Tonsilitis Akut

25
BAB I PENDAHULUAN I. DEFINISI Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. 1,2 Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi 1

description

masalah tree

Transcript of Tonsilitis Akut

Page 1: Tonsilitis Akut

BAB I

PENDAHULUAN

I. DEFINISI

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang

terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus

didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan

dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil

palatina, dan tonsil lingual yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.

Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari

invaginasi hipoblas di tempat ini. 1,2

Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh

infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui

hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme

yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem

kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang.

Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut

maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis,

yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu

penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur

diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta

keluarganya. 1,2

1

Page 2: Tonsilitis Akut

II. EPIDEMIOLOGI

Tonsilitis akut dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering pada

anak usia di bawah 9 tahun. Pada bayi di bawah usia 3 tahun dengan tonsilitis akut,

15% dari kasus yang ditemukan disebabkan oleh bakteri streptokokus, sisanya itu

biasanya virus. Pada anak-anak yang lebih tua, sampai dengan 50% dari kasus

disebabkan streptococus pyogenes. Tonsilitis akut juga dapat terjadi pada laki-laki

dan perempuan dengan jumlah insiden yang sama rata. 3,4

III. ANATOMI

Gambar anatomi faring . 5

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler berbentuk pipa corong dengan

panjang 5 inch yang menghubungkan hidung dan mulut menuju laring. Faring adalah

2

Page 3: Tonsilitis Akut

tempat dari tonsil dan adenoid. Dimana terdapat jaringan limfe yang melawan infeksi

dengan melepas sel darah putih ( limfosit T dan B). Kantong ini mulai dari dasar

tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6.

Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring. 1

Ruang nasofaring yang relatif kecil terdiri dari atau mempunyai hubungan

yang erat dengan beberapa struktur yang secara klinis mempunyai arti penting.

1. Pada dinding posterior meluas ke arah kubah adalah jaringan adenoid.

2. Terdapat jaringan limfoid pada dinding faringeal lateral dan pada resesus

faringeus, yang dikenal sebagai fosa Rosenmuller.

3. Torus tubarius – refleksi mukosa faringeal di atas bagian kartilago sarulan

tuba eustachius yang berbentuk bulat dan menjulang tampak sebagai tonjolan

seperti ibu jari ke dinding lateral nasofaring tepat di atas perlekatan palatum

molle.

4. Koana posterior rongga hidung.

5. Foramina kranial, yang terletak berdekatan dan dapat tertekan akibat

perluasan dari penyakit nasofaring, termasuk foramen jugularis yang dilalui

oleh saraf kranial glosofaringeus, vagus, dan asesorius spinalis. 2

Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya palatum mole,

batas bawah adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke

belakang adalah vertebra servikalis. struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah

dinding posterior faring, tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan

posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. Orofaring termasuk cincin

jaringan limfoid yang sirkum ferensial disebut cincin Waldeyer. Semua bagian cincin

mempunyai struktur dasar yang sama : massa limfoid ditunjang oleh kerangka

retinakulum jaringan penyambung. Adenoid (tonsila faringeal) mempunyai struktur

limfoidnya tersusun dalam lipatan : tonsil palatina mempunyai susunan limfoidnya

sekitar pembentukan seperti kripta. Sistem kripta yang kompleks dalam tonsil

palatina mungkin bertanggung jawab pada kenyataan bahwa tonsil palatina lebih

sering terkena penyakit daripada cincin limfoid lain. Kripta-kripta ini lebih berlekuk-

3

Page 4: Tonsilitis Akut

lekuk pada kutub atas tonsila, menjadi mudah tersumbat oleh partikel makanan,

mukus sel epitel yang terlepas, leukosit, dan bakteri, dan tempat utama pertumbuhan

bakteri patogen. Selama peradangan akut, kripta dapat terisi dengan koagulum yang

menyebabkan gambaran folikular yang khas pada permukaan tonsila. 1,2,4,6

Tonsila palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada

dinding lateral orofaring di dalam fossa tonsilaris. Setiap tonsil diliputi oleh membran

mukosa, dan permukaan medialnya yang bebas menonjol ke dalam faring. Pada

permukaannya banyak lubang kecil, yang membentuk kripta tonsillaris. Permukaan

lateral tonsila palatina ini diliputi oleh selapis jaringan fibrosa, disebut kapsula.

Tonsil mendapat darah dari a. Palatina asendens, cabang tonsil a. maksila eksterna, a.

faring asendens, dan a. lingualis dorsal. Tonsil mencapai ukuran terbesarnya pada

masa kana-kanak, tapi sesudah masa pubertas akan mengecil dengan jelas. Batas-

batas tonsilla palatina :

a. Anterior : arcus palatoglossus

b. Posterior : arcus palatopharyngeus

c. Superior : palatum molle. Disini, tonsilla palatina dilanjutkan oleh jaringan

limfoid di bawah permukaan palatum molle.

d. Inferior : sepertiga posterior lidah. Disini, tonsilla palatina dilanjutkan oleh

tonsilla lingualis.

e. Medial : ruang oropharynx.

f. Lateral : kapsula dipisahkan dari m. constrictor pharyngis superior. 1,2,6

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum

glosoepiglotika. Pada garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen

sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini

kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglossus dan secara klinik

merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual atau kista duktus tiroglossus.1

4

Page 5: Tonsilitis Akut

Anatomi Mulut.8

Tonsil dan adenoid, bersama-sama dengan lingual tonsil dan folikel lymphe

merupakan bagian dari cincin Waldeyer, sebuah lingkaran yang berkesinambungan

dari jaringan limfoid yang mengelilingi saluran pernapasan dan saluran pencernaan

bagian atas. Fungsinya adalah untuk menghasilkan antibodi terhadap sejumlah besar

antigen dan patogen yang dihirup saat bernapas dan ditelan saat makan setiap saat.

Biasanya, jaringan limfoid mendapatkan episode peradangan dan hipertrofi yang kita

sebut tonsilitis.9

5

Page 6: Tonsilitis Akut

Gambar Anatomi Tonsil 2

Aliran darah faring berasal dari beberapa cabang sistem karotis eksterna.

Beberapa anastomosis tidak hanya dari satu sisi tetapi dari pembuluh darah sisi

lainnya. Ujung cabang arteri maksillaris interna, cabang tonsilar arteri fasialis, cabang

lingual arteri lingualis bagian dorsal, cabang arteri tiroidea superior, dan arteri

faringeal yang naik semuanya menambah jaringan anastomosis yang luas. Persarafan

sensorik nasofaring dan orofaring, seperti dasar lidah, terutama melalui pleksus

faringeal dan saraf glosofaringeal. Pada bagian bawah faring terdapat persarafan

sensorik yang berasal dari saraf vagus melalui saraf laringeus superior. Aliran limfe

faringeal meliputi rantai retrofaringeal dan faringeal lateral dengan jalan selanjutnya

masuk nodus servikalis profunda. Keganasan nasofaring seringkali bermetastase ke

rantai servikalis profunda. 2

IV. PATOGENESIS

6

Page 7: Tonsilitis Akut

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di

dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, dan tonsil lingual.

Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets), tangan, dan ciuman. Dapat

terjadi pada semua umur, terutama pada anak. 1

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan

limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan

infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus

tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan

leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut

tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi

tonsillitis lakonaris. 1,4,9

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu

(pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang

berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses

penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut

sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,

proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan

dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan

pembesaran kelenjar limfe submandibula. 1,4,8,9

V. ETIOLOGI

Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.

Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai

tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun

virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis. 4

Penyebab tonsilitis antara lain :

1. Pneumococcus

2. Staphilococcus

7

Page 8: Tonsilitis Akut

3. Streptokokus beta hemolitikus grup A

4. Hemofilus Influenza

5. Virus Epstein Barr

6. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens. 1,4,8,9

Faktor predisposisi dari tonsilitis akut, antara lain :

1. Postnasal discharge karena sinusitis.

2. Residual jaringan tonsil karena tonsilektomi.

3. Mengkonsumsi minuman dingin atau makanan dingin dapat secara langsung

menyebabkan infeksi atau menurunkan daya tahan dengan vasokonstriksi.

4. Adanya benda asing yang bisa menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. 4

VI. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda tonsilitis akut adalah :

1. Sakit tenggorokan dan disfagia. Anak kecil mungkin tidak mengeluh sakit

tenggorokan tapi akan menolak untuk makan.

2. Otalgia – sebagai akibat dari nyeli alih melalui N.IX.

3. Demam, hal ini bisa menyebabkan kejang demam pada bayi.

4. Malaise, nyeri sendi, dan tanda-tanda dehidrasi.

5. Tonsil membesar dan hiperemis serta dapat menunjukkan pus dari kriptus di

tonsilitis folikularis (detritus).6. Durasi perlangsungan tonsilitis akut biasanya 4 sampai 6 hari. 1,3,4,9

8

Page 9: Tonsilitis Akut

Gambar tonsilitis akut pada tonsila palatina. 8

Gambar tonsilitis akut yang bisa menyebabkan distress pernapasan.8

VII. PEMERIKSAAN FISIK TONSIL

9

Page 10: Tonsilitis Akut

Teknik pemeriksaan adalah pasien diminta untuk membuka mulutnya dan

kemudian pemeriksa menggunakan spatel menekan lidah ke bawah dan kemudian

daerah faring dan tonsil dapat dievaluasi.

Grading pembesaran tonsil.11

Interpretasi pembesaran tonsil :

(0) Amandel sepenuhnya dalam fossa tonsil, atau tonsil tidak ada (post-

tonsilektomi.

(1 +) Amandel menempati kurang dari 25 persen, dari dimensi lateral

orofaring yang diukur antara pilar-pilar anterior tonsil.

(2 +) Amandel menempati kurang dari 50 persen dari dimensi lateral

orofaring.

(3 +) Amandel menempati kurang dari 75 persen dari dimensi lateral

orofaring.

(4 +) Amandel menempati 75 persen atau lebih dari dimensi lateral

orofaring. 11

10

Page 11: Tonsilitis Akut

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Inflammatory parameter : pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis, dan

erhytrocyte sedimentation rate (ESR) dan C-reactive protein (CRP)

meningkat.

b. Pemeriksaan bakteri : sebuah kultur bakteri jarang diambil dari apus

tenggorok karena biasanya membutuhkan 2-3 hari untuk mendapatkan hasil

yang definitif, dimana waktu pengobatan sudah harus dimulai. Itu sbaiknya

dilakukan sebuah rapid immunoassay, yang dapat mengidentifikasi

organisme penyebab seperti Streptococcus grup A hanya dalam waktu 10

menit. 8

IX. DIAGNOSIS BANDING

1. Difteri

Difteri memiliki onset yang berbahaya dan ditandai dengan membran abu-

abu (susah dihilangkan) di tonsil, tenggorokan, dan uvula. Diagnosis difteri

melalui pemeriksaan dan kultur swab. 3

Tonsilitis Akut

(Ulseratif)

Difteri

Riwayat Tonsilitis berulang Telah terpapar difter

Temperatur Tinggi Rendah atau normal

Takikardi Sebanding dengan

demam

Tidak sebanding

dengan demam, nadi

lemah

Toxaemia Tidak ada Bisa ada

Nyeri / sakit Berat Sedang atau tidak ada.

Albuminuria Tidak ada Selalu ada

11

Page 12: Tonsilitis Akut

Tabel perbandingan antara difteri dan tonsilitis akut.4

2. Scarlett fever

Scarlett fever dapat menyerupai tonsilitis akut. Scarlett fever disebabkan

oleh infeksi streptococcus dan menyebabkan ruam eritematosa berwarna

abu-abu. Pasien didaptkan tanda berupa strawberry tongue.8

Gambar scarlett fever. 7

3. Abses peritonsil

Abses peritonsilar adalah sekumpulan pus yang terletak diantara kapsul

tonsil dan muskulus konstriktor faringeal superior. Gejala yang paling sering

adalah sulit menelan, mengeluarkan air liur, trismus, dan demam. Asimetris

peritonsiler dapat terjadi dan disertai deviasi uvula.10

Gambar Abses Peritonsiler 1

X. KOMPLIKASI

1. Komplikasi dari tonsilitis akut dapat menyebabkan abses peritonsiler.

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses

ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh

streptococcus group A.

12

Page 13: Tonsilitis Akut

2. Pada anak juga sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Infeksi

dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan

dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan

gendang telinga. Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan

infeksi ke dalam sel-sel mastoid.

3. Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut,

tidur mendengkur, gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang

dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS). 1,3,8,10

XI. PENATALAKSANAAN

1. Pasien diharuskan untuk tirah baring.

2. Aspirin atau parasetamol diberikan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.

Ingat bahwa aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak umur dibawah

12 tahun karena risiko sindrom Reye.

3. Mengedukasi pasien untuk selalu minum air supaya terhindar dari dehidrasi.

4. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur

atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin

atau klindomisin. 1,5,12

5. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi).

Indikasi tonsilektomi dibagi menjadi dua, yaitu indikasi absolut dan indikasi

relatif.

Indikasi absolut 2:

a. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronik.

b. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur.

c. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan

berat badan penyerta.

13

Page 14: Tonsilitis Akut

d. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma).

e. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang

jaringan sekitarnya.

Indikasi relatif :

Seluruh indikasi lain untuk tonsilektomi dianggap relatif. Indikasi yang

paling sering adalah episode berulang dari infeksi streptokokus beta

hemolitikus grup A. Sekarang ini, di samping indikasi-indikasi absolut,

indikasi tonsilektomi yang paling dapat diterima adalah :

a. Serangan tonsilitis berulang yang tercatat (walaupun telah diberikan

penatalaksanaan medis yang adekuat).

b. Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus menetap dan

patogenik.

c. Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional.

d. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi

mononukleosis.

e. Riwayat demam reumatik dengan kerusakan jantung yang berhubungan

dengan tonsilitis rekurens kronis dan pengendalian antibiotik yang

buruk.

f. Radang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respons terhadap

penatalaksanaan medis.

g. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas

orofasial dan gigi geligi yang menyempitkan jalan napas bagian atas.

h. Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati

servikial persisten.2

14

Page 15: Tonsilitis Akut

Gambar Tonsilectomy. 10

Metode tonsilektomi ada lima, yaitu :

a. Dissection method

b. Guillotine method

c. Elektrokauter

d. Cryosurgery

e. Laser

Manajemen setelah operasi perlu diperhatikan. Pasien harus ada di daerah

pemulihan yang berdekatan dengan ruang operasi sampai sepenuhnya sadar.

Sangat penting untuk memastikan bahwa semua perdarahan telah berhenti.

Perhatikan denyut nadi dan tekanan darah, harus sering diperiksa. Beberapa

jam setelah operasi, sebagian besar pasien dapat minum cairan asalkan tidak

berlebihan. Demam biasanya ada dikarenakan infeksi lokal, biasanya infeksi

saluran kecing atau otitis media. Biasanya setelah tonsilektomi, akan muncul

cairan eksudat berwarna kuning. Cairan ini normal dan akan hilang dengan

sendirinya. Setelah tonsilektomi, sebisa mungkin pasien harus diinstruksikan

untuk makan secara normal. Makan makanan yang normal biasanya

menghasilkan pengurangan rasa sakit setelah itu. 5,7

15

Page 16: Tonsilitis Akut

Kontraindikasi tonsilektomi adalah :

a. Umur : Tonsilektomi adalah kontraindikasi untuk usia dibawah 5 tahun,

karena fungsi imunitas tonsil penting pada umur ini. Pada pasien umur

sangat muda, tonsilektomi juga susah dilakukan karena keterbatasan

ruang untuk anestesi, dan kehilangan darah yang sulit untuk dihadapi.

b. Diabetes Mellitus.

c. Hipertensi.

d. Kelainan darah.

e. Polio : Tonsilektomi membawa risiko dari bulbar poliomyelitis.

f. Rinitis alergi dan asma.4

16

Page 17: Tonsilitis Akut

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tonsillitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh infeki

virus atau bakteri.

2. Tonsilitis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus

grup A.

3. Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita

menelan) dan juga nyeri alih yang seringkali dirasakan di telinga (karena

tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).

4. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan tanda-tanda infeksi, abses dan

sumbatan jalan nafas.

5. Penatalaksanaan tonsilitis jika penyebabnya bakteri diberi antibiotik dan bisa

juga tonsilektomi.

6. Komplikasinya adalah abses peritonsilitis, otitis media akut, dan OSAS.

17

Page 18: Tonsilitis Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi Arsyad, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. FKUI : Jakarta. Hal. 221-223.

2. Adams GL, Boies LR, Higler PA. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC : Jakarta. Hal. 320-322, 330, 339-340, 342.

3. Bull PD. 2002. Lectures Note on Disease of the Ear, Nose, and Throat. Ninth Edition. Blackwell Science : Sheffield. P. 111-113, 116-117.

4. Bhargava KB, Bhargava SK, Shah TM. 2005. A Short Textbook of ENT for Students and Practitioners. Seventh Edition. Usha : Mumbai. P. 226, 243-244, 249-250, 252.

5. Netter FH, et al. Atlas of Human Anatomy. Fifth Edition. P.57

6. Snell RS, et al. 2005. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. ECG : Jakarta. Hal. 796, 798.

7. Snow JB. 2002. Ballenger’s Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Decker : London. P. 369-370.

8. Probst R, Grevers G, Iro H. 2006. Basic Otorhinolaringology. Thieme : Stuttgart. P. 113-115.

9. Borgstein J. The Basic Ear Nose Throat. London. P.149-153.

10. Graham JM, Scadding GK, Bull PD.. 2007. Pediatric ENT. Springer : New York. P.131-136.

11. Chan J, Edman JC, Koltai PJ. Obstructive Sleep Apnea in Children. [Cited on 1 March 2004]. Available from : http://www.aafp.org/afp/2004/0301/p1147.html. [Accessed on 13 February 2014].

12. Shenoy PK. 2012. “Acute Tonsillitis”-if Left Untreated Could Cause Severe Fatal Complications. In : Journal of Current Clinical Care, Volume 2, Issue 4.

18