TR Bulimia Nervosa
description
Transcript of TR Bulimia Nervosa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bulimia nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai oleh peningkatan
periode binge-eating yang diikuti dengan berbagai metode purging untuk
mengimbangi kebiasaan makan yang berlebihan. Makan lebih banyak makanan
dibandingkan sebagian orang pada situasi yang sama dan dalam periode waktu yang
sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia kehilangan kendali. Ketika makan
berlebihan ini terjadi pada orang dengan berat badan relative normal, atau orang
dengan berat badan berlebihan yang juga memiliki kekhawatiran berlebihan
mengenai bentuk dan berat tubuhnya serta secara teratur terlibat di dalam perilaku
menghilangkan kalori yang di dapat saat makan berlebihan tersebut, keadaan ini
berada di dalam konteks gangguan yang dikenal sebagai bulimia nervosa.
Pasien yang selamat dari bulimia dapat mengendalikan siklus “binge and
purge” yang bertujuan untuk mencegah kenaikan berat badan dan mengatur berbagai
masalah emosional. Berbagai metode purge (membersihkan) seperti obat pencuci
perut (laxative) atau penggunaan diuretik, latihan fisik yang berlebihan, dan yang
paling sering dengan cara memaksa memuntahkan kembali makanan yang telah
dimakan. Tidak seperti anoreksia nervosa, bulimia tidak selalu mengakibatkan
penurunan berat badan yang signifikan. Perasaan malu dan terisolasi yang pernah
dirasakan oleh pasien yang selamat dari bulimia biasanya menghalangi harapan dan
kemajuan penyembuhan penyakitnya.
1 | B u l i m i a N e r v o s a
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bulimia Nervosa
Bulimia hanyalah istilah yang berarti makan berlebihan, yang didefinisikan
sebagai makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian orang pada situasi yang
sama dan dalam periode waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia
kehilangan kendali. Ketika makan berlebihan ini terjadi pada orang dengan berat
badan relatif normal, atau orang dengan berat badan berlebihan yang juga memiliki
kekhawatiran berlebihan mengenai bentuk dan berat tubuhnya serta secara teratur
terlibat di dalam perilaku menghilangkan kalori yang di dapat saat makan berlebihan
tersebut, keadaan ini berada di dalam konteks gangguan yang dikenal sebagai bulimia
nervosa.4
Bulimia nervosa meliputi terjadinya suatu perilaku kompensasi yang
dimaksudkan untuk membersihkan tubuh dari kelebihan kalori yang dikonsumsi
selama makan besar/banyak. Gangguan ini memiliki dua varian utama, sebagai
berikut:
Membersihkan : Kompensasi dengan cara merangsang diri sendiri untuk
muntah dan/atau konsumsi yang berlebihan dari obat pencahar untuk
menginduksi diare sehingga makanan yang dimakan akan keluar dengan
sendirinya.
Tidak Membersihkan : Melakukan pola makan yang berlebih namun tindakan
kompensasi yang dilakukannya berupa olahraga yang berlebih, menggunakan
zat stimulasi (yang bukan menstimulasi muntah seperti pada criteria
pembersihan) dan puasa yang berlebih.5
2 | B u l i m i a N e r v o s a
2.2 Epidemiologi Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa lebih sering daripada anoreksia nervosa. Perkiraan bulimia
nervosa berkisar dari 1 hingga 3 persen pada perempuan muda. Seperti anoreksia
nervosa, bulimia nervosa secara signifikan lebih lazim pada perempuan dibandingkan
laki-laki, tetapi awitannya lebih sering terjadi pada masa remaja yang lebih akhir
dibandingkan dengan awitan anoreksia nervosa. Menurut edisi revisi keempat
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), angka
kejadian pada laki-laki adalah sepersepuluh angka kejadian pada perempuan. Awitan
bahkan dapat terjadi pada masa dewasa awal. Gejala bulimia nervosa yang kadang-
kadang terjadi, seperti episode terpisah makan berlebih dan mengeluarkan kembali,
dilaporkan pada hamper 40 persen mahasiswi perempuan. Bulimia nervosa sering
terdapat pada perempuan berberat badan normal, tetapi kadang-kadang pasien
memiliki riwayat obesitas. Di Negara industri, prevalensinya kira-kira 1 persen
populasi umum.4
2.3 Etiologi Bulimia Nervosa
a. Faktor Biologis
Beberapa peneliti berupaya menghubungkan perilaku makan
berlebihan dan mengeluarkannya kembali dengan berbagai neurotransmitter.
Oleh karena antidepresan sering bermamfaat bagi pasien bulimia nervosa dan
serotonin dikaitkan dengan perasaan puas, serotonin dan norepineprin telah
dilibatkan disini. Oleh karena kadar endorphin plasma meningkat pada pasien
bulimia nervosa yang muntah, perasaan nyaman setelah muntah yang dialami
beberapa pasien ini mungkin di perentarai oleh meningkatnya kadar
endorphin. Menurut DSM-IV-TR, terdapat peningkatan frekuensi bulimia
nervosa pada kerabat derajat pertama orang dengan gangguan ini.
3 | B u l i m i a N e r v o s a
b. Faktor Sosial
Pasien bulimia nervosa, seperti pasien anoreksia nervosa, cenderung
memiliki standar yang tinggi dan memberikan respons terhadap tekanan sosial
yang menuntut orang untuk di ramping. Seperti pada pasien anoreksia
nervosa, banyak pasien bulimia nervosa mengalami depresi dan depresi
familial yang meningkat, tetapi keluarga pasien bulimia nervosa umumnya
kurang dekat dan lebih memiliki konflik dibandingkan keluarga pasien
anoreksia nervosa. Pasien bulimia nervosa menggambarkan orang tuanya
sebagai orang tua yang mengabaikan dan lalai.
c. Faktor Psikologis
Pasien bulimia nervosa, sama dengan pasien anoreksia nervosa,
memiliki kesulitan dengan tuntutan masa remaja, tetapi pasien bulimia
nervosa lebih terbuka, pemarah dan impulsif daripada bulimia nervosa.
Ketergantungan alkohol, menguntil, dan kelabilan emosional (termasuk upaya
bunuh diri) menyebabkan dengan bulimia nervosa. Pasien-pasien ini
umumnya merasa perilaku makan yang tidak terkendalinya lebih ego-distonik
dibandingkan pada pasien anoreksia nervosa sehingga lebih mudah untuk
mencari pertolongan.
Pasien bulimia nervosa tidak memiliki kendali superego dan kekuatan
ego, berbeda dengan pasien anoreksia nervosa. Kesulitan mengendalikan
impuls mereka sering ditunjukkan dengan ketergantungan terhadap zat serta
hubungan seksual yang merusak diri, disamping makan berlebihan dan
mengeluarkan kembali yang menandai gangguan ini. Kebanyakaan pasien
bulimia nervosa memiliki riwayat kesulitan berpisah dengan pengasuh, yang
ditunjukkan dengan tidak adanya objek transisional selama tahun awal masa
kanak-kanaknya. Sejumlah klinisi mengamati bahwa pasien bulimia nervosa
menggunakan tubuhnya sendiri sebagai objek transisional. Pergulatan dalam
perpisahan dengan figur ibu ditunjukkan melalui ambivalensi terhadap
4 | B u l i m i a N e r v o s a
makanan; makan dapat menunjukkan keinginan untuk menyatu dengan
pengasuh dan mengeluarkan kembali makanan yang telah di telan secara tidak
sadar dapat menunjukkan keinginan untuk berpisah.4
2.4 Diagnosis dan Gambaran Klinis
Menurut DSM-IV-TR, gambaran penting pada bulimia nervosa adalah
episode berulang makanan berlebihan; suatu rasa tidak adanya kendali
terhadap makan saat sedang makan berlebihan; muntah yang dicetuskan
sendiri, penggunasalahan laksatif dan diuretik, berpuasa, maupun olah raga
berlebihan untuk mencegah naiknya berat badan; dan evaluasi diri terus -
menerus yang terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan (Tabel 1). Makan
berlebihan biasanya dilakukan kira-kira 1 jam sebelum muntah.
Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Bulimia Nervosa
A. Episode makan berlebih berulang. Episode ini ditandai dengan dua hal
berikut ini :
1. Makan, dalam periode waktu terpisah (cth., dalam periode waktu 2
jam ), jumlah makanan yang jelas lebih besar daripada yang dapat
dimakan oleh sebagian besar orang selama periode waktu yang
sama dan dalam keadaan yang sama.
2. Rasa tidak adanya kendali terhadap makan selama episode ini
(cth., perasaan bahwa ia tidak dapat mengendalikan apa atau
berapa banyak yang dimakan).
B. Perilaku kompensatorik berulang yang tidak tepat untuk mencegah
kenaikan berat badan, seperti muntah yang diinduksi sendiri;
penggunasalahan laksatif, diuretik, enema, atau obat lain; berpuasa;
atau olah raga berlebihan.
C. Makan berlebihan dan perilaku kompensatorik yang tidak tepat ini
keduanya ada, rata-rata setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan.
D. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan.
5 | B u l i m i a N e r v o s a
E. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama episode anoreksi nervosa.
Tentukan tipenya :
Tipe mengeluarkan kembali makanan : selama episode bulimia nervosa saat
ini, orang tersebut secara teratur terlibat di dalam muntah yang diinduksi diri
sendiri atau penggunasalahan laksatif, diuretic, atau enema.
Tipe tidak mengeluarkan kembali makanan : selama episode bulimia
nervosa saat ini, orang tersebut menggunakan perilaku kompulsatorik yang
tidak tepat lainnya, seperti berpuasa, olah raga berlebihan, tetapi tidak secara
teratur, muntah yang diinduksi oleh diri sendiri atau penggunasalahan lasatif,
diuretic atau enema.
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorder. 4 th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric
Association; copyright 2000, dengan izin
Gangguan makan berlebihan yaitu episode makan berlebihan tanpa
adanya perilaku kompensatorik yang tidak sesuai yang merupakan ciri khas
bulimia nervosa masuk dalam kategori ini (Tabel 2). Pasien seperti ini tidak
terpaku terhadap bentuk dan berat badan.
Tabel 2. Criteria riset DSM-IV-TR Gangguan makan berlebih
A. Episode makan berlebihan yang berulang. Episode ini ditandai dengan
kedua hal berikut ini :
1. Makan, untuk waktu yang berbeda (cth., dalam periode waktu 2
jam), jumlah makanan yang jelas lebih besar daripada yang dapat
dimakan oleh sebagian besar orang selama periode waktu yang
sama dan dalam keadaan yang sama.
6 | B u l i m i a N e r v o s a
2. Rasa kehilangan kendali terhadap makan selama episode ini (cth.,
perasaan bahwa ia tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan
apa atau berapa banyak yang dimakan).
B. Episode makan berlebihan disertai tiga hal (atau lebih) berikut ini :
1. Makan lebih cepat dari normal.
2. Makan sampai merasa sangat kenyang hingga terasa tidak nyaman.
3. Makan makanan dengan jumlah besar meskipun secara fisik tidak
lapar.
4. Makan sendirian karena malu akan banyaknya makanan yang
dimakannya.
5. Merasa jijik dengan dirinya sendiri, depresi, atau sangat bersalah
setelah makan berlebihan.
C. Distress yang nyata karena makan berlebihan.
D. Makan berlebihan terjadi rat-rata, sedikitnya 2 hari dalam seminggu
selama 6 bulan.
Catatan :
Metode untuk menentukan frekuensi berbeda dengan yang digunakan
untuk bulimia nervosa; riset di masa mendatang harus menyelesaikan
apakah metode untuk mengatur frekuensi ambang yang lebih disukai
adalah dengan menghitung jumlah hari terjadinya makan berlebihan
atau menghitung jumlah episode makan berlebihan.
E. Makan berlebihan tidak dikaitkan dengan perilaku kompensatorik
yang tidak tepat secara teratur (cth., mengeluarkan makanan kembali,
puasa, olah raga berlebihan) dan tidak hanya terjadi selama perjalanan
gangguan anoreksia nervosa atau bulimia nervosa
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorder. 4 th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric
Association; copyright 2000, dengan izin
7 | B u l i m i a N e r v o s a
Muntah lazim terjadi dan biasanya dipicu dengan cara mencolokkan
jari ke dalam tenggorok walaupun beberapa pasien bisa muntah jika mereka
mengingatkannya. Muntah mengurangi nyeri abdomen dan perasaan kembung
serta memungkinkan pasien terus makan tanpa takut akan keanaikan berat
badan. Depresi, kadang-kadang disebut postbinge anguish, sering menyertai
episode ini. Selama makan berlebih, pasien memakan makanan manis,
berkalori tinggi, dan umumnya lembut atau teksturnya halus, seperti cake dan
pastry. Beberpa pasien lebih menyukai makanan yang besar tanpa
memandang rasanya. Makanan di makan diam-diam dan dengan cepat bahkan
kadang-kadang tidak dikunyah.
Sebagian besar pasien bulmia nervosa berat badannya berada di dalam
kisaran normal, tetapi beberapa berbadan kurang atau berlebih. Pasien ini
khawatir akan citra tubuh dan penampilan mereka, khawatir mengenai
pandangan orang terhadap mereka, dan khawatir akan daya tarik seksual
mereka. Sebagian besar mereka aktif secara seksual, dibandingkan dengan
pasien anoreksia nervosa, yang tidak tertarik terhadap seks.
Bulmina nervosa terdapat pada pasien dengan angka gangguan mood
dan gangguan kendali impuls yang tinggi. Bulimia nervosa juga dilaporkan
terjadi pada orang dengan resiko tinggi untuk gangguan terkait zat serta
berbagai gangguan kepribadian. Pasien bulimia nervosa juga memiliki angka
gangguan ansietas, gangguan bipolar I, dan gangguan disosiatif yang tinggi,
serta riwayat penganiayaan seksual. 4
Tabel 3. Diagnosis Bulimia Nervosa menurut PPDGJ-III
8 | B u l i m i a N e r v o s a
Menurut pedoman diagnostic PPDGJ-III, Sindrom perilaku yang
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
1. F50.2 mengenai Bulimia Nervosa untuk diagnosis pasti, dibutuhkan
semua berikut ini :
a. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan, dan ketagihan
(craving) terhadap makanan yang tidak bisa di lawan; penderita
tidak berdaya terhadap datangnya episode makan berlebihan
dimana makanan dalam jumlah yang besar dimakan dalam waktu
yang singkat.
b. Pasien berusaha melawan efek kegemukkan dengan salah satu
atau lebih cara seperti berikut:
Merangsang muntah oleh diri sendiri,
Menggunakan pencahar berlebih,
Puasa berkala,
Memakai obat-obatan seperti penekan nafsu makan,
sediaan tiroid atau diuretika. Jika terjadi pada
penderita diabetes, mereka akan mengabaikan
pengobatan insulinnya.
c. Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luas biasa
akan kegemukkan dan penderita mengatur sendiri batasan yang
ketat dari ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan
sebelum sakit dianggap berat badan yang sehat dan optimal.
Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia
nervosa sebelumnya, interval antara ke dua gangguan tersebut
berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode
sebelumnya ini dapat jelas terungkap, atau dalam bentuk ringan
yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang sedang
dan atau suatu fase sementara dari amenore.
9 | B u l i m i a N e r v o s a
Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif,
walaupun penderita bulimia sering mengalami gejala-gejala
depresi.
2. F50.3 Bulimia Nervosa tak khas
Diagnosis ini digunakan untuk penderita yang tidak menunjukkan
satu atau lebih gambaran utama (Key features) dari Bulimia
Nervosa (F50.2), tetapi masih ada gambaran klinis yang agak
khas.
Umumnya hal ini ditujukan pada orang yang mempunya berat
badan normal atau berlebihan, tetapi mengalami periode khas
kebanyakan makan yang diikuti dengan muntah atau memakai
pencahar.2
Subtipe. Terhadap bukti bahwa orang dengan bulmia nervosa yang
mengeluarkan kembali makanan berbeda dengan orang yang makan berlebih
dan tidak mengeluarkan kembali. Orang yang makan berlebih dan tidak
mengeluarkan kembali cenderung lebih sedikit memiliki gangguan citra tubuh
dan lebih tidak cemas mengenai makan. Pasien bulimia nervosa yang tidak
mengeluarkan kembali cenderung mengalami obesitas yang juga terdapat
perbedaan psikologis yang khas antara pasien bulimia nervosa yang
mengeluarkan makanan berlebih dan yang tidak. Karena semua perbedaan ini,
diagnosis bulimia nervosa di bagi lagi menjadi tipe mengeluarkan kembali
makanan (purging), untuk mereka yang secara teratur terlibat dalam perilaku
menginduksi sendiri muntah atau menggunakan laksatif maupun diuretik,
serta tipe tidak mengeluarkan kembali makanan (nonpurging), untuk mereka
yang melakukan diet ketat, puasa, atau olah raga berlebih tetapi tidak secara
teratur terlibat dalam perilaku mengeluarkan kembali makanan.
10 | B u l i m i a N e r v o s a
Pasien dengan tipe mengeluarkan kembali makanan mungkin memiliki
resiko komplikasi medis tertentu, seperti hipokalemia akibat muntah dan
penggunaan laksatif, dan alkalosis hipokloremik. Mereka yang muntah
berulang memiliki resiko mengalami robekan langsung atau esophagus
meskipun komplikasi ini jarang terjadi. Pasien mengeluarkan kembali
makanan memiliki perjalanan gangguan yang berbeda dengan pasien yang
makan berlebihan kemudian berdiet atau berolah raga.4
Tanda dan Gejala umum yaitu : Pusing, Pening (light headedness),
palpitasi (karena dehidrasi, hipotensi , mungkin hipokalemia), Bradycardia
atau tachycardia, hipotermia, dan hipotensi (sering dikaitkan dengan
dehidrasi). Gejala gastrointestinal : iritasi faring, nyeri perut (lebih umum
pada orang-orang yang menginduksi dirinya untuk muntah), darah dalam
muntahan (dari iritasi esofagus, ,dari air mata yang sebenarnya mungkin
berakibat fatal), kesulitan menelan, perut kembung, sembelit, dan obstipasi. 5
Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan diagnosis :
1. Evaluasi medik lengkap diperlukan untuk menemukan
ketidakseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia dan
hipokloremia), dehidrasi, dan kerusakan gastrointestinal. Periksalah
untuk penyalahgunaan laksansia.
2. Laksanakan pemeriksaan psikiatrik lengakap dengan memperhatikan
depresi yang merundungi bersama, anoreksia nervosa,
penyalahgunaan zat/obat ( contoh: kokain, alkohol, ampetamin,
sedative, dan pil diet), dan gangguan kepribadian.
3. Evaluasi pasien untuk impulsivitas dan kecenderungan bunuh diri.
4. Pertimbangkan untuk merawat inap pasien dengan kelemahan
pengendalian impuls kecenderungan bunuh diri, atau penyulit medic
sekunder akibat gangguan makan tersebut.
5. Rujuklah pasien untuk terapi perilaku kognitif, psikoterapi yang
berorientasi-tilik diri, atau farmakoterapi.
11 | B u l i m i a N e r v o s a
6. Pertimbangkan untuk merawat inap pasien ke dalam unit gangguan,
bila perlu.1
2.5 Diagnosis Banding Bulimia Nervosa
Diagnosis Bulimia Nervosa tidak dapat ditegakkan jika perilaku makan
berlebih dan memuntahkan kembali hanya terjadi selama episode anoreksia nervosa.
Pada kasus seperti ini, didiagnosisnya adalah anoreksia nervosa, tipe makan berlebih/
mengeluarkan kembali (binge-eating/ purging type).
Klinis harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki penyakit neurologis
seperti bangkitan Epileptik-Ekuivalen, Tumor Sistem Saraf Pusat (SSP), Sindrom
Kluver-Bucy, atau Sindrom Kleine-Levin.
Gambaran patologis yang ditujukkan oleh sindrom Kluver-Bucy adalah
agnosia visual, menjilat dan mengigit kompulsif, memeriksa objek dengan mulut,
ketidakmampuan mengabaikan semua stimulus, plasiditas, gangguan prilaku seksual
(Hiperseksual), dan perubahan kebiasaan diet, terutama hiperfagia. Sindrom ini
sangat jarang dan cenderung tidak menyebabkan masalah dalam menegakkan
diagnosis banding. Sindrom Kleine-Levin terdiri atas hipersomnia periodik yang
berlangsung 2 hingga 3 minggu serta hiperfagia. Seperti pada bulimia nervosa, awitan
biasanya saat remaja, tetapi sindrom ini lebih lazim pada laki-laki di bandingkan
perempuan. Pasien dengan gangguan keperibadian ambang kadang-kadang makan
berlebih, tetapi perilaku makan ini diakibatkan tanda lain gangguan ini.4
2.6 Penatalaksanaan Bulimia Nervosa
Sebagian besar pasien Bulimia Nervosa tanpa komplikasi tidak membutuhkan
rawat inap di rumah sakit. Umumnya, pasien bulimia nervosa tidak terlalu
merahasiakan gejalanya seperti pada pasien anoreksia nervosa. Dengan demikian,
terapi rawat jalan biasanya tidak sulit, tetapi psikoterapi sering “mengalami kendala”
12 | B u l i m i a N e r v o s a
dan dapat berlangsung lama. Beberapa paisen obesitas dengan bulimia nervosa yang
menjalani psikoterapi jangka panjang membaik secara mengejutkan. Pada beberapa
kasus - ketika makan berlebih tidak terkendali, tetapi pasien rawat jalan tidak
berhasil, atau pasien menunjukkan gejala psikiatrik tambahan seperti bunuh diri dan
penyalahgunaan zat - rawat inap di rumah sakit mungkin perlu dilakukan. Di samping
itu, pada kasus mengeluarkan makanan kembali yang berat, gangguan metabolik dan
elektrolit yang ditimbulkan mungkin sangat memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Psikoterapi
1. Terapi perilaku-kongnitif
Terapi perilaku-kongnitif harus dipertimbangan sebagai acuan, terapi
line pertama bulimia nervosa. Data yang menyokong efektivitas terapi
perilaku kongnitif didasarkan pada eratnya kelekatan terhadap terapi yang
terpedoman, sangat rinci dan telah banyak diterapkan, yang mencakup kira-
kira 18 hingga 20 sesi selama 5 sampai 6 bulan. Terapi perilaku kongnitif
menerapkan sejumlah prosedur perilaku untuk (1) menghentikan siklus
perilaku makan berlebihan dan diet yang dipertahankan sendiri ini, serta (2)
mengubah kognisi dan keyakinan seseorang yang mengalami disfungsi
mengenai makanan, berat dan bentuk tubuh, serta konsep diri secara
keseluruhan.
2. Psikoterapi Dinamik
Terapi psikodinamik pada pasien bulimia nervosa mengungkapkan
adanya kecenderungan mengwujudkan mekanisme defense introjeksi dan
proyeksi. Di dalam sikap yang serupa dengan pemisahan, pasien membagi
13 | B u l i m i a N e r v o s a
makanan menjadi dua kategori; makanan bergizi dan makanan tidak sehat.
Makanan yang disebut bergizi mungkin dimakan dan dipertahankan karena
secara tidak sadar menyimbolkan introjeksi yang baik, sedangkan makanan
“sampah” secara tidak sadar dikaitkan dengan introjeksi buruk sehingga
dikeluarkan dengan cara muntah, dan khayalan tidak disadari bahwa semua
kerusakan, kebencian, dan keburukan, sedang disingkirkan. Pasien sementara
dapat merasa baik setelah muntah karena evakuasi khayalan tetapi perasaan
terkait akan “semuanya baik” berlangsung singkat karena didasarkan pada
kombinasi yang tidak stabil antara pemisah dan proyeksi.
3. Farmakoterapi
Obat antidepresan telah menunjukkan mamfaat pada bulimia. Obat ini
mencakup serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine (Prozac).
Mamfaatnya dapat didasarkan pada peningkatan kadar 5-hydroxytryptamine.
Obat antidepresan dapat mengurangi perilaku makan berlebihan dan
mengeluarkan kembalu tanpa bergantung adanya gangguan mood. Dengan
demikian, untuk siklus makan berlebihan-mengeluarkan kembali yang sulit
dan tidak berespons terhadap psikoterapi saja, antidepresan telah berhasil
digunaka, imipramine (Tofranil), desipramine (Norpramin), trazodone
(Desyrel), dan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) telah membantu.
Umumnya, sebagian besar antidepresan efektif pada dosis yang biasanya
diberikan dalam terapi gangguan depresif. Meskipun demikian, dosis
fluoxetine yang efektif untuk mengurangi makan berleebihan ini dapat lebih
tinggi (60 hingga 80 mg per hari) daripada dosis yang digunakan untuk
gangguan depresif. Pada kasus gangguan depresif serta bulimia nervosa yang
bersamaan, terapi dengan obat tampaknya membantu. Carbamazepine
(Tegretol) dan lithium (Eskalith) tidak menunjukkan hasil yang mengesankan
sebagai terapi perilaku makan berlebihan, tetapi telah digunakan dalam terapi
pasien bulimia nervosa disertai gangguan mood, seperti gangguan bipolar I.
Terdapat bukti bahwa penggunaan antidepresan saja mengahasilkan 22 persen
14 | B u l i m i a N e r v o s a
penghentian perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali. Studi lain
menunjukkan bahwa kombinasi terapi perilaku-kognitif dan obat merupakan
terapi yang paling efektif.4
2.7 Prognosis Bulimia Nervosa
Dengan cepat, pasien Bulimia Nervosa yang mampu menjalani terapi
dilaporkan mengalami lebih dari 50 persen perbaikan perilaku makan berlebihan dan
mengeluarkan kembali; di antara pasien rawat jalan, perbaikan tampaknya
berlangsung lebih dari 5 tahun. Meskipun demikian, pasien tidak bebas gejala selama
periode perbaikan; bulimia nervosa merupakan gangguan kronis dengan perjalanan
gangguan yang maju mundur. Beberapa pasien dengan perjalanan gangguan ringan
mengalami masa remisi jangka panjang. Pasien lain menjadi lemah akibat gangguan
ini dan dirawat di rumah sakit; kurang dari sepertiga pasien yang baik-baik saja pada
pemantauan lanjutan 3 tahun, lebih dari sepertiga yang mengalami perbaikan gejala,
dan kira-kira sepertiganya memiliki hasil buruk dengan gejala kronis dalam 3 tahun.
Pada studi terkini, dalam 5 hingga 10 tahun, kira-kira setengah pasien pulih sempurna
dari gangguan ini, sedangkan 20 persennya terus memenuhi seluruh kriteria
diagnostik bulimia nervosa.
Prognosis Bulimia Nervosa lebih baik daripada Anoreksia Nervosa; namun
demikian, bulimia bisa menjadi kronik, dengan akibat penyulit medik.1 Prognosis
juga bergantung pada keparahan gejala sisa mengelurakan makanan kembali yaitu
apakah pasien mengalami ketidakseimbangan elektrolit, dan sampai derajat berapa
seringnya muntah menyebabkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar saliva,
dan karies gigi. Pada beberapa kasus bulimia nervosa yang tidak diterapi, remisi
spontan terjadi dalam 1 hingga 2 tahun.
2.8 Komplikasi Bulimia Nervosa
Bulmia nervosa dapat mengakibatkan kelainan elektrolit dan berbagai derajat
kelaparan meskipun tidak sejelass pada pasien anoreksia nervosa berberat badan
15 | B u l i m i a N e r v o s a
rendah. Dengan demikian, bahkan pasien bulimia nervosa dengan berat badan normal
harus menjalani pemeriksaan laboratorium elektrolit dan metabolisme. Umumnya,
fungsi tiroid tetap baik pada bulimia nervosa tetapi pasien dapat menunjukkan
nonsupresi pada uji supresi deksametason (DST). Dehidrasi dan gangguan elektrolit
cenderung terjadi pada pasien bulimia nervosa yang mengeluarkan kembali makanan
secara teratur. Pasien ini sering mengalami hipomagnesemia dan hiperamilasemia.
Meskipun bukan ciri diagnostik inti, banyak pasien bulimianervosa mengalami
gangguan menstruasi. Hipotensi dan bradikardi terjadi pada beberapa pasien.4
(Gambar 1. Efek Bulimia Nervosa terhadap Tubuh)
a. Gigi
Beberapa kelainan pada rongga mulut telah dilaporkan termasuk erosi
gigi, mengurangi laju aliran saliva, hipersensitivitas gigi, karies gigi, penyakit
periodontal, dan xerostomia (mulut kering). Erosi gigi biasanya terjadi pada
16 | B u l i m i a N e r v o s a
permukaan lingual dari gigi rahang atas. Meskipun gigi mandibular juga dapat
terpengaruh, mereka diyakini agak terlindung, dari paparan asam lambung, oleh
lidah. Erosi dapat terlihat pada awal enam bulan setelah terjadinya induksi
muntah sendiri yang bersifat reguler. Tingkat dan keparahan erosi pada akhirnya
akan ditentukan oleh durasi penyakit, jenis makanan yang dikonsumsi, kebersihan
mulut, frekuensi muntah, dan kualitas dasar dari struktur gigi.
(Gambar 2. Karies Gigi dan Erosi Gigi)
Peningkatan frekuensi karies gigi telah dilaporkan sebagai konsekuensi
dari makan berlebihan makanan yang mengandung karbohidrat, peningkatan
konsumsi minuman berkarbonasi, kebersihan mulut yang buruk, selain paparan
asam. Gingivitis (penyakit gusi) dan penyakit periodontal mungkin akibat dari
paparan berulang terhadap asam lambung. Hal ini menyebabkan iritasi gusi kronis
dan perdarahan. Xerostomia ditemui pada pasien dengan self-induced muntah; itu
diduga berhubungan dengan laju aliran saliva berkurang. Pembesaran kelenjar
ludah telah berkorelasi dengan peningkatan kadar amilase serum. Kinzle, et al,
menemukan bahwa 61 persen pasien bulimia, membersihkan melalui self-induced
muntah, memiliki peningkatan kadar amilase serum. Kelenjar parotis bilateral
yang merupakan kelenjar yang paling sering terlibat, tetapi pembesaran
17 | B u l i m i a N e r v o s a
submandibula juga dapat dilihat. Ini wajah "Jenis tupai" yang umumnya terjadi 3-
4 hari setelah penghentian self-induced muntah.
(Gambar 3. Pembengkakan Kelenjar Parotis akibat Bulimia Nervosa)
b. Tenggorokan
Self-induced muntah dapat menyebabkan kerusakan pada sfingter
esofagus, mempengaruhi area dari faring dan laring. Muntahan kandungan asam
mungkin bersentuhan dengan pita suara dan sekitarnya, mengakibatkan suara
serak, disfagia, batuk kronis, sensasi terbakar di tenggorokan atau sakit
tenggorokan berulang.
c. Jantung
Dehidrasi akibat episode berulang dari muntah yang dapat
mengakibatkan hipotensi, dan ortostatik. Meskipun pasien akan sering
menggunakan jari-jari mereka atau benda untuk menginduksi muntah, beberapa
mungkin kembali menggunakan ipecac, sirup sebelumnya digunakan untuk
mengobati ingestions toksik akut. Pasien dengan bulimia yang terlibat dalam
self-induced muntah mungkin menyalahgunakan obat ini. Bahan aktif ipecac
adalah emetine yang memiliki paruh yang panjang dan akibatnya dapat
terakumulasi untuk tingkat beracun dengan konsumsi kronis. Toksisitas Emetine
dapat mengakibatkan kerusakan permanen miosit jantung yang mengakibatkan
gagal jantung kongestif berat, aritmia ventrikel, dan kematian jantung mendadak.
18 | B u l i m i a N e r v o s a
d. Paru-paru
Pada pasien yang membersihkan melalui self-induced muntah, aspirasi
makanan dimuntahkan adalah sebuah kemungkinan. Dengan demikian, pada
orang dewasa muda yang sehat dengan gangguan pernapasan dengan onset tiba-
tiba, self-induced muntah dengan aspirasi harus dipertimbangkan. Komplikasi
paru lain dari self-induced muntah adalah pneumomediastinum, yang merupakan
diseksi udara melalui dinding alveolar, karena muntah.
e. Elektrolit
Episode muntah berulang dapat menyebabkan dehidrasi dan peningkatan
regulasi sekresi Rennin-Angiotensin-Aldosteron. Aldosteron disekresikan oleh
kelenjar adrenal dan hasilnya terjadi peningkatan penyerapan natrium bikarbonat
dan retensi air untuk mengurangi kecenderungan terhadap dehidrasi, hipotensi
dan penurunan volume dari muntah berulang. Mehler dan Rylander Journal of
Eating Disorders (2015) Hal ini menghasilkan Alkalosis metabolik dan nilai-nilai
kalium serum rendah. Secara bersama-sama, fenomena ini disebut sebagai
sindrom pseudo-Bartter. Kehilangan kalium tambahan yang berasal dari
muntahan yang sebenarnya. Melalui kalium serum yang rendah mungkin
penanda khusus untuk self-induced muntah dari bulimia, tidak sensitif. Sebagian
besar pasien dengan bulimia, yang hanya kadang-kadang muntah, akan memiliki
elektrolit serum yang normal, berbeda dengan mereka yang muntah berlebihan
atau mereka yang melakukannya secara teratur untuk program berkepanjangan.
Tabel 4 . Perubahan elektrolit
Purging Mode Sodium Pottasium Chloride Bicarbonate
Diuretics Decreased or
normal
Decreased Decreased Increased
19 | B u l i m i a N e r v o s a
Laxatives
(short-term)
Decreased or
normal
Decreased Increased Decreased
Laxatives
(long-term)
Decreased or
normal
Decreased Decreased Increased
Vomiting Decreased or
normal
Decreased Decreased Increased
f. Kulit
Pasien dengan berat badan yang cukup rendah mungkin menunjukkan
manifestasi dermatologi karena kelaparan termasuk alopecia, xerosis,
hipertrikosis lanuginosa, cheilosis, carotenoderma, pruritus, dan kerapuhan kuku.
Perubahan ini paling jelas ketika indeks massa tubuh (BMI) turun di bawah 16.
Pasien dengan self-induced muntah akan sering melakukannya, secara mekanis
dengan memasukkan jari-jari mereka ke dalam mulut mereka. Seiring waktu,
pengenalan tangan ke dalam mulut menghasilkan trauma berulang dan kulit lecet
pada tangan.3
(Gambar 4. Trauma berulang pada Kulit tangan pasien Bulimia Nervosa)
20 | B u l i m i a N e r v o s a
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bulimia hanyalah istilah yang berarti makan berlebihan, yang didefinisikan
sebagai makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian orang pada situasi yang
sama dan dalam periode waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia
kehilangan kendali. Bulimia Nervosa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor
biologis, faktor sosial, dan faktor psikologis. Tanda dan Gejala umum yaitu : Pusing,
Pening (light headedness), palpitasi (karena dehidrasi, hipotensi , mungkin
hipokalemia), Bradycardia atau tachycardia, hipotermia, dan hipotensi (sering
dikaitkan dengan dehidrasi). Gejala gastrointestinal : iritasi faring, nyeri perut (lebih
21 | B u l i m i a N e r v o s a
umum pada orang-orang yang menginduksi dirinya untuk muntah), darah dalam
muntahan (dari iritasi esofagus, ,dari air mata yang sebenarnya mungkin berakibat
fatal), kesulitan menelan, perut kembung, sembelit, dan obstipasi. Sebagian besar
pasien Bulimia Nervosa tanpa komplikasi tidak membutuhkan rawat inap di rumah
sakit. Penatalaksanaan Bulimia Nervosa dapat dilakukan terapi prilaku-kognitif,
psikoterapi dinamik, dan farmakoterapi. Prognosis juga bergantung pada keparahan
gejala sisa mengelurakan makanan kembali yaitu apakah pasien mengalami
ketidakseimbangan elektrolit, dan sampai derajat berapa seringnya muntah
menyebabkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar saliva, dan karies gigi.
Pada beberapa kasus bulimia nervosa yang tidak diterapi, remisi spontan terjadi
dalam 1 hingga 2 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, Harold I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika
Muslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan, Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
Philip, S Mehler dan Melanie Rylander. 2015. “Bulimia Nervosa-Medical
Complications” Journal of Eating Disorder (3) 12 : 1-5 Diakses tanggal 11
September 2015
Sadock, Benjamin J. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta : EGC
22 | B u l i m i a N e r v o s a
Yagerjoel. 2014. Bulimia Nervosa. California. Resident Physician, Department of
Psychiatry and Behavioral Sciences, University of California. Hlm 1-3 Diakses
tanggal 10 September 2015 (http://emedicine.medscape.com/article/286485-
overview#showall)
23 | B u l i m i a N e r v o s a