Toksikologi Hampir Fix

29
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Sampai saat ini, telah banyak pemanfaatan tanaman obat tradisional oleh masyarakat Indonesia untuk menanggulangi beberapa penyakit. Manfaat penggunaan obat tradisional tersebut secara luas telah dirasakan oleh masyarakat. Hal ini juga tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan obat tradisional, atau meningkatnya produksi obat dari industri-industri obat tradisional. Seiring dengan ada slogan “back to nature”, maupun krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan daya beli masyarakt terutama masyarakat golongan menengah ke bawah, penggunaan obat tradisional menjadi alternatif pengobatan disamping obat modern. Pemanfaatan tanaman obat tersebut meliputi pencegahan, pengobatan maupun pemeliharaan kesehatan. Banyak tanaman obat tradisional yang telah dipasarkan antara lain sebagai pencegahan ataupun pengobatan suatu penyakit. Meskipun demikian, bukti ilmiah keberkhasiatan berbagai tanaman obat terkait, belum dilaporkan. Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia setelah Brazil yang mempunyai biodiversitas

description

toksikologi

Transcript of Toksikologi Hampir Fix

BAB I

PendahuluanA. Latar Belakang

Sampai saat ini, telah banyak pemanfaatan tanaman obat tradisional oleh masyarakat Indonesia untuk menanggulangi beberapa penyakit. Manfaat penggunaan obat tradisional tersebut secara luas telah dirasakan oleh masyarakat. Hal ini juga tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan obat tradisional, atau meningkatnya produksi obat dari industri-industri obat tradisional. Seiring dengan ada slogan back to nature, maupun krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan daya beli masyarakt terutama masyarakat golongan menengah ke bawah, penggunaan obat tradisional menjadi alternatif pengobatan disamping obat modern. Pemanfaatan tanaman obat tersebut meliputi pencegahan, pengobatan maupun pemeliharaan kesehatan. Banyak tanaman obat tradisional yang telah dipasarkan antara lain sebagai pencegahan ataupun pengobatan suatu penyakit. Meskipun demikian, bukti ilmiah keberkhasiatan berbagai tanaman obat terkait, belum dilaporkan.Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia setelah Brazil yang mempunyai biodiversitas (keanekaragaman hayati). Biodiversitas tersebut meliputi : ekosistem, jenis maupun genetik. Hal ini jelas merupakan suatu anugerah besar bagi masyarakat Indonesia apabila dimanfaatkan secara optimal. Termasuk dalam biodiversitas jenis adalah keanekaragaman tanaman di Indonesia yang sangat besar, termasuk tanaman yang berpotensi sebagai obat. Mengingat fakta tersebut mestinya upaya pemanfaatan tanaman sebagai sumber suatu obat menjadi pilihan utama saat ini bagi para peneliti obat di Indonesia. Proses penemuan suatu obat dari suatu tanaman merupakan sesuatu yang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Proses tersebut meliputi : studi etnofarmakologi, kemotaksonomi, skrining senyawa bioaktif, kemungkinan upaya sintesis senyawa tunggal, studi pre-klinik maupun klinik, hingga produksi skala besar untuk tujuan medik. Salah satu tanaman Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan tersebut adalah buah manggis (G. mangostana L.), terutama pemanfaatan kulit buahnya. Manggis merupakan salah satu buah favorit yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Kulit buah manggis yang dibuang, ternyata dapat dikembangkan sebagai kandidat obat. Pada artikel kali ini akan disajikan mengenai pemanfaatan kulit buah manggis (G.mangostana L.) dalam upaya penemuan suatu obat baru

B. Tujuan

1. Tujuan umum

a. Untuk mengetahui adanya senyawa fitokimia pada tanaman obat.

b. Untuk mengetahui cara identifikasi kandungan fitokimia pada tanaman obat.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui adanya senyawa fitokimia pada tanaman obat Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) dan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L).b. Mengetahui cara identifikasi kandungan fitokimia ada tanaman obat Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) dan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L).C. Manfaat

Mahasiswa mampu mengetahui cara identifikasi senyawa kimia ada tanaman obat dan mengetahui kandungan fitokimia yang ada pada tanaman obat Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan Kayu Manis (Cinnamomum burmannii).BAB II

Tinjauan PustakaA. Tanaman Obat Tradisional

Tanaman Obat adalah tumbuhan yang melalui proses metabolisme sekundernya dapat menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif (metabolit sekunder) seperti alkaloid, fenolik, tripenoid, minyak astsiri, glikosida dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mengobati suatu penyakit atau mencegah terkena penyakit (antibiotik). Adapun fungsi senyawa-senyawa bioaktif bagi tanaman itu sendiri, yaitu :a) Membantu dalam penyerbukan bunga tumbuhan tersebut.

b) Mencegah agar daun tumbuhan tersebut tidak dimakan oleh herbivora.

c) Dan sebagai senjata untuk memenangkan dalam berkompetisi dengan tumbuhan lain yang tumbuh pada habitat yang sama.Usaha pengobatan melalui penggunaan tanaman obat sangat perlu dilakukan oleh masyarakat, sehingga tanaman obat dapat diramu menjadi obat tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit bagi masyarakat. Pemanfatan tanaman obat juga didukung oleh WHO dalam upaya kesehatan masyarakat dunia. Selain dukungan yang diberikan, WHO terus melakukan upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (Depkes, 2001; WHO, 2003). B. Pemanfaatan Tanaman Obat1. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)Kulit kayu manis memiliki sifat dan daya guna yang menguntungkan jika diolah secara tepat. Sebelum masehi, kulit cinnamomum dikenal sebagai sumber pewangi untuk membalsam mumi raja-raja mesir serta peningkat cita rasa masakan dan minuman. Kloppenburg Versteegh menganjurkan bahwa kayu manis dapat dijadikan jamu untuk penyakit disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta dan Kiangsui mengatakan bahwa minyak kayu manis sudah ratusan tahun dikenal di belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh reumatik, mencret, pilek sakit usus, jantung, pinggang dan darah tinggi. Cinnamomum burmanii yang bersinonim dengan Cinnamomum chinese, Cinnamomum dulce, dan Cinnamomum kiamis ini berasal dari Indonesia. Dapat dijumpai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Maluku (Rismunandar, 2001).Adapun taksonomi kayu manis adalah sebagai berikut :Kingdom

: Plantae

Super Devisi

: Spermatophyta Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: MagnoliopsidaOrdo

: LauralesFamili

: LauraceaeGenus

: CinnamomumSpesies

: Cinnamomum burmannii(Rismunandar dan Paimin, 2001).Morfologi tanaman kayu manis pohonnya mencapai tinggi antara 8-27 m dengan panjang daun antara 5-17 cm dan lebar daun 3-10 cm. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua warna daun hijau muda, dan pucuk berwarna merah muda. Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi, serta bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat, damar dan zat penyamak (Hariana, 2007). Farmakologi kayu manis sudah mulai digunakan pada awal abad ke-19. Dimana kandungan oleoresin kayu manis antara lain minyak atsiri, aroma khas dan bahan kimia organik yang memberikan rasa pedas. Dengan kandungannya tersebut maka penggunaan oleoresin menjadi lebih baik dibanding produk aslinya seperti kulit ataupun bubuk. Ada beberapa keuntungan dari oleoresin dibanding produk asli, yaitu hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan, sisa hasil dari olahannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti pupuk (Rismunandar, 2001).Kemudian selain farmakologi pada kayu manis yang menghasilkan minyak atrisi dan oleoresin yang mempunyai nilai jual jauh lebih tinggi dari harga kayu manis tanpa diolah. Oleoresin dan minyak atsiri rempah-rempah banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, flavor (tembakau / rokok), fragrance, pewarna dan lain-lain. Oleoresin dalam industri pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam produk-produk olahan daging (misalnya sosis, burger, kornet), ikan dan hasil laut lainnya, roti, kue, puding, sirup, saus dan lain-lain. 2. Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Manggis merupakan salah satu buah unggulan Indonesia yang memiliki peluang ekspor cukup menjanjikan. Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis digunakan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Prihatman, 2000).Adapun taksonomi buah manggis sebagai berikut ini :Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermathophyta

Sub-divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Guttiferales

Famili

: Guttiferae

Genus

: Garcinia

Spesies

: Garcinia mangostana L. Nama Lain

: manggu , manggih, mangosteen,

manggistan. (Prihatman, 2000).Batang tanaman manggis berbentuk pohon berkayu, tumbuh tegak ke atas hingga mencapai ketinggian 25 meter atau lebih. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna kecoklat-coklatan. Daun manggis berbentuk oval, meruncing pendek dengan panjang 12-23 centimeter dan lebar kira-kira 7 centimeter. Struktur helai daun tebal dengan permukaan atas berwaran hijau mengkilap, permukaan bawah berwarna hijau kekuning-kuningan. Organ generatif tanaman manggis terdiri atas bunga, buah dan biji. Buah manggis berbentuk bulat dan berjuring (bercupat), sewaktu masih muda permukaan kulit buah berwarana hijau, namun setelah tua berubah menjadi ungu kemerah-merahan atau merah-muda. Pada bagian ujung buah terdapat juring (cupat) berbentuk bintang, jumlah juring buah ini berkisar 5-8 buah. Kulit buah manggis ukurannya tebal mencapai bagian dari buahnya (Rukmana, 1995).Pemanfaatan kulit buah manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu. Di Thailand memanfaatkan kulit buah manggis untuk mengobati penyakit sariawan, disentri, cystitis, diare, gonorea, dan eksim (ICUC, 2003). Di era modern, pemanfaatan kulit buah manggis secara luas di negara tersebut memicu minat para ilmuwan untuk menyelidik dan mengembangkan lembih lanjut aspek ilmiah keberkhasiatan kulit buah manggis tersebut. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa aktivitas farmakologi adalah golongan gartanin, 1-isomangostin, alfa-mangostin, gamma-mangostin, tovofillin, mangostinon, dan smeathxanthon (Pedraza-Chavery, 2008).

Dari penelitian yang telah dilakukan senyawa-senyawa tersebut bertanggungjawab terhadap efek-efek yang ditimbulkan. Berikut ini akan disajikan pembahasan mengenai efek aktivitas farmakologi dari kulit buah manggis.a) Aktivitas antihistaminDalam reaksi alergi, komponen utama yang mengambil berperan penting adalah sel mast, beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan serotonin. Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai anti histamin dari kulit buah manggis mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya adalah alfa dan gamma mangostin. Dimana alfa mangostin melakukan pengeblok reseptor histaminergik khususnya H1, sedangkan gamma mangostin melakukan pengeblok serotonergik khususnya 5-hidroksitriptamin 2A atau 5HT2A. (Chairungsrilerd, 1998).b) Antiinflamasi Penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi dari kulit buah manggis sampai saat ini diduga bahwa senyawa yang mempunyai aktivitas anti-inflamasi adalah gamma-mangostin. Gamma-mangostin merupakan xanton bentuk diprenilasi tetraoksigenasi. Senyawa dan enzim tersebut merupakan mediator terpenting dalam terjadinya reaksi inflamasi (Chairungsrilerd, 1998).c) Anti-oksidanDari hasil penelitian dilaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan. Dimana ekstrak yang dibuat mampu menangkal radikal bebas yang ada. Aktifitas senyawa yang memiliki potensi menangkal adanya radikal bebas seperti 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin, gamma-mangostin dan smeathxanton (Jung, 2006). d) Anti kankerDari hasil beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat aktifitas senyawa-senyawa yang mampu menghambat kanker. Aktifitas senyawa ekstrak metanol kulit buah manggis seperti xanton dan alfa mangostin. Aktifitas senyawa akan menghambat proliferasi sel kanker dan apotosis (Matsumoto, 2004; Moongkarndi, 2004).e) Antimikroorganisme

Selain memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti di atas, kulit buah manggis juga menunjukkan aktivitas antimikroorganisme. Di Thailand telah dilakukan penelitian mengenai potensi antituberkulosa dari senyawa xanton terprenilasi yang diisolasi dari kulit buah manggis. Seperti pada hasil penelitian sebelumnya, alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas paling poten pada percobaan ini. Ketiga senyawa tersebut menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis (Suksamrarn, 2003).C. Uji FitokimiaUji fitokimia dimulai dengan pengumpulan sampel sebanyak mungkin. Oleh karena kegiatan ini memakan waktu cukup lama maka uji fitokimia memegang peranan terbesar dari kegiatan kimia bahan alam. Uji fitokimia itu sendiri terdiri dari uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrukuinon, molisch, benedict, ninhidrin dan biuret (Tohir, 2010).

Dimana uji fitokimia yang dilakukan merupakan senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman obat. Berikut ini disajikan pembahasan mengenai uji fitokimia atau senyawa aktif dari tanaman obat.

1) Alkaloid Merupakan senyawa metabolit yang mengadung nitrogen dengan bilangan oksidasi negatif dan bersifat basa, yang penyebarannya terbatas pada makhluk hidup. Berdasarkan struktur kimia golongan alkaloid dapat dibagi menjadi golongan piridan, tropan, kinolin, indol, dan lainnya. Alkaloid pada umumnya mempunyai keaktifan fisiologi yang menonjol, sehingga oleh manusia alkaloid sering dimanfaatkan untuk pengobatan. Isolasi pertama suatu alkaloid adalah morfina yaitu pada tahun 1805 yang berasal dari getah dan biji candu, Papaver somniferum (Harbourne, 1995).2) Steroid/TriterpenoidMerupakann senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintersis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Senyawa ini memiliki beberapa kegunaan bagi tumbuhan yaitu sebagai pengatur pertumbuhan (seskuitertenoid abisin dan giberelin), karotenoid sebagai pewarna dan memiliki peran dalam membentu proses fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang farmasi yaitu biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat (Tohir, 2010).3) Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal.Flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam macam bioakitfitas seperti antiinflamasi, membantu memaksimalkan fungsi vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai antibiotic, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant dan diuretic (Rusydi, 2010).

4) Saponin Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam perak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi (Tohir, 2010).

5) Fenol hidrokuinon Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor kasar. Identifikasi hasil positif senyawa ini yaitu adanya perubahan warna larutan menjadi merah, violet, atau merah-ungu (Harbourne, 1995).6) Molisch dan BenedictUji Molisch dan Benedict dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton (Lehniger, 1982).7) Biuret dan NinhidrinUji biuret dan ninhidrin dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam bahan. Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas da protein menghasilkan warna biru. Reaksi ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan protein oleh cairan tubuh (Santoso, 2008).Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida (Santoso, 2008).BAB IIIMetodologi PenelitianA. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik eksperimental dengan design penelitian post tes without control.B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat pengambilan dan penelitian sampel dilakukan Laboratorium Kimia Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada Selasa, 16 Juni 2014 pukul 13.40 - 16.20 WIB.

C. Obyek PenelitianObyek penelitian pada mini laboratorium Toksikologi adalah Serbuk Kulit Manggis dan Kayu Manis.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang diterapkan adalah simple random sampling pada populasi sampel yang disediakan oleh Instruktur Laboratorium Kimia Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.E. Instrumen Penelitian

1) Alat :

Tabung reaksi

Beaker glass

Gelas ukur 10 ml dan 50 ml

Kompor listrik

Neraca analitis

Pipet tetes

Kertas saring

Batang pengaduk

2) Bahan :

Sampel (serbuk kulit manggis dan kayu manis)

H2SO42 N

Reagen Dragendorff

Reagen Mayer

Reagen Wagner

CHCl3 Anhidrat asetat

HCl p.a

Serbuk magnesium

Amyl alkohol

Alkohol/etanol 70 %

HCl 2N

FeCl3 5 %D. Alur Penelitian

1. Alkaloid

2. Steroid/tri terpenoid

3. Flavonoid

4. Saponin

5. Fenol Hidrokuinon

6. Tanin

BAB IV

Hasil Penelitian dan PembahasanA. Hasil PenelitianDari hasil pengujian laboraotrium terhadap 2 jenis sampel tanaman obat yang diambil dari Laboratorium Kimia Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta diperoleh data sebagi berikut :Nama SampelKandungan Metabolit Sekunder

AlkaloidSteroidFlavonoidSaponinFenol HidrokuinonTanin

DragendroffMayerWagner

Kayu manis (Cinnamomum burmanni)+-+-++++

Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)+-+++-++

Tabel 4.1 Data hasil uji fitokimia terhadap 2 jenis sampel tanaman obat yaitu Kayu manis (Cinnamomum burmanni) dan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) diambil dari Laboratorium Kimia Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.Keterangan :+ = terdeteksi

= tidak terdeteksiBerdasarkan Tabel 4.1 diatas bahwa sampel menunjukkan hasil positif pada setiap uji fitokimia atau kandungan metabolit sekunder, kecuali pada uji mayer negatif pada kedua sampel tanaman obat. Sedangkan hasil negatif juga ditunjukan pada uji steroid untuk sampel Kayu manis (Cinnamomum burmanni) dan uji saponin untuk sampel Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.).B. Pembahasan

1) Kayu manis (Cinnamomum burmanni)Hasil skrining fitokimia pada Kayu manis (Cinnamomum burmanni) mengandung senyawa kimia alkaloid, saponin, flavonoid, fenol hidrokuinon, dan tanin. Namun, pada uji alkaloid menggunakan reagen mayer memberikan hasil negatif. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti warna serbuk sampel yang menyulitkan pembacaan endapan yang terbentuk atau dari reagen mayer sendiri pada saat pembuatan komposisinya kurang tepat. Hasil negatif juga ditujukan pada uji steroid, karena kayu manis biasanya digunakan dalam menambahkan cita rasa pada makan maupun minuman bukan dalam campuran obat.2) Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)

Hasil skrining fitokimia pada Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa kimia alkaloid, steroid, flavonoid, fenol hidrokuinon, dan tanin. Namun, pada uji alkaloid menggunakan reagen mayer memberikan hasil yang negatif. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti warna serbuk sampel yang menyulitkan pembacaan endapan yang terbentuk atau dari reagen mayer sendiri pada saat pembuatan komposisinya kurang tepat.

Hasil negatif juga ditemukan pada uji saponin. Hal ini bisa terjadi berupa faktor kesalahan kerja sehingga memberikan hasil negatif yang biasa disebut negatif palsu. Menurut Windarini, 2013 uji saponin pada kulit manggis memberikan hasil positif dengan menggunakan cara kerja yang sama. Namun, pada proses kerja terdapat hal yang berbeda pada percobaan yang dilakukan Windarini sampel yang digunakan ditimbang secara tepat, arah dalam pengocokkan sampel ditentukan. Sedangkan, pada penelitian kami tidak diberlakukan hal tersebut. Faktor ini yang bisa memberikan hasil akhir yang berbeda.

BAB VKesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Sampel Kayu manis (Cinnamomum burmanni) mengandung senyawa kimia alkaloid, saponin, flavonoid, fenol hidrokuinon, serta tanin.

Sampel Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa kimia alkaloid, steroid, flavonoid, fenol hidrokuinon, serta tanin.B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Chasanah, T. -. Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional. Jurnal. Fakultas Biologi Universitas Jendral Soedirman.

Hersipa. -. Tanaman Obat. (http://hersipa.wordpress.com/tanaman-obat/). Diakses pada 27 Juni 2014.Nugroho, A. -. Manggis (Garcinia mangostana L.) : Dari Kulit Yang Terbuang Sampai Menjadi Kandidat Suatu Obat. Jurnal. Fakultas Farmasi Universitas Gajha Mada.

Prihatman, K. 2000. Manggis. Artikel. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Rustaman, Abdurahman, dan Anshori. 2006. Skrining Fitokimia Tumbuhan Di Kawasan Gunung Kuda Kabupaten Bandung Sebagai Penelahaan Keanekaragaman Hayati. Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran.

Rusydi R. 2010. Analisis Mikroskopis Komponene Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava) Dari Kelurahan Situ Gede Bogor. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim. (http://www.heruswn.teachnology.com) diakses tanggal 27 Juni 2014.

Syahrurrozi. 2009. Penetapan Kadar Minyak Atsiri dan Kadar Air Pada Kayu Manis Dengan Metode Destilasi. Tugas Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Tohir AM. 2010. Teknik Ekstraksi dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera litura fabr.). Buletin Teknik Pertanian Vol.15 (1): 37-40.Windarini, Astuti, dan Warditiani. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengentahuan Alam Universitas Udayana.

Sampel dilarutkan dalam beberapa tetes H2SO4 2 N

+ Rg. Mayer

+ Rg. Wagner

+ Rg. Dragendorf

Hasil dinyatakan positif bila terbentuk endapan coklat.

Hasil dinyatakan positif bila terbentuk endapan putih kekuningan.

Hasil dinyatakan positif bila terbentuk endapan merah hingga jingga.

Sampel dilarutkan dalam 2 ml CHCl3

Ditambah 10 tetes asetat anhidrat

Ditambah 3 tetes H2SO4 pekat

Hasil dinyatakan positif terbentuk larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau.

Sampel + 0,1 mg serbuk magnesium

Ditambah 0,4 ml amyl alkohol dan 4 ml alkohol

Hasil dinyatakan positif terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

Sampel dimasukan tabung reaksi

Ditambah air panas, kemudian dikocok kuat

Busa yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukkan adanya saponin.

Sampel sebanyak 1 gram diekstrak dengan 20 ml etanol 70%

Hasil ekstrak ditambah 2 tetes FeCl3 5%

Hasil dinyakatan positif bila terbentuk warna hijau atau hijau biru.

Sampel + FeCl3 5%

Hasil dinyatakn positif bila terbentuk warna hijau kehitaman.