Transactional Analysis

128
KRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV-TR KRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV-TR Terjemahan Bebas KRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV-TR diambil dari Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of CLINICAL PSYCHIATRY 4th ed Multiaxial system Axis I Clinical disorder Other conditions that may be a focus of clinical attention Axis II Personality disorder Mental retardation Axis III General medical conditions Axis IV Psychosocial and environmental problems Axis V Global assessment of functioning Delirium karena kondisi medis umum A. Gangguan kesadaran (penurunan tingkat kewaspadaan terhadap keadaan sekitar) disertai penurunan kemampuan memusatkan,mempertahankan atau mengalihkan perhatian. Disturbance of consciousness (ie, reduced clarity of awareness of the environment) with reduced ability to focus, sustain, or shift attention. B. Perubahan kemampuan kognitif (spt penurunan daya ingat,disorientasi,gangguan berbahasa dan persepsi) atau pembentukan gangguan persepsi yang bukan ok sebelumnya ada,menetap atu merupakan dementia. A

Transcript of Transactional Analysis

Page 1: Transactional Analysis

KRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV-TR

KRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV-TR

Terjemahan BebasKRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV-TR

diambil dari Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of CLINICAL PSYCHIATRY 4th ed

Multiaxial system

Axis I Clinical disorderOther conditions that may be a focus of clinical attention

Axis II Personality disorderMental retardation

Axis III General medical conditionsAxis IV Psychosocial and environmental problemsAxis V Global assessment of functioning

Delirium karena kondisi medis umumA.       Gangguan kesadaran (penurunan tingkat kewaspadaan terhadap

keadaan sekitar) disertai penurunan kemampuan memusatkan,mempertahankan atau mengalihkan perhatian.Disturbance of consciousness (ie, reduced clarity of awareness of the environment) with reduced ability to focus, sustain, or shift attention.

B.     Perubahan kemampuan kognitif (spt penurunan daya ingat,disorientasi,gangguan berbahasa dan persepsi) atau pembentukan gangguan persepsi yang bukan ok sebelumnya ada,menetap atu merupakan dementia.  A change in cognition (eg, memory deficit, disorientation, language disturbance, perceptual disturbance) or the development of perceptual disturbance that is not better accounted for by a preexisting, established, or evolving demensia.

C.     Gangguan ini terjadi dalam waktu yang singkat (biasanya dlm beberapa jam atau hari)dan cenderung berubah-ubah sepanjang hari.The disturbance develops

Page 2: Transactional Analysis

over a short period (usually hours to days) and tends to fluctuate during the course of the day.

D.    Adanya bukti dari riwayat,pemeriksaan fisik atau temuan laboratories yg menunjukan behwa gangguan ini adalah konsekuensi fisiologis drari kondisi medis umum.There is evidence from the history, physical examination, or laboratory findings that the disturbance is caused by the direct physiologic consequence of a general medical condition.

Gangguan kesadaran (penurunan tingkat kewaspadaan terhadap keadaan sekitar) disertai penurunan kemampuan memusatkan,mempertahankan atau mengalihkan perhatian.Disturbance of consciousness (ie, reduced clarity of awareness of the environment) occurs, with reduced ability to focus, sustain, or shift attention.

Perubahan kemampuan kognitif (spt penurunan daya ingat,disorientasi,gangguan berbahasa dan persepsi) atau pembentukan gangguan persepsi yang bukan ok sebelumnya ada,menetap atu merupakan dementia.A change in cognition (eg, memory deficit, disorientation, language disturbance, perceptual disturbance) occurs that is not better accounted for by a preexisting, established, or evolving demensia.

Gangguan ini terjadi dalam waktu yang singkat (biasanya dlm beberapa jam atau hari)     dan cenderung berubah-ubah sepanjang hari The disturbance develops over a short period (usually hours to days) and tends to fluctuate during the course of the day.

Adanya bukti dari riwayat,pemeriksaan fisik atau temuan laboratories antara (1) atau (2):1.Gejala-gejala pada criteria A dan B terjadi selama intoksikasi zat.2.Obat medikasi berkaitan secara etiologis dengan gangguan ini.There is evidence from the history, physical examination, or laboratory findings of either (1) or (2):

1.  The symptoms in criteria A and B developed during substance intoxication2.  Medication use is etiologically related to the disturbance

Page 3: Transactional Analysis

Dementia karena kondisi medis umumA.    Terjadinya berbagai deficit kognitif yg bermanifestasi sebagai berikut:1.      Penurunan memori (penurunan kemampuan mempelajari informasi baru

atau mengingat informasi yang pernah dipelajari).2.      Satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut:a.       Aphasia. Kognitif pada criteria A1 dan A2b.      Apraxia.c.       Agnosia.d.      Gangguan dalam pengambilan keputusan

(perencanaan,pengorganisasian,kesinambungan,abstraksi).B.      Defisit. Kognitif pada criteria A1 dan A2 menyebabkan penderitaan

yang bermakna pada fungsi2 sosial dan pekerjaan serta menunjukan penurunan yang berarti dari keaadan sebelumnya.

C.      Adanya bukti2 dari riwayat,pemeriksaan fisik atau temuan laboratoris yang menunjukan bahwa gangguan ini adalah konsekuensi langsung dari suatu kondisi medis umum selain penyakit Alzheimer atau serebrovaskuler (mis. Infeksi HIV,trauma serebral,penyakit2 Parkinson,Huntington,Pick,Creutzfeldt-Jakob,Hidrosefalus tekanan normal,Hipotiroidism,tumor otak atau defisiensi vitamin B12).

D.      Deficit-defisit ini terutama tidak terjadi selama adanya delirium.

Kode tambahan:  Tanpa gangguan perilaku: jika gangguan kognitif tidak disertai oleh

gangguan perilaku yang bermakna klinis.  Dengan gangguan perilaku: jika gangguan kognitif disertai oleh gangguan

Page 4: Transactional Analysis

perilaku yang bermakna klinis.      Pada axis III tuliskan penyakit penyebab.

Dementia tipe AlzheimerA.      Terjadinya berbagai deficit kognitif yg bermanifestasi sebagai berikut:

1.      Penurunan memori (penurunan kemampuan mempelajari informasi baru atau mengingat informasi yang pernah dipelajari).

2.      Satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut:

d.      Gangguan dalam pengambilan keputusan (perencanaan,pengorganisasian,kesinambungan,abstraksi).

B.      Defisit. Kognitif pada criteria A1 dan A2 menyebabkan penderitaan yang bermakna pada fungsi2 sosial dan pekerjaan serta menunjukan penurunan yang berarti dari keaadan sebelumnya.

C.      Perjalanan penyakit ditandai dengan onset yang bertahap dan penurunan kognitif berlanjut.

D.      Defisit. Kognitif pada criteria A1 dan A2 tidak disebabkan oleh:1.      Kondisi-kondisi sistim saraf pusat lainnya yang menyebabkan deficit

progresif memori dan kognitif (mis. Penyakit serebrovaskuler,Parkinson,Huntington,Pick,hematoma subdural,Hidrosefalus tekanan normal,tumor otak).

2.      Kondisi-kondis sistemik yang diketahui menyebabkan dementia (mis. Hipotiroidism,defisiensi vitamin ab12 atu asam folat,niacin,hiperkalsemia,neurosifilis,infeksi HIV).

3.      Kondisi-kondisi yang diinduksi zat.E.      Deficit-defisit ini terutama tidak terjadi selama adanya delirium.F.      Gangguan ini bukan disebabkan oleh gangguan axis I lainnya

(mis.Gangguan Deprsif Mayor,Schizophrenia).

Page 5: Transactional Analysis

Kode tambahan:  Tanpa gangguan perilaku: jika gangguan kognitif tidak disertai oleh gangguan

perilaku yang bermakna klinis.  Dengan gangguan perilaku: jika gangguan kognitif disertai oleh gangguan

perilaku yang bermakna klinis.   Rincian subtype:

  Onset dini: jika muncul sebelum usia 65 tahun.  Onset lambat: : jika muncul sesudah usia 65 tahun.

   Catatan: Tuliskan juga penyakit Alzheimer pada axis III.

Amnesia  karena kondisi medis umumA.      Terjadinya gangguan memori yang bermanifestasi sebagai gangguan

kemampuan mempelajari informasi baru atau ketidakmampuan mengingat informasi yang pernah dipelajari.

B.      Gangguan memori  menyebabkan penderitaan yang bermakna pada fungsi2 sosial dan pekerjaan serta menunjukan penurunan yang berarti dari keaadan sebelumnya.

C.      Gangguan memori ini tidak terjadi bersamaan dengan delirium atau dementia.

D.      Adanya bukti2 dari riwayat,pemeriksaan fisik atau temuan laboratoris yang menunjukan bahwa gangguan ini adalah konsekuensi fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum (termasuk trauma fisik).

   Tentukan jika:  Transient: jika gangguan memori berlangsung selama 1 bulan atau kurang.  Kronis:     jika gangguan memori berlangsung lebih dari 1 bulan lamanya.

Catatan:Masukan nama kondisi medis umum pada axis I (mis.Gangguan Amnesia ok TraumaCapitis) dan cantumkan itu pada axis III.

Diagnostic Criteria for Substance Dependence/Ketergantungan ZatSuatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau penderitaan yng bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih hal-hal berikut yang terjadi pada tiap saat

Page 6: Transactional Analysis

dalam periode 12 bulan:1.      toleransi yang didefinisikan sbb:

             peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang didamba atau mencapai intoksikasi.

            Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang sama dari zat.

withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:             sindroma withdrwal khas untuk zat penyebab ( criteria A dan B dari

gejala withdrawal zat).            Zat yanga sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau

menghindari gejala-gejala withdrawal.3.      zat yng dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau

lewat dari batas waktu pemakaiannya.4.      adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau

mengendalikan pemakaian zat.5.      adanya aktifitas yang menyita waktu untuk kebutuhan mendapatkan

zat (mis.mendatangi berbagai dokter atau sampai melakukan perjalan jauh), untuk menggunakan zat (merokok tiada sela) atau untuk pulih dari efek2nya.

6.      kegiatan-kegiatan soial yang penting,pekerjaan atau rekreasi dilalaikan atau dikurangi karena penggunaan zat.

7.      penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa problem2 fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan oleh penggunaan zat (mis.sementara menggunakan kokain meskipun mengetahui itu menginduksi depresi atau tetap meneguk-alkohol- meskipun mengetahui hal itu memperburuk ulcus gaster).

Tentukan jika:  Dengan ketergantungan fisiologis: terbukti adanya toleransi atau

withdrawal.  Tanpa   ketergantungan fisiologis: tidak terbukti adanya toleransi atau

withdrawal.

       Tentukan perlangsunganya:  Remisi dini penuh  Pemisi dini parsial  Remisi penuh menetap  Remisi parsial menetap  Dalam terapi agonis  Dalam lingkungan yang diatur

Page 7: Transactional Analysis

DSM-IV-TR: Diagnostic Criteria for  Substance Abuse                         Penyalahgunaan Zat

A.      Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau penderitaan yng bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 1 (satu) atau lebih hal-hal berikut yang terjadi dalam periode 12 bulan:

1.      penggunaan berulang zat menyebabkan kegagalan memenuhi tugas utama ditempat kerja,sekolah atau dirumah (mis. berulangkali bolos hasil kerja yang buruk karena penggunaan zat, bolos,diganjar atu dikeluarkan dari sekolah karena penggunaan zat,mengabaikan anak atau anggota keluarga).

2.      berulangkali menggunakn zat dalm situasi yang membahayakan fisik (mis.mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan mesin saat terganggu oleh pemakaiannya).

3.      berulangkali berurusan dengan hukum karena penggunaan zat (ditangkap karena ulah berkaitan dengan penggunaannya).

4.      meneruskan penggunaan zat meskipun tetap atau berulang memiliki problem sosial atau interpersonal disebabkan atau kambuhnya efek2 dari zat (mis.berdebat dengan pasangan tentang akibat intoksikasi,berkaelahi).

B.      Gejala-gejalanya tidak memenuhi kriteria Ketergantungan zat yang digunakan.

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for  Substance Intoxication                         Intoksikasi Zat

A.      Terjadinya sindroma reversible zat spesifik karena barusan menelannya atau terpapar olehnya.cat. zat yang berbeda dapat memberi sindroma yang mirip atau sama.

B.      Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau perobahan psikologis karena efek dari zat terhadap sitim saraf pusat (mis. keadaan siap tempur,labilitas mood,gangguan kognitif, penilaian,sosial dan fungsi pekerjaan) yang terjadi segera setelah penggunaan zat.

C.      Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan mental lainnya.

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for  Substance withdrawal                        Putus Zat

A.      Terjadinya sindroma zat spesifik karena penghentian mendadak

Page 8: Transactional Analysis

(atau pengurangan) penggunaan zat yang lama dan berat.B.      Sindroma diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna secara

klinis atau gangguan dalam hal sosial,pekerjaan atau area fungsi-fungsi penting lainnya

C.      Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan mental lainnya.

DSM-IV-TR Opioid Related DisorderOpioid use disorderOpiod dependenceOpiod abuseOpioid induce disorderOpioid intoxication   Specify if : with perceptual disturbanceOpioid withdrawalOpioid intoxication deliriumOpioid-induce psycotic disorder, with hallusination  Specify if : with onset during intoxicationOpioid induce-mood disorder  Specify if : with onset during intoxicationOpioid induce sexual dysfunctionSpecify if : with onset during intoxicationOpioid induce sleep disorder  Specify if : with onset during intoxication                     With onset during withdrawalOpioid related disorder not otherwise specified

DSM-IV-TR- Diagnostic Criteria for Opioid Intoxification                        Intoksikasi Zat

A.      Barusan menggunakan Opioid.B.      Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau perubahan

psikologis (mis. mulanya euforia disusul apatis,disforia,agitasi atau retardasi psikomotor,gangguan penilaian atau fungsi sosial  atau pekerjaan) yang terjadi selama atau segera setelah pemakaian opioid.

C.      Kostriksi pupil (atau dilatasi ok anoxia akibat overdosis) disertai satu atau lebih tanda2 berikut  yang terjadi selama atau segera setelah pemakaian opioid.yang terjadi selama atau segera setelah pemakaian opioid.

1.      drowsiness atau coma.2.      bicara spt orang mabuk

Page 9: Transactional Analysis

3.      gangguan perhatian dan memori.D.      Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan

mental lainnya.

Tentukan jika disertai gangguan persepsi.

.

DSM-IV-TR Kriteria diagnosis pada Putus Zat OpioidA.      Salah satu dari berikut ini:

1.      penghentian mendadak (atau reduksi) penggunaan  yang berat dan lama (beberapa minggu atau lebih)

2.      pemberian antagonis opioid setelah suatu periode penggunaan opioid.B.      Tiga atau lebih hal-hal berikut terjadi dalam hitungan menit sampai

beberapa hari setelah kriteria A:                                                mood disforik.                                                nausea atau vomitus                                                nyeri otot.                                                lakrimasi atau rhinorrhea.                                                midriasis,piloerction atau persipirasi.                                                diare.                                                sering menguap.                                                febris.                                                insomnia.C.      Gejala-gejala kriteria B diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna

secara klinis atau gangguan dalam hal sosial,pekerjaan atau area fungsi-fungsi penting lainnya

D.      Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan mental lainnya.

Tanda dan gejala pada syndrom penghentian benzodiazepinTerdapat beberapa tanda yang timbul pada keadaan penghentian penggunaan benzodiazepin: mereka menunjukkan gejala kecemasan yang sebenarnya (rekuren), pemburukan gejala kecemasan yag sebenarnya (rebound) atau kedaruratan gejala baru (true withdrawal) :Perubahan  mood dan kognisi

Page 10: Transactional Analysis

   Cemas, khawatir , disforia, pesimis, iritabilitas, obsessif terhadap masa lalu, dan paranoidPerubahan  jam tidur    Insomnia, perubahan jam tidur dan megantuk pada siang hari.Tanda dan gejala fisik   Takikardia dan peningkatan tekanan darah, hiperefleksi, ketegangan otot, gelisah, tremor, mioklonik, nyeri otot dan persendian, mual, coryza, diaforesis, ataxia, tinitus dan kejang grand mall.Perubahan persepsi   Hiperakusis, depersonalisasi,penglihatan yang kabur, ilusi dan halusinasi.

DSM-IV-TR Diagnostik Criteria for Amphetamine Intoxication

A.      Barusan menggunakan amfetamin atau zat sejenis (mis. methylphenidate).B.      Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau perubahan

psikologis (mis. euforia atau afek tumpul,perubahan kemampuan sosial,sensitifitas interpersonal,hiperwaspada, anxietas, ketegangan atau

gusar ,perilaku sterotipik, psikomotor,gangguan penilaian atau fungsi sosial  atau pekerjaan) yang terjadi selama atau segera setelah pemakaian

amfetamin dan sejenisnya.C.      Adanya dua atau lebih tanda-tanda berikut ) yang terjadi selama atau

segera setelah pemakaian amfetamin dan sejenisnya:1.                              Taki- atau bradikardi.

2.                              midriasis.3.                              tekanan darah meningkat atau turun.

4.                              persipirasi atau menggigil.5.                              nausea atau vomitus.

6.                              penurunan berat badan.7.                              agitasi atau retardasi psikomotor.

8.                              kelemahan otot,depresi respirasi,nyeri dada atau aritmia.9.                              kebingungan,kejang,diskinesia atau koma.

D.      Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan mental lainnya.

       DSM-IV-TR: Kriteria Diagnostik Skizofrenia

A.    Gejala-gejala yang khas : 2 atau lebih dari gejala berikut yang bermakna dalam periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diterapi):

1. waham.2. halusinasi.

Page 11: Transactional Analysis

3. pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau incohorensia).4. perilaku janggal atau katatonik5. adanya gejala negatif (spt afek datar,alogia,abulia).

Cat. :  Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan jika waham-nya janggal atau jika halusinasinya berupa suara yang terus menerus mengomentari tingkah laku atau pikiran yang bersangkutan atau berisi 2 (atau lebih) suara-suara yang saling bercakap-cakap.

B.     Disfungsi sosial atau pekerjaan: 1 atau lebih dari area fungsional utama menunjukkan penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset dalam suatu rentang waktu yang bermakna sejak onset  gangguan (atau bila onset  pada masa anak-anak atau remaja terdapat  kegagalan pencapaian

tingkat interpersonal, akademik atau okupasi lainnya) seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri.

  .   C.     Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya 6

bulan. Periode 6 bulan ini meliputi 1 bulan gejala-gejala fase aktif yang memenuhi kriteria A (atau kurang bila berhasil diterapi) dan dapat juga

mencakup fase prodromal atau residual. Selama berlangsung. fase prodormal atau residual ini, tanda-tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya sebagai

gejala-gejala  negatif saja atau lebih dariatau=2 dari gejala-gejala dalam kriteria A dalam bentuk yang lebih ringan (seperti kepercayaan –kepercayaan

ganjil, pengalaman perseptual yang tidak biasa).

D.    Penyingkiran skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan mood dengan gambaran psikotik dikesampingkan karena : (1) tidak ada episode depresi, mania atau campuran keduanya yang terjadi bersamaan dengan gejala-gelala fase aktif, (2) jika episode mood terjadi intra fase aktif maka perlangsungannya relatif singkat dibanding periode fase aktif dan residual.

E.     Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau

yang disalah gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum. 

F.      Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat riwayat autistik atau gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnosa

skizofernia hanya dibuat bila juga terdapat delusi atau halusinasi yang menonjol dalam waktu sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berhasil diterapi).

Klasifikasi berdasarkan perjalanannya (longitudinal;hanya dipakai setelah minimal 1 tahun berlalu  semenjak onset  dari gejala-gejala fase aktif pertama):

Page 12: Transactional Analysis

-      Episodik dengan gejala-gejala residual interepisode (episode ditandai dengan keadaan kekambuhan dari gejala-gejala psikosis) juga tentukan jika disertai gejala-gejala negatif yang menonjol.

-      Episodik tanpa gejala-gejala residual interepisode. -      Kontinyu (gejala-gejala psikosis jelas ada sepanjang periode observasi) juga

tentukan jika disertai gejala-gejala negatif yang menonjol. -      Episode tunggal dengan remisi parsial; juga tentukan jika disertai gejala-

gejala negatif yang menonjol.-      Episode tunggal dengan remisi penuh -      Pola lainnya atau yang tidak ditentukan.

Tipe PARANOIDSuatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria:

A.    Preokupasi dgn 1 ataulebih waham atau sering berhalusinasi auditorik.B.     Gejala2 berikut tidak menonjol: pembicaraan atau perilaku yang janggal atau

katatonik atau afek datar atau inappropriate.

Tipe KACAU (DISORGANIZED)Suatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria:

A.    Semua gejala berikut menonjol:1.                              pembicaraan yang janggal.

2.                              perilaku yang janggal.3.                              afek datar atau inappropriate.

B.     Kriteria tipe katatonik tidak terpenuhi.

Tipe KATATONIKSuatu tipe skizofrenia dimana gambaran klinisnya didominasi ole 2 ataulebih

hal2 berikut:1. imobilitas motorik yg dibuktikan dgn catalepsy (termasuk waxy

flexibility) atau stupor.2. aktfitas2 motorik yg berlebihan (yg tampak tak bertujuan dan tidak

dipengaruhi oleh stimuli external).3. negativisme yg nyata (yg tampaknya penolakan tanpa motif thd semua

perintah atau mempertahankan suatu postur kaku melawan usaha untuk menggerakannya) atau mutisme.

4. gerakan spontan yg aneh spt melakukan postur tertentu (berlagak spontan yg inappropriate atau postur ganjil),gerakan stereotipik,menojolnya manerisme atau  menyerigai.

5. echolalia atau echopraxia.

Page 13: Transactional Analysis

Tipe tak tergolongkanSuatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria A tapi tidak memenuhi kriteria tipe Paranoid,Kacau atau katatonik.

Tipe RESIDUALSuatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria:

A.    tidak aadanya penonjolan waham2, halusinasi2, pembicaraan yang janggal, perilaku janggal atau katatonik.

B.     Adanya bukti perlangsunan gangguan spt yang ditunjukan olehgejala2 negatif dlm kriteria A skizofrenia dlm bentuk yg lebih lemah (keyakinan2 aneh,pengalaman2 persepsi yg tidak biasanya).

. DSM-IV-TR Kriteria Diagnostik Skizofreniform

A.      Kriteria a,d dan e dari skizofrenia terpenuhi.B.      Episode gangguan (termasuk fase prodormal,aktif dan residual)

berlangsung sedikitnya 1 bulan tapi kurang dari 6 bulan (ketika diagnosis harus dibuat tanpa menunggu pemulihan maka seharusnya dikwalifikasikan sebagai “sementara”).

Tentukan jika:  Tanpa gambaran prognosis yang baik.  Dengan gambaran prognosis yang baik yang dibuktikandengan samaatau

lebihdari 2 hal berikut:1.      onset gejala-gejala psikotik yang menonjol dalam 4 minggu sejak

diperhatikan kali pertama adanya perubahan dari perilaku atau fungsi biasanya.

2.      kebingungan atau kekacauan dalam episode psikotik.3.      fungsi sosial dan pekerjaan premorbid berlangsung bagus.4.      tidak ada afek tumpul atau datar.

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Schizoaffective DisorderA.      Suatu periode gangguan tak terputus dimana suatu saat didalamnya

terdapat episode depresif mayor, mania atau campuran bersamaan dengan gejala-gejala yang memenuhi kriteria A pada skizofrenia.Catatan: harus ada mood depresif pada Episode depresi mayor.

B.      Selama periode yang sama dari penyakit tanpa adanya gejala2 mood yang menonjol terdapat waham-waham atau halusinasi2 sedikitnya selama 2 minggu. 

C.      Adanya gejala-gejala yang memenuhi kriteria episode gangguan mood dalam porsi yang bermakan dari total durasi fase aktif dan residual penyakit.

Page 14: Transactional Analysis

D.      Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang disalah gunakan) atau oleh suatu

kondisi medis umum. 

Tentukan tipenya:  Tipe bipolar: jika gangguan ini termasuk episode mania dan depresi mayor

atau campuran.       Tpe depresif: juka hanya terdapat episode depresif mayor.

A.      An uninterrupted period of illness during witch, at some time, there is either a major depressive episode, a manic episode, or a mixed episode concurrent with symptoms that meet criterion A for schizophrenia.Note: The major depressive episode must include criterion A1: depressed mood.

B.      during the same period of illness, there have been delusions or hallucinations for at least 2 weeks in the absence of prominent mood symptoms.

C.      Symptoms that meet criteria for a mood episode are present sor a substantialportion of the total duration of the active and residual periods of the illness.

D.      The disturbance is not due to the direct physiologic effects of a substance (e.g., a drug abuse, a medication) or a general medical condition.

Specify type:Bipolar type: If the disturbance includes a manic or a mixed episode (or a manic or

mixed episode and major depressive episodes)Depressive type: If the disturbance only includes major depressive episodes

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Delusional Disorder/Gangguan Waham

A.      Waham2 tidak janggal yang sedikitnya berlangsung selama 1 bulan (mis. tentang situasi2 yg terjadidalam kehidupan nyata spt (merasa) sedang dikuntit,diracun,ditulari penyakit,dicintai dari jauh,ditipu oleh pasangan atau kekasih atau menderita suatu penyakit).

B.      Kriteria A Skizofrenia tidak terpenuhi.Cat. halusinasi taktil dan penghiduan mungkin ada sesuai dengan tema waham2.

C.      Fungsi2 tidak nyata terganggu dan perilaku tidak ganjil atau janggal meskipun terpengaruh oleh waham(-waham) atau hal-hal terkait.

D.      Jika ada gangguan episode mood bersamaandgn waham maka terjadi relatif singkat dibanding durasi episode waham.E.      Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang disalah gunakan) atau oleh suatu

kondisi medis umum.

Page 15: Transactional Analysis

Tentukan tipe (berdasarkan tema yng menonjol dari wahamnya):  Tipe Erotomania: waham tentang dirinya dicintai oleh seseorang dgn status

sosial lebih tinggi.  Tipe kebesaran: waham tentang harga diri yg

meningkat,kekusasaan,berpengetahuan  Tipe cemburu  Tpe persekutorik  Tipe somatik  Tipe campuran  Tipe tidak ditentukan

DSM-IV-TR Kriteria Diagnostik Gangguan Psikotik SingkatA.    Adanya 1 ataulebih gejala-gejala berikut:

1.      waham.

2.      halusinasi.

3.      pembicaraan yang janggal (mis. sering derailment atau incohorensia).

 Cat.: jangan masukaan gejala apabila diakui sbg respons pola budaya.         

B.     Durasi episode gangguan sedikitnya 1 hari sampai kurangdari 1 bulan dan

dapat kembali penuh berfungsi seperti keadaan premorbid.

C.     Gangguan ini tidak memenuhi kriteria gangguan mood dgn gambaran

psikotik,skizoafektif,atau skizofrenia dan tidak disebabkan ole efek fisiologis

darizat (medikasi,penyalahgunaan obat) atau kondisi medis umum.

Tentukan jiaka:

Dgn stresor(-stresor) nyata – brief reactive psychosis: jika gejala2 terjadi

tampaknya segera setelah atau respons thd kejadian tunggal atau berganda

yang akan menyebabkan stres berat pd hampir kebanyakan orang disitu dan

kebiasaan yang sama.

Tanpa stresor(-stresor) nyata: jika gejala2 psikotik tidat terjadi segera atau sbg

respons thd kejadian tunggal atau berganda yang akan menyebabkan stres

berat pd hampir kebanyakan orang disitu dan kebiasaan yang sama.

Onset postpartum: jika onsetnya dalam 4 minggu pospartum.

Page 16: Transactional Analysis

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Psychotic Dissorder due to a general medical condition/Psikotik krn Gangguan Medis

A.    Halusinasi2 atau waham2nya menonjol.B.     Adanya bukti dari riwayat,pemeriksaan fisik atau temuan laboratories yg menunjukan behwa gangguan ini adalah konsekuensi fisiologis langsung dari

suatu kondisi medis umum.C.     Gangguan ini tidak dapat dijelalaskan oleh gangguan mental lainnya.

D.    Gangguan ini tidak terjadi selama perjalanan suatu delirium.

Kode berdasarkan gejala2 predominan:  Dgn waham2            : jika gambaran wahamnya menonjol.  Dgn halusinasi2        : jika halusinasinya yang menonjol.

Cat. pengkodean: tuliskan nama dari kondisi medis umum. Pada axis I mis. Gangguan Psikotik ok Neoplasma ganas paru dgn waham; juga tuliskan

nama kondisi medis umumnya pd axis III.Jika wahm yg ada sbg bagian dari Demntia vaskuler maka tunjkan sesuai dgn

subtipe, mis. Demntia Vaskuler dgn waham.

DSM-IV TR: GANGGUAN PSIKOTIK YG DIINDUKSI ZATA.    Halusinasi2 atau waham2nya menonjol.Cat.: jangan masukan halusinasi jika

oranya mempunyai tilikan bhw dia dipengaruhi zat.B.      Adanya bukti dari riwayat,pemeriksaan fisik atau temuan laboratories yg

menunjukan (1) atau (2):C.    Gangguan ini tidak dpt dijelaskan oleh gangguan psikotik yg tidak diiduksi zat

yg dibuktikan dgn gejala2 sudah ada sebelum menggunakan zat (atau medikasi), menetap dlm jangka waktu tertentu setelah berhentinya putus zat akut atau intoksikasi berat, atau timbulnya berlebihan dibanding jumlah atau

durasi pemakaian zat, atau adanya bukti lain yg menunjukan suatu gangguan psikotik lepas yang dinduksi oleh bukan zat.  

D.    Gangguan ini tidak terjadi selama perjalanan suatu delirium.

Cat.: Diagnosis ini sebaiknya dibuat sebagai ganti Intoksikasi Zat atau Putus Zat hanya ketika gejala2nya berlebihan dari ke2 gangguan ini dan ketika

cukup berat untuk menghasilkan perhatian klinis.Kode (zat spesifik) menginduksi gangguan psikotik:292.11 Inhalan, dgn

waham; 292.12 Inhalan, dgn halusinasi; 292.11 Opioid, dgn waham; 292.12 Opioid, dgn halusinasi; 292.11 Phencyclidine (sejenisnya), dgn waham;

292.12 Phencyclidine (sejenisnya), dgn halusinasi; 291.5 Alkohol,dgn waham; 291.3 Alkohol,dgn halusinasi; 292.11 Amfetamin (sejenisnya), dgn waham;

292.12   Amfetamin (sejenisnya), dgn halusinasi; 292.11 Kanabis, dgn waham; 292.12 Kanabis, dgn halusinasi; 292.11 Kokain, dgn waham;292.12 Kokain, dgn halusinasi; 292.11 Halisinogen dgn waham; 292.12 Halusinogen dgn halusinasi; 292.11 Sedatif,Hipnotik atau Anxiolitik, dgn waham;  292.12

Page 17: Transactional Analysis

Sedatif,Hipnotik atau Anxiolitik, dgn halusinasi; 292.11 Zat lain, dgn waham; 292.12 Zat lain, dgn halusinasi.

Tentukan jika:  Dgn onst sewaktu intoksikasi: jika kriteria intoksikasi zat terpenuhi dan

gejala2nya terjadi bersamaan.   Dgn onset sewaktu putus zat: jika kriteria putus zat terpenuhi dan gejala2nya

terjadi bersamaan, segera sesudahnya.

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Major Depressive EpisodeA.    Adanya 5 ataulebih gejala2 berikut yg telah berlangsung dalam 2 minggu yg

sama dan menunjukan perubahan dari fungsi2 sebelumnya dimana salah satunya adalah mood depresif atau kehilangan minat atau rasa senang.Cat. jangan memasukan gejala2 yg jelas ok kondisi medis umum atau waham dan atau halusinasi tidak serasi mood

1.      Mood depresi berlangsung sepanjang hari pada hampir setiap hari sebagaimana dikeluhkan secara subjektif (merasa sedih atau hampa) atau diamati orang lain (terlihat berlinangan airmata).Cat pada anak dan remaja tampil sebagai mood irritable.

2.      Kehilangan minat atau kesenangan yg nyata pd semua atu hampir semua aktifitas sepanjang hari hampir setiap hari (sebagaimana yang dirasakan atau diamati org lain thd ybs).

3.      Penurunan berat badan yang bermakna tanpa diet atau peningkatannya ( perubahan berat badan lebihdari 5% sebulannya) atau adnay peningkatan atau penurunan nafsu makan.Cat. pada anak terjadi kegagalan mencapai berat badan yang diharapkan. 

4.            Insomnia atau hipersomnia pada hampir setiap harinya.5.      agitasi atau retardasi psikomotor pada hampir tiap hari (yg dpt diamati orang

lain bukan hanya perasaan subjektif restlessness atau lamban).6.      Fatigue atau kehilangan tenaga pada hampir setiap harinya.7.      perasaan tidak berharga atau rasa bersalah berlebihan atau inappropriate

(yg mgk sebagai waham) pada hampir setiap harinya.(bukan hanya menyesali atau merasa berbeban dgn keadaanya).

8.      Kehilangan kemampuan berpikir atau berkonsentrasi atau membuat keputusan pada hampir setiap harinya (sebagaimana yang dirasakan atau diamati org lain thd ybs).

9.      pikiran berulang ttg kematian ( bukan hanya perasaan takut mati), bunuh diri tanpa perencanaan atau usaha bunuh diri atau adanya rencana spesifik mengakhiri hidup.

B.     Gejala2 tdk memenuhi kriteri episode campuran.

Page 18: Transactional Analysis

C.     Gejala2 menyebabkab penderitaaan yg bermakna klinis atau hambatan sosial,pekerjaan atau area penting kehidupan lainnya.

D.    Gejala2 tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi,penyalahgunaan obat) atau kondisi medis umum (mis, hipotiroid).

E.     Gejala2 tidak termasuk: keadaan dukacita (mis. kematian seseorang yg dicintai), atau menetap lebihdari 2 bulan, atau dikarakterisir oleh gangguan fungsional yan nyata,preokupasi ttg pikiran tdk berharga,ide bunuh diri,gejala2 psikotik aatau retardasi psikomotor.    

GGN DEPRESI MAYOR, EPISODE TUNGGALA.     Adanya Episode Depresi Mayor tunggal.

B.     Episode Depresi Mayor yg ada tdk dpt digolongkan sbg ggn Skizoafektif dan tdk bertumpang tindih dgn Skizofrenia, Skizofreniform,

ggn Waham atau Psikotik YTT.C.      Tidak pernah ada episode Mania,Hipomania atau Campuran.Cat.:

penyingkiran ggn2 ini tdk bisa diterapkan apabila merupakan induksi dari zat atau medikasi atau ok efek fisiologis lsg suatu kondisi medis

umum.

Jika criteria episode Depresi Mayor terpenuhi maka tentukangambaran klinisnya saat ini:

         Ringan, sedang atau berat dgn atau tanpa gambaran psikotik.         Kronis.

         Dgn gambaran katatonik.         Dgn gambaran melankolis

         Dgn gambaran atipik         Dgn onset postpatum

Jika tidak maka tentukan juga gambarannya:         Dlm remisi parsial atau penuh

         Kronis         Dgn gambaran katatonik.         Dgn gambaran melankolis

         Dgn gambaran atipik         Dgn onset postpatum

GGN DEPRESI MAYOR, REKURENA.     Adanya 2 atau lebih Episode Depresi Mayor..Cata: kalau dianggap sbg

episode yg berbeda maka harus ada interval 2 bulan berturut yg tdk memenuhi kriteria Episode Depresi Mayor..

B.     Episode Depresi Mayor yg ada tdk dpt digolongkan sbg ggn Skizoafektif dan tdk bertumpang tindih dgn Skizofrenia, Skizofreniform,

ggn Waham atau Psikotik YTT.C.      Tidak pernah ada episode Mania,Hipomania atau Campuran.Cat.:

penyingkiran ggn2 ini tdk bisa diterapkan apabila merupakan induksi

Page 19: Transactional Analysis

dari zat atau medikasi atau ok efek fisiologis lsg suatu kondisi medis umum.

Jika kriteria episode Depresi Mayor terpenuhi maka tentukangambaran klinisnya saat ini:

         Ringan, sedang atau berat dgn atau tanpa gambaran psikotik.         Kronis.

         Dgn gambaran katatonik.         Dgn gambaran melankolis

         Dgn gambaran atipik         Dgn onset postpatum

Jika tidak maka tentukan juga gambarannya:         Dlm remisi parsial atau penuh

         Kronis          Dgn gambaran katatonik.         Dgn gambaran melankolis

         Dgn gambaran atipik         Dgn onset postpatum

Tentukan:         Penentu perjalanan longitudinal.

         Polanya mengikuti musim

Kriteria penentu tkt keparahan/psikotik/remisi dari Episode Depresi Mayor:

         Ringan: adanya bbrp gejala diagnostik yg menyebabkan hambatan minor pd fungi2 okupasional, aktifits2 sosisl atau hub dgn sesama.

         Sedang: gejala dan hambatan yg ada berada diantara ”ringan” dan ”berat”.

         Berat tanpa gambaran psikotik: adanya sejumlah gejala diagnostik (lebih dari ringan dan sedang) dimana nyata menggangu fungi2

okupasional, aktifits2 sosisl atau hub dgn sesama.          Berat dgn gambaran psikotik: terdapat waham atau halusinasi, jika

memungkinkan tentukan:-gambaran psikotik sesuai mood: waham dan halusinasi (2) yg

menetap bertema khas depresi ttg ketidak mampuan, rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilistik atu berhak menerima hukuman.

-gambaran psikotik tidak sesuai mood:  adnay waham2 persekutorik, sisip pikir, siar pikir, atau dikendalikan.

         Dlm remisi parsial: kriteria penuh Episode Depresi Mayor tidak terpenuhi atau adanya periode tanpa gejala2 khas sedikitnya 2 bulan sesudah Episode Depresi Mayor terakhir (jika bertumpang tindih dgn

ggn Distimia maka diagnosis ini yg ditegakan saat kriteria penuh Episode Depresi Mayor tidak terpenuhi).

Page 20: Transactional Analysis

         Dlm remisi penuh: tidak ada gejala dantanda bermakna Episode Depresi Mayor dlm 2 bulan terakhir.

         YTT

Kriteria penentu tkt keparahan/psikotik/remisi dari Episode Mania:

         Ringan: gejala minimal Episode Mania terpenuhi.         Sedang: adanya peningkatan tajam aktifitas2 atau ggn penilaian

         Berat tanpa gambaran psikotik: perlu adanya pengawasan kontinyu utk mencegah tindakan membahayakan diri sendir atau sesama.

         Berat dgn gambaran psikotik:, jika memungkinkan tentukan:  -gambaran psikotik sesuai mood: adanya waham atau halusinasi yg

bertema khas mania spt peningkatan harga diri,kekuatan, pengetahuan, identitas, atau punya hub khusus dgn dewa atau org

terkenal.- gambaran psikotik tidak sesuai mood:  adanya waham atau halusinasi

yg bertema tdk khas mania waham2 persekutorik, sisip pikir, atau dikendalikan.

         Dlm remisi parsial: kriteria penuh Episode Mania tdk terpenuhi atau adanya periode tanpa gejala2 khas sedikitnya 2 bulan sesudah

Episode  Mania terakhir .         Dlm remisi penuh: tdk ada gejala2 atau tanda2 khas sedikitnya 2

bulan sesudah Episode  Mania terakhir .         YTT

Kriteri penentu gambaran Katatonik          Dapat dipakai utk episode2 Depresi Mayor,Mania atau

Campuran, ggn Bipolar I, ggn Bipolar II yg berlangsung.Gambaran klinis didominasi setidaknya oleh 2 hal berikut:

1.       imobilitas motorik spt catalepsy ( termasuk flexibilitas cerea) atau stupor.

2.       aktifitas motorik berlebihan (yg tidak bertujuan dan tdk dipengaruhi stimulus eksternal).

3.       negativisme berat (resistensi tak bermotif pd semua perintah atau mempertahankan postur kaku pd tiap usaha utk menggerakannya)

atau mutisme.4.       keanehan gerakn voluter dgn membuat postur ttt (asumsi spontan

dari postur2 tdk sesuai atau janggal), gerakn2 stereotipik, manerisma atau menyeringai yg nyata.

5.       adanya echolalia atau echopraxia.

Page 21: Transactional Analysis

Kriteri penentu gambaran MelankolisDapat dipakai utk episode Depresi Mayor kini atau episode

Depresi Mayor yg berlangsung dlm ggn Bipolar I dan ggn Bipolar II.a.       Salah satu dibawah ini terjadi selama periode terparah episode kini:

1.       tiada kesenangan pada hampir atau semua aktifitas.2.       kehilangan reaksi pada stimulus yg biasanya menyenangkan (tidak

merasa lebih baik meskipun sebentar ketika terjadi sesuatu yg bagus).b.      Adanya 3 atau lebih hal berikut ini:

1.       kwalitas mood depresi yg berbeda (mis. Mood depresi yg dialami berbeda dgn ketika meninggalnya seseorang yg dicintai).

2.       depresi reguler terjadi pada pagi hari.3.       bangun pagi lebih dini, sekurang2nya 2 jam lebih awal dari biasanya.

4.       adanya retardasi atau agitasi psikomotor yg nyata.5.       adanya anorexia atau penurunan berat badan yg bermakna.

6.       rasa bersalah berlebihan atau tidak sesuai.

GGN MOOD DISEBABKAN KONDIS MEDIS UMUMA.     Ggn mood yg menonjol dan menetap mendominasi gambaran klinis

dan di karakterisir oleh 1 atau kedua hal berikut:1.           adanya mood depresi atau penrunan nyata minat atau kesenangan

pada hampir atau semua aktifitas.2.           adanya mood yg elevasi, expansif atau irritable.

B.     Adanya bukti berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik atau temuan2 laboratoris bhw ggn ini adalah konsekunsi fisilogis lsg dari suatu kondis

medis umum.C.      Ggn ini tdk dpt digolongkan sebagai ggn mental lainnya (spt. Ggn Penyesuaian dgn mod depresi sbg respons thd beban menderita suatu

kondis medis umum).D.    Ggn ini tdk hanya terjadi dlm perjalanan suatu Delirium.

E.     Gejala2 diatas menyebabkan penderitaan atau hambatan yg bermakna klinis dlm bidang2 sosial, okupasional, atau fungsional

penting lainnya.

Tentukan tpenya:         Dgn gambaran depresif: diwarnai mood depresi tetapi tdk memenuhi

kriteria penuh episode Depresi Mayor.         Dgn episode mirip Depresi Mayor: memenuhi kriteria penuh kecuali

poin D dari  Episode Depresi Mayor         Dgn gambara Mania: jika diwarnai mood2 elevasi, euforia atau

irritable.

Page 22: Transactional Analysis

         Dgn gambaran Campuran: jika gejala2 Depresi dan Mania ada tetapi tdk satupun yg menonjol.

GGN MOOD DIINDUKSI ZATA.     Ggn mood yg menonjol dan menetap mendominasi gambaran klinis

dan di karakterisir oleh 1 atau kedua hal berikut:1.       adanya mood depresi atau penrunan nyata minat atau kesenangan

pada hampir atau semua aktifitas.2.       adanya mood yg elevasi, expansif atau irritable.

B.     Adanya bukti berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik atau temuan2 laboratoris:

1.       gejala2 pd kriteria A selama atau dlm sebulan setelah intoksikasi atau putus zat.

2.       penggunaan medikasi berhubungan etiologis dgn ggn ini.C.      Ggn ini tdk dpt digolongkan sbg ggn mood yg tdk diinduksi zat dgn

pembuktian sbb: geja2 mendahului sebelum onset penggunaan zat (atau medikasi); gejala2 menetap utk wkt yg jelas (mis. 1 bulan) sesudah berhentinya putus zat akut atau intoksikasi berat atau

berlebihan dari yg diduga dgn jumlah atau lamanya pemakaian zat; atau adanya bukti keberadaan ggn mood yg bukan diinduksi zat (mis.

Ada riwayat episode Depresi Mayor rekuren).D.    Ggn ini tdk hanya terjadi dlm perjalanan suatu Delirium.

E.     Gejala2 diatas menyebabkan penderitaan atau hambatan yg bermakna klinis dlm bidang2 sosial, okupasional, atau fungsional

penting lainnya.

Cat: diagnosa sebaiknya dibuat meskipun ada dignosa Intoksikasi atau Putus Zat ketika gejal2 mood muuncul berlebihan dibanding biasanya

dgn intoksikasi atau putus zat dan ketika gejala2 cukup berat utk menjadi perhatian klinis tersendiri.

Tentukan tipe:         Dgn gambaran depresif: diwarnai mood depresi tetapi tdk memenuhi

kriteria penuh episode Depresi Mayor.         Dgn episode mirip Depresi Mayor: memenuhi kriteria penuh kecuali

poin D dari  Episode Depresi Mayor         Dgn gambara Mania: jika diwarnai mood2 elevasi, euforia atau

irritable.         Dgn gambaran Campuran: jika gejala2 Depresi dan Mania ada tetapi

tdk satupun yg menonjol.Tentukan jika:

         Dgn onset sewaktu intoksikasi: jika memenuhi kriteria intoksikasi zat dan gejala2 terjadi selama sindroma intoksikasi.

         Dgn onset sewaktu putus zat: jika memenuhi kriteria putus zat dan gejala2 terjadi selama atau segera sesudah sindroma putus zat.

Page 23: Transactional Analysis

DSM-IV-TR:  kriteria diagnostik Episode ManiaA.    Adanya periode nyata dari mood2 elevasi,expansif atau irritable yg abnormal

dan menetap sedikitnya 1 minggu ( atau lebih singkat dimana harus rawat inap).

B.     Selama periode kekacauan mood diatas terdapat 3 gejala menetap ( ataulebih atau 4 jika moodnya hanya irritable) dan pada derajat yg bermakna dari:

a)      rasa harga diri meningkat atau kebesaran.b)      kebutuhan tidur berkurang (mis. merasa telah berisitirahat walaupun hanya

tidur 3 jam).c)      lebih aktif bicara dari biasanya atau dorongan kuat bicara terus-menerus.d)     lompat gagasan atau pikiran dirasakan seperti berpacu.e)      disatraktibilitas ( perhatian terlalu mudah berpindah ke stimuli external yg

tidak penting atau berkaitan).f)       peningkatan intensitas aktifitas yg bertujuan (apakah disekolah, tempat

kerja, lingkungan sosial, atau aktifitas sexual) atau agitasi psikomotor.g)      keterlibatan berlebihab dlm aktifitas2 yg menyenangkan dimana berpotensi

menimbulkan konsekuensi yg menyakitkan (mis. kesenangan tak tertahankan utk berbelanja, perilaku sexual yg takabur, atau penanaman modal tanpa perhitungan)

C.      Gejala2 diatas tidak memenuhi kriteri episode campuran.D.    Kekacauan mood ini mampu merusak fungsi2 pekerjaan atau aktifitas2 sosial

dgn sesama, atau dibutuhkan awat inap utk mencegah tindakan membahayakan diri sendir atau orang lain, atau adanya gambaran psikotik.

E.      Gejala2 tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi,penyalahgunaan obat, atau terapi lainnya) atau kondisi medis umum (mis, hipertiroid).

Cat.: Episode mirip mania yg jelas2 disebabkan terapi somatis antidepresan (obat,ECT, terapi cahaya) tidak dimasukaan sbg Gangguan Bipolar I.

DSM-IV-TR:  kriteria diagnostik Episode CampuranA.    Terpenuhinya kriteri Episode Mania dan Episode Depresif Mayor (kecuali

durasinya) hampir setiap hari dlm periode sedikitnya 1 minggu.B.      Kekacauan mood ini mampu merusak fungsi2 pekerjaan atau aktifitas2

sosial dgn sesama, atau dibutuhkan awat inap utk mencegah tindakan membahayakan diri sendir atau orang lain, atau adanya gambaran psikotik.

C.     Gejala2 tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi,penyalahgunaan obat, atau terapi lainnya) atau kondisi medis umum (mis, hipertiroid).

Page 24: Transactional Analysis

   Cat.: Episode mirip mania yg jelas2 disebabkan terapi somatis antidepresan    (obat,ECT, terapi cahaya) tidak dimasukaan sbg Gangguan Bipolar I.

        DSM-IV-TR:  kriteria diagnostik Episode Hipomania

A.    Adanya periode nyata dari mood2 elevasi,expansif atau irritable yg abnormal dan menetap sedikitnya 4 hari yg mana jelas berbeda dgn mood non-depresi lazimnya.

B.     Selama periode kekacauan mood diatas terdapat 3 gejala memnetap (ataulebih atau 4 jika moodnya hanya irritable) dan pada derajat yg bermakna dari:

1.                              rasa harga diri meningkat atau kebesaran.2.      kebutuhan tidur berkurang (mis. merasa telah berisitirahat walaupun hanya

tidur 3 jam).3.      lebih aktif bicara dari biasanya atau dorongan kuat bicara terus-menerus.4.      lompat gagasan atau pikiran dirasakan seperti berpacu.5.      disatraktibilitas ( perhatian terlalu mudah berpindah ke stimuli external yg

tidak penting atau berkaitan).6.      peningkatan intensitas aktifitas yg bertujuan (apakah disekolah, tempat

kerja, lingkungan sosial, atau aktifitas sexual) atau agitasi psikomotor.7.      keterlibatan berlebihab dlm aktifitas2 yg menyenangkan dimana berpotensi

menimbulkan konsekuensi yg menyakitkan (mis. kesenangan tak tertahankan utk berbelanja, perilaku sexual yg takabur, atau penanaman modal bisnis tanpa perhitungan)

C.     Episode dimaksud berhubungan dgn nyatanya perubahan fungsi2 yg tidak sesuai dgn ybs ketika tidak adanya gejala. 

D.    Gangguan mood dan perubahan2 fungsi diatas dapat diamati sesama.E.     Episodenya tidak cukup kuat merusak fungsi2 pekerjaan atau aktifitas2

sosial dgn sesama, atau dibutuhkan awat inap, atau adanya gambaran psikotik.

F.      Gejala2 tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi,penyalahgunaan obat, atau terapi lainnya) atau kondisi medis umum (mis, hipertiroid).

Cat.: Episode mirip mania yg jelas2 disebabkan terapi somatis antidepresan (obat,ECT, terapi cahaya) tidak dimasukaan sbg Gangguan Bipolar II.

DSM-IV-TR:  kriteria diagnostik GANGGUAN DISTIMIA

Page 25: Transactional Analysis

A.    Berlangsungnya mood depresif hampir sepanjang  dan setiap hari yg dikeluhkan ybs atau diamati sesama  selama sedikitnya 2 tahun.Cat.: pada anak2 dan remaja mood dapat irrritable dgn durasi sedikitnya 1 tahun.

B.     Terdapatnya 2 ataulebih hal2 berikut:1.      nafsu makan buruk atau makan berlebihan2.      insomnia atau hipersomnia3.      loyo atau letih4.      rendah diri5.      konsentrasi buruk atau sulit membuat keputusan6.      perasaan putus asaC.     Tidak pernah bebas gejala2 kriteria A dan B lebih dari 2 bulan selama

periode 2 tahun pertama  gangguan (1 tahun untuk anak2 dan remaja).D.    Tidak pernah terdapat episode Depresi Mayor selama periode 2 tahun

pertama gangguan (1 tahun untuk anak2 dan remaja) dan tidak dapat digolongkan sebagai Ggn Depresi Mayor kronis atau Ggn Depresi Mayor dlm remisi parsial.Cat.: dapat didahului episode Depresi Mayor dgn remisi penuh (bebas gejala selama 2 bulan) sebelum terjadinya ggn Distimia atau mgk tumpang tindih dgn episode depresi mayor dimana kedua diagnosa dapat diberikan.

E.     Tidak pernah ada episode mania,campuran atau hipomania dan tidakmemenuhi kriteria siklotimia.

F.      Gangguan ini tidak terjadi dalam perjalanan ggn psikotik kronis spt skizofrenia atau ggn waham.

G.    Gejala2 tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi,penyalahgunaan obat) atau kondisi medis umum (mis, hipotiroid).

H.    Gejala2 diatas menyebabkan penderitaan dan hambatan bermakna klinis dlm fungsi sosial,pekerjaan atau area fungsional penting lainnya.

 Tentukan jika:Onset dini: jika dialami sebelum usia 21 tahun.Onset tertunda: jika dialami sesudah usia 21 tahun.Dgn gambaran atipik.

DSM-IV-TR kriteria diagnostik Gangguan SIKLOTIMIAA.    Sering munculnya periode gejala2 hipomania dan depresi yg tidak memnuhi

kriteria episode depresi mayor sedikitnya selama 2 tahun. Cat.: pada anak2 dan remaja durasi sedikitnya 1 tahun.

B.     Selama periode 2 tahun diatas (pada anak2 dan remaja durasi sedikitnya 1 tahun), ybs tidak pernah bebas dari gejala2 kriteria A lebihdari 2 bulan.

C.     Tidak pernah ada episode dpresi mayor, mania, atau campuran pada 2 tahun pertama ggn.

Page 26: Transactional Analysis

D.    Gejala2 kriteria A tidak dapat digolongkan sebagai skizoafektif dan bertumpang tindih dgn ggn skizofrenia, skizofreniform, waham atau psikotik tak tertentukan.

E.     Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi,penyalahgunaan obat) atau kondisi medis umum (mis, hipertiroid).

F.      Gejala2 diatas menyebabkan penderitaan dan hambatan bermakna klinis dlm fungsi sosial,pekerjaan atau area fungsional penting lainnya.

DSM-IV-TR kriteria diagnostik Serangan PANIKAdanya suatu periode ketakutan mencekam atau tidak nyaman yg khas dimana gejala2 berikut terjadi mendadak dan memuncak dlm 10 menit:

1.      palpitasi, jantung berdebar keras, atau berpacu.2.      berkeringat

3.      gamang atu gemetaran4.      rasa napas memendek atau dibekap

5.      rasa tercekik6.      nyeri atau atau tidak nyamannya dada

7.      nausea atau gangguan perut8.      pusing, bergoyang, pening atau berkunang-kunang

9.      derealisasi atu depersonalisasi10.  ketakutan lepas kendali atai menjadi sinting

11.  ketakutan menghadapi maut12.  paresthesia

13.  menggigil atau wajah memanasCat.: Serangan panik bukanlah gangguan berkode tersendiri, tentukan diagnosis

dimana panik terjadi ( mis.Agoraphobia dgn panik).

      DSM-IV-TR kriteria diagnostik Agoraphobia

A.    Anxietas berada di tempat atau situasi dimana menyelamatkan diri mgk sulit (atu memalukan) atau tiada pertolongan pada saat terjadi serangan atau mirip

panik yg tak terduga atau situasional.Agoraphobia khas terjadi pd sekelompok situasi ketika sendirian diluar rumah, ditengah keramaian atau

antrian, diatas jembatan, bepergian dgn bis, kereta api atau mobil.Cat.: pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika penghindaran hanya pada 1 atau beberapa situsi spesifik, atau Phobia Social bila terbatas pd situasi2 sosial.

Page 27: Transactional Analysis

B.     Situasi2 diatas dihindari ( membatasi perjalanan) atau terpaksa dijalani dgn berbeban atu dgn kecemasan akan mengalami serangan panik (atau mirip)

atau membutuhkan teman pendamping.C.     Penghindaran kecemasan dansieuasi fobik tidak dapat digolongkan sbg ggn

mental lainnya spt Phobia Sosial, phobia spesifik, OCD, PTSD, atau ggn Kecemasan Perpisahan.

Cat.: Agoraphobia bukanlah gangguan berkode tersendiri, tentukan diagnosis dimana ggn ini terjadi ( mis.Agoraphobia dgn panik atau tanpa riwayat panik).

DSM-IV-TR: kriteria diagnostik GANGGUAN CEMAS MENYELURUHA.    Kecemasan dan kekhawatiran berlebihan ( harap-harap cemaans) pd

berbagai kejadian atau kegiatan (spt disekolah, tempat kerja) yg berlangsung lebihdari 6 bulan.

(Excessive anxiety and worry (apprehensive expectation), occurring more days than not for a least 6 months, about a number of events or activities (such as work or school performance). 

B.     Ybs menyadari tidak dapat kekhawatiran diatas.(The person finds it difficultto control the worry. )

C.    Kecemasan dan kekhawatiran berhubungan dgn 3 atau lebih dari 6 gejala berikut yg berlangsung lebihdari 6 bulan.Cat.: hanya 1 saja untuk

diagnosa pd anak2.1.            gelisah, merasa tegang atau campuran keduanya

2.            gampag letih.3.            sukar berkonsentrasi atau pikiran kosong

4.            irritable5.            tegang otot

6.            gangguan tidur (sulit tertidur atau mempertahankannya, terasa kurang atau tidak puas)

(The anxiety and worry are associated with three (or more) of the following six simptoms (with at least some simptoms present for more days than not for the past 6 months). Note: Only one item is required in children.

(1)  restlessness or feeling keyed up or on edge(2)  being easily fatigued(3)  difficulty concentrating or mind going blank(4)  irritability(5)  muscle tension(6)  sleep disturbances (difficulty falling or staying asleep, or restles, unsatisfying

sleep) )D.    Inti kecemasan dan kekhawatiran berlebihan ini mengambang, tidak

jelas spt gambaran gangguan axis I.Contohnya  kecemasan dan kekhawatiran bukan tentang akan mengalami serangan panik (ggn

Page 28: Transactional Analysis

panik), akan dipermalukan dimuka umum ( phobia sosial), tercemar (OCD), jauh dari rumah atau saudara dekat (ggn cemas perpisahan), menjadi gemuk (anorexia nervosa), mengalami berbagai ggn somatis

(ggn somatisasi), memiiliki suatu penyakit serius (hipokondriasis) dan tidak terjadi hanya selama ggn cemas pasca trauma.

(The focus of the anxiety and worry is not confined to features of on Axis I disorder, for example, the anxiety or worry is not about having a panic attack (as in panic disorder), being embarassed in public (as in social phobia), being contaminated (as in obssesive-compulsive disorder), being away from home or  close relatives (as in separations anxiety disorder), gaining weight (as in anorexia nervosa), having multiple physical complaints (as in somatization disorder), or having a serious illness (as in hypochondriasis), and the anxiety and worry do not occur exclusively during posttraumatic stress disorder.)

E.     Kecemasan, kekhawatiran atau gejala2  fisik diatas menyebabkan penderitaan dan hambatan bermakna klinis dlm fungsi sosial,pekerjaan

atau area fungsional penting lainnya.( The anxiety, worry, or physical symptoms cause clinically significant distress or impairment in social, occupational, or other important areas or functioning.)

F.     Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi,penyalahgunaan obat, atau terapi lainnya) atau kondisi medis

umum (mis, hipertiroid) dan tidak terjadi hanya selama ggn mood, psikotik atu suatu ggn perkembangan pervasif.

( The disturbance is not due to the direct physiologic effects of a substance (e.g., a drug of abuse, a medication ) or a general medical

condition(e.g.,hyperthyroidism) and does not occur excusivelyduring a mood disorder, a psychotic disorder, or a pervasive development

disorder.)

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Social PhobiaA. A marked an persistent fear of one or more social or performance

situations in which the person is exposed to unfamiliar people or to posible scrutiny by others. The individual fears that he or she will act in a way (or show anxiety symptoms) that will be humiliating or embrassing. Note: In children, there must be evidence of the capacity for age approppriate social relationships with familiar people and the anxiety must occur in peer settings, not just in interactions with adults.Ketakutan yg nyata dan menetap dari 1 atau lebih situasi atau penampilan dimana ybs terpapar dgn orang2 yg tidak dikenal atau merasa ditelanjangi oleh org lain.Ketakutan2 individu yaitu dia akan bertingkah (atau menunjukan gejala ansietas) yg akan dihina atau dipermalukan.Cat. pd anaka2. harus ada bukti2 kapasitas hubungan social yg sesuai dgn org yg dikenal dan ansietasnya harus terjadi dlm konteks kelompok anak seumurnya bukan hanya

Page 29: Transactional Analysis

dgn orang dewasa.B. Exposure to the feared social situation almost invariably provokes

anxiety, which may take the form of a situasionally bound or situasionally predisposed panic attack. Note: In children, the anxiety may be expressed by crying, tantums, freezing, or shrinking from social situations with unfamiliar people.Ansietas hampir selalu tercetus ketika terpapar dgn stuasi2 sosial  terkait yg ditakutkan yg mgk saja merupakan predisposisi terhadap serangan panic.Cat. pd anak2, ansietas mgk ditunjukan lewat menangis, meledak kemarahannya, kaku terdiam, atau menjauhkan diri dari situasi2 dgn orang2 tak dikenalnya.

C. The person recognizes that the fear is excessive or unreasonable. Note: In children, this feature may be absent.Ketakutan mana disadari ybs sbg berlebihan atau tidak beralasan. Cat. pd anak2, gambaran ini mgk tidak ada.

D. The feared social or performance situations are avoided or else are endured with intense anxiety or distress.Situasi2 sosial atau penampilan yg ditakuti dihindarinya atau dijalani dgn ansietas yg kuat atau menderita karenanya.

E.  The avoidance, anxious anticipation, or distress in the feared social or performance situation(s) interferes significantly with the person's normal routine,occupational (academic) functioning, or social activities or relationships, or there is marked distress about having the phobia.Penghindaran, kecemasan antisipatif atau penderitaan dlm situasi2 sosial atau penampilan yg ditakuti menginterfensi secara bermakna dlm rutinitas noramal, fungsi okupasi (akademik) atau hubungan2 adan aktifitas social pasien atau adnya penderitaan yg nyata ok mengalami fobia ini.

F.  In individuals under age 18 years, the duration is at least 6 months.Pada individu berusia <18 tahun,durasi sedikitnya 6 bulan.

G. The fear or avoidance is not due to the direct physiologic effects of a substance (e.g., a drug of abuse, a medication) or a general medical condition and is not better accounted for by another mental disorder (e.g., panic disorder with or without agoraphobia, separation anxiety disorder, body dysmorphic disorder,a pervasive developmental disorder, or schizoid personality disorder).Ketakutan atau penghindaran tidak disebabkan efek fisilogis lsg dari zat (drug abuse, medikasi) atau suatu kondis medis umum dan tidak dpt digolongkan pd ggn mental lainnya (mis. Ggn Panik dgn/tanpa Agorafobia,Cemas Perpisahan,Dismorfik,Perkembangan Pervasif,Kepribadian Schizoid)

H. If a general medical condition or another mental disorder is present, the fear in Criteterion A is unrelated to it (e.g., the fear is not of stuttering, trembling in Parkinson's disease, or exhibiting abnormal eating behavior in anorexia nervosa or bulimia nervosa).

Page 30: Transactional Analysis

Jika terdapat suatu kondis medis umum atau ggn mental lainnya maka hal ini tdk berhungan dgn ketakutan pd kriteria A (cth. Ketakutan pd gagap, kegentaran pd Parkinson atau menunjukan perilaku makan abnormal pd Anorexia  atau Bulimia Nervosa)Specify if:

     Generalized: If the faer include most social situations (also consider the additional diagnosis of avoidant personality disorder).

 Tentuka jika: Menyeluruh: jika ketakutan terjadi pd semua situasi2 sosial (pertimbangkan juga diagnosis tambahan Ggn Kepribadian Menghindar )

DSM-IV-TR Kriteria Diagnostik Gangguan SomatoformA.     A history of many physical complaints beginning before age 30 years that

occur over a period of several years and result in treatment being sought or significant impairment in social, occupational, or other important areas of functioning. Adanya riwayat keluhan-keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang berlangsung dalam periode beberapa tahun dan mencari-cari penyembuhannya atau terjadi hambatan bermakna dalam fungsi-fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.

B.     Each of the following criteria must have been met, with individual symptoms occurring at any time during the course of the disturbance Setiap kriteria berikut selama ini harus terpenuhi dimana gejala-gejala individu terjadi pada suatu waktu dalam perjalanan gangguan:

1.       Four pain symptoms ; a history of pain related to at least four different sites or functions ( e. g., head, abdomen, back, joints, extremities, chest, rectum, during menstruation, during sexual intercourse, or during urination ). 4 gejala nyeri: riwayat nyeri pada minimal 4 tempat atau fungsional (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, sewaktu coitus atau miksi).

2.       Two gastrointestinal symptoms : a history of at least two gastrointestinal symptoms other than pain (e. g., nausea, bloating, vomiting other than during pregnancy, diarrhea, or intolerance of several different foods ). 2 gejala-gejala gastrointestinal: riwayat sedikitnya 2 gejala gastrointestinal selain nyeri (misalnya nausea, meteorismus, vomitus diluar kehamilan, diare, intoleransi beberapa jenis makanan).

3.       One sexual symptom : a history of at least one sexual or reproductive symptom other than pain ( e. g., sexual indifference, erectile or ejaculatory dysfunction, irregular menses, excessive menstrual bleeding, vomiting throughout pregnancy ). 1 gejala sexual: riwayat sedikitnya ada 1 gejala sexual atau …… reproduksi selain nyeri (misalnya indiferen sexual,

Page 31: Transactional Analysis

disfungsi ereksi atau ejakulasi, haid irregular, hipermenorrhea, vomitus sepanjang masa kehamilan).

4.       One pseudoneurologic symptom : a history of at least one symptom or deficit suggesting a neurologic condition not limited to pain ( conversion symptoms such as impaired coordination or balance, paralysis or localized weakness, difficulty swallowing or lump in throat, aphonia, urinary retention, hallucinations, loss of touch or pain sensation, double vision, blindness, deafness, seizures ; dissociative symptoms such as amnesia ; or loss of consciousness other than fainting ). 1 gejala pseudoneurologis: riwayat sedikitnya 1 gejala atau deficit yang mengarah pada suatu kondisi neurologis yang tidak hanya nyeri (gejala-gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisa atau kelemahan lokal, sukar menelan atau terasa adanya massa di tenggorok, aphonia, retensi urinae,  halusinasi, kehilangan sensasi nyeri dan raba, visus ganda, kebutaan, tuli, kejang; gejala-gejala disosiatif seperti amnesia; kehilangan kesadaran selain pingsan).

C.      Either (1) or (2) Adanya 1 atau 2:1.       After appropiate investigation, each of the symptoms in Criterian B cannot

be fully explained by a known general medical condition or the direct effects of a substance ( e. g., a drug of abuse, a medication ). Setelah penelitian

yang sesuai; gejala-gejala pada kriteria B tidak dapat dijelaskan berdasarkan kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dari

zat (penyalahgunaan obat atau medikasi)2.       When there is a related general medical condition, the physical complaints

or resulting social or occupational impairment are in excess of what would be expected from the history, physical examination, or laboratory findings. Ketika

ada kaitan dengan suatu kondisi medis umum, keluhan-keluhan fisik atau hambatan sosial atau pekerjaan adalah berlebihan berdasarkan

riwayat, pemeriksaan fisik atau temuan-temuan laboratorium.D.    The symptoms are not intentionally feigned or produced ( as in factitious

disorder or malingering ). Gejala2 tidak (dimaksudkan) dibuat-buat atau disengaja (seperti pada gangguan buatan atau malingering).

DSM -IV-TR diagnoctic Criteria for Conversion Disorder

A.  One or more symptoms or deficit affecting voluntary motor or sensory function that suggest to neurogical or other general medical condition. 1 atau lebih gejala atau defisit pada fungsi motorik volunter atau sensoris yang mencerminkan gangguan neurologis atau kondisi

Page 32: Transactional Analysis

medis umum lain.B. Psychological factors are judged to be associated with the symptom or

deficit because the initiation oe exacerbation of the symptom or deficit in preceded by conflicts or other stressor. Faktor psikologis ditenggarai berhubungan dengan gejala atau defisit oleh karena permulaan atau eksaserbasinya didahului konflik atau streso lainnyar.

C. The symptom or deficit is not intentionally produced or feigned ( as in factitious disorder or malingering). Gejala-gejala atau defisit-defisit tidak dimaksudkan demikian atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau malingering).

D. The symptom or deficit cannot, after appropriate investigation, be fully explained by a general medical condition, or by the direct effects of a culturally sanctioned behaviour or experience. Sebuah penelitian yang sesuai, gejala atau defisit tidak dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi medis umum atau efek langsung zat, atau sebagai budaya lokal atau pengalaman.

E.    The symptom or deficit causes clinically significant distress or impairment in social, occupational or other important areas of functioning or warrants medical evaluation. Gejala dan defisit menyebabkan penderitaan klinis atau hambatan nyata dalam fungsi-fungsi sosial, pekerjaan atau area penting lainnya atau dapat surat evaluasi  status kesehatan..

F.    The symptom or deficit is not limited to pain or sexual dysfunction, does not occur exclusively during the course of somatization disorder, and is not better accounted for by another mental disorder. Gejala dan defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi sexual, tidak terjadi dalam perjalanan  gangguan somatisasi dan bukanjenis  gangguan mental lainnya. Spesify type of symptom or deficit :With motor symptom or deficitWith sensory symptom or deficitWith seizures or convulsionsWith mixed presentation  .Tentukan  tipe gejala dan defisit:

a. dengan gejala atau defisit motorikb. dengan gejala atau defisit sensorisc. dengan kejang atau konvulsid. tampil campuran

DSM-IV-TR: Kriteria diagnostik Phobia spesifik

Page 33: Transactional Analysis

A.    Ketakutan menetap dan nyata yg berlebihan atau tidak masuk akal terhadap atu antisipasi objek spesifik atau situasi (spt penerbangan, ketinggian,hewan,

saat disuntik, melihat darah)B.           Ketika terpapar pd stimulus phobik hampir selalu mencetus kecemasan

mendadak yg dapat menjadi serangan panik berkaitan dgn hal itu.Cat. pd anak-anak, kecemasan ditunjukan dgn menangis, mengamuk, mematung,

atau memeluk (seseorang). C.     Ybs menyadari ketakutan ini berlebihan atau tidak masuk akal.Pada anak

hal ini tidak ada.D.    Situasi2 phobik dihindari atau dirasakn dgn kecemasan kuat atau

penderitaan.  E.     Penghindaran, kecemasan antisipatif, atau penderitaan pada situasi2 yg

ditakutkan menganggu secara bermakna pd rutinitas normal ybs,pekerjaan (atau akademik) atau aktifitas sosial atau hubungan lainnya atau adanya

penderitaan yg nyata ttg phobianya.  F.                                                                        Jika berusia kurang dari 18 tahun maka durasinya minimal 6 bulan.

G.    Kecemasan, serangan panik, penghindaran objek atau situasi spesifik tidak dapat dikategorikan pd ggn mental lainnya spt OCD,PTSD, Kecemasan

perpisahan, Phobia sosial, panik dgn agoraphobia atau agora phobia tanpa riwayat panik.Tentukan tipe:

1.      hewan ttt 2.      lingkungan alami (ketinggian, badai, air)

3.      luka suntikan4.      situsional (pesawat, elevator, tempat tertuutp)

5.      lainnya (penghindaran phobik dpt menimbulkan rasa tercekik,muntah, penyakit; pd anak sbg penhindaran suara keras atau tokoh berkostum)

Gangguan SomatisasiE.        Adanya riwayat keluhan-keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30

tahun yang berlangsung dalam periode beberapa tahun dan mencari-cari penyembuhannya atau terjadi hambatan bermakna dalam fungsi-

fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.F.        Setiap kriteria berikut selama ini harus terpenuhi dimana gejala-

gejala individu terjadi pada suatu waktu dalam perjalanan gangguan:1.         4 gejala nyeri: riwayat nyeri pada minimal 4 tempat atau fungsional

(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, sewaktu coitus atau miksi).

Page 34: Transactional Analysis

2.       2 gejala-gejala gastrointestinal: riwayat sedikitnya 2 gejala gastrointestinal selain nyeri (misalnya nausea, meteorismus, vomitus

diluar kehamilan, diare, intoleransi beberapa jenis makanan).3.       1 gejala sexual: riwayat sedikitnya ada 1 gejala sexual atau ……

reproduksi selain nyeri (misalnya indiferen sexual, disfungsi ereksi atau ejakulasi, haid irregular, hipermenorrhea, vomitus sepanjang

masa kehamilan).4.        1 gejala pseudoneurologis: riwayat sedikitnya 1 gejala atau deficit

yang mengarah pada suatu kondisi neurologis yang tidak hanya nyeri (gejala-gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau

keseimbangan, paralisa atau kelemahan lokal, sukar menelan atau terasa adanya massa di tenggorok, aphonia, retensi urinae,  halusinasi, kehilangan sensasi nyeri dan raba, visus ganda, kebutaan, tuli, kejang; gejala-gejala disosiatif seperti amnesia; kehilangan kesadaran selain

pingsan).G.       Adanya 1 atau 2:

1.         Setelah penelitian yang sesuai; gejala-gejala pada kriteria B tidak dapat dijelaskan berdasarkan kondisi medis umum yang dikenal atau

efek langsung dari zat (penyalahgunaan obat atau medikasi)2.       Ketika ada kaitan dengan suatu kondisi medis umum, keluhan-keluhan fisik atau hambatan sosial atau pekerjaan adalah berlebihan

berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik atau temuan-temuan laboratorium.

H.       Gejala2 tidak (dimaksudkan) dibuat-buat atau disengaja (seperti pada gangguan buatan atau malingering).

DSM -IV-TR Kriteria Diagnostik Gangguan Konversi

G.    One or more symptoms or deficit affecting voluntary motor or sensory function that suggest to neurogical or other general medical condition. 1 atau lebih gejala atau defisit pada fungsi motorik volunter atau sensoris yang mencerminkan gangguan neurologis atau kondisi medis umum lain.

H. Psychological factors are judged to be associated with the symptom or deficit because the initiation oe exacerbation of the symptom or deficit in preceded by conflicts or other stressor. Faktor psikologis ditenggarai berhubungan dengan gejala atau defisit oleh karena permulaan atau eksaserbasinya didahului konflik atau streso lainnyar.

I. The symptom or deficit is not intentionally produced or feigned ( as in factitious disorder or malingering). Gejala-gejala atau

Page 35: Transactional Analysis

defisit-defisit tidak dimaksudkan demikian atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau malingering).

J. The symptom or deficit cannot, after appropriate investigation, be fully explained by a general medical condition, or by the direct effects of a culturally sanctioned behaviour or experience. Sebuah penelitian yang sesuai, gejala atau defisit tidak dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi medis umum atau efek langsung zat, atau sebagai budaya lokal atau pengalaman.

K.    The symptom or deficit causes clinically significant distress or impairment in social, occupational or other important areas of functioning or warrants medical evaluation. Gejala dan defisit menyebabkan penderitaan klinis atau hambatan nyata dalam fungsi-fungsi sosial, pekerjaan atau area penting lainnya atau dapat surat evaluasi  status kesehatan..

L.    The symptom or deficit is not limited to pain or sexual dysfunction, does not occur exclusively during the course of somatization disorder, and is not better accounted for by another mental disorder. Gejala dan defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi sexual, tidak terjadi dalam perjalanan  gangguan somatisasi dan bukanjenis  gangguan mental lainnya. Spesify type of symptom or deficit :With motor symptom or deficitWith sensory symptom or deficitWith seizures or convulsionsWith mixed presentation  .Tentukan  tipe gejala dan defisit:

a. dengan gejala atau defisit motorikb. dengan gejala atau defisit sensorisc. dengan kejang atau konvulsid. tampil campuran

DSM-IV-TR  diagnoctic Criteria for HypochomdriosisA.  Preoccupation with fears of having, or the idea thatb one has, a serious

disease based on the person’s misinterpretation of boidly symptoms. Preokupasi dengan ketakutan bahwa yang bersangkutan mempunyai atau adanya idea tentang penyakit serius berdasarkan misinterpretasi

ybs dengan gejala-gejala tubuhnya.

Page 36: Transactional Analysis

B.   The preoccupation persists despite appropriate medical evaluation and reassurance. Preokupasi ini menetap meskipun adanya evaluasi medis

yang memadai disertai penjelasan utk meyakinkannya.C.      The belief in Criterian A is not of delusional intensity ( as in delusional disorder, somatic type ) and is not restricted to a circumscribed concern about

apperance ( as in body dysmorphic disorder ). Keyakinan pada A tidak setingkat waham (seperti pada gangguan waham tipe somatis) dan

tidak hanya pada kepedulian tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik).

D.   The preoccupation causes clinically significant distress or impairment in social, occupational, or other important areas of functioning. Preokupasi ini

menyebabkan penderitaan yang bermakna klinis atau di area-area sosial, okupasional, dan yang penting lainnya.

E.    The duration of the disturbance is at least 6 months. Durasi gangguan sedikitnya 6 bulan.

F.    The preoccupation is not better accounted for by generalized anxiety disorder, obsessive-compulsive disorder, panic disorder, a major depressive episode, separation anxiety, or another somatoform disorder. Preokupasi

tidak dapat digolongkan sebagai gangguan cemas menyeluruh, OCD, panik, depresif mayor, cemas perpisahan atau gangguan somatoform

lainnya.

Specify if : With poor insight : if, for most of the time during the current episode, the person does not recognized that the concern about having a serious

illness is excessive or unreasoneable.Tentukan  jika: dengan tilikan buruk maka pada sepanjang waktu, terutama kini, yang bersangkutan tidak menyadari bhw keprihatinan

mampunyai suatu penyakit serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.

 

DSM -IV-TR Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

A.   Pain in one or more anatomic sites is the predominat focus of the clinical presentation and is of sufficient severity to warrant clinical attention. Nyeri pada 1 atau lebih distribusi anatomis adalah fokus yang menonjol dari gambaran klinis yang cukup parah sehingga diperhatikan secara klinis.

B.   The pain causes clinically significant distress or impairment in social, occupational, or other important area of functioning. Nyeri tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang bermakna klinis di area sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.

Page 37: Transactional Analysis

C.   Psychological factors are judged to have an important role in the onset , severity, exacerbation, or maintenance of the pain. Faktor psikologis ditenggarai berperan penting dalam onset, keparahan, eksaserbasi atau menetapnya nyeri.

D.   The symptom or deficit is not intentionally produced or feigned ( as in factitious disorder or malingering). Gejala-gejala atau defisit tidakdimaksudkan demikian  atau berpura-pura (seperti pada gangguan buatan atau malingering).

E.   The pain is not better accounted for by a mood , anxiety, or psychotic disorder and does not meet criteria for dyspareunia. Nyeri tidak dapat dikategorikan sebagai gangguan mood, anxietas atau psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareuni.

Code as follows :Pain disorder associated with psychological factors : psychological factors are judge to have the major role in the onset , severity, exacerbation, or maintenance of the pain. ( If a general medical condition is present , it does not have a major role in the onset , severity, exacerbation, or maintenance of the pain). This type of pain disorder is not diagnosed if criteria are also met for somatization disorder.Pengkodean: Gangguan nyeri terkait faktor psikologis: faktor-faktor psikologis ditenggarai berperan penting dalam onset, keparahan, eksaserbasi atau menetapnya nyeri (jika terdapat suatu kondisi medis umum maka hal itu bukan utama). Tipe gangguan nyeri ini tidak didiagnosa jika memenuhi kriteria gangguan somatisasi.Specify if :Acute : duration of less than 6 monthsChronic :duration of 6 months or longerPain disorder associatedwith both psychological factors and a general medical condition : both psychological factors and a general medical condition are judged to have important roles in the onset, severity, exacerbation, or maintenance of the pain. The associated general medical condition or anatomic site of the pain. The associated general medical condition or anatomic site of the pain is coded on axis III.Tentukan jika:

         Akut: durasinya kurang dari 6 bulan         Kronik: durasinya > 6 bulan

Gangguan nyeri terkait faktor-faktor psikologis dan kondisi medis umum: keduanya ditenggarai berperan penting pada onset, keparahan, eksaserbasi atau kambuhannya nyeri..Kondisi medis umumdam lokasi anatomisnya dimasukan pada axis III

Specify if :Acute :duration of less than 6 months      Chronic :duration of 6 months or longer.     Tentukan jika:

Page 38: Transactional Analysis

         Akut: durasinya kurang dari 6 bulan         Kronik: durasinya > 6 bulan

HipokondriasisG.     Preokupasi dengan ketakutan bahwa yang bersangkutan mempunyai

atau adanya idea tentang penyakit serius berdasarkan misinterpretasi ybs dengan gejala-gejala tubuhnya.

H.    Preokupasi ini menetap meskipun adanya evaluasi medis yang memadai disertai penjelasan utk meyakinkannya.

I.        Keyakinan pada A tidak setingkat waham (seperti pada gangguan waham tipe somatis) dan tidak hanya pada kepedulian tentang

penampilan (seperti pada gangguan dismorfik).J.        Preokupasi ini menyebabkan penderitaan yang bermakna klinis atau

di area-area sosial, okupasional, dan yang penting lainnya.K.     Durasi gangguan sedikitnya 6 bulan.

L.      Preokupasi tidak dapat digolongkan sebagai gangguan cemas menyeluruh, OCD, panik, depresif mayor, cemas perpisahan atau

gangguan somatoform lainnya.Tentukan  jika: dengan tilikan buruk maka pada sepanjang waktu,

terutama kini, yang bersangkutan tidak menyadari bhw keprihatinan mampunyai suatu penyakit serius adalah berlebihan atau tidak masuk

akal. 

Gangguan DismorfikA.     Preokupasi dengan defek imajinasi pada penampilan. Jika terdapat

anomali fisik yang ringan maka kepeduliannya thd hal itu sangat berlebihan.

B.     Preokupasi ini menyebabkan penderitaan yang bermakna klinis atau di area-area sosial, okupasional, dan yang penting lainnya.

C.     Preokupasi ini tidak dapat digolongkan pada gangguan mental lainnya (mis. ketidakpuasan dgn bentuk dan ukuran tubuh seperti

pada Anorexia nervosa).

Kriteria Diagnosis Amnesia Disosiatif

A.     Gangguan utama berupa satu atau lebih episode ketidakmampuan untuk

Page 39: Transactional Analysis

mengingat kembali informasi pribadi yang, biasanya karena trauma atau stres alamiah, dimana terlalu luas untuk dijelaskan sebagai kelalaian biasa.

B.     Gangguan tidak timbul begitu saja selama terjadinya gangguan identitas, fugu disosiatif, gangguan stress post trauma, gangguan stress akut atau gangguan somatisasi dan ini bukan karena efek psikologi langsung dari zat (con: gangguan amnestik yang disebabkan trauma kepala).

C.     Gejala yang disebabkan oleh distress klinis yang signifikan atau kerusakkan dalam lingkungan sosial, pekerjaan atau daerah fungsional penting lainnya.

Diposkan 13th March 2012 oleh Fredy Didy Senduk,dr. 1

Lihat komentar 2.

Mar13

TANDA DAN GEJALA GANGGUAN PSIKIATRIK

TANDA DAN GEJALA GANGGUAN PSIKIATRIKSumber: Kairupan BHR,Elim Ch.,Kandou LFJ,Suak D, Bahan Ajar

Psikiatri,Bagian Psikiatri FK Unsrat,Manado,2007Tanda (sign) adalah temuan objektif yang diobservasi oleh dokter

sedangkan gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Suatu sindrom adalah kelompok tanda dan/atau

gejala yang terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang

jelas. Dalam kenyataannya, sebagian besar kondisi psikiatrik adalah sindrom. Kemampuan mengenali tanda dan gejala spesifik memungkinkan

dokter dapat mengerti dalam berkomunikasi dengan dokter lain, membuat diagnosis secara akurat, menangani pengobatan dengan berhasil,

memperkirakan prognosis dengan dapat dipercaya, dan menggali masalah psikopatologi, penyebab dan psikodinamika secara menyeluruh.Secara garis besar tanda dan gejala psikiatrik mempunyai akar dalam

perilaku normal dan mewakili berbagai titik dalam spektrum perilaku dari normal sampai patologis.

Tanda dan gejala psikiatri tersebut adalah sebagai berikut :

II.1.  KESADARANGangguan Kesadaran:

1.      Disorientasi: gangguan orientasi waktu, tempat atau orang.

Page 40: Transactional Analysis

2.      Kesadaran yang berkabut: kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap.

3.      Stupor: hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling. 4.      Delirium: kebingungan, gelisah, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai

dengan rasa takut dan halusinasi. 5.      Koma: derajat ketidaksadaran yang berat.

6.      Koma vigil: koma di mana pasien tampak tertidur tetapi segera dapat dibangunkan (juga dikenal sebagai mutisme akinetik).

7.      Keadaan temaram (twilight state): seringkali digunakan secara sinonim dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor.

8.      Somnolensi: mengantuk abnormal yang paling sering ditemukan pada proses organik.

II.2.  PERHATIANPerhatian adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan

pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.

Gangguan Perhatian:1.      Distraktibilitas: ketidakmampuan untuk memusatkan atensi; penarikan

atensi kepada stimulasi eksternal yang tidak penting atau tidak relevan. 2.      Inatensi selektif: hambatan hanya pada hal-hal yang menimbulkan

kecemasan. 3.      Hipervigilensi: pemusatan perhatian yang berlebihan pada semua stimulasi

internal dan eksternal, biasanya merupakan akibat sekunder dari keadaan delusional atau paranoid.

4.       Trance: perhatian yang terpusat dan kesadaran yang berubah, biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman religius yang luar

biasa.

Gangguan Sugestibilitas: Gangguan sugestibilitas adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis

terhadap gagasan atau pengaruh dari luar diri pasien. 1.      Folie a deux (atau folie a trois): penyakit emosional yang berhubungan

antara dua (atau tiga) orang. 2.      Hipnosis: modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai

dengan peningkatan sugestibilitas.

II.3.  EMOSI (AFEK DAN MOOD)

Page 41: Transactional Analysis

Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.

Afek: Afek adalah ekspresi emosi yang terlihat; mungkin tidak konsisten dengan

emosi yang dikatakan pasien. 1.      Afek yang sesuai (appropriate affect): kondisi irama emosional yang harmonis (sesuai, sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang

menyertai; digambarkan lebih lanjut sebagai yang afek yang luas atau penuh, di mana rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai.

2.      Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan. 3.      Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang

dimanifestasikan oleh penurunan yang berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar.

4.      Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah dari pada efek yang tumpul

tetapi jelas menurun. 5.   Afek yang datar (fIat affect): tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda

ekspresi afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.6.     Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan

tiba-tiba, yang tidak berhubungan dengan stimulasi ekstemal.

Mood: Mood adalah suatu emosi yang meresap yang dipertahankan, yang dialami

secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain. Contohnya adalah depresi, elasi, kemarahan.

1.     Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan 2.     Mood eutimik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya

mood yang tertekan atau melambung. 3.      Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang

tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau makna seseorang.

4.     Mood yang iritabel (irritable mood): ekspresi perasaan akibat mudah diganggu atau dibuat marah.

5.     Pergeseran mood (labile mood): osilasi antara euforia dan depresi atau dibuat marah.

6.     Mood yang meninggi (elevated mood): suasana keyakinan dan kesenangan; suatu mood yang lebih ceria dari biasanya.

7.     Euforia: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran. 8.     Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang kuat.

9.     Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis.10. Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas

rutin dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi. 11. Duka cita (berkabung): kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang

nyata.

Page 42: Transactional Analysis

12. Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang.

Emosi Yang Lain: 1.      Kecemasan: perasaan kekhawatiran yang disebabkan oleh dugaan bahaya,

yang mungkin berasal dari dalarn atau luar. 2.      Kecemasan yang mengambang bebas (free floating anxiety): rasa takut

yang meresap dan tidak terpusatkan dan tidak terikat pada suatu gagasan tertentu.

3.      Ketakutan: kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan realistik.

4.      Agitasi: kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan rnotorik 5.      Ketegangan (tension): peningkatan aktifitas motorik dan psikologis yang

tidak menyenangkan. 6.      Panik: Serangan kecemasan yang akut, episodik, yang kuat disertai dengan

perasaan ketakutan yang rnelanda dan pelepasan otonomik. 7.      Apati: irama emosi yang turnpul yang disertai dengan pelepasan

(detachment) atau ketidakacuhan (indifference). 8.      Ambivalensi: terdapat secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan

terhadap hal yang sarna pada satu orang yang sama pada waktu yang sama. 9.      Abreaksional (abreaction): pelepasan atau pelimpahan emosional setelah

mengingat pengalarnan yang menakutkan. 10.  Rasa malu: kegagalan membangun pengharapan diri.

11.  Rasa bersalah: emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap salah.

Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Mood: Tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik) pada seseorang, paling sering

berhubungan dengan depresi (juga disebut tanda vegetatif). 1.      Anoreksia: hilangnya atau menurunnya nafsu makan.

2.      Hiperfagia: meningkatnya nafsu makan dan asupan makanan.3.      Insomnia: hilangnya atau menurunnya kemarnpuan untuk tidur.

a.   Awal : kesulitan jatuh tertidur.b.       Pertengahan: kesulitan tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan

kesulitan kembali tidur. c.   Terminal: terbangun pada dini hari.

4.      Hipersomnia: tidur yang berlebihan. 5.      Variasi diurnal: mood yang secara teratur terburuk pada pagi hari, segera

setelah terbangun, dan membaik dengan semakin siangnya hari. 6.      Penurunan libido: penurunan minat, dorongan dan daya seksual

(peningkatan libido sering disertai keadaan manik). 7.      Konstipasi: ketidakmampuan atau kesulitan defekasi.

Page 43: Transactional Analysis

II.4.  PERILAKU MOTORIK (KONASI)Aspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan, instink

dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh perilaku atau aktivitas motorik seseorang.

1.      Ekopraksia: peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain.

2.      Katatonia: kelainan motorik dalam gangguan nonorganik (sebagai lawan dari gangguan kesadaran dan aktivitas motorik sekunder dari patologi

organik). a.       Katalepsi: istilah umum untuk suatu posisi yang tidak bergerak yang

dipertahankan terus menerus. b.       Luapan katatonik (catatonic furor): aktivitas motorik yang teragitasi, tidak

bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal c.       Stupor katatonik: penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali

sampai titik imobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling. d.      Rigiditas katatonik: penerimaan postur yang kaku yang disadari,

menentang usaha untuk digerakkan. e.       Posturing katatonik: penerimaan postur yang tidak sesuai atau kaku yang

disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama. f.        Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin): seseorang dapat diatur dalam suatu

posisi yang kemudian dipertahankannya; jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-akan terbuat dari lilin. 3.      Negativisme: tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk

menggerakkan atau terhadap semua instruksi. 4.      Katapleksi: hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang

dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional. 5.      Stereotipik: pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang.

6.      Mannerisme: pergerakan tidak disadari, dan bersifat habitual. 7.      Otomatisme: tindakan atau tindakan-tindakan yang otomatis yang biasanya

mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak disadari. 8.      Otomatisme perintah: otomatisme mengikuti sugesti (juga disebut

kepatuhan otomatik). 9.   Mutisme: tidak bersuara tanpa kelainan struktural.

10.  Overaktivitas: a.        Agitasi psikomotor: overaktivitas motorik dan kognitif yang berlebihan,

biasanya tidak produktif dan sebagai akibat respons atas ketegangan dari dalam (inner tension).

b.       Hiperaktivitas/hiperkinesis: kegelisahan dan aktivitas destruktif, seringkali disertai dengan dasar patologi pada otak.

c.        Tik: pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari. d.       Tidur berjalan (somnambulisme): aktivitas motorik saat tertidur.

e.        Akathisia: perasaan subjektif terhadap ketegangan motorik sebagai akibat sekunder dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat

menyebabkan kegelisahan; duduk dan berdiri berulang secara berganti-ganti dan berulang; dapat disalahartikan sebagai agitasi psikotik.

Page 44: Transactional Analysis

f.    Kompulsi: impuls tidak terkontrol untuk melakukan tindakan berulang.                i.    Dipsomania: kompulsi untuk minum alkohol.

ii.   Kleptomania: kompulsi untuk mencuri. iii.  Nimfomania: kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada seorang

wanita. iv.  Satiriasis: kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada seorang 

laki-Iaki. v.   Trikotilomania: kompulsi untuk mencabut rambut. vi.  Ritual: aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat, menurunkan kecemasan

yang orisinil. g.      Ataksia: kegagalan koordinasi otot, iregularitas gerakan otot. h.      Polifagia: makan berlebihan yang patologis. 11. Hipoaktifitas/hipokinesis: penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti

pada retardasi psikomotor; perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan yang dapat terlihat.

12. Mimikri: aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak. 13. Agresi: tindakan yang kuat dan diarahkan tujuan yang mungkin verbal atau

fisik; bagian motorik dari afek kekerasan, kemarahan atau permusuhan. 14. Memerankan (acting out): ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang tidak disadari dalam bentuk gerakan; fantasi yang tidak disadari

dihidupkan secara impulsif dalam perilaku. 15. Abulia: penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir, disertai dengan

ketidakacuhan tentang akibat tindakan; disertai dengan defisit neurologis. 16. Vagaboundage : jalan-jalan seperti berkelana tanpa tujuan.

II.5.  PROSES PIKIR (BERPIKIR)            Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan; jika terjadi urutan yang logis, berpikir adalah normal; parapraksis (tergelincir dari logis yang termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai bagian dari berpikir yang normal.Gangguan Umum dalam Bentuk atau Proses Berpikir: 1.      Gangguan mental: sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis, disertai dengan penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya

suatu respon yang diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan masyarakat.

2.      Psikosis: ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi; gangguan dalam kemampuan menilai kenyataan, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis: gangguan mental di mana kemampuan menilai kenyataan yang masih utuh, perilaku tidak jelas

melanggar norma-norma sosial, serta relatif masih dapat bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan).

3.      Tes kenyataan atau realitas: pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri.

Page 45: Transactional Analysis

4.      Gangguan pikiran formal: gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran; berpikir ditandai dengan kekenduran asosiasi, neologisme dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir mengalami gangguan, dan

lazimnya dianggap sebagai orang yang psikotik. 5.      Berpikir tidak logis: berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau

kontradiksi internal; hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh nilai kultural atau defisit intelektual.

6.      Dereisme: aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman.

7.      Berpikir autistik: preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi; istilah digunakan agak sama dengan dereisme.

8.      Berpikir magis: suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase praoperasional pada masa anak-anak (Jean Piaget), di mana pikiran, kata-kata atau tindakan mempunyai kekuatan (sebagai contohnya,

mereka dapat menyebabkan atau mencegah suatu peristiwa). 9.      Proses berpikir primer: istilah umum untuk berpikir yang dereistik, tidak

logis, magis; normalnya ditemukan pada mimpi, abnormal pada psikosis.

Gangguan Spesifik pada Bentuk Pikiran: 1.      Neologisme: kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan

mengkombinasikan suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan psikologis yang aneh (idiosinkratik) Contoh : ”AASSDFHIOOOOO.”  

2.      Word salad (gado-gado kata): carnpuran kata dan frasa yang membingungkan.

Contoh : ”……kemarin jatuh ada kuda polisi durian tiba-tiba bagaimana ee…”   

3.      Sirkumstansialitas: bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi pada akhirnya mulai lagi dari titik awal untuk mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan detail-detail yang tidak

bermakna.  Contoh : ”……apa pekerjaan nona?” dijawab “tahun 2000 kita ‘kan

baru lulus SMU kong ta pe tanta pangge ka Manado,waktu itu musim rok mini di toko-toko kong dia tawarkan jadi SPG di Matahari,ada stou

2 taun kita disitu.Disana no atik baku dapa deng do’I kong paitua pangge pi jo pa de pe Om pe caffe.Taon

2003…………,2004……………………………2007 Juli kita schwangger des brenti no.…..(penanya sudah tertidur)

4.      Tangensialitas: ketidakmarnpuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan; pasien tidak pemah berangkat dari titik awal dari tujuan

yang diinginkan. 5.      lnkoherensi: pikiran yang, biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau atau kata-kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yang menyebabkan disorganisasi; terputusnya asosiasi

antar ide-ide yang ekstrim sehingga tidak dapat dimengerti sama sekali.

Page 46: Transactional Analysis

Contoh : ”…………ada tiga durian kemarin mandi sudah ke pasar saya Agnes Monica tidak lupa menggosok sepatu Hypermart low price low

hipssssst”. 6.      Perseverasi: respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah

stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gangguan kognitif. 7.      Verbigerasi: pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak

mempunyai arti. 8.      Ekolalia: pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang

lain secara psikopatologis; cenderung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau intonasi yang terputus-putus.

9.   Kondensasi: penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep. 10.  Jawaban yang tidak relevan: jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan (pasien tampaknya mengabaikan pertanyaan). Contoh : ”Ada dimana sayang?” jawaban diujung Hp yang lain “Ooooh

iiiyo kakanda segera kesana!”11.  Pengenduran asosiasi: aliran pikiran di mana gagasan-gagasan bergeser

dari satu subjek ke subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat, bicara mungkin membingungkan (inkoheren).

12.  Keluar dari jalur (derailment): penyimpangan yang mendadak dalarn urutan pikiran tanpa penghambatan; seringkali digunakan secara sama

dengan pengenduran asosiasi. 13.  Lompat gagasan (flight of ideas): verbalisasi atau permainan kata-kata

yang cepat dan terus menerus yang menghasilkan terus pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya.

Contoh : ”tadi ada supervisor yang masuk Cuma sebentar,ya saya akan jadi pedagang grosir – menjual pasir di pasar – hati-hati kesasar

di Makasar- ombak besar pernah menyambar Sumbar……………………..”

14.  Asosiasi bunyi (clang assosiation): asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk

permainan sajak dan permainan kata. 15.  Penghambatan (blocking): terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba

sebelum pikiran atau gagasan diselesaikan; setelah suatu periode terhenti singkat; orang tampak tidak teringat pada apa yang telah dikatakan atau apa

yang akan dikatakan (juga dikenal sebagai pencabutan pikiran). Contoh : sering terjadi pada saat Co-Ass ujian.

16.  Glossolalia: ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dipahami (juga dikenal sebagai "berbahasa lidah"); tidak dianggap sebagai gangguan pikiran jika terjadi pada praktek keagamaan tertentu.

Gangguan Spesifik Pada Isi Pikiran: 1.     Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan sedikit informasi karena

tidak ada pengertian, pengulangan kosong atau frasa yang tidak jelas.

Page 47: Transactional Analysis

2.      Gagasan yang berlebihan: keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan yang dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan

suatu waham. 3.      Waham: keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang

kenyataan eksternal tidak sejalan dengan inteligensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan apapun.

a.        Waham yang kacau dan aneh (bizzare delusion): keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal (sebagai contohnya: orang

dari angkasa luar telah menanamkan suatu elektroda pada otak pasien). b.       Waham tersistematisasi: keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh

suatu tema atau peristiwa tunggal (sebagai contohnya: pasien dimata-matai oleh agen rahasia, mafia atau bos).

c.        Waham yang sejalan dengan mood (mood congruent delusion): waham yang sesuai dengan mood (sebagai contoh: seorang pasien depresi percaya

bahwa ia bertanggungjawab untuk penghancuran dunia). d.       Waham yang tidak sejalan dengan mood (mood incongruent delusion):

waham dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood netral (sebagai contohnya, pasien depresi mempunyai

waham kontrol pikiran atau siar pikiran).

e.       Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa dirinya dan orang lain dan dunia adalah tidak ada atau berakhir.

f.        Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta miliknya.

g.       Waham somatik: keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien (sebagai contohnya, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau

mencair). h.       Waham paranoid: termasuk waham persekutorik dan waham referensi,

kontrol dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham).

i.        Waham persekutorik: keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa; sering ditemukan pada seorang pasien yang senang menuntut yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil

tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan. ii.      Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang berlebihan. (sebagai contoh, seorang laki-laki yang ditinggal lari istrinya mengaku memiliki penis khusus yang hanya boleh dipakai untuk senggama dengan Zulaika Rivera.Seorang wanita mengaku jauh lebih cantik

dari Nadine Chandrawinata padahal dia labiopalatoschizis.)iii.    Waham referensi: keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada

dirinya; bahwa peritiwa, benda-benda atau orang lain, mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif, diturunkan dari idea referensi, di mana seseorang secara salah merasa

bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain (sebagai contohnya, percaya

Page 48: Transactional Analysis

bahwa orang di televisi atau di radio berbicara padanya atau membicarakan dirinya).

i.    Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang dalam dan bersalah. (sebagai contoh, seorang pemuda di

Aceh karena ulahnya merasa sebagai penyebab Tsunami.) j.    Waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran atau

perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar.            Contoh : ”……sasasaya dokter ada yang suruh suruh masuk ke tempat

hiburan sex yang tidak bisa saya tolaaaak”. i.    Penarikan pikiran (thought withdrawal): waham bahwa pikiran pasien

dihilangkan dari ingatanya oleh orang lain atau tenaga lain. ii.      Penanaman pikiran (thought insertion): waham bahwa pikiran ditanam

dalam pikiran pasien oleh orang atau tenaga lain. iii.    Siar pikiran (thought broadcasting): waham bahwa pikiran pasien dapat

didengar oleh orang lain, seperti pikiran mereka sedang disiarkan di udara. iv.    Pengendalian pikiran (thought control): waham bahwa pikiran pasien

dikendalikan oleh orang atau tenaga lain. Contoh : Seorang laki-laki mengatakan bahwa ada microchips didalam kepalanya yang berisi

program kegiatan sehari-hari.k.       Waham ketidaksetiaan (waham cemburu): keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak

jujur. 1.       Erotomania: waham bahwa seseorang sangat mencintai dirinya; lebih

sering pada perempuan; juga dikenal dengan Kompleks Cleramnault-Kandinsky).  Contoh : Seorang wanita tidak mau kawin-kawin karena

menunggu Prince Charming datang menjemput.m.     Pseudologia phantastica: suatu jenis kebohongan, di mana seseorang

tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan; disertai dengan sindroma Munchausen, berpura-pura sakit yang

berulang.4.      Kecenderungan atau preokupasi pikiran: pemusatan isi pikiran pada ide

tertentu, disertai dengan irama efektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh.

5.      Egomania: preokupasi dengan diri sendiri yang patologis. 6.      Monomania: preokupasi dengan suatu objek tunggal.

7.      Hipokondria: keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda atau sensasi fisik sebagai suatu yang tak

normal.  Contoh : Seorang pasien merasa yakin bahwa isi perutnya berdarah-darah karena terasa tidak enak.

8.      Obsesi: pikiran kukuh (persisten) yang patologis, sekalipun tidak dikehendaki pasien, pikiran mana yang tidak dapat ditentang dan tidak dapat

dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika; biasanya disertai dengan kecemasan.

Page 49: Transactional Analysis

9.      Kompulsi: kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu tindakan yang jika ditahan, menyebabkan kecemasan; perilaku berulang sebagai respon

suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya. Contoh : Seseorang merasa belum mengunci pintu dan

berulang kali mengeceknya bahkan sampai tidak tertidur sepanjang malam.

10.  Koprolalia: pengungkapan kompulsif dari kata kata yang cabul/kotor. 11.  Fobia: rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu

terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulasi yang ditakuti.

a.       Fobia sederhana: rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang jelas (sebagai contohnya, rasa takut terhadap laba-laba atau ular).

b.       Fobia sosial: rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti rasa takut berbicara dengan masyarakat, bekerja atau makan dalam masyarakat.

c.       Akrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tinggi. d.      Agorafobia: rasa takut terhadap tempat yang terbuka

e.       Algofobia: rasa takut terhadap rasa nyeri. f.        Ailurofobia: rasa takut terhadap kucing.

g.       Eritrofobia: rasa takut terhadap warna merah (merujuk terhadap rasa takut terhadap darah).

h.   Panfobia: Rasa takut terhadap segala sesuatu. i.     Klaustrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tertutup.

j.     Xenofobia: rasa takut terhadap orang asing. k.   Zoofobia: rasa takut terhadap binatang.

12.  Noesis: suatu wahyu di mana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan

memerintah. 13.  Unio mystica: suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu

dengan kekuatan yang tidak terbatas; tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan kultural.

II.6.  BICARAGagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi

verbal. Gangguan Bicara: 1.      Tekanan bicara (pressure of speech): bicara cepat yaitu peningkatan

jumlah dan kesulitan untuk memutus pembicaraan. Dapat terjadi pada orang cerewet,lagi marah atau jatuh cinta.

2.      Kesukaan/banyak bicara (logorrhea): bicara yang banyak sekali, bisa koheren, bisa inkoheren.

3.      Kemiskinan bicara (poverty of speech): pembatasan jumlah bicara yang digunakan; jawaban mungkin hanya satu suku kata (monosyllabic).

4.      Bicara yang tidak spontan: respon verbal yang diberikan hanya jika ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri

sendiri.

Page 50: Transactional Analysis

5.      Kemiskinan isi bicara: bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan, atau frasa

yang stereotipik. 6.      Disprosodi: hilangnya irama bicara yang normal.

7.      Disartria: kesulitan artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau tata bahasa.

8.      Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan: hilangnya modulasi volume bicara normal; dapat mencerminkan berbagai keadaan patologis

mulai dari psikosis sampai depresi sampai ketulian. 9.      Gagap (stuttering): pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata

yang sering, menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas. 10.  Cluttering: bicara yang aneh dan disritmik, yang mengandung semburan

kata-kata yang cepat dan menyentak. Orang mabuk alkohol.

Gangguan Afasik: Gangguan dalam pengeluaran bahasa (neurologis)

1.      Afasia motorik: gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif di mana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah

sangat terganggu; bicara terhenti-henti, susah payah dan tidak akurat (juga dikenal sebagai afasia Broca, tidak fasih dan ekspresif).

2.      Afasia sensoris: kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata; bicara adalah lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan--

bukan (juga dikenal sebagai afasia Wernicke, fasih dan reseptif). 3.      Afasia nominal: kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu

benda (juga dikenal sebagai afasia anomia dan amnestik). 4.      Afasia sintatikal: ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan

yang tepat. 5.      Afasia Jargon: kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik; kata-kata

yang tidak masuk akal yang diulang-ulang dengan berbagai intonasi dan nada suara.

6.      Afasia global: kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih yang berat.

II.7.  PERSEPSIProses pemindahan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis; proses

mental di mana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.Gangguan Persepsi:

1.   Halusinasi: persepsi sensoris yang palsu yang terjadi tanpa stimulasi eksternal yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi

waham sehubungan dengan pengalaman halusinasi tersebut. a.       Halusinasi hipnagogik: persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat

akan tertidur biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis. b.       Halusinasi hipnopompik: persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari

tidur; biasanya dianggap tidak patologis.

Page 51: Transactional Analysis

c.       Halusinasi dengar (auditoris): persepsi bunyi yang palsu, biasanya suara tetapi juga bunyi-bunyi lain, seperti musik; merupakan halusinasi yang paling

sering pada gangguan psikiatrik. Contoh : “Dokter ada orang yang ja basuruh pakita tiap pagi keliling

kampung,kemanapun pergi selalu tu suara-suara itu iko”.d.      Halusinasi visual: persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra

yang berbentuk (sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai contohnya, kilatan cahaya); paling sering pada gangguan organik.

e.       Halusinasi penciuman (olfaktoris): persepsi membau yang palsu; paling sering pada gangguan organik.

f.        Halusinasi pengecapan (gustatoris): persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh

kejang; paling sering pada gangguan organik. Contoh : Makanan yang berubah rasa padahal itu makanan favoritnya.

g.       Halusinasi perabaan (taktil; haptic): persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb);

sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit (kesemutan). h.       Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di

dalam atau terhadap tubuh; paling sering berasal dari bagian viseral tubuh (juga dikenal sebagai halusinasi kenestetik).

1.       Halusinasi liliput: persepsi yang palsu di mana benda-benda tampak lebih kecil ukuranya (juga dikenal sebagai mikropsia).

J.         Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination): halusinasi di mana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang

tertekan atau manik (sebagai contohnya, pasien yang mengalami depresi mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat;

seorang pasien manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan dan pengetahuan yang tinggi).

k.       Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination): halusinasi di mana isinya tidak konsisten dengan mood yang

tertekan atau manik (sebagai contohnya, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema tersebut seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak, atau ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak mengandung

tema-tema tersebut seperti harga diri atau kekuasaan yang tinggi). 1.       Halusinosis: halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar, yang

berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis yang terjadi dalam sensorium yang jernih, berbeda dengan delirium tremens (DTs), yaitu

halusinasi yang terjadi dalam konteks sensorium yang berkabut. m.     Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain,

(sebagai contohnya, suatu sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi visual; suatu bunyi dialami sebagai dilihat, atau suatu

penglihatan dialami sebagai didengar). n.       Trailing phenonemon: kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-

obat halusinogenik di mana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.

Page 52: Transactional Analysis

2. Ilusi: mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimulasi eksternal yang nyata.

Gangguan yang Berhubungan dengan Gangguan Kognitif dan Kondisi Medik:

Agnosia, ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterpretasikan kepentingan kesan sensoris.

1.      Anosognosia (ketidaktahuan tentang penyakit): adanya ketidakmampuan untuk mengenali suatu defisit neurologis yang terjadi pada pasien.

2.      Somatopagnosia (ketidaktahuan tentang tubuh): adanya ketidakmampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai milik tubuhnya

sendiri (juga disebut sebagai autopagnosia). 3.      Agnosia visual: ketidakmampuan untuk mengenali benda-benda atau

orang. 4.      Astereognosis: ketidakmampuan untuk mengenali benda melalui sentuhan.

5.      Prosopagnosia: ketidakmampuan mengenali wajah. 6.      Apraksia: ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu.

7.      Simultagnosia: ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu elemen pandangan visual pada suatu waktu atau untuk mengintegrasikan bagian-

bagian menjadi keseluruhan. 8.      Adiadokokinesis: adanya ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan

yang berubah dengan cepat.

Gangguan yang Berhubungan dengan Fenomena Konversi dan Disosiatif: Terjadinya somatisasi materi-materi yang direpresi atau berkembangnya gejala dan distorsi fisik yang melibatkan otot-otot volunter atau organ sensorik tertentu bukan di bawah kontrol volunter dan tidak dapat dijelaskan oleh karena gangguan fisik.

1.      Anestesia histerikal: hilangnya modalitas sensoris yang disebabkan oleh konflik emosional.

2.      Makropsia: pasien menyatakan bahwa benda-benda tampak lebih besar dari sesungguhnya; bisa berhubungan dengan kondisi organik, seperti

epilepsi kejang parsial kompleks. 3.      Mikropsia: pasien menyatakan bahwa benda-benda adalah lebih kecil dari

sesungguhnya; bisa berhubungan dengan kondisi organik, seperti epilepsi kejang parsial kompleks.

4.      Depersonalisasi: suatu perasaan subjektif merasa tidak nyata, aneh atau tidak mengenali diri sendiri.

5.      Derealisasi: suatu perasaan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata; suatu perasaan tentang perubahan realistik.

6.      Fugue: mengambil identitas baru pada amnesia identitas yang lama; seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke lingkungan yang baru.

7.      Kepribadian ganda (multiple personality): satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian dan karakter yang

Page 53: Transactional Analysis

sama sekali berbeda. (disebut disosiatif identitas yang terdapat dalam edisi revisi dari Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorders

[DSM-IV-TR] ).II.8.  DAYA INGAT

Daya ingat merupakan fungsi di mana informasi disimpan di otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran.

Ganggguan Daya Ingat: 1.      Amnesia: ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat

pengalaman masa lalu; mungkin berasal dari organik atau emosional. a.       Anterograd: amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu titik waktu.

b.   Retrograd: amnesia sebelum suatu titik waktu. 2.      Paramnesia: pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan

a.       Fausse reconnaissance: pengenalan yang palsu. b.       Pemalsuan retrospektif: ingatan secara tidak diharapkan (tidak disadari)

menjadi terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif, dan pengalaman pasien sekarang.

c.       Konfabulasi: pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercayai pasien tetapi

tidak mempunyai dasar kenyataan; paling sering berhubungan dengan patologi organik.

d.      Deja vu: ilusi pengenalan visual di mana situasi yang baru secara keliru dianggap sebagai suatu pengulangan ingatan sebelumnya.

e.       Deja entendu: ilusi pengenalan auditoris. f.        Deja pense: ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai pikiran yang

sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan. g.       Jamais vu: perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap situasi nyata

yang telah dialami oleh seseorang. 3.      Hipermnesia (daya ingat yang meninggi): peningkatan derajat

penyimpanan dan pengingatan. 4.      Eidetic image: ingatan visual tentang kejelasan halusinasi.

5.      Screen memory: ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutup ingatan yang menyakitkan.

6.      Represi: suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan secara tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima.

7.      Letologika: ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau suatu kata benda yang tepat.

8.      Photographic memory : ingatan yang kuat sejelas dan sepasti sebuah gambar.

Tingkat Daya Ingat: 1.      Daya ingat yang segera (immediate memory): reproduksi atau pengingatan hal-hal yang dirasakan dalam beberapa detik sampai menit.

2.      Daya ingat yang baru saja (recent memory): pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari.

Page 54: Transactional Analysis

3.      Daya ingat yang agak lama (recent past memory): pengingat peristiwa yang telah lewat selama beberapa bulan.

4.      Daya ingat yang jauh (remote memory): pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi.

II.9.  INTELIGENSIAKemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan

menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru. Retardasi Mental:

Kurangnya inteligensia sampai derajat di mana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejuruan:

1.      ringan (IQ 50 atau 55 - kira-kira 70)2.      sedang (IQ 35 atau 40 - 50 atau 55)

3.      berat (IQ 20 atau 25 - 35 - 40) 4.      sangat berat (IQ di bawah 20 atau 25)

Istilah yang lama ialah idiot (usia mental kurang dari 3 tahun), imbesil (usia mental kira-kira 8 tahun).

Demensia: Pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan

kesadaran. 1.      Diskalkulia (Akalkulia): hilangnya kemampuan untuk melakukan

perhitungan; bukan karena gangguan psikologis. 2.      Disgrafia (Agrafia): Hilangnya kemampuan untuk menulis dalam gaya yang

kursif; hilangnya struktur kata.3.      Aleksia: Hilangnya kemampuan membaca yang sebelumnya dimiliki; bukan

disebabkan oleh gangguan penglihatan. Pseudodemensia:

Gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik; paling sering disebabkan oleh depresi (sindroma

demensia dari depresi).

Berpikir Konkret: Berpikir harfiah; penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian nuansa

arti; pikiran satu-dimensi. Berpikir Abstrak:

Kemampuan untuk mengerti nuansa arti; berpikir multidimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesis dengan tepat.

II.10.  TILIKAN (INSIGHT)Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari

suatu situasi (seperti sekumpulan gejala). Tilikan Intelektual:

Page 55: Transactional Analysis

Kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk

mengatasi situasi. Tilikan Sejati:

Kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif tentang suatu situasi, disertai dengan daya pendorong motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.

Tilikan yang Terganggu: Kehilangan kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif dari suatu situasi.

Suatu ringkasan tentang tingkat tilikan menurut PPDGJ – III adalah sebagai berikut:

1.    Penyangkalan penyakit sama sekali. 2.    Agak menyadari bahwa mereka sakit dan membutuhkan bantuan tetapi

dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya. 3.    Sadar bahwa mereka adalah sakit tetapi melemparkan kesalahan pada

orang lain, pada faktor eksternal, atau pada faktor organik. 4.    Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui

pada diri pasien. 5.    Tilikan intelektual: menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau

kegagalan dalam penyesuaian sosial adalah disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tanpa menerapkan

pengetahuan untuk pengalaman di masa depan. 6.    Tilikan emosional sejati: kesadaran emosional tentang motif dan perasaan di

dalam diri pasien dan orang yang penting dalam kehidupannya, yang dapat menyebabkan perubahan dasar dalam perilaku pasien.

II.11.  PERTIMBANGAN (JUDGEMENT)Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk bertindak

secara tepat di dalam situasi tersebut. Pertimbangan Kritis:

Kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih berbagai pilihan di dalam suatu situasi.

Pertimbangan Otomatis: Kinerja refleks di dalam suatu tindakan.

Pertimbangan yang Terganggu: Kehilangan kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar dan

bertindak secara tepat.

Diposkan 13th March 2012 oleh Fredy Didy Senduk,dr. 0

Page 56: Transactional Analysis

Tambahkan komentar 3.

Mar13

Terapi Tingkah Laku

BEHAVIOUR MODIFICATION psycotherapy

 (Terapi Tingkah Laku)

                                                                                                        transcription/terjemahan    

Realitas seseorang bukanlah hanya apa yang tampak tapi juga apa yang dia tidak dapat perlihatkan kepadamu.Jika ingin memahaminya maka dengarkan jugaapa yang tak terucapkan.( Kahlil Gibran )

              I. TUJUAN DAN HASIL TERAPI

Terapi tingkah laku (TTL) bertujuan menghapus, merubah atau memperbaiki pola-pola tingkah laku maladaptif dengan membantu pasien dalam mempelajari dan menghasilkan serta mempertahankan tingkah laku baru yang adaptif-konstruktif.

II. PSIKOPATOLOGITingkah laku (behaviour) didefinisikan sebagai apapun yang dilakukan

atau diucapkan seseorang dan menjadi masalah bila berlebihan (excess), kurang (deficit) atau inappropriate pada stimulus tertentu. Tingkah laku (TL) yang berlebihan misalnya : mencuci tangan sampai 69 kali sehari, kurang misalnya sangat jarang bicara dengan sesama, inappropriate misalnya selalu berkeringat walaupun sudah biasa mengutarakan pendapat. TL seperti ini adalah respons maladaptif. Seseorang cenderung melakukan TL tertentu

Page 57: Transactional Analysis

pada kondisi, kejadian (events) atau stimulus tertentu juga.Ada 2 aliran utama dalam TTL, yaitu:

1  Pengondisian Klasik dari Pavlov (Classical Conditioning)2  Pengondisian Operan dari Skinner Operant Conditioning)

A. Pengondisian Klasik (Classical Conditioning)Jika suatu stimulus-A berkorelasi langsung atau melahirkan suatu TL-X

dan respons TL-X ini juga dapat timbul karena stimulus-B maka ini disebut pengondisian klasik (classical conditioning). Misalnya, dering handphone bagian Psikiatri (Stimulus A) menyebabkan Co-ass jaga palpitasi (respon TL-X) maka bila tiap kali handphone berdering dibuat berulang terjadi bersamaan dengan kunjungan pacar (stimulus B) maka di kemudian hari tiap kali pacarnya berkunjung dia selalu palpitasi walaupun saat itu sudah pindah kebagian lain. Stimulus A yang mencetus respons TL-X tanpa dipelajari sebelumnya disebut unconditioned stimulus dan bila dipelajari atau dibiasakan seperti stimulus B maka disebut conditioned stimulus. TL-X yang mula-mula disebabkan stimulus A disebut unconditioned response dan bila muncul juga oleh karena stimulus B disebut conditioned respons atau respons yang dipelajari atau dibiasakan. Hal inilah yang disebut Pengondisian Klasik atau Responden (Classical or Respondent conditioning) berdasarkan penemuan Pavlov. Pengondisian Klasik banyak dipakai untuk pembentukan TL, misalnya sambil mendengarkan lagu favorit yang menghibur hati, anda membaca textbook, lama kelamaan membaca textbook jadi penghibur hati. Gangguan TL dapat juga terjadi karena Pengondisian Klasik, misalnya merasa tertekan karena dimarahi ayahnya tiap pulang kantor, di kemudian hari orang ini merasa tertekan tiap sore  walaupun sementara di rumah kost.

B. Pengondisian Operan (Operant Conditioning)Pengondisian operan, menurut Skinner, adalah suatu pengondisian TL

yang terjadi oleh karena konsekuensi atau sebab akibat dari TL itu sendiri kemudian dikontrol atau dikendalikan oleh konsekuensi itu kemunculannya, bukan karena stimulusnya. Misalnya, seseorang minum cap tikus (TL) dan dia merasa sedap (konsekuensi), rasa sedap inilah yang mengendalikan atau mengontrol dia untuk minum lagi dan lagi (TL operan) pada kesempatan-kesempatan mendatang. Perulangan atau pembiasaan minum captikus dan pengendalian oleh rasa sedap menikmatinya adalah suatu Pengondisian Operan. Contoh lain, seorang mahasiswi hampir selalu bertingkah laku manis di depan Dosennya dan mendapatkan rasa akrab dengan beliau. Setelah selesai kuliah dan bekerja, rasa akrab inilah yang mengendalikan dia berinteraksi dengan kolega dan ataupun atasannya.

III. TEHNIK DAN PROSES TERAPIA    Pengondisian Klasik (Classical Conditioning)

Page 58: Transactional Analysis

             Pengondisian klasik terjadi apabila stimulus yang mengendalikan respons atau respons TL muncul bila ada stimulusnya. Teknik yang sering dipakai untuk maksud itu adalah Instruksi, Situational Inducement, Modelling,Role Playing, Guidance, Stimulus Baru dan Hukuman.

   1.Instruksi (Instruction). Instruksi maksudnya adalah pemberian atau penghadiran stimuli verbal lisan dan atau tulisan untuk mengontrol TL. Misalnya : ucapan dokter pada pasien ”Saya harap obat-obatnya diminum teratur” atau tulisan ”Boleh dilihat, jangan dipegang” di atas rak spesimen darah laboratorium Patologi Klinik atau di dada T-shirt cewek tetangga.

2. Peragaan (Modelling). Peragaan adalah suatu prosedur dengan memberi contoh TL yang dimaksud atau diharapkan akan dibuat atau diikuti oleh  pasien. Misalnya, anda sebagai dokter berpakaian santai bukan putih, duduk dan makan bersama dengan pasien Psikotik sehingga pasien melihat dan mengikuti cara makan yang baik (dan pemilik kantin yang ”normal” itu tidak jijik atau ngeri lagi).

3. Physical Guidance.Physical Guidance adalah penerapan kontak fisik untuk menginduksi individu melakukan gerakan dan tingkah laku yang diinginkan. Misalnya tangan terapis memegang tangan anak Autis untuk membelai-belai dengan lembut mama atau papanya.

4. Situational Inducement. Situational Inducement maksudnya adalah mempengaruhi TL dengan memanfaatkan situasi dan kejadian yang dapat mengontrol TL. Hal ini dapat dilakukan dengan menata kembali keadaan lingkungan sekitar, pindahkan kegiatan ke lokasi yang baru, pindahkan orangnya dan merubah waktu pelaksanaan. Misalnya 2 orang yang bekerja dalam satu ruangan sering bertengkar maka salah satunya dipindahkan ke ruangan logistik dan lainnya tugas lapangan.

5. Pematahan Kondisi (Counterconditioning).Kunci gangguan TL pada dasarnya adalah anxietas dimana pada pasien sudah terjadi pembelajaran, pembiasaan atau pengondisian terhadap banyak stimuli yang ada disekitarnya penyebab anxietas, ini disebut conditioned anxiety. Conditioned anxiety dapat dihapus (unlearned) lewat teknik pematahan kondisi (counterconditioning) yang berprinsip bahwa ikatan stimulus dengan anxietas yang ditimbulkannya dapat dilemahkan dengan respons yang dapat menghambat anxietas tersebut sehingga stimulus tidak berefek lagi. Anxietas yang ditandai dengan palpitasi, perspirasi, ketegangan otot wajah dan seterusnya adalah reaksi sistem saraf otonom simpatis maka diaktifkanlah sistem parasimpatis untuk mematahkannya (counterconditioning). Para behaviourist untuk maksud ini paling sering menggunakan teknik Desensitisasi Sistematis atau Relaksasi, Latihan Keasertifan dan Pembangkitan Gairah Seksual (Sexual Arrousal) dan Aversif.

                    a. Desensitisasi Sistematis. Desensitisasi Sistematis merupakan teknik yang paling luas digunakan dalam  TTL untuk menghapus TL yang diperkuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan TL atau respons yang berlawanan dengan yang hendak dihapus. Desensitisasi diarahkan pada mengajar pasien untuk menampilkan suatu respons yang tidak konsisten

Page 59: Transactional Analysis

dengan kecemasan. Wolpe, pengembang tehnik ini, mengajukan argumen bahwa segenap tingkah laku Neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan ini dapat dihapus oleh pembangkitan respons yang secara inherent berlawanan dengan respons kecemasan sebelumnya. Kekuatan stimulus penghasil anxietas bisa dilemahkan dengan Pengondisian Klasik dan gejala ini bisa dikendalikan atau dihapus melalui penggantian stimulus.

                   Desensitisasi Sistematis juga melibatkan tehnik-tehnik relaksasi. Pasien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan. Situasi-situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang tidak kepada yang sangat mengancam. Tingkatan stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang dengan stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan antara stimulus penghasil dan respons anxietas itu terhapus. Relaksasi secara fisiologis adalah reaksi sistim saraf otonom berlawanan dengan anxietas yang merupakan reaksi simpatis tak terkendali. Prosedur model pematahan kondisi ini adalah sebagai berikut:

                   Desensitisasi sistematik dimulai dengan suatu analisis tingkah laku atas stimulus-stimulus yang bisa membangkitkan kecemasan dalam suatu wilayah tertentu seperti penolakan, rasa iri, ketidaksetujuan atau suatu Fobia. Disediakan waktu untuk menyusun suatu tingkatan kecemasan-kecemasan klien dalam wilayah tertentu. Terapis menyusun suatu daftar bertingkat mengenai situasi-situasi yang kemunculannya meningkatkan taraf kecemasan atau penghindaran. Tingkatan dirancang dalam urutan dari situasi yang paling buruk yang bisa dibayangkan oleh klien ke situasi yang membangkitkan kecemasan yang taraf paling rendah misalnya, jika telah ditentukan bahwa klien memiliki kecemasan yang berkaitan dengan ketakutan terhadap penolakan, maka menjadi mungkin untuk merancang situasi-situasi penolakan dari yang paling menggelisahkan sampai yang paling kurang menggelisahkan. Situasi penolakan yang paling menggelisahkan atau yang membangkitkan kecemasan yang tarafnya paling tinggi boleh jadi adalah penolakan pasangan (suami atau istri, kekasih), disusul dengan penolakan oleh sahabat dekat dan kemudian penolakan oleh teman kerja. situasi yang paling kurang menggelisahkan mungkin penolakan orang yang tak dikenal dalam suatu pesta.

                   Selama pertemuan-pertemuan terapeutik, pertama klien diberi latihan relaksasi yang terdiri atas kontraksi dan lambat laun pengunduran otot-otot yang berbeda sampai tercapai suatu keadaan santai penuh. Sebelum latihan relaksasi dimulai, klien diberi tahu tentang cara relaksasi yang digunakan dalam Desensitisasi, cara menggunakan relaksasi itu dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengendurkan bagian-bagian tubuh tertentu. Latihan relaksasi berlandaskan teknik yang digariskan oleh Jacobsen (1938) dan diuraikan secara rinci oleh Wolpe (1969). Pemikiran dan pembayangan situasi-situasi yang membuat santai seperti duduk di pinggir danau atau berjalan-jalan di taman yang indah, sering digunakan. Hal yang penting adalah bahwa klien mencapai keadaan tenang dan damai. Klien diajari

Page 60: Transactional Analysis

bagaimana mengendurkan segenap otot-otot dan bagian tubuh dengan titik berat pada otot-otot wajah. Otot-otot tangan dikendurkan terlebih dahulu, diikuti oleh kepala, kemudian leher dan pundak, punggung, perut dan dada dan kemudian anggota-anggota badan bagian bawah. Klien diminta untuk mempraktekan relaksasi di luar pertemuan terapeutik, sekitar 30 menit lamanya setiap hari. Apabila klien telah bisa belajar untuk santai dengan cepat, maka prosedur Desensitisasi bisa dimulai. Proses desensitisasi melibatkan keadaan dimana klien sepenuhnya santai dengan mata tertutup. Terapis menceritakan serangkaian situasi dan meminta klien untuk membayangkan dirinya berada didalam situasi yang diceritakan oleh terapis itu. Situasi yang netral diungkapkan dan klien diminta untuk membayangkan dirinya berada didalamnya. Jika klien mampu tetap santai maka dia diminta untuk membayangkan suatu situasi yang membangkitkan kecemasan yang tarafnya paling rendah. Terapis bergerak mengungkapkan situasi-situasi secara bertingkat sampai klien menunjukkan bahwa dia mengalami kecemasan dan pada saat itulah pengungkapan diakhiri. Kemudian relaksasi dimulai lagi, dan klien kembali membayangkan dirinya berada dalam situasi-situasi yang diungkapkan oleh terapis. Treatment dianggap selesai apabila klien mampu untuk tetap santai ketika membayangkan situasi sebelumnya paling menggelisahkan dan menghasilkan kecemasan Desensitisasi sistematik adalah teknik yang cocok menangani Fobia-Fobia, tetapi keliru apabila dianggap teknik ini hanya bisa diterapkan pada penanganan ketakutan-ketakutan. Desensitisasi Sistematik bisa diterapkan secara efektif pada berbagai situasi penghasil kecemasan, mencakup situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan-ketakutan yang di generalisasi, kecemasan-kecemasan neurotik, serta Impoten dan Frigiditas Seksual. Selengkapnya baca pada lampiran “Relaksasi Progresif” (Davis et al : The Relaxation and Stress..............)      

                   b. Latihan Keasertifan. Pendekatan behavioural yang dengan cepat mencapai popularitas adalah latihan asertif yang bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. Teknik ini dipakai pada anxietas yang terjadi dalam hubungan antarpersonal. Asertif diartikan sebagai ekspresi emosi yang layak  pada orang lain tanpa hadirnya anxietas. Pasien dilatih berhadapan dengan situasi tertentu, misalnya tidak ragu untuk melarang orang yang memotong antrian tanpa perlu rasa tak enak, gusar apalagi marah-marah. Pasien didorong melatihnya secara imajinatif (covert) atau seperti bermain drama (overt) tentang situasi yang menggelisahkan ini.

                   Latihan asertif akan membantu bagi orang-orang yang :  tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung,  menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain

untuk mendahuluinya,  memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak,

Page 61: Transactional Analysis

  mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons-respons positif lainnya,

  merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri terhadap atasan.

                    Bagaimana pendekatan ini berlangsung? Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran. Suatu masalah yang khas yang bisa dikemukakan sebagai contoh adalah kesulitan klien dalam menghadapi atasannya dikantor. Misalnya klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan hal-hal yang menurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan untuk bersikap tegas dihadapan atasannya itu. Pertama-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas. Proses pembentukan terjadi ketika tingkah laku baru dicapai dengan penghampiran-penghampiran. Juga terjadi penghapusan kecemasan dalam menghadapi atasan dan sikap klien yang lebih tegas terhadap atasan menjadi sempurna.

                   Tingkah laku menegaskan diri pertama-tama dipraktekkan dalam situasi permainan peran dan dari sana diusahakan agar tingkah laku menegaskan diri itu dipraktekkan dalam situasi-situasi kehidupan nyata. Terapis memberikan bimbingan dengan memperlihatkan bagaimana dan bilamana klien bisa kembali kepada tingkah laku semula, tidak tegas serta memberikan pedoman untuk memperkuat tingkah laku menegaskan diri yang baru diperolehnya.

                    Shaffer dan Galinsky (1974) menerangkan bagaimana kelompok-kelompok latihan asertif atau latihan ekspresif dibentuk dan berfungsi. Kelompok terdiri atas delapan sampai sepuluh anggota memiliki latar belakang yang sama dan session terapi berlangsung selama dua jam. Terapis bertindak sebagai penyelenggara dan pengarah permainan peran, pelatih, pemberi kekuatan dan sebagai model peran. dalam diskusi-diskusi kelompok, terapis bertidak sebagai orang ahli, memberikan umpan balik kepada para anggota.

                                     Seperti kelompok-kelompok terapi tingkah laku lainnya, kelompok latihan asertif ditandai dengan struktur yang mempunyai pemimpin. Secara khas session berstruktur sebagai berikut:

Session pertama, yang dimulai dengan pengenalan tentang kecemasan sosial yang tidak realistis, pemusatan pada belajar menghapuskan respons-respons internal yang tidak efektif yang telah mengakibatkan kekurangtegasan dan pada belajar peran tingkah laku baru yang asertif. Session kedua bisa memperkenalkan sejumlah latihan relaksasi, dan masing-masing anggota menerangkan tingkah laku spesifik dalam situasi-situasi interpersonal yang

Page 62: Transactional Analysis

dirasakannya menjadi masalah. Para anggota kemudian membuat perjanjian untuk menjalankan tingkah laku menegaskan diri yang semula mereka hindari sebelum memasuki session selanjutnya. selama session ketiga, para anggota menerangkan tentang tingkah laku menegaskan diri yang telah dicoba dijalankan oleh mereka dalam situasi-situasi kehidupan yang nyata. Mereka berusaha mengevaluasi dan jika mereka belum sepenuhnya berhasil, kelompok langsung menjalankan permainan peran.

Session selanjutnya terdiri atas penambahan latihan relaksasi, penggulanggan perjanjian untuk menjalankan tingkah laku menegaskan diri yang diikuti oleh evaluasi.

Session yang terakhir bisa disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan individual para anggota. Sejumlah kelompok cenderung berfokus pada permainan peran tambahan, evaluasi dan latihan, sedangkan kelompok yang lainnya berfokus pada usaha mendiskusikan sikap-sikap dan perasaan-perasaan yang telah membuat tingkah laku menegaskan diri sulit dijalankan.

                    Terapi kelompok latihan asertif pada dasarnya merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Fokusnya adalah mempraktekkan melalui permainan peran, kecakapan-kecakapan bergaul yang baru diperoleh sehingga individu-individu diharapkan mampu mengatasi ketidakmemadai dirinya dan belajar bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu. Selengkapnya baca pada lampiran ”Latihan Keasertifan” (Davis et al : The Relaxation and Stress..............).

                   c. Pembangkitan Gairah Seksual. Pasien diajarkan membangkitkan gairah seksual sampai hilang anxietasnya dengan kerjasama pasangan. Kegiatan seksual dilakukan bertahap, misalnya  mulai dari pegangan tangan bila timbul anxietas tahap ini diulang-ulang lagi kemudian ke tahap menyentuh area sensisitif atau G-spot sampai terjadi coitus. Kedua pihak diajarkan tentang dan bagaimana menyentuh daerah-daerah sensitif untuk dapat saling menyenangkan dan diberi pendidikan seks atau Terapi Seks (Kaplan, Master & Johnson).  

                   d. Pembanjiran (Flooding or Implosif). Teknik-teknik pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik Pembanjiran berbeda dengan teknik Desensitisasi Sistematik dalam arti teknik pembanjiran tidak menggunakan agen pengondisian balik maupun tingkatan kecemasan. Terapis memunculkan stimulus-stimulus penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi dan terapis berusaha mempertahankan kecemasan klien. ........jika seseorang secara berulang-ulang dihadapkan pada suatu situasi penghasil kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan tidak muncul,

Page 63: Transactional Analysis

maka kecemasan tereduksi atau terhapus.Stampfl (1975) mengembangkan teknik yang berhubungan dengan teknik pembanjiran yang disebut terapi implosif : seperti halnya dengan desensitisasi sistematik, terapi implosif berasumsi bahwa tingkah laku neurotik melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan. Terapi Implosif berbeda dengan Densensitisasi Sistematik dalam usaha terapis untuk menghadirkan luapan emosi yang masif. Alasan yang digunakan oleh teknik ini adalah klien diarahkan untuk membayangkan situasi-situasi (stimulus-  stimulus) yang mengancam. Dengan secara berulang-ulang dan dimunculkan dalam setting terapi dimana konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan dan menakutkan tidak muncul, stimulus-stimulus yang mengancam kehilangan daya menghasilkan kecemasannya dan penghindaran neurotik pun terhapus.

                   Prosedur-prosedur penanganan klien mencakup :     pencarian stimulus-stimulus yang memicu gejala,

menaksir bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala-gejala itu membentuk tingkah laku klien,

meminta kepada klien untuk membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkannya tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang dihadapinya,

    bergerak semakin dekat kepada ketakutan yang paling kuat yang dialami klien dan

    meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paing ingin dihindarinya dan

    mengulang prosedur-prosedur tersebut sampai kecemasan tidak lagi mucul dalam diri klien.

                      Stampfl (1975) juga mencatat sejumlah studi yang membuktikan kemanjuran terapi implosif dalam menangani para pasien gangguan jiwa yang dirumah sakitkan, para pasien neurotik, pasien Psikotik dan orang-orang yang menderita Fobia. Stampfl menyatakan bahwa terapi implosif berbeda dengan terapi-terapi konvensional dalam arti terapi implosif tidak menekankan pemahaman sebagai agen terapeutik. Terapi implosif adalah suatu metode langsung yang menentang pasien “untuk menatap mimpi-mimpi buruknya”.

                   e. Aversif. Teknik-teknik pengondisian aversif, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan tingkah laku yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus-stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramuan yang membuat mual. Kendali aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunaan berbagai bentuk hukuman. Contoh pelaksanaan penarikan pemerkuat positif adalah mengabaikan ledakan kemarahan anak guna menghapus kebiasaan mengungkapkan ledakan kemarahan pada si anak. Jika perkuatan sosial ditarik, tingkah laku yang tidak diharapkan cenderung berkurang frekuensinya. Contoh penggunaan hukuman sebagai cara pengendalian

Page 64: Transactional Analysis

adalah pemberian kejutan listrik kepada anak Autistik ketika tingkah laku spesifik yang tidak diinginkan muncul.

                   Teknik-teknik aversif adalah metode-metode yang paling kontroversial yang dimiliki oleh para behavioris meskipun digunakan secara luas sebagai metode-metode untuk membawa orang-orang kepada tingkah laku yang diinginkan. Kondisi-kondisi diciptakan sehingga orang-orang melakukan apa yang diharapkan dari mereka dalam rangka menghindari konsekuensi-konsekuensi aversif. Sebagian besar lembaga sosial menggunakan prosedur-prosedur aversi untuk mengendalikan para anggotanya dan untuk membentuk tingkah laku individu agar sesuai dengan yang telah digariskan. Gereja menggunakan pengucilan, perusahaan-perusahaan menggunakan pemecatan dan penangguhan upah, sedangkan pemerintah menggunakan denda dan hukuman penjara.

                   Kendali aversif acap kali menandai hubungan orang tua-anak, kendali-kendali bisa bekerja secara langsung dan disadari dan bisa pula secara tidak langsung dan terselubung. Baik anak maupun orang tua bisa dikendalikan oleh apa yang terjadi dalam situasi-situasi tertentu dan boleh jadi situasi-situasi itu tidak bisa dijelaskan. Seseorang anak diberi hak istimewa jika ia menyelaraskan diri dengan bertingkah laku sebagaimana yang diharapkan orang tuanya. Dia belajar bahwa orang tuanya memiliki suatu taraf toleransi terhadap tangisan, teriakan, permintaan dan rengekan anak serta belajar bahwa pada akhirnya orang tuanya itu akan memenuhi permintaannya.Dalam suasana (setting) yang lebih formal dan terapeutik, teknik-teknik aversif sering digunakan dalam penanganan berbagai tingkah laku yang maladaptif, mencakup minuman alkohol secara berlebihan, kebergantungan pada obat bius, merokok, obsesi-obsesi, kompulsi-kompulsi, Fetisisme, berjudi, Homoseksualitas, dan penyimpangan seksual seperti Pedofilia.Teknik ini merupakan metode yang utama dalam penanganan alkoholisme. Seorang alkoholik tidak dipaksa untuk menjauhi alkohol, tetapi justru disuruh meminum alkohol. Akan tetapi, setiap tegukan alkohol disertai pemberian ramuan yang membuat si alkoholik merasa mual, dan kemudian muntah. Si alkoholik lambat laun akan merasa sakit meskipun hanya melihat botol alkohol. Pengetahuan tentang pengaruh-pengaruh buruk dari alkohol cenderung mengahambat alkoholisme tetapi terdapat kemungkinan bahwa alkoholik kembali pada kebiasaan semula setelah periode penahanan diri yang singkat. Selain pada penanganan alkoholisme, prosedur-prosedur aversi telah digunakan secara berhasil pada penanganan penyimpangan-penyimpangan seksual dengan mengasosiasikan stimulus yang menyakitkan dengan objek atau tindakan seksual yang tidak layak. Satu kesalahpahaman yang populer  adalah bahwa teknik-teknik yang berlandaskan hukuman merupakan perangkat yang paling penting bagi para terapis tingkah laku.Butir yang penting adalah bahwa maksud prosedur-prosedur aversif ialah menyajikan cara-cara menahan respons-respons maladaptif dalam suatu

Page 65: Transactional Analysis

periode sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh tingkah laku alternatif yang adaptif dan yang akan terbukti memperkuat dirinya sendiri.Hukuman jangan sering digunakan meskipun mungkin para klien sendiri menginginkan penghapusan tingkah laku yang tak diinginkannya melalui penggunaan hukuman. Apabila cara-cara yang merupakan alternatif bagi hukuman tersedia, maka hukuman jangan digunakan. Cara-cara yang positif yang mengarah pada tingkah laku yang baru dan lebih layak harus dicari dan digunakan sebelum terpaksa menggunakan pemerkuat-pemerkuat negatif. Acapkali, tingkah laku bisa diubah hanya dengan menggunakan perkuatan positif yang mengurangi kemungkinan terbentuknya efek-efek samping yang merusak dari hukuman. Di samping itu, jika hukuman digunakan, bentuk-bentuk tingkah laku adaptif  yang merupakan alternatif perlu secara jelas dan secara spesifik digambarkan serta hukuman harus digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan klien merasa ditolak sebagai pribadi. Yang juga penting adalah klien dibantu agar dia mengetahui bahwa konsekuensi-konsekuensi aversif diasosiasikan hanya dengan tingkah laku maladaptif yang spesifik. Tehnik Aversif hanya boleh dilakukan pakarnya!

             B.  Pengondisian Operan.                            TL yang terjadi dari Pengondisian Operan disebut TL operan (Operan

Behaviour) dapat dimodifikasi bila maladaptif dengan prinsip yang sama yaitu mengontrol konsekuensi, demikian juga untuk pembentukan TL yang konstruktif atau perbaikan TL yang inapproriate. Teknik pengontrolan adalah Penguatan (Reinforcement), Pembentukan (Shaping) dan Penghapusan (Extinction) dari konsekuensi.

             1. Penguatan Positif (Positive Reinforcement).                             Penguatan positif (PP) maksudnya adalah jika suatu TL muncul dan

diberikan        positive reinforcer maka hal ini akan dilakukan lagi bila seseorang menemui               situasi yang sama kali berikut. Positive reinforcer (Pr) adalah sesuatu yang diberikan menyusul suatu TL apakah itu hadiah (reward) atau hukuman (punishment). Misalnya seorang ibu yang lagi asyik bercakap-cakap dengan temannya ditarik-tarik bajunya (TL) oleh anaknya yang berumur 3 tahun. Si anak gagal memperoleh perhatian ibu kemudian menangis dan pergi bermain dengan pembantu rumah tangga (konsekuensi) maka di kemudian hari si anak lebih suka kepada pembantu daripada mendapatkan perhatian ibunya (TL operan). Sikap acuh si ibu adalah Pr. Bila si ibu mendekap si anak saat itu (Pr) dan si anak tenang (konsekuensi) maka di kemudian hari ibu tinggal mendekapnya untuk menenangkan anak itu (TL operan).

                                     Pr dapat diklasifikasikan dalam consumeable, aktifitas, manipulasi, kepemilikan dan sosial. Consumeable misalnya : permen, kue, buah-buahan, junk food. Aktifitas misalnya : boleh menonton TV sesudah makan malam, hobbi, pekerjaan tangan, sports, gardening, jogging, window shopping, hiking, mendengarkan radio-tape, nonton sepak bola. Manipulasi misalnya : boleh bermain dengan mainan favorit, menggambar dengan warna. Kepemilikan

Page 66: Transactional Analysis

misalnya: punya kamar sendiri, meja belajar sendiri, memilih baju yang disukainya. Sosial misalnya : memuji kepatuhan menahan leher dari pasien Diabetes, menepuk bahu, pelukan, ciuman, undangan pesta.

                                     Prinsip-prinsip yang diterapkan adalah :  Seleksi TL yang diharapkan atau akan dimodifikasi secara spesifik. Misalnya :

Pasien Retardasi Mental mandi sendiri tiap pagi (spesifik) bukan bagaimana membuat dia mematuhi orang tua.

  Seleksi Pr berdasarkan pendataan, ketertersediaannya, mudah diberikan, dapat berulang-ulang diterapkan dan segera diterima pelaku.

  Penerapan PP dengan menjelaskan pada individu yang dimaksud, kuatkan segera TL yang dikehendaki untuk dilakukan, ucapkan TL yang dimaksud dengan jelas, beri pujian dan kontak fisik sewajarnya. Misalnya : ”Bagus, anak papa sudah makan dengan sopan” diucapkan dengan ekspresi wajah meyakinkan plus bertepuk tangan terhadap TL yang muncul bukan hanya ”Anak pintar” sehingga tidak bermakna penguatan positifnya.

                            2. Penghilangan (Extinction)                                               Penghilangan terjadi bila TL yang terjadi tidak diikuti penguatan,

hal ini terus dilakukan bila individu tersebut menemui situasi yang sama atau frekuensi TL tersebut semakin rendah. Misalnya : sering mengabaikan rengekan anak, pura-pura tidak mendengar teriakan pasien histerikal sampai dia tenang, selalu tidak memuji pasien psikotik yang sudah mandi pagi.

                                   Panduan untuk penghilangan sebagai berikut :  Seleksi TL yang akan dihilangkan secara spesifik.Misalnya : menghilangkan

kebiasaan anak minta dijaga di sekolah (spesifik) bukan ketergantungannya pada ibu.

  Amati TL yang akan dihilangkan,  Pr yang diberi,  Identifikasi TL baru yang diharapkan dan Pr-nya dan situasi-kondisi (setting)

penerapannya.                                     Terapkan poin-poin diatas dengan instruksi yang jelas. Misalnya : ”Tiap

kali anda mengeluarkan makian, maka urutan anda semakin  dibelakang” diucapkan petugas pada antrian pasien GAKIN.3. Pembentukan (Shaping).         Pembentukan adalah prosedur untuk mendapatkan TL baru dengan penguatan berturut-turut dan penghapusan TL yang tidak diinginkan. Misalnya para orangtua mengucapkan ’mama’ pada saat bayinya mulai mengeluarkan ”mmmmm” atau ”aaaaa” sampai si bayi berhasil mengucapkan ‘mama’ dan melupakan ‘mmmmm atau aaaaa’.Panduan untuk pembentukan TL:

  Pilih TL yang dituju (terminal behaviour), spesifik dalam kualitas, ketepatan, kuantitas, intensitas dan waktunya.

  Pilih juga Pr.  Gambarkan langkah-langkah pencapaian mulai dari TL awal (initial behaviour).  Terapkan. Jangan ke langkah berikut sebelum menguasai langkah terdahulu,

pergunakan Pr secara appropriate. Misalnya : membuat seseorang tenang

Page 67: Transactional Analysis

mendengarkan ceramah (terminal behaviour). Dia duduk tenang (initial behaviour) selama 10 menit, hal ini diulang-ulang kadang disertai Pr kemudian duduk tenang 20 menit, setelah berhasil,  lanjutkan sampai dia sanggup duduk tenang 60 menit.4. Penguatan Intermiten (Intermittent Reinforcement).                  Penguatan intermiten adalah penguatan secara terputus atau berjarak untuk mempertahankan TL. Untuk maksud ini harus dibuat jadwal penguatan (reinforcement schedule). Jadwal dibuat berdasarkan respon dan interval munculnya TL baik secra kontinyu, periodik atau bervariasi dalam frekuensi penguatan. Misalnya berdasarkan Respons TL – Frekuensi Bervariasi maka jika seorang anak Retardasi Mental berhasil menamakan suatu benda (respon TL) maka dapat atau tidak (frekunsi bervariasi) diberikan reward. Penguatan intermiten untuk meningkatkan dan atau mempertahankan TL memakai prinsip ini juga bila diterapkan untuk menurunkan frekuensi TL yang tidak diinginkan. Pada penurunan frekuensi TL, misalnya seorang pasien Autis dijauhkan dari kelompok pasien lain tiap kali ribut dan kalau diam dikelompokkan kembali.Untuk meningkatkan dan mempertahankan TL dipakai jadwal (schedule):

  Fixed Ratio Schedule : Penguatan terjadi setelah pasien melakukan sekelompok respons TL tertentu yang diharapkan.

  Variable Ratio Schedule : Penguatan terjadi pada jumlah respon TL yang bervariasi.

  Fixed-Interval Schedule : Penguatan diberi setelah periode interval tertentu.  Fixed Interval with Limited Hold Schedule : Penguatan diberikan         setelah

interval periodik dan durasi tertentu dari respon TL diharapkan.  Variable Interval Schedule : Penguatan diberikan tanpa memperhatikan

interval pemunculan respon TL sekarang dan sebelumnya.  Variable Interval with Limited Hold Schedule : Penguatan tetap diberikan

dengan variasi interval pemunculan dan durasi melakukan TL ditetapkan.  Fixed Duration Schedule : Penguatan diberikan bila respons TL berlangsung

dalam durasi waktu tertentu.  Variable Duration Schedule : Penguatan tetap diberikan walaupun durasi

berlangsungnya TL bervariasi.Untuk menurunkan atau menghilangkan TL dipakai :  Differential Reinforcement of Low Rates : Penguatan diberi bila respons TL

menjadi sangat rendah frekuensinya. Pada full session, penguatan diberi pada akhir pengamatan, pada intervally penguatan diberi pada interval-interval tertentu sepanjang observasi dan pada space, mirip interval, diberlakukan pada TL yang diinginkan tapi berlangsung terlalu sering.

  Differential Reinforcement of Zero Responding : Penguatan diberi bila tidak muncul respons TL yang dikehendaki baik full session, intervally ataupun space.

  Differential Reinforcement of Incompatible Responding : Penguatan diberi bila respons TL yang ingin dihilangkan diganti dengan TL yang bersaing.5. Conditional Reinforcement or Token System

Page 68: Transactional Analysis

Stimuli yang mulanya tidak menguatkan tetapi bila digabungkan dengan penguat lainnya akan bermakna disebut conditioned reinforcement dan bila ini ditukarkan dengan penguat lainnya disebut token system. Misalnya istri ingin mendapat perhatian lebih banyak perhatian dari suami sementara suami ingin banyak coitus maka ditetapkan bersama bahwa setelah suami memberikan 7 kali perhatian pada istrinya baru bisa dilakukan coitus. Bisa dibayangkan, suami akan memberi perhatian pada istri asal..........6. Hukuman (Punishment)                  Hukuman adalah kejadian (event) yang segera dihadirkan hingga menyebabkan frekuensi TL dimaksud menurun atau tidak dilakukan lagi bila individu menemui hal yang sama kemudian. Hukuman digolongkan dalam :                                  Fisik, misalnya : memukul pasien Skizofrenia yang tidak mau mandi.                                 Perintah yang jelas, misalnya : ”Jangan melompat dari atas situ, dapat mematahkan kaki anda!”.                                 Time out yaitu mengeluarkan individu dari situasi dimana TL terjadi. Misalnya : Pasien yang mengamuk diisolasi, murid yang tidak menjawab benar harus berdiri walaupun tetap dalam ruangan kelas.                                 Denda, misalnya pengemudi membayar sejumlah uang kalau tidak pakai seatbelt, dibuat perjanjian bila terlambat datang coschaap maka coass duduk ’listening’ pasien Depresi Berat dengan Gejala Psikotik selama 2 jam saja.Sementara faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan hukuman:       Memaksimalkan kondisi-kondisi untuk respons TL alternatif yang diinginkan terapis.       Minimalkan penyebab respons TL yang akan dihukum.       Pilih hukuman yang sesuai dengan TL.       Hukuman yang efektif diberikan segera setelah TL yang tidak diinginkan muncul dan cegah jangan hukuman jadi Pr TL tersebut.7.Escape and Avoidance Conditioning                  Escape conditioning adalah penyingkiran segera stimuli sehingga respons TL bertambah, misalnya anak yang ingin mobil-mobilan di rak atas segera diambilkan orang tuanya sehingga dia tahan bermain dalam rumah.Avoidance conditioning adalah situasi munculnya TL tertentu mencegah datangnya hukuman, misalnya seorang anak minum susunya sebelum dimarahi mamanya atau seorang suami memberi SMS pada istri bahwa dia tidak bisa tiba di rumah pada jam makan malam karena ada meeting di luar kota.                               Disadur dan diringkas dari :Martin G.L, Pear JJ : Behaviour Modification : What It Is and How To Do It. 3rd ed.Prentice Hall, New Jersey,1988.Corey G : Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Terjemahan. Edisi 2. Refika Aditama, Bandung, 2005.

Page 69: Transactional Analysis

Diposkan 13th March 2012 oleh Fredy Didy Senduk,dr. Label: Terapi Tingkah Laku (Behaviour Therapy)

0 Tambahkan komentar

4.Mar13

Terapi Tingkah Laku Rasional Emotif/RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPY

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPY(Terapi Tingkah Laku Rasional Emotif)

transcription/terjemahan psikoterapi

“A fool take no pleasure in understanding but expressing personal opinion  only.”   #Proverbs#.

                                                                                                                                                                                                                             

I.            Tujuan Dan Hasil Terapi ujuan Terapi Tingkah Laku Rasional Emotif   (TTRE) adalah mencapai keadaan lebih baik dari sekarang bukan hanya merasa lebih baik (get better not just feel better), meminimalkan pandangan yang

menyalahkan diri sendiri (self defeating) dan memberi pandangan- pandangan kehidupan yang realistik dan rasional. Hal ini dapat dikalimatkan sebagai “meskipun tidak  menguntungkan ketika saya tidak mendapat apa yang  saya inginkan (want), sesungguhnya saya tidak  membutuhkannya (need) dan hal itu bukanlah sesuatu  yang buruk (awful) kecuali kalau saya menilainya  demikian”.                                                                                                                                

T

Hasil dari TTRE adalah penerimaan diri tanpa syarat (unconditional self acceptance) yaitu menerima diri sendiri, seluruh keberadaan (existence) dan kehidupan (aliveness) seseorang tanpa tuntutan (requirement) atau syarat-syarat (condition) apapun yang mendasarinya selama ini. Misalnya, seseorang merasa senang kalau dia menyenangkan sesama, hal ini bagus padahal dalam realita, manusia tidak selalu dapat  melakukannya, bahkan untuk satu orang saja yang sangat disenanginya. Hal ini menunjukkan kebutuhan berlebihan (inordinate need) menyenangkan orang lain dengan tidak menerima atau menyadari keterbatasan atau ketidakmampuan untuk memenuhi hal itu pada kondisi tertentu.

Page 70: Transactional Analysis

Penerimaan keberadaan diri bukanlah karena menyerah (surrender) pada inordinate needs tetapi terjadi karena berhenti memaksa meraih pemenuhan hasrat berlebihan itu dengan murni memilihnya (pure selfchoosing). Jika pasien sudah memilih  uncoditional self acceptance maka dia diarahkan untuk menikmati long range hedonism lewat disiplin dan kerja keras dalam mewujudkannya. Long range hedonism adalah menikmati momen-momen menyenangkan kehidupan dalam jangka waktu yang lebih panjang tanpa lari dan atau menolak kepahitannya. Hal ini dapat tercapai dengan masuk pada kesenangan utama (vital absorbing interest), petualangan dan eksperimentasi berdasarkan pikiran terbuka, mendapatkan dan melakukan sikap untuk memecahkan masalah dan berusaha keras mempraktekannya (work and practice) dalam hidup seseorang.

II                  Fungsi dan Peran TerapisFungsi dan peran terapis adalah menemukan dan menetapkan hipotesis dan atau keyakinan-keyakinan irasional (irrational beliefs) pasien dan memperdebatkannya (disputes) dimana hal ini menimbulkan konsekuensi emosional yang buruk dengan tingkah laku yang maladaptif kemudian mengembangkan filsafat-filsafat, keyakinan-keyakinan, pikiran, emosi, dan tingkah laku hidup yang rasional. Terapis menyerang inti pikiran irasional pasien lewat reedukasi secara deduktif, direktif dan logis, dalam dimensi-dimensi pikiran dan perasaan kemudian menggantikannya dengan yang rasional. Terapis menunjukkan secara kognitif kepada pasien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan erat dan langsung dengan keyakinan irasional tentang keharusan (must-urbation) dan kengerian (awfulness) hal mana terjadi karena dia sekarang mempertahankan verbalisasi mengalahkan diri sendiri dan penerapannya. Misalnya, “Saya tidak tenang kalau terlambat datang coschaap” dengan kata lain dia melakukan dan menanamkan ide irasional ke kepalanya karena ada kemungkinan suatu hari jalanan macet oleh karena itu dia tidak dapat selalu tiba pada waktunya apalagi dengan tambahan tidak tenang, dimana ini adalah suatu gambaran kengerian atau future anxiety padahal adalah juga mungkin pasien di rumah sakit tenang-tenang saja dan dokternya datang lebih terlambat lagi. Selanjutnya, terapis mengusahakan pasien meninggalkan keyakinan irasionalnya, memperdebatkannya dan memberi keyakinan-keyakinan yang rasional mencapai efek emosi yang appropriate dan tingkah  laku adaptif.

                                               

III               Teori a-b-c dan Psikopatologi            TTRE berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang punya rasio (pikiran) jadi berpotensi rasional dan jujur atau irasional dan pembohong. Manusia memiliki kecenderungan memelihara diri, berbahagia, mencintai,

Page 71: Transactional Analysis

bergabung dengan sesama, mengaktualkan diri atau terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungsi, merusak diri dan kecenderungan lain yang sebaliknya. Menurut Albert Ellis, ketika beremosi manusia juga berpikir dan bertindak ketika bertindak dia berpikir dengan beremosi dan ketika berpikir dia juga beremosi dengan bertindak. Karena bisa berpikir, manusia bukan korban pengondisian pasif masa sebelumnya sehingga menjadi Neurotik atau Psikotik tetapi sebenarnya terjadi karena pemikiran tidak realistis, misinterpretasi, miskonsepsi dan overdemanding dalam pengalaman hidup sebelumnya atau dimasa kanak-kanak. Hal ini nyatadari verbalisasi seorang pasien “Kenapa saya harus minum pil-pil murahan ini? Saya pikir itu menakutkan!” Kalau begitu kenapa dia tidak membeli pil yang mahal saja supaya tidak menakutkan atau karena pernah mengalami pengalaman buruk bagaimana pahitnya menelan kina sampai muntah-muntah sehingga timbul mispersepsi bahwa semua pil menyebabkan hal demikian (irratoinal generalization), boleh ‘kan diminum bersama madu supaya manis.Pasien dan hanya dialah, bukan pengalaman masa lalu yang berperan besar memasukannya (trapped in) pada gangguannya dengan bereaksi berlebihan atau meremehkan dan terus mempertahankan ide-ide bodoh dan selalu berespon dengan gaya yang sama  seperti waktu-waktu sebelumnya. Contoh, ketika seseorang gagal dalam suatu pekerjaan, dia berkata “Saya tidak melakukan sebaik yang harus saya lakukan untuk mendapatkan pengakuan orang lain.” Dia bereaksi meremehkan kemampuan diri dengan berlebihan terhadap harapannya dan terus mempertahankan ide ini lengkap dengan respon berlebihan seperti “Itu menyedihkan sekali! Aku tak sanggup lagi!”. Ketika seseorang berdasarkan nilai-nilai, keyakinan, standar-standar dalam tingkah lakunya bersifat absolutistik, perfeksionistik pada maksud dan tujuannya maka dia cenderung mengalami gangguan emosional. Mereka mengalami distorsi fiksional pada nilai-nilai keharusan dan tidak harus.Teori A-B-C  dari TTRE menerangkan gangguan psikiatris yang terjadi pada manusia.A = activating events or actions adalah keberadaan faktor, peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang yang mengaktifkan C. B = belief system adalah keyakinan nilai, standar, pola pikir seseorang apakah rasional (rB) atau irasional (iB). C = consequences adalah konsekuensi, akibat atau hal, emosi, pikiran dan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. C nampaknya disebabkan oleh A padahal iB adalah penyebabnya. Misalnya jika seseorang mengalami Depresi (C) sesudah perceraian (A) bukanlah perceraian itu yang menyebabkan depresi secara langsung melainkan keyakinan orang itu bahwa perceraian adalah akhir hidupnya yang mengerikan oleh karena penolakan dan kegagalan yang terjadi (iB). iB adalah penyebab C bukan A, dengan kata lain reaksi gangguan emosional diciptakan oleh pemikiran irasional orang itu sendiri.Gangguan emosional selanjutnya dipertahankan oleh keputusan-keputusan yang tidak logis yang terus diulang-ulang individu seperti ”Saya benar-benar bersalah dalam peristiwa itu dan ini adalah bencana yang mengerikan!”.

Page 72: Transactional Analysis

Manusia merasakan seperti yang dia pikirkan (Ellis). Reaksi emosional (C) seperti depresif di arahkan dan dipertahankan oleh sistem keyakinan yang meniadakan diri berdasarkan gagasan-gagasan irasional (iB) yang dimasukkan individu. Dalam TTRE pasien didorong mengubah respon-respon emosionalnya (C) yang disfungsional lewat penjelasan dari apa yang mereka katakan pada diri sendiri secara irasional (iB) dan mengajari individu dengan membantah atau memperdebatkan (D = disputes) keyakinan-keyakinan irasional mereka (iB). Sebagai mahluk rasional, kecuali ada kerusakan otak, maka manusia mampu melatih dirinya sendiri untuk mengubah atau menghapus keyakinan-keyakinan irasional yang mengalahkan diri diri (self defeating). Perubahan semakin mungkin terjadi jika individu dibantu memahami pemikiran irasionalnya kemudian diajarkan beremosi dan bertindak apropriate. TTRE berasumsi bahwa individu mengalami gangguan emosi dan tingkah laku berhubungan kausatif dengan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai irasionalnya maka untuk membuat perubahan dicapai dengan menghadapkannya secara langsung pada filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan bagaimana iB sampai mengganggu, dan menyerang ide-ide irasional serta mengajari pasien bagaimana berpikir rasional dan logis supaya mampu mengubah atau menghapus iB untuk mendapatkan emosi dan tingkah laku yang appropriate (E = effect) sebagai seorang yang rasional.Pandangan kognitif lain yang  kurang konfrontatif, lebih dialogis halus berasal dari dr. Aaron T. Beck yaitu dengan memandu pasien menyadari apa yang dipikirkan selama ini, mengenalinya bahwa itu kacau (awry) kemudian menggantinya dengan penilaian yang akurat dan terakhir menginformasikan pasien bahwa perubahan yang dilakukan sudah betul (correct).Misalnya pada triad Depresi dari Beck :

1.   individu tidak menyukai dirinya  (negative self view)2.   kejadian diinterpretasi negatif  (negative interpretation

of experince)3.   masa depan dianggap suram  (negative view of

future).

Hal-hal ini dibicarakan dalam dialog kognitif terstruktur yang intinya melepaskan pasien dari pola berpikir terlalu mutlak, ekstrim atau sempit-individualistik (arbitrary). Pasien diajar mereevaluasi pikiran otomatis ini dan mengkonsepkan kembali secara rasional aturan-aturan yang dipegangnya selama ini. Misalnya aturan ”untuk dapat berbahagia, saya harus diterima semua orang” dikonsepkan kembali sebagai ”saya dapat bahagia dengan menyenangkan banyak orang walaupun tidak semua orang”.           

Page 73: Transactional Analysis

IV. TEHNIK DAN PROSES TERAPIDalam mengajar, terapis menginterpretasi pikiran-pikiran, emosi dan tingkah laku pasien dengan aspek-aspek :

    Active-directive : terapi sebagai guru dengan bahasa sederhana, tidak berputar-putar dan berdasarkan prinsip ilmiah.

     Materi : fokus pada hal-hal yang tidak disadari bahkan ditekan pasien.     Sejak awal langsung menginterpretasi secara mendalam.    Menerima kesalahan dan imoralitas diri pasien, tidak menyalahkan tetapi

menyerang sifat dan sikap yang menyalahkan diri (self condemnation).Kuliahi pasien bagaimana mereka

berulang-ulang membuat sedih dirinya (upsetting) dengan proses must-urbation atau keharusan yang salah atau mengindoktrin diri sendiri dengan iB.

Metode terapinya sebagai berikut: A. KognitifTeknik dan proses terapi adalah pengajaran atau edukasi pasien untuk membedakan antara pikiran logis-empirik yang matang dan alasan bodoh pembuat masalah. Terapis mulai dengan menginterpretasi keyakinan-keyakinan irasional (iB) pasien yang menjadikannya terganggu atau menghubungkan keluhan saat ini dengan iB yang digunakan pasien untuk mengalahkan dirinya. Terapis memberi penjelasan dasar-dasar ilmiah tentang sistem keyakinan pasien berdasarkan teori A-B-C dari TTRE selanjutnya berkonfrontasi dengan pasien atau menyanggah (refutation) misalnya, ”Anda baca dari mana bahwa perceraian adalah akhir dari hidup? Penelitian mana yang sejalan dengan pikiran anda bahwa dengan tidak berhubungan seks anda menjadi seseorang yang menyedihkan”. Setelah pasien disadarkan, terapis memberi alternatif pemecahan masalah yang sebenarnya lawan dari keyakinan irasional (iB) pasien. Hal-hal ini dicapai dengan pertemuan-pertemuan konsultasi, disuruh membaca buku-buku TTRE, pekerjaan rumah dan humor sehingga emosi dan tingkah laku pasien berubah lebih rasional.             TTRE merupakan konfrontasi langsung terhadap filosofi-filosofi pasien, menunjukkan bagaimana hal ini mengganggu mereka dan bukan oleh sebab kejadian atau orang lain. Terapis secara aktif-direktif mengajar pasien bilamana mengalami emosi atau tingkah laku yang menyalahkan diri (C) maka hal ini bukanlah secara langsung disebabkan peristiwa pengaktif (A) tetapi paling banyak bersumber dari interpretasi filosofi, pandangan, pendapat, ide atau keyakinan irasionalnya (iB). Selanjutnya terapis menunjukkan bagaimana secara logis-ilmiah menentang atau memperdebatkan (D) keyakinan irasional pasien (iB) sampai tiba pada efek

Page 74: Transactional Analysis

kognitif (cognitive Effect = cE) dan akhirnya bisa mencapai efek emosi (emotional Effect = eE) yang appropriate dan tingkah laku yang efektif (behaviour Effect =bE). Not just feel better but getting better! (Menyangkal Ide Irasional”, Davis et al:Relaxation ….).B. Teknik Emotif

   1. Imaginasi Rasio-Emotif      (Rational     Emotive Imaginary)      A.Negative imaginary: pasien membayangkan (fantasized) sehidup

mungkin dari A yang sudah atau akan terjadi sehingga merasa tidak menyenangkan seperti anxious (C). Alami perasaan mengganggu ini sebentar, jangan hindari, hadapi dan alami. Pasien kemudian menahan perasaan ini sampai benar-benar menyakitkan kemudian merubahnya kembali menjadi sekedar mengecewakan. Hal ini diulang-ulang sampai pasien menyadari atau mendapatkan keyakinan baru yang rasional (rB) bahwa hal A hanyalah terasa kurang menyenangkan (displeased) bukan suatu status emosi C yang sangat menyedihkan (emotionally upset).

   2. Positive imaginary : pasien membayangkan suatu hal A yang sangat buruk kemudian timbul gangguan paling mengganggu di C. Perhatikan pikiran B apa saja yang timbul dalam proses ini, ketika mendapatkan ini sebagai iB maka perdebatkan itu (D) sehingga tidak mempercayainya lagi (disbelieving). Gambarkan status perasaan E dengan  kuat setelah disbelieving atau setelah menerima rB.

2. Penerimaan Diri Tanpa Syarat (Unconditional Self Acceptance). Terapis menunjukan kekurangan-kekurangan pasien, diskusikan kejatuhannya, jangan tertawakan tetapi buat mereka fokus pada hal ini. Tunjukkan bahwa terapis menyukai keadaan ini demi perubahan kemudian gali dan tunjukkan kemampuan pasien dibanding apa yang dipikirkannya selama ini. Pasien diajari menerima kekurangan dan kebodohan diri sendiri terutama untuk berhenti memenuhi hasrat yang berlebihan sebagai manusia tanpa cacat-celah atau perfect sehingga dapat menerima suasana menyejukan ungkapan puitis Kahlil Gibran: “Ah.....betapa terhormatnya hati yang luka yang dapat menyanyikan lagu kebahagiaan dengan hati gembira”.

3. Latihan Menghilangkan Rasa Malu (Shame Attacking Exercise). Setelah secara kognitif diperdebatkan tentang tingkah laku pasien, misalnya berdasarkan pertanyaan ‘Apa yang sebenarnya memalukan tentang tingkah laku saya ?’ maka pasien diminta melakukan hal-hal yang dianggap memalukan dirinya (humiliated and outlandish) misalnya berani memakai baju kesukaan yang tidak trend lagi ditengah anggota keluarga atau teman dekat.

4. Membuka Diri (Self Disclosure). Terapis menguatkan (encouraged) pasien untuk menceritakan padanya hal-hal yang dipendam karena dianggapnya akan menimbulkan penolakan orang lain hal mana dianggap sangat mengerikan. Selanjutnya, permasalahan pasien didiskusikan dengan gaya A-B-C dari TTRE.  

Page 75: Transactional Analysis

5. Bermain Peran (Role Playing). Misalnya pasien susah berkomunikasi maka role playing dapat dilakukan dengan terapis atau dalam kelompok terapi dimana pasien didorong lebih terbuka. Gaya bicaranya dikritik dengan merubah-merubah peran dan situasi dalam kelompok layaknya bermain drama sampai pasien terlatih bicara dengan peran atau situasi di dunia nyata.

6. Bahasa Ledakan Emosi (Emotional Charged Language). Pasien diajarkan menggunakan bahasa emosi yang terapeutik seperti “Saya dapat berhenti merokok karena bisa terkena kanker paru!” dengan pengaturan tekanan, intonasi dan nada emosi pada kata, kelompok kata atau  kalimat ini. Misalnya memberi tekanan intonasi kuat pada kata “dapat”. Mereka juga diminta mengurangi pemakaian kata-kata seperti harus, mesti, selalu, sangat, amat, terlalu dan sebagainya dalam menggambarkan respon emosionalnya dan menggantinya dengan sekedar, bias atau agak.C. Metode Tingkah Laku Kognitif  (Cognitive Behaviour Methode)Jika persoalan pasien adalah kekurangan informasi sehingga menghalau pikiran mengontrol tingkah laku yang maladaptif atau buruk maka hal ini diselesaikan dengan peningkatan kesadaran pasien dan pemberian informasi yang adequate sehingga tingkah laku yang dimaksud dapat dikendalikan.

1. Self Instructional Training. Pada keadaan-keadaan yang membutuhkan disiplin seperti berhenti merokok maka pasien diajarkan untuk menghadiahi atau menghukum tingkah laku (ini) lewat kemampuan kognitif. Misalnya pasien diberi pengertian tentang kalimat “Saya kurangi sekarang atau berakhir dengan gangguan berat paru” atau “Saya merokok kalau pekerjaan sudah selesai”. Pelanggaran disiplin terjadi karena pasien selalu berpikir “Saya tidak dapat berhenti merokok karena sudah terbiasa”. Dia sendiri yang memaksa tingkah laku ini dengan alasan berlebihan, bukankah sebelum merokok dia terbiasa tidak melakukannya? Pola pikir kebiasaan ini adalah keharusan yang dapat diperbaiki dengan teori ABC dari TTRE.Pasien disuruh membuat pernyataan sendiri (self statement) untuk mengendalikan tingkah laku maladaptifnya sekuat itu datang dari orang lain yang punya otoritas. Internalisasi pernyataan ini akan dapat mengontrol tingkah laku karena mengganti ide irasional yang menjadi dasarnya sekaligus memberikan pasien ketrampilan kognitif. Pasien menceritakan secara rinci dalam pikirannya tingkah laku yang akan dirubah. Misalnya pasien yang sering meledak kemarahannya maka dia tidak langsung marah tapi mulai bernarasi “Oh…orang itu datang lagi, saya mulai panas, ah tidak…dengarkan dulu apa yang dikatakannya, tenang, tenang lagi, mmm…begitu ya, ah saya mulai naik darah, ah tidak hanya sedikit gusar, …dan seterusnya…ya..ya..ya saya tidak jadi marah-marah.” Ingat bagaimana seorang guru Taman Kanak-Kanak menggambarkan gunung maka mulai dari titik pertama tangannya menggambar, mulutnya juga berceloteh sampai gambar terbentuk,…..”bukan begitu anak-anak?”

2. Penghentian Pikiran (Thought Stopping). Pasien disuruh meneriakkan berulang-ulang hal yang mengganggunya lalu dipotong tiba-tiba oleh terapis

Page 76: Transactional Analysis

dengan kata “stop” sehingga teriakan berakhir disitu. Kegiatan ini diulang-ulang sampai pasien sendiri bisa mengatakan “stop” untuk menghentikan pikirannya itu. (“Penghentian Pikiran”, Davis et al: Relaxation and ….)

3. Covert Assertion. Covert Assertion adalah penyataan hak pasien yang tidak dipakainya selama ini dengan mengungkapkannya dalam pikiran sendiri. Misalnya tingkah laku kompulsif “penjaga gedung” dimana pasien merasa tidak aman kalau belum mengecek berulang-ulang pintu-pintu rumahnya sebelum bepergian. Ketika hal itu datang, katakan pada diri sendiri “Saya tidak lupa mengunci semua pintu dan jendela, memori saya sebaik Einstein!”. Teknik ini sangat baik dikombinsaikan dengan Thought Stopping pada point 2 diatas.

4. Systematic Rational Restructuring. Teknik ini sama dengan Desensitisasi dalam Terapi Tingkah Laku tetapi disini dilakukakan dengan imajinasi. Terapis membantu pasien menyusun hirarkis stimuli anxietas dari yang paling rendah sampai paling tinggi intensitasnya dan bagaimana dia berhadapan dengan (copying with) situasi itu secara virtual rational. Misalnya pada Acrophobia, pasien disuruh membayangkan dia berada di tingkat satu suatu bangunan dan bagaimana sikapnya mengusir anxietas yang terjadi kemudian didiskusikan dengan terapis berdasarkan teori A-B-C dari TTRE.

5. Reatribution. Reatribution adalah pengaitan kembali dengan penjelasan adekuat rasional terhadap hal, kejadian atau ide yang selama ini miskonsepsi atau salah asosiasi dalam pikiran pasien. Misalnya seorang perempuan diajarkan oleh ibu dan lingkungan wanita untuk menjijikan haid dengan ajaran haid adalah darah kotor yang keluar tiap bulan (misatribution). Setelah dewasa, dia sangat gelisah kalau datang hari-hari menstruasi oleh karena merasa jijik dengan vagina sendiri (iB). Terapis kemudian memberi penjelasan medik ilmiah atau mendudukan hal ini secara benar, ah anda lebih tahu ‘kan, jangan lupa berdasarkan teori A-B-C dari TTRE.

D. HumorSeorang laki-laki yang Depresi setelah istrinya meninggal, menanamkan iB “Saya tidak dapat menjalani kehidupan ini lagi tanpa dirinya”. Pada momen yang tepat setelah menyampaikan keluh kesahnya, lawan bicaranya menangis sangat kuat. Laki-laki depresif itu bertanya: “Kenapa menangis kawan?” lalu dijawab “Anda orang yang beruntung, bisa kawin lagi, sementara saya belum ada tanda-tanda untuk melakukannya kali pertama”. Pasien diajarkan menerima dirinya tanpa syarat dengan membuat humor tentang iB yang dipegangnya. Contoh berikutnya: seseorang yang tidak tahu menyanyi merasa sangat tertekan tiap kali ke ibadah gerejani. Kepadanya dapat ditanyakan ”Kalau anda menyanyi di ibadah kedukaan, apakah almarhum yang berada dalam peti lantas berbaring dari tangan terlipat di dada ke posisi tangan menutup telinga?”Humor yang lucu biasanya adalah pengulangan kegetiran  sendiri yang pernah dialami tetapi kali ini terjadi pada orang lain sementara yang

Page 77: Transactional Analysis

paling lucu adalah kalau dapat menertawakan kegetiran itu sendiri ketika itu tinggal sebagai  k e n a n g a n     (anonymous).

Disadur dan diringkas dari: Ellis A, Abrahms E : Brief Psycotherapy In Medical And Health Practice. Springer Publishing Co, New York, 1978.

Diposkan 13th March 2012 oleh Fredy Didy Senduk,dr. Label: Terapi Rasional Emotif

0 Tambahkan komentar

5.Mar12

Analisa Transaksional

ANALISA TRANSAKSIONAL (TRANSACTIONAL ANALYSIS PSYCOTHERAPY)                                                                                                                                        

                                                                                                                                 

Transcription/Terjemahan

Affection when expressing has already affected myself even before expressed to others so about………… the hatred”             (anonymous). 

I.  TUJUAN TERAPI         ujuan utama dari Analisis Transaksional (AT) terapi adalah tercapainya

status otonomi pribadi yang dapat mengatur diri sendiri,menentukan tujuan nasib sendiri (destiny), bertanggung jawab terhadap tindakan (actions) dan

perasaannya, serta melepaskan pola-pola transaksi yang irelevan dan inappropriate terhadap hidupnya di sini dan sekarang (here and now). Orang yang benar-benar otonom, menurut Erick Berne, adalah yang dapat mewujudkan atau menghidupkan

T

Page 78: Transactional Analysis

kapasitas-kapasitas kesadaran (awareness), spontanitas, dan keakraban (intimacy) manusiawinya.

Kesadaran adalah menyadari apa yang terjadi sekarang, mengetahui mau kemana, apa yang sedang mereka dilakukan, dan bagaimana merasakannya.

Misalnya orang yang menyadari dirinya tyrant dapat memutuskan apa yang akan diperbaiki terhadap status ego parent sebagai eksekutif dari pada

mempertahankannya.Spontanitas adalah kebebasan memilih, fleksibel berbuat dan bertanggung jawab dengan berbagai tingkah laku dan perasaan dari status ego Parent, Adult, dan Child. Individu yang spontan bebas melakukan urusannya tanpa

menguras hak dan atau mengacuhkan kepentingan orang-orang lain.Keakraban adalah pengekspresian perasaan-perasaan natural child seperti

kehangatan dan kelembutan dengan sesama. Hal ini dicapai dengan menjadi lebih terbuka,belajar merelakan (let it go), dan menolak cara-cara yang

menghambat keakraban seperti mengecewakan (discount), transaksi silang status ego, melakukan permainan (game), menerima keunikan dan tidak

menilai sesama berdasarkan pengalaman masa lalu semata.

A. Pemenang (Winners)            Seorang pemenang mempunyai banyak potensi, yang utama adalah ke-otentikan (authenticity).Orang yang otentik mengalami realita dengan mengetahui, hidup, dan menjadi seorang yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab.            Mereka menyadari perbedaan antara mencintai dan berpura-pura mencintai (being loving and acting loving), antara ketololan dan berpura-pura tolol (being stupid and acting stupid) dan antara berpengetahuan dan berpura-pura punya pengetahuan (being knowledgeable and acting knowledgeable).            Pemenang tidak butuh bersembunyi di balik suatu topeng.Mereka tidak takut terhadap pemikirannya dan untuk menggunakan pengetahuannya dan tidak berperan pasrah ataupun menyalahkan orang lain, serta menjadi bos terhadap dirinya sendiri. Waktu pemenang adalah tepat, mereka berespons secara tepat terhadap situasi dan mengetahui segala sesuatu ada saatnya dan setiap aktifitas ada waktunya. Pemenang belajar untuk mengetahui perasaan-perasaan dan keterbatasan-keterbatasan mereka dan tanpa merasa takut terhadap hal-hal tersebut.

Page 79: Transactional Analysis

B. Pecundang (Losers)Manusia saat dilahirkan tak berdaya dan tergantung total pada

lingkungan sekitar (environment) mereka. Para pecundang menjadi orang yang tidak mau bertumbuh,tergantung dan kemudian menghindar dari tanggungjawab hidup mereka.Hal ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi waktu kanak-kanak, seperti tidak berespons pada kebutuhan untuk dependen, nutrisi buruk, kekasaran dan hubungan yang tidak bahagia dengan orang tua atau figur lainnya atau dikecewakan terus menerus dan sebagainya. Pengalaman traumatik tertentu ini menghambat, mengganggu atau mencegah seseorang menjadi otonom dan mengaktualisasikan dirinya. Anak-anak belajar memanipulasi dirinya dan orang lain untuk berurusan dengan (deal with) pengalaman negatif ini. Ketika bertumbuh, teknik-teknik ini susah dilepaskan bahkan menjadi pola-pola yang dipertahankan untuk menjalani kehidupan. Pecundang suka berkata ”sukses tapi gelisah”, ”sukses tapi tidak bahagia”, ”benar-benar kalah telak”, ”setengah mati”, ”tak bertujuan” dan ungkapan lain seperti ini.

Pecundang merusak saat ini dengan berfokus pada masa lalu atau harapan-harapan masa depan tanpa kerja dan usaha, menyesali diri sendiri atau menyalahkan orang lain atas apa yang menimpanya................dan sering berkata ”jika saja (if only)”, misalnya ”jika saja saya menikahi wanita lain, kehidupan seks saya .........”, ”jika saja saya punya pekerjaan lain sudah lama saya punya...................”, ”jika saja saya terlahir cantik atau dari orang tua kaya raya maka ..........”, dan sebagainya. Mereka juga suka sekali pada penolong ajaib (magical rescuer) dengan berkata ”bilamana (when)”, misalnya ”bilamana wanita impian datang maka hidupku ...............”, ”bilamana dipromosikan jadi direktur..............”, dan sebagainya. Pecundang juga sering sekali berkata ”apa jadinya kalau (what if)”, misalnya ”apa jadinya kalau saya kehilangan pekerjaan ..................”, ”apa jadinya kalau bencana banjir menimpa .................”, ”apa jadinya kalau saya membuat kesalahan ..................” dan lain sebagainya.

 Dengan demikian mereka mengalami anxietas pada saat ini akibatnya tidak dapat melihat, mendengar dan merasakan untuk diri sendiri. Mereka melihat diri dan sesamanya dengan keadaan terdistorsi, menekan kapasitas-kapasitas untuk berekspresi secara spontan dan appropriate pada rentang tingkah laku yang mungkin terjadi. Pecundang mengalami kesulitan memberi dan menerima perasaan kasih sayang (giving and receiving affection) yang menghambat tingkah laku dan pemikiran-pemikiran mereka kemudian yang terjadi adalah penggunaan salah rasionalisasi dan intelektualisasi. Akal-akalan situasi, keadaan dan nasib dengan berbagai dasar atau alasan untuk membuat tingkah laku mereka nampak

Page 80: Transactional Analysis

benar (rasionalisasi) dan membujuk sesama menerima tentang keberadaan hal ini dengan kata-kata meyakinkan tetapi kosong (intelektualisasi).

 II. FUNGSI DAN PERAN TERAPISTerapis biasanya mulai menganalisis struktur ego (SE) pasien yang paling

sering digunakannya sehingga menyadari status ego-nya sebagai campur aduk (confused), terkontaminasi atau yang disingkirkan sehingga kaku (rigid). Selanjutnya pasien dibawa ke analisis transaksional di mana dia menyadari transaksi-transaksi yang merugikan (defeating), permainan-permainan (game) yang merusak, posisi-posisi psikologis dalam kehidupan yang tidak sehat dan skripsi hidup (life script) yang menggerogoti (plaqueing) kehidupannya selama ini.

Terapis mendorong kesadaran penyembuhan pasien untuk dapat tidak lagi mempertahankan

hal-hal ini dengan menggunakan kehendak (volition) mereka membentuk pola-pola yang lebih konstruktif guna memenuhi kebutuhan

hasrat dasar jiwa manusia (basic human hunger) terhadap sentuhan (touched),

pengakuan dan penerimaan (recognition) dari sesama.

III. TEORI ANALISIS TRANSAKSIONAL DAN PSIKOPATOLOGIAT membahas kepribadian dan gangguannya yang terjadi

berdasarkan:

A. Analisis Struktural (Structural Analysis)Tiap ego seseorang mempunyai 3 SE yang terpisah sebagai sumber-

sumber tingkah laku, gaya, kebiasaan, pemikiran atau perasaan tertentu yaitu Parent,Adult, dan Child.

 Status ego Parent berisi sikap dan tingkah laku yang didapat terutama dari orang tua (parents) dan figur-figur penguasa lainnya seperti prasangka (prejudicial), pengkritik, pengendali, pengatur, penguasa, pemberi kenyamanan (comforter) dan pengasuh (nurturing).

Page 81: Transactional Analysis

Status ego Adult sebagai pengumpul dan pengolah data (computing), realistis, teratur, pintar (intelligent), dapat beradaptasi dan logis namun tidak beremosi.

Status ego Child berisi : impulsif, irasional, tidak bertanggung jawab, patuh, manipulatif, pengkhayal, spontan, kreatif, humoris, ekspresif dan berperasaan.

Tiap individu berespons dengan ciri-ciri dari status ego tertentu terhadap stimulus yang datang, kadang harmonis bagai konser atau kacau balau seperti konflik. Misalnya ada suatu lukisan abstrak maka seseorang berespons (mungkin) berdasarkan SE:

Parent : Menyedihkan! Apa maksudnya corat-coret ini?            Adult : Harganya 2 juta, seperti tertera di kanan bawah.            Child: Wow, mengagumkan!  Manusia melihat, berespon, merasakan, mencium, dan seterusnya bersumber dari status-status egonya.Oleh karena itu………………..pribadi   yang dapat menyesuaikan dengan baik,sehat dan stabil (well adapted) dapat berpindah-pindah atau   berganti   (switch)   dengan   mudah   dan   bebas,   tanpa   hambatan   (voluntarily) mengeluarkan   energi   psikisnya   (cathect   &   imbue)   untuk   perpindahan   SE   berdasarkan stimulus dan situasi.

 Konflik atau gangguan terjadi bila seseorang bereaksi tidak  sesuai (not adjustable) dan inappropriate; apakah itu SE-nya campur aduk (confused), dipengaruhi (contaminated) atau menetap pada salah satu SE  dengan menyingkirkan 2 SE lainnya (rigid). Misalnya orang yang sering sekali menghakimi  (prejudiced) atau mengkritik destruktif pada sesamanya selalu menggunakan Parent sehingga dapat sebutan ‘Si Pencibir’. Bila sering mengungkap fakta dan reasoning yang menampakan gaya adult disebut ‘Si Robot’. Bila suka-suka menentang tanpa alasan jelas dan tidak bertanggung jawab, sering sekali memakai Child, disebut ‘Si pemberontak’

B.Analisis Transaksional            Pada waktu seseorang kontak dan mengenali keberadaan sesama dengan kata-kata, senyuman, atau sikap lainnya yang mencerminkan “saya tahu anda di sana” dalam bahasa AT ini disebut stroke. Pemenuhan hasrat stroke dilakukan lewat pengaturan waktu (structured time), dimana kadang menarik diri dari sesama (withdrawal) atau melakukannya (engage) dalam acara-acara atau rutinitas lainnya (rituals) atau sekedar mengisi waktu (pastime), melakukan permainan psikologis (game), menjalankan aktivitas atau kerja bersama (activities) dan kadang-kadang mengalami momen keakraban (intimacy).

 Stroke positif adalah transaksi saling melengkapi, appropriate dan relevan dengan situasi sehingga pihak-pihak yang terlibat merasa sedap-senang, hidup, benar-benar merasakannya (alert) dan bermakna. Stroke

Page 82: Transactional Analysis

positif sering mengekspresikan rasa sayang (affection), penghargaan (appreciation) atau pujian seperti : “Anda adalah malaikat bagi saya hari ini karena memberi tips khusus menaklukkan calon mertua”.

           Stroke negatif  atau mengecilkan (discount) adalah traksaksi tanpa perhatian (attention) atau perasaan berlawanan dengan stroke positif yang

melukai emosi atau fisik kemudian menimbulkan masalah-masalah. Transaksi-transaksi discount terjadi karena stimulus atau tanggapan yang tidak serius, inti masalah atau penyelesaiannya diabaikan dan menyangkal

kemampuan diri sendiri.    Contoh:

-          Ibu tidak acuh dengan tetap menonton TV sementara bayinya menangis.-    “Anda terlalu peka, itu tidak sepenting yang anda bayangkan dan tidak ada

yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya.”-          “Saya tidak kuat kalau tidak merokok dalam sehari!.”

Transaksi dengan sesama dapat saling melengkapi (complementary), silang (crossing) atau tersembunyi (ulterior). Transaksi saling melengkapi terjadi bila pesan dari SE pengirim sampai pada SE yang diharapkannya dipihak penerima yang dibalas ke SE pengirim itu baik verbal maupun non-verbal, misalnya Adult pengirim mengharapkan jawaban yang tepat dari Adult penerima, suatu transaksi Adult to Adult.           

Transaksi silang terjadi bila pesan dari SE pengirim dibalas oleh penerima bukan dari SE yang diharapkan pengirim. Misalnya pertanyaan ini dari Adult pengirim dibalas oleh gaya prejudicial dari Parent penerima.                                                               

Transaksi terselubung terjadi bila pesan dari satu SE pengirim diarahkan ke dua SE penerima.Misalnya, bermaksud menanyakan harga ke Adult sekaligus memuji Child kalau penerima pesan membalas dengan Adult maka jawabannya  “Rp.100.000,-“, kalau direspons dengan Child maka jawabannya sambil senyum simpul:” Coba tebak ?”

Dalam transaksi dapat terjadi secara tidak langsung yaitu pengirim pesan menyampaikannya lewat pihak di depan mata dengan harapan pesan akhirnya sampai pada penerima yang dimaksud, misalnya seorang bawahan dengan malu-malu minta kenaikan gaji lewat anak kepala perusahaannya. Kadang-kadang pesan dikirim setengah menyindir dan setengah sayang, biasanya dalam bentuk humor, disebut transaksi tersamar (dilute) misalnya, “Hei jenius, kapan anda selesai baca textbook itu, apa nanti setelah jadi Profesor?”. Transaksi yang lemah dan dangkal (weak and shallow) bersifat tanpa kesungguhan, kesan ataupun perasaan misalnya seorang cowok dengan datar berkata “Saya senang kalau anda mau diajak makan di Pst-Pst cafe.”, pacarnya tak kalah datar menjawab “Terserah padamu, apapun yang kau katakan sayang.”. Kadang-kadang terjadi transaksi mencekik (gallow) seperti sudah melihat temannya jatuh terjerembab malahan ditertawakan.

Page 83: Transactional Analysis

C. Analisis Permainan          Permainan psikologis (game) didefinisikan sebagai seperangkat (set) transaksi yang terjadi berulang, tampak rasional dengan motivasi yang tersembunyi atau tertutup (concealed). Permainan menuju pada pembayaran dengan perasaan-perasaan tertentu seperti depresi, rasa bersalah dan sebagainya yang menyenangkan pelaku. Pada permainan ‘Tendang Saya’, si pelaku orang yang suka mencari masalah, merasa senang dan puas kalau dia diganjar oleh orang lain. Misalnya mahasiswa yang sudah tahu ada ujian besok, tidak mau atau malas belajar maka akibatnya tidak lulus. Hal ini berulang dilakukan pada ujian tiap mata kuliah dimana yang bersangkutan merasa senang atau menikmati kalau tidak lulus bahkan dikeluarkan dari bangku kuliah alias ditendang.

Orang-orang seperti ini yang dengan cepat dan berulang melakukan game, sebenarnya mengumpulkan perasaan-perasaan primitif yang dialaminya waktu kanak-kanak (archaic feelings). Mereka memanipulasi orang lain untuk menghina, menyakiti, memarahi, menakuti, dan sebagainya untuk menimbulkan kembali archaic feelings saat sekarang ini yang disebut pengumpulan cap (stamps collecting).

 Cap coklat atau abu-abu untuk perasaan tidak mampu, biru untuk depresif, merah untuk marah dan kebencian, putih untuk kesucian atau pembenaran diri dan cap emas untuk perasaan-perasaan menghargai diri. Pengumpulan cap tertentu akhirnya membuat individu menukarkannya dengan pelepasan emosi besar-besaran seperti ledakan kebencian, usaha bunuh diri dan kehampaan (emptyness). Misalnya pengumpulan cap emas, seseorang cenderung melakukan segala usaha dengan uang supaya dirinya dihargai yang berakhir dengan  perasaan OK yang palsu. Perasaan OK atau tidak adalah posisi psikologis dalam bertransaksi dengan orang lain, terdiri dari:

  1.         Saya OK, anda OK” adalah posisi orang

yang sehat mental.2.      ”Saya OK, anda tidak OK” adalah posisi

proyeksi atau pengancam (perse“cutor).

3.      ”Saya tidak OK, anda OK” adalah posisi tidak berdaya atau tertekan.

    4.   ”Saya tidak OK, anda tidak OK” adalah posisi tidak berguna atau hampa.

Page 84: Transactional Analysis

Manusia memuaskan dirinya dengan memanipulasi sesama untuk mengalami kembali dan mengumpulkan archaic feelings dengan memainkan game dan stamps collecting serta mengirim pesan yang seakan tertulis di dada bajunya (sweatshirt). Misalnya orang yang suka menolong sesama, dari gaya dan bicaranya, memakai sweatshirt ’I am the shoulder to cry on’; yang suka balas dendam atau hasil seri memakai sweatshirt ’Awas ta dapa pa ngana’.

Orang-orang melakukan game, stamps collecting dan memakai sweatshirt yang diputuskannya sejak kanak-kanak dan mempertahankannya sebagai 3 posisi psikologis yang tidak OK diatas, menghancurkan dirinya dan membahayakan orang lain yang tampil sebagai orang-orang dengan anxietas, psycopath, depresi, skizofrenia, bunuh diri dan atau membunuh orang lain dan hidup dalam kehampaan (unworthy living).

D. Analisis SkripsiSkripsi psikiologis (script) adalah rencana dan program kehidupan

dari seseorang yang memerintah dan bersikeras dijalankan seperti aturan, secara sadar atau tidak (vaque), apakah konstruktif, destruktif atau non produktif yang unik untuk masing-masing pribadi (personal life script). Hal ini dipengaruhi oleh skripsi-skripsi keluarga, budaya lokal ataupun nasional dan kisah-kisah akbar. Misalnya ada orang-orang yang ingin hidupnya seperti kisah Cinderella menunggu dijemput Pangeran Cinta, mengikuti tradisi keluarga keturunan dokter atau seperti koboi wild west yang bertualang di alam liar dan sebagainya.

Skripsi seseorang ditentukan sendiri sejak dia kanak-kanak dimana dia mengkristalkan konsepnya tentang dirinya dan orang lain, peran-peran didalamnya, bagian yang akan dijalankan dan bagaimana melakukannya. Oleh karena ini dibuat sewaktu pemikiran belum utuh maka tidak realistis, irasional dan terdistorsi kemudian dapat berakhir patologis. Misalnya skripsi  The Beast yang diputuskan seorang Betty oleh karena pengalaman waktu kecil dengan ayah pemabuk dan brutal. Dia menganggap laki-laki itu buas dan liar yang akan selalu menyakiti saya maka ketika dewasa dia sering menggoda laki-laki dan ketika mereka sudah dekat, dicampakkannya. Perbuatan ini sebagai aplikasi  skripsi hidup Betty, hal mana diulang-ulang sampai dia kawin dengan seorang laki-laki alkoholik The Beast seperti ayahnya. Skripsi hidupnya dikukuhkan dalam perkawinan, seperti yang dikonsepkan sejak kecil dan dia puas membalas dendam pada laki-laki walaupun dalam suatu ikatan yang sengsara.

Skripsi dimulai secara non verbal oleh orang tua misalnya kurang perhatian pada usia dini sehingga anak menentukan skripsi dengan tema ’saya tidak OK’ atau gambaran tragedi. Ketika anak mulai mengerti bahasa orang dewasa, dia akan diberi pesan atau harapan orang tua seperti ’Kalau besar kamu akan jadi dokter!’, ’Kamu memang nakal!’, ’Engkau nanti dapat menjual lemari es untuk orang Eskimo!’ atau ’Bergaul saja tetapi jangan

Page 85: Transactional Analysis

kawin dengan gadis suku itu!’. Kegagalan atau tidak dapat mewujudkan skripsi dapat berasal dari tidak realistisnya dan program kurang jelas dari orang tua misalnya seseorang yang diharapkan jadi dokter tetapi pesan ini tidak kuat, anak kurang pintar, kurang pendidikan atau keterbatasan biaya.Secara umum kristal atau tema skripsi tidak sehat dpat digolongkan sebagai:

1.      No Love Script (Depression Script). No Love Script dimulai dari pesan-pesan (orang tua) yang melarang pertukaran affection strokes tanpa bayaran, balasan atau imbalan sehingga terjadi kesepian jiwa, menahan atau menolak kelanjutan sikap ramah sesama, menukar api cinta belia dengan status atau uang yang akhirnya merasa tidak dapat dicintai dan atau mengasihi  sesama. Neurotik, Hipokondriasis dan Malingering dasar terjadinya adalah untuk mendapatkan perhatian dari tipe orang yang menjalankan skripsi ini. Pelaku dapat mengalami kehampaan perkawinan karena pada dasarnya adalah pertukaran cinta dengan materi dan paling berat adalah depresi karena merasa kehilangan cinta secara patologis.

2.      No Mind Script ( Madness Script). No Mind Script dijalankan oleh mereka yang merasa tidak sanggup berhadapan dengan dunia, ketakutan tertentu bahwa suatu hari dia akan gila (mad), mereka yang mudah merasa kacau (confuse), tidak memiliki kemauan hidup serta dibiasakan oleh orang tua untuk memaksa anaknya berpikir bahwa orangtuanya OK, hebat dan tidak bercela dalam segala hal dan sebagainya dengan cerita-cerita bohong.

3.      No Joy Script ( Addiction Script). No Joy Script dijalankan oleh orang- orang yang sejak awal memutuskan untuk lebih baik tidak menikmati kebahagiaan dan kesenangan jasmani. Saat dewasa mereka tampak sebagai orang-orang yang ketagihan (addiction) pada sesuatu atau materi untuk  mendapatkan rasa senang seperti merokok, minum kopi, menelan aspirin tiap ada keluhan, drug addicts atau belanja kompulsif. Sebagian pelaku skripsi ini tidak dapat menjalankan kehidupannya bila tidak ada kepastian utuh (fix and fitted) dari hal-hal yang dihadapinya apalagi yang menjelang.      

Kebanyakan peran-peran dalam drama kehidupan adalah sebagai berikut:1. Persecutor adalah seseorang yang menentukan aturan tingkah laku

pihak lain dan berkuasa menjalankannya dengan brutal.2. Victim adalah seseorang yang tidak cocok dengan fungsinya dan

secara palsu menganggap penolakan keberadaan dirinya oleh karena ras, sex atau agama.

3. Rescuer adalah seseorang dengan maksud menolong demi membuat orang lain bergantung padanya.Peran-peran ini seakan tampak benar, bersifat manipulatif, tidak

realistis dan inappropriate pada situasi yang ada. Seseorang yang berhadapan dengan kehidupan cenderung memilih pada satu peran tertentu untuk menjalankan game dan aplikasi tema skripsi.

Page 86: Transactional Analysis

Tema-tema skripsi diantaranya dilakoni dalam pikul salib, hilang akal dan jalan di atas telur sebagai victim; peran persecutor dalam Boss dari orang lain atau bawahan, Nyonya rumah tangga; peran rescuer dalam orang kaya yang baik hati atau ahli dalam segala hal.

Hal-hal ini sudah tertera atau berasal dari kisah-kisah yang ada sebelumnya misalnya menjadi juruselamat dan penyayang sesama seperti Yesus dari Nazareth, menjadi macho seperti Hercules, penguasa dan penakluk wanita seperti Zeus, menjadi petualang sejarah seperti Indiana Jones, menjadi the king seperti Elvis Presley atau pejuang persamaan ras seperti Abraham Lincoln.

V. TEKNIK DAN PROSES TERAPISE Adult dari terapis paling sering terlibat dalam transaksi dengan

pasien, dimana kemampuan rasional dipakai merangsang pasien dalam ikatan kontrak terapi. Pada akhirnya pasien merasa bahwa pengaruh terapis bukan keinginan yang dipaksakan (demanding) atau suatu pemaksaan dominasi Parent tapi adalah suatu gaya Adult berurusan secara efektif dengan dunia (world). Terapi berakhir jika Adult pasien sudah efektif berinteraksi dengan Adult terapis oleh karena itu AT dijalankan dengan kesejatian (genuine) Adult yang efektif, gaya pengayom Parent dan atau sikap humoris Child bukan kepalsuan.

Pembangkitan kesadaran pasien adalah suatu proses edukasi dimana pasien diberi informasi tentang terapi AT lewat buku-buku dan kursus-kursus tatap muka dalam kelas. Pasien harus memberi informasi akurat tentang dirinya lewat daftar pertanyaan dan pernyataan terstruktur dan latihan-latihannya (checklist and rehearsal).

Terapis kemudian menganalisis SE pasien yang dipengaruhi (contaminated), kabur (cunfusion) dan atau disingkirkan (exclusion)

kemudian mengeluarkannya (hooked) dan mengijinkan SE Parent, Adult, Child pasien diekspresikan secara appropriate. Setelah itu pasien ditingkatkan kesadarannya tentang transaksi-transaksi silang  dan tersembunyi yang diulang-ulang lewat permainan, posisi psikologis yang tidak sehat dan peran yang tidak pada tempatnya lewat latihan

berulang (rehearsal) dengan panduan terapis. Metode ini dipakai untuk berujung pada penetapan ulang skripsi kehidupan (life script) yang

Page 87: Transactional Analysis

dijalankan pasien. Tujuan terapi tercapai ketika pasien secara sadar memilih (choosing) untuk mengeluarkan SE, transaksi, permainan, peran, posisi psikologis tidak sehat dan menetapkan skripsi baru

dengan kehendaknya sendiri. Terapis memberikan alternatif- alternatif baru untuk penyelesaian dan aplikasi dalam kehidupan pasien.

Lebih rinci sebagai berikut:A. Analisis Struktural

   1.  Restrukturisasi Parent. Pertama-tama pasien diajak mengenal SE Parent yang dipakainya apakah berlebihan dalam mengkritik, mengasuh, melindungi, bertikai, tidak berperan atau sangat dibutuhkan dalam dirinya. Setelah itu dia disuruh mengobservasi gambaran figur dan peran orang tua misalnya di bidang keperawatan, taman kanak-kanak, toserba dan sebagainya. Pembicaraan imajinasi (inner dialogue) antara SE Adult dan Child pasien dilakukan untuk menetukan kebutuhan gaya orang tua apa dan yang diinginkan Child adalah langkah berikutnya. Berdasarkan data-data ini Adult bertindak sebagai pengganti figur orang tua sampai ciri-ciri orang tua yang baru ini menjadi bagian dari penyusunan kembali SE Parent pasien. Hasil ini mengimbangi ciri-ciri negatif orang tua yang ada dan membentuk appropriate Parent berdasarkan figur-figur sejarah, tokoh-tokoh kesayangan dalam hidup pasien, atau kesaksian orang-orang tua, mirip kisah-kisah sastra tentang orang tua yang pintar, bijak dan mencintai anak-anaknya (imaginary parent). Peran (status) orang tua demikian tidak datang otomatis tapi harus dipelajari.

2.   Pengaktifan Child. ES Child menjadi aktif atau muncul jika menghadapi seseorang bergaya orang tua, saat tergantung pada orang lain, mengalami tekanan, pada situasi-situasi menyenangkan atau menyedihkan dan tergantung tipe transaksi yang menstimulinya. Misalnya:

-          Seorang mahasiswa kedokteran baru saja keluar dari rumah makan tergerak hatinya untuk memberi makan seorang Skizofrenia jalanan.

-          Anda pada waktu sakit minta disuapi oleh sang kekasih.-          Di pesta HUT, seorang gadis yang berwajah dingin merekah gelak tawanya

dengan mata bersinar-sinar oleh gaya dansa pacarnya.-          Co-ass yang terlambat dimarahi residen berespon dengan menundukan

wajah  sambil mengeluarkan lidah.Terapis membantu dan memandu pasien mengekspresikan

appropriate Child dan mengarahkan dia berfungsi sejalan dengan Adult pada stimuli-stimuli pengaktif Child di atas. Appropriate Child ditandai oleh kemampuan memelihara rasa sayang (affection), spontanitas, sensualitas, rasa ingin tahu, imajinasi, intuisi, kreatifitas, manipulatif, suka berhubungan dengan sesama, patuh (comply) dan tidak bermalas-malasan dan merasa “enjoy the life”.

3.   Pengaktifan dan Penguatan Adult. Hal ini didapat dengan pendidikan (education), pembelajaran (learning), keterikatan (contract), bertanya (questionning) dan projeksi. Pendidikan diperoleh secara formal-informal atau akademik-nonakademik dari sekolah-sekolah berijazah, membaca

Page 88: Transactional Analysis

kepustakaan ilmiah dan popular, menonton TV, mendengar radio, ikut seminar, dan sebagainya. Sementara pembelajaran diperoleh dari pengalaman-pengalaman berhadapan dengan kenyataan sepanjang hidup (past learning experiences) misalnya respon-respon tertentu diadaptasi setelah bergaul dengan istri atau suami sekian tahun. Kedua hal ini berjalan oleh karena Adult menyimpulkan dan mengevaluasi data. Kontrak adalah komitmen Adult terhadap dirinya atau sesama untuk membuat perubahan penyebab ketidakpuasan dan ketidaknyamanan dalam hidup, misalnya seseorang yang mudah tersinggung membuat kontrak “Saya akan belajar mengevaluasi kritik-kritik dari sesama”, atau seseorang yang pemalu berkata “Saya akan aktif berperan di…”. Bertanya adalah menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tepat tentang kontrak misalnya “Apakah kritik itu benar atau salah?”. “Apa sebenarnya yang saya hindari selama ini sehingga jadi pemalu?”. Projeksi adalah hal-hal negatif yang dilemparkan kepada sesama baik disadari atau tidak atau keadaan terbalik (alienate) dari kepribadian seseorang misalnya suka mengatur orang lain padahal sebenarnya tidak mau diatur. Terapis memandu dan mengajar pasien melakukan hal-hal diatas sehingga dia dapat berespon appropriate dan mengfungsikan Adult sebagai pelaksana (executive), mengevaluasi sebelum bertindak, bertanggung jawab terhadap pikiran-pikiran, perasaan dan tingkah laku. Kemudian mengeluarkan kemungkinan respon yang menenangkan Parent (placating) dan menyenangkan Child (pleaseing) dirinya dan bergerak (shift) ke Adult yang lepas dari pandangan prejudicial Parent atau kebencian  tidak beralasan Child serta bertindak sebagai wasit dari gaya-gaya Parent atau Child. Misalnya seseorang merasa lebih tenang dengan pergi ke gereja pada hari Natal adalah menenangkan Parent  atau makan “kue keluarga” setelah ujian PNS adalah menyenangkan Child, bercakap langsung dengan sumber gosipnya yang dicap radio bergigi barulah membuat penilaian atau seorang suami ingin sekali senggama tapi menundanya setelah tahu istrinya kelelahan adalah sikap rasional Adult.

B. Analisa Transaksional            Dalam hubungan yang sehat, manusia bertransaksi langsung (direct), jelas (straight forward), bermakna (intense), melengkapi dan tanpa maksud terselubung serta kadang-kadang terasa keakrabannya (intimacy). Konflik terjadi bila transaksi terjadi berlawanan dengan hal-hal ini. Misalnya : seseorang dari pada bicara di belakang pungggung maka di depan orang yang tidak disenangi berkata “Saya tidak suka cara anda membeberkan kegagalan pekerjaan itu” dengan nada tegas tanpa menambahkan maksud lain di luar kalimat ini.

Transaksi yang sehat diatas dilakukan dalam pengisian dan pengaturan waktu (structured time) yang diejawantahkan dalam rituals, pastimes, games, activities plus-minus intimacy. Transaksi ritual bersifat sederhana dan complementary stereotype seperti mengucapkan ”Halo”, ”Selamat Pagi” atau ”Terima kasih” atau khas dan kompleks seperti

Page 89: Transactional Analysis

beribadah di Gereja, Mesjid, Pura, Vihara, Synagoga atau organisasi lainnya. Banyak ritual atau rutinitas seperti ini meminyaki interaksi-interaksi sosial. Transaksi  pastimes  dilakukan orang-orang untuk mengisi waktu antara satu dengan lainnya seperti sekedar membicarakan topik hangat surat kabar hari ini atau hal lain yang tidak merugikan tanpa keterlibatan lebih jauh. Game ada nilai lebihnya yaitu waktu diisi dengan bertransaksi dengan orang lain. Aktifitas (activities) sendirian atau bersama-sama adalah cara mengisi waktu dengan dunia luar, lebih-kurang sama dengan kerja (work) atau menyelesaikan sesuatu. Dalam dimensi aktifitas berlangsunglah rituals, pastimes, game bahkan pada tingkat yang lebih dalam di pertemuan atau perjumpaan antar manusia (encounter) dapat terjadi keakraban (intimacy) misalnya di jaga, kampus, kantor, atau co-schaaps. Keakraban bebas dari eksploitasi dan game dan bila hadir dalam aktifitas dapat membangkitkan perasaan-perasaan emphaty, affection, keramahan dan kelembutan lewat positive stroke. TA memulihkan kapasitas keakraban manusia yang sejati dengan aplikasi Analisis Transaksional yang sehat, suatu tanda pribadi yang otonom.

C. Analisis PermainanTerapis memandu pasien bagaimana mengenal dan menghentikan

permainan dan peran mereka didalamnya kemudian belajar memberi dan menerima positif stroke, menyusun (structure) hidupnya lebih appropriate disini dan sekarang. Hal-hal ini dilakukan dengan menolak (refuse), memulai, berpartisipasi, atau menjawab permainan misalnya dalam permainan kegaduhan (uproar) atau adu mulut dengan ayahnya maka pasien dapat memilih berdiam diri atau memutuskan merefleksikan perasaan ayahnya yang selalu memarahinya dengan mengatakan “Nampaknya papa kecewa karena saya belum juga melakukan perintah”. Pada leveling the body, daripada adu mulut dengan posisi tubuh kalah maka diputuskan berdiri tegak menatap ayahnya, berhenti menggerutu dan meremehkan (discount) kata-kata ayahnya. Kemudian terapis mengaktifkan Adult pasien untuk meneruskan langkah-langkah transaksi yang sehat pada Analisis Transaksional (b).

D. Analisis SkripsiSetelah terapis mendapatkan skripsi atau apa rancangan hidupnya

selama ini, pasien diberi kesadaran bahwa hal itu dapat dituliskan, diputuskan dan ditetapkan serta diarahkan kembali sesuai dengan keunikan dirinya. Hal mana kadang-kadang membutuhkan penolong (real rescuer). Hal ini digambarkan dalam ringkasan ‘The Parable Of  The Eagle’ dari J. Aggrey sebagai berikut: seekor elang yang selama ini dibesarkan dalam lingkungan ayam dan berlaku seperti mereka. Seorang naturalist mengambilnya, melatihnya dan dengan tekun mengatakan: “Kamu adalah penguasa langit, terbanglah!”. Mula-mula si elang yang ditaruh

Page 90: Transactional Analysis

ditangan penolong tampak kebingungan oleh karena terpaku pada lingkungan hidupnya selama ini. Kemudian si elang dibawa ke atas atap rumah dan diucapkan kata-kata yang sama, dia ketakutan. Akhirnya si penolong membawa elang itu ke puncak gunung namun si elang masih tetap menatap ke bawah ke pertanian tempat dia dibesarkan meskipun sudah jelas melihat langit didepannya. Kata-kata yang sama diucapkan lagi tetapi si elang tidak termotivasi untuk terbang. Si penolong akhirnya melemparkan elang itu ke angkasa, dia menggigil ketakutan tapi mulai membuka kemudian mengepakkan sayapnya dan dengan lengkingan khas si elang terbang membelah langit. Si elang mungkin masih mengingat kehidupan lamanya sekedar bernostalgia tapi tidak menjalankan kehidupan itu lagi. Dia penguasa langit sekarang! Seperti si elang, manusia yang diajarkan bahwa dirinya bukanlah seperti kehidupan selama ini dapat membuat keputusan ulang dengan menyadari potensi-potensi manusiawi yang dimilikinya.

 Pasien akhirnya mencapai otonomi diri dimana dia memerintah dirinya sendiri (self governning), menentukan tujuan hidup (destiny), bertanggung jawab pada tindakan dan perasaannya dan melepaskan pola-pola inappropriate atau irelevan untuk hidup disini dan sekarang.

Disadur dan diringkas dari:         James M, Jongeward D : Born To Win: Transactional Analysis With

Gestalt Experiments. 28 th print. Addison-Wesly Publising Co, Massachussetts,1976.

         Prochaska JO: Systems of Psychotherapy 2th ed. Dorset Press. Illinois, 1984.