Tragedi Raji’ dan Bi’ru Ma’unah · ketika „Ashim bin Tsabit dan para sahabatnya merasakan...
-
Upload
truongngoc -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of Tragedi Raji’ dan Bi’ru Ma’unah · ketika „Ashim bin Tsabit dan para sahabatnya merasakan...
Page 1 of 29
Tragedi Raji’ dan Bi’ru Ma’unah
Pasca Perang Uhud, kaum muslimin menghadapi peristiwa yang menggoncangkan, yaitu
terjadinya peristiwa di Raji‟ dan Bi‟ru Mau‟nah. Peristiwa berdarah ini melunturkan wibawa
mereka yang baru saja tumbuh. Pasca peristiwa Raji‟ dan Sumur Maunah itu kaum munafik
dan orang yahudi menjadi semakin berani berbuat kurang ajar kepada Rasulullah dan kaum
muslimin.
Tragedi Raji’
Pada tahun ke -3 Hijriyah, beberapa utusan dari Kabilah Udlal dan Qarah datang kepada
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menyebutkan bahwa berita tentang Islam telah
sampai kepada mereka. Oleh sebab itu, mereka sangat membutuhkan orang-orang yang akan
mengajarkan kepada mereka agama. Kemudian Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam mengutus beberapa orang dari sahabatnya, antara lain: Murtsid bin Abi Murtsid,
Khalid bin Al-Bakir, Ashim bin Tsabit, Khubaib bin Ady, Zaid bin Datsinah dan Abdullah
bin Thariq. Rasulullah saw menunjukk Ashim bin Tasbit sebagai Amir mereka.
Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, ia berkata :
ابذ وهى حد ز يهم عاصم ب
س عل م
ىا وأ ع
ت م طس
ه وطل عل
ى الل
بي صل الى
بعث عمس ب عاصم ب
ل هر هسوا لحي م ذ
تان ومى
ان بحن عظف
ا و
ى إذ لىا حت
لط
اهاب ف
ط
خ
خبعىهم ال
ان ف ح
هم بىى ل
ل ا
ل
صو مس ج
ىي ج
ىحدوا فه ه
ىه ف
صل ه
زل
ىا مج
جى أ ازهم حت
ىا آز خص
اك
ت زام ف
مائ سب م
ىا بل
اللدىت ف
ال دوه م
ح ى ل ازهم حت
خبعىا آز
رب ف
ث مس
ا ج
لىهم هر
“Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah mengutus sekelompok pasukan pengintai
yang dipimpin oleh „Ashim bin Tsabit -dia adalah kakek „Ashim bin Umar- Lalu mereka
berangkat, mereka kemudian singgah disuatu tempat antara „Usfan dan Makkah, keberadaan
mereka diberitahukan kepada suatu perkampungan dari suku Hudzail, mereka biasa disebut
dengan Bani Lahyan. Maka mereka diikuti oleh orang-orang dari perkampuangan tersebut,
yaitu sekitar seratus orang pemanah, mereka mengiuti jejak para sahabat tersebut,
sesampainya mereka di suatu persinggahan yang pernah disinggahi oleh para sahabat,
mereka mendapati biji kurma Madinah yang dibawa oleh para sahabat sebagai perbekalan
mereka, mereka berkata, „Ini adalah kurma Madinah.‟ Mereka terus mengikuti para sahabat
sehingga berhasil menyusulnya,
عه م ال
ىىا ل
اللىا بهم ف
حاط
أىم ف
لد وحاء ال
دف
ى ف
ىا إل
جئ
صحابه ل
خهى عاصم وأ
ا اه م
لخم ف
صلاق إن ه
ث
د وال
عاص ال ف
م زحل
لخل مىى
ه
ن ل
ىا أ
ى إل ىهم حت
لاجل ف ب
ا ه بر عى
خ
هم أ
افس الل
ت و في ذم ص
ه أ
ل
ا ف
ها أ م
م أ
عهد وال
ىهم ال
عط
أس ف
د وزحل آخ ب وش ب
بل وبلي خ س بالى
فىا عاصما في طبعت ه
خل ك
عط
ا أ م
لاق ف
ىهم ث
يهم ىا إل
صلاق ه
ث
عهد وال
ال
Page 2 of 29
ketika „Ashim bin Tsabit dan para sahabatnya merasakan kehadiran orang-orang itu, para
sahabat langsung berlindung dibalik bukit, orang-orang itu datang dan langsung
mengepung, mereka berkata, „Turunlah kalian, kalian dapat membuat perjanjian dan
kesepakatan, supaya kami tidak membunuh seorangpun dari kalian, „ „Ashim bin Tsabit
menimpali, „Demi Allah, aku tidak akan berada dalam lindungan orang kafir, ya Allah
beritahukanlah kabar kami kepada Nabi-Mu shallallahu „alaihi wasallam, „ Lalu mereka
menyerang para sahabat hingga berhasil membunuh „Ashim bersama tujuh pemanah
lainnya, tinggal tersisa Khubaib, Zaid dan seorang sahabat lagi. Lalu mereka membuat
perjanjian dan kesepakatan dengan mereka jika bersedia untuk turun dan menyerahkan diri.
ري معه ال
الث
حل الث الس ا
لىهم بها ف
سبط
هم ف از كظي
وج
ىا أ
ىىا منهم حل
ا اطخمى م
لبى ف
أدز ف
ؼ ال و
ا أ
ما هر
ص ن ى أ
جىه عل
زوه وعال جس
صحبهم ف ن
ى باعىهما أ د حت ب وش ب
لىا بخ
لط
ىه واه
خل
لفعل ف م
لحبهم ف
ت بمى
Tatkala pasukan tersebut telah menyandera tiga utusan Nabi, mereka memudar tali anak
panah mereka untuk mengikat sandra mereka dengan tali itu, maka laki-laki yang ketiga
berkata, „Ini adalah pengkhinatan pertama, demi Allah aku tidak akan menjadi teman kalian,
„ lalu mereka menyeretnya, namun ia tetap berontak, akhirnya mereka membunuhnya dan
mereka pergi dengan membawa Khubaib dan Zaid hingga mereka menjualnya di Makkah.
مى
ىم بدز ف
حازر
خل ال
ب هى ك ب
ان خ
ل وو
ىف
ه عامس ب حازر ب
با بىى ال ب
ري خ
تاش
طحرا ف
عىدهم أ
ث
ظخحد حازر ل بعض بىاث ال ى م ه اطخعاز مىس
خلحمعىا ك
ا أ
ى إذ صبي حت ذ ع
لفؼذ ف
اله ك
عازج
أبها ف
ي وف ان من ذ
عسف
صعت
صعذ ف
خه ف
ا زأ م
لخره ف
ى ف
ىضعه عل
اه ف
جى أ ه حت دزج إل
لي ف ا
لى ف ىس
ده ال ي
عل فىذ ل
ه ما ه
خلكن أ
حن أ
ش
خ
جخه أ
د زأ
لب ل ب
خ حرا م
خ
ط
طحرا ك
ذ أ ما زأ لى
ذ ج
اه وو
اء الل
ان إن ش
ذ
زشق
ان إلحدد وما و
م في ال
ىز ه ل وإه
مسة
ىمئر ز
تف عىب وما بمى
كط ل م
وأ
ه الل
زشك
Bani Harits bin „Amir bin Naufal lalu membeli Khubaib. -Khubaib adalah orang yang telah
membunuh Al Harits ketika perang badar- Khubaib menjadi tawanan bagi mereka hingga
mereka sepakat untuk membunuhnya. Khubaib meminjam pisau kecil dari salah satu anak
perempuan Al Harits untuk bercukur, lalu ia meminjamkannya kepada Khubaib. Wanita itu
berkata, „Namun aku lalai dengan anak laki-laki kecilku, anak itu datang kepadanya, lalu ia
mengambilnya dan mendudukkanya diatas pangkuannya. Ketika aku melihatnya, aku sangat
takut dengan rasa takut yang bisa ia pahami, sedangkan pisau kecil masih ada dalam
tangannya. Khubaib berkata, „Apakah kamu takut kalau aku akan membunuhnya? Insya
Allah aku tidak akan melakukan itu.‟ Wanita itu berkata, „Demi Allah aku tidak pernah
melihat tawanan yang sangat baik seperti Khubaib, aku pernah melihatnya memakan
setangkai anggur di tangannya dalam keadaan terikat dengan rantai besi, padahal di
Makkah tidak ada buah anggur, tidaklah hal itu melainkan rizqi yang Allah berikan kepada
Khubaib.‟
Page 3 of 29
ىل ل ا
ليهم ف
إل
صسف
م اه
عخحن ز
ي زه
صل
دعىوي أ ا
لىه ف
لخل حسم ل
ال سحىا به م
خ
ن ما بي حص ف
سوا أ
ن ج
أ
خل هى ز
لعخحن عىد ال
ه الس ط م و
ان أ
يصدث ف
ىث ل
ال بالي م
ما أ ا
م ك
حصهم عددا ز
هم أ
الل ا
م ك
ىبازن عل
أش ه وإن
ل
اث لا في ذ ل
مصسعي وذ
ان لل
ي شم و
ى أ
خل مظلما عل
كى ممص ححن أ
شل وصا
أ
ال ب
ه علبت ام إل
م ك
ان عاصم ز
ه وو
ىه
عسف حظده يء م
ىا بص
جؤ ى عاصم ل
ش إل س
ذ ك
ه وبعث
خل
لحازر ف
ز حمخه مبس ف الد ت م
لل الظ
ه مث عل
الل
بعث
ىم بدز ف مائهم
عظ خل عظما م
ك
للدزوا مىه طلهم ف م
يء
ى ش عل
Lalu mereka membawa Khubaib keluar dari Haram untuk membunuhnya. Khubaib
berkata, „Berikanlah kesempatan kepadaku untuk mengerjakan (shalat) dua raka‟at!‟
Setelah itu Khubaib kembali kepada mereka dan berkata, „Sekiranya aku tidak khawatir
kalian menganggapku takut dari kematian, niscaya aku akan menambah bilangan raka‟atku.‟
Dan dialah orang yang pertama kali melakukan shalat dua raka‟at sebelum menghadapi
kematian, kemudian ia berkata, „Ya Allah hitunglah jumlah mereka, „ kemudian dia
melanjutkan, „Aku tak peduli bila terbunuh sebagai seorang muslim, di bagian manapun
hanya untuk Allah kematianku, yang demikian bagi Sang Ilah, jika Dia berkehendak akan
memberkahi semua persendian jasad yang terpisah.‟ Lalu berdirilah „Uqbah bin Al Harits
dan membunuhnya. Orang-orang Quraisy kemudian mengutus utusan kepada „Ashim untuk
mendapatkan sebagian jasadnya sebagai bukti, sebab ia telah membunuh sebagian besar
dari para pembesar mereka pada perang badar, ternyata Allah mengutus semacam gulungan
debu yang menggulung utusan mereka hingga mereka tidak berhasil mengambil sedikitpun
dari jasad Khubaib.‟”
Ath-Thabary menambahkan sebuah riwayat dari Abi Kuraib, ia berkata : “Telah
menceritakan kepada kami Ja„far b in Aun dari Ibrahim bin Ismail ia berkata, telah
menceritakan kepadaku Ja„far bin Amir bin Umaiyyah dari bapaknya dari kakeknya, bahwa
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mengutusnya sendirian sebagai mata-mata kepada
kaum Quraisy. Ia berkata, „Kemudian aku datang ke sebuah kayu tempat Khubaib dieksekusi,
dengan sangat hati-hati. Lalu aku naik kepadanya kemudian aku lepaskan ikatakannya dan
Khubaib pun lenyap seolah-olah ditelan oleh bumi. Sampai hari ini tidak diketahui tulang-
tulang Khubaib itu‟”.
Ibnu Ishaq berkata, “Adapun Zaid bin Datsinah, dia dibeli oleh Shafwan bin Umaiyah.
Ketika mereka membawanya keluar dari al-Haram untuk dibunuh, Abu Shafwan bertanya
kepadaku, „Aku bersumpah padamu hai Zaid. Apakah kamu suka seandainya Muhammad
sekarang ini kami hukum sebagai penggantimu dan kami kami kembalikan kepada
keluargamu?‟ Jawab Zaid dengan tegas : „Demi Allah, aku tidak rela jika Muhammad
sekarang ini terkena duri sedikitpun sedangkan aku duduk bersama keluargaku.‟ Mendengar
jawaban ini Abu Shufyan berkomentar , „Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih
dicintai oleh sahabatnya seperti kecintaan sahabat Muhammad terhadap Muhammad.‟”
Tragedi Bi‘ru Ma‘unah
Amir bin Malik yang dikenal dengan Mula„ibul Asnah datang kepada Nabi shallallahu
„alaihi wa sallam Kemudian Nabi shallallahu „alaihi wa sallam menawarkan Islam
Page 4 of 29
kepadanya, tetapi dia tidak menerima juga tidak menolak Islam. Dia hanya berkata kepada
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, “Hai Muhammad , utuslah beberapa orang sahabatmu
ke Najd untuk berdakwah di sana. Saya yakin mereka akan menyambut
agamamu!“ Nabi shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Aku khawatir penduduk Nejd
akan menyerang mereka.“ Kata Amir, “Utuslah saja, aku yang akan melindungi dan
menjamin mereka. Biarlah mereka mengajak kepada agamamu.”
Kemudian Nabi shallallahu „alaihi wa sallam mengutus 70 sahabat pilihannya. Pengiriman
para da‟i ini menurut riwayat Ibnu Ishaq dan Ibnu Katsir, dilakukan empat bulan setelah
perang Uhud. Maka berangkatlah mereka hingga sampai di Bi„ru Ma„unah. Ketika sampai di
tempat ini, diutuslah Haram bin Milham salah seorang dari delegasi da‟i tersebut untuk
menyampaikan surat Nabi shallallahu „alaihi wa sallam kepada Amir bin Thufail. Belum
sampai surat itu dibacanya, Amir bin Thufail langsung membunuh Haram bin Milhan.
Menurut riwayat Bukhari dari Anas bin Malik bahwa ketika Haram bin Milhan ditikam dan
darahnya muncrat di wajahnya, ia berteriak, “Aku telah sukses demi Rabb
Ka„bah“. Kemudian Amir bin Thufail menggerakkan Bani Amir untuk menyerang pada da‟i
yang lainnya, tetapi Bani Amir menolaknya dan berkata, “Kami tidak akan mengkhianati Abu
Barra„ (Amir bin Malik)”. Lalu Amir bin Thufail meminta bantuan kepada kabilah-kabilah
Sulaim dari suku Ushaiyyah, Ri„iI dan Dzakwan. Kabilah-kabilah ini menyambut ajakan
Amir bin Thufail lalu mengepung dan menyerang mereka. Para da‟i itu berusaha melakukan
perlawanan tetapi tidak berdaya sampai semuanya gugur terbunuh.
Di antara para da‟i yang diutus itu terdapat dua orang sahabat yang tidak menyaksikan tindak
pengkhianatan ini. Salah seorang di antaranya ialah Amir bin Umaiyyah Adh-Dhamri. Kedua
sahabat ini tidak mengetahui berita terjadinya pengkhianatan tersebut sehingga keduanya
datang membantu saudara-saudaranya. Tetapi sahabatnya itu pun terbunuh bersama yang
lain, sementara Amir bin Umaiyyah Adh-Dhamri berhasil lolos dan kembali ke Madinah. Di
tengah perjalanan ia bertemu dengan dua orang Musyrik yang disangkanya dari Bani Amir.
Lalu kedua orang itu dibunuhnya. Setelah sampai kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam dan diceritakan kasus tersebut, ternyata kedua orang itu dari Bani Kilab dan telah
mendapatkan jaminan dari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam. Kemudian Nabi
bersabda, “Engkau telah membunuh dua orang. Aku harus membayar diyatnya.“
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam merasakan kesedihan yang mendalam atas kematian
delegasi da‟i yang semuanya itu adalah sahabat beliau, sehingga selama sebulan penuh
Rasulullah saw melakukan qunut di shalat subuh mendoakan kecelakaan atas kabilah Ri„l,
Dzakwan, Bani Lihyan dan Ushaiyyah.
Peristiwa tersebut diceritakan dalam banyak riwayat, diantaranya adalah dua riwayat berikut,
صحابه عني أ ىا
خل ك ر
ى ال
م عل
ه وطل عل
ى الل
بي صل دعا الى ا
ك مال ع ب
و أ زحن ع
ل زتر معىه
بب
ى ه صل
وزطىل
عصذ الل
ت ان وعص ح
ى زعل ول
دعى عل صباحا ححن
الل ص
هأع ف
و أ ا
م ك
ه وطل عل
الل
اه هسأسآها ك
ك
تر معىه
صحاب ب
ىا أ
خل ك ر
م في ال
ه وطل عل
ى الل
ه صل
ى لىبعال
ىمىا ح
ىا ك
ؼ بعد بل
سخ
ى و حت
سض ىا ف لىا زب
د ل
لا وزضىا عىه ف ي عى
Page 5 of 29
Dari Anas bin Malik dia berkata, “Nabi shallallahu „alaihi wasallam mendo‟akan
kebinasaan terhadap kaum yang telah membunuh para sahabat beliau di Bi‟rul Ma‟unah
selama tiga puluh hari, beliau mendo‟akan (kebinasaan) terhadap Ri‟l, Lahyan dan
„Ushayyah yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu „alaihi wasallam.” Anas
mengatakan, “Lalu Allah Ta‟ala menurunkan ayat untuk memberitahukan kepada Nabi-Nya
shallallahu „alaihi wasallam mengenai orang-orang yang terbunuh di peristiwa Bi‟rul
Ma‟unah, dan ayat tersebut sempat kami baca hingga akhirnya dimansukh, ayat itu adalah
„Sesungguhnya kami telah berjumpa dengan Rabb kami, dan Rabb kamipun ridla terhadap
kami, dan kamipun ridla terhadap-Nya „.” (HR. Bukhari)
ع زض و أ لس ع
هم ال
ل ا
ل لحاحت
م طبعحن زحل
ه وطل عل
ى الل
بي صل الى
بعث
ال عىه ك
عس ي الل
اء ف
ىم ل ال ا
ل ف
تر معىه
ها ب
ل ا
ل ر
ىان عىد ب
وم زعل وذ بني طل ان م هم ح
ل ح
ما ه ا إه
زده
م أ
اه ما إ
والل
عل
ى الل
بي صل دعا الى
ىهم ف
خل
لم ف
ه وطل عل
ى الل
بي صل
هسا في مجخاشون في حاحت للىيهم ش
م عل
ه وطل
لىى بدء ال ل
داة وذ
ؼة ال
و صل
ى أ
و بعد الس
لىىث أ
ال ظا ع
و زحل أ
عصص وطأ
عبد ال ا
لىخل
ا ه ى
ث وما ه
الساءة ك
ال ساغ م
لساءة عىد ف
ال ساغ م
بل عىد ف
ل
Dari Anas radliallahu „anhu, dia berkata, “Nabi shallallahu „alaihi wasallam pernah
mengutus tujuhpuluh orang untuk suatu keperluan, mereka disebut sebagai qurra`
(para ahli al Qur‟an), mereka di hadang oleh penduduk dari bani Sulaim, Ri‟l dan
Dzakwan dekat mata air yang disebut dengan Bi‟r Ma‟unah, mereka berkata, „Demi
Allah, bukan kalian yang kami inginkan, kami hanya ada perlu dengan Nabi
shallallahu „alaihi wasallam.‟ Mereka akhirnya membunuh para sahabat tersebut,
maka Nabi shallallahu „alaihi wasallam mendo‟akan kecelakan kepada mereka
(Sulaim, Ri‟l dan Dzakwan) selama sebulan pada shalat shubuh, itu adalah awal
kali dilakukannya qunut, sebelumnya kami tida pernah melakukan do‟a qunut.”
Abdul Aziz mengatakan, „Seseorang bertanya kepada Anas tentang
qunut, apakah ia dikerjakan setelah rukuk ataukah setelah selesai membaca ayat?‟
Anas menjawab, „Tidak, bahkan dikerjakan setelah selesai membaca
ayat.‟” (HR. Bukhari)
Beberapa Ibrah
Pada kedua peristiwa yang menyedihkan ini terdapat beberapa pelajaran penting.
Diantaranya:
1. Masing-masing dari tragedi Ar-Raji„ dan Bi„ru Ma„unah menunjukkan keterlibatan
dan partisipasi seluruh kaum Muslimin dalam tanggung jawab dakwah kepada Islam
dan menjelaskan hakekat serta hukum-hukum Islam kepada manusia. Tanggung
jawab dakwah bukan hanya tugas para Nabi dan Rasul atau para Khalifah dan ulama
saja. Tetapi merupakan tanggung jawab setiap individu Muslim.
Anda akan merasakan betapa pentingnya melaksanakan kewajiban dakwah , setelah
anda mengetahui bagaimana Rasulullah saw mengutus 70 orang sahabat pilihannya
yang padahal tidak lama setelah enam orang sahabatnya terbunuh dalam missi yang
sama yaitu berdakwah menyebarkan Islam. Rasulullah saw sendiri telah
Page 6 of 29
mengkhawatirkan terjadinya tragedi tersebut, bahkan hal ini pernah disampaikan
kepda Amir bin Malik ketika beliau mengusulkan pengiriman utusan untuk mengajak
manusia kepada Islam. Tetapi Amir bin Malik waktu itu juga melihat bahwa
pelaksanaan kewajiban dakwah (tabligh) lebih penting daripasa segala sesuatu jika
tanggung jawab mengemban amanat dakwah tidak akan bisa dilaksanakan kecuali
harus dengan menempuh petualangan dengan resiko seperti itu maka biarlah semua
itu terjadi. Biarlah terjadi apa yang dikehendaki oleh Allah swt dengan kewajiban
melaksanakan dakwah tersebut.
2. Seorang Muslim tidak boleh tinggal di Darul Kufri atau Darul Harbi, jika tidak dapat
memperlihatkan eksistensi dan misi agamanya. Tetapi kasus dalam sirah Nabi ini
menunjukkan pengecualian hukum tersebut, yaitu apabila menetapkan seorang
Muslim di Darul Harbi atua Darul Kufri itu karena melaksanakan tugas kewajiban
dakwah Islam. Sebab, hal ini termasuk salah satu bentuk jihad yang tanggung
jawabnya berkaitan dengan seluruh kaum Muslimin , atas dasar fardhlu kifayah yang
jika telah ada sebagian orang yang melaksanakannya secara sempurna maka tanggung
jawab itu gugur dari orang lain, tetapi jika belum terlaksanakan secara sempurna
maka seluruh kaum Muslimin akan menanggung dosanya.
3. Kedua tragedi ini secara jelas menunjukkna betapa kebencian dan dendam kesumat
yang membara di hati kaum Musyrikin terhadap kaum Muslimin, sampai mereka tega
melakukan pengkhianatan yang terburuk demi untuk memuaskan dahaga kebencian
mereka kepada kaum Muslimin. Sebaliknya, kedua tragedi ini menunjukkan betapa
indah dan mengagumkan gambaran watak dan tabiat kaum Muslimin yang menjadi
korban pengkhianatan mereka.
Anda sendiri telah melihat bagaimana Khubaib disekap sebagai tawanan di rumah
Bani Al-Harits, menanti pelaksanaan eksekusinya. Pada hari pelaksanaan eksekusi,
Khubaib meminjam pisau cukur untuk mencukur demi mempersiapkan diri
menghadapi kematian. Saat itu tiba-tiba seorang anak balita dari seorang wanita lepas
dan mendatangi Khubaib . Pada saat-saat ini, bagi orang berpikir ingin membalas
dendam dan selamat dari kematian, merupakan kesempatan yang baik untuk
melakukan penyanderaan sebagai media tawarmenawar atau membayar
pengkhianatan dengan pengkhianatan yang sama.
Dan memang demikianlah perkiraan semua penghuni rumah itu, sehingga ketika ibu
dari bayi itu melihat bayinya berada di pangkuan Khubaib, ia terkejut ketakutan.
Tetapi ibu itu tercengang ketika melihat Khubaib mendudukan anaknya di pangkuan
seraya memanjakannya seperti seorang ayah! Ketika Khubaib melihat wanita itu
penuh ketakutan dan kecemaran, maka dengan tenang dan rasa kasih sayang sebagai
seorang Mukmin Khubaib berkata: “Apakah engkau takut akan akan membunuhnya ?
Insya Allah aku tidak akan melakukannya.“
Perhatianlah mukjizat tarbiyah Islamiyah kepada manusia ! perhatikanlah perbedaan
antara Khubab dan orang-orang Musyrik yang telah membunuhnya secara kejam dan
aniaya. Sama-sama orang Arab yang tumbuh dalam satu lingkungan dan tradisi yang
serupa. Tetapi Khubaib telah memeluk Islam sehingga Islam telah membentuknya
menjadi manusia yang berbeda sama sekali dengan mereka yang tetap bertahan dalam
kesesatan dan tabiat mereka yang buruk. Betapa besar perubahan yang telah dilakukan
oleh Islam pada tabiat manusia !
Page 7 of 29
4. Tragedi ini menjadi dalil bahwa seorang yang ditawan oleh musuh boleh tidak
menerima tawaran keamanan dan tidak mau tunduk kepada musuh, sekalipun dengan
resiko dibunuh, karena menolak diberlakukannya hukum memilih tawaran keamanan,
demi menanti kesempatan dan mengharapkan pembebasan, sebagaimana yang
dilakukan oleh Khubaib dan Zaid. Tetapi seandainya ia dapat melarikan diri maka
menurut pendapat yang lebih shahih ia harus melakukannya, kendatipun ia dapat
menampakkan agamanya di antara mereka, karena tawanan di tangan kaum kafir itu
terhina. Oleh sebab itu ia wjaib membebaskan dirinya dari kehinaan tawanan dan
perbudakkan.
5. Jika kita perhatikan jawaban Zaid bin Datsinah kepada Abu Sofyan beberapa menit
sebelum pembunuhannya dapatlah kita ketahui betapa besar kecintaan para sahabat
kepada Rasulullah tidak diragukan lagi bahwa kecintaan ini merupakan faktor
terpenting yang menumbuhkan kesiapsediaan berkorban di jalan Allah dan membela
Rasulullah. Betapapun kualitas keimanan seseorang, jika tidak disertai kecintaan
kepada Rasulullah seperti ini, adalah tetap merupakan keimanan yang belum
sempurna.
Hakekat ini dinyatakan secara tegas oleh Rasulullah di dalam sabdanya, “Tidaklah
beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada
hartanya, anaknya, orang tuanya dan semua manusia.“ (HR Bukhari dan Muslim)
6. Apa yang terjadi pada khubaib selama menjadi tawanan di Mekkah menunjukkan
kemungkinan terjadinya karamah bagi seorang Wali sebagaimana mukjizat bagi
seorang Nabi. Perbedaan utamanya bahwa mukjizat Nabi disertai dengan tantangan
dan pernyataan Kenabian sedangkan karamah para Wali dan orang-orang shalih
datang begitu saja tanpa disertai tantangan. Inilah yang ditetapkan oleh jumhur Ahli
Sunnah wal Jama„ah. Tidak ada karamah yang lebih jelas daripada karamah yang
diberikan oleh Allah, kepada Khubaib sebelum pembunuhannya. Ia begitu tabah dan
tegar menghadapi kematian, sebagaimana diriwayatkan bukhari dan lainnya.
7. Mungkin ada yang ingin bertanya, “ Apa hikmah terjadinya pengkhianatan terhadap
para pemuda Mukmin yang keluar demi menyambut perintah Allah swt dan Rasul-
Nya?“ Mengapa Allah tidak memberikan kekuatan kepada mereka sehingga berhasil
mengalahkan para pengkhianat itu ?“ Jawabannya ialah, apa yang telah kami sebutkan
berkali-kali yaitu, bahwa Allah memperhambakan para hamba-Nya melalui
perjuangan mewujudkan dua hal : Menegakkan masyarakat Islam dan berjuang
mencapai tujuan tersebut pada jalan yang penuh dengan tebaran duri. Hikmahnya agar
terwujudnya ubudiyah manusia kepada Allah dan terpisahkan antara orang-orang
yang benar-benar beriman dan orang-orang munafiq. Di samping terlaksananya
mubaya„ah antara Allah dan para hambah-Nya yang beriman.
Mubaya„ah yang secara tegas disebutkan di dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah
swt telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga bagi mereka. Mereka berpegang di jalan Allah, lalu membunuh
atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar di dalam Taurat, Injil dan Al-
Quran..“ (QS At-Taubah : 111)
Apa arti penandatanganan perjanjian ini jika isi perjanjian itu sendiri tidak
terlaksanakan? Apa nilai bai‟at ini, jika tidak terlaksanakan, sehingga pihak yang
menandatangai berhak mendapatkan surga dan kebahagiaan abadi ? Keberatan
terhadap persoalan ini hanyalah bagi orang-orang yang lebih mengutamakan
Page 8 of 29
kehidupan di dunia daripada kehidupan di akherat. Hal ini merupakan tanda ketiadaan
keimanan kepada Allah swt, atau lemahnya iman pada dirinya.
Orang-orang seperti ini tidak dapat diharapkan untuk melakukan petualangan dengan
mengorbankan nyawa dan harta. Tetapi bagi orang-orang yang beriman secara benar,
hal ini tidak menjadi masalah. Karena kenikmatan kehidupan duniawi tidaklah
sedemikian besar nilainya dalam keyakinan mereka sehingga harus menghalangi dari
menunaikan ketaatan yang paling ringan kepada Allah swt. Pengorbanan nyawa,
dalam pandangan Mukmin tidak lain hanylaah merupakan perpindahan dari penjara
dunia menuju kenikmatan akherat.
Memperoleh kenikmatan akherat merupakan puncak cita-cita yang hendak dicapai
oleh setiap Muslim dalam kehidupannya. Perasaan dan sikap ini tampak secara jelas
dalam bait-bait yang diucapkan oleh Khubaib ketika hendak dibunuh terutama pada
bait terakhir: “Aku tak akan tunduk dan takut kepada musuh, Kepada Allah jua
tempat kembaliku.”
(Bersambung)
Page 9 of 29
Risalah Nahwan Nur (Bag. 3)
LANGKAH-LANGKAH REFORMASI HASAN AL-BANNA
Kembali kepada Islam dengan menjadikan Islam sebagai acuan dalam melakukan reformasi
total merupakan langkah yang tepat, tanpa itu jangan harap reformasi bisa mencapai tujuan
yang didambakan. Imam Syahid Hasan Al Banna berpesan, “Tidak ada alasan untuk menuruti
keinginan syahwat dan selera kemewahan duniawi, yakni sistem Eropa. Memang pada sistem
Eropa terdapat hiasan materi dan kemewahan. Padanya terdapat kenikmatan dan kesenangan,
permissive dan kebebasan serta segala yang menyenangkan hawa nafsu. Tapi, jalan Islam
adalah jalan terhormat dan penuh pengendalian diri. Dia adalah kebenaran dan kekuatan,
keberkahan dan jalan lurus, ketegaran dan keutamaan. Ikutilah jejaknya bersama umat ini,
semoga Allah memberi taufik kepada Anda”.
Sebagai seorang ulama, dai dan pejuang, Imam Syahid Hasan Al Banna selalu menyuarakan
reformasi bagi kebaikan umat. Beberapa pokok perhatian yang harus direformasi perlu
mendapat perhatian kita semua, namun beliau juga mengingatkan bahwa langkah-langkah ini
bukan pekerjaan mudah yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Setiap tuntunan pasti
menghadapi berbagai kendala yang membutuhkan sikap arif, kebulatan tekad, dan perjuangan
yang panjang. Namun dengan tekad yang tulus dan masyarakatnya memiliki kemauan yang
keras untuk meniti jalan ini, insya Allah akan tercapai keberhasilan yang didambakan.
POLITIK, PERADILAN DAN ADMINISTRASI
1. Menghancurkan fanatisme kelompok dan mengarahkan potensi umat secara politik
dalam rangka menciptakan keseragaman orientasi dan kesatuan barisan.
2. Perbaikan undang-undang sehingga sesuai dengan tuntutan syariat Islam dalam
setiap cabangnya.
3. Meningkatkan kekuatan pasukan, memperbanyak kelompok pemuda untuk proses
pembangkitan semangat hidupnya dalam rangka memenuhi panggilan jihad Islam.
4. Menguatkan ikatan antar wilayah Islam khususnya negeri-negeri Arab sebagai titik
tolak bangkitnya pemikiran yang serius dan realistis menuju tegaknya kembali
khilafah yang telah hilang.
5. Meningkatkan semangat keislaman di kantor-kantor pemerintah, sehingga seluruh
pegawai merasa membutuhkan kajian Islam.
6. Melakukan kontrol terhadap perilaku pribadi para pegawai dan memisahkan antara
kepentingan pribadi dan pekerjaan.
7. Mendahulukan pemenuhan janji-janji pekerjaan di kantor kapan saja, sehingga
membantu penunaian berbagai kewajiban dan menghindarkan banyak lembur di
malam hari.
8. Menghapuskan risywah (suap) dan komisi serta hanya berharap dari kemampuan
kerja dan peraturan yang sebenarnya.
Page 10 of 29
9. Menimbang setiap aktivitas pemerintah dengan timbangan hukum dan ajaran
Islam. Oleh karena itu, peraturan penyelenggaraan pesta , pertemuan resmi, sistem
lembaga pemasyarakatan, pengelolaan rumah sakit, dll hendaknya tidak
bertentangan dengan syariat Islam. Di samping itu, jadwal kegiatan hendaknya
diatur sedemikian rupa sehingga tidak berbenturan dengan waktu-waktu shalat.
10. Memasukkan para personil Al Azhar dalam pekerjaan militer dan kesekretariatan
dan memberi pelatihan kepada mereka.
SOSIAL DAN ILMU PENGETAHUAN
1. Membiasakan masyarakat berpegang pada etika dan kesopanan umum, membuat
aturan-aturan dan mempertahankan pelaksanaannya serta menindak tegas para
pelanggarnya.
2. Mengatasi persoalan kaum wanita dengan solusi yang dapat menggabungkan
antara peningkatan dan pemeliharaan kehormatannya, sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan demikian, kita tidak mengabaikan persoalan mereka, karena ia merupakan
masalah sosial yang terpenting. Sementara mereka berhadapan dengan goresan
kasih sayang tinta penulis yang tendensius dan berbagai pandangan yang ganjil,
baik dari kaum ekstrimis maupun apatis.
3. Memberantas prostitusi, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-
sembunyi. Perbuatan zina, apapun alasannya, harus dianggap sebagai kejahatan
dan kemunkaran yang mengakibatkan pelakunya bisa dihukum rajam.
4. Menghancurkan praktek perjudian dengan segala bentuknya.
5. Memerangi minuman keras dan obat-obatan terlarang. Islam melarang itu semua
dan menjauhkan masyarakat dari dampak negatifnya.
6. Memerangi tabarruj, pamer dandanan dan pamer aurat. Memberi pengarahan
dengan tegas kepada para wanita untuk berperilaku sebagaimana layaknya
muslimah yang shalihah, khususnya kepada para guru, siswi, mahasiswi, dokter
dan profesi lain yang menjadi sorotan masyarakat.
7. Meninjau kembali kurikulum pendidikan kaum wanita dan melakukan pemisahan
sebanyak mungkin poin antara kurikulum pendidikan untuk siswa putra dan putri.
8. Melarang siswa dan siswi bercampur baur dalam satu kelas, dan penegasan bahwa
jika seorang lelaki dan seorang perempuan berdua di tempat yang sepi, maka hal
itu termasuk kejahatan yang ada sanksi hukumnya.
9. Memompakan semangat para pemuda untuk menikah dan mendapatkan keturunan
dengan berbagai jalan yang dapat mengantarkan mereka ke sana. Syariat Islam
menganjurkan kepada kita untuk membangun keluarga, melindungi, dan
memecahkan berbagai persoalannya.
10. Menutup klub-klub malam, panggung tarian maksiat, dan berbagai kegiatan serupa
atau yang menuju ke hal tersebut.
Page 11 of 29
11. Mengontrol kegiatan pentas dan peredaran film serta menganjurkan
dimasyarakatkannya kisah-kisah yang baik dan kaset-kaset yang bermanfaat.
12. Menyeleksi nyanyian yang berkembang di masyarakat dan menggantinya dengan
alternatif secara sungguh-sungguh.
13. Menyeleksi produk siaran yang dikonsumsi masyarakat, baik berupa ceramah
maupun nyanyian dan menggunakan studio siaran sebagai sarana pendidikan
akhlak masyarakat.
14. Menyita cerita-cerita porno dan buku-buku yang mengaburkan kebenaran dan
merusaknya. Juga penerbitan-penerbitan sejenis yang berpengaruh terhadap
merajalelanya kejahatan dan terumbarnya nafsu syahwat.
15. Mengatur keberadaan vila-vila agar tidak disalahgunakan dan mengembalikan
fungsi dasar vila itu sebagai tempat peristirahatan.
16. Membatasi waktu buka warung-warung dan mengontrol kesibukan para
pengunjungnya. Selain itu juga memberi pengarahan kepada mereka agar tidak
menghamburkan waktunya dengan berlama-lama berada di situ.
17. Menggunakan warung-warung itu sebagai tempat pengajaran membaca dan
menulis kepada para buta huruf dengan melibatkan para pemuda. Mereka semua
dilengkapi dengan seragam guru atau pelajar.
18. Memerangi tradisi yang negatif dalam perilaku ekonomi, akhlak dll. Mengubah
tradisi negatif yang melanda masyarakat dan menggantinya dengan tradisi yang
positif atau mewarnainya dengan sesuatu yang membawa maslahat.
19. Menjadikan aktivitas orang yang menentang hukum Allah sebagai sasaran amar
ma‟ruf nahi munkar seperti makan di siang hari Ramadhan, meninggalkan shalat
dengan sengaja, mencaci maki ajaran agama dan semisalnya.
20. Menghimpun lembaga pendidikan resmi di kampung-kampung dan masjid-masjid
yang ada, untuk secara bersama-sama melakukan perbaikan yang menyeluruh.
21. Menetapkan kurikulum agama sebagai materi pokok di setiap sekolah dan di
perguruan tinggi.
22. Mendorong kegiatan menghafal Al-Qur‟an di kantor-kantor umum dan menjadinya
syarat untuk memperoleh tanda lulus dari lembaga pendidikan, khususnya jurusan
yang berhubungan dengan agama dan Bahasa Arab, Di samping itu menetapkan
peraturan wajib hafal beberapa surat dalam, Al-Qur‟an di setiap sekolah.
23. Menetapkan strategi pengajaran yang baku dalam rangka meningkatkan dan
mendongkrak kualitas sistem pendidikan. Menyatukan kurikulum yang memiliki
tujuan beragam dan menyatukan berbagai pengetahuan umum yang bervariasi. Di
samping itu, menetapkan pembinaan mental cinta tanah air serta pembinaan akhlak
utama sebagai tahap awal dari pencapaian tujuan pendidikan.
Page 12 of 29
24. Memberikan porsi yang cukup bagi mata pelajaran bahasa Arab di setiap jenjang
pendidikan dan menjadikannya sebagai mata pelajaran utama di samping bahasa
yang lain.
25. Memberikan perhatian kepada materi sejarah Islam, sejarah nasional, pembinaan
kebangsaan, serta sejarah peradaban Islam.
26. Memikirkan diwujudkannya berbagai sarana yang mendukung dalam rangka
menyatukan keragaman tradisi yang ada di masyarakat secara bertahap.
27. Menghapuskan gaya hidup kebarat-baratan dari rumah-rumah penduduk;
menyangkut bahasa, kebiasaan, mode pakaian, tradisi para pendidik, perawat, dan
profesi lainnya. Semua itu harus diperbaiki, dimulai dari rumah tangga para tokoh
masyarakat.
28. Memberikan pengarahan yang baik kepada penerbit dan memberi dorongan kepada
para penulis untuk mengarang buku yang bertema keislaman dan ketimuran.
29. Memperhatikan urusan kesehatan secara umum dengan mengundang juru
penerangan kesehatan untuk berbicara di berbagai pelosok, memperbanyak jumlah
rumah sakit, puskesmas keliling dan mempermudah prosedur pengobatan.
30. Memperhatikan keadaan kampung, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
penertiban lingkungan, kebersihan, sanitasi, sistem saluran air serta berbagai
sarana penerangan, pengetahuan dan rekreasi dengan senantiasa membersihkannya
dari nilai-nilai moral yang negatif.
EKONOMI
1. Mengatur pengelolaan zakat, baik penggalangan maupun pendistribusiannya sesuai
dengan ajaran Islam yang lembut dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan sosial
seperti mendanai panti-panti jompo dan fakir miskin, panti yatim serta untuk
mendanai kegiatan kemiliteran.
2. Mengharamkan riba dan mengatur sistem perbankan yang islami untuk mendukung
pencapaian target ini. Pemerintah hendaknya menjadi teladan dalam hal ini dengan
menghapuskan berbagai nilai tambah uang dalam sistem yang diterapkan secara
khusus, seperti pendirian bank tanpa bunga, dll.
3. Mendorong dan menggalakkan kegiatan ekonomi untuk membuka lapangan
pekerjaan bagi para penganggur di kalangan masyarakat pribumi dengan
melepaskan ketergantungan kepada tenaga-tenaga asing.
4. Melindungi masyarakat umum dari penindasan yang dilakukan oleh praktek
monopoli dengan memberlakukan aturan yang ketat untuk mendapatkan
kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi mereka.
5. Memperbaiki nasib para pegawai rendahan dengan meningkatkan posisi mereka
serta memperbesar standar gajinya di satu sisi dan memperkecil gaji pegawai tinggi
di sisi lain.
Page 13 of 29
6. Melakukan pengaturan tugas, khususnya yang banyak dan menumpuk serta
mencukupkan diri pada pekerjaan yang mendesak. Di samping itu melakukan
pembagian tugas secara adil dan proporsional di antara para pegawai.
7. Memberikan dorongan dan pembinaan kepada para buruh dan tani serta memberi
perhatian kepada peningkatan kualitas produk pertanian dan pekerjaan yang
mereka hasilkan.
8. Memberi perhatian kepada berbagai ketrampilan dan aktivitas sosial serta
meningkatkan kualitas mereka dalam berbagai kehidupan.
9. Memanfaatkan sebesar-besarnya kekayaan alam yang ada seperti lahan yang
gersang, berbagai hasil tambang yang kurang diperhatikan, dll.
10. Mendahulukan pembuatan dan pengelolaan berbagai proyek yang mendesak
kegunaannya daripada yang bersifat sekunder.
Dari uraian di atas nampak sedemikian jelas betapa Imam Syahid Hasan Al Banna sangat
besar perhatian pada perbaikan kondisi masyarakat dan bangsa dengan cita-cita dan langkah-
langkah yang praktis sehingga semua komponen dalam masyarakat dan bangsa itu bisa
dilibatkan dalam menjalankan agenda reformasi.
Wallahu a‟lam
Page 14 of 29
Hadits 3: Rukun Islam (Bag. 2)
Selanjutnya:
كاة . dan menunaikan zakat :وإيتاء الز
Perintah zakat termaktub dalam Al Quran, dan kewajibannya digandengkan dengan shalat di
82 ayat. (Fiqhus Sunnah, 1/327). Di antaranya:
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” (QS. Al Baqarah, 2: 110)
“Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada
rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu.” (QS. Al Maidah, 5: 12) dan berbagai
ayat lainnya.
Definisi Zakat
Az Zakah – كاة .Ath Thaharah (kesucian) - الطهارة - secara bahasa berarti الز
Allah Ta‟ala berfirman,
مىالهم أ م
ريهم بهاخ
صه
سهم وج ه
ط
جت صدك
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.” (QS. A Taubah, 9: 103)
Definisi zakat telah diuraikan oleh Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah sebagai berikut:
الصواة اطم لا خسحه الاوظان م حم هللا حعالى إلى الفلساء.
وطمذ شواة لا يىن فيها م زحاء البرهت، وجصهت الىفع وجىمتها بالخحراث. فئنها مأخىذة م الصواة، وهى
الىماء والطهازة والبرهت.
“Zakat adalah benda yang dikeluarkan manusia berupa hak Allah Ta‟ala kepada para
fuqara. Dinamakan zakat karena di dalamnya terdapat pengharapan terhadap berkah,
mensucikan jiwa, dan mengembangkannya dengan kebaikan-kebaikan. Dia diambil dari Az
Zakah yaitu tumbuh, suci, dan berkah.” (Fiqhus Sunnah, 1/327. Dar Al Kitab Al ‘Arabi)
Dalam Lisanul „Arab disebutkan tentang definisi zakat:
دح ووله كد اطخعمل في اللسآن والحدث وال
ماء والبرهت صل الصواة في اللؼت الطهازة والى
وأ
“Asal dari zakat menurut bahasa adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Semua ini telah
digunakan dalam Al Quran dan Al Hadits.” (Ibnu manzhur, Lisanul ‘Arab, 14/358. Dar
Shadir)
Dari definisinya ini, kita bisa memahami bahwa fungsi zakat bagi harta adalah agar menjadi
berkah dan tumbuh. Sedangkan bagi muzakkinya sebagai pensuci dirinya dan mencapai
pribadi nyang terpuji.
Page 15 of 29
Kapan Zakat Diwajibkan?
Zakat sudah diwajibkan sejak sebelum masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Allah
Ta‟ala berfirman kepada kaum Bani Israel:
عىا وازه
اةو ىا الص
وآج
لة كمىا الص
اهعحنوأ مع الس
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'
(QS. Al Baqarah, 2: 43)
Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah mengatakan, bahwa zakat diwajibkan pada masa awal
Islam secara mutlak, yakni tidak ada batasan pada harta tertentu dan belum ada ukuran
takaran yang mesti dikeluarkan. Lalu, pada tahun kedua hijriyah –menurut pendapat yang
masyhur- zakat barulah tetapkan pada harta tertentu saja dan dengan takaran tertentu pula.
(Fiqhus Sunnah, 1/328)
Untuk mengetahui rincian macam-macam harta dan rincian takarannya secara luas, silahkan
merujuk kepada kitab-kitab fiqih yang membahasnya.
Hukumnya
Menurut Al Quran, As Sunah, dan ijma‟, zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang
merdeka dan berakal1 dan memiliki harta yang telah cukup nishabnya.
2
Ada pun tentang hukum orang yang menolak menunaikannya karena dia mengingkari
kewajibannya, maka dia kafir dan murtad menurut ijma‟ (konsensus) ulama. Sedangkan
menolak membayar zakat namun masih mengakui kewajibannya, maka Abu Bakar Ash
Shiddiq radhiallahu „anhu telah memeranginya. Beliau radhiallahu „anhu mengatakan:
أها لكاجل م فسق بحن الصلة والصواة ، وهللا لكاجل م فسق بنهما حتى أحمعهما
“Saya benar-benar akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, demi
Allah benar-benar akan saya perangi orang yang memisahkan keduanya sampai mereka
kembali menyatukannya.” (Imam Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, 6/14. Darul Fikr)
1 Para ulama berbeda pendapat tentang ini. Sebagian ada yang tetap mewajibkan bahwa anak-anak dan orang gila wajib berzakat sesuai
keumuman perintah zakat, yakni melalui wali mereka. Berkata Imam At Tirmdzi dalam As Sunannya:
.وإسحق وأمحد، والشافعي مالك، يقول وبه عمر، وابن وعائشة، وعلي، عمر، منهم زكاة، اليتيم مال يف وسلم عليه هللا صلى النيب أصحاب من واحد غري فرأى: هذا يف العلم أهل اختلف .املبارك وابن سفيان يقول وبه زكاة، اليتيم مال يف ليس: طائفة وقالت
“Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini: lebih dari satu sahabat nabi berpendapat bahwa pada harta anak yatim ada zakatnya,
mereka adalah Umar. Ali, ‘Aisyah, dan Ibnu Umar. Ini juga pendapat Malik, Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq. Segolongan lain mengatakn tidak ada
zakat pada harta anak yatim, ini adalah pendapat Sufyan dan Ibnul Mubarak.” (Sunan At Tirmidzi No. 641)
2 Untuk zakat rikaz (harta terpendam pada masa lalu), kalangan syafi’iyah mensyaratkan adanya nishab. Sementara Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hambal tidak mensyaratkannya, karena sesuai keumuman hadits: “Pada rikaz zakatnya adalah 20%.”
(Kifayatul Akhyar, 1/191-192. Maktabah Al Misykah)
Page 16 of 29
Dari sinilah segenap ulama mengatakan bahwa penguasa boleh mengambil paksa orang kaya
yang tidak mengeluarkan zakat, lantaran ia telah menahan hak fakir miskin yang telah Allah
Ta‟ala titipkan melalui dirinya.
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah:
فئهه أزم بامخىاعه دون أن خسحه ذل ع الاطلم، وعلى -مع اعخلاده وحىبها -ما م امخىع ع أدائها أ
د منها، إل عىد أحمد والشافعي في اللدم، فئهه عصزه، ول أخر م ماله أش الحاهم أن أخرها مىه كهسا و
أخرها مىه، وهصف ماله، علىبت له
“Ada pun orang yang tidak berzakat –dan dia masih mengakui kewajibannya- maka dia
berdosa karena namun tidak sampai mengeluarkannya dari Islam, dan Hakim wajib
mengambilnya secara paksa dan menta‟zirnya, dan diambilnya sesuai kadarnya tidak boleh
lebih, kecuali menurut Ahmad dan Asy Syafi‟i dalam pendapatnya yang lama, bahwa mesti
diambil lebihnya sebanyak setengah hartanya, sebagai hukuman baginya.” (Fiqhus
Sunnah, 1/333)
Ancaman Kepada Orang yang Tidak Mengeluarkan Zakat
Dalam Al Quran Allah Ta‟ala mengancam mereka dengan azab yang pedih. Hal ini
disebabkan sifat kikir mereka dan pembangan atas kewajiban yang diembankan kepada
mereka.
Allah Ta‟ala berfirman,
والر ىجزون الرهب والفضت ول ىفلىنها في طبل هللا فبشسهم بعراب ألم، ىم حمى عليها في هاز
حباههم وحىىبهم وظهىزهم هرا ما هجزجم لهفظىم فروكىا ما هىخم جىجزونحهىم فخيىي بها
“ … dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS. At Taubah, 9: 34-35)
Ayat lainnya:
ما بخلىا به ىم ل حظبن الر بخلىن بما آجاهم هللا م فضله هى خحرا لهم بل هى شس لهم ططىكىن
اللامت
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada
mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di
langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran, 3: 180)
Page 17 of 29
Ada pun dari Al Hadits, dari Ibnu Umar radhiallahu „anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda:
ؤجىا الصواة، أمسث أن أكاجل الىاض حتى شهدوا أن ل إله إل هللا وأن لمىا الصلة، و دمحما زطى هللا، و
فئذا فعلىا ذل عصمىا مني دماءهم وأمىالهم إل بحم لاطلم، وحظابهم على هللا
“Aku diutus untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi (bersyahadat), bahwa tidak
ada Ilah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, dan jika mereka telah melakukan ini maka mereka terjaga dariku
darah dan harta mereka, kecuali dengan hak Islam, dan atas Allah-lah perhitungan mereka.”
(HR. Bukhari No. 25 dan Muslim No. 36)
Dari Abu Hurairah radhiallahu „anhu, bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda:
ىم ه ه مال
ل ل
ه، مث
اجد شو
ؤ م
ل، ف
اه هللا مال
آج ه شببخان م
س ، ل
كجاعا أ
امت ش ل
ال
“Barang siapa yang Allah berikan harta, dan dia tidak mengeluarkan zakatnya, maka dia
akan dicincang pada hari kiamat nanti oleh ular berkepala botak yang memiliki dua bisa
(racun).” (HR. Ahmad No. 8661. Hadits ini shahih. Lihat Musnad Ahmad dengan tahqiq
Syaikh Syu’aib Al Arna’uth. Muasasah Ar Risalah)
Bahkan ada ancaman secara khusus bagi yang tidak mengeluarkan zakat perhiasan, dari Amr
bin Syu‟aib, dari ayahnya, dari kakeknya, katanya:
أجخا زطى هللا ملسو هيلع هللا ىلص وفي أديهما طىازان م ذهب، فلا لهما: أجؤدان شواجه؟ فلالخا: ل، فلا أن امسأجحن
م هاز؟ كالخا: ل، كا: فأدا شواجه . لهما زطى هللا ملسو هيلع هللا ىلص: أجحبان أن ظىزهما هللا بظىاز
“Datang dua wanita kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dan di tangan mereka
berdua terdapat gelang emas. Maka Beliau bersabda kepada keduanya: “Apakah kalian telah
menunaikan zakatnya?” mereka berdua menjawab: “Tidak.” Lalu Beliau shallallahu „alaihi
wa sallam berkata kepada mereka: “Apakah kalian mau Allah akan menggelangkan kalian
dari gelang api neraka?” Mereka berdua menjawab: “Tidak.” Maka Nabi bersabda:
“Tunaikanlah zakatnya!” (HR. At Tirmidzi No. 637, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 637)
Hikmah Zakat
Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari amal zakat ini.
1. Agar muzakki mampu mengontrol harta kekayaannya, sehingga dia tidak dilalaikan
dengan hartanya tersebut.
2. Agar harta tidak berputar hanya pada orang kaya saja.
3. Meminimkan kesenjangan dan kecemburuan sosial sehingga mampu mendekatkan
hubungan antara muzakki dan mustahiq, sehingga ukhuwah islamiyah dapat terwujud
Page 18 of 29
dengan harmonis. Bahkan jika dikelola dengan profesional, zakat bisa menjadi sarana
pengentasan kemiskinan.
4. Melatih dan melahirkan sifat dermawan dan cinta kebaikan bagi muzakki.
Wallahu A‟lam
Page 19 of 29
Kisah Nabi Musa dan Bani Israil
Keluarnya Bani Israil dari Mesir.
Di pembahasan materi sebelumya telah dikemukakan bahwa Nabi Musa „alaihis salam
membawa Bani Israil keluar dari Mesir sebagaimana diperintahkan Allah Ta‟ala kepadanya,
“Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena
sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli‟” (QS. As-Syu‟ara, 26: 52)
Para mufassir menjelaskan, bala tentara yang dikerahkan Fir‟aun pada saat pengejaran Bani
Israil berjumlah sangat besar; terdiri dari 1,6 juta personil dengan 100 ribu ekor kuda. Fir‟aun
mengejar Bani Israil hingga ke ufuk Timur, hingga kedua kelompok telah saling melihat satu
sama lain. Bani Israil berkata seraya ketakutan: “Kita pasti tertangkap!”, yang demikian itu
karena mereka telah berada di tepi laut, tidak ada alternatif jalan yang lain, sementara Fir‟aun
dan pasukannya sebentar lagi akan menerjang mereka. Bani Israil diliputi ketakutan yang
mencekam. Dalam keadaan seperti itu Nabi Musa „alaihis salam berkata kepada mereka,
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya bersamaku Rabbku akan memberi petunjuk”
Kemudian Nabi Musa „alaihis salam bergegas ke barisan yang paling depan dan
menyaksikan gelombang lautan yang tampak jelas di depan mata. Lalu Nabi Musa „alaihis
salam berkata, “Disinilah aku diperintahkan!”. Saat itu bersama Nabi Musa „alaihis salam
ada Harun „alaihis salam, Yusa‟ bin Nun dan beberapa keluarga Fir‟aun yang beriman,
mereka berkata kepada Nabi Musa „alaihis salam, “Wahai Nabi Allah, apakah di tempat ini
engkau diperintahkan!” Nabi Musa „alaihis salam berkata, “Ya”.
Keadaan semakin genting, Fir‟aun dan bala tentaranya semakin dekat. Pada saat itulah Allah
yang Maha Kuasa mewahyukan kepada Nabi Musa sebagaimana disebutkan di dalam Al-
Qur‟an,
ن ى أ ى مىس
ىا إل وح
أعظم ف
ىد ال
الط
ل فسق و
ان و
يم ف
لفاهبحس ف
اضسب بعصان ال
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: „Pukullah lautan itu dengan tongkatmu‟. Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. Asy-
Syu‟ara, 26: 63)
Fir’aun Binasa!
Allah Ta‟ala mengisahkan kejadian selanjutnya,
ه ادزه
ا أ
ى إذ ا وعدوا حت
بعهم فسعىن وحىىده بؼ
جأبحس ف
ا ببني إطسائل ال
ه وحاوشه
ه ل إل ه
آمىذ أ ا
سق ك
ؼل
ظلمحن )إل ال
ال ا م
ه )٠٩ري آمىذ به بىى إطسائل وأ فظد
ال ىذ م
بل وه
ذ ك د عص
( ٠٩( آآلن وك
ىن افل
ؼاجىا ل آ اض ع الى ثحرا م
وإن ه
ت آ
فل خ
ىن ل
لخي ببده ىج
ىم ه ال
(٠٩) ف
“Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan
bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu
Page 20 of 29
telah hampir tenggelam berkatalah dia: „Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)‟.
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak
dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan kami.” (QS. Yunus, 10: 90 – 92)
Dalam ayat tersebut Allah Ta‟ala menjelaskan tentang bagaimana tenggelamnya Fir‟aun,
ketika dirinya digulung ombak ke bawah dan ke atas, dan bani Israil menyaksikannya dari
kejauhan. Saat-saat menjelang sakratul maut di tengah lautan, Ia baru menyatakan ingin
kembali dan taubat kepada Allah Ta‟ala, dan menyatakan keimanannya pada saat tidak
berguna lagi. Namun hal itu tidak berguna, sebagaimana Allah Ta‟ala menegaskannya
kepada orang-orang semacam ini,
سهحن )ا به مش ى
ا بما ه
سه
ف وحده وه
ا بالل ىا آمى
الطىا ك
وا بأ
ا زأ م
لطىا ٤٨ف
وا بأ
ا زأ
عهم إمانهم ل
ىف م
ل(ف
افسون )ي ال ظس هىال
ذ في عباده وخ
لد خ
تي ك
ال
الل
ت (٤٥طى
“Maka tatkala mereka melihat azab kami, mereka berkata: „Kami beriman hanya kepada
Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan
dengan Allah‟. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka Telah melihat
siksa kami. Itulah sunnah Allah yang Telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. dan di
waktu itu binasalah orang-orang kafir.” (QS. Ghafir, 40: 84 – 85)
Abu Daud At-Thayaalisy berkata, telah menyampaikan kepada kami, dari ‟Adi bin Tsabit dan
‟Atha bin Al-Saib, dari Said bin Jabir, dari Ibnu Abbas berkata,
ه الس ىال ن
أتاف
م فسعىن مخ
ه في ف دط
أىه( ف لبحس)ط
ا حا م
خر
ا آ
هخني وأ
ى زأ
" )زواه الترمري(ل
حمت
“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Jibril berkata kepadaku: „Seandainya
engkau melihatku waktu itu bagaiman aku mengambil pasir dari lautan dan
menyemburkannya ke mulut Fir‟aun agar tidak mendapatkan rahmat dan kasih sayang
(berupa ampunan, red.) Allah.” (HR. Tirmidzi). Imam At-Tirmidzi mengatakan: ”Hadits ini
hasan, gharib dan shahih”
Tatkala Fir‟aun menyatakaan keimannnya dalam keadaan terjepit seperti itu, Allah Ta‟ala
berfirman, “Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah
durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ayat ini menggunakan kalimat bertanya dengan nada pengingkaran (istifham inkary), yang
artinya Allah Ta‟ala tidak menerima taubatnya, lagi pula seandainya Ia dikembalikan ke
Page 21 of 29
dunia seperti sediakala, pasti Ia kembali kepada kelakuannnya, sebagaimana Allah Ta‟ala
berfirman tentang orang-orang kafir,
اذبىن يهم ل ا نهىا عىه وإن
عادوا ل
وا ل ى زد
بل ول
ك فىن م
خ ىا
اههم ما و
بل بدا ل
“Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu
menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali
kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya, dan sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta belaka”. (QS. Al-An‟am, 6: 28)
Ibnu Abbas berkata bahwa sebagian Bani Israil ragu tentang kematian Fir‟aun, sehingga
sebagian mereka ada yang mengatakn bahwa Fir‟aun tidak mati, akan tetapi laut
diperintahkan untuk mengambangkan tubuhnya dan menghempaskannya ke daratan, Fir‟aun
dikenal dari baju besi yang dikenakannya.
Kebinasaan Fir‟aun dan balatentaranya terjadi pada bulan Asyura. Sebagaimana diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas radhiyallahu „anhuma berkata,
ىزاء ىم عاش اما ، يهىد ص
ىحد ال
ف
دىت
دم ال
م ك
ه وطل عل
ى الل
صل
الل ن زطى
أ هم زطى
ل ا
ل ، ف
الل
م : ه وطل عل
ى الل
ه ؟ ” صل
صىمىه
ري ج
ىم ال ا ال
ىم عظم ،” ما هر ا
ىا : هر
اللى ف فه مىس
جى الل
هأ
لصىمه ، ف
ه ىح
سا ، ف
ى
ى ش صامه مىس
ىمه ، ف
ق فسعىن وك س
ىمه ، وػ
ه وك عل
ى الل
صل
الل زطى ا
م : ام ” وطل مس بص
م ، وأ
ه وطل عل
ى الل
صل
الل صامه زطى
م ف
ى مىى ى بمىس
ولحم وأ
أ ىح
هف
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam saat datang di Madinah mendapati
orang-orang Yahudi melakukan shaum pada hari „Asyura. Maka Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam bertanya kepada mereka, „Hari apa yang kalian melakukan shaum ini?‟
Mereka menjawab, „Ini adalah hari yang agung. Pada hari ini Allah menyelamatkan Nabi
Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir‟aun dan kaumnya. Maka Nabi Musa
melakukan shaum sebagai wujud syukur kepada Allah. Oleh karena itu kami juga melakukan
shaum.‟ Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Kami lebih wajib dan lebih
layak mengikuti shaum Musa daripada kalian.‟ Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
melakukan shaum „Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk melakukan shaum
„Asyura juga.” (HR. Bukhari dan Muslim, dengan lafal Muslim)
Kemenangan Bani Israil
Allah Ta‟ala berfirman :
ىا فيها وج
تي بازه
ازبها ال
ز ومؼ
ازق لا
ظخضعفىن مش ىا
اه و ر
ىم ال
لىا ال
وزز
حظنى وأ
ال لمذ زب
ذ و م
ىمه صىع فسعىن وك ان
ا ما و
سه ى بني إطسائل بما صبروا ودم
ىن عل
عسش ىا
اهوما و
“Dan kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur
bumi dan bahagian baratnya yang telah kami beri berkah padanya, dan telah sempurnalah
Page 22 of 29
perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran
mereka, dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah
dibangun mereka.” (QS. Al-A‟raf, 7: 137)
Limpahan Nikmat Allah Kepada Bani Israil
Setelah Allah Ta‟ala menyelamatkan Bani Israil dari Fir‟aun dan balatentaranya, mereka
berjalan hingga sampai ke pantai Timur, namun mereka tidak mendapatkan air untuk minum
mereka dan hewan tunggangan mereka, lalu mereka mengadu kepada Nabi Musa „alaihis
salam dan meminta kepadanya agar Allah Ta‟ala memberi mereka air. Kemudian Allah
Ta‟ala memerintahkan kepada Nabi Musa „alaihis salam agar memukulkan tongkatnya ke
sebuah batu, maka keluarlah 12 mata air, sehingga masing-masing kabilah Bani Israil
mendapat satu mata air yang mengalir. Kemudian mereka meneruskan perjalanan, sementara
matahari menyengat tubuh mereka. Lalu mereka mengadu kembali kepada Nabi Musa
„alaihis salam, lalu Allah mengirim mereka awan tebal yang menaungi mereka dari sengatan
matahari yang membakar kulit mereka.
Tak lama kemudian ketika perbekalan mereka hampir habis, sedangkan mereka tidak
membawa cadangan logistik, merekapun meminta pula kepada Nabi Musa „alaihis salam
agar Allah Ta‟ala menurunkan untuk mereka makanan. Maka Allah Ta‟ala pun menurunkan
dua jenis makanan yaitu Manna dan Salwa. Manna adalah jenis makanan yang turun dari
langit rasanya manis seperti madu, dan salwa adalah sejenis burung puyuh yang jumlahnya
sangat banyak hampir menutupi permukaan tanah mereka. Kisah perjalanan Bani Israil ini
dikemukakan di dalam Al-Qur‟an,
ن اضسب ىمه أ
اه ك
ظل
ى إذ اطد ى مىس
ىا إل وح
مما وأ
ا أ
طباط
أسة
ىتي عش
عىاهم از
ط
حجس وك
بعصان ال
ي ىا عل
للسبهم وظ
اض مش
هل أ
د علم و
ىا ك ع
سة
خا عش
يبجظذ مىه از
اه ف
يهم ال
ىا عل
صلهمام وأ
ؼهم ال
لمىن ظ فظهم
هىا أ
اه و ى
ا ول
مىه
لم وما ظ
ىاه
باث ما زشك
ط ىا ملىي و
ل والظ
“Dan mereka kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar
dan kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya, „Pukullah batu itu
dengan tongkatmu!‟. Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya
tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing, dan kami naungkan awan di atas
mereka dan kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman): „Makanlah
yang baik-baik dari apa yang telah kami rezkikan kepadamu‟. Kami tidak menganiaya
mereka, tapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri.” (QS. Al-A‟raf, 7: 160)
Semua itu adalah karunia dan kenikmatan dari Allah Ta‟ala yang semestinya disikapi dengan
penuh ketundukan dan rasa syukur kepada Allah Ta‟ala dengan sikap taat dan istiqamah
terhadap segala perintah-Nya. Hal ini sudah sepantasnya bagi mereka, sebab mereka melihat
langsung berbagai mukjizat yang ada pada Nabi Musa „alaihis salam dan merasakan
langsung berbagai kenikmatan yang duturunkan oleh Allah Ta‟ala kepada mereka secara
beruntun; kapan saja mereka menginginkan dan memintanya, Allah Ta‟ala segera
Page 23 of 29
mengabulkan dan menurunkannya kepada mereka. Akan tetapi sangat disayangkan, mereka
malah kufur nikmat dengan melakukan perbuatan yang tidak pantas bagi orang yang beriman.
Kemaksiatan Pertama Bani Israil
Di perjalanan mereka melihat satu kaum menyembah berhala, lalu dengan bodohnya mereka
meminta kepada Nabi Musa „alaihis salam agar membuatkan berhala untuk mereka. Nabi
Musa „alaihis salam memberikan peringatan keras kepada Bani Israil terkait hal itu
sebagaimana dsebutkan di dalam Al-Qur‟an,
ى احع ا مىس ىا الهم ك
صىام ل
ى أ
فىن عل
عى ىم
ى ك
ىا عل
جأبحس ف
ا ببني إطسائل ال
هم وحاوشه
ما ل
ها ه
ىا إل
ل ل
ىن )جهل
ىم ج
م ك
ى إه ا
ك
ر ما هم فه وباطل م ٩٣٤آلهت لء مخب
ىن )( إن هؤ
عمل ىا
اه ٩٣٠ا و
حر الل
ػ أ ا
( ك
حن ) عال
ى ال
م عل
ىل ض
ها وهى ف
م إل
بؼى
(٩٨٩أ
“Dan kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai
kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: „Hai Musa,
buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa
Tuhan (berhala)‟. Musa menjawab: „Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak
mengetahui (sifat-sifat Tuhan). Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan
yang dianutnya dan akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan. Musa menjawab:
„Patutkah Aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain dari pada Allah, padahal dialah yang
Telah melebihkan kamu atas segala umat‟.” (QS. Al-A‟raf, 7: 138 – 140)
Nabi Musa pergi meninggalkan Bani Isaril untuk Berjumpa dengan Allah
Allah Ta‟ala mewasiatkan kepada Nabi Musa „alaihis salam untuk mendaki sebuah bukit
dan berdiam di sana selama 30 malam, setelah selesai 30 malam Allah Ta‟ala akan
memberikan kepadanya lempengan batu tulis dan mencatatkan untuknya di atas lempengan
tersebut beberapa wasiat yang ditujukan kepada Bani Israil agar berpegang teguh kepada
wasiat tersebut.
Imam Baidhawy, An-Nasfy, Al-Khatib dan Al-Alusy menyebutkan bahwa Nabi Musa
„alaihis salam menjanjikan kepada Bani Israil saat mereka berada di Mesir, jika Allah
membinasakan Fir‟aun, Allah akan mendatangkan untuk mereka catatan peringatan dan
wasiat yang harus mereka jalankan. Tatkala hal itu terjadi Musa „alaihis salam memenuhi
janjinya, Ia pun meminta kepada Allah Ta‟ala catatan tersebut. Kemudian Allah Ta‟ala
memerintahkannya untuk berpuasa 30 hari pada bulan Dzul Qa‟dah. Setelah tuntas
menjalankannya, Nabi Musa „alaihissalam menghadap Allah Ta‟ala, namun para malaikat
menghadangnya, mereka mencium bau mulut Nabi Musa yang tidak enak, Musa „alaihis
salam mengakui telah memakanan tumbuhan tertentu yang menimbulkan bau, lalu Allah
Ta‟ala memerintahkannya untuk berpuasa kembali 10 hari di bulan Dzul Hijjah.
Imam Al-Dailamy mentakhrij dari ibnu Abbas, juga meriwayatkan hal yang sama.
Hal ini diungkapkan oleh Allah Ta‟ala di dalam Al-Qur‟an,
Page 24 of 29
م ا وك
تل زبعحن ل
ه أ اث زب
خم مل
س ف
ممىاها بعش
ج وأ
تل زحن ل
لى ز ا مىس
فني وواعده
لخه هازون اخ
ى ل ىس
فظد بع طبل ال
د ج
صلح ول
ىمي وأ
في ك
“Dan telah kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga
puluh malam, dan kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka
sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam, dan berkata Musa
kepada saudaranya yaitu Harun: „Gantikanlah Aku dalam (memimpin) kaumku, dan
perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”.
(QS. Al-A‟raf, 7: 142)
Setelah Nabi Musa „alaihis salam tuntas berpuasa 40 hari, Ia bergegas berbicara kepada
Rabbnya agar diperbolehkan melihatnya, akan tetapi Allah Ta‟ala menegaskan bahwa Ia tak
akan dapat melihat-Nya,
ىساوي ول
ج
ل ا
ك س إل
ظ
هزوي أ
زب أ ا
ه ك مه زب
لاجىا وو
ل ى ل
ا حاء مىس ئن اول
جبل ف
ى ال
س إل
ظ
س اه
طخل
اق فا أ م
لى صعلا ف س مىس
ا وخ
ه دو
جبل حعل
ه لل ى زب
جل
ا ج م
لساوي ف
جظىف
ه ف
اه مي بذ إل
ج
طبحاه ا
ك
مىحن ؤ ال و
ا أ
ه وأ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang telah kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: „Ya Tuhanku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar Aku dapat melihat kepada Engkau‟. Tuhan
berfirman: „Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika
ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku‟. Tatkala
Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan
Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: „Maha Suci
Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman‟.” (QS.
Al-A‟raf, 7: 143)
Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan
kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya
Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak seperti makhluk,
hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran
manusia.
Hal ini menjadi bahan diskusi yang luas antara Ahlussunnah yang memungkinkan melihat
Allah Ta‟ala dan Mu‟tazilah yang menentangnya. Akan tetapi hal itu tidak akan dibahas
disini. Para mufasssir berpendapat bagaimana mungkin nabi Musa minta agar ia dapat
melihat Allah Ta‟ala, kalau Ia tahu hal itu tidak mungkin? Dari sinilah dalil memungkinkan
melihat Allah Ta‟ala, jika tidak, Musa tidak akan memintanya. Seakan-akan Musa „alaihis
salam dengan nubuwwahnya semata telah mengetahui segala sesuatu.
Maksiat Bani Israel Kedua: Penyembahan Anak Sapi
Page 25 of 29
Bani Israel sebenarnya telah lama menyembah berhala sejak tinggal di Mesir, ketika mereka
beriman kepada Nabi Musa „alaihis salam, mereka tidak memiliki wawasan yang memadai
untuk membentengi mereka dari nilai-nilai Fir‟aun yang musyrik. Dahulu mereka di Mesir
memuja sapi dan mengabadikannya pada lukisan-lukisan di dinding-dinding rumah mereka.
Dari sini para ulama berpendapat: “Termasuk bid‟ah yang tidak disukai adalah menggambari
masjid dan mengukir mihrab, karena hal itu tidak ada pada masa Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam. Umar bin Khattab radhiyallahu „anhu berkata kepada tukang bangunan
masjid: “Buatlah bangunan yang dapat melindungi manusia dari hujan, jangan engkau
merahkan atau kuningkan!”.
Adalah seorang tokoh bani Israel yang bernama Samiry, saat Nabi Musa „alaihis salam
menghadap Rabbnya di bukit Tursina, Samiry memperkenalkan sesembahan baru anak sapi
kepada kaumnya seraya berkata, “Inilah Tuhan kalian dan Tuhannya Nabi Musa”.
Saat Nabi Musa „alaihis salam kembali dan diberitakan perihal kaumnya, Ia langsung marah
dan sedih seraya memperingatkan kaumnya, “Bukankah Rabb kalian telah menjanjikan
kebaikan bahwa kalian akan diberikan Taurat yang berisi petunjuk dan cahaya?”. Kaumnya
pun berkata, “Kami tidak pernah mengingkari janjimu, hanya saja kami diperdaya oleh
Samiry”.
Kemudian Musa „alaihis salam menemui saudaranya Harun „alaihis salam, sambil marah dan
menarik janggutnya ia berkata, “Mengapa engkau tidak mengambil tindakan terhadap
mereka yang telah menyembah sapi, atau menyusulku dan memberitahukan kepadaku
tentang mereka?”. Harun menjawab, “Aku takut engkau mengatakan bahwa aku membuat
Bani Israel terpecah, sebagian ikut aku dan sebagian lagi ikut Samiry, juga bahwa aku
menyusul engkau, padahal aku diperintahkan untuk tetap di tempat menunggumu kembali!”
Musa langsung menemui Samiry, ketika ditanya Ia beralasan bahwa kembali menyembah
sapi karena Musa „alaihis salam tidak berada di jalan yang benar. Lalu Musa „alaihis salam
berkata kepadanya, ”Pergilah engkau, sesungguhnya Allah Ta‟ala telah menghukummu,
dimana engkau hanya dapat berkata „Jangan kau sentuh aku!‟”
Akhirnya Samiry merasa tertekan karena setiap ada orang yang mendekat, ia selalu
mengatakan seperti itu, sampai akhirnya tiada seorangpun yang menghampirinya dan
menyanjungnya (simaklah kisah ini dalam QS. Thahaa, 20: 85 - 97)
Penyesalan Bani Israil
Bani Israil menyesal atas keteledoran mereka. Mereka pun memohon ampun kepada Allah
Ta‟ala, lalu Nabi Musa „alaihis salam menyampaikan wahyu bahwa taubat mereka akan
diterima bila mereka mau membunuh diri mereka sendiri sebagai puncak menghancurkan
syahwatnya dan mensucikannya dari kejahatan dan dosa. Pada saat itulah Allah Ta‟ala
menerima taubat mereka.
Page 26 of 29
م فظى
همخم أ
لم ظ
ى ىم إه
ا ك ىمه
ى لل مىس ا
ك
م وإذ
فظى
هىا أ
خلاك
م ف
ى بازئى
خىبىا إل
عجل ف
م ال
اذه
خ
باج
حم اب الس ى ه هى الخ م إهى خاب عل
م ف
م عىد بازئى
ىحر ل
م خ
لى
ذ
“Dan (ingatlah), ketika Musa Berkata kepada kaumnya: „Hai kaumku, sesungguhnya kamu
telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu),
maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu
adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan
menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Baqarah, 2: 54)
„Membunuh diri‟ disini ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak
lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang yang
menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan:
mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.
Maksiat Keempat: Lemahnya Ketaatan Bani Israil
Nabi Musa „alaihis salam terus memperbaiki Bani Israil, akan tetapi ia melihat mereka tetap
keras dan membandel, hingga Allah Ta‟ala mengancam mereka dengan mengangkat sebuah
gunung ke atas mereka. Mereka ketakutan dan meminta belas kasihan. Lalu Allah Ta‟ala
memerintahkan kepada mereka agar komitmen dengan hukum-hukum Taurat,
mempelajarinya dan tidak melalaikannya, agar merka benar-benar menjadi orang yang
bertakwa. Namun tetap saja ketika ketakutan itu telah hilang mereka kembali berpaling dari
hidayah Allah Ta‟ala.
ا م هرخ
ألىن , وإذ خ
م ج
ىعل
ما فه ل
سوا
هة واذ م بلى
ىاه
ما آج
وا
رىز خ
م الط
ىىك
عىا ف
م وزف
ىاك
خم ث
ىل
م ج
ز
اطسخ
ال ىخم م
ىم وزحمخه ل
ى عل
ضل الل
فىل
ل ف ل
بعد ذ م
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat gunung
(Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): „Peganglah dengan teguh apa yang Kami
berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu
bertaqwa‟. Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak
ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang
rugi.” (QS. Al-Baqarah, 2:64)
Diantara contoh lemahnya ketaatan mereka adalah keengganan mereka berjihad untuk
menundukkan Palestina yang dihuni kaum yang ingkar. Tanah Palestina telah ditentukan
Allah Ta‟ala bagi kaum Yahudi selama mereka iman dan taat kepada-Nya.
اء وحعل ب
هم أ
حعل فى
م إذ
ى عل
الل
سوا وعمت
هىم اذ
ا ك ىمه
ى لل مىس ا
ك
م وإذ
م ما ل
اه
ا وآج
ىو
م مل
ى
حن ) عال
ال حدا م
ث أ
ؤ م ٩٩
دبازه
ى أ
وا عل د
سجم ول ج
ى ل
خب الل
تي ه
ال
طت د
ل ىا لاز ال
لىم ادخ
ا ك )
( اطسلبىا خ
خىل
(٩٩ف
Page 27 of 29
“Dan (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: „Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah
atasmu ketika dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang
merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada
seorangpun diantara umat-umat yang lain. Hai kaumku, masuklah ke tanah Suci (Palestina)
yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut
kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Maidah, 2: 20-21)
Allah Ta‟ala mengisahkan keengganan Bani Israel di ayat-ayat selanjutnya,
سحىا من خ ئن
سحىا منها ف
خ ى ها حت
لدخ
ه
ا ل وإه از ىما حب
ى إن فيها ك ا مىس ىا
الىن )ك
ا داخل ئه
( ٩٩ها ف
عل
عم الل
وىن أ
اف
خ ر
ال زحلن م ا
ك
ى الل
البىن وعل
م ػ
ى ئه
خمىه ف
لا دخ
ئذ
باب ف
يهم ال
ىا عل
ليهما ادخ
مىحن ىخم مؤ
ىا إن ه
لخىو
اجل ٩٣) ف
ل ف ذ وزب
ههب أ
اذ
بدا ما دامىا فيها ف
ها أ
لدخ
ه
ا ل ى إه ا مىس ىا
ال( ك
ا ها هىا )إ ( ٩٨ه
“Mereka berkata: „Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar
daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.‟
“Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya: „Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu,
maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah
hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman‟.
“Mereka berkata: „Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya,
selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.‟” (QS.
Al-Maidah, 5: 22 – 24)
Demikianlah, sekian lama Nabi Musa „alaihis salam menyeru Bani Israil dan memperbaiki
akhlak serta kelakuan mereka, ternyata hanya seperti itu tanggapannya. Nabi Musa „alaihis
salam hanya dapat mengadu kepada Allah Ta‟ala seraya berkata,
اطلحن فىم ال
لىا وبحن ال
ي سق ب
اف
خي ف
ي وأ فس
ه
إل مل
أ
ي ل
زب إو ا
ك
“Berkata Musa: „Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu‟” (QS. Al-Maidah, 5:
25)
Bani Israil Terkatung-katung di Padang Tiih
Allah Ta‟ala mengabulkan pengaduan Nabi Musa „alaihis salam dan memberitahukan
kepadanya bahwa bumi suci itu telah diharamkan dari Bani Israil, dan mereka akan
terkatung-katung di gurun sinai selama 40 tahun, dan mengingatkan Nabi Musa agar tidak
peduli dengan orang-orang yang tidak taat kepada Allah Ta‟ala.
Page 28 of 29
افىم ال
لى ال
ض عل
أ ج
ل
ز ف
خيهىن في لا
زبعحن طىت
يهم أ
عل
مت ها محس ئن
ف ا
طلحن ك
“Allah berfirman: „(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka
selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi
(padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang
fasik itu”. (QS. Al-Maidah, 5: 26)
Yusya’ bin Nun
Bertahun-tahun Nabi Musa dan Harun serta Bani Israil hidup di Padang Tiih. Tibalah ajal
Nabi Harun „alaihis salam, dan Nabi Musa „alaihis salam masih melanjutkan tugas
membimbing Bani Israil selama beberapa waktu. Selanjutnya ia pun wafat setelah
menyiapkan seorang muridnya untuk memimpin Bani Israil, dia adalah Yusya‟ bin Nun
„alaihissalam yang disebutkan perihalnya dalam hadits Nabi. Dialah pemimpin tentara Bani
Israil yang melaksanakan wasiat Nabi Musa „alaihis salam untuk menaklukkan Baitul
Maqdis. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مع ل
لدض إن الش
ذ ال ى ب
الي طاز إل
ع ل
ىش ل
س إل
حبع لبش
م ج
“Sesungguhnya matahari tak pernah ditahan untuk seorang manusia pun, selain untuk Nabi
Yusya‟ di hari beliau melakukan perjalanan menuju Baitul Maqdis”. (HR. Ahmad dalam Al-
Musnad, 2/325, dari Abu Hurairah).3
3 Dalam hadits Bukhari disebutkan kisah Yusya’ bin Nun saat akan menaklukkan Baitul Maqdis sebagai berikut,
صل ام بن منبه قال هذا ما حدثنا أبو هريرة عن رسول الل عليه عن هم صلى الل عليه وسلم فذكر أحاديث منها وقال رسول الل ى الل
ا يد أن يبني بهاوسلم غزا نبي من النبياء فقال لقومه ل يتبعني رجل قد ملك بضع امرأة وهو ير ا يبن ول آخر قد بنى بنيانا ولم ولم
قرية حين صلة العصر أو قريبا من ذلك فقال يرفع سقفها ول آخر قد اشترى غنما أو خلفات وهو منتظر ولدها قال فغزا فأدنى لل
عل للش نار لتأكله يه قال فجمعوا ما غنموا فأقبلت المس أنت مأمورة وأنا مأمور اللهم احبسها علي شيئا فحبست عليه حتى فتح الل
جل بيده فقال فيكم الغلول فلتبايعني قبيلتك فبايعته فأبت أن تطعمه فقال فيكم غلول فليبايعني من كل قبيلة رجل فبايعوه فلصقت يد ر
ب قال فوضعوه في المال وهو لين أو ثلثة فقال فيكم الغلول أنتم غللتم قال فأخرجوا له مثل رأس بقرة من ذه قال فلصقت بيد رج
عيد فأقبلت النار فأكلته فلم تحل الغنائم لحد من تبارك وتعالى رأى ضعفنا وعجزنا فطيبها لنا بالص قبلنا ذلك بأن الل
Dari Hammam bin Munabbih dia berkata, "Ini adalah beberapa hadits yang pernah diceritakan oleh Abu
Hurairah kepada kami dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu dia menyebutkan beberapa hadits yang
di antaranya adalah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ‘Dulu ada seorang Nabi dari para
Nabi yang hendak berperang, lalu dia berkata kepada kaumnya: 'Janganlah ikut serta berperang bersamaku,
yaitu orang yang telah menikah dan ingin menggauli isterinya, orang-orang yang sedang membangun rumah
dan ia belum sempat menaikkan atapnya, atau orang yang telah membeli seekor kambing atau seekor unta
bunting, sementara ia tengah menunggu kelahiran anak ternak tersebut'. Lalu Nabi tersebut berangkat
berperang, menjelang waktu Ashar, ia telah sampai di suatu perkampungan, lalu dia berkata kepada Matahari:
'Hai Matahari, kamu diperintah dan aku pun diperintah'. Setelah itu dia berdo'a: 'Ya Allah, hentikanlah laju
putaran matahari demi kepentingan urusanku'. Lalu matahari pun berhenti, hingga Allah dapat memenangkan
mereka atas musuhnya. Setelah harta rampasan perang terkumpul menjadi satu, tiba-tiba api yang ingin
menyambar harta rampasan tersebut tidak jadi menyambarnya. Lantas Nabi tersebut berkata, 'Di antara kalian
pasti ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka hendaklah setiap orang dari berbagai kabila berbaiat
kepadaku!. Maka, mereka pun berbaiat kepada Nabi tersebut dengan menjabat tangannya. Lalu dia berkata
Page 29 of 29
lagi, 'Di antara kalian pasti ada yang menyembunyikan harta rampasan, hendaknya setiap kabilah berbaiat
kepadaku!. lalu dia menjabat tangan dua orang laki-laki atau tiga orang laki-laki sekaligus, lantas Nabi tersebut
berkata, 'Kalian telah menyembunyikan harta rampasan'." Rasulullah melanjutkan: "Setelah itu mereka
mengeluarkan seonggok emas sebesar kepala sapi dan menyerahkan kepada Nabi tersebut, lalu dia
meletakkanya pada tumpukan harta rampasan yang berada di atas bukit. Tidak lama kemudian, api datang
melahap harta rampasan tersebut." Setelah itu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Harta rampasan
perang itu sama sekali tidak dihalalkann bagi salah seorang sebelum kita, karena Allah mengetahui kelemahan
dan kekurangan kita, akhirnya Allah menghalalkannya atas kita."