteksi pada 20-27% pada pasien yang diuji. Pada CT scan tanpa kontras menunjukkan hypo-attenuation dari parenkim hepar pada 20-50% pasien (28). MRI adalah modalitas yang paling sensitif untuk mendeteksi lipid cytoplasmic. Pertanda keluarnya biasanya diamati pada fase berlawanan pada T1W1. MRI mungkin secara alternative berguna pada biopsy hati, yang tidak direkomendasikan pada penatalaksanaan saat ini, karena tingginya insiden koagulopati pada wanita dengan AFLP (40).

6.3. Perdarah dan infark hati

Perdarahan dan infark hati jarang terjadi, tapi merupakan keparahan dan perburukan komplikasi HELLP syndrome. Mereka juga merupakan komplikasi patologis dari preeklampsia/eklampsia.

Page 4: Translate Journal CT and MRI Radiology on Pregnant

Y. Himoto et al. / European Journal of Radiology Open 2 (2015) 101-110

Gambar. 13. Wanita dengan preeclampsia terjadi perdarahan intraserebral dan infark hati, 6 hari setelah operasi Caesar emergensi. CT scan kontras menunjukkan kurangnya area geografis dengan peningkatan gambaran pembuluh darah pada segment posterior hati.