(tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

26
BAB IV METODE PENELITIAN 1.1. Rancangan Penelitian Dalam proses pelaksanaan penelitian, terdapat berbagai kegiatan yang memerlukan penanganan berbeda yang disesuaikan dengan karakteristik kegiatan dan sasaran diharapkan dari pelaksanaan penelitian tersebut. Pendekatan umum yang akan digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam karakteristik kebutuhan antara lain: Pendekatan terhadap kegiatan pengumpulan data dan informasi. Pendekatan terhadap kegiatan identifikasi dan kajian materi dan permasalahan. Pendekatan terhadap kegiatan perumusan konsep dan penyusunan aspek teknis, aspek lingkungan, aspek pola perilaku masyarakat, aspek pendapat masyarakat tentang penentuan lokasi TPS dan aspek kelembagaan. 1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.2.1.Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dibatasi berdasarkan pembagian pola ruang pada RTRW Kota Denpasar yaitu BWK Tengah, dengan rincian sebagai berikut : a. Sub BWK Tengah I mencakup Desa Dauh Puri Kangin, Kelurahan Dangin Puri, sebagian Desa Dangin Puri Kauh dan sebagian Desa Dauh Puri Kaja 50

Transcript of (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

Page 1: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

1.1. Rancangan Penelitian

Dalam proses pelaksanaan penelitian, terdapat berbagai kegiatan yang

memerlukan penanganan berbeda yang disesuaikan dengan karakteristik kegiatan

dan sasaran diharapkan dari pelaksanaan penelitian tersebut. Pendekatan umum

yang akan digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam karakteristik

kebutuhan antara lain:

Pendekatan terhadap kegiatan pengumpulan data dan informasi.

Pendekatan terhadap kegiatan identifikasi dan kajian materi dan

permasalahan.

Pendekatan terhadap kegiatan perumusan konsep dan penyusunan aspek

teknis, aspek lingkungan, aspek pola perilaku masyarakat, aspek pendapat

masyarakat tentang penentuan lokasi TPS dan aspek kelembagaan.

1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.2.1.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dibatasi berdasarkan pembagian pola ruang pada

RTRW Kota Denpasar yaitu BWK Tengah, dengan rincian sebagai berikut :

a. Sub BWK Tengah I mencakup Desa Dauh Puri Kangin, Kelurahan Dangin

Puri, sebagian Desa Dangin Puri Kauh dan sebagian Desa Dauh Puri Kaja

50

Page 2: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

51

yang berfungsi sebagai Cathus Patha Agung Kota, pusat perdagangan kota,

pusat pemerintahan kota dan pusat pelayanan sosial budaya kota;

b. Sub BWK Tengah II mencakup Sebagian Desa Dauh Puri Kaja, sebagian

Desa Pemecutan Kaja, sebagian Kelurahan Pemecutan dan sebagian Desa

Pemecutan Klod yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kota,

pusat permukiman dan pusat perdagangan dan jasa;

c. Sub BWK Tengah III mencakup Desa Dangin Puri Kaja, sebagian Desa

Dangin Puri Kauh, Desa Dangin Puri Kangin dan Desa Sumerta Kauh yang

berfungsi sebagai pusat permukiman dan pusat perdagangan dan jasa,

pendidikan, dan kegiatan olah raga;

d. Sub BWK Tengah IV mencakup sebagian Desa Dangin Puri Klod dan Desa

Sumerta Klod yang berfungsi sebagai Pusat Permukiman, Pendidikan, pusat

perdagangan dan jasa, dan pusat pemerintahan Provinsi Bali; dan

e. Sub BWK Tengah V mencakup Kelurahan Dauh Puri, Desa Dauh Puri

Kelod dan Desa Dauh Puri Kauh yang berfungsi sebagai pusat permukiman,

perdagangan dan jasa, pelayanan kesehatan dan penidikan.

1.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai bulan maret

sampai dengan bulan Juni 2014 dengan tahapan sebagai berikut :

Bulan I : Dilakukan survey kelayakan TPS di Kota Denpasar

Bulan II : Dilakukan pengambilan, pengolahan dan analisis data

yang diperoleh baik data sekunder maupun primer.

Bulan III – IV : Penyelesaian Tesis

Page 3: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

52

Gambar 4.1. Peta Lokasi Penelitian BWK Tengah Kota Denpasar

Page 4: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

53

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar dengan ruang lingkup wilayah

penelitian pada BWK Tengah yang mencakup Sub BWK Tengah I, II, III, IV, dan

V. Ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi:

Analisis kebutuhan lahan yang dibutuhkan untuk pengelolaan

persampahan pada kawasan perkotaan di Kota Denpasar

Analisis lokasi dan kebutuhan TPS yang ada di kawasan perkotaan.

Analisis kondisi lingkungan di sekitar TPS, hal ini terkait dengan

pencemaran yang mungkin terjadi dari adanya kegiatan di TPS dan

berpotensi untuk merusak keindahan kota.

Analisis pola perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah khusnya

pada TPS dan pendapat masyarakat dalam penentuan lokasi TPS.

Analisis kelembagaan pengelola persampahan di Kota Denpasar.

Mengkaji kebijakan penataan TPS dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Denpasar terkait dengan masalah persampahan.

1.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua

jenis alat atau bahan yang digunakan untuk proses pengumpulan data maupun

analisis data. Instrumen penelitian ini didapatkan dari tujuan dan metode

penelitian yang telah disusun sehingga mendapatkan peralatan dan bahan yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Page 5: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

54

Tabel 4.1.

Rumusan Instrumen Penelitian

No Pertanyaan Penelitian Metode Penelitian Instrumen Responden/Informasi Output1. Mengetahui kondisi eksisting

dan estimasi kebutuhankapasitas serta lahan TPS diwilayah studi

1. Analisis Aspek Teknis Sebaran danKebutuhan Lokasi TPS : Analisis dan Evaluasi Penempatan

TPS Berdasarkan Fungsi KawasanPerkotaan

Evaluasi Timbulan Sampah

Evaluasi Lokasi TPS

Peta Pola RuangRTRW Kota Denpasar

Peta Sebaran TPS(DKP dan SurveyLapangan : Kamera danGPS)

ArcGis 10.1

Jumlah Penduduk(BPS)

Besaran TimbulanSampah BerdasarkanKlasifikasi Kota

Peta Sebaran LokasiTPS

Kapasitas TPS ArcGis 10.1. (Buffering

Bappeda KotaDenpasar

BPS Kota Denpasar

SNI

DKP Kota Denpasar

DKP Kota Denpasar

Jenis TPS danLokasi KawasanPenempatan

Jarak TPS antarTPS dan TPSdengan sumber

Daya TampungTPS dengantimbulan sampah

Kapasitas danRadius pelayananTPS

54

Page 6: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

55

No Pertanyaan Penelitian Metode Penelitian Instrumen Responden/Informasi Output

Evaluasi Kebutuhan Lahan Masing– masing jenis TPS

Evaluasi Kebutuhan TPS di SuatuKawasan

2. Analisis Aspek Lingkungan TerkaitLokasi TPS Penilain Resiko Analisis Kualitatif

Analisis Tapak Lokasi TPS

3. Analisis Aspek KelembagaanPengelola Persampahan

FaktorPenghambat Internal Faktor Penghambat Eksternal

Radius Pelayanan)

Dimensi TPS danStandar KebutuhanLahan

Peta Radius PelayananTPS Eksisting

Kuisioner

Dokumentasi KondisiTPS

Cheklist FaktorAnalisis Tapak KondisiTPS

Kuisioner

DKP Kota DenpasarObservasi Lapangan

SNI, Peraturan danAnalisis ArcGis

DKP Kota DenpasarMasyarakatPraktisi

DKP Kota Denpasar

Kebutuhan LahanTPS Kota Denpasar

Jenis TPS danKebutuhan Lahanper Kawasan

RekomendasiTipikal dan ruangpada TPS

Rekomendasipeningkatanpelayanan sampahkhususnya padaTPS

55

Page 7: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

56

No Pertanyaan Penelitian Metode Penelitian Instrumen Responden/Informasi Output2. Mengetahui pendapat

masyarakat sebagaipengguna sarana TPStentang penentuan lokasiTPS dan pola perilakumasyarakat dalampengelolaan sampahkhusunya pada TPS demikeberlanjutan keberadaanTPS sebagai pewadahansampah komunal

1. Analisis Pendapat MasyarakatTentang Kriteria Lokasi TPS

2. Analisis Pola Perilaku Masyarakat

Kuisioner

Daftar PertanyaanWawancara

Kamera danHandyCame

Masyarakat

Masyarakat

Pendapatmasyarakat tentangkriteria lokasi TPS

Bentuk dan faktorpembentuk polaperilakumasyarakat dalampengelolaansampah

3. Mengetahui strategipenentuan sebaran lokasi danbentuk TPS sesuai syaratatau kriteria yang ada padaSNI

1. Analisis SWOT Kuisioner

Daftar PertanyaanWawancara

Observasi Lapangan

DKP Kota DenpasarMasyarakat

Strategipengembanganpengelolaanpersampahan

56

Page 8: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

57

1.5. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian secara umum adalah merumuskan latar belakang untuk

menentukan tujuan serta permasalahan penelitian, dilanjutkan dengan tahap

identifikasi permasalahan yang ada di lokasi studi. Untuk menjawab permasalahan

yang ada di lokasi studi maka dilakukan pendekatan melalui kajian pustaka dan

teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan.

Tahap selanjutnya adalah menetapkan metode yang tepat untuk penelitian

ini, metode tersebut harus terkait dengan aspek teknis, aspek kelembagaan dan

aspek lingkungan. Untuk menganalisis permasalahan yang ada maka dibutuhkan

data-data penunjang, data diperoleh melalui dua sumber yakni data primer dan

data sekunder, tahap terakhir adalah melakukan analisis dan menarik kesimpulan

dari penelitian ini, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Diluar substansi penelitian ini, terdapat kegiatan penting yang tidak kalah

pentingnya yaitu penentuan jadwal penelitian berdasarkan pada identifikasi

permasalahan yang ada. Pembatasan masalah juga menjadi hal yang penting agar

penelitian ini sesuai tujuan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan,

pembatasan ini meliputi ruang lingkup permasalahan beserta aspek-aspeknya.

Page 9: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

58

TUJUAN PENELITIAN

KAJIAN LITERATUR

SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA

Data Primer

Kondisi Wilayah Eksisting

Kondisi TPS tipologi TPS

Zonasi Kawasan

Kondisi Lingkungan Sekitar TPS

Quisioner

Data Primer

Rencana Tata Ruang Wilayah

Data Kependudukan

Jumlah Sarana dan Prasarana Sampah

Peta Pola Ruang

Peta Sebaran TPS

Peta Topografi

Peta Kemiringan Lahan

Data Timbulan Sampah

Data Kelembagaan

ANALISIS DATA

Aspek Teknis

Analisis Timbulan Sampah

Analisis KebutuhanFasilitas TPS

Analisis Kebutuhan Lahandan Lokasi TPS

Aspek Kelembagaan

Analisis Kualitas SDMpada Instansi Pengelola

Analisis KebutuhanPersonil PengelolaPersampahan

Aspek Lingkungan

Analisis Jenis TPSTerhadap SektorKerusakan Lingkungan

Analisis TapakTerhadap Lingkungan

Strategi Pengembangan TPS Pada Kawasan Perkotaan

KESIMPULAN

Isu Masalah Pertanyaan Penelitian

1. Jumlah dan Kapasitas TPS yang terbatas danbentuk TPS belum memenuhi syarat atau kriteriaSNI dengan pertimbangan fungsi kawasan.

2. Belum adanya arahan dan strategi yang jelasdalam dalam penentuan lokasi dan sebaran TPSdengan kondisi keterbatasan lahan.

1.Menganalisis kelayakan TPS berdasarkan aspek teknispenentuan lokasi dan fasilitas pada TPS, aspeklingkungan dan aspek kelembagaan pengelolaanpersampahan

2.Menyusun rekomendasi yang tepat sesuai dengankriteria dan syarat, terkait dengan penentuan lokasi TPSdan Kebutuhan lahanya

Aspek Pendapat Pola perilakuMasyarakat

Jarak TPS Dengan TimbulanSampah

Jarak TPS Dengan RutePengangkutan

Penggunaan Lahan TPS Pola Perilaku Masyarakat

Gambar 4.2. Bagan Alir Tahapan Penelitian

Page 10: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

59

1.5.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat primer maupun

sekunder dengan teknik pengumpulan data tertentu yang menghasilkan berbagai

data sebagai masukan dalam proses analisis penelitian. Berikut adalah beberapa

kegiatan yang dilakukan pada pengumpulan data primer dan sekunder antara lain:

Tabel 4.2. Kebutuhan dan Sumber Data

No Jenis Data Sumber Data

A Data Primer1 Jenis-jenis TPS di lokasi studi. DKP Kota Denpasar

2 Sebaran lokasi dan kondisi TPS di wilayah studi.Survey dan DKP KotaDenpasar

3 Kapasitas tempat pengumpulan sampah. DKP Kota Denpasar

4Wawancara atau menyebar kuisionerr agar mendapatinformasi.

Survey

B Data Sekunder1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar Bappeda Kota Denpasar2 Kapasitas penampungan sampah. DKP Kota Denpasar3 Jumlah Penduduk Kota Denpasar BPS Kota Denpasar4 Data timbulan sampah. DKP Kota Denpasar5 Jumlah sarana dan prasarana persampahan, khususnya di TPS DKP Kota Denpasar

6Tugas pokok dan fungsi dari pengelola persampahan,khususnya yang menangani TPS.

DKP Kota Denpasar

7 Peta topografi. Bappeda Kota Denpasar8 Peta kemiringan lahan. Bappeda Kota Denpasar9 Peta Pola Ruang dengan skala kedalaman peta 1:25.000. Bappeda Kota Denpasar

10 Peta sebaran penduduk dengan skala kedalaman peta 1:25.000 Bappeda Kota Denpasar

11Lokasi sebaran TPS yang dituangkan dalam peta skala kota(1:25.000).

Survey dan DKP KotaDenpasar

1.5.2. Analisis Aspek Teknis Sebaran dan Kebutuhan Lokasi TPS

Analisis aspek teknis bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis

pengelolaan sampah di Kota Denpasar khususnya pada lokasi TPS, analisis

dilakukan dengan cara membandingkan antara kondisi eksisting dengan standar

Page 11: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

60

pada SNI dan rencana tata ruang kota Denpasar. Hasil analisis berupa kesesuain

lahan dan kebutuhan ruang TPS yang sesuai dengan fungsi kasawan berdasarkan

Rencana Tata Ruang Wilayah. Langkah – Langkah dalam analisis teknis ini

meliputi:

1. Menganalisis dan mengevaluasi penempatan TPS berdasarkan fungsi

kawasan perkotaan, analisis dengan metode ini adalah dengan cara

menentukan lokasi TPS berdasarkan jarak dari TPS terhadap sumber

sampah atau jarak dari satu TPS terhadap TPS lainnya.

Mengevaluasi lokasi dan kebutuhan lahan TPS eksisting dilakukan dengan

teknik overlay, teknik overlay ini dapat dilakukan dengan software

(Gambar 4.3). Dengan teknik overlay ini dapat diketahui jarak antara TPS

dengan sumber sampah dan jarak antara satu TPS dengan TPS lainnya.

Gambar 4.3. Ilustrasi Proses Overlay Antara Peta Pola Ruang Dengan PetaSebaran TPS

Untuk mengetahui luas masing – masing TPS, dalam software dilakukan

pendetailan objek dengan merubah skala peta, dengan begitu objek yang

berupa symbol dengan merubah bentuk polygon. Jika objek sudah berubah

menjadi polygon maka software dapat mengolahnya menjadi data numerik

berupa luas area (Gambar 4.4).

Page 12: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

61

Gambar 4.4 Ilustrasi Proses Perhitungan Luas TPS

2. Mengevaluasi timbulan sampah di wilayah studi, hal ini dilakukan untuk

membandingkan antara kapasitas TPS dengan sampah yang dihasilkan

oleh penduduk.

3. Mengevaluasi lokasi TPS, hal ini bertujuan untuk mengetahui radius

pelayanan TPS di suatu kawasan. Radius pelayanan TPS sangat

bergantung pada daya tampung TPS tersebut, maka setiap jenis TPS

memiliki radius pelayanan yang berbeda-beda.

4. Mengevaluasi kebutuhan lahan untuk masing-masing jenis TPS, hal ini

terkait dengan kebutuhan lahan yang dibutuhkan untuk menyediakan TPS

di suatu kawasan.

5. Mengevaluasi kebutuhan TPS di suatu kawasan, dilakukan berdasarkan

radius pelayanannya.

1.5.3. Analisis Aspek Lingkungan Terkait Lokasi TPS

Kegiatan pengolahan sampah bagaimanapun juga selalu menimbulkan

potensi untuk mencemari lingkungan karena didalamnya terjadi proses

pengolahan kimia dan biologi, maka analisis aspek lingkungan ini dilakukan agar

mengetahui resiko yang mungkin terjadi akibat adanya kegiatan penampungan

Page 13: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

62

sampah di TPS. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif, analisis

kualitatif ini menampilkan matriks antara suatu kegiatan dengan resiko kerusakan

lingkungan yang mungkin akan terjadi.

Matriks dalam analisis kualitatif ini terdiri dari matriks analisis peluang

dan matriks analisis besarnya resiko, matriks analisis peluang digunakan untuk

menilai kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari kegiatan di

TPS. Matriks analisis besarnya resiko digunakan untuk menilai konsekuensi

pengaruhnya terhadap lingkungan, penilaian terhadap resiko tersebut dinyatakan

dengan klasifikasi resiko tinggi, sedang dan resiko rendah. Resiko yang mungkin

muncul dari adanya kegiatan pengolahan sampah di TPS meliputi:

1. Pencemaran air lindi.

2. Bau tidak sedap.

3. Meningkatnya penyakit di warga sekitar TPS.

4. Penurunan jumlah flora

5. Penurunan jumlah fauna.

6. Perubahan tata guna lahan.

7. Menurunnya estetika kota.

Proses akhir analisis ini adalah dengan cara mengkombinasikan bobot

yang ada pada matriks peluang dan matriks besaran resiko, jika hasil dari

kombinasi tersebut menunjukkan resiko rendah dan tidak merusak estetika kota

maka TPS ini dinyatakan aman bagi kelestarian lingkungan. Sebaliknya, jika hasil

pembobotan menunjukkan resiko tinggi, merusak estetika kota dan berpotensi

menimbulkan penyakit maka TPS ini dinyatakan tidak aman bagi kelestarian

Page 14: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

63

lingkungan dan keamanan kesehatan manusia, sebaiknya tidak di letakkan dekat

dengan lingkungan tempat manusia beraktivitas. Tabel 4.3 di bawah akan

menampilkan contoh pemberian bobot pada masing – masing resiko yang

mungkin terjadi akibat adanya pembangunan TPS.

Tabel 4.3.

Contoh Penilain Resiko Metode Analisis Kualitatif Penentuan Lokasi TPS

No ResikoNilai

PeluangNilai

BesaranNilai

Resiko1 Pencemaran Air Lindi B 1 T2 Bau Tidak Sedap C 2 S

3Meningkatnya penyakit diwarga sekitar TPS

D 3 R

4 Penurunan Jumlah flora D 3 R5 Penurunan jumlah fauna D 3 R6 Perubahan tata guna lahan B 2 S7 penurunan estetika kota A 1 T

Keterangan :A. Paling berpeluang mencemari 1. Resiko Tinggi T = TinggiB. Berpeluang mencemari 2. Resiko Sedang S = SedangC. Sedang 3. Resiko Rendah R = RendahD. Tidak berpeluang mencemariE. Aman bagi lingkungan

Berdasarkan pembobotan pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pencemaran

air lindi dan penurunan estetika kota menjadi masalah yang sangat serius untuk

ditangani karena beresiko tinggi. Resiko bau tidak sedap dan perubahan tata guna

lahan menjadi prioritas kedua, karena nilai resikonya sedang dalam hal

pencemaran lingkungan. Penilaian resiko rendah tidak berarti sudah aman

sehingga tidak perlu untuk ditangani, meskipun beresiko rendah untuk mencemari

lingkungan tetap harus ditangani. Hal tersebut dilakukan karena dikhawatirkan

Page 15: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

64

pada masa yang akan datang akan menjadi masalah yang serius bagi keberlanjutan

lingkungan perkotaan.

Penentuan nilai peluang dan nilai resiko dihitung berdasarkan menggunakan

kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat, instansi pengelola persampahan,

pakar dibidang persampahan dan praktisi bidang lingkungan. Sampel untuk

masyarakat dipilih berdasarkan karakteristik TPS yang ada di masing-masing

fungsi kawasan, TPS yang dimaksud contohnya adalah TPS pada kawasan

perdagangan, TPS pada kawasan permukiman kepadatan rendah, TPS pada

kawasan permukiman padat dan TPS pada kawasan perkantoran.

Penentuan banyaknya sampel dihitung berdasarkan radius pelayanan TPS, artinya

populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat disekitar TPS yang dipilih secara

acak atau random sampling. Dalam random sampling setiap anggota populasi

mempunyai kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

anggota sampel, random di sini bukan berarti serampangan atau secara kebetulan,

akan tetapi juga dipilih dan ditentukan berdasarkan ciri-ciri khusus (Kartono,

1990). Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel menggunakan

rumus Slovin yaitu:

= + 1Keterangan :

n = ukuran sampael

N = ukuran populasi

e = Nilai kritis/batas ketelitian yang diinginkan/derajat kecermatan

Page 16: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

65

Evaluasi aspek lingkungan juga memperhatikan keberadaan TPS terhadap estetika

kota, secara teori TPS sebaiknya dekat dengan sumber sampah atau permukiman.

Tetapi hal yang tidak kalah pentingnya adalah kenyamanan hunian di permukiman

tersebut, oleh karena itu TPS yang dibangun hendaknya memenuhi ketentuan

perancangan kota yang baik. Evaluasi TPS berdasarkan konsep perancangan kota

menggunakan analisis tapak, analisis ini merupakan salah satu cara untuk melihat

keterkaitan antara fisik buatan dengan fisik alamiah. Beberapa komponen yang

dievaluasi antara meliputi :

b. Kejelasan lokasi tapak

c. Sirkulasi tapak terhadap kawasan sekitar

d. Kedudukan tapak terhadap sumber suara/kebisingan

e. Kedudukan tapak terhadap arah angin

Berdasarkan komponen-komponen yang ada pada analisis tapak, maka setiap TPS

yang ada di wilayah studi harus memenuhi syarat yang ada pada komponen

analisis tapak (Tabel 4.4). Setiap TPS harus memenuhi syarat tersebut agar dapat

menciptakan lingkungan perkotaan yang baik dan menciptakan kenyamanan bagi

penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan.

Kondisi ideal ditinjau dari tapak kawasan, seharusnya TPS tidak merusak

lingkungan dan tidak mengganggu kenyamanan penduduk. Faktor-faktor yang ada

pada analisis tapak seharusnya dapat terpenuhi seluruhnya , jika ada syarat yang

tidak dapat terpenuhi maka akan disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan.

Page 17: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

66

Tabel 4.4.

Kondisi Ideal TPS Terhadap Faktor – faktor Analisis Tapak

FaktorAnalisisTapak

JenisTPS

KejelasanLokasi

SirkulasiKendaraan

SirkulasiPejalanKaki

AnginZona

Kebisingan

TPS TipeTerbuka

√ √ √ √ √

TPS TipaTertutup

√ √ √ √ √

TPS Kontainer √ √ √ √ √

Seluruh jenis TPS harus memiliki kejelasan lokasi yang dipetakan di setiap

kecamatan, kejelasan lokasi TPS ini harus sejalan dengan pola ruang yang ada

dalam RTRW. Seluruh jenis TPS harus memenuhi syarat tidak mengganggu

sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, serta harus mempertimbangkan arah

hembusan angin dan memiliki zona penyangga kebisingan.

1.5.4. Analisis Pendapat Masyarakat Tentang Kriteria Penentuan Lokasi

TPS di Kota Denpasar

Analisis pendapat masyarakat tentang kriteria penentuan lokasi TPS ini

terdiri dari tiga kriteria penentuan lokasi TPS yaitu :

1. Pendapat masyarakat tentang kriteria jarak TPS terhadap timbulan sampah.

Kriteria yang disampaikan kepada responden untuk dipilih adalah :

a. ≤ 250 m b. 251 m s/d 500 m c. 501 m s/d 750 m

d. 751 m s/d 1 km e. > 1 km

Page 18: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

67

2. Pendapat masyarakat tentang kriteria jarak TPS terhadap rute

pengangkutan sampah. Kriteria yang disampaikan kepada responden untuk

dipilih adalah :

a. ≤ 50 m b. 51 m s/d 100 m c. 101 m s/d 150 m

3. Kriteria masyarakat tentang kriteria penggunaan lahan lokasi TPS.

a. Tanah kosong b. Sawah, kebun, tegalan c. Hutan, belukar

d. Pemukiman, perumahan e. Perkantoran, perdagangan dan jasa

1.5.5. Analisis Pola Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Persampahan

Khususnya Pada TPS

Proses Analisis Pola Perilaku masyarakat akan diawali dengan penggalian

informasi – informasi tentang bentuk – bentuk dan faktor pembentuk perilaku

dalam mengelola sampah melalui observasi lapangan. Dalam proses observasi,

peneliti melakukan wawancara yang bersifat mendalam untuk memperoleh makna

yang utuh dari sebuah informasi dan mengambil dokumentasi terhadap kondisi

yang terkait dengan informasi berikan oleh informan atau narasumber. Kriteria

informasi dalam penelitian kualitaif adalah informasi yang dapat mengungkap dari

sebuah fenomena.

Metode yang digunakan dalam analisis pola perilaku masyarakat ini adalah

metode deskriptif. Penggunaan metode deskriptif dimaksudkan untuk mendukung

desain penelitian dengan paradigma kualitatif, yaitu kemampuan metode ini dalam

memberikan penggambaran yang jelas, menyeluruh dan utuh terhadap situasi

sosial yang diteliti (Stainback,2003). Sehingga penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif, akan mampu memberikan informasi-informasi yang dapat

Page 19: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

68

menggambarkan situasi wilayah studi untuk mencapai tujuan dalam mencari

esensi makna dibalik fenomena kondisi persampahan. Selanjutnya prosedur

penelitian akan dilakukan dengan reduksi data dan kategorisasi untuk memperoleh

gambaran yang lebih terfokus guna mempermudah dalam proses analisis yang

dilakukan dengan model display atau penyajian informasi dalam bentuk bagan

yang menggambarkan pola pengelolaan sampah oleh masyarakat. analisis perilaku

masyarakat ini untuk memberikan gambaran tentang :

Deskripsi bentuk perilaku masyarakat dalam mengelola sampah khusnya

pada TPS.

Deskripsi faktor pembentuk perilaku masyarakat dalam mengelola sampah

khususnya pada TPS.

Setelah mengetahui bentuk dan faktor pembentuk perilaku masyarakat

dalam mengelola sampah akan dianalisis interaksi hubungan bentuk dan faktor

pembentuk perilaku masyarakat dalam mengelola sampah khususya pada TPS.

1.5.6. Analisis Aspek Kelembagaan Pengelola Persampahan

Analisis kelembagaan ini adalah untuk mengevaluasi kinerja dari institusi

yang mengelola persampahan dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Denpasar. Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi faktor

yang menghambat institusi dalam melakukan penanganan sampah di Kota

Denpasar, faktor penghambat tersebut dapat berasal dari internal dan eksternal,

antara lain:

Page 20: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

69

a. Faktor penghambat internal meliputi:

Kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pada institusi

pengelola persampahan.

Kurangnya pengawasan terhadap pekerja di lapangan.

Kurangnya pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi institusi.

b. Faktor penghambat eksternal meliputi:

Aturan atau kebijakan yang tidak mendukung program penanganan

sampah di Kota Denpasar.

Terbatasnya aset yang dimiliki oleh institusi.

Data yang digunakan untuk analisis kelembagaan ini menggunakan data primer

yang diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner pada instansi terkait,

wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Informasi yang diperoleh dari

kuisioner akan diberi skor sesuai dengan banyaknya jawaban yang diperoleh

untuk satu jawaban. Jawaban terbanyak akan diolah menjadi variabel-variabel

yang akan menentukan permasalahan utama di dalam institusi yang menangani

persampahan.

1.5.7. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh

pemerintah untuk mengevaluasi perkembangan daerah dan sumber daya manusia

yang ada di daerah. Analisis ini menekankan pada kemampuan aparatur

pemerintah daerah untuk memahami kondisi nyata di wilayahnya, pemahaman

kondisi wilayah sangat penting karena setiap potensi yang ada di wilayah tersebut

dapat menjadi peluang agar wilayah tersebut dapat berkembang.

Page 21: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

70

Analisis SWOT ini secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan atau memahami setiap potensi dan

permasalahan yang ada di suatu wilayah. Faktor kekuatan dan kelemahan

merupakan faktor internal sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor

eskternal yang dihadapi oleh organisasi/instansi, hasil dari analisis SWOT ini pada

akhirnya dapat dijadikan bahan pertimbangan para pemangku kepentingan di

daerah untuk mengambil keputusan yang tepat agar daerahnya berkembang sesuai

dengan yang direncanakan.

Selanjutnya Rangkuti (2009) mengemukakan bahwa dalam penyusunan

analisis SWOT ada 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu :

a. Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data,

tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasikasian dan pra-analisis.

Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu External Fcator

Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE), dimana EFE yang

meliputi Opportunities dan Threat, sedangkan EFE meliputi Strength dan

Weakness. Berikut ini adalah cara – cara penyusunan matrik External

Factor Evaluation (EFE) :

1. Tentukan faktor – faktor yang menjadi peluang dan acaman dalam

kolom 1.

2. Beri bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0

(sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Faktor – faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak strategis.

Page 22: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

71

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi tempat

penelitian. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya

kecil diberi rating +1). pemberian nilai rating ancaman adalah

kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar ratingnya

adalah 1. sebaliknya jika nilai ancaman sedikit, ratingnya 4.

4. Pemberian bobot dan rating tersebut berdasarkan pada hasil

pengumpulan data berupa studi pustaka, kuisioner, observasi lapangan

dan wawancara.

5. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan pembobotan pada kolom 4, hasilnya

berupa skor pembobotan untuk masing - masing faktor yang nilainya

bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor).

6. Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. nilai total ini

menunjukan bagaimana perusahaan tersebut bereaksi terhadap faktor -

faktor strategis.

Apabila penyusunan analisis faktor - faktor strategis eksternal (peluang

dan ancaman) telah selesai, langkah selanjutnya adalah penyusunan analisis faktor

- faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan). berikut ini adalah cara - cara

penyusunan matrik Internal Factor Evaluation (IFE) :

Page 23: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

72

1. Tentukan faktor - faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan lokasi

penelitian.

2. Beri bobot masing - masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0

(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan

pengaruh faktor - faktor tersebut terhadap lokasi penelitian (semua

bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing - masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap lokasi penelitian. Faktor

yang bersifat positif (semua faktor yang masuk katergori kekuatan)

diberi nilai mulai dari +1 (poor) sampai dengan +4 (outstanding.

Pemberian nilai rating kelemahan adalah kebalikanya. Misalnya, jika

nilai kelemahanya sangat besar ratingya adalah 1. sebaliknya jika nilai

kelemahanya sedikit ratingnya 4.

4. Pemberian bobot dan rating tersebut berdasarkan pada hasil

pengumpulan data berupa studi pustaka, kuisioner, observasi lapangan

dan wawancara

5. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4, hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing - masing faktor yang nilainya bervariasi

mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor).

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh skor

pembobotan bagi lokasi penelitian.

Page 24: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

73

b. Tahap Analisis

1. Matrik SWOT

Setelah pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan

semua informasi tersebut dalam model perumusan strategi, yaitu

matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik

SWOT adalah alat lanjutan untuk mengembangkan 4 (empat) tipe

pilihan strategi alternatif yaitu SO, WO, ST DAN WT (lihat Tabel

4.4). kunci keberhasilan penggunaan matriks SWOT adalah

mempertemukan faktor kunci internal dan eksternal membentuk satu

strategi.

Tabel 4.5.

Matrik SWOT

Matrik SWOT

Internal Factor Evaluation

Strength (S) :

Tentukan faktor - faktor

kekuatan internal

Weakness (W) :

Tentukan faktor - faktor

kelemahan internal

External Factor

Evaluation

Opportunities (O) :

Tentukan faktor -

faktor eksternal

Identifikasi Strategi SO :

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Identifikasi Strategi WO :

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

Threat (T) :

Tentukan faktor -

faktor ancaman

eksternal

Identifikasi Strategi ST :

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

Identifikasi Strategi WT :

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Page 25: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

74

2. Diagram SWOT

Berdasarkan matrik IFE dapat diketahui posisi sumbu X dengan rumus

berikut : X = Total Kekuatan - Total Kelemahan. Berdasarkan matrik

EFE dapat diketahui posisi sumbu Y dengan rumus sebagai berikut :

Y = Total Peluang - Total Ancaman. Berdasarkan matrik IFE dan

EFE tersebut maka dapat diketahui dimana posisi pada sumbu X dan Y

atau (X,Y) berada.

Gambar 4.5. Diagram SWOT

c. Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap pengambilan keputusan adalah menentukan strategi apa yang paling

memungkinkan dalam mengembangkan pengelolaan sampah di Kota

Page 26: (tps) sampah berdasarkan fungsi kawasan di kota

75

Denpasar khususnya pada TPS. Cara menentukannya adalah sebagai

berikut :

1. Menentukan salah satu dari empat alternatif strategi yang paling

memungkinkan sesuai dengan letak koordinat sumbu X dan Y, yaitu :

a. Strategi SO (Strengths And Opportunities) atau strategi Progresif.

Yaitu strategi yang menggunakan seluruh kekuatan (strength)

untuk memanfaatkan peluang (Opportunities).

b. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities) atau strategi Turn

Around, yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) untuk memanfaatkan peluang (Opportunities).

c. Strategi ST (Strength and Threas) atau strategi Diversifikasi, yaitu

strategi yang untuk menggunakan kekuatan (Strength)yang dimiliki

perusahaan dengan cara menghindari ancaman.

d. Strategi WT (Weaknesses and Threas) atau strategi Defensif, yaitu

strategi yang didasarkan pada kegiatan bersifat defensif dan

ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.