Together We Build a Better Future

108
Together We Build a Better Future Laporan Tahunan Annual Report 2007

Transcript of Together We Build a Better Future

Page 1: Together We Build a Better Future

Together We Build a Better Future

Laporan Tahunan Annual Report2007

Page 2: Together We Build a Better Future

Daftar IsiTable of Contents

2 Visi & Misi • Vision & Mission 3 Strategi Perusahaan • Company Strategy 4 Ikhtisar Keuangan • Financial Highlights 5 Wilayah Kerja • Business Area 7 Sekilas Perusahaan • Company in Brief 8 Peristiwa Penting 2007 • Important Events 2007

10 Laporan Dewan Komisaris • Report from the Board of Commissioners 16 Laporan Direksi • Report from the Board of Directors 26 Jasa Aeronautika • Aeronautical Services 30 Jasa Non-Aeronautika • Non-Aeronautical Services 38 Pengembangan Usaha • Business Development 44 Sumber Daya Manusia • Human Resources 50 Struktur Organisasi • Organization Structure

52 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan • Corporate Social Responsibility 58 Tata Kelola Perusahaan • Good Corporate Governance 84 Manajemen Risiko • Risk Management 92 Diskusi & Analisis Manajemen • Management Discussion & Analysis 102 Informasi Perusahaan • Corporate Information 105 Laporan Keuangan • Financial Statement

Page 3: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

Angkasa Pura II menggalang semangat kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam melakukan investasi bagi perluasan kapasitas serta peningkatan fasilitas dan pelayanan di bandara-bandara yang dikelola, mengantisipasi kenaikan aktivitas transportasi udara seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah bagi semua.

Angkasa Pura II strives in a spirit of mutually beneficial cooperation with the various parties involved in the effort of investing in capacity expansion and facilities and services enhancement at the airports under its management, in anticipation of increased air transportation activities in line with the growth of Indonesia’s economy towards a better future for all.

Together We Build a Better Future

Page 4: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

Visi & MisiVision & Mission

VisiMenjadi pengelola bandar udara bertaraf internasional yang mampu bersaing di kawasan regional.

VisionTo be an international-class airport management company with high competitiveness regionally.

MisiMengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dengan memegang teguh etika bisnis.

MissionManaging airport services and air traffic services with a priority to flight safety and customer satisfaction, in the effort of creating optimum benefit for shareholders, business partners, employees, the community, and the environment, by firmly holding to business ethics.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, Angkasa Pura II bersama-sama dengan seluruh stakeholder bertekad membangun masa depan yang lebih baik dalam meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa dan masyarakat umum.

In manifesting its vision and mission statements, Angkasa Pura II along with all its stakeholders is committed to create a better future in improved services to airport users and the general public.

Page 5: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

Strategi PerusahaanCompany Strategy

The company has established an adaptive growth strategy with respect to business development, consisting of:

Gradual Growth Strategy, to grow its core business gradually in several stages, among others, the reorganization of the passenger terminals in Soekarno-Hatta, Polonia, Supadio, Sultan Syarif Kasim II, and Sultan Iskandarmuda airports.

Concentric Diversification Strategy, to diversify into the development of related businesses and other support services, such as construction of hangar, cargo terminal, airport railway, airport shopping mall, real estate, and others, according to the specific conditions at each airport, by utilizing market, technology and company resources.

GRAND STRATEGY 1. Business Restructuring, involving: • Core business through own resources • Related businesses through shared ownership

in equity participation or subsidiaries • Supporting businesses through Operational

Cooperation/Built-Operate-Transfer scheme

2. Financial Restructuring, to finance business development using internal cash flows, external funding (loan, bonds, or equity issuance), or cooperation with strategic investors.

3. Organizational Restructuring, to transform from a functional-based organizational structure into a Strategic Business Unit (SBU)-based organization.

4. Organizational and Human Resources restructuring, to create a lean organization with a smaller number of more competent and focused human resources.

5. Operational Restructuring, comprising Air Traffic Services (ATS) with emphasis on cost recovery, non-ATS aeronautical services with semi-commercial management, and non-aeronautical services with full commercial management.

Strategi yang ditetapkan untuk pengembangan perusahaan adalah strategi pertumbuhan adaptif (adaptive growth strategy) antara lain:

Strategi Pertumbuhan Gradual yaitu pengembangan bisnis inti dengan strategi pertumbuhan secara bertahap, antara lain penataan Terminal Penumpang Bandara Soekarno-Hatta, Polonia, Supadio, Sultan Syarif Kasim II dan Sultan Iskandarmuda;

Strategi Diversifikasi Konsentrik, yaitu diversifikasi pengembangan usaha yang terkait (related) dan jasa penunjang lainnya antara lain pembangunan hanggar, terminal kargo, airport railway, airport shopping mall, real estate dan lain lain, yang diterapkan di bandara cabang sesuai kondisi masing-masing bandara dengan memanfaatkan pasar, teknologi dan sumber daya perusahaan.

STRATEGI UTAMAStrategi Utama dalam mengelola perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Restrukturisasi Bisnis, yaitu dengan strategi pengelolaan :

• Bisnis inti (core business) dilakukan sendiri; • Bisnis yang terkait dengan bisnis inti (related

business) dengan cara sharing kepemilikan melalui saham atau anak perusahaan;

• Bisnis pendukung (supporting business) dengan cara KSO/BOT (Kerja Sama Operasi/ Build Operate Transfer);

2. Restrukturisasi Keuangan yaitu sumber dana pengembangan usaha melalui dana internal, eksternal (loan, obligasi, saham) atau kerjasama dengan pihak investor;

3. Restrukturisasi Organisasi yaitu perubahan struktur organisasi dari berbasis fungsional menjadi organisasi berbasis unit usaha (SBU/ Strategic Business Unit);

4. Restrukturisasi Organisasi dan SDM yaitu mewujudkan organisasi dengan jumlah SDM yang ramping, kompeten dan fokus;

5. Restrukturisasi Operasional yaitu pelayanan jasa ATS yaitu enroute/overflying dengan pengelolaan mengarah kepada cost recovery, pelayanan jasa aeronautika non-ATS dengan pengelolaan semi komersial dan jasa non-aeronautika dengan pengeloaan komersial penuh.

Page 6: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

Ikhtisar KeuanganFinancial Highlights

2007 2006 2005 2004 2003

Laporan Laba Rugi Statements of Income

Pendapatan Usaha 2.057,8 1.869,8 1.710,4 1.506,3 1.252,9 Operating Revenue

Pendapatan Lain-lain 167,2 144,7 129,6 116,5 98,6 Non-Operating Income

Beban Usaha 1.435,7 1.275,4 1.068,6 966,7 869,7 Operating Expenses

Beban Lain-lain 44,3 97,1 37,5 40,5 58,8 Non-Operating Expenses

Pos-pos Luar Biasa (8,9) (1,4) (99,4) (8,7) - Extraordinary Items

Laba Sebelum Pajak 736,1 640,5 634,4 606,9 422,9 Profit Before Tax

Pajak Kini (211,0) (194,8) (214,2) (179,7) - Current Income Tax

Pajak Tangguhan (26,5) 10,6 2,4 (7,8) - Deferred Income Tax

Laba Bersih 498,6 435,1 417,8 419,4 422,9 Net Profit After Tax

Neraca Balance Sheets

Aktiva Lancar 2.480,2 1.906,2 1.497,9 1.220,3 1.017,2 Current Assets

Aktiva Pajak Tangguhan - 6,1 16,6 19,0 26,8 Deferred Tax Assets

Penyertaan 326,5 332,3 284,7 280,9 291,3 Investment

Aktiva Tetap 3.224,9 3.208,9 3.279,5 1.735,0 1.670,5 Fixed Assets

Aktiva Lain-lain 308,5 310,1 312,7 298,0 330,4 Other Assets

Jumlah Aktiva 6.340,2 5.763,7 5.391,4 3.553,1 3.336,2 Total Assets

Kewajiban Jangka Pendek 350,9 288,2 290,8 219,7 220,1 Current Liabilities

Kewajiban Jangka Panjang 10,2 8,4 7,2 10,3 19,3 Long-Term Debts

Dana Titipan Program THT 56,9 50,3 40,6 33,8 47,6 Retiree Welfare Program Fund

Bantuan Pemerintah yang Unstipulated Government’s

Belum ditentukan Statusnya 1.672,7 1.599,1 1,599,1 71,0 71,0 Contribution

Ekuitas 4.216,3 3.817,6 3.453,7 3.218,3 2.978,2 Equity

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 6.340,2 5.763,7 5.391,4 3.553,1 3.336,2 Total Liabilities And Equity

Rasio Keuangan Financial Ratios

Pengembalian Modal (ROE) 9% 9% 15% 15% 11% Return On Equity (ROE)

Pengembalian Investasi (ROI) 15% 15% 21% 21% 16% Return On Investment (ROI)

Rasio Kas 526% 460% 346% 343% 285% Cash Ratio

Rasio Lancar 707% 661% 515% 555% 462% Current Ratio

Collection Periods 57 days 55 days 55 days 55 days 51 days Collection Periods

Perputaran Persediaan 3 days 3 days 3 days 3 days 4 days Inventory Turn Over

Perputaran Total Aktiva 36% 36% 49% 46% 41% Total Assets Turn Over

Rasio Modal Terhadap Jumlah Aktiva 77% 79% 88% 78% 79% Equity to Total Assets

Perbandingan Selama Lima Tahun Terakhir 2003-2007Comparative In The Last Five Years 2003-2007

(Dalam Miliar Rupiah - In Billion Rupiah)Angka-angka pada seluruh tabel dan grafik menggunakan notasi Indonesia

Numerical notations in all tables and graphics are in Indonesian

1.436

44

Usaha Operating

Di Luar Usaha Non - Operating

Biaya Expenses (Miliar - Billion)

Aeronautika Aeronautical

Non-Aeronautika Non-Aeronautical

Di Luar Usaha Non - Operating

1.573

485

Pendapatan Revenues (Miliar - Billion)

167

Page 7: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

Wilayah KerjaBusiness Area

Lebi

h da

ri 1.

400

lalu

-lint

as u

dara

per

har

i ber

oper

asi d

i wila

yah

udar

a ya

ng d

iken

dalik

an o

leh

JAAT

S (J

akar

ta A

utom

ated

Air

Traf

fic C

ontro

l Sys

tem

)M

ore

than

1,4

00 tr

affic

mov

emen

ts/d

ay o

pera

ting

with

in c

ontro

lled

airs

pace

is h

andl

ed b

y JA

ATS

(Jak

arta

Aut

omat

ed A

ir Tr

affic

Con

trol S

yste

m)

Page 8: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

Ujung Pandang FIR

Jakarta FIR

Sejak tanggal 12 Mei 2005, Flight Information Region (FIR) di Indonesia yang sebelumnya terdiri dari 4 wilayah (Jakarta FIR, Bali FIR, Ujung Pandang FIR dan Biak FIR) telah dikelompokkan kembali menjadi 2 wilayah, yaitu Jakarta FIR dan Ujung Pandang FIR. Pengelolaan jasa penerbangan (aeronautika) di Jakarta FIR dilakukan oleh Angkasa Pura II.

Since 12 may 2005, the Flight Information Region in Indonesia that previously consisted of 4 regions (Jakarta FIR, Bali FIR, Ujung Pandang FIR and Biak FIR) have been re-organized into 2 regions, namely the Jakarta FIR and Ujung Pandang FIR. The provision of air traffic (aeronautical) services for the Jakarta FIR is assigned to Angkasa Pura II.

Wilayah KerjaBusiness Area

Page 9: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

Angkasa Pura II is a company that provides airport management and air traffic services that has been engaged in flight services (aeronautical) as well as airport support services (non-aeronautical) activities in the Western Indonesia region since 1984.

At the time of its establishment on 13 August 1984, Angkasa Pura II was known as Perum Pelabuhan Udara Jakarta-Cengkareng to manage and operate the Jakarta-Cengkareng Airport (present-day Soekarno-Hatta International Airport) and the Halim Perdanakusuma Airport. On 19 May 1986, the name of the company was changed to Perum Angkasa Pura II and, subsequently on 2 January 1993, it became a ‘Persero’ as covered in the Notarial Deed No. 3 Year 1993 of Notary Muhani Salim SH, with the official name of PT (Persero) Angkasa Pura II.

At present, Angkasa Pura II manages 12 major airports in the Western Indonesia region, namely the Soekarno-Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia Airport (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) formerly Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) formerly Kijang, Sultan Thaha (Jambi) and Depati Amir (Pangkal Pinang). The company also provides air traffic services for the Jakarta Flight Information Region (Jakarta FIR).

In line with the rapid growth in air transportation in Indonesia, Angkasa Pura II strives at all times to provide the best services to airport service users. Its airports frequently receive the Prima Pratama award from the Department of Transportation for Airport Passenger Terminal category.

As a reliable SOE, for three consecutive years Angkasa Pura II has been awarded the accolade of “Best SOE in Logistics Sector Category” from the State Minister of SOE (2004-2006), and “Best SOE in GCG Implementation” (2006). Angkasa Pura II has always managed to return dividends to the Government as shareholders, and participated in improving the welfare and concern for employees and their families, the communities and the environment around the airports through Corporate Social Responsibility programs.

Sekilas PerusahaanCompany in Brief

Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa penerbangan dan jasa penunjang bandara di kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984.

Pada awal berdirinya, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma. Tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya tanggal 2 Januari 1993, resmi menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 3 tahun 1993 menjadi PT (Persero) Angkasa Pura II.

Saat ini Angkasa Pura II mengelola 12 bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang), dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang), serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/ FIR) Jakarta.

Seiring dengan pertumbuhan industri angkutan udara Indonesia yang meningkat pesat, Angkasa Pura II selalu mengedepankan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa bandara. Bandara yang dikelola Angkasa Pura II selalu memperoleh penghargaan Prima Pratama dari Departemen Perhubungan RI untuk kategori Terminal Penumpang Bandara. Sebagai BUMN yang handal, selama tiga tahun berturut-turut Angkasa Pura II memperoleh penghargaan sebagai “BUMN Terbaik Kategori Sektor Logistik” dari Kementerian Negara BUMN (2004-2006), serta “BUMN Terbaik Kategori Penerapan GCG” (2006). Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajibannya memberikan deviden kepada Pemerintah sebagai pemegang saham, dan turut membantu meningkatkan kesejahteraan dan kepedulian terhadap karyawan dan keluarganya, serta masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui program Corporate Social Responsibility.

Husein Sastranegara Airport Halim Perdanakusuma Airport Sultan Thaha Airport Depati Amir Airport Sultan Iskandarmuda Airport Raja Haji Fisabilillah Airport

Soekarno-Hatta Airport Polonia Airport Sultan Syarif Kasim II Airport Supadio Airport SM Badaruddin II Airport Minangkabau Airport

Page 10: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

Peristiwa Penting 2007Important Events 2007

6 MARET6 MARCH

Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Direktur Utama Angkasa Pura II, Edie Haryoto dengan Direktur Utama Bank Negara Indonesia, Sigit Pramono, di Kantor Pusat BNI, Jakarta.

Signing of a Memorandum of Understanding between Edie Haryoto, President Director of Angkasa Pura II, and Sigit Pramono, President Director of BNI, at BNI Head Office, Jakarta.

16 FEBRUARI16 FEBRUARY

Kegiatan Clean Desk Day yang dilaksanakan serentak di seluruh lingkungan kerja Angkasa Pura II.

Activities in the Clean Desk Day conducted simultaneously at all work locations of Angkasa Pura II.

8 FEBRUARI8 FEBRUARY

Penandatanganan Nota Kesepahaman Pengembangan Terminal Bandara Sultan Iskandar Muda – Banda Aceh antara Direktur Utama Angkasa Pura II, Edie Haryoto dengan Direktur Utama Bank Mandiri, Agus Martowardojo, di Gedung Plaza Mandiri, Jakarta.

The signing of a Memorandum of Understanding for the development of passenger terminal at Sultan Iskandarmuda Airport – Banda Aceh, between Edie Haryoto, the President Director of Angkasa Pura II and Agus Martowardojo, President Director of Bank Mandiri, at Plaza Mandiri Building, Jakarta.

2 JULI2 JULY

Kepala Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta raih penghargaan dari Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya dan Sekitarnya atas dedikasi dalam menciptakan kerjasama antara Polri dengan masyarakat di Bandara Soekarno-Hatta, di Tangerang.

Head of Primary Branch, Soekarno-Hatta Airport, received an award from the Regional Police of Jakarta and Surrounding Areas for dedicated efforts in creating cooperation between the public and the National Police at Soekarno-Hatta Airport, Tangerang.

8 MEI8 MAY

Bandara Angkasa Pura II raih penghargaan pelayanan publik dari Menteri Perhubungan RI, yaitu Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Penghargaan Prima Utama - Terbaik untuk pelayanan terminal penumpang dan Bandara Soekarno-Hatta dengan Penghargaan Prima Muda, di Departemen Perhubungan, Jakarta.

Angkasa Pura II received awards from the Minister of Transportation at the office of the Ministry of Transportation, Jakarta, for excellent public service in passenger terminal services, namely Prima Utama award for Sultan Mahmud Badaruddin II Airport and Prima Muda award for Soekarno-Hatta Airport.

29 AGUSTUS29 AUGUST

Peresmian Patung Proklamator Soekarno-Hatta di Kawasan Bandara Soekarno-Hatta oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Tangerang.

Inauguration of Statues of Soekarno and Hatta by Susilo Bambang Yudhoyono, President of the Republic of Indonesia, at Soekarno-Hatta Airport, Tangerang.

22 NOVEMBER22 NOVEMBER

Penandatanganan kontrak pembangunan pondasi dan struktur atas gedung terminal bandara baru Medan Kualanamu antara Direktur Utama Angkasa Pura II, Edie Haryoto dan Direktur PT Waskita Karya, Bambang E. Marsono disaksikan Menteri Perhubungan dan Ketua Bappeda Sumatera Utara, di Kantor Pusat Angkasa Pura II Tangerang.

The signing of the contract for the construction of foundation and upper structure of the passenger terminal building of the new Kualanamu Airport, Medan, between Edie Haryoto, President Director of Angkasa Pura II, and Bambang E. Marsono, Director of PT Waskita Karya, in witness of the Minister for Transportation and the Chairman of Bappedda for North Sumatera, at Angkasa Pura II Head Office, Tangerang.

13 SEPTEMBER13 SEPTEMBER

Hari Pertama kegiatan Airport Ramadhan, pemberian ta’jil gratis bagi penumpang pesawat udara Bandara Soekarno-Hatta yang akan berbuka puasa, di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang.

First day of Airport Ramadhan program at Soekarno-Hatta Airport, Tangerang, with distribution of free snacks for passengers breaking the fast at Soekarno-Hatta Airport.

30 AGUSTUS30 AUGUST

Pencanangan Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara pertama yang menerapkan konsep Eco-Airport (bandara yang ramah lingkungan ) oleh Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Energi dan Teknologi, di Hotel Pangeran Beach, Padang, Sumatera Barat.

Declaration of Soekarno-Hatta Airport as the first Eco-Airport (environmentally friendly airport) by Expert Staff in Energy and Technology for the Minister of Transportation at Pangeran Beach Hotel, Padang, West Sumatera.

29 AGUSTUS29 AUGUST

Penandatanganan Kontrak Pembangunan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta antara Direktur Utama Angkasa Pura II, Edie Haryoto dengan Direktur Utama PT Adhi Karya, Ir. Syaiful Imam disaksikan Menteri Negara BUMN, Sofyan A. Djalil dan Menteri Perhubungan, Jusman Syafei Djamal, di Tangerang.

Signing of the Contract for the Construction of Terminal 3 Building, Soekarno-Hatta Airport, between Edie Haryoto, President Director of Angkasa Pura II and Ir. Syaiful Imam, President Director of PT Adhi Karya, in witness of Sofyan A. Djalil, State Minister of State Enterprises, and Jusman Syafei Djamal, Minister of Transportation, in Tangerang.

27 SEPTEMBER27 SEPTEMBER

Penganugerahan Penghargaan Juara II Toilet Umum Bersih kepada Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru oleh Menteri Pariwisata, Jero Wacik, di Jakarta.

The award of Second Place for Public Toilet Cleanliness competition to Sultan Syarif Kasim II Airport, Pekanbaru, by Jero Wacik, the Minister of Tourism, in Jakarta.

22 DESEMBER22 DECEMBER

“Soekarno-Hatta Going Green” Pencanangan Hutan Raya Bandara Soekarno-Hatta oleh Menteri Negara BUMN, Sofyan A. Djalil sebagai wujud kepedulian Angkasa Pura II dalam menghijaukan kembali alam Indonesia, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

“Soekarno-Hatta Going Green” declared by Sofyan A. Djalil, the State Minister of State Enterprises at Soekarno-Hatta Airport, Tangerang, through inauguration of a Forest Area at Soekarno-Hatta Airport as part of the commitment of Angkasa Pura II towards a green Indonesia.

PenghargaanAwards

BUMN & CEO BUMN Award 2006The Best I Good Corporate Governance 2006from Business Review

Flight Safety Foundation Member, 2007-2008

BUMN & CEO BUMN Award 2006The Best I in Logistic & Tourism Sector 2006from Business Review

Page 11: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

7

1 2

3 4 5

6

11

8

10 12

9

Page 12: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

�0

Jannes Hutagalung • Komisaris Utama • President Commissioner

Laporan Dewan KomisarisReport from the Board of Commissioners

Page 13: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan bimbinganNya sehingga pada tahun 2007 Angkasa Pura II sebagai BUMN yang mengelola 12 (dua belas) bandara di wilayah Indonesia bagian Barat dapat mempertahankan kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa bandara.

Berbagai tantangan yang dihadapi selama tahun 2007, seperti penyelesaian berbagai investasi pembangunan infrastruktur di bandara, tuntutan terhadap modernisasi berbagai fasilitas peralatan penerbangan maupun tuntutan terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terampil, serta adanya kebijakan pemerintah terkait dengan kelonggaran khususnya di bidang sub sektor perhubungan udara sehingga akan mempengaruhi Angkasa Pura II, untuk itu perlu dilakukan penataan terminal secara operasional maupun komersial dan peningkatan kapasitas terminal dengan melalui pembangunan terminal sesuai dengan master plan. Hal ini, kiranya dapat dijadikan sebagai dorongan semangat dalam upaya kita untuk meningkatkan kinerja pelayanan perusahaan yang lebih baik di masa akan datang, sehingga hal tersebut dapat menjamin rasa aman bagi masyarakat pengguna jasa bandara.

Dewan Komisaris mencatat bahwa sepanjang tahun 2007, manajemen Angkasa Pura II telah berusaha menetapkan strategi dan arah kebijakan korporasi yang baik dalam meningkatkan nilai tambah pendapatan aeronautika dan non aeronautika, sehingga meskipun target pencapaian laba setelah pajak belum sesuai harapan, namun berkat kerja keras dan upaya perbaikan di segala bidang yang secara terus menerus dilakukan, sehingga perusahaan mampu mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dan akhirnya dapat mencapai tingkat kesehatan BUMN dengan predikat “AA”.

Tercapainya, Angkasa Pura II di urutan pertama untuk kategori BUMN/BUMD non-listed dalam implementasi GCG dari studi yang dilakukan Konsultan Independen (MUC) yang ditunjuk Komisi Pemberantasan Korupsi, membuktikan

Let us give praise for the blessings and guidance that God the Almighty has bestowed upon us, enabling Angkasa Pura II, the state-owned enterprise that manages 12 (twelve) airports in the Western Indonesia region, to maintain an excellent performance throughout 2007 in providing services to the public as airport service users.

We have had to face many challenges in 2007, including the completion of our investments in airport infrastructure projects, demand for the modernization of various flight operation support facilities, and the development of the quality and competence of our human resources, as well as the impact to Angkasa Pura II of the Government’s policy towards a more open air transportation sub-sector, resulting in the need for airport terminal upgrade in terms of operational and commercial aspects, and terminal capacity expansion according to the master plan for airport terminal development. All of these should serve to drive our motivation in the effort towards improving our services and performance further in the coming years, eventually to provide a greater degree of safety and security for the benefit of public airport service users.

The Board of Commissioners noted with approval that the Management of Angkasa Pura II throughout 2007 has done their best to develop and execute suitable business strategies and corporate policies in terms of increasing added value in aeronautical and non-aeronautical revenues. While our achievement of net income is below target, the hard work and continuous improvements undertaken in various aspects have nevertheless enabled the company to rise above the challenges and eventually achieved a ranking of “AA” in the State Enterprises financial health evaluation.

Angkasa Pura II was also ranked first in the non-listed State/Provincial Enterprises category in a study for Good Corporate Government (GCG) implementation conducted by an independent consultant, MUC, appointed by the Commission fro Eradication of Corruption, showing the

Page 14: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

��

1. SUDIRMAN Komisaris Commissioner2. JANNES HUTAGALUNG Komisaris Utama President Commissioner3. SRI HARDINI Komisaris Commissioner 4. AMIR SEMBIRING Komisaris Commissioner5. SURATTO SISWODIHARDJO Komisaris Commissioner

1

3

2

4

5

Page 15: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

bahwa seluruh jajaran Manajemen Angkasa Pura II telah menyadari tentang pentingnya komitmen bersama dalam memegang teguh norma-norma dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG).

Akhir kata, walaupun masa tugas kami sebagai Dewan Komisaris telah berakhir di bulan November 2007 dan digantikan dengan Dewan Komisaris baru, sesuai Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-256/MBU/2007 tanggal 8 November 2007, namun kami, sebagai Dewan Komisaris lama merasa bertanggung jawab untuk menyampaikan apresiasi atau penghargaan dan ucapan selamat kepada manajemen dan segenap karyawan Angkasa Pura II atas keberhasilan yang telah dicapai sepanjang tahun 2007, semoga kerja keras kita dalam mengembangkan Angkasa Pura II yang lebih baik di masa yang akan datang mampu terwujud sesuai harapan, sehingga dapat memberikan kontribusi terbaik bagi pemegang saham dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

full commitment of the entire Management of Angkasa Pura II towards upholding the norms and best practices in the implementation of the principles of GCG.

In closing, although our term of office has ended in November 2007 and replaced by the current Board of Commissioners in accordance with Decision Letter of the Minister for State Owned Enterprise No. KEP-256/MBU/2007 dated 8 November 2007, we feel that it is only proper for us to extend our appreciation and congratulation to the management and employees of Angkasa Pura II for the successes achieved throughout 2007. May our hard work together towards growing and improving Angkasa Pura II in future years will be fruitful, so that we can continue to contribute our best for the shareholders and the public in Indonesia.

Jannes HutagalungKomisaris Utama

President Commissioner

SudirmanKomisaris

Commissioner

Amir SembiringKomisaris

Commissioner

Suratto SiswodihardjoKomisaris

Commissioner

Sri HardiniKomisaris

Commissioner

Page 16: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

��

Profil Dewan KomisarisBoard of Commissioners Profiles

JANNES HUTAGALUNGKomisaris UtamaLahir pada tahun 1944 di Tarutung, Sumatera Utara. Lulus sebagai Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia pada Tahun 1973 dan mendapat gelar MA (Economics) Yale University, USA pada tahun 1976. Sebelumnya menempati posisi penting di Kementerian Keuangan RI antara lain Head of Government Delegation to Negotiate Loans from World Bank (1978-1988), Director of Budget Administration (1990-1992), dan Director of External Funds (1994-1996). Selain itu pernah menempati posisi penting pada The World Bank Group, Washington DC, USA sebagai Assistant to the Executive Director (1982-1985), Alternate Executive Director (1992-1994), dan Direktur Eksekutif wilayah Asia-Pasifik. Pernah menempati posisi puncak sebagai Deputy Minister for International Economic Cooperation, The Coordinating Ministry for Economic Affairs. Menjabat sebagai Komisaris Utama Angkasa Pura II sejak tahun 2002-2007.

SUDIRMANKomisarisLahir pada tahun 1947 di Pariaman, Sumatera Barat. Lulus AKABRI Bagian Udara pada tahun 1971 dan menerima gelar Magister of Science tahun 1992. Mengawali karir sebagai Letnan Dua pada Dingdik I Lanud Adi Sucipto, menempati jabatan penting pada TNI-AU sebagai PA DP Navigator Skadron 31 Pesawat Hercules C-130 B DI Wops 001 Halim Perdanakusuma (1974), Kasibang Potrud – Jakarta (1987), dan Paban Madya II/Kuter Kassospol ABRI (1988). Pernah menjadi Anggota DPR-RI Komisi VII tahun 1992-1997 dan Anggota Komisi IX DPR-RI tahun 1997-2004. Menjabat sebagai Komisaris Angkasa Pura II sejak tahun 2002-2007.

AMIR SEMBIRINGKomisarisLahir pada tahun 1947 di Pancur Batu, Sumatera Utara. Lulus AKABRI Darat tahun 1970, SESKOAD tahun 1985, dan LEMHANNAS KRA XXVIII tahun 1985. Sebelumnya pernah memegang posisi penting pada TNI-AD antara lain Komandan Brigif 13 Kostrad (1992), Danrem 171/PVT DAM VII TKR (1994), PANGDAM VIII/TKR (1998), Komandan Kodiklat TNI AD (2000), dan Sekretaris Utama LEMHANNAS RI (2002). Menjabat sebagai Komisaris Angkasa Pura II sejak tahun 2002-2007.

President CommissionerBorn in 1944 in Tarutung, North Sumatera. Graduated with a degree in Economics from Indonesia University in 1973, and obtained an MA degree (Economics) from Yale University, USA in 1976. Previously served in various important position at the Department of Finance, among others as Head of Government Delegation to Negotiate Loans from World Bank (1978-1988), Director of Budget Administration (1990-1992), and Director of External Funds (1994-1996). In addition, also served various positions at the World Bank Group, Washington DC, USA, as Assistant to the Executive Director (1982-1985), Alternate Executive Director (1992-1994), and Executive Director for Asia-Pacific region. Previously served as Deputy Minister for International Economic Cooperation, the Coordinating Ministry for Economic Affairs. Serves as President Commissioner of Angkasa Pura II since 2002-2007.

CommissionerBorn in 1947 in Pariaman, West Sumatera. Graduated from the Military Academy (Air Force) in 1971, and obtained a Master of Science degree in 1992. Started his career as Second Lieutenant at Dingdik I, Adi Sucipto Air Base, served as PA DP Navigator Squadron 31 Hercules C-130 B DI Wops 001 at Halim Perdanakusuma (1974), Kasibang Potrud – Jakarta (1987), dan Paban Madya II/Kuter Kassospol ABRI (1988). Previously served as member of the House of Representatives in Commission VII (1992-1997) and in Commission IX (1997-2004). Serves as Commissioner of Angkasa Pura II since 2002-2007.

CommissionerBorn in 1947 in Pancur Batu, North Sumatera. Graduated from the Military Academy (Army) in 1970, SESKOAD in 1985, and LEMHANNAS KRA XXVIII in 1985. Previously served various positions at the Army, among others as Commander of Brigif 13 Kostrad (1992), Regimental Commander 171/PVT DAM VII TKR (1994), Military Area Commander VIII/TKR (1998), Commander of Kodiklat TNI AD (2000), and Chief Secretary LEMHANNAS RI (2002). Serves as Commissioner of Angkasa Pura II since 2002-2007.

Page 17: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

SRI HARDINIKomisarisLahir pada tahun 1951 di Semarang, Jawa Tengah. Lulus Sarjana Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang tahun 1975 dan Magister Transportasi dengan gelar MSc di Institut Teknologi Bandung tahun 1987. Memulai karir di Departemen Perhubungan RI dengan jabatan yang pernah diduduki antara lain Kasi Bimpendom (1986-1990), PJS Kasudit Pendagri (1990-1992), Kasubdit Pendagri (1992-1997), Kadit Angkutan Udara (1997-2002), dan Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (2002-2007). Saat ini menjabat Kepala Biro Keuangan Departemen Perhubungan dan menjabat sebagai Komisaris Angkasa Pura II sejak tahun 2002-2007.

SURATTO SISWODIHARDJOKomisarisLahir pada tahun 1946 di Solo, Jawa Tengah. Lulus AKABRI Bagian Udara tahun 1969 dan menerima gelar Sarjana Sosial dari Universitas Jakarta pada Tahun 1992. Pernah menjabat sebagai Kasi Sospol Mabes AU (1990-1992), Anggota DPRD-DKI Fraksi ABRI sebagai Wakil Ketua Komisi D, dan Ketua Umum INKOPAU Jakarta (1998-2001). Pernah menjabat sebagai Komisaris PT Sweet Indo Lampung dan Komisaris PT Indo Lampung Perkasa (1998-2000). Dewan Audit Bank BUKOPIN (2001), Komisaris PT Prosys Engineers International (2005), dan Komisaris Bank BUKOPIN (2001-2002). Menjabat sebagai Komisaris Angkasa Pura II sejak tahun 2006 sampai sekarang.

CommissionerBorn in 1951 in Semarang, Central Java. Graduated with a degree in Economics from Diponegoro University Semarang in 1975, and obtained an MSc degree in Transportation at the Bandung Institute of Technology in 1987. Began his career at the Department of Transportation as among others, Kasi Bimpendom (1986-1990), PJS Kasudit Pendagri (1990-1992), Kasubdit Pendagri (1992-1997), Kadit Angkutan Udara (1997-2002), and Secretary to the Directorate General of Air Transportation (2002-2007). Currently also serves as Head of Financial Bureau, Department of Transportation. Serves as Commissioner of Angkasa Pura II since 2002-2007.

CommissionerBorn in 1946 in Solo, Central Java. Graduated from the Military Academy (Air Force) in 1969, and obtained a degree in Social Studies from Jakarta University in 1992. Previously served as Kasi Sospol Mabes AU (1990-1992), member of Regional House of Representative DKI in the Armed Forces faction as Deputy Chairman of Commission D, and Chairman of INKOPAU Jakarta (1998-2001). Previously also served as Commissioner of PT Sweet indo lampung and Commissioner of PT Indo Lampung Perkasa (1998-2000), Audit Board of Bank Bukopin (2001), Commissioner of PT Prosys Engineers International (2005), and Commissioner of Bank bukopin (2001-2002). Serves as Commissioner of Angkasa Pura II since 2006 up the present.

Page 18: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

��

Edie Haryoto • Direktur Utama • President Director

Laporan DireksiReport from the Board of Directors

Page 19: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

Pencanangan tahun 2007 menjadi tahun investasi Angkasa Pura II sekaligus merupakan momentum bersejarah bagi Angkasa Pura II, karena perusahaan yang sudah berjalan seperempat abad ini belum pernah melakukan investasi besar dalam pembangunan sebuah bandar udara. Momentum ini adalah sebuah apresiasi Angkasa Pura II yang diberikan oleh Pemerintah dari tingkat kesehatan keuangan perusahaan tahun 2007 memperoleh predikat “AA”, sehingga hal ini merupakan periode yang menggembirakan bagi Direksi dan semua pihak di Angkasa Pura II, karena dengan tingkat kesehatan perusahaan tersebut, Angkasa Pura II memperoleh kepercayaan dari Pemerintah untuk mengembangkan bandara-bandara yang dikelolanya dengan beban biaya sendiri.

Terkait dengan hal tersebut, Angkasa Pura II dalam kurun waktu tahun 2007 telah melakukan hal-hal yang signifikan dalam mengembangkan bandara meliputi pembangunan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, pembangunan bandara baru Kualanamu – Medan, perpanjangan runway Bandara Raja Haji Fisabilillah - Tanjung Pinang, serta rekondisi Bandara Sultan Thaha – Jambi, Bandara Depati Amir – Pangkal Pinang serta Bandara Sultan Iskandarmuda - NAD.

Angkasa Pura II berupaya untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa bandara sesuai dengan visi dan misi Angkasa Pura II untuk dapat bersaing di tingkat regional maupun internasional dan menjadikan bandara-bandara strategis di kawasan Indonesia bagian Barat menjadi hub bagi perusahaan-perusahaan penerbangan asing di dunia dapat terwujud, dengan mempertahankan struktur finansial yang konsisten dan solid yang berfokus pada aspek operasional dengan mengutamakan keselamatan operasi penerbangan. Selain itu, Angkasa Pura II juga memperhatikan aspek lingkungan sekitar

The declaration of 2007 as the year of investments for Angkasa Pura II represents a historical milestone for Angkasa Pura II, because during a quarter century of its existence, the company has never engaged in any significant investments in the development of an airport. This important momentum can be seen as a form of appreciation by the Government to Angkasa Pura II that has successfully achieved a rating of “AA” for its financial health in 2007. The year 2007 was thus a very encouraging period for the Board of Directors and all personnel at Angkasa Pura II, and we all are proud indeed that in view of the excellent financial condition of the company, the Government has entrusted Angkasa Pura II to develop the airports under its management using the company’s own funding.

Accordingly, throughout 2007 Angkasa Pura II has engaged in several significant airport development projects, which included the construction of Passenger Terminal 3 at Soekarno-Hatta Airport, the development of the new Kualanamu Airport – Medan, a runway extension at Raja Haji Fisabililah Airport – Tanjung Pinang, and the reconditioning of Sultan Thaha Airport – Jambi, Depati Amir Airport – Pangkal Pinang, and Sultan Iskandarmuda Airport – NAD.

Angkasa Pura II strives to improve the services provided to airport users in line with its vision and mission statements to be able to compete in the regional and international levels, and also strives to improve its strategically located airports in the western region of Indonesia to function as the hubs for overseas international carriers, by consistently maintaining a solid financial structure with a focus on operational aspects that emphasize the safety of flight operations. In addition, Angkasa Pura II is also concerned about environmental issues and the welfare of

Page 20: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

��

1. TOMMY SOETOMO Direktur Keuangan EVP of Finance 2. S. TULUS PRANOWO Direktur Komersial & Pengembangan Usaha EVP of Commercial & Business Development3. EDIE HARYOTO Direktur Utama President Director4. ENDANG DWI SURYANI Direktur Personalia & Umum EVP of Personnel & General Affairs5. I GUSTI MADE DHORDY Direktur Operasi & Teknik EVP of Operations & Engineering

1

3

2

4

5

Page 21: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

bandara dan masyarakat yang selama ini sudah berjalan dalam bentuk program Corporate Social Responsibility (CSR). Kami menatap tahun 2007 sebagai tahun yang penuh harapan untuk memberikan yang terbaik bagi pemegang saham.

Pencapaian Target...Kinerja keuangan yang tertinggi diperoleh dari pendapatan aeronautika, meliputi pendaratan (PJP4U), pelayanan penumpang (PJP2U), route charge (PJP), pemakaian aviobridge dan pemakaian counter sedangkan pendapatan non aeronautika merupakan antisipasi tantangan perusahaan ke depan, meliputi sewa ruang, sewa gedung, sewa tanah, konsesi, throughput, parkir kendaraan dan tempat reklame. Kami juga sedang mengembangkan kargo sebagai peluang bisnis perusahaan yang menjanjikan di masa yang akan datang. Dari sisi kinerja keuangan, dapat kami sampaikan bahwa Angkasa Pura II membukukan laba bersih sebesar Rp 498,587 milyar pada tahun 2007 (audited), dibawah pencapaian target dari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) tahun 2007 sebesar Rp 506,815 milyar.

Pengkajian...Angkasa Pura II telah melakukan pengkajian untuk pengembangan bandara-bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura II di wilayah Indonesia bagian Barat yang tertampung pada Master Plan Perusahaan Jangka Pendek, Menengah maupun Jangka Panjang. Master Plan Perusahaan tersebut merupakan progres korporat yang berkesinambungan dan tidak bertentangan dengan rencana-rencana pengembangan perusahaan yang terkait dengan fasilitas sarana dan pra sarana pendukungnya. Pengkajian dimaksud telah melalui tahapan-tahapan yang profesional, dimana kami melibatkan kaum akademisi sebagai konsultan dalam melakukan survei dan

communities around its airports, and continues to take an active role through its ongoing Corporate Social Responsibility (CSR) programs. All in all, we view 2007 as an encouraging year in our efforts to deliver the best for our shareholders.

Achievement of Targets... The strong financial performance was mainly contributed by revenues from aeronautical services, comprising landing fees (PJP4U), passenger service fees (PJP2U), route charges (PJP), and fees for aviobridge and terminal counter usage. Meanwhile, non-aeronautical revenues represent our challenge for future growth, comprising revenues from space rents, building rents, land rents, commercial concessions, throughput, vehicle park, and advertising space. We are also developing our cargo services as a promising future business opportunity. In terms of financial performance, Angkasa Pura II booked Rp 498.587 billion in net income (audited), slightly below the target set in the Work and Budget Plan (RKA) for 2007 of Rp 506.815 billion.

Reviews... Angkasa Pura II has performed a series of reviews and studies to develop the airports under its management in the Western Indonesia region, which were contained in Company Master Plan for the short, medium and long-term horizons. The Company Master Plans represent a continuing corporate progress plan that is fully compatible with corporate development plans related to the construction of airport facilities and support infrastructures. The reviews were conducted according to professional best practices, where we involve the services of academicians as consultants in performing the surveys, as well as industry practitioners with specialized expertise according to the object of review. With the continuing increase in the

Page 22: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

�0

kaum praktisi yang mengetahui dan menguasi dibidangnya sesuai dengan objek yang akan dikaji. Dengan adanya peningkatan penumpang pesawat udara, Angkasa Pura II melakukan pengembangan bandara melalui pembangunan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, bandara baru Medan, Terminal Bandara Sultan Syarif Kasim II, Terminal Bandara Minangkabau dan peremajaan Bandara Sultan Thaha serta Depati Amir.

Manajemen Risiko...Angkasa Pura II dalam mengelola bandara memiliki risiko-risiko yang besar, untuk mengantisipasi hal tersebut, maka kami telah menerapkan manajemen risiko di perusahaan yang bertujuan untuk meminimalisasi risiko-risiko yang ditimbulkan oleh adanya kecelakaan kerja atau fasilitas-fasilitas bandara yang rentan dengan risiko terjadinya masalah yang menyebabkan kerugian perusahaan yang sangat besar. Untuk meminimalisasi tersebut, kami telah membentuk dalam struktur organisasi perusahaan unit kerja yang membidangi manajemen risiko yaitu Unit Corporate Safety Risk (CSR). CSR telah melakukan pengkajian di wilayah kerja Angkasa Pura II tentang risiko-risiko yang dapat menyebabkan kerugian perusahaan. Dari hasil pengkajian dan analisis yang dilakukan oleh CSR, sebagai tahap awal ditetapkan Sistem Operasi Prosedur (SOP) yang baku dan menjadi pedoman dalam setiap melakukan tugas dan fungsinya setiap unit kerja di lingkungan Angkasa Pura II. Dari tahap awal ini, CSR juga telah merekomendasikan tentang penggunaan kelengkapan kerja khususnya unit operasional sesuai standar internasional dan kami telah merealisasikannya. Kami juga sedang melakukan proses mengansuransikan bandara-bandara di bawah pengelolaan Angkasa Pura II sebagai antisipasi apabila terjadi kebakaran di bandara bahkan pengguna jasa bandara/penumpang apabila terjadi kecelakaan di

number of aircraft passengers, Angkasa Pura II has engaged in several airport development projects, including the construction of Terminal 3 building at Soekarno-Hatta Airport, the new airport at Medan, passenger terminal buildings at Sultan Syarif Kasim II and Minangkabau airports, and the renovation of Sultan Thaha and Depati Amir airports.

Risk Management... In managing its airports, Angkasa Pura II faces considerable risks and thus, in anticipation, we have implemented a risk management system at the company with the purpose of minimizing the risks that may arise due to accidents at the work place or in relation to airport facilities that are vulnerable to breakdowns or problems leading to the possibility of significant financial loss to the company. In order to minimize those risks, we have established a separate work unit within our organizational structure that is responsible for risk management, namely the Corporate Safety Risk (CSR) unit. The CSR unit has conducted a review over the operational areas of Angkasa Pura II regarding risk factors that may have the potential of causing losses to the company. From this review and analysis by the CSR unit, we have established as an initial measure various standardized System Operating Procedure (SOP) that function as a guideline for the work process and function of each work unit at Angkasa Pura II. From these early review stage, the CSR unit has also recommended the use of international standard work equipment especially for operational units, and we have acted on that recommendation. We are also in the process of providing insurance coverage for the airports under the management of Angkasa Pura II against airport fires, and the airport management will also cover the indemnity of passenger or airport users against accidents that occur within the

Laporan DireksiReport from the Board of Directors

Page 23: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

kawasan terminal keberangkatan/kedatangan akan ditanggung oleh pengelola bandara. Kami terus membenahi diri untuk menyongsong hari yang lebih baik dan untuk selalu melindungi perusahaan dari risiko-risiko yang tidak diinginkan bersama dan dapat dipertanggungjawabkan. Atas nama Direksi, kami mengucapkan terima kasih kepada Dewan Komisaris, seluruh karyawan Angkasa Pura II dan semua pihak yang telah mendukung dan menciptakan tahun 2007 sebagai tahun yang menggembirakan bagi Angkasa Pura II. Kami optimis bahwa di tahun yang akan datang menjadi tahun solid bagi kinerja Angkasa Pura II dalam mencapai tujuan perusahaan untuk memberikan nilai tambah kepada pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.

passenger departure/arrival terminals. We will continue to make all necessary preparations with a view towards a brighter future, and strives at all times to condcut our operations in a responsible manner in order to protect the company against all unwanted risk factors.

On behalf of the Board of Directors, we would like to convey our gratitude to the Board of Commissioners, all employees of Angkasa Pura II and all other parties for their support in making 2007 as an encouraging year for Angkasa Pura II. We are fully optimistic that the year ahead will also see a solid performance by Angkasa Pura II in striving towards its objective in providing greater value for the shareholders as well as for the general public.

Edie HaryotoDirektur Utama

President Director

I Gusti Made DhordyDirektur Operasi & Teknik

EVP of Operations & Engineering

S. Tulus PranowoDirektur Komersial & Pengembangan UsahaEVP of Commercial & Business Development

Endang Dwi SuryaniDirektur Personalia & Umum

EVP of Personnel & General Affairs

Tommy SoetomoDirektur Keuangan

EVP of Finance

Page 24: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

��

Profil DireksiBoard of Directors Profiles

EDIE HARYOTODirektur Utama Lahir pada tahun 1952 di Yogyakarta - Jawa Tengah. Lulus S1 Akuntansi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1978 dan S2 Magister Manajemen Institut Teknologi Bandung tahun 2000. Pernah mengikuti pelatihan Indonesia Executive Program. Strategic Management Cause General Electric, Cottonville, USA pada tahun 1995. Pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan PERUMKA tahun 1988 dan Direktur Utama PT KAI tahun 1999. Mulai bergabung dengan Angkasa Pura II sejak tahun 2002 sebagai Direktur Utama dan diangkat kembali tahun 2004 hingga sekarang.

S. TULUS PRANOWODirektur Komersial dan Pengembangan Usaha Lahir pada tahun 1956 di Temanggung - Jawa Tengah. Mulai berkarir di Angkasa Pura II sebagai teknisi radio penerbangan di Bandara Kemayoran setamat dari Pendidikan Dasar Teknik Radio di PLP Curug Tangerang pada tahun 1976. Lulus Manajemen Informatika STMIK Gunadarma Depok tahun 1994 dan Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2005. Pernah mengikuti pelatihan Managemen Eksekutif Bandara Angkatan I tahun 2000. Pernah beberapa kali menjabat diposisi penting sebelum menjadi Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha Angkasa Pura II sejak tahun 2004 hingga sekarang.

TOMMY SOETOMO Direktur Keuangan Lahir pada tahun 1960 di Cimahi – Jawa Barat. Lulus Akutansi Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1986. Pernah bekerja pada beberapa Bank di Indonesia serta mendapatkan penghargaan Superior Performance pada Advance Bank Management Program Asian Institute Of Management Manila pada tahun 1989. Menjabat sebagai Staf Khusus Menteri pada Kementerian Negara BUMN tahun 2005 dan sebagai Direktur Keuangan Angkasa Pura II pada tahun 2006 hingga sekarang.

President Director Born in 1952 in Yogyakarta, Central Java. Graduated with a degree in Accountancy from Gajah Mada University, Yogyakarta, in 1978, and obtained a Master degree in Magister Management from Bandung Institute of technology in 2000. Participated in the Indonesia Executive Program, Strategic management cause, General Electric, Cottonville, USA, in 1995. Previously served as Director of Finance of PERUMKA in 1988 and President Director of PT KAI in 1999. Joined Angkasa Pura II in 2002 as President Director, and re-appointed in 2004 up to the present.

EVP, Commercial and Business DevelopmentBorn in 1956 in Temanggung, Central Java. Started his career at PT (Persero) Angkasa Pura II as flight radio technician at Kemayoran Airport, after finishing Basic Training in Radio Engineering at PLP Curug Tangerang in 1976. Graduated with a degree in Informatics Management from STMIK Gunadarma Depok in 1994 and a degree in Magister Management from Gajah Mada University, Yogyakarta, in 2005. Participated in Airport Executive Management training Batch I in 2000. Served in various important positions before appointed as EVP Commercial and Business development, Angkasa Pura II, since 2004 up to the present.

EVP FinanceBorn in 1960 in Cimahi, West Java. Graduated with a degree in Accountancy from Padjadjaran University, Bandung, in 1986. Previously worked with several banks in Indonesia, and awarded Superior Performance at Advance Bank Management Program, Asian Institute of Management, Manila, in 1986. Served as Special Staf of the Minister at the State Ministry of State Enterprises in 2005, and appointed as EVP Finance of Angkasa Pura II in 2006 up to the present.

Page 25: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

I GUSTI MADE DHORDY Direktur Operasi dan TeknikLahir pada tahun 1948 di Blayu – Bali. Lulus Sarjana Sastra Inggris Universitas Udayana Bali pada tahun 1986. Pernah beberapa kali menjabat posisi penting di Angkasa Pura I dan sebagai Kepala Cabang Bandara Ngurah Rai, Bali selama 4 tahun sebelum memegang posisi kunci di Angkasa Pura II sebagai Direktur Operasi dan Teknik pada tahun 2004.

ENDANG DWI SURYANIDirektur Personalia dan Umum Lahir pada tahun 1957 di Batang – Jawa Tengah. Memulai karir di Angkasa Pura II sebagai Petugas Information di Bandara Halim Perdanakusuma pada tahun 1978. Lulus Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Jakarta pada tahun 1986 dan Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta lulus tahun 2005. Pernah mengikuti pelatihan Airport Management Course di Schiphol Airport Belanda tahun 1991 dan Pelatihan Eksekutif Manajemen Bandara pada tahun 2001. Sebelum menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Pengembangan SDM, pernah menduduki beberapa jabatan pada Unit Hukum dari tahun 1986 sampai dengan 1999, menjadi Kepala Sub Direktorat Pengembangan SDM pada tahun 1999 selama 4 tahun sebelum memegang posisi kunci di Angkasa Pura II sebagai Direktur Personalia dan Umum pada tahun 2004 hingga sekarang.

EVP Operations and EngineeringBorn in 1948 in Blayu, Bali. Graduated with a degree in English Literature from Udayana University, bali, in 1986. Previously has served in several position at Angkasa Pura I and as Head of Ngurah Rai Airport, Bali, for 4 years, before appointed as EVP Operations and Engineering of Angkasa Pura II in 2004.

EVP Personnel and General AffairsBorn in 1957 in Batang, Central Java. Started his career in Angkasa Pura II as Information Officer at Halim Perdanakusuma Airport in 1978. Graduated with a degree in Law from Muhamadiyah University, Jakarta, in 1986, and a degree in Magister Management from Gajah Mada University in 2005. Participated in Airport Management Course at Schiphol Airport Netherland, in 1991 and Airport Executive Management Course in 2001. Before appointed as Head of HRD Sub Directorate served many positions in Legal Affairs from 1986 until 1999, served as Head of HRD Sub Directorate in 1999 for 4 years, before appointed a key position at Angkasa Pura II as EVP Personnel and General Affairs in 2004 up to the present.

Page 26: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

��

Our ServicesJasa Aeronautika • Aeronautical ServicesJasa Non-Aeronautika • Non-Aeronautical Services

Page 27: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

Page 28: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

��

The provision of air traffic services represents a core business as well as main revenue contributor at Angkasa Pura II as an Air Navigation Service Provider (ANSP) company. In conducting these activities, Angkasa Pura II strives at all times to improve the quality of its services in terms of service facilities, work procedures or personnel capabilities, towards the achievement of its intended mission in the provision of air traffic services with an emphasis on flight safety and customer satisfaction.

According to the Airspace Structure Master Plan, the Flight Information Region (FIR) in Indonesia has been restructured from four FIRs into two FIRs, namely Jakarta FIR and Ujung Pandang FIR. As a consequence of this airspace restructuring, the Area Control Center (ACC) at Medan has been moved to Jakarta. ACC operations at Medan have gradually been shifted to Jakarta, beginning with Upper Medan East and then followed by the Upper Medan West airspace. The shift in airspace control operations was conducted in stages involving a trial operation, shadow operation and full operation.

Pelayanan lalu lintas udara adalah salah satu bisnis utama dan merupakan pendapatan terbesar Angkasa Pura II, dalam melaksanakan aktivitasnya tersebut, Angkasa Pura II sebagai Air Navigation Service Provider (ANSP) senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya baik dari fasilitas, prosedur kerja maupun kemampuan personil, sehingga mampu melaksanakan misinya untuk mengelola jasa pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan. Sesuai dengan Airspace Structure Master Plan bahwa Flight Information Region (FIR) di Indonesia berubah dari 4 (empat) menjadi 2 (dua) yaitu Jakarta FIR dan Ujung Pandang FIR. Dampak dari restrukturisasi ruang udara ini adalah pemindahan Area Control Centre (ACC) Medan ke Jakarta; dengan demikian maka Medan yang tadinya mempunyai status sebagai Centre secara bertahap dialihkan ke Jakarta; dimulai dengan pemindahan Upper Medan East dan kemudian Upper Medan West; beberapa tahapan yang dilalui adalah trial operation, shadow operation dan full operation.

Jasa AeronautikaAeronautical Services

Page 29: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

As of 17 August 2007, all the stages in the transfer of Medan ACC to Jakarta ACC have been completed. Since that date, all air traffic in the West Indonesia airspace region are controlled by the Jakarta ACC that provides air traffic services for aircrafts flying between 24,500 feet to 46,000 feet altitude. The consolidation of Medan ACC operations into the Jakarta ACC has given a positive impact in terms of more effective and efficient service and coordination among and between the various ACCs, resulting in a higher level of flight safety. Airlines also benefit from significant savings in operations costs by maintaining a constant economical flying altitude throughout the route. The changes in the upper airspace region structure also affected the structure of the lower airspace region over Medan and Banda Aceh. Accordingly, the air traffic service capability at Banda Aceh that previously only provides Aerodrome Services will be upgraded to provide Approach Control Service for the movement of air traffic from the ground level up to 15,000 feet flight altitude.

Pada tanggal 17 Agustus 2007 seluruh tahapan perpindahan Medan ACC ke Jakarta ACC telah selesai. Dengan demikian seluruh pengendalian lalu lintas udara di wilayah Indonesia bagian Barat dikendalikan oleh ACC Jakarta yang memberikan pelayanan lalu lintas udara dari ketinggian 24.500 feet sampai dengan 46.000 feet. Dampak positif dari bergabungnya Medan ACC ke Jakarta ACC adalah peningkatan pelayanan dan koordinasi inter dan antar ACC dapat lebih efektif dan efisien, sehingga keselamatan penerbangan (flight safety) lebih terjamin dan bagi perusahaan penerbangan terjadi penghematan biaya operasional yang signifikan karena mendapatkan jaminan ketinggian ekonomis dalam penerbangannya. Perubahan struktur ruang udara lapis atas ini juga akan berdampak pada struktur ruang udara lapis bawah di Medan dan Banda Aceh. Untuk itu, di Banda Aceh yang tadinya hanya menangani Aerodrome Service, akan ditingkatkan menjadi Approach Control Service yang memberikan pelayanan lalu lintas udara dari ground sampai dengan ketinggian 15.000 feet.

Page 30: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

��

Jasa AeronautikaAeronautical Services

To improve services and to optimize the use of airspaces, Angkasa Pura II has collaborated with LAPI ITB to install a Radar Data Processing System (RDPS) at Polonia Airport, Medan, which is currently has reached the trial operation stage. A similar undertaking was also implemented at Sultan Mahmud Badaruddin Airport at Palembang with the installation of an RDPS and a Flight Data Processing System (FDPS). Angkasa Pura II made these significant investments in support of its mission to provide air traffic services with an emphasis on flight safety and customer satisfaction.

In addition, the year 2007 also saw the opening of new air routes, namely the L 896 and L 897 routes that are known as flexible tracks, serving as transition routes connecting Australia and Europe. These routes take advantage of the natural phenomena of jet stream tunnel providing tail wind for aircrafts. Among airlines that have used these routes are Qantas Airways and Uni Arab Emirate Airlines. At present there are four flights per week, with revenues from Route Charges amounting to US$ 2,000 per flight, or a total Route Charges revenue of Rp 3,744,000,000 a year from these routes.

Untuk meningkatkan pelayanan dan optimalisasi ruang udara, Angkasa Pura II bekerja sama denga LAPI ITB memasang RDPS (Radar Data Processing System) di Bandara Polonia Medan yang sekarang dalam tahapan trial operation. Hal serupa juga dilakukan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang yaitu pemasangan FDPS (Flight Data Processing System) dan RDPS. Investasi besar ini dilakukan Angkasa Pura II untuk mampu melaksanakan misinya sebagai pengelola jasa pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan.

Selain dari pada itu, di tahun 2007 ini telah dibuka rute baru yaitu L 896 dan L 897 yang dikenal dengan flexible track sebagai rute transisi yang menghubungkan Australia dan Eropa. Rute ini memanfaatkan fenomena alam sebagai jet stream tunnel/tail wind (angin buritan). Beberapa perusahaan penerbangan yang sudah menggunakan fasilitas rute ini adalah Qantas Airways dan Uni Arab Emirate Airlines. Frekuensi penerbangan saat ini adalah empat kali seminggu dan pendapatan PJP (Pelayanan Jasa Penerbangan) untuk setiap penerbangan adalah US$ 2.000 dengan demikian dalam setahun dapat menghasilkan pendapatan PJP sebesar Rp 3.744.000.000,-.

Page 31: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

��

To comply with ICAO requirements concerning a mandatory English language proficiency of Minimum Operational Rating Scale (Level 4) for Air Traffic Control (ATC) personnel and commercial pilots by the year 2008, Angkasa Pura II as an ANSP has collaborated with the Training and Education Center for Air Transportation of the Ministry of transportation to conduct a mapping test and training in ICAO English Proficiency for 386 ATC personnel. The mapping test was conducted to evaluate the level of English communication proficiency as the standard language in global air traffic and safety services. ATC personnel that have not achieved the level 4 minimum requirement are obligated to take the training for ICAO English Proficiency in order to improve their English language ability, and especially in plain language English, that represents a vital requirement in order to communicate with domestic as well as overseas airline pilots.

Dalam rangka memenuhi persyaratan ICAO tentang English Proficiency bagi personil ATC dan Pilot yang diwajibkan mempunyai Minimal Operational Rating Scale (Level 4) tahun 2008, Angkasa Pura II sebagai Air Navigation Service Provider (ANSP) bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan Udara Departemen Perhubungan melaksanakan Mapping Test serta Training ICAO English Proficiency yang diikuti oleh 386 orang ATC. Mapping Test diselengarakan untuk mengetahui tingkat kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang merupakan bahasa baku dalam pelayanan keselamatan penerbangan. Bagi personil yang belum mencapai minimal level 4 maka diwajibkan untuk mengikuti Training ICAO English Proficiency, untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris bagi personil ATC terutama plain language sangat mutlak dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan para pilot domestik maupun internasional.

Page 32: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

30

AIRLINE PASSENGER SERVICES During 2007, the average numbers of domestic and international passengers at the 12 airports under the management of Angkasa Pura II have increased by 9.5% and 3%, respectively, over the levels in 2006. This is in line with the development of the so-called low cost carriers that has induced users of other transportation modes to switch to air transportation, which in turn resulted in the congestion of passenger terminals at airports, especially during peak seasons such as at the Idul Fitri, Christmas, and New Year holidays.

In anticipation, and following the operation of the new passenger terminal at Sultan Mahmud Badaruddin II Airport, a new passenger terminal was also built in 2007 at the Sultan Iskandarmuda Airport. At the Soekarno-Hatta Airport, the construction of the Terminal 3 building, with a planned capacity to handle 4 million passengers in a year, has been accelerated to reduce the current congestion at the Terminal 1 building. Meanwhile, development of a new airport for Medan at Kualanamu that will replace the present Polonia Airport has also begun.

The quite significant increase in numbers of passenger also impacted on greater demand for improved passenger services at airports. Among some of the measures taken by Angkasa Pura II were the implementation of the common use check-in counter system that enables check-in counters to be used by airlines alternately to reduce passenger queue at check-in time, changes in location of passenger entry gateways, and additional X-ray

PELAYANAN JASA PENUMPANG PESAWAT UDARASelama tahun 2007, rata-rata jumlah penumpang domestik dan internasional di 12 bandara yang dikelola Angkasa Pura II meningkat masing-masing sebesar 9,5% dan 3% dibanding dengan tahun 2006. Hal ini seiring dengan berkembangnya perusahaan penerbangan dengan konsep low cost carrier yang mendorong beralihnya pengguna moda transportasi lain ke moda transportasi udara, sehingga menyebabkan timbulnya kepadatan di terminal penumpang, terutama pada saat peak season, seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, menyusul pengoperasian terminal baru Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, pada tahun 2007 telah dibangun terminal baru di Bandara Sultan Iskandarmuda. Sementara di Bandara Soekarno-Hatta, telah dilakukan percepatan pembangunan Terminal 3 yang direncanakan dapat menampung sebanyak 4 juta penumpang dalam setahun, untuk mengurangi tingkat kepadatan di Terminal 1. Sementara itu, proses pembangunan bandara Medan baru Kualanamu sebagai pengganti Bandara Polonia sudah dimulai.

Kenaikan jumlah penumpang yang cukup besar ini juga menuntut adanya peningkatan pelayanan, khususnya kepada para penumpang pesawat udara. Beberapa hal yang telah dilakukan Angkasa Pura II dalam meningkatkan kualitas pelayanan, diantaranya adalah pemberlakuan sistem common use check-in counter, yang memungkinkan penggunaan fasilitas

Jasa Non-AeronautikaNon-Aeronautical Services

Page 33: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

31

equipment or screening check points to reduce lengthy queue lines at passenger entry gateways. The use of the barcode system in the PSC (passenger service charge) verification process has also been implemented at several of the airports under its management. Angkasa Pura II has also added new facilities as well as rehabilitated some of the existing facilities at its airports, including public lavatories, gardens, terminal galleries, praying rooms, and interior renovation of passenger terminal buildings.

The accuracy of data and the speed with which airport users can have access to passenger and flight information is absolutely essential. Accordingly, in order to improve services to flight passengers, Angkasa Pura II in 2007 has implemented a new flight information system at the Soekarno-Hatta Airport. Replacing the old CIS (Centralized Information System), the newer FIS (Flight Information System) is intended to provide improved access for passengers or prospective passengers to information regarding flight schedules and location of flight terminals of the various airlines. The new information system is expected to help improve the operational performance of the airport for the benefit of prospective airline passengers.

At the Soekarno-Hatta Airport, Angkasa Pura II provides several options of integrated transportation mode for airline passengers who wish to continue their journey using land transportation. In addition, the vehicle driving lanes in front of terminal lobbies have also been increased to reduce vehicle traffic congestion.

check-in counter secara bergantian oleh perusahaan penerbangan sehingga dapat mengurangi antrian penumpang pada saat check-in, perubahan pintu masuk dan penambahan jumlah X-Ray (screening check point) sebagai upaya untuk mengurangi panjang antrian di pintu masuk. Penggunaan barcode dalam proses verifikasi PSC (passenger service charges) juga telah diberlakukan di beberapa bandara yang dikelola. Angkasa Pura II juga telah melakukan peremajaan dan penambahan beberapa fasilitas di bandara, diantaranya toilet, taman, selasar terminal, musholla serta perbaikan interior bangunan terminal.

Akurasi data dan kecepatan dalam pemberian layanan informasi kepada para pengguna jasa bandara merupakan hal yang mutlak diperlukan. Karenanya, dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para calon penumpang, pada tahun 2007 Angkasa Pura II telah mengganti sistem informasi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta dari sistem lama CIS (Centralized Information System) ke sistem yang lebih baru FIS (Flight Information System) yang dapat membantu penumpang maupun calon penumpang untuk memperoleh informasi tentang jadwal penerbangan dan lokasi terminal dari penerbangan yang digunakan. Diharapkan sistem yang baru ini dapat meningkatkan kinerja operasional bandara sehingga para calon penumpang pesawat udara dapat merasakan manfaatnya.

Di Bandara Soekarno-Hatta, Angkasa Pura II menyediakan beberapa pilihan jasa angkutan pemadu moda, bagi para penumpang yang ingin

Page 34: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

32

The year 2007 also saw the introduction of airline ticket purchase through ATM (the result of a cooperation between domestic airlines and a State-owned bank), using the receipt from the ATM transaction for passenger check-in process.

HAJJ FLIGHT SERVICES The Hajj Pilgrimage is one of the religious obligations for Moslem adherents all over the world. In Indonesia, tens of thousands of hajj pilgrims make the journey to the Holy Land at Mecca during the pilgrimage season each year, using air transportation embarking from several airports that have been specially designated for such purpose. In 2007, Angkasa Pura II conducted hajj pilgrim embarkation and disembarkation services through the Sultan Iskandarmuda, Polonia, Minangkabau, Sultan Mahmud Badaruddin II, and the Soekarno-Hatta airports. The hajj pilgrim embarkation and disembarkation service in 2007 was conducted twice, owing to the fact that the hajj season for the year 1427 H (Islamic calendar) occurred early in 2007, while the season for 1428 H occurred at the end of 2007. For hajj flights in the 1427 H season, a total of 84,489 hajj pilgrims were embarked in 206 flight-groups from airports under the management of Angkasa Pura II. Meanwhile, in the 1428 H hajj season, the numbers embarked did not differ much, namely 84,800 pilgrims in 2006 flight-groups. The number of hajj pilgrims from Indonesia each season is previously determined according to the yearly quota allocated to the country.

INDONESIA MIGRANT WORKERS SERVICEExcept for the Soekarno-Hatta Airport, activities for embarkation and disembarkation of Indonesia Migrant Workers (TKI) at the other airports were relatively trouble-free due to the small numbers of TKI. At the Soekarno-Hatta Airport, however, hundreds of TKI passed through every day, which obviously causes problems that require specific handling procedures in order to satisfy the different needs of the various parties involved, including the TKIs themselves, their family members, as well as various other parties that benefited from the TKI as a source of income. Accordingly, Angkasa Pura II has built a new building within the airport’s area, with improved facilities and greater comfort, dedicated to the processing of TKI. All activities related to the embarkation and disembarkation of TKI through the Soekarno-Hatta Airport has been centralized in the new building.

AIRPORT SECURITY SERVICESIn order to create safe, secure and smooth flight operations, airport security is a vital aspect.

melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan transportasi darat. Selain itu juga dilakukan penambahan jalur kendaraan di depan lobby terminal guna mengurangi kepadatan arus lalu-lintas.

Pada tahun 2007 juga telah diperkenalkan pembelian tiket pesawat melalui ATM (hasil kerjasama maskapai penerbangan domestik dengan sebuah Bank Pemerintah) yang struknya dapat digunakan untuk proses check-in.

PELAYANAN PENERBANGAN HAJIIbadah Haji merupakan salah satu kewajiban bagi para pemeluk agama Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, setiap tahun puluhan ribu jemaah calon haji berangkat ke Tanah Suci Mekah pada musim haji dengan menggunakan sarana transportasi udara melalui beberapa bandara yang khusus ditunjuk untuk keperluan tersebut. Pada tahun 2007, Angkasa Pura II melakukan pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji melalui Bandara Sultan Iskandarmuda, Polonia, Minangkabau, Sultan Mahmud Badaruddin II dan Soekarno-Hatta. Pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji pada tahun 2007 telah dilaksanakan selama dua kali, mengingat bahwa musim haji tahun 1427 H jatuh pada awal tahun 2007 dan musim haji tahun 1428 H jatuh pada akhir tahun 2007. Untuk penerbangan haji tahun 1427 H, jumlah jemaah yang berangkat dari bandara yang dikelola Angkasa Pura II sebanyak 84.489 orang yang terdiri dari 206 kelompok terbang (kloter). Sementara pada penerbangan haji tahun 1428 H, jumlah jemaah yang diberangkatkan tidak terlalu berbeda, yaitu 84.800 orang dengan 206 kelompok terbang. Hal ini terjadi mengingat alokasi quota jemaah haji Indonesia memang telah ditetapkan sebelumnya.

PELAYANAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)Kegiatan pemberangkatan dan pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di bandara-bandara selain Soekarno-Hatta, relatif berjalan lancar dan terkendali karena jumlahnya sangat sedikit. Lain halnya dengan di Bandara Soekarno-Hatta, setiap hari terdapat ratusan TKI yang datang dan pergi. Jumlah TKI yang banyak tersebut tentunya menimbulkan permasalahan tersendiri dan memerlukan penanganan khusus yang dapat memuaskan seluruh pihak, baik bagi para TKI itu sendiri, keluarganya maupun pihak-pihak lain yang selama ini memanfaatkan keberadaan TKI sebagai sumber mata pencaharian. Untuk maksud tersebut, Angkasa Pura II telah membangun gedung pendataan TKI yang baru yang lokasinya masih di area bandara, dengan fasilitas yang lebih baik dan nyaman. Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan

Jasa Non-AeronautikaNon-Aeronautical Services

Page 35: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

33

Angkasa Pura II maintains various safety and security facilities and devices at its airports in order to ensure safe, secure and smooth flight operations. These facilities include X-ray machines, walk-through metal detectors, bomb blankets, handheld metal detectors, CCTV (close-circuit television), and others. In addition, on international flights, there are limitations on passenger cabin baggage containing liquids, aerosol or gel, thus ensuring that none of those items is carried by passengers into the aircraft cabin and used as a weapon that can endanger the safety of the flight.

As regulated by the ICAO (international Civil Aviation Organization) Annex-17 on Security and Document 8973 on Security manual for Safeguarding Civil Aviation Against Acts of Unlawful Interference, Angkasa Pura II strives to maintain a maximum safety and security system at its airports, with adequate equipment and procedures that ensure a safe, secure and smooth flight operations. The regulations also stipulate that all passengers, baggage and cargo carried by the aircraft should be sterilized, that is, kept free from containing items that can endanger the safety of the flight.

Each flight activity starts and ends at an airport; hence, the security of the airport is an absolute prerequisite towards flight safety. In the provision of airport security services, Angkasa Pura II applies the established national as well as international standards in airport security methods, systems and procedures. In addition, Angkasa Pura II also collaborates with the Armed Forces and the National Police as well as other related security agencies in order to achieve optimum performance of airport security services. Continuing improvement in personnel capability and skills, as well as improvement to security equipment and procedures, is carried out regularly from time to time, in anticipation of various forms of threats or disturbances to airport security that may affect the safety of flight operations. In this way, airport service users can conduct their activities safely and comfortably.

FLIGHT ACCIDENT & FIRE FIGHTING SERVICEIn anticipation of an accident involving aircrafts at an airport, Angkasa Pura II provides a Flight Accident & Fire Fighting (PKP-PK) service. The capability of the PKP-PK service, in terms of equipment and personnel, is suited to the particular requirement of each airport category as defined in the prevailing regulations.

keberangkatan dan kedatangan TKI melalui Bandara Soekarno-Hatta dipusatkan di gedung baru ini.

PELAYANAN PENGAMANAN BANDARAUntuk mewujudkan terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran operasional penerbangan, diperlukan kondisi bandara yang aman dan kondusif.

Angkasa Pura II telah menyediakan berbagai fasilitas keamanan dan pengamanan di bandara guna menjamin terselenggaranya kegiatan operasional penerbangan yang aman, selamat dan lancar, diantaranya adalah mesin X-Ray, Walk Through Metal Detector, Handheld Metal Detector, Bomb Blanket, CCTV dan lain-lain. Di samping itu, untuk penerbangan internasional diberlakukan pembatasan terhadap barang-barang bawaan penumpang yang mengandung cairan, aerosol dan gel. Pembatasan tersebut dimaksudkan untuk memastikan agar barang-barang penumpang tersebut tidak terbawa masuk ke dalam cabin dan digunakan sebagai senjata untuk mengancam keselamatan penerbangan.

Sistem keamanan dan pengamanan yang diberlakukan di bandara adalah sebagaimana yang diatur oleh ICAO dalam Annex-17 tentang Security dan Document-8973 tentang Security Manual for Safeguarding Civil Aviation Against Acts of Unlawful Interference, bahwa sistem keamanan dan pengamanan di bandara harus dilakukan secara maksimal, dengan menggunakan peralatan dan prosedur yang memadai agar dapat menjamin keselamatan dan kelancaran penerbangan. Selain itu juga diatur bahwa seluruh penumpang, bagasi dan kargo yang akan diangkut pesawat udara, harus dapat dipastikan steril dan bebas dari terangkutnya barang-barang dan hal lainnya yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan.

Kegiatan penerbangan selalu dimulai dan diakhiri di bandara, sehingga kondisi bandara yang aman merupakan salah satu persyaratan mutlak guna terwujudnya keselamatan penerbangan. Dalam melaksanakan pelayanan pengamanan bandara, Angkasa Pura II menggunakan metoda, sistem dan prosedur pengamanan sesuai standar yang telah ditentukan, baik nasional maupun internasional. Di samping itu, juga dilakukan kerjasama dengan TNI dan Polri serta instansi pengamanan lainnya yang terkait guna lebih memaksimalkan kinerja pengamanan di bandara. Peningkatan kemampuan dan keterampilan personil, serta perbaikan dan penyempurnaan terhadap peralatan dan prosedur pengamanan yang digunakan, secara berkala selalu ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan sebagai

Page 36: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

34

Once a year, the Flight Safety Directorate conducts an audit on the readiness status, the capability and reliability of PKP-PK service at all airports under the management of Angkasa Pura II. Equipment and facilities as well as personnel and operating procedures used in PKP-PK are improved from time to time to ensure fulfillment to the required response time requirement in flight accident and fire fighting at the airports.

EMERGENCY PROCEDURESAn accident involving an aircraft is something that nobody wants. But if it should happen in the airport, Angkasa Pura II is ready in anticipation to provide help in getting the passengers to safety while also avoiding further losses that may resulted from such an accident.

During 2007, Angkasa Pura II conducted four full-scale emergency exercises, at Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusumah, Supadio and Sultan Iskandarmuda airports, respectively. Aside from fulfilling regulations, those exercises were also intended as a way to measure the state of readiness in terms of personnel, equipment, and operating procedures as well as the state of coordination between the various work units and related agencies or institutions that are involved in handling a real emergency situation at the airport. All of the available resources at the airport and outside the airport, especially those that are part of the Airport Emergency Committee, take an active participation in each airport emergency exercise that is conducted once every two years. The emergency scenario used in the exercises varies each time according to the current threat condition. In general, however, each airport emergency exercise scenario always involves a simulated explosion and aircraft accident that requires aircraft accident and fire fighting handling capabilities. The airport emergency exercise thus will reveal the capability of an airport in anticipating and handling an emergency situation that might occur at the airport.

CARGO SERVICES Airport support services are services provided in the passenger terminals of airports, such as commercial facilities and cargo services.

The provision of commercial facilities in the passenger terminals is undertaken in cooperation with business partners who have long experience in those commercial activities. In line with increasing numbers of airport service users, Angkasa Pura II has reorganized the commercial facilities inside

bentuk antisipasi terhadap setiap bentuk ancaman dan ganggungan keamanan di bandara yang pada akhirnya dapat mengganggu keselamatan dan kelancaran penerbangan. Dengan demikian, diharapkan para penguna jasa bandara dapat melakukan aktivitasnya secara aman dan nyaman.

PELAYANAN PKP-PKUntuk mengantisipasi adanya kecelakaan pesawat udara di bandara, Angkasa Pura II menyediakan pelayanan PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran) yang kemampuannya, baik personil maupun peralatannya, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kategori bandara sebagaimana dipersyaratkan.

Setahun sekali Direktorat Keselamatan Penerbangan melakukan audit terhadap kesiapan, kehandalan dan kemampuan PKP-PK di seluruh bandara yang dikelola Angkasa Pura II. Audit ini dilakukan untuk memastikan kesesuaian antara kondisi di lapangan dengan ketentuan yang dipersyaratkan. Kelengkapan fasilitas, personil dan prosedur operasi yang digunakan dalam pelayanan PKP-PK secara bertahap selalu ditingkatkan guna menjamin terpenuhinya response time yang telah ditentukan dalam rangka pertolongan kecelakaan pesawat udara di bandara.

PELAYANAN PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT Kecelakaan pesawat udara adalah hal sama sekali tidak kita inginkan. Namun jika ini harus terjadi di bandara, maka Angkasa Pura II telah siap mengantisipasi dan memberikan pertolongan guna menyelamatkan para penumpang, sekaligus menghindari kerugian yang lebih besar sebagai dampak dari suatu kecelakaan.

Selama tahun 2007, Angkasa Pura II telah meng-adakan latihan Penanggulangan Gawat Darurat (PGD) dengan skala besar (full scale emergency exercise) sebanyak empat kali, yaitu di Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Supadio dan Sultan Iskandarmuda. Latihan ini, selain untuk memenuhi ketentuan, juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesiapan, baik personil, peralatan, maupun prosedur yang digunakan serta koordinasi antar unit kerja dan dengan instansi terkait, yang diperlukan jika kondisi gawat darurat benar-benar terjadi di bandara. Seluruh potensi yang berada di dalam bandara maupun luar bandara, khususnya yang tergabung dalam Airport Emergency Committee, turut berperan aktif dalam setiap latihan PGD yang dilakukan setiap dua tahun sekali. Skenario latihan yang digunakan dalam latihan PGD, selalu berubah disesuaikan dengan

Jasa Non-AeronautikaNon-Aeronautical Services

Page 37: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

35

its passenger terminals in order to maximize the benefits to airport users without compromising the quality of services provided to airline passengers.

Since 2005, Angkasa Pura II started in earnest to improve the cargo services at airports under its management. The end of 2006 marked an important milestone for cargo services at the Soekarno-Hatta Airport. Beginning in 1 January 2007, Angkasa Pura II has started to implement a cargo inspection service for air cargoes departing from the Soekarno-Hatta Airport. The cargo inspection is intended to ensure the proper implementation of the duties and responsibilities of Angkasa Pura II as an airport management company that should strive towards achieving safe and secure flight services and smooth airport operations.

Since the handling of cargo service operations were undertaken by Angkasa Pura II, there have been some improvement in security and services at the cargo areas. This has impacted on increased volume of cargoes that went through airports under the management of Angkasa Pura II. In 2007, cargo movements at the 12 airports of Angkasa Pura II amounted to 455,482 tons, an increase of 1.7% compared to the volume in 2006. To prevent the dispatch of dangerous goods into the aircraft, in 2007 Angkasa Pura II has equipped almost all of its cargo warehouses with X-ray machines complete with certified operators that have been adequately trained in aspects of aviation security.

tren ancaman pada saat itu. Tetapi pada umumnya, pada setiap skenario latihan selalu terdapat simulasi ledakan dan kecelakaan pesawat yang memerlukan pelayanan PKP-PK. Dari latihan PGD tersebut akan terlihat kemampuan bandara dalam mengantisipasi dan memberikan pertolongan jika terjadi kondisi gawat darurat di bandara.

PELAYANAN KARGOPelayanan penunjang bandara dilakukan di dalam terminal penumpang, seperti penyediaan fasilitas komersial dan pelayanan kargo.

Pelayanan jasa penyediaan fasilitas komersial di dalam terminal dilakukan dengan bekerjasama dengan mitra usaha yang telah memiliki pengalaman dalam melakukan kegiatan tersebut. Dengan semakin meningkatnya pengguna jasa bandara, Angkasa Pura II melakukan penataan fasilitas komersial di dalam terminal sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal tanpa mengurangi pelayanan yang diberikan kepada penumpang pesawat udara.

Sejak tahun 2005, pelayanan kargo di bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura II mulai dibenahi. Akhir tahun 2006, merupakan momentum Angkasa Pura II untuk melaksanakan pelayanan kargo di Bandara Soekarno-Hatta. Mulai tanggal 1 Januari 2007, Angkasa Pura II melakukan pelayanan pemeriksaan kargo yang akan diberangkatkan melalui Bandara Soekarno-Hatta. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya tugas dan tanggung jawab Angkasa Pura II sebagai pengelola bandara yang bertugas untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan serta kelancaran dalam pelayanannya.

Setelah penanganan kegiatan operasional kargo dilakukan oleh Angkasa Pura II, terlihat adanya peningkatan pelayanan dan keamanan di area pergudangan kargo. Hal ini telah memacu peningkatan volume arus barang melalui bandara yang dikelola Angkasa Pura II. Pada tahun 2007, jumlah kargo yang melewati 12 bandara Angkasa Pura II adalah sebanyak 455.482 ton, atau naik 1,7% jika dibandingkan tahun 2006. Untuk mencegah terangkutnya barang-barang berbahaya (dangerous goods) masuk ke dalam pesawat, maka pada tahun 2007 hampir seluruh gudang kargo Angkasa Pura II telah dilengkapi dengan mesin X-Ray lengkap dengan personilnya yang telah bersertifikat dan memiliki pelatihan di bidang pengamanan penerbangan (aviation security).

Page 38: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

36

Pengembangan Usaha • Business DevelopmentSumber Daya Manusia • Human ResourcesTanggung Jawab Sosial Perusahaan • Corporate Social Responsibility

Operational Review

Page 39: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

37

Page 40: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

38

AIRPORT DEVELOPMENT

Airport development undertaking in 2007 was focused on airport capacity expansion in order to ensure the best in services for passengers and airport users. These activities include the enlargement of passenger terminals as well as the construction of new airport to replace existing airports that are deemed no longer adequate in terms of operational facilities or handling capacity. In addition to large-scale projects in airport development, Angkasa Pura II also engaged in facility improvement at existing airports through routine maintenance, repair or refurbishment activities.

CONSTRUCTION OF TERMINAL 3 AT SOEKARNO-HATTA AIRPORT Terminal 1 and Terminal 2 at Soekarno-Hatta Airport had been designed by ADP (Aeroport de Paris) with a combined designed capacity of 18 million passengers a year, while passenger throughput in 2007 has reached approximately 31.5 million, necessitating the development of Terminal 3 at the airport.

The plan is to build Terminal 3 east of the Terminal 2 building, along the concept of a low-cost airline terminal. The new terminal building will have 5 piers, each capable of handling 4 million passengers a year, giving Terminal 3 a total handling capacity of 20 million passengers per year. A linking gallery will be build connecting the Terminal 2 and Terminal 3 buildings. When the construction of Terminal 3

PENGEMBANGAN BANDARA

Pada tahun 2007 pengembangan bandara difokuskan untuk meningkatkan kapasitas bandara demi tercapainya pelayanan terbaik bagi para penumpang. Pengembangan tersebut dilakukan dengan memperluas area terminal dan pembangunan bandara di lokasi yang baru sebagai pengganti bandara yang dianggap sudah tidak laik dari sisi operasional maupun kapasitas. Di samping pengembangan bandara yang berskala besar, dilakukan pula peningkatan kondisi fasilitas bandara-bandara yang ada dengan melakukan perawatan, perbaikan, atau peremajaan yang bersifat rutin.

PEMBANGUNAN TERMINAL 3 BANDARA SOEKARNO-HATTA Kapasitas Terminal 1 dan 2 menurut ADP (Aeroport de Paris) sebagai perencana dan perancang Bandara Soekarno-Hatta pada awalnya adalah 18 juta penumpang per tahun, sedangkan kondisi penumpang pada tahun 2007 telah mencapai sekitar 31,5 juta penumpang. Hal ini memerlukan langkah antisipasi berupa pembangunan Terminal 3.

Terminal 3 direncanakan dibangun di sebelah timur Terminal 2 dengan konsep low cost terminal. Terminal terdiri dari 5 pier dengan kapasitas masing-masing pier adalah 4 juta penumpang per tahun sehingga Terminal 3 memiliki kapasitas total 20 juta penumpang per tahun. Di samping itu antara Terminal 2 dan Terminal 3 akan dibangun Linking Galery yang menghubungkan keduanya. Dengan demikian total kapasitas

Pengembangan UsahaBusiness Development

Page 41: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

39

building is entirely completed, the Soekarno-Hatta Airport will have a total handling capacity of 38 million passengers per year.

The development of Terminal 3 building started with the construction of Pier 1 that began in early 2007 and is scheduled to be fully operational in the year 2009.

CONSTRUCTION OF NEW AIRPORT FOR MEDAN Conditions at the Polonia Airport at Medan, in terms of capacity, facilities as well as its location in the middle of the city, have justified the decision to move the airport to a new location. In 2007, construction of the new Medan airport has commenced, with a planned operational date in 2009. The new airport of Medan is located at Deli Serdang Regency in the Province of North Sumatera.

DEVELOPMENT OF SULTAN ISKANDARMUDA AIRPORT The development of Sultan Iskandarmuda Airport at Banda Aceh was started in 2005 to expand the capacity and services provided at the airport. The project is a joint undertaking of Angkasa Pura II and the Provincial Government of Nanggroe Aceh Darussalam. Angkasa Pura II conducts the construction of terminal building and part of the ground facilities, while the Provincial Government conducts land clearing, development of air facilities, and part of the ground facilities. The project involves the relocation of the existing passenger terminal and airport support facilities, runway

penumpang Bandara Soekarno-Hatta akan menjadi 38 juta penumpang per tahun, apabila Terminal 3 selesai dibangun secara keseluruhan.

Sebagai langkah awal pembangunan Terminal 3 adalah pembangunan Pier 1 yang mulai dikerjakan pada awal tahun 2007 dan akan beroperasi pada tahun 2009.

PEMBANGUNAN BANDARA BARU MEDANKondisi Bandara Polonia – Medan, baik dari segi kapasitas, kondisi fasilitas, dan lokasinya yang berada di tengah-tengah kota, dianggap sudah cukup laik untuk dipindah ke lokasi yang baru. Pada tahun 2007 pembangunan Bandara Baru Medan sudah mulai dilaksanakan dan akan siap beroperasi pada tahun 2009. Bandara baru Medan berlokasi di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

PENGEMBANGAN BANDARA SULTAN ISKANDARMUDA Bandara Sultan Iskandarmuda – Banda Aceh mulai dikembangkan pada tahun 2005 sebagai bentuk peningkatan kapasitas dan pelayanan bandara. Adapun pengembangan tersebut dilaksanakan Angkasa Pura II bekerja sama dengan Pemda Nanggroe Aceh Darussalam. Angkasa Pura II mengembangkan terminal dan sebagian sisi darat, sedangkan Pemda melakukan pembebasan lahan, pengembangan sisi udara, dan sebagian sisi darat. Pengembangan tersebut berupa pemindahan lokasi terminal penumpang dan fasilitas-fasilitas penunjang operasional bandara, perpanjangan runway, dan perluasan apron. Pembangunan Tahap I berupa pekerjaan struktur dan pondasi dilaksanakan

Page 42: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

40

extension, and expansion of aircraft apron. Stage I of the construction started in 2006 with foundation and structural works, followed by Stage II in 2006 comprising part of the architectural works. In 2007, Stage III of the development has commenced involving the remaining architectural work and EME (Electrical, Mechanical, Electronics) works. The development of the Sultan Iskandarmuda Airport is scheduled to be completed in 2008.

MANAGING TWO NEW AIRPORTS Aside from development projects at existing airports, Angkasa Pura II also expanded its operations by taking over two airports previously managed by the Technical Operating Unit (UPT) of the Ministry of Transportation. As of 1 January 2007, the Sultan Thaha and Depati Amir airports were officially under the management of Angkasa Pura II, with the signing of a Certificate of Transfer of Operation (BASTO) with the Government, in this case the Ministry of Transportation and Ministry of State Enterprises.

The decision to take over the management of the two airports was based on future commercial potential in view of growing flight activities and increasing numbers of passengers at these airports. The transfer of management is expected to help the development of improved airport facilities and services at the two airports.

AIRPORT DEVELOPMENT PLAN FOR 2008In order to provide optimum services to airport users, Angkasa Pura II continues to develop and improve various facilities at airports under its management.

a. Development of Airport Railway The high volume of vehicle traffic to and from

the Soekarno-Hatta Airport has necessitated a new and suitable solution. The existing airport toll road is considered no longer adequate, due to the increasing traffic volume, the high number of toll road exit/entry points, and the threat of flooding at high tides that can results in massive traffic jams. The proposed solution to this problem is to build an Airport Railway, the route of which will connect the Manggarai Train Station, the Dukuh Atas Train Station, and ends at the Soekarno-Hatta Airport. To implement the Airport Railway project, Angksa Pura II and PT Kereta Api Indonesia have formed a joint venture company, PT Railink, to undertake the development, construction and operation of the Airport Railway project. Construction of the railway is slated to commence in 2008, and the Airport Railway is expected to become fully operational for public use in 2009.

pada tahun 2005, dilanjutkan dengan Tahap II berupa pekerjaan arsitektur (sebagian) pada tahun 2006. Pada tahun 2007 pembangunan Tahap III berupa pekerjaan arsitektur dan EME (elektrikal, mekanikal, elektronika) mulai dilaksanakan. Pengembangan Bandara Sultan Iskandarmuda ditargetkan selesai pada tahun 2008.

PENGELOLAAN DUA BANDARA BARUSelain melakukan pengembangan bandara yang telah ada, Angkasa Pura II juga memperluas wilayah pengelolaan dengan mengambil alih dua bandara UPT (Unit Pelaksana Teknis) Departemen Perhubungan. Bandara Sultan Thaha dan Depati Amir resmi dikelola Angkasa Pura II per 1 Januari 2007 dengan ditandatanganinya BASTO (Berita Acara Serah Terima Operasi) bersama Pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan dan Kementerian Negara BUMN.

Pengambilalihan pengelolaan tersebut didasarkan pada potensi komersial sebagai pengaruh dari semakin tingginya intensitas penerbangan dan peningkatan jumlah penumpang di dua bandara tersebut yang cukup pesat. Dari proses tersebut diharapkan terjadi peningkatan kemampuan fasilitas pelayanan pada dua bandara tersebut.

RENCANA PENGEMBANGAN BANDARA TAHUN 2008Demi memberikan pelayanan yang optimal bagi pengguna jasa bandara, Angkasa Pura II selaku pengelola terus melakukan pembenahan dan pengembangan fasilitas di bandara.

a. Pembangunan Kereta Api Bandara Padatnya lalu lintas ke arah Bandara Soekarno-

Hatta memerlukan solusi pemecahan yang tepat. Keberadaan jalan tol bandara dinilai sudah tidak memadai lagi, di samping jumlah kendaraan yang bertambah setiap waktu, banyaknya pintu tol di sepanjang jalan tol khusus bandara, dan tergenangnya jalan tol apabila terjadi air laut pasang dapat menyebabkan kemacetan luar biasa. Upaya mengatasi persoalan tersebut adalah dengan membangun Kereta Api Bandara yang akan menghubungkan Stasiun Manggarai – Stasiun Dukuh Atas – dan berakhir di bandara. Dalam pelaksanaannya, Angkasa Pura II dan PT Kereta Api Indonesia membentuk Joint Venture Company yang diberi nama PT Railink dan diberi tugas melaksanakan pembangunan dan pengoperasian Kereta Bandara tersebut. Pembangunan kereta bandara direncanakan akan dimulai pada tahun 2008 dan dapat dinikmati masyarakat pada tahun 2009.

Pengembangan UsahaBusiness Development

Page 43: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

41

b. Construction of Ticket Sales Building and Long Term Parking Facility at Soekarno-Hatta Airport

The construction of the Ticket Sales building is intended to reduce the load on the passenger terminal buildings by relocating ticket sales and check-in areas to the new building that is planned to be build near the Bundaran Prasasti area. Meanwhile, vehicle park capacity at the Soekarno-Hatta Airport will be expanded with the addition of a long-term park facility area.

c. Passenger Terminal at Sultan Syarif Kasim II Airport

The growing numbers of passengers, increasing almost four folds from around 500,000 in 2000 to some 2,000,000 in 2007, has necessitated the construction of a new terminal building in 2008 in anticipation of future growth. Construction work at the Passenger Terminal in 2008 will represent the Stage III of the project in continuation of the previous construction stages of the terminal building.

d. Passenger Terminal at Minangkabau Airport The Stage II in the construction of terminal

building at Minangkabau Airport will follow on the completion of the previous stage.

e. Renovation of Sultan Thaha and Depati Amir Airports

As a newly taken over airport, the Sultan Thaha Airport needs to be renovated, with regards to its airside as well as its landside facilities. Airside facilities will be developed through runway and apron expansion, while development of the landside facilities includes a new passenger terminal building with a futuristic design.

BUSINESS DEVELOPMENT

In 2007, the growth in passenger and aircraft movements continued to increase in comparison to the growth in the previous year. There is concern of a slowing down of this growth trend in the near future due to the global high prices of oil. However, Angkasa Pura II is fully confident that its future business prospects will continue to grow in line with the improving condition of Indonesia’s economy, seeing that air transportation is a vital need given the geographical condition of Indonesia itself. Hence, to derive the optimum benefit, the development of aeronautical services must be synergized with development of non-aeronautical businesses.

b. Pembangunan Gedung Ticket Sales dan Long Term Park di Bandara Soekarno-Hatta

Pembangunan Gedung Ticket Sales dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan di terminal penumpang dengan memindahkan area penjualan tiket dan check-in ke gedung baru. Long Term Park direncanakan akan dibangun untuk menambah kapasitas parkir inap di Bandara Soekarno-Hatta. Lokasi pembangunan Gedung Ticket Sales direncanakan di sekitar Bundaran Prasasti.

c. Pembangunan Terminal Bandara Sultan Syarif Kasim II

Jumlah penumpang yang meningkat sangat pesat, hampir 4 kali lipat dari tahun 2000 sebesar ± 500.000 penumpang menjadi ± 2 juta penumpang, memerlukan antisipasi berupa pembangunan terminal baru pada tahun 2008. Pembangunan Terminal Penumpang yang dilakukan pada tahun 2008 adalah pembangunan Tahap III sebagai lanjutan dari tahap-tahap yang telah dilakukan sebelumnya.

d. Pembangunan Terminal Bandara Minangkabau Pembangunan Bandara Minangkabau Tahap II akan

dilakukan sebagai lanjutan program pembangunan bandara yang telah dilakukan sebelumnya.

e. Peremajaan Bandara Sultan Thaha dan Depati Amir

Sebagai bandara yang baru bergabung, Bandara Sultan Thaha membutuhkan peremajaan baik dari sisi udara maupun sisi darat. Pengembangan di sisi udara dilakukan dengan pengembangan runway dan apron. Sisi darat dilakukan dengan pembangunan terminal baru dengan konsep yang lebih futuristik.

PENGEMBANGAN USAHA

Pada tahun 2007, pertumbuhan penumpang dan pergerakan pesawat udara terus mengalami peningkatan sebagai kelanjutan dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini dikhawatirkan akan terjadi perlambatan yang dikarenakan oleh tingginya harga minyak dunia. Namun di masa yang akan datang seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia prospek kegiatan usaha Angkasa Pura II akan tetap berkembang, hal ini disebabkan kondisi geografis Indonesia yang sangat membutuhkan jenis transportasi udara. Pengembangan jasa aeonautika menjadi bersinergi dengan jasa non aeronautika agar dapat diperoleh manfaat yang optimal.

Page 44: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

42

In order to provide the most benefit to its stakeholders, Angkasa Pura II faces the challenge of developing its businesses by maintaining sustainable growth into the future. This also involves activities in investments in various aspects of airport operations and services to airport service users. With a healthy financial condition, Angkasa Pura II must be able to utilize all available resources possessed by the company, as well as sourcing its funding from the banking sector and other investors.

The countries of ASEAN have decided to adopt an Open Sky Policy beginning in 2009. With regards to this policy, Angkasa Pura II must ensure that the company can derive the most benefit from new business opportunities, while striving to prevent the negative impact of this policy to the company’s existing business activities. Among these opportunities is the expected growth in the number of international passengers at Angkasa Pura II airports other than the Soekarno-Hatta Airport. On the other side, there is also the risk of a decline in the number of international passengers at Soekarno-Hatta Airport, which currently is the main driver of business activities of Angkasa Pura II.

Angkasa Pura II is also facing an increasingly higher business risk factor. Among these factors are the changes in the Aviation Law that may result in increased business competition from the operation of new airports, and the exclusion of air traffic services from the present income generating activities in the business portfolio of Angkasa Pura II.

In anticipation of future changes and threats, Angkasa Pura II has reorganized its business processes through the implementation of: - Key Performance Indicator (PKI) parameters based

on standards issued by ICAO and the State Ministry for State Enterprises as the shareholder of Angkasa Pura II;

- Human resources development through the development of a career path system and human resources empowerment.

- The establishment of KPI is intended to enable performance measurement of each element in the organization. This will of course impacted on all aspects of the organization, in turn necessitating a thorough socialization process among all employees of the company.

The development of employee competences is undertaken through a variety of training and education programs involving aspects of formal education, technical and managerial training, as well

Untuk dapat memberikan manfaat kepada stakeholdernya, Angkasa Pura II dihadapkan pada tuntutan untuk dapat melakukan pengembangan usaha dengan menjaga pertumbuhan usaha ke depan. Termasuk dalam kegiatan itu adalah melakukan kegiatan investasi untuk kepentingan operasional bandara dan pelayanan kepada pengguna jasa bandara. Dengan kondisi keuangan perusahaan yang sehat, Angkasa Pura II dituntut untuk dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki dan juga sumber dana dari pihak perbankan maupun pihak investor lainnya.

Pada tahun 2009 akan diberlakukan kebijakan Open Skies Policy di negara-negara ASEAN. Kebijakan ini menuntut Angkasa Pura II untuk dapat memanfaatnya menjadi peluang kegiatan usaha. Di sisi lain, kebijakan ini jangan sampai memberikan dampak negatif pada kegiatan usaha Angkasa Pura II. Salah satu peluang yang ada adalah peluang pertumbuhan penumpang internasional di bandara-bandara yang dikelola Angkasa Pura II selain Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan risiko yang mungkin akan dihadapi adalah menurunnya penumpang internasional di Bandara Soekarno-Hatta yang menjadi motor penggerak utama kegiatan usaha Angkasa Pura II.

Risiko usaha di tahun-tahun yang akan datang akan semakin banyak dihadapi oleh Angkasa Pura II. Salah satu diantaranya adalah adanya perubahan Undang-undang Penerbangan yang membuka peluang timbulnya persaingan usaha dengan penyelenggara bandara baru dan keluarnya jasa pelayanan lalu lintas udara dari portofolio pendapatan Angkasa Pura II.

Untuk dapat mengantisipasi perubahan dan ancaman di masa datang, Angkasa Pura II melakukan pembenahan proses bisnis yang ditempuh dengan cara :- Menetapkan Key Performance Indicator (KPI) yang

disusun berdasarkan standar ICAO dan standar yang ditetapkan oleh Kementerian BUMN selaku pemegang saham Angkasa Pura II;

- Peningkatan sumber daya manusia melalu penyusunan pola karir dan pemberdayaan SDM secara lebih intensif.

- Penetapan KPI dimaksudkan untuk dapat mengukur kinerja dari setiap unsur-unsur di dalam perusahaan. Hal ini akan memberikan perubahan pada seluruh sisi perusahaan yang juga membutuhkan sosialisasi kepada seluruh pegawai perusahaan.

Peningkatan kompetensi karyawan diupayakan melalui program pendidikan dan pelatihan yang meliputi aspek pendidikan formal, pelatihan teknis dan manajerial, maupun kursus-kursus penyegaran dan kemampuan umum lainnya. Angkasa Pura II menerapkan sistem manajemen pengembangan SDM yang komprehensif,

Pengembangan UsahaBusiness Development

Page 45: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

43

as refresher and other general knowledge courses. Angkasa Pura II implements a comprehensive, directed and continuing Human Resources manageent development system towards increasing employee productivity.

JOINT VENTURES With regards to its Strategic Business Unit (SBU), Angkasa Pura II has always strive to improve its financial and service performance through a variety of business development plans specifically suited to the characteristics of airport business. Through alliances and strategic partnerships, Angkasa Pura II strives to improve its service standards and expand its mutually beneficial business networks.

PT Gapura Angkasa was established in 1998, and is engaged in the provision of aircraft ground handling services. Angkasa Pura II and Angkasa Pura I each owns 31.25% shareownership in the company, with Garuda Indonesia holding 37.60% shareownership. PT Gapura Angkasa has expanded its business in line with developments in airports in Indonesia.

PT Angkasa Pura Schiphol was established in 1996, and is engaged in the provision of commercial, technical and airport consultation services. The company is owned by Angkasa Pura II with a 50% shareholding and Schiphol Airport Netherland with 50% ownership. In the effort to increase both revenues and services at airports, PT Angkasa Pura Schiphol has launched a new e-passport product, the Sapphire.

PT Purantara Mitra Angkasa Dua was established in 2000, and is engaged in the provision of aircraft catering services. The company’s shareholders are Angkasa Pura II (5.38%), PT Purantara Mitra Angkasa (38.22%) and PT Cardig Internasional (56.39%).

PT Railink was established in 2006 as a holding company for the specific purpose of developing and operating the Airport Railway project. Angkasa Pura II owns 40% shares in the company, and PT Kereta Api Indonesia holds 60% shareownership. The railway trace is still in the process of obtaining the recommendations from the Governor of DKI Jakarta and Governor of Banten. Following the recommendations, the railway trace will be approved by the Minister of Transportation. Pre-feasibility study (Pre-FS), feasibility study (FS) and detailed engineering design (DED) have been completed. An environmental impact analysis (Amdal) has been submitted for approval by the Minister for Environment.

terarah dan berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan produktivitas setiap karyawan.

PERUSAHAAN PATUNGANMengacu kepada Strategic Business Unit (SBU), Angkasa Pura II selalu berupaya meningkatkan kinerja keuangan dan pelayanan melalui berbagai rencana bisnis baru yang disesuaikan dengan spesifikasi bisnis bandara. Melalui aliansi dan kerjasama dengan mitra strategis, Angkasa Pura II berupaya meningkatkan standar pelayanan dan memperluas jaringan bisnis yang saling menguntungkan.

PT Gapura Angkasa berdiri pada tahun 1998, bergerak dalam bidang usaha penyediaan jasa ground handling pesawat udara dengan komposisi pemegang saham Angkasa Pura II dan Angkasa Pura I masing-masing sebesar 31,25%, Garuda Indonesia sebesar 37,60%. PT Gapura Angkasa telah melakukan pengembangan bisnis sejalan dengan pengembangan bandara di Indonesia.

PT Angkasa Pura Schiphol berdiri pada tahun 1996, bergerak dalam bidang usaha penyediaan jasa komersial, teknik dan konsultasi bandar udara dengan komposisi pemegang saham; Angkasa Pura II sebesar 50% dan Schipol Airport Netherland sebesar 50%. Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan pelayanan di bandara, PT Angkasa Pura Schiphol telah meluncurkan produk baru, Saphire yang merupakan paspor elektronik (e-passport).

PT Purantara Mitra Angkasa Dua berdiri pada tahun 2000, bergerak dalam bidang usaha penyediaan jasa catering pesawat udara dengan komposisi pemegang saham; Angkasa Pura II sebesar 5,38%, PT Purantara Mitra Angkasa sebesar 38,22% dan PT Cardig Internasional sebesar 56,39%.

PT Railink berdiri pada tahun 2006, sebagai perusahaan induk (holding company) yang didirikan khusus untuk membangun dan mengoperasikan Kereta Api (KA) Bandara, dengan komposisi pemegang saham; Angkasa Pura II sebesar 40% dan PT Kereta Api Indonesia sebesar 60%. Jalur kereta (trase) masih dalam proses untuk mendapatkan rekomendasi dari Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Banten. Apabila rekomendasi telah didapatkan maka trase akan ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Pre Feasibility Study (Pre FS), Feasibility Study (FS) dan Detailed Engineering Design (DED) telah selesai dilaksanakan. Studi Amdal sedang dalam proses untuk mendapatkan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 46: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

44

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

HUMAN RESOURCES DEVELOPMENTAngkasa Pura II strives at all times to satisfy the increasingly higher expectations of customers. In that regards, one of the most important aspects is the availability of Human Resources (HR), both in terms of the needed numbers as well as the required qualities.

Based on organizational function, employees of Angkasa Pura II are grouped into 3 functional groups, namely managerial, profesional and administrative.

• The managerial functional group consists of employees with a managerial function, comprising the following Grade levels Senior Manager level, Grade 1 to Grade 4 (General Manager/Branch Head, Vice President/Head and equivalent position); Manager level, Grade 5 to Grade 7 (Managers at Head Office, Division Head at branch offices); and Assistant Manager level, Grade 8 to Grade 9 (Assistant Managers at Head Office, Bureau Head at branch offices).

• Professional organizational function consists of mandatory operations and engineering personnel comprising Function Coordinator level (Grade 6 to Grade 10); Supervisor/Operation Task Supervisor (Grade 8 to Grade 11); Expert Staff (Grade 11); Skilled Staf/Senior Staf (Grade 12); Junior Staff (Grade 13 to Grade 14); and Basic Staff (Grade 15).

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIAAngkasa Pura II senantiasa berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus meningkat. Salah satu aspek yang menjadi fokus perhatian dalam menjalankan usaha adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang tepat, baik dalam jumlah maupun kualitas.

Karyawan Angkasa Pura II berdasarkan fungsi organisatoris terbagi dalam 3 jalur fungsi yaitu manajerial, profesi dan administrasi.

• Manajerial merupakan fungsi organisatoris yang terdiri dari para karyawan yang menduduki fungsi manajerial dengan tingkatan yang terdiri dari Senior Manajer, Kelas Jabatan 1 sampai dengan 4 (General Manager/Kepala Cabang, Vice President/Kepala Bidang/pejabat setara); Manajer, Kelas Jabatan 5 sampai dengan 7 (Manajer di Kantor Pusat, Kepala Divisi di Kantor Cabang); dan Asisten Manajer, Kelas Jabatan 8 sampai dengan 9 (Assistant Manager di Kantor Pusat, Kepala Dinas di Kantor Cabang).

• Profesi merupakan fungsi organisatoris yang terdiri dari para karyawan yang menduduki fungsi operasi dan teknik yang bersifat mandatory dengan tingkatan, yaitu Koordinator Fungsi (Kelas Jabatan 6 sampai dengan 10); Supervisor/Pengawas Tugas Operasi (Kelas Jabatan 8 sampai dengan 11); Pelaksana Ahli (Kelas Jabatan 11); Pelaksana Terampil/Pelaksana Senior (Kelas Jabatan 12); Pelaksana Junior (Kelas Jabatan 13 sampai dengan 14); dan Pelaksana Dasar (Kelas Jabatan 15).

Page 47: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

45

• Administrative organizational function consists of adminsitrative personnel as a supporting function, comprising Senior Personnel/Secretary to the President Director (Grade 10); Junior Personnel/Secretary to Director/Secreatry to General Manager (Grade 11); Senior Staff (Grade 12); Junior Staff (Grade 13); Administrative Staff (Grade 14); General Staff (Grade 15); Support General Staff (Grade 16).

Employees at the managerial and professional function at equivalent Grade levels that have entered the preparatory pension period are dismissed from their official positions, but they still receive remunerations corresponding to their last active grade level.

Comparing the employee data for 2006 and 2007, the differences in the number of employees in each grade level vary. Significant increases in number of employees occur at the Grade 16 to Grade 10 levels, except for Grade 14 that showed a reduction in numbers of employees. This is due, among others, to: • A relatively high number of employees at the

Grade 14 level that were promoted • The transfer of employees to Sultan Thaha and

Depati Amir airports as part of the State Equity participation scheme (most with a High School education)

• Administrasi merupakan fungsi organisatoris yang terdiri dari para karyawan yang menduduki fungsi administratif yang bersifat sebagai pendukung, dengan tingkatan, yaitu Staf Senior/Sekretaris Direktur Utama (Kelas Jabatan 10); Staf Junior/Sekretaris Direktur/Sekretaris General Manager (Kelas Jabatan 11); Pelaksana Senior (Kelas Jabatan 12); Pelaksana Junior (Kelas Jabatan 13); Pelaksana Administrasi (Kelas Jabatan 14); Pelaksana Umum (Kelas Jabatan 15); Pembantu Pelaksana Umum/Caraka (Kelas Jabatan 16).

Bagi karyawan yang duduk dalam jabatan manajerial/profesi pada kelas jabatan setara, pada saat memasuki Masa Persiapan Pensiun (MPP) dibebaskan dari jabatannya, namun masih diberikan penghasilan sesuai dengan kelas jabatan terakhir yang didudukinya.

Bila dibandingkan data antara tahun 2006 dan tahun 2007, selisih jumlah karyawan masing-masing tingkat jabatan bervariasi. Peningkatan jumlah secara signifikan terjadi pada tingkat pelaksana kelas jabatan 16 sampai dengan 10, kecuali pada kelas jabatan 14 terjadi penurunan jumlah karyawan. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh :• Banyaknya jumlah karyawan yang mendapatkan

promosi pada kelas jabatan 14;• Pengalihan karyawan Bandara Sultan Thaha

dan Depati Amir sebagai bagian dari Penyertaan Modal Negara (yang sebagian terbesar berpendidikan SLTA).

Page 48: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

46

• New recruitments for operational functions that were mostly placed as per regulations at Grade 15 level (Basic Staff) according to their STKP/licence.

Each employee will have equal opportunity for job promotion and education with regards to his or her career development.

In terms of employee education level, in general there was an improvement in the educational quality aspect of employees in 2007, compared to 2006. The improvement is due among others to: • Recruitment of new employees with higher

educational levels but in a smaller numbers compared to employees that were pensioned off (negative growth) for administrative or supporting functions.

• Employee competences development program through formal education for Diploma II up to Diploma IV degrees, which is intended to fulfill the requirement towards Personnel Competence

• Rekrutmen di fungsi-fungsi operasional dimana penempatan awalnya sesuai ketentuan sebagian besar ditempatkan pada kelas jabatan 15 (Pelaksana Dasar) sesuai dengan STKP/licence yang dimiliki.

Di dalam pelaksanaan pengembangan karier setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh promosi jabatan dan pendidikan.

Dilihat dari aspek pendidikan, secara umum terdapat peningkatan kualitas pendidikan karyawan pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006. Peningkatan tersebut antara lain karena :• Rekrutmen karyawan baru dengan tingkat

pendidikan lebih tinggi namun dengan jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan karyawan yang pensiun (negative growth) untuk fungsi-fungsi administrasi (supporting);

• Program pengembangan karyawan dalam bentuk diklat formal tingkat Diploma II sampai

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Jumlah Karyawan Berdasarkan Kelas JabatanNumber of Employees Based on Position

1 2 3 4 5

1.200

20072006

1.000

800

600

400

200

06 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 DPB

4 4 4 7

36 37 9 17 8 12

106

105

58 69

276

278

221 26

9

257

272

538

557

849

860

819 89

9

1.00

999

8

408 45

9

4298

20 19

Jumlah Karyawan Berdasarkan PendidikanNumber of Employees Based on Education

SD SLTP SLTA D2 D3

3.000

20072006

2.500

2.000

1.500

1.000

500

0S1 S2

102

100 19

019

7

2.65

92.

714

448

475 72

3 780

476

480

66 75

Page 49: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

47

Certificate (STKP or SKP) for employees assigned at operational functions.

• Leadership cadre training program for formal education at Master (Strata-2) degree.

• The transfer of employees to Sultan Thaha and Depati Amir airports as part of the State Equity Participation scheme.

In terms of employee status, there was a reduction in the total number of employees in 2007 compared to 2006 due to pensioned off employees, except for the numbers of employees with a status of PNS Diperbantukan and PNS Penugasan. Employees with the status of PNS Diperbantukan entirely consist of flight technicians with a mandatory function, while employees with the status of PNS Penugasan are employees at Sultan Thaha and Depati Amir airports with a temporary employee status pending the determination of their permanent status by the Government related to the State Equity participation scheme. The increase in the number of PNS Diperbantukan is to fill the need for flight technicians, especially for Air Traffic Controller personnel, electriciens and flight electronic technicians. In addition, there were several employees that were seconded to Angkasa Pura I and equity-participation companies (PT Gapura Angkasa and PT Angkasa Pura Schiphol)

Employee competence development is focused on the following aspects:• The fulfillment of requirements to obtain

competence certification for personnel in mandatory functions in the form of formal education and technical training programs.

• Leadership cadre at the managerial level through formal education and managerial

dengan Diploma IV, yang dititikberatkan pada pemenuhan persyaratan kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Kecakapan Personil (STKP) atau Sertifikat Kecakapan Personil (SKP) bagi para karyawan yang bertugas di unit-unit teknik dan operasional.

• Program kaderisasi pimpinan, pada pendidikan tingkat Strata 2;

• Penambahan jumlah karyawan sebagai akibat pengalihan karyawan Bandara Sultan Thaha dan Depati Amir sebagai bagian dari Penyertaan Modal Negara.

Apabila dilihat dari status karyawan, jumlah karyawan terutama yang berstatus karyawan perusahaan secara umum menurun karena pensiun, kecuali untuk karyawan dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) Diperbantukan dan Penugasan. PNS Diperbantukan seluruhnya adalah teknisi penerbangan dan menjalankan fungsi mandatory, sementara karyawan dengan status Penugasan adalah karyawan Bandara Sultan Thaha dan Depati Amir, status karyawan tersebut merupakan status sementara sambil menunggu penetapan status dari pemerintah dalam kaitannya dengan Penyertaan Modal Negara (PMN). Peningkatan jumlah PNS Diperbantukan adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan teknisi penerbangan, khususnya untuk tenaga-tenaga Air Traffic Controller serta teknisi listrik dan elektronika penerbangan. Selain itu terdapat pula beberapa orang karyawan yang diperbantukan ke Angkasa Pura I dan perusahaan penyertaan (PT Gapura Angkasa dan PT Angkasa Pura Schiphol).

Pengembangan kompetensi difokuskan pada aspek-aspek :• Pemenuhan persyaratan untuk memperoleh

Jumlah Karyawan Berdasarkan StatusNumber of Employees Based on Status

AP I ke AP II

DTG PENUGASAN PNS KP

4.500

20072006

2.500

2.000

1.500

1.000

500

0PP ke AP I PP ke APS PP ke DP

AP IIPP ke

Gapura

4 5

4 7

026

9 440

454

3.88

13.

775

3 3 3 3 4 3 11 10

3.000

3.500

4.000

Page 50: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

48

training programs. • Knowledge enrichment through independent/

separate training and education programs, domestic as well as overseas.

Throughout 2007, a total of 2,903 personnel have participated in various training and education programs, internally conducted by Angkasa Pura II or in cooperation with external domestic and overseas institutions.

EMPLOYEE WELFARE The provision for employee welfare is intended to ensure the material and non-material aspects of the welfare of employees who work for Angkasa Pura II.

Employee welfare provided by Angkasa Pura II covers: • Material aspect, which includes monthly income

(basic salary, work incentive and transportation

sertifikat kecakapan bagi karyawan pada fungsi-fungsi mandatory, dalam bentuk diklat formal dan diklat teknis;

• Kaderisasi pimpinan pada tingkat manajerial dalam bentuk diklat formal dan manajerial;

• Penambahan dan pengayaan wawasan pengetahuan dalam bentuk diklat substantive, baik di dalam maupun luar negeri.

Sepanjang tahun 2007 tercatat sejumlah 2.903 orang karyawan telah diikutkan pada berbagai program pendidikan dan pelatihan, baik yang diselenggarakan Angkasa Pura II maupun institusi lain di dalam dan luar negeri.

KESEJAHTERAAN KARYAWANPemberian kesejahteraan karyawan dimaksudkan sebagai upaya Angkasa Pura II agar karyawan sejahtera lahir/materiil maupun bathin/immateriil dalam pelaksanaan tugas-tugas di Angkasa Pura II.

Kesejahteraan karyawan yang diberikan Angkasa Pura II, yaitu :• Materiil, meliputi Penghasilan Bulanan (Gaji

Dasar, Insentif Prestasi dan Transpor); Tunjangan

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

SUBS. DN

SUBS. LN

93%

7%

Diklat Substantif Substantive Training

OPERASI

TEKNIK

ADKOM

86%

13%

Diklat Teknis Technical Training

1%

Orientasi

Reorientasi

44%

Diklat Orientasi dan Reorientasi Orientation/Re-Orientation Training

56%

D3 S2

D2

48%

Diklat Formal Formal Training

24%

D4

24%

4%

JERDA

JERDYA

JERTAMA

48%

52%

Diklat Manajerial Managerial Training

0%

Page 51: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

49

benefit), family welfare benefit to help the education of children of employees, Religious Festivity benefit (THR) for additional income to help celebrate religious holidays, leave allowance to help employees on work leaves, and condolence money to help in the event of the passing away of an employee or family member.

• Non-material aspect, which includes family gatherings, open house, religious events, or other employee social activities.

INDUSTRIAL RELATIONS AND WORKER UNION In terms of industrial relations implementation, Angkasa Pura II has facilitated the establishment of the Angkasa Pura II Worker Union (Sekarpura II), a bipartite cooperation institution, with a Collective Labor Agreement (PKB) which is renewed once in every two years.

The majority of Angkasa Pura II employees are members of Sekarpura II. By positioning themselves as partners, Angkasa Pura II and Sekarpura II have always maintained a harmonious relationship.

In addition, Angkasa Pura II and Sekarpura II have also signed the Collective Labor Agreement (PKB) for the period 2006-2007, which has been ratified through the decree of the Director General of Industrial Relations and Workers Social Welfare No. KEP.16/PHIJSK/PPKA/2006 dated 17 February 2006.

PENSION PROGRAM The old-age welfare program provided to retired employees covers: • Regular monthly payment of the monthly pension benefit provided by Angkasa Pura II Pension Fund (Dapenda)• Lump sum payment from the JHT Jamsostek

and Old-Age Benefit (THT) programs• Medical insurance program for retirees and

their spouse• End of Employment Housing Benefit (TPAMT)

for retired employees of Rp 30 million minimum and Rp 40 million maximum

• Retirement Relocation Assistance program for retired employees who want to live in retirement in a specific location within the territory of the Republic of Indonesia.

Kesejahteraan Keluarga untuk membantu putra/putri karyawan dalam proses pendidikan; Tunjangan Keluarga (THR) untuk membantu kesejahteraan karyawan pada saat hari raya keagamaan; Tunjangan Cuti untuk membantu karyawan dalam rangka menjalankan cuti; Bantuan Uang Duka dan Sumbangan Bencana Alam bagi karyawan dan keluarganya yang mengalami musibah; Sumbangan Uang Sewa Rumah; Jaminan Pemeliharaan Kesehatan; dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

• Immateriil, meliputi pemberian penghargaan untuk karyawan terbaik/berprestasi/memberikan nilai lebih kepada Angkasa Pura II.

HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN SERIKAT PEKERJADalam rangka pelaksanaan hubungan industrial, Angkasa Pura II telah memfasilitasi pembentukan Serikat Pekerja yang disebut dengan Serikat Karyawan Angkasa Pura II (Sekarpura II); Lembaga Kerjasama (LKS) Bipatrit sesuai ketentuan undang-undang; dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan pembaharuannya setiap 2 tahun sekali.

Sebagian besar karyawan Angkasa Pura II adalah anggota Sekarpura II. Antara Angkasa Pura II dan Sekarpura II tercipta hubungan yang harmonis dengan saling memposisikan kedudukannya sebagai mitra.

Selain itu Angkasa Pura II dan Sekarpura II juga telah menandatangani Perjanjian Kerja Barsama tahun 2006-2007, yang disahkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Nomor : KEP.16/PHIJSK/PKKA/2006 tanggal 17 Februari 2006.

PROGRAM PENSIUNProgram jaminan hari tua yang diberikan kepada para pensiunan terdiri dari :• Pembayaran secara berkala/bulanan, manfaat

pensiun bulanan yang diberikan oleh Dana Pensiun Angkasa Pura II (Dapenda);

• Pembayaran secara lumpsum, meliputi Jaminan Hari Tua (JHT) Jamsostek dan Tunjangan Hari Tua (THT) melalui program asuransi;

• Asuransi Kesehatan untuk pensiunan dengan isteri/suami;

• Tunjangan Perumahan Akhir Masa Tugas (TPAMT), diberikan kepada pensiunan dengan besaran minimal Rp 30 juta dan maksimal Rp 40 juta;

• Bantuan Kembali Ke Tempat Menjalani Pensiun, bagi pensiunan yang ingin pensiun di tempat tertentu, sepanjang masih dalam wilayah RI.

Page 52: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

50

Struktur OrganisasiOrganization Structure

BOC Secretary

R.P. Hari Cahyono

EVPCommercial &

BusinessDevelopment

S. Tulus Pranowo

EVPOperations &Engineering

IGM Dhordy

President DirectorEdie Haryoto

Board of Commissioners

Branches

Operations &Engineering Directorate

Commercial &Business

Development Directorate

Chief Of Auction

Luthfi Edrus

Chief Of Corporate Safety & Risk

Abner Siahaan

Chief Of SME - CD

Evita Surya

VicePresidentOf AirportServices

Kayan

VicePresident

Of Air TrafficServices

Hendarto S.

VicePresident

Of Electronic & Electrical Mech

Engineering

Wulang A.W.

VicePresidentOf Civil

Engineering

Nazmi T.

VicePresident

Of Aviation Business

Agus K.

VicePresidentOf Airport Business

Wellem W.

VicePresident

Of Property & Subsidiary Business Dev.

Syarkowi P.

Page 53: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

51

Audit Committee

Board of Directors

Finance Directorate

Personnel & General Affairs

Directorate

EVPFinance

Tommy Soetomo

EVPPersonnel &

General Affairs

Endang D.S.

Head Of Internal Auditors

Djoko Santoso

Corporate Secretary

Sudaryanto

Head Of Research, Dev. Planning & IT

Hadi Suharno

Head Of Legal Affairs

Yanuar Hani

VicePresident

Of Budgeting

Kartun W.

VicePresident

Of Accounting

Sugito

VicePresident

Of Treasury

Mardohar T.

VicePresidentOf HumanResource

Development

Cik Dien H.

VicePresidentOf HumanResource

Administration

Saryono

VicePresident

Of General Affairs

Teguh S.

Page 54: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

52

The communities and the environment around its operational locations are inseparable from the existence of Angkasa Pura II, hence, the need for a harmonious relationship towards an environment of amicable social interactions.

As a State-Owned Enterprise (BUMN), Angkasa Pura II has fulfilled its duty within the framework of a program from the Government to actively participate in improving the welfare of communities by setting aside part of its profits each year. This Government program is carried out through the Partnership and Community Development (PKBL) program as regulated in the Regulation of the State Minister of BUMN No. PER.05/MBU/2007 dated 27 April 2007.

This noble duty is implemented through an SME-CD (Small Medium Enterprise – Community Development) program. In 2007, this special program unit under the Board of Directors of Angkasa Pura II has channeled funds totaling Rp 12.9 billion in the Partnership Program towards helping small and medium scale businesses and cooperatives to become more capable, resilient and self-sufficient.

Funds in the Partnership Program is channeled to small businesses in the manufacturing, trading, agriculture, animal husbandry, services and other economic sectors in the form of working capital loans to help develop the businesses of these Small Medium Enterprise (SME) Partners. Altogether, Angkasa Pura II has provided this assistance to 10,873 small businesses and

Komunitas masyarakat dan lingkungan sekitar wilayah kerja adalah hal penting yang tak terpisahkan bagi Angkasa Pura II. Antara keduanya harus terjalin hubungan yang harmonis, agar tercipta iklim kehidupan bermasyarakat yang baik.

Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Angkasa Pura II telah melaksanakan tugasnya sesuai program pemerintah untuk berpartisipasi langsung dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menyisihkan sebagian keuntungan setiap tahun. Program pemerintah ini dilaksanakan melalui Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER.05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007.

Tugas mulia ini diimplementasikan melalui program SME-CD (Small Medium Enterprise Community Development). Pada tahun 2007, program unit khusus di bawah Direksi Angkasa Pura II ini, telah menyalurkan dana sejumlah Rp 12,9 milyar melalui Program Kemitraan dalam rangka meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah serta koperasi di Indonesia agar menjadi tangguh dan mandiri.

Dana Program Kemitraan tersebut disalurkan kepada usaha kecil yang berusaha dalam sektor industri, perdagangan, pertanian, peternakan, jasa dan sektor lainnya dalam bentuk pinjaman modal kerja untuk membantu pengembangan usaha para mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Angkasa Pura II telah membantu sejumlah 10.873

Tanggung Jawab Sosial PerusahaanCorporate Social Responsibility

Salah satu bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Angkasa Pura II menyerahkan beasiswa Rp 120 juta untuk 210 siswa SLTP di sekitar Bandara Soekarno-Hatta, pada peringatan HUT ke-23 Angkasa Pura II.

As one of the activities in Corporate Social Responsibility, Angkasa Pura II granted Rp 120 million in scholarships for 210 students of several Junior High School located around the Soekarno-Hatta Airport, in commemoration of the 23rd Anniversary of Angkasa Pura II.

Page 55: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

53

cooperatives as Partners, which were located in various provinces in Indonesia including Nanggroe Aceh Darussalam, North Sumatera, Riau, Riau Islands, West Sumatera, South Sumatera, West Kalimantan, DKI Jakarta, West Java and Banten.

These Partners also receive support in the form of training courses in order to improve their capabilities in managing their businesses, conducted through the cooperation between Angkasa Pura II and various professional institutions and universities. Angkasa Pura II also provides grants to help these Partners promote their products by participating in various trade exhibitions, domestic as well as overseas.

In addition to the Partnership Program, Angkasa Pura II also exercises its social responsibility through the Community Development program, to help improve the welfare of communities around its operational locations, with emphasis on their life environment. In total, Rp 13.8 billion was donated in 2007, among others, to assist in the field of education through the provision of scholarships, renovation of school buildings, and donations of study materials, healthcare improvement in the form of donations of community health clinic equipment, mass circumcision programs, and nutrition enhancement. Angkasa Pura II also helped to build deep wells for clean water, sanitation facilities, and construction or renovation of religious place of worships and other public facilities for the benefit of communities around the airports under its management.

usaha kecil dan koperasi yang merupakan mitra binaan di berbagai provinsi di Indonesia, antara lain Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

Kepada mitra binaan juga diberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mitra binaan dalam menjalankan usaha, dalam hal ini Angkasa Pura II bekerja sama dengan lembaga profesi serta perguruan tinggi. Angkasa Pura II juga membantu pelaksanaan promosi yakni pameran produk mitra binaan baik di dalam maupun luar negeri yang direalisasikan melalui dana hibah.

Selain Program Kemitraan tanggung jawab sosial Angkasa Pura II juga dilaksanakan melalui Program Bina Lingkungan. Tujuan program ini adalah untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasional Angkasa Pura II dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek lingkungan. Realisasi bantuan pada tahun 2007 sejumlah Rp 13,8 milyar, antara lain untuk membantu dalam bidang pendidikan berupa pemberian beasiswa dan renovasi sekolah serta peralatan sekolah, peningkatan bidang kesehatan berupa pemberian kelengkapan sarana posyandu, sunat massal, peningkatan gizi, pembuatan sumur bor untuk pengadaan air bersih, pembuatan sanitasi dan pembangunan/renovasi tempat ibadah serta sarana umum bagi masyarakat di sekitar bandara yang dikelola Angkasa Pura II.

Peresmian SD Negeri Plebengan, Desa Sidomulyo Kecamatan Bambanglipuro

Kabupaten Bantul - Daerah Istimewa Yogyakarta, oleh Menteri Negara BUMN Sugiharto, Wakil Gubernur DIY Sri Paku

Alam dan Direktur Utama Angkasa Pura II Edie Haryoto, yang rusak berat akibat

gempa bumi dan dibangun kembali oleh Angkasa Pura II melalui program Bina Lingkungan sebagai wujud kepedulian

BUMN kepada masyarakat, di Yogyakarta.

Inauguration of Plebengan State Elementary School, Sidomulyo village,

Bambanglipuro District, Bantul Regency - DI Yogyakarta, by Sugiharto, State

Minister for SOE, Sri Paku Alam, Deputy Governor of DI Yogyakarta, and Edie

Haryoto, President Director of Angkasa Pura II. The school building was heavily damaged by the Yogyakarta earthquake

and was rebuilt by Angkasa Pura II through its Community Development

program, reflecting the concern of State-Owned Enterprises for the communities

at Yogyakarta.

Page 56: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

54

Angkasa Pura II is not only socially concerned with the welfare of communities around its airports but also in other parts of Indonesia. In the 2006-2007 period, Angkasa Pura II extended a helping hand for disaster victims at DI Yogyakarta through the rebuilding of the Plebengan State Elementary School building at Sidomulyo Village, Bambanglipuro District, Bantul Residence, that was destroyed in the Yogyakarta earthquake, with a total cost of Rp 1 billion. The new school building was inaugurated on 17 February 2007 by the State Minister of BUMN, Deputy Governor of DI Yogyakarta and President Director of Angkasa Pura II, helping the children at the Bambanglipuro District to resume normal teaching and learning activities.

In addition, Angkasa Pura II also helped the victims of floods at Banten Province and DKI Jakarta, and the earthquake disasters at Aceh Tamiang Regency, North Sumatera Province, Langkat Regency and West Sumatera Province.

From time to time, Angkasa Pura II continued to improve its performance with respects to community empowerment towards achieving a flourishing and prosperous nation.

Management of Airport Environment In its airport operational activities, Angkasa Pura II has always put an emphasis on aspects of environment preservation in terms of physical environment as well as social, economic and cultural conditions in the surrounding communities. This is carried out through the preparation of AMDAL (Environmental Impact Analysis) document, the UKL-UPL (Environmental Management and Monitoring) document, and other mandatory environmental documents prior to construction work. Following the completion of construction and the start of airport activities, Angkasa Pura II performs monitoring and evaluation with regards to the previously determined plan for environmental management and monitoring. The monitoring and evaluation activity is carried out regularly each semester, and the report submitted to the Directorate General of Air Transportation and the State Ministry of Environment. The standards used in environmental management at airports are standards established by the State Ministry for Environment.

In 2007, more precisely on 30 August 2007, Angkasa Pura II declared the Eco Airport, a concept of airport management with an environmental perspective towards preserving the environment

Tanggung jawab sosial Angkasa Pura II tidak terbatas hanya pada masyarakat sekitar lingkungan bandara saja, melainkan di seluruh Indonesia. Pada tahun 2006-2007, Angkasa Pura II ikut membantu korban bencana alam di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan membangun kembali Sekolah Dasar Negeri Plebengan Desa Sidomulyo Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul yang hancur karena gempa bumi, dengan biaya kurang lebih sebesar Rp 1 milyar. Dengan telah diresmikannya sekolah tersebut oleh Menteri Negara BUMN, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Direktur Utama Angkasa Pura II pada 17 Februari 2007, diharapkan kegiatan belajar mengajar anak-anak di Kecamatan Bambanglipuro menjadi normal kembali.

Selain itu, Angkasa Pura II juga membantu korban banjir di Provinsi Banten dan sebagian Provinsi DKI Jakarta, korban gempa di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Barat.

Dari waktu ke waktu, Angkasa Pura II terus meningkatkan kinerjanya dalam hal pemberdayaan masyarakat dalam rangka menyukseskan terciptanya negara yang makmur dan sejahtera.

Pengelolaan Lingkungan Bandara Dalam melaksanakan kegiatan operasional bandara, Angkasa Pura II selalu mengedepankan aspek kelestarian lingkungan, baik lingkungan secara fisik maupun kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dari masyarakat sekitar. Hal tersebut dilaksanakan dengan menyusun dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan – Upaya Pemantauan Lingkungan), dan dokumen lingkungan lain yang diwajibkan sebelum mulai melaksanakan pembangunan. Setelah pembangunan selesai dan kegiatan operasional bandara dilaksanakan, Angkasa Pura II melakukan monitoring dan evaluasi dari rencana pengelolaan dan pemantauan yang telah ditetapkan sebelumnya. Angkasa Pura II selalu melakukan monitoring dan evaluasi tiap semester dan dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kementerian Lingkungan Hidup. Adapun standar yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan di lingkungan bandara adalah standar yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI.

Pada tahun 2007 tepatnya tanggal 30 Agustus, Angkasa Pura II mencanangkan pelaksanaan Eco Airport, sebuah konsep pengelolaan bandara yang berwawasan lingkungan sebagai upaya

Tanggung Jawab Sosial PerusahaanCorporate Social Responsibility

Page 57: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

55

around an airport. As starter, Angkasa Pura II has begun to implement the Eco Airport concept at the Soekarno-Hatta Airport.

There are several factors and parameters that must be observed in the implementation of Eco Airport, as follow:

In addition, Angkasa Pura II has also developed the so-called Forest Zone within the area of Soekarno-Hatta Airport by planting some 13,000 trees. The State Minister of BUMN inaugurated the Forest Zone program on 22 December 2007. The Forest Zone program at Soekarno-Hatta Airport represents the concern and active participation by Angkasa Pura II towards the greening of Indonesia, as well as in support of the resolutions of the United Nation Frame Work Convention on Climate Change (UNFCCC) conference in Bali on 3-14 December 2007, the main topics of which are related to the issues of global warming that resulted in a climate change on earth.

menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitar bandara. Sebagai langkah awal, Angkasa Pura II menerapkan konsep Eco Airport di Bandara Soekarno-Hatta.

Beberapa faktor dan parameter yang harus dilaksanakan dalam penerapan konsep Eco Airport dapat dilihat pada tabel berikut:

Selain itu, Angkasa Pura II juga telah membangun Hutan Raya di kawasan Bandara Soekarno-Hatta dengan melaksanakan penanaman 13.000 pohon. Pencanangan Hutan Raya tersebut dilakukan oleh Menteri Negara BUMN pada tanggal 22 Desember 2007. Hutan Raya di Bandara Soekarno-Hatta merupakan bukti kepedulian Angkasa Pura II dalam rangka turut berpartisipasi dalam menghijaukan kembali alam Indonesia termasuk mendukung hasil konvensi yang diselenggarakan United Nation Frame Work Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali tanggal 3-14 Desember 2007 dengan isu utama berkaitan dengan pemanasan global (global warming) yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim (climate change).

FaktorFactor

ImplementasiImplementation

ATMOSFIR

ATMOSPHERE

• Perawatan rutin generator dan incinerator • Penggunaan GPU (General Power Unit)• Routine maintenance of generators and incinerators• Utilization of GPU (General Power Unit)

ENERGI

ENERGY

Menjalin kerja sama dengan regulator, airline, dan stakeholder lain dalam pemanfaatan energi secara efektif dan efisienCooperation with regulators, airlines and other stakeholders in efficient and effective utilization of energy

KEBISINGAN & GETARAN

NOISE & VIBRATION

Pembangunan noise barrier installation untuk mengurangi kebisingan dan getaran dari jet blast engine pesawatInstallation of noise barrier to reduce the noise and vibration from jet engine blast

AIRWATER

Pengelolaan WTP (Water Treatment Plant) dan sistem drainase yang terpelihara Water Treatment Plant and well-maintained drainage system

TANAHLAND

Pemeliharaan kelestarian dan kebersihan tanahMaintaining cleanliness at all ground areas

SAMPAHGARBAGE

Penerapan STP (Sewerage Treatment Plant)Utilization of a Sewerage Treatment Plant

LINGKUNGAN ALAMIAH

NATURAL ENVIRONMENT

Pelaksanaan penghijauan Bandara pada Desember 2007 dengan penanaman 13.000 pohon di Bandar Soekarno-Hatta Greenery program on December 2007 through the planting of 13,000 trees at Soekarno-Hatta Airport

LAIN-LAINOTHERS

Program pengambangan masyarakatCommunity development program

Page 58: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

56

Governance ReportTata Kelola Perusahaan • Good Corporate GovernanceManajemen Risiko • Risk Management

Page 59: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

57

Page 60: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

58

A study on Good Corporate Governance (GCG) implementation among private sector companies and State/Regional Enterprises (BUMN/BUMD) conducted by the independent consultant Corruption Eradication Commission (KPK) in 2007 showed that the practice of GCG implementation in Angkasa Pura II is quite excellent. This was shown by an index score of 90.56 for implementation of GCG principles and 91.85 for GCG framework (compliance, conformance and performance). Based on that scores, Angkasa Pura II was ranked first place in the category of non-listed BUMN/BUMD.

Angkasa Pura II has implemented good corporate governance practices in line with the Decree of the State Minister for State-Owned Enterprise No. Kep-117/M-MBU/2002 dated 1 August 2002 on the Implementation of Good Corporate Governance practices. As a company that manages the supporting facilities for public use and business purposes, there is a strong demand for good corporate governance in the company. The company’s code of conduct and its implementation also support the practice of GCG at Angkasa Pura II. Likewise, efforts at prevention of corruption are deemed relatively adequate in building a culture of GCG within the company.

The strength of GCG implementation at Angkasa Pura II lies in the practice of the fairness principle. The principle of transparency, responsibility and accountability have also been implemented and continuously enhanced.

Dari Studi Implementasi Good Corporate Governance (GCG) di sektor swasta dan BUMN/BUMD yang dilakukan Konsultan Independen Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) tahun 2007 menggambarkan bahwa secara umum implementasi GCG di Angkasa Pura II sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari indeks yang diperoleh, yaitu 90,56 untuk implementasi prinsip-prinsip GCG dan 91,85 untuk indeks berdasarkan kerangka kerja GCG (compliance, conformance, dan performance). Jika diperingkat, maka Angkasa Pura II berada di urutan pertama untuk kategori BUMN/BUMD non-listed (yang belum go public).

Sesuai Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance, Angkasa Pura II telah menerapkan tata kelola perusahaan (good corporate governance) dengan baik. Sebagai perusahaan yang mengelola fasilitas pendukung keperluan publik dan bisnis, tuntutan untuk tata kelola perusahaan yang baik memang sangat kuat bagi perusahaan. Code of conduct perusahaan dan implementasinya juga mendukung untuk penerapan GCG di Angkasa Pura II. Upaya pencegahan korupsi sudah dalam kondisi yang relatif memadai dalam membangun GCG perusahaan.

Kekuatan penerapan GCG terletak pada penerapan prinsip-prinsip fairness di Angkasa Pura II. Praktek fairness berlangsung sangat baik untuk mendukung penerapan GCG. Prinsip transparansi,

Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance

Page 61: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

59

In terms of the implementation of GCG framework, Angkasa Pura II relies on the development of internal systems and their judicious implementation in support of the commitment to implement GCG practices. The aspect of compliance has been well running, showing that Angkasa Pura II has adequately complied with regulations related to its business activities, while continuing to optimize the operating performance of the Company.

GCG implementation at Angkasa Pura II has its background in the awareness and commitment among the company’s management for a consolidation following the economic crisis. This is further emphasized with the issuance of Decree of the State Minister of SOE No. Kep-117/M-MBU/2002 dated 1 August 2002, requiring the implementation of GCG at SOEs.

The initiative for GCG implementation was based on awareness of the management. The importance of GCG implementation at Angkasa Pura II is to improve the value and profits of the Company as well as accountability to shareholders.

In the implementation of GCG, Angkasa Pura II has established the Audit Committee and the Risk Committee. The Corporate Secretary is responsible for the implementation of GCG.

Among best practices in the implementation of GCG are a job tender process for filling up vacant positions, an e-auction process for the procurement

responsibilitas dan akuntabilitas juga ditetapkan secara baik dan terus dilakukan peningkatan dalam penerapannya.

Dari sisi implementasi kerangka kerja GCG, kekuatan Angkasa Pura II terletak pada sistem internal yang terbangun dan penerapannya dalam perusahaan yang mendukung untuk komitmen penerapan GCG. Aspek compliance telah berjalan cukup baik yang menunjukkan Angkasa Pura II cukup memenuhi ketentuan-ketentuan terkait dengan pengelolaan usaha pada bidang usahanya dan terus dilakukan optimalisasi dalam kinerja pengelolaan perusahaan.

Penerapan GCG di Angkasa Pura II dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran dan komitmen manajemen setelah masa krisis ekonomi untuk melakukan pembenahan. Terlebih lagi setelah keluar Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 yang mengharuskan setiap BUMN untuk menerapkan GCG.

Inisiatif penerapan GCG datang dari kesadaran manajemen. Pentingnya penerapan GCG bagi Angkasa Pura II adalah karena dapat meningkatkan nilai dan profit perusahaan serta pertanggungjawaban kepada pemegang saham.

Angkasa Pura II dalam menerapkan GCG telah membentuk Komite Audit dan Komite Risiko. Pelaksanaan penerapan GCG berada di bawah tangung jawab Corporate Secretary.

Page 62: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

60

of goods and services, and the implementation of CSR (Corporate Safety Risk) parameters for airport facilities. Angkasa Pura II has communicated the ongoing implementation of GCG to stakeholders, including through its official website.

GENERAL MEETING OF SHAREHOLDERSThe General Meeting of Shareholders (GMS) is a the forum where Commissioners and Directors reported and accounted their conduct and performance in the execution of their duties to the shareholders, and/or other issues that require the approval of a GMS.

The GMS holds the powers that are not delegated to the Board of Commissioners or Board of Directors, entrusted the management to the Board of Directors and the daily supervision of the performance of he Directors to the Board of Commissioners, within the limits stipulated in Company Law No. 1 Year 1995 and the Articles of Association as last amended by notary deed No. 276 dated 26 November 1998 by H. Harjono Moekiran SH.

The GMS is convened 2 (two) times each year, comprising an Annual GMS concerning the annual report and annual accounts of the company to ratify the accounts and performance in the prior fiscal year, and a GMS to ratify the Work Plan and Budget of the company for the next fiscal year.

COMMISSIONERSThe Board of Commissioners of Angkasa Pura II comprises 5 (five) members, namely a President Commissioner and 4 (four) Commissioners, which are elected in a decree of the State Minister for SOE in a GMS. The Board of Commissioners is the second organ of the company after the GMS that have an independent position, and is tasked with supervising and advising the Board of Directors in the management of the company, including the execution of the company’s long-term business plan and its annual work plan and budget, in line with the Articles of Association and the prevailing laws and regulations.

According to the provisions in the Company’s Articles of Association, Commissioners are entitled to receive remuneration as compensation or reimbursement, and the amount and type of remuneration is established in the Minutes of Meeting of Angkasa Pura II General Meeting of Shareholders No. BA-02/D3-MBU/2007 dated June 27, 2007, based on the Decree of the

Best practice dalam penerapan GCG, diantaranya yaitu adanya job tender untuk mengisi posisi-posisi yang kosong, pemberlakuan e-auction dalam proses pengadaan barang jasa, serta penerapan CSR (Corporate Safety Risk) untuk mengecek fasilitas di bandara. Untuk mengkomunikasikan implementasi GCG kepada stakeholders, Angkasa Pura II telah melakukan sosialisasi termasuk melalui website.

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAMRapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan forum bagi Komisaris dan Direksi untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas serta kinerjanya kepada Pemegang Saham dan/atau hal lain yang memerlukan persetujuan RUPS.

RUPS mempunyai kekuasaan yang tidak diberikan kepada Dewan Komisaris atau Direksi dan mempercayakan pengurusan pada Direksi serta pengawasan sehari-hari terhadap kinerja Direksi pada Dewan Komisaris selama masih dalam batas yang diatur dalam Undang-undang Perseroan Nomor 1 Tahun 1995 dan Anggaran Dasar Angkasa Pura II yang telah diubah terakhir dengan akta notaris H. Harjono Moekiran, SH Nomor 27 tanggal 26 November 1998.

Dalam pelaksanaannya RUPS dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu RUPS Tahunan mengenai Laporan Tahunan dan Perhitungan Tahunan yang berfungsi untuk mengesahkan laporan tahunan dan kinerja tahun buku yang lalu, serta RUPS untuk mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan (RKAP) tahun buku yang akan datang.

KOMISARISDewan Komisaris Angkasa Pura II terdiri dari 5 (lima) orang, yaitu seorang Komisaris Utama dan 4 (empat) orang anggota, yang diangkat melalui Keputusan Kementerian Negara BUMN berdasarkan RUPS. Komisaris adalah organ perusahaan kedua setelah RUPS yang memiliki kedudukan independen, bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan perusahaan termasuk pelaksanaan Rencana Jangka Panjang dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan, sesuai Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai dengan ketentuan yang digariskan Anggaran Dasar Perseroan, Komisaris memiliki hak atas imbalan atau penggantian biaya yang besaran remunerasi dan jenisnya ditetapkan berdasarkan Risalah Rapat RUPS Angkasa Pura II Nomor : BA-02/D3-MBU/2007 tanggal 27 Juni 2007 dan Surat

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 63: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

61

Minister of Finance No. S-639/MK.013/1990 dated May 13, 1990.

In general, the duties and responsibilities of Commissioners are as follow: 1. To submit written opinion and recommendation

to the GMS concerning the company’s business development plan, work plan, budget and other plans.

2. To submit written opinion and recommendation to the GMS concerning strategic issues.

3. To supervise the execution of the company’s work and budget plan, and to submit its assessment and opinion in management meetings.

4. To follow developments of the company, and report immediately to the GMS along with recommendation of necessary follow-up steps in the event of a declining trend happening in the company.

5. To offer opinion and recommendation to the Board of Directors concerning issues that is significant to the smooth management of the company.

6. To review and analyze management reports, including annual reports prepared by the Board of Directors. If the report is deemed adequate and presents objective information, the Board of Commissioners signs the report as a form of accountability to the GMS.

7. To engage in communication and information sharing activities with stakeholders in order to improve the understanding on essential managerial and operational issues faced by the company.

8. To engage in effective communication with the Board of Directors and the management of the company in order to improve the understanding of current and expected strategic issues facing the company; and to follow-up on issues determined by the Commissioners or brought up by the Board of Directors.

9. To review and approve the remuneration scheme for Directors.

10. To review, assess, approve or reject, as well as to monitor, any strategic arrangements between the company and third parties. A strategic arrangement is defined as an arrangement to undertake a business activity that involves a period of more than 2 (two) years, or the execution of a major project that involves a significant amount of capital expenditures. The defining minimum limit of capital expenditures for a strategic project is established jointly by the Board of Commissioners and the Board of Directors, and is periodically reviewed and re-

Keputusan Menteri Keuangan Nomor : S-639/MK.013/1990 tanggal 13 Mei 1990.

Secara umum tugas dan tanggung jawab Komisaris adalah:1. Memberikan pendapat dan saran secara

tertulis kepada RUPS mengenai rencana pengembangan perusahaan, rencana kerja, anggaran perusahaan, dan rencana lainnya.

2. Memberikan pendapat dan saran secara tertulis kepada RUPS mengenai masalah strategis.

3. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran tahunan, serta menyampaikan penilaian dan pendapatnya di dalam berbagai rapat yang diikutinya.

4. Mengikuti perkembangan perusahaan, dan segera melaporkan kepada RUPS dengan disertai saran langkah tindak lanjut yang harus ditempuh dalam hal perusahaan menunjukan gejala kemunduran.

5. Memberikan pendapat serta saran kepada Direksi mengenai persoalan-persoalan yang dianggap penting bagi kelancaran pengurusan perusahaan.

6. Meneliti dan menelaah laporan manajemen termasuk laporan tahunan yang disiapkan oleh Direksi. Apabila laporan tersebut telah dipandang memadai dan mencerminkan informasi yang obyektif, Komisaris menandatangani laporan tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada RUPS.

7. Mengadakan komunikasi dan bertukar informasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rangka meningkatkan pemahaman atas esensi permasalahan manajerial dan operasional yang dihadapi perusahaan.

8. Menjalin komunikasi yang efektif dengan Direksi dan jajaran manajemen dalam rangka meningkatkan pemahaman atas isu-isu strategis yang sedang dan yang diperkirakan akan dihadapi perusahaan; serta menindaklanjuti isu-isu yang ditemukan oleh para Komisaris atau yang dimunculkan oleh Direksi.

9. Mengkaji dan menyetujui skema remunerasi untuk para Direktur.

10. Mengkaji, menilai, menyetujui atau menolak, serta memantau kerjasama strategis yang dilakukan Perusahaan dengan pihak ketiga. Kerjasama strategis adalah kerjasama untuk menjalankan suatu kegiatan bisnis dengan jangka waktu pelaksanaan lebih dari 2 (dua) tahun atau pelaksanaan suatu proyek utama (major project) yang menimbulkan biaya modal (capital expenditure) yang besar. Batasan besarnya biaya modal minimal dari suatu

Page 64: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

62

adjusted as necessary.11. To recommend to the GMS on candidates

for external auditors submitted by the Audit Committee, after a selection process as required by prevailing regulations.

12. To discuss and recommend on the use of the company’s net income as well as distribution of interim and final dividends, taking into consideration the ability of the company to grow and expand by relying on internally generated cash flows.

13. To ensure that risks and crisis potential have been identified early on and managed properly.

14. To ensure consistent adherence to the principles of Good Corporate Governance.

15. To prepare and account for its performance through the following means:

a. To develop the allocation of duties among Commissioners in line with to their respective expertise and experiences;

b. To formulate an annual work program and performance target, as well as a review mechanism to evaluate the performance of the Commissioners;

c. To formulate the mechanism for information disclosure from Commissioners to the stakeholders;

d. To account for the execution of duties of the Commissioners to GMS.

Based on Decree of the Minister of State Owned Enterprise No. KEP-256/MBU/2007 dated November 8, 2007, the membership of the Board of Commissioners of Angkasa Pura II has been replaced by a new board comprising 4 (four) Commissioners, with one of them serving as Acting President Commissioner based on an internal agreement on November 19, 2007.

Throughout 2007, the Board of Commissioners conducted 18 routine meetings and 14 joint meetings with the Board of Directors. Meetings of the Commissioners represent a forum and a mechanism for collective decision making by the Commissioners. The Commissioners also meet with the Board of Directors to discuss the performance of Angkasa Pura II.

The Board of Commissioners establishes the Audit Committee and the Risk Management Committee, chaired by a Commissioner appointed by the President Commissioner.

Members of the Board of Commissioners of Angkasa Pura II actively participate in various

proyek yang dianggap strategis, akan ditetapkan bersama oleh Komisaris dan Direksi serta akan dikaji ulang dan disesuaikan secara periodik.

11. Mengusulkan calon-calon auditor eksternal yang diajukan oleh Komite Audit setelah melalui proses seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada RUPS.

12. Membahas dan mengajukan rekomendasi tentang pemanfaatan laba bersih perusahaan dan pembagian dividen interim maupun dividen final dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk bertumbuh kembang yang bertumpu pada sumber dana internal.

13. Memastikan bahwa risiko dan potensi krisis dapat diidentifikasikan secara dini dan dikelola dengan baik.

14. Memastikan bahwa prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik dipatuhi secara konsisten.

15. Untuk merencanakan dan mempertanggung-jawabkan kinerjanya dengan cara:

a. Menyusun pembagian tugas di antara anggota Komisaris sesuai dengan keahlian dan pengalaman masing-masing anggota Komisaris;

b. Menyusun program kerja dan target kinerja Komisaris tiap tahun serta mekanisme review terhadap kinerja Komisaris;

c. Menyusun mekanisme penyampaian informasi dari Komisaris kepada pemangku kepentingan;

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Komisaris kepada RUPS.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-256/MBU/2007 tanggal 8 November 2007, Dewan Komisaris Angkasa Pura II mengalami pergantian yaitu terdiri dari 4 (empat) orang Anggota Komisaris, salah satunya ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Komisaris Utama sesuai kesepakatan intern tanggal 19 November 2007.

Selama tahun 2007, Komisaris menyelenggarakan Rapat Rutin sebanyak 18 kali dan Rapat Gabungan dengan Direksi sebanyak 14 kali. Rapat Komisaris merupakan forum dan sekaligus mekanisme bagi pengambilan keputusan Komisaris secara kolektif. Komisaris juga mengadakan rapat dengan dengan Direksi untuk membahas kinerja Angkasa Pura II.

Komisaris membentuk Komite Audit dan Komite Manajemen Risiko yang diketuai oleh seorang Komisaris yang diangkat oleh Komisaris Utama.

Dewan Komisaris Angkasa Pura II ikut serta dalam berbagai pelatihan dan seminar baik yang

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 65: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

63

seminars and training courses conducted in the country or overseas. With regards to Good Corporate Governance, the Commissioners are members of the Indonesian Society of Commissioners (ISICOM).

In discharging its duties, Commissioners is assisted by the Secretary of the Board. The Secretary of the Board assists the Commissioners to prepare the materials for Commissioner meetings, materials and information relevant to the duties of the Commissioners, and to coordinate with the Corporate Secretary on issues related to the Board of Commissioners and the Board of Directors.

DIRECTORSThe Board of Directors is the company’s organ with full responsibility over the management of the company, as well as to represent the company in and outside the court of law. With a view to this extraordinary authority, the Board of Directors is in turn accountable to the GMS to lead and manage the company with good intention and full responsibility in the interest and towards the objectives of the company.

The Board of Directors of Angkasa Pura II comprises 5 (five) members, namely one President Director and 4 (four) Directors, appointed by a decree of the State Minister for SOE in a GMS.

Members of the Board of Directors are entitled to receive remuneration and company facilities, the amount and types of which is established in the Minutes of Meeting of Angkasa Pura II General Meeting of Shareholders No. BA-02/D3-MBU/2007

dilaksanakan di dalam maupun luar negeri. Dalam bidang Good Corporate Governance, Komisaris bergabung sebagai anggota dari Paguyuban Komisaris Indonesia (ISICOM – Indonesian Society of Commissioners).

Dalam menjalankan tugas, Komisaris dibantu oleh Sekretaris Komisaris. Sekretaris Komisaris membantu Komisaris dalam hal penyiapan bahan rapat Komisaris, pengumpulan bahan dan informasi yang relevan dengan pelaksanaan tugas komisaris, dan melakukan koordinasi dengan Sekretaris Perusahaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Komisaris dan Direksi.

DIREKSIDireksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan perusahaan serta mewakili perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Mengingat kewenangannya yang luar biasa itu, maka ada timbal balik dari Direksi kepada RUPS untuk menjaga keseimbangan yaitu dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, memimpin dan mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan dan tujuan perusahaan.

Direksi Angkasa Pura II terdiri atas 5 (lima) orang, seorang Direktur Utama dan 4 (empat) orang Direktur, yang diangkat melalui Keputusan Kementerian Negara BUMN berdasarkan RUPS.

Anggota Direksi berhak untuk mendapatkan remunerasi dan fasilitas yang jumlah dan jenisnya ditetapkan dalam Risalah Rapat RUPS Angkasa Pura II Nomor : BA-02/D3-MBU/2007 tanggal 27 Juni 2007 berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehadiran pada Rapat Dewan Komisaris Attendance at Board of Commissioners Meeting

Nama Name

Rapat Dewan Komisaris Board of Commissioners Meeting

Rapat Dewan Komisaris dan Direksi BoC and BoD Meeting

Jumlah RapatTotal Meeting 18 Jumlah Rapat

Total Meeting 14

Komisaris

Jannes Hutagalung 12 11

Sudirman 13 10

Amir Sembiring 10 9

Sri Handini 9 4

Suratto Siswodihardjo 8 8

Komisaris - per 8 November 2007

Suratto Siswodihardjo (PH Komut) 5 3

Moch. Iksan Tatang 5 3

Suyatno Harun 5 3

Tirta Hidayat 5 2

Page 66: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

64

dated June 27, 2007, based on the Decree of the Minister of Finance No. S-639/MK.013/1990 dated May 13, 1990, as well as on the recommendation of the Commissioners with considerations of the performance of Directors.

Duties and responsibilities of the Board of Directors:1. To execute their duties in accordance with

prevailing regulations and laws.2. To provide their energy, minds and attention

at all times in managing the company and to be fully responsible for the performance of the company.

3. To coordinate, supervise and lead the management of the company in addition to the duties and responsibilities of each respective Director in accordance with the interest and objectives of the company.

4. To formulate the Long-Term Business Plan (RJPP) and the Work Plan and Budget (RKAP) of the company to increase the accountability of Directors and the management in the use of resources and company funds to achieve the intended objectives as well as the increase in value or growth and productivity in the long-term horizon.

5. Implementation and monitoring of RJPP/RKAP as follows:

a. Each Work Unit provides the Directors with quarterly and yearly reports on the implementation of RKSP, and a yearly report on the implementation of RJPP;

b. The Board of Directors submits a yearly evaluation report to the Board of Commissioners and the Shareholders on the implementation of RJPP;

c. The Board of Directors submits quarterly and yearly evaluation reports to the Board of Commissioners and the Shareholders on the implementation of RKAP;

d. The implementation and achievements of RJPP/RKAP shall be supervised by the Commissioners, and the result of such supervision submitted by the Commissioners in the GMS as part of the performance evaluation of the Directors;

e. Amendments to the RKAP can be made after 6 (six) months of its implementation, or at any time if deemed necessary in the event of significant changes to the basic underlying parameters and assumptions that can be reasonably justified.

6. To formulate a Statement of Corporate Intent (SCI), which represents a statement of commitment on the part of the management

Keuangan Nomor : S-639/MK.013/1990 tanggal 13 Mei 1990 dan usulan dari Komisaris setelah mempertimbangkan pencapaian kinerja.

Tugas dan tanggung jawab Direksi adalah:1. Menjalankan tugas-tugas sesuai dengan

peraturan dan undang-undang yang berlaku.2. Menggunakan tenaga, pikiran dan perhatian

secara penuh waktu dalam mengelola perusahaan dan memikul tanggung jawab penuh terhadap pencapaian kinerja perusahaan.

3. Mengkoordinasi, mengawasi dan memimpin manajemen perusahaan di samping tugas dan tanggung jawab setiap anggota Direksi sesuai dengan kepentingan dan tujuan perusahaan.

4. Menyusun Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk meningkatkan akuntabilitas Direksi dan manajemen dalam menggunakan sumber daya dan dana perusahaan ke arah pencapaian hasil serta peningkatan nilai/pertumbuhan dan produktivitas perusahaan dalam jangka panjang.

5. Pelaksanaan dan Monitoring RJPP/RKAP sebagai berikut:

a. Setiap Unit Kerja menyampaikan kepada Direksi laporan pelaksanaan RKAP secara triwulanan dan tahunan dan laporan pelaksanaan RJPP secara tahunan;

b. Laporan evaluasi pelaksanaan RJPP dibuat oleh Direksi dan disampaikan kepada Komisaris dan Pemegang Saham secara tahunan;

c. Laporan evaluasi pelaksanaan RKAP dibuat oleh Direksi dan disampaikan kepada Komisaris dan Pemegang Saham secara triwulanan dan tahunan;

d. Pelaksanaan dan pencapaian RJPP/RKAP harus diawasi oleh Komisaris. Hasil pengawasan tersebut disampaikan oleh Komisaris dalam RUPS sebagai bagian dari penilaian kinerja Direksi;

e. Perubahan RKAP dapat dilakukan setiap 6 (enam) bulan setelah realisasi pelaksanaan RKAP atau sewaktu-waktu apabila dipandang mendesak jika terdapat perubahan yang sangat signifikan pada parameter yang mendasar dengan justifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan Kehendak Perusahaan (Statement of Corporate Intent/SCI) yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan komitmen dari manajemen perusahaan untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama yang diharapkan oleh semua

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 67: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

65

of the company towards the realization of common aspirations of all stakeholders and especially the shareholders and members of the organization, in line with vision and mission of the company, and in the best way possible.

7. To implement risk management policies, which involve at the minimum:

a. To identify the potential of internal risks residing in each function/unit, as well as external risks potential that may affect the performance of the company, with due consideration of alignment between strategy, business processes, Human resources, finance, technology and environment, in accordance with the objectives of the company;

b. To develop a strategy for risk management;

c. To establish standardized risk management systems and procedures;

d. To implement management programs for the mitigation of risks;

e. To evaluate the effectiveness of risk management;

f. To develop competent Risk Assessors.8. To establish operational policies and to

determine a clear and balanced success parameters in terms of financial and non-financial aspects towards the achievement of the company’s objectives, vision and mission.

9. To consider the interests of stakeholders in accordance with ethical values and prevailing laws and regulations.

10. To establish clear definition of managerial duties, responsibilities and authority at each managerial level.

11. To provide accurate and relevant information concerning the execution of its duties to the Commissioners, including with regards to change in senior management positions, human resources development programs, accountability of risk management, implementation of health, safety and environment management system, and performance of information technology infrastructure.

12. To develop and utilize information technology systems.

13. To engage in knowledge improvement in order to ensure that Directors are in step with the latest developments in the aviation industry, as part of the competence improvement program for members of the Board of Directors.

14. To prepare on time submission of regular reports in accordance with prevailing regulations, and other reports as requested by the Shareholders.

pemangku kepentingan, khususnya para pemegang saham dan anggota perusahaan, yang selaras dengan visi dan misi perusahaan, serta direalisasikan dengan cara-cara yang terbaik.

7. Menerapkan kebijakan manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup:

a. Mengidentifikasi potensi risiko internal pada setiap fungsi/unit dan potensi risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dengan memperhatikan keselarasan antara strategi, proses bisnis, SDM, keuangan, teknologi dan lingkungan, sesuai dengan tujuan perusahaan;

b. Mengembangkan strategi penanganan pengelolaan risiko;

c. Menetapkan sistem dan prosedur standar manajemen risiko;

d. Mengimplementasikan program-program pengelolaan untuk mengurangi risiko;

e. Mengevaluasi keberhasilan manajemen risiko;

f. Menyiapkan Penilai Risiko (risk assessor) yang kompeten.

8. Menetapkan kebijakan operasional perusahaan serta menetapkan ukuran keberhasilan yang jelas dan berimbang baik dari aspek keuangan maupun non keuangan untuk menentukan pencapaian tujuan, misi dan visi perusahaan.

9. Memperhatikan kepentingan stakeholders sesuai dengan nilai-nilai etika dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10. Menetapkan secara jelas tugas, tanggung jawab, dan wewenang manajemen pada setiap tingkatan/level.

11. Memberikan informasi yang relevan dan akurat mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Komisaris antara lain mengenai mutasi manajer kunci (senior), program pengembangan SDM, pertanggungjawaban manajemen risiko, pelaksanaan SMK3, dan kinerja pemanfaatan teknologi informasi.

12. Membangun dan memanfaatkan teknologi informasi.

13. Melakukan pendalaman pengetahuan dengan tujuan untuk menjamin agar Direksi tetap mengikuti perkembangan baru dalam industri penerbangan. Pendalaman pengetahuan adalah bagian dari program peningkatan kompetensi bagi tiap anggota Direksi.

14. Menyiapkan laporan berkala dengan tepat waktu sesuai peraturan yang berlaku dan pelaporan lainnya sesuai permintaan dari Pemegang Saham.

15. Direksi wajib menyerahkan laporan tahunan kepada RUPS dalam waktu 5 (lima) bulan

Page 68: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

66

15. The Board of Directors shall submit the Annual Report to the GMS within 5 (five) months after the end of the fiscal year.

16. To disclose shareownership at other companies by themselves and/or their family members in the Annual Report.

17. To assist and support the Internal Audit unit in the execution of its function, and to perform corrective or follow-up actions on the findings of the Internal Audit.

18. To review, approve and monitor the work behavior of the entire organization in terms of the Code of Conduct that forms an integral part of the Guideline for Good Corporate Governance.

19. To propose to the GMS, with the approval of the Commissioners, candidates for external auditors selected through a selection process in accordance with prevailing regulations.

20. To prepare plans for net income utilization and recommendation for distribution of interim and final dividends to the Commissioners to be forwarded to the Shareholders, taking into consideration the ability of the company to grow and expand by relying on internally generated cash flows.

The Board of Directors conducts routine meetings each week with a previously established agenda to discuss current issues. Meetings of the Directors represent a forum and mechanism for collective decision making by the Directors involving other personnel of Angkasa Pura II. The Directors are also present in joint meetings of the Board of Commissioners and Directors.

A written notice for a meeting of the Directors is served by the Corporate Secretary, along with the date, time, venue and agenda of the meeting. The Corporate Secretary prepares the agenda and other necessary support materials for the meeting, to be provided to the Directors and other personnel invited to attend the respective meeting.

setelah tahun buku berakhir.16. Menginformasikan kepemilikan sahamnya

dan/atau keluarganya pada perusahaan lain dalam Laporan Tahunan.

17. Membantu dan memberi dukungan sepenuhnya kepada Internal Audit dalam melaksanakan tugasnya, serta melakukan koreksi ataupun tindak lanjut atas hasil temuan Internal Audit.

18. Mengkaji, menyepakati dan memantau kesesuaian perilaku kerja seluruh jajaran perusahaan terhadap Pedoman Perilaku (Code of Conduct) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik ini.

19. Dengan persetujuan Komisaris, mengajukan kepada RUPS, calon-calon auditor eksternal yang dipilih melalui proses seleksi sesuai ketentuan yang berlaku.

20. Mempersiapkan rencana pemanfaatan laba bersih perusahaan dan menyiapkan rekomendasi pembagian dividen interim maupun dividen final kepada Komisaris untuk diteruskan kepada para pemegang saham dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang dengan sumber dana internal.

Direksi mengadakan rapat rutin setiap minggu yang dilaksanakan untuk membahas permasalahan dengan agenda yang ditetapkan sebelumnya. Rapat Direksi merupakan wahana dan sekaligus mekanisme bagi pengambilan keputusan Direksi secara kolektif yang melibatkan jajaran lain dalan Angkasa Pura II. Direksi hadir dalam setiap Rapat Gabungan Komisaris dan Direksi.

Pemanggilan untuk rapat Direksi dilakukan secara tertulis oleh Sekretaris Perusahaan dan disampaikan dengan mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan agenda rapat. Sekretaris Perusahaan menyiapkan agenda rapat dan dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan, untuk disampaikan kepada Direksi dan anggota perusahaan lain yang diundang untuk menghadiri rapat.

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Kehadiran pada Rapat Direksi Attendance at Board of Directors Meeting

Nama Name

Rapat Direksi Board of Directors Meeting

Rapat Dewan Komisaris dan Direksi BoC and BoD Meeting

Jumlah RapatTotal Meeting 15 Jumlah Rapat

Total Meeting 14

Edie Haryoto 15 14S. Tulus Pranowo 13 13Tommy Soetomo 13 6I Gusti Made Dhordy 11 12Endang Dwi Suryani 11 12

Page 69: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

67

During 2007, members of the Board of Directors of Angkasa Pura II attended various training courses, seminars and conferences, domestic and overseas, either in the capacity of participant or speaker, among other things in aspects of Good Corporate Governance, management, finance, and airport business. The Directors also conducted comparative studies at several international airports in Europe and Asia-Pacific.

The Shareholders evaluate the performance of the Directors, collectively as well as individually, through the GMS mechanism. Performance evaluation of individual Director is conducted by the Board of Commissioners who discusses the results of its evaluation with the respective Director, and submitted to the GMS for review and consideration.

CORPORATE SECRETARYThe Corporate Secretary serves a liaison function between the Directors and the management, Commissioners, and Shareholders, and represents the company in the communication with stakeholders related to the company.

The Corporate secretary is appointed and dismissed by, and is directly responsible to, the President Director, and reports regularly on its activities to the President Director.

In performing its activities, the Corporate secretary has the following duties and responsibilities:1. With respect to the Shareholders a. To coordinate the pre GMS activities; b. To plan for and to organize the GMS,

annual as well as extraordinary GMS, or other meetings with the Shareholders;

c. To prepare and to document the minutes of the GMS, noting all the proceedings as well as difference in opinion, and to provide them if required by the Shareholders;

d. To prepare the Register of Shareholders of the company, its subsidiaries and affiliate companies.

2. With respect to issues of regulatory compliance

a. To ensure that the company has complied with transparency and information disclosure requirements in the annual report of the company;

b. To sort out the relevant information for internal as well as external publication or circulation;

c. To coordinate issues of compliance to GCG implementation within the company.

Dalam tahun 2007, Direksi Angkasa Pura II mengikuti berbagai pelatihan, seminar, konferensi di dalam dan luar negeri baik sebagai peserta maupun sebagai pembicara, diantaranya mengenai Good Corporate Governance, manajemen, keuangan dan kebandarudaraan. Selain itu juga melakukan studi banding ke bandara-bandara internasional di kawasan Eropa dan Asia Pasifik.

Pemegang Saham menilai kinerja Direksi secara keseluruhan dan masing-masing anggota Direksi melalui mekanisme RUPS. Penilaian individual untuk tiap anggota Direksi dilakukan oleh Komisaris dan membahas hasil penilaiannya dengan anggota Direksi yang bersangkutan serta dilaporkan kepada RUPS untuk ditelaah dan dipertimbangkan.

SEKRETARIS PERUSAHAANSekretaris Perusahaan merupakan penghubung antara Direksi dengan Manajemen, Komisaris dan Pemegang Saham serta wakil perusahaan dalam berhubungan dengan stakeholders yang berkaitan dengan perusahaan.

Sekretaris Perusahaan diangkat, diberhentikan dan bertanggung jawab langsung oleh/kepada Direktur Utama dan melaporkan kegiatannya kepada Direktur Utama secara berkala.

Dalam menjalankan aktivitasnya Sekretaris Perusahaan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:1. Berkaitan dengan Pemegang Saham a. Mengkoordinasikan penyelenggaraan Pra

RUPS; b. Melakukan perencanaan dan

penyelenggaraan RUPS baik yang bersifat tahunan maupun yang bersifat luar biasa atau pertemuan lainnya dengan Pemegang Saham;

c. Membuat dan mendokumentasikan risalah RUPS yang mencantumkan dinamika rapat dan perbedaan pendapat serta menyediakannya bila diminta oleh Pemegang Saham;

d. Menyiapkan Daftar Pemegang Saham baik perusahaan, anak perusahaan maupun afiliasinya.

2. Berkaitan dengan kepatuhan terhadap perundang-undangan

a. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi ketentuan tentang persyaratan keterbukaan dan pengungkapan yang berlaku dalam laporan tahunan;

b. Menyeleksi jenis-jenis informasi yang relevan untuk dipublikasikan atau diedarkan

Page 70: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

68

3. With respect to stakeholders a. To liaise between the Board of Directors

and other stakeholders of the company; b. To serve the public and other parties

regarding any request for information related to the condition of the company;

c. To prepare and organize company activities involving external parties with a view towards developing the corporate image;

d. To coordinate the company’s CSR programs;

e. To maintain and update the information in the company’s website through coordination with the related functional units.

4. With respect to the Corporate Secretariat function

a. To coordinate meetings of the Shareholders, Commissioners and Directors or meetings with other parties related to strategic issues concerning the company;

b. To prepare the notice, schedule, agenda, materials and minutes of meetings, noting the proceedings and ratification of the minutes of meetings, and its distribution to the relevant parties;

c. To document the minutes of meetings and provide them if requested by Commissioners or Directors;

d. To coordinate with branch offices regarding information related to the latest condition in branch offices;

e. To submit regular management reports and other necessary reports to the Shareholders and Commissioners.

BRIEF PROFILE

Sudaryanto – Corporate SecretaryBorn in 1956 in Kebumen – Central Java. Started his career at Angkasa Pura II as a staff in Commercial Division at Kemayoran Airport in 1978. Graduated from the Faculty of Social and Political Science of DR Moestopo University (Religious) Jakarta in 1988, and obtained a Master of Science degree from Indonesia University in 2002. Previously held the position of Secretary of the Board in 2002 and Head of General Affairs at Soekarno-Hatta Airport branch office in 2004, before promoted to the post of Corporate secretary in 2006 up to the present.

di internal maupun eksternal perusahaan; c. Mengkoordinasikan kepatuhan atas

pelaksanaan GCG di lingkungan perusahaan.

3. Berkaitan dengan stakeholders a. Menjadi penghubung antara Direksi dengan

pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan;

b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pihak lain atas setiap permintaan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan;

c. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan perusahaan yang melibatkan pihak eksternal yang bertujuan untuk membentuk citra (image) perusahaan;

d. Melakukan koordinasi atas program-program CSR perusahaan;

e. Mengelola dan memutakhirkan informasi dalam website perusahaan melalui koordinasi dengan unit fungsional terkait.

4. Sebagai fungsi Sekretariat Perusahaan a. Mengkoordinasikan Rapat Pemegang

Saham, Komisaris dan Direksi ataupun rapat dengan pihak lainnya terkait hal strategis perusahaan;

b. Mempersiapkan undangan, jadwal, agenda, materi dan risalah rapat yang menggambarkan dinamika rapat dan proses pengesahan risalah rapat serta mendistribusikannya kepada pihak-pihak terkait;

c. Mendokumentasikan risalah rapat dan menyediakannya bila diperlukan oleh Komisaris atau Direksi;

d. Melakukan koordinasi dengan kantor cabang perihal informasi yang berkaitan dengan kondisi kantor cabang terkini;

e. Mengirimkan laporan manajemen dan laporan lainnya kepada Pemegang Saham dan Komisaris secara berkala.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Sudaryanto – Sekretaris PerusahaanLahir pada tahun 1956 di Kebumen – Jawa Tengah. Memulai karir di Angkasa Pura II sebagai Staf Bidang Komersial di Bandara Kemayoran pada tahun 1978. Lulus Fakultas Sosial dan Politik Universitas DR Moestopo (Beragama) Jakarta pada tahun 1988 dan memperoleh gelar Master of Science dari Universitas Indonesia tahun 2002. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Komisaris tahun 2002 dan Kepala Bidang Umum Kantor Cabang Bandara Soekarno-Hatta pada tahun 2004 sebelum menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan pada tahun 2006 sampai sekarang.

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 71: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

69

COMPANY ETHICSTrust and credibility are very much related to the behavior of each personnel of Angkasa Pura II in their interaction with stakeholders. In conducting its activities, the company observes prevailing rules and regulations as well as upholds the highest standards of business norms and ethics. The awareness to abide ethically will contribute to improve and strengthen the positive image of the company.

This line of thinking provides a firm base for Angkasa Pura II to position itself as a leading and respected company in the business circles. To achieve this, the company formulates a code of conduct that regulates policy on ethical values that are stated explicitly as a standard guideline regulating the behavior of each personnel of Angkasa Pura II.

In October 2007, Angkasa Pura II published a Good Corporate Governance (GCG) Manual and a Code of Conduct for employees within Angkasa Pura II, in accordance with Joint Decree of Commissioners and Directors of Angkasa Pura II No. KEP.448/UM.004/X/APII-2007 and KEP.02.03.01/00/10/2007.461 dated October 1, 2007. The GCG Manual and Code of Conduct have been presented to employees at all branch offices of Angkasa Pura II, and each employee is required to sign a statement of intent to comply with the Code of Conduct.

The work principles within Angkasa Pura II that have become a corporate culture guiding the behavior of each personnel of Angkasa Pura II are defined as follow:1. Trustworthiness To conduct business transactions in honesty,

keep promises and sincere in negotiations.2. Honesty Honesty means acting and telling the truth.

With honesty, the company will become a trusted vehicle where investors are willing to invest their funds.

3. Care The company will receive social, political

and economic support if in the conduct of its business, the management of the company can show their commitment to grow and prosper together with the stakeholders of the company and the society.

4. Tactfulness Smart, careful, fast and resolute decision

making in order to increase business growth.5. Integrity The existence of people who are proud

ETIKA PERUSAHAANKredibilitas dan kepercayaan sangat erat kaitannya dengan perilaku Insan Angkasa Pura II dalam berinteraksi dengan para pemangku kepentingan. Pengelolaan perusahaan selain mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku juga menjunjung tinggi norma dan nilai etika. Kesadaran menjalankan etika yang baik akan meningkatkan dan memperkuat citra positif perusahaan.

Pemikiran tersebut menjadi dasar yang kuat bagi perusahaan untuk mewujudkan Angkasa Pura II sebagai salah satu perusahaan yang disegani dan bermartabat dalam dunia usaha. Wujud dari niat tersebut adalah perumusan pedoman perilaku (code of conduct) yang mengatur kebijakan nilai-nilai etis yang dinyatakan secara eksplisit sebagai suatu standar perilaku yang harus dipedomani oleh seluruh Insan Angkasa Pura II.

Pada bulan Oktober, Angkasa Pura II menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct) di lingkungan Angkasa Pura II sesuai dengan Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi Angkasa Pura II Nomor : KEP.448/UM.004/X/APII-2007 dan KEP.02.03.01/00/10/2007.461 tanggal 1 Oktober 2007, yang langsung disosialisasikan kepada seluruh karyawan di seluruh kantor cabang Angkasa Pura II. Dalam sosialisasi tersebut setiap karyawan juga turut menandatangani pernyataan komitmen untuk mematuhi Code of Conduct tersebut.

Prinsip-prinsip kerja di lingkungan Angkasa Pura II merupakan budaya yang menjadi acuan perilaku seluruh Insan Angkasa Pura II dirumuskan sebagai berikut:1. Dapat Dipercaya (Trustworthiness) Melaksanakan transaksi bisnis secara jujur,

memegang teguh janji dan tulus dalam bernegosiasi.

2. Kejujuran (Honesty) Jujur berarti bertindak dan berkata benar. Dengan

kejujuran maka perusahaan dapat menjadi wahana sehingga para pemilik modal tidak ragu untuk menginvestasikan kekayaannya.

3. Kepedulian (Care) Perusahaan dapat memperoleh dukungan

sosial, politik, dan ekonomik, karena di dalam menjalankan kiprahnya seluruh jajaran manajeman perusahaan menunjukan komitmen mereka untuk bertumbuh kembang bersama semua petaruh perusahaan dan masyarakat.

4. Kelugasan (Tactfulness) Pengambilan keputusan yang cerdas,

Page 72: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

70

to be part of the organization of Angkasa Pura II and honored to be able to manage the company. This integrity is realized in professional conduct, high standard of ethics, and trustworthiness, hence improving public confidence and the image of the company.

6. Free from Conflict of Interest The processes for decision making and policy

formulation within Angkasa Pura II should be free from any personal interest or interest of any party that does not represents the interest of the company, from interfering and affecting the results of such decision making or policy formulation processes.

7. Free Flow Maximum value for the company and its

stakeholders is realized through the efforts by all personnel of the company in maintaining a free and secure flow of flights, people and goods at all airports under the management of Angkasa Pura II.

8. Ethical Behavior To realize the best performance through

work and efforts that emphasized the highest business ethics, common values, and prevailing regulations.

9. Good Corporate Citizenship A growing and progressive business

sustainability, as well as the position as a honorable corporate citizen, is realized through decisions and actions that reflect the commitment to grow and prosper together with stakeholders of the company (the company and society as part of the business ecosystem).

10. Prudence Work that are ethical, provides value and

responsible is realized through the conduct of business activities in a diligent, careful, objective and comprehensive manner, as well as through highly vigilant decision making process, in which a decision is only made after ensuring that all underlying aspects of the decision have been completely considered and reviewed.

11. Risk Control Any action or decision making related to the

activity of the company has to consider the aspect of risk management as a reflection of vigilance and introspect in the face of high risk business conditions.

cermat, cepat, dan tegas guna meningkatkan pertumbuhan usaha.

5. Integritas (Integrity) Keberadaan orang-orang yang bangga menjadi

anggota Angkasa Pura II dan mendapatkan kehormatan untuk menjadi penyelenggara perusahaan ini. Kehormatan diwujudkan dengan tindakan profesional, berlandaskan etika, dan dapat dipercaya, sehingga meningkatkan kepercayaan publik dan citra perusahaan.

6. Bebas dari Konflik Kepentingan (Free from Conflict of Interests)

Proses pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan di lingkungan Angkasa Pura II tidak membiarkan kepentingan pribadi atau kepentingan pihak lain yang tidak mewakili kepentingan perusahaan ini, mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang dihasilkan.

7. Kelancaran Aliran (Free Flow) Penciptaan nilai maksimal bagi perusahaan dan

para petaruhnya diwujudkan bila seluruh jajaran perusahaan mengusahakan penerbangan serta aliran orang dan barang yang lancar dan aman di bandara yang dikelola Angkasa Pura II.

8. Perilaku Etikal (Ethical Behavior) Mewujudkan kinerja terbaik melalui usaha

dan kerja dengan menjunjung tinggi etika bisnis, tata nilai yang telah disepakati bersama, undang-undang, dan peraturan yang berlaku.

9. Keinsanan Korporasi yang Baik (Good Corporate Citizenship)

Kesinambungan usaha yang progresif, bertumbuh kembang dan mendapatkan kedudukan sebagai Insan masyarakat yang terhormat (honorable corporate citizen) diwujudkan dengan keputusan dan tindakan untuk bertumbuh kembang bersama para pemangku kepentingannya (perusahaan dan masyarakat menjadi bagian dari ekosistem bisnis).

10. Kehati-hatian (Prudence) Menjalankan aktivitas perusahaan dengan

teliti, cermat, obyektif, dan komprehensif, serta pengambilan keputusan dengan kewaspadaan tinggi, artinya suatu keputusan diambil bila telah diyakini bahwa hal-hal yang mendasari keputusan tersebut sudah dikaji dari segala aspek secara tuntas, adalah wujud dari kerja yang etikal, bernilai tinggi dan bertanggung jawab.

11. Pengendalian Risiko (Risk Control) Tindakan dan pengambilan keputusan terkait

dengan aktivitas perusahaan harus selalu memperhatikan manajemen risiko sebagai wujud sikap waspada dan mawas diri pada waktu dihadapkan pada kondisi bisnis yang berisiko tinggi.

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 73: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

71

INTERNAL AUDITInternal Audit is established to assist the President Director in performing investigations, and in assessing the control, management and its implementation, as well as provides recommendations for their improvement. In line with the paradigm shift regarding internal audit, the Internal Audit has also developed the capability to function as partner, consultant and catalyst.

As partner, Internal Audit has the same position as other work units towards the achievement of the company’s objectives. As an internal consultant, Internal Audit provides input on policy, system and procedure formulation processes, by carrying out reviews and studies and suggestion for improvement, following direct as well as indirect discussion with the respective work unit. As catalyst, Internal Audit functions as an intermediary between the risk owner (auditee) and the supervising unit, especially the President Director.

Internal Audit is placed directly under the President Director to ensure independency from operating activities or the work unit being audited. The President Director provides adequate authority to Internal Audit to carry out its duties.

Internal Audit carries out its duties by conducting evaluation on internal control, financial audit, compliance audit, operational audit, management audit, contract audit, information system audit, development of internal quality, and relations with external entities.

Duties and responsibilities of Internal Audit are:1. To assess and monitor the performance of

work units, as an early warning system to inform the President Director in the event of a decline in performance;

2. To analyze and evaluate the reliability, adequacy and utilization of accounting control, financial control and other control mechanism;

3. To provide input towards the effective implementation of internal control systems and their improvements, using the quality targets of the work units as a criteria for audit work on the respective units;

4. To improve the quality of information disclosure in financial statements;

5. To assess the quality of work of field staff, and enforce organizational discipline and control to prevent frauds and deviations;

6. To identify activities to be audited, and to evaluate and assess the risk level of those

INTERNAL AUDITORSInternal Auditors dibentuk untuk membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan serta menilai pengendalian, pengelolaan dan pelaksanaannya serta memberikan saran-saran perbaikan. Sejalan dengan perubahan paradigma Internal Auditors, maka Internal Auditors memberdayakan fungsinya sebagai mitra, konsultan, dan katalis.

Sebagai mitra, Internal Auditors mempunyai kedudukan yang sama dengan unit kerja lain dalam mencapai tujuan organisasi. Sebagai konsultan internal, Internal Auditors memberi masukan dalam proses penyusunan kebijakan, sistem dan prosedur, dengan melakukan review, kajian dan memberikan saran perbaikan setelah melalui diskusi dengan unit kerja yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai katalis, Internal Auditors berperan sebagai media penghubung antara risk owner (audittee) dengan unit Pembina, terutama dengan Direksi.

Internal Auditors berada langsung di bawah Direktur Utama untuk menjamin independensinya dari kegiatan atau unit kerja yang diaudit. Direktur Utama memberikan kewenangan yang memadai pada Internal Auditors untuk melaksanakan tugasnya.

Internal Auditors melaksanakan tugasnya melalui evaluasi pengendalian internal, pemeriksaan keuangan, pemeriksaan ketaatan, pemeriksaan operasional, pemeriksaan manajemen, pemeriksaan kontrak, pemeriksaan sistem informasi, pengembangan kualitas internal, dan hubungan dengan entitas luar.

Tugas dan tanggung jawab Internal Auditors meliputi:1. Menilai kinerja unit kerja dan melakukan

pemantauan untuk memberikan informasi dini (early warning system) kepada Direktur Utama bila terjadi penurunan kinerja;

2. Menguji dan menilai kehandalan, kelengkapan dan penggunaan dari pengendalian akuntansi, keuangan dan pengendalian lainnya;

3. Memberikan masukan bagi efektivitas penerapan sistem pengendalian mutu dan peningkatan yang diperlukan dengan menjadikan sasaran mutu unit kerja sebagai salah satu kriteria dalam melakukan audit;

4. Meningkatkan kualitas keterbukaan laporan keuangan;

5. Menilai kualitas pelaksanaan tugas para pelaksana dan menegakkan disiplin organisasi

Page 74: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

72

activities including in consideration of audit costs and scheduling;

7. To perform an audit on all work units of the company to ensure that all activities are carried out in an economical, efficient and effective manner;

8. To ensure that the company has properly identified and managed its risk exposures;

9. To ensure that the company has complied with all relevant laws and regulations;

10. To ensure that all work units have complied with the company’s policies and procedures;

11. To undertake other duties as assigned by the Board of Commissioners related to the supervisory function of the Board of Commissioners;

12. To coordinate the monitoring of follow-up action on audit findings and to ensure that the appropriate measures have been taken by the work unit;

13. To conduct a special review on work units as necessary based on the direction of the President Director;

14. To facilitate the process of financial audit by external auditors;

15. To monitor and assess the adequacy of follow-up measures on the audit findings by Internal Audit and external auditors, and to make a report to the President Director;

16. To facilitate the implementation of GCG practices within the company, and to provide information and/or inspection reports to such other parties that requested them, with the permission of the President Director.

In carrying out its duties, Internal Audit is guided by code of ethics, auditing norms, the Internal Audit Charter, and other regulations pertaining to Internal Audit, as well as upholds the principles of objectivity, confidentiality, meticulousness, and prudence.

To maintain the quality of audit work, Internal Audit perform its work on the basis of Internal Audit Professional Standards, professional code of ethics, and Internal Audit Work Manual, covering:1. Audit work plan and budget control plan;2. Quality assessment on internal control;3. Implementation of control supervision;4. Monitoring of audit quality control;5. Monitoring of follow-up actions on audit

findings.

Internal Audit, together with the related functions, conduct a risk-based internal control assessment that will be used as a basis in formulating plans

dan pengendalian untuk mencegah kecurangan dan penyimpangan;

6. Mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang akan diaudit, mengevaluasi serta menilai tingkat risiko kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam kaitannya dengan biaya dan jadwal audit;

7. Melakukan audit pada semua unit kerja perusahaan untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip ekonomis, efisien dan efektif;

8. Meyakinkan bahwa perusahaan telah mengidentifikasi dan mengelola risiko-risiko yang dihadapi perusahaan dengan baik;

9. Meyakinkan bahwa perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;

10. Memastikan bahwa semua unit kerja telah mematuhi kebijakan-kebijakan dan prosedur perusahaan;

11. Melakukan tugas lain yang diberikan Komisaris yang berkaitan dengan fungsi Komisaris dalam fungsi sebagai pengawasan;

12. Mengkoordinir pemantauan pelaksanaan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksanaan dan memastikan tindakan yang tepat telah dilakukan oleh unit kerja;

13. Melakukan audit khusus (special review) pada unit kerja yang diperlukan berdasarkan arahan Direktur Utama;

14. Memfasilitasi audit keuangan yang dilakukan oleh Auditor Eksternal;

15. Memonitor dan menilai kecukupan pelaksanaan tindak lanjut laporan hasil audit Internal Auditors dan Auditor Eksternal serta melaporkannya kepada Direktur Utama;

16. Memfasilitasi penerapan praktik GCG di lingkungan perusahaan dan menyediakan informasi dan/atau laporan pemeriksaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan atas ijin Direktur Utama.

Dalam menjalankan tugasnya Internal Auditors berpedoman kepada kode etik, norma-norma audit, Piagam Internal Auditors, peraturan lainnya yang berkaitan dengan Internal Auditors dan senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip objektivitas, kerahasiaan, ketelitian dan kehati-hatian.

Untuk menjaga kualitas hasil audit, Internal Auditors melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Profesi Auditor Internal, Kode Etik Profesional, serta Pedoman Kerja Internal Auditors, meliputi:1. Perencanaan audit dan pengendalian anggaran;2. Penilaian kualitas pengendalian internal;

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 75: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

73

for the improvement of business processes, methodologies and audit procedures.

Internal Audit conducts intensive monitoring on the implementation of follow-up measures of audit findings by Internal Audit and external auditors, and submits regular reports to the President Directors and the Board of Commissioners through the Audit Committee.

All internal auditors are required to attend professional training towards professional certifications to comply with standards required by Angkasa Pura II. The Head of Internal Audit and Supervisor of Internal Audit also receive adequate training in profession and managerial skills to ensure the capability of managing the Internal Audit unit.

EXTERNAL AUDITORS External Auditors or Public Accountants undertake a financial audit on the Company’s financial statements in order to provide an independent and objective opinion on the fair presentation, integrity and conformity of the financial statements with regards to financial accounting standards in Indonesia and prevailing laws and regulations.

The selection for External Auditors is conducted through a tender process according to company policy on the procurement of goods and services. The External Auditors is appointed in a General Meeting of Shareholders and is bound by a work contract/agreement that governs the right and responsibilities of the respective parties.

Internal Audit performs the necessary coordination in order to facilitate the process of financial audit by External Auditors. The Audit Committee monitors the effectiveness of the audit process and reviews the performance of External Auditors.

Angkasa Pura has appointed the Public Accountant Firm (KAP) Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang as External Auditors to perform a General Audit on the Company’s Financial Statements for a fee of Rp 470,000,000. The External Auditors has given an opinion of Sehat “AA” on the Financial Statements of Angkasa Pura II in its independent auditors report dated March 6, 2008, KAP License No. 98.1.0207. For Angkasa Pura II, the KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang has provided its audit service for 1 (one) audit period, namely for fiscal 2007. In addition to Financial Audit, the KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang also performed an IT Audit.

3. Pelaksanaan pengawasan;4. Pemantauan pengendalian mutu audit;5. Pemantauan tindak lanjut hasil audit.

Internal Auditors bersama fungsi terkait melakukan internal control assessment berbasis risiko yang akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan rencana perbaikan proses bisnis, metodologi dan prosedur audit.

Internal Auditors melakukan pemantauan secara intensif atas pelaksanaan tindak lanjut dari temuan hasil audit Internal Auditors dan Auditor Eksternal dan melaporkan kepada Direktur Utama dan Komisaris melalui Komite Audit secara berkala.

Semua Internal Auditors diwajibkan mengikuti pelatihan-pelatihan profesional untuk melengkapi sertifikasi guna memenuhi standar yang dibutuhkan Angkasa Pura II. Head of Internal Auditors dan Supervisor Internal Auditors memperoleh pelatihan di bidang profesi dan manajerial yang memadai agar dapat mengelola satuan yang dipimpinnya dengan baik.

AUDITOR EKSTERNALAuditor Eksternal atau Akuntan Publik melakukan audit laporan keuangan atas laporan keuangan perusahaan untuk memberikan pendapat yang independen dan objektif mengenai kewajaran, ketaatazasan dan kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seleksi Auditor Eksternal dilaksanakan melalui proses pelelangan sesuai dengan kebijakan perusahaan di bidang pengadaan barang dan jasa. Auditor Eksternal ditetapkan dalam RUPS dan diikat dengan kontrak/perjanjian yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Internal Auditors melaksanakan koordinasi dan memfasilitasi pelaksanaan tugas Auditor Eksternal untuk terciptanya kelancaran pelaksaan tugas. Komite Audit memantau efektivitas pelaksanaan tugas dan mereview kinerja Auditor Eksternal.

Angkasa Pura II telah menunjuk Auditor Eksternal yaitu Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang untuk melaksanakan Jasa Audit Umum atas Laporan Keuangan dengan biaya sebesar Rp Rp 470.000.000,-, tanggal Laporan Audit 6 Maret 2008 dan nomor izin KAP 98.1.0207. Opini akuntan atas Laporan Keuangan Angkasa Pura II , yaitu SEHAT “AA”. Untuk Angkasa Pura II, Doli, Bambang,

Page 76: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

74

AUDIT COMMITTEE The Audit Committee is a permanent committee established by the Board of Commissioners of Angkasa Pura II to assist the Commissioners in their oversight function over the management performance of the company as a whole.

The Audit Committee was established to increase the effectiveness of the duties of the Board of Commissioners, particularly with regards to the supervision of the governance at Angkasa Pura II, involving supervision to systems and process of financial reporting, the audit process on the company’s financial statements, evaluation on implementation of internal control, and evaluation on the performance of the company’s Internal Audit unit, as well as compliance to other prevailing laws and regulations.

The Audit Committee of Angkasa Pura II comprises a Commissioner, Amir Sembiring, as committee Chairman, and 2 (two) independent professionals external to Angkasa Pura II. The external committee members are intended to ensure an objective assessment, having no relation to the management of the company in terms of ownership interest or business activities of Angkasa Pura II.

The Audit Committee endeavors to ensure that Financial Statements submitted by the company’s management provide an accurate representation of:1. The financial condition of the company;2. The results of operations of the company; and3. Any existing long-term plans and

commitments.

In the reporting process of the financial condition of Angkasa Pura II, the Audit Committee strives to ensure the adequacy of existing control systems and procedures in order to produce a variety of financial reports in an independent, accurate, comprehensive, objective and timely manner. Among these financial reports are the company’s financial condition brochures, periodic financial statements, prospects and developments of financial condition, and other financial information that are submitted to the Shareholder.

The Audit Committee is responsible to ensure the quality, independency and validity of audit findings by external auditors, according to prevailing and universally accepted standards and requirements. This is achieved by conducting assessment and evaluation on the process and results of the audit, starting from the selection and

Sudarmadji & Dadang mengaudit selama 1 (satu) periode audit, tahun buku 2007. Selain jasa Audit Keuangan, Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang juga biasa melakukan Audit IT.

KOMITE AUDITKomite Audit merupakan sebuah komite tetap yang dibentuk oleh Komisaris Angkasa Pura II untuk membantu Komisaris memenuhi tanggung jawabnya dalam melaksanakan fungsi pengawasan atas kinerja manajemen (oversight function) secara menyeluruh.

Komite Audit dibentuk untuk dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas Komisaris, terutama yang bersangkutan dengan pengawasan terhadap tata kelola Angkasa Pura II, yang meliputi pengawasan terhadap sistem dan proses pelaporan keuangan, proses audit atas laporan keuangan perusahaan, evaluasi atas pelaksanaan pengawasan internal (internal control) perusahaan dan evaluasi atas kinerja Internal Auditors perusahaan, serta pemenuhan ketentuan dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Komite Audit Angkasa Pura II terdiri dari seorang Komisaris sebagai Ketua Komite yaitu Amir Sembiring dan 2 (dua) orang tenaga profesional dari luar Angkasa Pura II. Anggota komite dari luar Angkasa Pura II dimaksudkan agar dapat memberikan penilaian yang objektif, karena tidak mempunyai kaitan dengan manajemen baik dalam hal kepemilikan maupun kaitan dengan kegiatan usaha Angkasa Pura II.

Komite Audit mengusahakan agar Laporan Keuangan yang diajukan oleh manajemen perusahaan dapat memberikan gambaran yang sebenar-benarnya tentang:1. Kondisi keuangan perusahaan;2. Hasil usaha perusahaan yang sesungguhnya;

dan3. Rencana dan komitmen jangka panjang yang

ada.

Dalam Proses Pelaporan Kondisi Keuangan Angkasa Pura II, Komite Audit berupaya menjaga agar Sistem dan Prosedur Pengendalian yang ada mampu menghasilkan berbagai Laporan Keuangan yang independen, akurat, lengkap, obyektif dan tepat waktu. Jenis Laporan Keuangan yang dihasilkan adalah brosur kondisi keuangan perusahaan, laporan keuangan berkala, prospek perkembangan kondisi keuangan perusahaan dan informasi keuangan lain yang perlu disampaikan kepada para Pemegang Saham.

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 77: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

75

appointment process of independent auditors, and up to the time the report of audit results is submitted to the management of the company and to the Shareholders.

In conducting its duties, the Audit Committee is guided by the Audit Committee Charter that binds every parties involved, and among other things contain the objectives, duties, responsibilities and authority of the Audit Committee. Communication between the Audit Committee and Internal Audit as well as external auditors has been properly maintained. The Audit Committee also submits regular reports of its activities to the Board of Commissioners.

The Audit Committee conducts meetings with the Board of Commissioners, routine monthly meetings with the Management, meetings with External Auditors, as well as Audit Committee internal meetings.

Throughout 2007, the Audit Committee was engaged in the following activities:1. Recommendations of the Audit Committee to

the Board of Commissioners;2. Reviewing the work plan of Internal Audit3. Formulating the framework for the procurement

of External Auditors’ services to perform a Financial Audit on Financial Statements and an Information Technology (IT) Audit for fiscal 2007;

4. Conducting the procurement of External Auditors services for Financial Audit and TI Audit for Angkasa Pura II in fiscal 2007;

5. Monitoring the process of the Financial Audit on Financial Statements and the IT Audit performed by KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang;

6. Reviewing the performance of KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang in the Financial Audit and the IT Audit;

7. Reviewing reports by Internal Audit in 2006;8. Formulating the 2008 Work Plan of Audit

Committee;

Komite Audit bertanggung jawab menjaga kualitas proses serta independensi dan kesahihan (validitas) hasil audit dari auditor eksternal memenuhi standard dan persyaratan yang berlaku dan diakui berlaku secara universal. Usaha ini wajib dilakukan dengan cara menilai dan melakukan evaluasi atas proses dan hasil audit itu mulai dari saat pemilihan, penunjukan dan penetapan auditor independen itu sampai dengan saat laporan-laporan hasil audit disampaikan kepada manajemen perusahaan dan para Pemegang Saham.

Sebagai pedoman pelaksanaan tugasnya, Komite Audit telah dilengkapi dengan Piagam Komite Audit yang mengikat semua pihak, antara lain memuat tujuan, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan Komite Audit. Komunikasi antara Komite Audit dengan Internal Auditor ataupun Auditor Independen telah dilaksanakan dengan baik. Komite Audit juga telah melaporkan hasil kerjanya kepada Dewan Komisaris secara berkala.

Rapat-rapat yang dihadiri Komite Audit, yaitu Rapat dengan Dewan Komisaris, Rapat dengan Manajemen (rutin setiap bulan), Rapat dengan Auditor Eksternal (KAP), dan Rapat Internal Komite Audit.

Selama tahun 2007, Komite Audit telah melakukan kegiatan seperti :1. Rekomendasi-rekomendasi Komite Audit

kepada Dewan Komisaris;2. Review program kerja Internal Auditor;3. Pembuatan Kerangka Acuan Kerja Pengadaan

Jasa KAP Audit Laporan Keuangan dan Audit Teknologi Informasi (TI) Angkasa Pura II tahun buku 2007;

4. Pelaksanaan pengadaan jasa Audit Laporan Keuangan dan Audit TI Angkasa Pura II tahun 2007;

5. Pemantauan pelaksanaan Audit Umum Laporan Keuangan dan Audit Teknologi Informasi oleh KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang;

6. Review atas pelaksanaan audit KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang, baik Audit

Kehadiran pada Rapat Komite Audit Attendance at Audit Committee Meeting

Nama Name

Rapat Komite Audit Audit Committee Meeting

Jumlah RapatTotal Meeting 16

Amir Sembiring (Ketua) 13Agung Suprananto 16Israful Hayat 16Per 8 November 2007Suyatno Harun (Ketua) 1

Page 78: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

76

9. Monitoring the auditing process by Internal Audit on branch offices of Angkasa Pura II;

10. Discussion on recommendations for amendments to the Articles of Association of Angkasa Pura II.

BRIEF PROFILES

Agung Suprananto – Audit Committee memberBecame a member of the Audit Committee in 2006. A Diploma IV graduate of the State Accounting College (Sekolah Tinggi Akuntansi negara) in 1991. Served as Director of Finance at PT Intama Artha Indonusa in 1999-2001 and Director of Organization Development, the Indonesian Accountant Association, in the same years. Have work experience in public accountant audit profession and the monitoring on special review by Public Accountant Firm for State-Owned Enterprises.

Israful Hayat – Audit Committee memberBecame a member of the Audit Committee of Angkasa Pura II in 2006. Graduated from the Faculty of Law, Bung Hatta University, Padang, in 1993. Attended various courses in Law and Regulations, Business Contracts and Air Law. Served as Head of Sub-Bureau of Law and Regulations, the Secretariat of the Directorate General of Air Transportation, the Ministry of Transportation, since 2002 up to the present.

RISK MANAGEMENT COMMITTEERisk management constitutes an integral part of the management of Angkasa Pura II. A systematic approach to risk management will enable an effective decision making process, both in the early stage of the process and at the time of its implementation.

Risk management within Angkasa Pura II is specifically defined in Articles 58 and 59 of the Decree of the Directors No. 01.01.10/00/09/2006, and is focused on the respective sub-directorate related to the following three aspects of risks:

1. Technical Risks Encompassing global risks related to changes

in environment condition, technological developments, and shifts in political condition. Next is production risk related to the possible failure to achieve projected income levels due to the increase in operating costs. Accordingly, Angkasa Pura II conducts an intensive calculation and comprehensive research concerning the various possibilities

Laporan Keuangan maupun Audit Teknologi Informasi;

7. Review atas laporan Internal Auditor tahun 2006;

8. Pembuatan Program Kerja Komite Audit tahun 2008;

9. Pemantau proses pelaksanaan audit oleh Internal Auditor di kantor-kantor cabang Angkasa Pura II;

10. Pembahasan usulan perubahan Anggaran Dasar Angkasa Pura II.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Agung Suprananto - Anggota Komite AuditBergabung sebagai Anggota Komite Audit Angkasa Pura II pada tahun 2006. Lulus Diploma IV Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 1991. Pernah menjadi Direktur Keuangan PT Intama Artha Indonusa pada tahun 1999 – 2001 dan juga Direktur Pengembangan Organisasi, Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun yang sama. Memiliki pengalaman dalam pemeriksaan profesi akuntan publikc dan pemantauan terhadap pelaksanaan audit khusus yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik terhadap BUMN.

Israful Hayat - Anggota Komite AuditBergabung sebagai Anggota Komite Audit Angkasa Pura II pada tahun 2006. Lulus Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Padang tahun 1993. Mengikuti berbagai pendidikan di bidang Peraturan Perundang-undangan dan Kontrak Bisnis serta Air Law. Menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan Bagian Hukum, Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan pada tahun 2002 hingga sekarang.

KOMITE MANAJEMEN RISIKOPengelolaan risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam manajemen Angkasa Pura II. Pengelolaan risiko yang dijalankan secara sistematis akan memungkinkan terciptanya proses pembuatan keputusan secara efektif pada tahap awal dan saat keputusan tersebut dijalankan.

Secara khusus, pengelolaan risiko di lingkungan Angkasa Pura II ditetapkan dalam pasal 58 dan 59 Surat Keputusan Direksi No.01.01.01/00/09/2006, dimana terkonsentrasi pada masing-masing Sub Direktorat yang terkait dengan tiga aspek risiko berikut ini:

1. Risiko Teknis Meliputi risiko global (global risk) yaitu yang

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 79: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

77

regarding changes in environmental, political and technological conditions, as well as the various constraints related to marketing and business operations.

2. Financial Risks The volatility of the Rupiah exchange rate, a

mismatch between incoming and outgoing cash flows, changes in interest rates, an imbalanced capital structure, and uncontrollable losses on investments, represent issues that must be properly calculated by Angkasa Pura II. In this case, Angkasa Pura II always prepares itself for the worst case scenarios in the event of escalating risk level related to the various aspects as described above. Accordingly, the management of Angkasa Pura II strives to maintain the company’s financial ratios at a healthy level, and manages the business of the company on the basis of regulations by the Ministry of Finance regarding the financial health of State Enterprises. In addition, Angkasa Pura II also intensively seeks for other alternatives in managing business activities and opportunities in a safer, more careful and healthier manner.

3. Legal Risks As a legally incorporated business entity,

Angkasa Pura II has to deal with a variety of legal issues that have the potential to cause further losses for the company. Losses of a legal nature can be fatal to the business objectives of Angkasa Pura II. Accordingly, Angkasa Pura II has safeguarded itself by complying with the legal requirements in effect, and continuously adapts to changes and shifts in the prevailing regulatory system and environment.

In support of proper and effective risk management practices, the Risk Management Committee provides input to the Commissioners in formulating and enhancing the risk management policies related to the mitigation of risks in asset and liability management, financial, investments and operations, prior to the approval by the Board of Commissioners.

The Risk Management Committee also engages in discussions with the Corporate safety and Risk Unit and/or other work units related to risk management, and reviews the implementation of risk management policies in various Board of Commissioners meetings or joint meetings between the Board of Commissioners and Board

berkaitan dengan perubahan lingkungan, perkembangan teknologi dan pergeseran politik. Berikutnya adalah risiko produksi yaitu ketika proyeksi pendapatan berpotensi tidak terpenuhi akibat membesarnya biaya operasional. Berkaitan dengan ini, Angkasa Pura II dengan intensif memperhitungkan dan melakukan riset komprehensif yang tepat terhadap kemungkinan-kemungkinan setiap perubahan lingkungan, politik, teknologi, dan kendala-kendala yang berkaitan dengan operasional pemasaran dan bisnis.

2. Risiko Keuangan Naik turunnya nilai tukar Rupiah, tidak

seimbangnya arus dana (cash flow) antara yang masuk dan yang keluar, tingkat suku bunga, tidak seimbangnya struktur modal, dan kendala dalam pengendalian kerugian akibat investasi adalah hal-hal yang harus diperhitungkan dengan cermat oleh Angkasa Pura II. Dalam hal ini, Angkasa Pura II senantiasa menyiapkan untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan buruk akibat meningkatnya risiko dalam berbagai hal tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan adalah dengan menjaga ketat tingkat atau rasio-rasio keuangan Angkasa Pura II. Menajemen menjaga agar Angkasa Pura II senantiasa berada pada tingkat yang sehat dengan melakukan pengelolaan usaha berdasarkan aturan yang ditetapkan Menteri Keuangan mengenai kesehatan keuangan BUMN. Disamping itu, Angkasa Pura II juga secara intensif mencari alternatif-alternatif pengelolaan peluang dan operasi bisnis yang lebih aman, cermat dan sehat.

3. Risiko Hukum Sebagai perusahaan lembaga berbadan hukum,

Angkasa Pura II tidak akan lepas dari persoalan-persoalan hukum yang mungkin akan lebih merugikan Angkasa Pura II. Kerugian hukum bisa berakibat fatal terhadap pencapaian usaha Angkasa Pura II. Untuk itu Angkasa Pura II telah melindungi dirinya dengan ketentuan hukum yang berlaku dan senantiasa menyesuaikan diri dengan berbagai kemungkinan perubahan serta pergeseran dalam sistem regulasi hukum yang berlaku.

Dalam mendukung pengelolaan risiko yang tepat guna Komite Manajemen Risiko telah memberikan masukan kepada Komisaris dalam menyusun dan perbaikan kebijakan Manajemen Risiko yang berkaitan dengan pengendalian risiko di bidang pengelolaan aset dan liability, financial, investasi

Page 80: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

78

of Directors. In addition, the Risk Management Committee also evaluates the accuracy of model and validity of data used in measuring risks.

The position, duties and responsibilities of the Risk Management Committee and its organizational relation with functional units responsible for the implementation of risk management at the company is defined in a Risk Management Committee Charter signed by the President Commissioner and the President Director.

BRIEF PROFILES

Henry BL Toruan – Committee Member Born in 1956 in Pematang Siantar, North Sumatera. Graduated from the State Accountancy College (STAN) in 1984. Obtained an MAcc (Accounting) degree from the Wheatherhead School of Management, Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio, USA, in 1991, an MA (Economics) degree from University of Colorado, Boulder, Colorado, USA, in 1993, and a PhD (Economics) degree from the same university, in 1996. Previously served as Head of Bonds Policy and Planning Bureau, Center of Government Bonds Management, the Department of Finance in 2000-2002, and serves as Deputy Assistant VI for Economic Cooperation and Multilateral Financing, the office of the Coordinating Minister for the Economy, since 2002 to the present, and a member of the Risk Management Committee of Angkasa Pura II in 2007.

dan operasional perusahaan sebelum mendapat persetujuan Dewan Komisaris.

Komite Manajemen Risiko juga melakukan diskusi, terkait dengan manajemen risiko dengan Unit Corporate Safety and Risk dan/atau unit lain, serta menguji pelaksanaan kebijakan manajemen risiko tersebut dalam rapat Dewan Komisaris dan atau rapat gabungan Komisaris dengan Direksi. Selain itu Komite Manajemen Risiko juga melakukan evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk mengukur risiko.

Kedudukan, tugas dan tanggung jawab Komite Manajemen Risiko serta hubungan kelembagaan antara Komite Manajemen Risiko dengan Fungsi Penanggung Jawab Pelaksanaan Manajemen Risiko Perusahaan dituangkan dalam Piagam Komite Manajemen Risiko dan ditandatangani oleh Komisaris Utama dan Direktur Utama.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Henry BL Toruan - Anggota Komite Manajemen RisikoLahir pada tahun 1956 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Lulus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 1984. Memperoleh gelar MAcc (Akuntansi) dari The Wheatherhead School of Management, Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio, USA, pada tahun 1991 dan MA (Ekonomi) University of Colorado at Boulder, Colorado, USA, pada tahun 1993, serta PhD (Ekonomi) University of Colorado at Boulder, Colorado, USA, pada tahun 1996. Pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Perencanaan dan Kebijakan obligasi, Pusat Manajemen Obligasi Negara, Departemen Keuangan pada tahun 2000-2002 dan Assisten Deputi VI Urusan Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Multilateral, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pada tahun 2002 hingga sekarang serta bergabung sebagai Anggota Komite Manajemen Risiko Angkasa Pura II pada tahun 2007.

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Kehadiran pada Rapat Komite Manajemen Risiko Attendance at Risk Management Committee Meeting

Nama Name

Rapat Komite Manajemen Risiko Risk Management Committee Meeting

Jumlah RapatTotal Meeting 15

Sudirman (Ketua) 13Henry BL Toruan 11Sugijanto 12Syamsu Rizal 13Per 8 November 2007M. Iksan Tatang (Ketua) 2

Page 81: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

79

Sugijanto – Committee Member Born in 1945 in Mojokerto, East Java. Graduated from the Financial Sciences Institute, the Department of Finance, majoring in Accountancy, in 1974, and obtained a Magister Management degree from STIE IPWI BPKP in 1999. Attended the Workshop on Corporate Governance in Banks by the Risk Management Center Indonesia and the National Committee on Governance Policy at Denpasar, Bali, 2006. Previously served as Acting Secretary of the State Financial Accounting Agency in 2003-2004, and the Director of State Treasury Management, the Directorate General of Treasury, the Department of Finance, in 2004-2005. Became a member of the Risk Management Committee of Angkasa Pura II in 2007.

Syamsu Rizal – Committee Member Born in 1969 in Bandung, West Java. Graduated with a degree in Architecture from Bandung Institute of Technology, in 1993, and obtained a Master degree in Urban Design from the same institute, in 1997. Currently hold an active position at the Airport Technical Directorate, the Directorate General of Air Transportation, the Department of Transportation, and became a member of the Risk Management Committee of Angkasa Pura II in 2007.

INFORMATION DISCLOSUREInformation disclosure is an important aspect related to efforts of building a harmonious relationship between Angkasa Pura II and its shareholders, business partners, service users, employees, community members around the airports, and the general public.

In order to create transparency in managing the company, Angkasa Pura II presents clear and transparent information related to the company to facilitate convenient and fast access by the general public. The information disclosure policy is expected to maintain and help improve the level of understanding, knowledge and perception by the general public concerning the policies and business activities undertaken by Angkasa Pura II.

In order to disseminate information on policies and business activities, Angkasa Pura II publishes a variety of corporate publications such as Company Profile in print and video format, Airport Guide, Airport Profiles and Annual Report, which are distributed to the shareholders and external audiences during corporate events and promotional activities undertaken by Angkasa Pura II. In addition, to maintain relationship with

Sugijanto - Anggota Komite Manajemen RisikoLahir pada tahun 1945 di Mojokerto, Jawa Timur. Lulus Institut Ilmu Keuangan, Departemen Keuangan, Jurusan Akuntansi pada tahun 1974 dan Magister Manajemen STIE IPWI BPKP pada tahun 1999. Pernah mengikuti Workshop Corporate Governance in Banks, Risk Management Center Indonesia dan Komite Nasional Kebijakan Governance di Denpasar, Bali pada tahun 2006. Pernah menjabat sebagai Pj Sekretaris Badan Akuntansi Keuangan Negara pada tahun 2003-2004 dan Direktur Pengelolaan Kas Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan, pada tahun 2004-2005. Bergabung sebagai Anggota Komite Manajemen Risiko Angkasa Pura II pada tahun 2007.

Syamsu Rizal - Anggota Komite Manajemen RisikoLahir pada tahun 1969 di Bandung, Jawa Barat. Lulus Sarjana Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung pada tahun 1993 dan S2 Urban Desain Institut Teknologi Bandung tahun 1997. Saat ini masih aktif bekerja di Direktorat Teknik Bandara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan dan bergabung sebagai Anggota Komite Manajemen Risiko Angkasa Pura II pada tahun 2007.

MEDIA PENYEBARAN INFORMASISalah satu hal terpenting dalam membina hubungan yang harmonis antara Angkasa Pura II dengan pemegang saham, mitra kerja, mitra usaha, pengguna jasa, karyawan, masyarakat sekitar bandara dan masyarakat umum adalah melalui informasi.

Angkasa Pura II mengemas informasi perusahaan secara jelas dan terbuka sehingga dapat diakses oleh publik dengan mudah dan cepat, demi menciptakan transparansi dalam pengelolaan perusahaan. Transparansi informasi tersebut diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan persepsi positif publik terhadap kebijakan dan operasional usaha yang dilakukan Angkasa Pura II.

Dalam menginformasikan segala bentuk kebijakan dan kegiatan usahanya, Angkasa Pura II telah menerbitkan berbagai media publikasi perusahaan seperti Buku dan Video Company Profile, Airport Guide, Profil Bandara dan Annual Report yang disebarkan kepada pemegang saham dan publik eksternal melalui berbagai kegiatan publikasi dan promosi yang dilakukan Angkasa Pura II. Selain itu untuk membina hubungan dengan publik internal

Page 82: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

80

internal audience or employees, Angkasa Pura II also publishes the quarterly Majalah Bandara and the monthly Buletin Baling-Baling.

For interactive information that is accessible at anytime and from anywhere, Angkasa Pura II provides up to date information on the company through an online medium at its website www.angkasapura2.co.id that is also linked with the BUMN Online website. Angkasa Pura II has also implemented an IT-based Management Information System for internal company communication.

COMMITMENTS AND CONTINGENCIESIn conducting its business activities and in the procurement of goods and services for company purposes, Angkasa Pura II is supported by a variety of other parties. In managing its assets and facilities, Angkasa Pura II engages with third parties through joint cooperation, rental and business concession agreements. In the procurement of goods and services for company purposes, Angkasa Pura II works with third parties as suppliers under a variety of goods/services procurement contracts.

These contracts set out the agreed provisions in compliance with the Articles of Association, internal regulations, prevailing laws, and the principles of Good Corporate Governance (GCG).

An example of the implementation of GCG principles in the procurement of goods and services is the requirement for the Bid Committee and the suppliers of goods/services to sign an Integrity Pact that represents their commitment against the practice of corruption, collusion and nepotism (KKN) in the process of goods/services procurement.

In the implementation of a contract, the usual practice is to require the supplier of goods/services to provide a guarantee in the form of a surety bond issued by a commercial bank or insurance firm. The surety bond is intended as a guarantee for Angkasa Pura II regarding the contractual obligation of the supplier of goods/services. The exception is for works with duration of less than 14 workdays, or in the event of an emergency procurement of goods or services.

With regards to financial management, the Company has undertaken a joint memorandum of understanding on Banking Services with 3 (three) of the largest banks in Indonesia, namely Bank Mandiri, Bank BNI and Bank Rakyat Indonesia. In

atau karyawan, Angkasa Pura II menerbitkan Majalah Bandara yang terbit triwulanan dan Buletin Baling-baling yang terbit tiap satu bulan sekali.

Untuk informasi interaktif yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja, Angkasa Pura II menyediakan informasi aktual perusahaan melalui media online yaitu website www.angkasapura2.co.id yang link dengan situs BUMN online. Disamping itu Angkasa Pura II juga telah menerapkan Sistem Informasi Manajemen berbasis IT untuk konsumsi internal perusahaan.

KOMITMEN DAN KONTINJENSIDalam pelaksanaan kegiatan usaha dan pemenuhan kebutuhan perusahaan, Angkasa Pura II tidak terlepas dari pihak lain yang mendukung proses tersebut. Atas aset dan fasilitas yang dimiliki Angkasa Pura II dilakukan kerjasama dengan pihak lain, yang dituangkan antara lain dalam perjanjian kerjasama, sewa menyewa, dan konsesi usaha. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan perusahaan, dilakukan kerjasama dengan pihak lain sebagai penyedia barang/jasa yang dituangkan dalam perjanjian pengadaan barang/jasa. Hal-hal yang disepakati dalam perjanjian tersebut adalah ketentuan-ketentuan yang sesuai dalam anggaran dasar, peraturan internal dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Salah satu contoh penerapan prinsip-prinsip GCG tersebut dalam proses pengadaan barang/jasa adalah adanya kewajiban bagi para Panitia Pelelangan dan Penyedia Barang/Jasa untuk membuat Pakta Ingritas yaitu suatu komitmen bagi mereka untuk tidak melakukan Praktik KKN dalam proses pengadaan barang/jasa.

Dalam pelaksanaan kontrak, pada umumnya penyedia barang/jasa wajib memberikan jaminan berupa jaminan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bank Umum atau Asuransi yang mengeluarkan surety bond. Jaminan pelaksanaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada Angkasa Pura II atas keseriusan penyedia barang/jasa kecuali untuk pekerjaan yang jangka waktu pelaksanaannya kurang dari 14 hari kerja atau pengadaan barang/jasa yang sifatnya emergency.

Dalam rangka pengelolaan keuangan Perusahaan, telah dilaksanakan nota kesepahaman bersama dengan 3 (tiga) bank terbesar di Indonesia yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank Rakyat Indonesia tentang Jasa Pelayanan Perbankan. Dalam rangka

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 83: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

81

order to improve services to airport users, in 2007 Angkasa Pura II has started the construction of the Terminal 3 building at the Soekarno-Hatta Airport, undertaken by PT Adhi Karya and scheduled for completion in October 2008. In addition, to facilitate access by airport users to the Soekarno-Hatta Airport, Angkasa Pura II has plans to build an Airport Railway to be undertaken by PT Railink, a subsidiary company in a join venture with PT Kereta Api.

With regards to airport management, Angkasa Pura II also collaborates with provincial governments, as in the case of the cooperation with the Provincial Government of Riau Islands for the development of an airport in the province.

The Company faces operational risks as well as financial risks. The impact of risks arising from its business activities may result in a lawsuit by a third party, which necessitates further efforts for settlement in or outside the court of law. The Company seeks to protect itself against such risks by taking insurance coverage.

The Company’s business activities may have an environmental, economic, or social impact. Examples of these impacts are noise and vibration, solid and liquid waste, human migration, changes in the livelihoods of communities, greater employment opportunities, and others. The Company is required by laws and regulations to avoid and manage these impacts. Among others, there are Law No. 15 Year 1992 on Aviation, Law No. 23 Year 1997 on Environmental Management, Government Regulation No. 27 Year 1999 on Environmental Impact Analysis, Government regulation No. 3 Year 2001 on Flight Safety and Security, and Government Regulation No. 70 Year 2001 on Airport Services.

peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa penerbangan, terhitung mulai tahun 2007, Angkasa Pura II membangun Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang ditargetkan selesai pada bulan Oktober 2008 dengan PT Adhi Karya. Selain hal tersebut, untuk memudahkan para pengguna jasa menuju ke bandara, Angkasa Pura II bekerja sama dengan PT Kereta Api berencana membangun proyek Kereta Api Bandara melalui anak perusahaan PT Railink.

Kerjasama dengan pemerintah daerah juga dilakukan kerjasama dalam rangka pengelolaan bandara yaitu dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam Perjanjian Kerjasama tentang Pengembangan Bandara di Provinsi Kepulauan Riau.

Risiko yang dihadapi Perusahaan bisa berupa risiko operasi atau risiko keuangan. Dampak dari risiko yang timbul dari kegiatan usaha dapat menimbulkan tuntutan hukum dari pihak lain yang bisa berlanjut pada permasalahan di dalam maupun di luar pengadilan. Atas risiko yang dihadapi perusahaan, tindakan yang dilakukan Perusahaan adalah pengalihan risiko kepada pihak asuransi.

Dampak dari kegiatan usaha Perusahaan antara lain adalah dampak lingkungan, dampak ekonomi, dampak sosial. Contoh dari dampak yang dihadapi Perusahaan tersebut antara lain, adalah dampak kebisingan, getaran, limbah padat dan cair, migrasi penduduk, perubahan mata pencaharian, peningkatan penyerapan tenaga kerja, dan sebagainya. Atas penanggulangan berbagai dampak tersebut, telah ada peraturan perundang-undangan yang mewajibkan Perusahaan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan dampak tersebut. Peraturan-peraturan tersebut antara lain Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisi Mengenai Dampak Lingkungan, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan.

Page 84: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

82

Tata Kelola PerusahaanGood Corporate Governance

Page 85: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

83

Page 86: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

84

ORIENTATION OF RISK MANAGEMENT The average annual growth in passenger and aircraft movements within the last five-year period is still believed to provide a positive indication of opportunities that exist to achieve optimum benefits for all stakeholders. As a company that provides airport management services, Angkasa Pura II in its operational and investment activities is highly interested to strive at all times towards improving the quality of its services, while also ensuring a standard of safety and security that meet the expectation of the general public and other stakeholders of the company. Accordingly, risk management has become an important endeavor as a tool used by the company to maintain progress and facilitate the achievement of the corporate vision and mission of Angkasa Pura II.

In general, the current implementation of risk management at the company is directed to ensure that Angkasa Pura II is capable of focusing on the effort to mobilize its entire resources on the right object, at the right time, and in the right size and quantity. With an understanding of operational risks, for example, the management will be able to determine which area need immediate attention just by observing the comprehensively registered risk priorities. Through a systematic approach, the company will be able to observe and then

ORIENTASI MANAJEMEN RISIKO Pertumbuhan rata-rata lima tahun terakhir untuk pergerakan penumpang dan pesawat serta kargo saat ini* diyakini tetap memberikan indikasi positif terhadap perwujudan peluang perolehan manfaat optimal bagi semua pemangku kepentingan. Sebagai perusahaan yang mengelola bandara, Angkasa Pura II dalam menjalankan kegiatan operasional dan investasi sangat berkepentingan untuk selalu mengarahkan orientasinya kepada pelayanan yang makin membaik, sambil tetap menjamin tingkat keselamatan dan keamanan sesuai dengan harapan publik dan pemangku kepentingan lainnya. Oleh karena itu manajemen risiko telah menjadi hal penting, sebagai salah satu alat perusahaan dalam menjaga dan mempercepat akselerasi pencapaian visi dan misi Angkasa Pura II.

Secara umum, penerapan manajemen risiko perusahaan saat ini diarahkan untuk memastikan bahwa Angkasa Pura II memiliki kemampuan untuk fokus kepada pengerahan seluruh sumber daya pada objek yang tepat, saat yang tepat dengan ukuran dan besaran yang tepat pula. Dengan pemahaman risiko operasional, misalnya, manajamen berkemampuan untuk menetapkan wilayah mana yang lebih memerlukan perhatian segera dengan hanya melihat prioritas risiko yang ter-register secara komprehensif. Melalui

Manajemen RisikoRisk Management

Page 87: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

85

undertake the proper measures necessary to mitigate any existing loss potential. With regards to its operational activities, there are currently 125 operational units within Angkasa Pura II that are involved each day in handling more than 1200 flight traffic, close to 150 thousands passengers, and around 1.7 thousand tons of cargoes, at 12 branch offices. These figures give an illustration of the high complexity of personnel, equipment and machinery, along with various operating procedures of different kind and size, and the interactions between them. Hence, the level of understanding of each element within the organization with regards to risk will determine the ability of the respective element to respond appropriately to control risk according to the risk appetite established by the company. The same is also true for non-operational activities involving commercial, investment and business development activities, with thousands of decision making processes and financial as well as non-financial transactions occurring each day in the 12 branch offices of the company.

tahapan yang tersistem, perusahaan mampu melihat dan mengambil langkah yang tepat untuk meniadakan potensi kerugian yang ada. Pada wilayah operasional, saat ini Angkasa Pura II memiliki 125 unit pelayanan bidang operasional yang setiap harinya melayani lebih dari 1200 lalu lintas penerbangan, hampir mendekati 150 ribu penumpang, dan sekitar 1,7 ribu ton kargo di 12 kantor cabangnya. Ilustrasi angka tersebut memberikan gambaran tingkat kompleksitas tentang personil, alat dan mesin serta prosedur dengan segala bentuk tipe dan besaran aktivitas dan interaksinya. Karena itu tingkat pemahaman masing-masing elemen dalam perusahaan tentang risiko menjadi faktor penentu kesiapan setiap elemen tersebut memberikan respon pengendalian yang sesuai dan sejalan dengan selera risiko yang telah ditetapkan perusahaan. Hal yang sama berlaku juga dalam wilayah non-operasional yang mencakup aktivitas komersial, investasi dan pengembangan usaha, perusahaan setiap harinya mencatat ribuan pembuatan keputusan dan transaksi finansial dan non-finansial yang terjadi di 12 kantor cabang yang ada.

Page 88: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

86

Manajemen RisikoRisk Management

The implementation of risk management has become a strategic component of company policies, which necessitated the formulation of a road map towards the development of a system and culture for risk management among field personnel, frontline managers and on up to top management. According to the appropriate authority levels, the development of risk management system and culture being undertaken at present is directed towards behavioral changes as follow:

Field Personnel • Improved perception, identification,

understanding and elaboration of risks, including understanding on the impact and interactions between different risk conditions.

• Improved planning capability in order to eliminate unnecessary risks factors.

• Improved capability for emergency handling and response.

Work Unit Leaders • Improved understanding of the risk structure

inherent in a work process, in order to enable the making of the right decisions.

• A constructive frame of mind, in order to enable the appropriate justification regarding the need to optimize the cost structure of a certain work process.

• An adequate control and reporting framework to safeguard against unexpected events.

FOCUS ON RISK FACTORS In its commitment in the interest of stakeholders with regards to risk management in the conduct of flight navigation, airport services, aviation business, airport business, and property and subsidiary businesses, Angkasa Pura II implements risk management processes related to changes in company policies, new or improved strategy and procedure, newly executed projects, decisions on large expenditures, handling of public issues and other politically sensitive issues, and others.

Penerapan manajemen risiko telah menjadi salah satu komponen kebijakan perusahaan yang strategis, karena itu telah disusun road map yang memungkinkan terbangunnya budaya dan sistem pengelelolaan risiko bagi pelaksana lapangan, manajemen lini depan sampai dengan pimpinan puncak. Sesuai dengan tingkatan kewenangannya, pembangunan budaya dan sistem manajemen risiko yang saat ini dijalankan bertujuan pada perubahan sikap yang didasari hal sebagai berikut:

Personil Lapangan• Persepsi, identifikasi, pemahaman dan

penjabaran risiko yang lebih baik, termasuk pemahaman pengaruh dan interaksi kondisi-kondisi yang berisiko satu dengan lainnya.

• Perancangan dan perencanaan yang lebih baik sehingga terhindar dari risiko yang tidak semestinya ada.

• Penanganan dan respon kondisi emergensi secara lebih baik

Pimpinan Organisasi Kerja• Pemahaman yang lebih baik terhadap struktur

risiko yang terdapat dalam suatu proses kerja, dengan demikian akan mampu membuat keputusan-keputusan secara tepat.

• Kerangka pemikiran yang konstruktif sehingga dapat memberikan justifikasi yang tepat terhadap perlunya mengoptimalkan pembiayaan suatu pekerjaan tertentu.

• Kerangka pengendalian dan pelaporan yang memadai agar dapat terhindar dari munculnya hal-hal yang di luar dugaan.

FOKUS PADA FAKTOR RISIKOSebagai wujud keberpihakan kepada pemangku kepentingan terkait unsur risiko perusahaan dalam aktivitas jasa navigasi penerbangan; jasa bandara; aviation business; airport business; dan property serta subsidiary business, Angkasa Pura II menjalankan proses manajemen risiko pada saat mengubah kebijakan tertentu; memperbaiki dan menerapkan strategi atau prosedur baru; pengeksekusian proyek pekerjaan baru; memutuskan pembiayaan yang memakan ongkos besar; menangani isu publik, politis isu lainnya yang sensitif, dan lain-lain.

Page 89: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

87

Among the risk factors in the field that can have an impact on the achievement of the company’s vision and mission statements, the company focuses on: • Natural disasters• Data corruption• Workers dispute• External fraud & theft• Disturbance/interruption on equipment• Human error• Implementation of new procedure• Internal fraud• Security issues• Occupational health and safety issues• Fires• Weaknesses in training process• Weaknesses in management practices• Weaknesses in control • Possibility of high staff turnover• Error in IT • Error in outsourcing• Error in marketing process• Error in transactions • Error and inadequacy in reporting• Data entry error• Error in sales (land and space) • Error and inaccuracy in documentation• Adoption of inappropriate application system• Dependence on key personnel• Inappropriate control in responding to changes• Use of new technology • Mass rally and vandalism • Terrorism • Interruption on transportation systems • Disruption on public utility (power and water

main), and others

THE BOWTIE MODEL AS A RISK MANAGEMENT TOOL The Bowtie model is a method for risk management that allows the analysis, communication, management and audit of the various risk factors at Angkasa Pura II. In particular, the Bowtie model provides a clear link or relationship with the various management systems, thus providing a clear picture of whether a particular risk factor has been properly identified, that adequate control has been prepared, that comprehensive control measures were in place, that the party or individual responsible for controlling risk has been determined, and that a valid risk mitigation procedure was in place.

Diantara potensi risiko lapangan yang diyakini dapat berdampak pada pencapaian visi dan misi perusahaan dan menjadi fokus mencakup: • Bencana alam;• Data corruption;• Dispute pada pegawai;• External fraud & theft;• Gangguan/interupsi peralatan;• Human error;• Implementasi prosedur baru;• Internal fraud;• Isu keamanan;• Isu keselamatan dan kesehatan kerja;• Kebakaran;• Kelemahan dalam proses training;• Kelemahan management practices;• Kelemahan pengendalian;• Kemungkinan high staff turnover;• Kesalahan dalam IT;• Kesalahan dalam outsourcing;• Kesalahan dalam proses marketing; • Kesalahan dalam transaksi;• Kesalahan dan ketidaklengkapan pelaporan;• Kesalahan data entry; • Kesalahan penjualan (lahan dan ruang);• Kesalahan dan ketidakbenaran dalam

dokumentasi;• Ketidaktepatan dalam adopsi sistem aplikasi;• Ketergantungan pada key staff;• Pengendalahan terhada perubahan yang tidak

tepat;• Penggunaan teknologi baru;• Demonstrasi dan vandalism;• Terorisme;• Transport system interruption; • Gangguan aliran air dan listrik, dan lain-lain.

BOWTIE MODEL SEBAGAI RISK MANAGEMENT TOOLBowtie Model adalah metode pengelelolaan risiko yang memungkinkan dilakukannya penganalisaan, pengkomunikasian, pengelolaan dan pengauditan risiko-risiko di Angkasa Pura II. Secara khusus Bowtie Model memberikan link atau hubungan yang jelas dengan management system, sehingga terlihat jelas apakah suatu faktor risiko telah teridentifikasi, telah disiapkan dengan control (pengendalian) yang memadai, telah ada langkah-langkah control yang komprehensif, telah ditetapkan pihak dan individu yang berwenang dan tanggung jawab dalam pengendalaian dan telah ada prosedur pengendalian yang valid.

Page 90: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

88

The approach to risk management at Angkasa Pura II is based on the answers to the following 12 questions:1. What factors or conditions exist in the work

place or work unit that have the potential to cause loss or damage?

2. What will happen if those factors were left uncontrolled? What will happen if the existing control procedure fails in its function?

3. What are the causes of this event? In what conditions the existing control procedure fails to function?

4. In what way can such an undesired event propagate and become worse? What is the impact that can arise from the propagation of the problem?

5. What control measures should be conducted to prevent the occurrence of uncontrollable risk factor? How can such measures be made more effective?

6. What control measures should be conducted to limit the negative impact from the occurrence of the uncontrollable risk factor? What control measures should be conducted in order to minimize the negative impact?

7. Related to question 5 above, what are the factors that can cause the existing control measure to fail in its preventive function? What are the factors that can nullify the effectiveness of such control measures?

8. What control measures should be conducted in order to prevent the failure of the control mechanism?

9. What control measures should be conducted to ensure the functioning of control mechanism (including its design, operations, maintenance and management)?

10. Who is responsible for that specific job? When is the job conducted and what are the things that need to be done? Is a procedure, checklist or work manual necessary?

11. What approach should be conducted to ensure that all of the control measures have been properly attended to.

Pendekatan pengelolaan risiko oleh Angkasa Pura II berlandaskan pada pemberian jawabatan terhadap 12 daftar pertanyaan berikut: 1. Faktor atau kondisi apa sajakah yang ada

dalam lingkup unit kerja di dinas saya yang memiliki potensi menyebabkan kerugian atau kerusakan?

2. Apa yang akan terjadi bila faktor tersebut terlepas tidak terkendali? Apa yang terjadi jika langkah pengendalian yang ada gagal menjalankan fungsinya?

3. Apa yang menyebabkan keadaan tersebut terjadi? Pada kondisi apa saja langkah pengendalian yang ada gagal menjalankan fungsinya?

4. Bagaimana kejadian yang tidak diinginkan tersebut dapat meluas dan menjadi memburuk? Dampak apa yang muncul akibat meluasnya persolan tersebut?

5. Langkah pengendalian apa yang dapat dilakukan agar terlepasnya faktor yang memiliki potensi merugikan dapat dicegah? Bagaimana pencegahan tersebut agar efektif?

6. Langkah pengendalian apa yang dapat dilakukan agar dapat membatasi dampak buruk yang diakibatkan oleh terlepasnya faktor yang memiliki potensi merugikan tersebut? Langkah pengendalian apa pula yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ada?

7. Terkait dengan no.5, faktor-faktor apa yang dapat menyebabkan langkah pengendalian yang ada mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi pencegahan? Faktor apa yang menyebabkan efektivitas langkah pengendalian yang ada tidak berdaya?

8. Langkah pengendalian apakah yang perlu diambil agar kontrol yang ada tidak gagal menjalankan perannya?

9. Bentuk langkah pengendalian apa yang dapat dilakukan untuk memastikan kontrol akan tetap bekerja (termasuk design, operations, maintenance dan management)?

10. Siapa yang bertanggung jawab terhadap tugas tersebut? Kapan tugas tersebut dilaksanakan, apa-apa saja yang perlu dilakukan? Perlukah adanya prosedur, checklist dan petunjuk kerja?

11. Pendekatan apakah yang akan dilakukan untuk meyakinkan bahwa semua bentuk pengendalian yang ada memang telah dilakukan?

Manajemen RisikoRisk Management

Page 91: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

89

12. Is there any other control measure that needs to be conducted? Is there room for improving the effectiveness of the existing control measures? Is it necessary to add other control measures? Is it feasible both financially and operationally?

RISK MANAGEMENT PROCESS

In line with the objective of the implementation of risk management in ensuring that the company can continue to sustain its operations, including in times of abnormal conditions or in emergencies, since the implementation of risk management within Angkasa Pura II, the company has striven to socialize the responsibility for risk management among all the elements of the organization, and to instill the principles of risk management to each business processes as an integrated tool or technique. All of these have been successfully implemented with the support of clear commitment from top management, clear allocation of responsibilities, and continuing development of risk awareness among all stakeholders.

12. Apakah masih ada langkah pengendalian lain yang perlu ditetapkan? Masih adakah ruang untuk memperbaiki tingkat efektivitas langkah yang ada? Perlukah ditambahkan langkah pengendalian lainnya? Apakah hal tersebut dimungkinkan secara finansial dan operasional?

PROSES MANAJEMEN RISIKO

Sesuai dengan tujuan penerapan manajemen risiko, yaitu menjamin bahwa perusahaan dapat terus beroperasi secara berkelanjutan - termasuk pada keadaan abnormal dan darurat, sejak diterapkannya manajemen risiko di lingkungan Angkasa Pura II, perusahaan berusaha menjelaskan tanggung jawab manajemen risiko kepada seluruh elemen organisasi dan melekatkan prinsip-prinsipnya pada setiap tahapan proses bisnis sebagai alat dan teknik yang terintegrasi. Kesemua itu diyakini dapat terwujud dikarenakan adanya komitmen jajaran puncak organisasi; alokasi tanggung jawab yang jelas; dan pengembangan risk awareness yang berkelanjutan kepada seluruh stakeholders.

Board of Directors

Corporate Safety & Risk

12 Airports

Board of Commissioners (Risk Committee)

Set Up Risk Mgt. Policy

Company Risk Profile

Review Risk Profile

Writing RMP for Each Hazard in Service Units

Support Resources for Improving Control System & Endore

Company Risk Profiles

Develop All Instrument for Corporate Risk Mgt.

Process

Format Risk Management Plan (RMP)

Evaluate & Recommend to Improve Control

System

Page 92: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

90

Management Discussion & Analysis

Page 93: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

91

Page 94: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

92

OPERATING REVENUES Operating Revenues of Angkasa Pura II comprise of Aeronautical Revenues and Non-Aeronautical Revenues. Aeronautical revenues consist of domestic revenues and international revenues. Domestic aeronautical revenues are derived entirely in Rupiah currency, while international aeronautical revenues are derived in US Dollar currency, except for Aircraft Passenger Service Revenues. Revenues in Rupiah currency is affected by production/sales volume and by changes in tariffs, while revenues in US Dollar currency are also affected by the exchange rate of US Dollar to Rupiah.

Realized Operating Revenues in 2007, compared with budget targets and the corresponding amounts in 2006, are presented in the following table:

Operating Revenues of Angkasa Pura II in 2007 amounted to Rp 2,057,766969 thousands. This represented an achievement are of 97.23% to the budgeted amount of Rp 2,116,303,440 thousands. Compared to Operating Revenues of Rp 1,869,763,769 thousands in 2006, the Operating Revenues in 2007 represented 110.05% of the

PENDAPATAN USAHAPendapatan Usaha Angkasa Pura II terdiri dari Pendapatan Aeronautika dan Pendapatan Non Aeronautika. Pendapatan Aeronautika terdiri dari pendapatan domestik dan pendapatan internasional. Pendapatan aeronautika domestik seluruhnya diterima dalam mata uang Rupiah, sedang pendapatan aeronautika internasional diterima dalam mata uang Dollar Amerika, kecuali Pendapatan Pelayanan Penumpang Pesawat Udara. Jumlah pendapatan yang diterima dalam mata uang rupiah dipengaruhi volume produksi/penjualan dan tarif, khusus untuk pendapatan yang diterima dalam mata uang Dollar Amerika dipengaruhi dengan nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah. Realisasi Pendapatan Usaha tahun 2007 dibandingkan dengan anggarannya dan realisasi tahun 2006 tampak seperti dalam tabel di bawah ini:

Realisasi Pendapatan Usaha Angkasa Pura II tahun 2007 adalah sebesar Rp 2.057.766.969 ribu dan jika dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp 2.116.303.440 ribu yang berarti hanya mencapai 97,23% dari anggaran. Sedangkan Realisasi Pendapatan Usaha tahun 2007 sebesar Rp 2.057.766.969 ribu dibandingkan dengan Realisasi

Diskusi & Analisa ManajemenManagement Discussion & Analysis

(Dalam Ribuan) (In Thousand)

KeteranganDescription

RealisasiTahun 2007Actual 2007

(Rp)

RKAP 2007(Rp)

RealisasiTahun 2006Actual 2006

(Rp)

% Realisasi Tahun 2007 Terhadap% Actual 2007 To

RKAP 2007 Realisasi 2006Actual 2006

AeronautikaAeronautical 1.572.987.575 1.629.155.531 1.466.828.792 96,55 107,24

Non-AeronautikaNon-Aeronautical 484.779.394 487.147.909 402.934.977 99,51 120,31

Jumlah Pendapatan UsahaTotal Operating Revenues 2.057.766.969 2.116.303.440 1.869.763.769 97,23 110,05

Grafik Perbandingan Realisasi Pendapatan Usaha Tahun 2006-2007Lorem Ipsum Dolor

Realisasi 2006Actual 2006

2.500.000.000

Aeronautika AeronauticalNon-Aeronautika Non-AeronauticalJumlah Pendapatan Usaha Total Operating Revenues

2.000.000.000

1.500.000.000

1.000.000.000

500.000.000

0

1.46

6.82

8.79

2

402.

934.

977

1.86

9.76

3.76

9

Realisasi 2007Actual 2007

1.57

2.98

7.57

5

484.

779.

394

2.05

7.76

6.96

9

RKAP 2007

1.62

9.15

5.53

1

487.

147.

909

2.11

6.30

3.44

0

Page 95: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

93

Pertumbuhan Lalu Lintas Udara Konsolidasian di 12 Bandara Selama Lima Tahun Terakhir 2003-2007Air Traffic Growth Consolidated of 12 Airports in the Last Five Years 2003-2007

Tahun FiskalFiscalYear

Pergerakan PesawatAircraft Movement

PenumpangPassengers

Kargo (dalam Ton)Freight (in Tonnes)

Internasional& Domestik

International& Domestic

LokalLocal

Jumlah Keseluruhan

GrandTotal

PerubahanChange (%)

Internasional& Domestik

International& Domestic

PerubahanChange (%)

TransitLangsung

Direct Transit

Jumlah Keseluruhan

GrandTotal

PerubahanChange (%)

JumlahTotal

PerubahanChange (%)

2007 414.623 17.944 432.567 2,97 44.710.002 10,81 1.948.329 46.658.331 10,08 551.675 23,37

2006 397.997 22.088 420.085 -5,24 40.348.749 9,55 2.035.623 42.384.372 10,16 447.168 9,95

2005 410.976 32.321 443.297 8,71 36.831.703 7,25 1.644.568 38.476.271 7,04 406.719 6,07

2004 383.899 23.879 407.778 20,66 34.340.511 33,78 1.604.790 35.945.301 33,73 383.452 6,12

2003 314.238 23.712 337.950 21,05 25.668.477 34,81 1.209.621 26.878.098 35,66 361.323 2,82

Pergerakan PesawatAircraft Movement

2003 2004 2005 2006 2007

400.000

Internasional InternationalDomestik Domestic

350.000

300.000

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000

0

Pergerakan PenumpangPassengers Movement

2003 2004 2005 2006 2007

40.000.000

Internasional InternationalDomestik DomesticTransit Transit

30.000.000

25.000.000

20.000.000

15.000.000

10.000.000

5.000.000

0

penumpang passengers

35.000.000

KargoFreight

2003 2004 2005 2006 2007

300.000

Internasional InternationalDomestik Domestic

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000

0

ton tonnes

Pergerakan pesawat rata-rata naik sebesar 12,03%. Peningkatan tertinggi terjadi selama periode 2002-2003 sebesar 29,93%, sedangkan pada periode 2005-2006 pergerakan pesawat turun sebesar 3,16%. Untuk penerbangan internasional rata-rata naik sebesar 6,78%, penurunan terjadi pada periode 2006-2007 sebesar 2,28%. Sedangkan penerbangan domestik rata-rata naik sebesar 13,32%, pergerakan pesawat domestik sempat mengalami penurunan pada periode 2005-2006 sebesar 4,20%. Sedangkan penerbangan lokal mengalami penurunan rata-rata 6,71%.

Aircraft movements increased by an average of 12.03% each year. The highest growth was in the period 2002-2003 with 29.93%, while in the period 2005-2006 aircraft movement declined by 3.16%. International flight movements increased by an average of 6.78% each year, with a decline of 2.28% in the period 2006-2007. Domestic flight movements increased by an average of 13.32% each year, and recorded a decline of 4.20% in the period 2005-2006. Meanwhile, local flights recorded an average decline of 6.71% each year.

Jumlah penumpang (tidak termasuk penumpang transit) naik rata-rata sebesar 19,24%. Peningkatan tertinggi terjadi pada periode 2002-2003 sebesar 34,81%, sedangkan pertumbuhan terkecil terjadi pada periode 2004-2005 sebesar 7,25%. Secara terpisah, penumpang untuk penerbangan domestik rata-rata naik sebesar 23,51%, kenaikan tertinggi terjadi pada periode 2002-2003 sebesar 51,12%, sedangkan penumpang internasional rata-rata naik sebesar 7,72%, penurunan terjadi pada periode 2002-2003 sebesar 3,50%. Bila diakumulasikan dengan penumpang transit, jumlah penumpang dalam periode 2003-2007 rata-rata naik sebesar 19,33%.

Passenger movements (excluding transit passengers) increased by an average of 19.24% each year. The highest growth rate was 34.81% in the period 2002-2003, while the lowest was 7.25% in the period 2004-2005. Domestic flight passengers increased by an average of 23.51% each year, with the highest growth recorded in the period 2002-2003 with 51.12%. International flight passengers increased by an average of 7.72% each year, with a decline of 3.50% in the period 2002-2003. Including transit passengers, the number of passenger movements increased by an average of 19.33% each year

Angkutan kargo menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 9,67%. Secara terpisah angkutan kargo domestik rata-rata naik 13,43%, sedangkan angkutan kargo internasional rata-rata naik 7,23%.

Cargo movements recorded an average increase of 9.67% each year. Domestic cargo movements recorded an average increase of 13.43%, while international cargo increased by 7.23% on the average.

Page 96: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

94

Bandar UdaraAirport

Pergerakan PesawatAircraft Movement

PenumpangPassengers

Kargo (dalam Ton)Freight (in Tonnes)

2007 2006 PerubahanChange (%) 2007 2006 Perubahan

Change (%) 2007 2006 PerubahanChange (%)

Soekarno–Hatta 248.482 247.126 0,55 32.458.946 30.583.957 6,13 464.340 371.266 25,07

Polonia 53.794 50.512 6,50 5.004.398 4.597.268 8,86 32.831 31.392 4,58

Sultan Syarif Kasim II 22.818 22.668 0,66 1.839.322 1.756.352 4,72 11.346 11.601 -2,20

Supadio 17.898 17.591 1,75 1.378.529 1.220.592 12,94 9.017 7.726 16,71

SM Badaruddin II 17.059 15.493 10,11 1.660.013 1.475.676 12,49 8.559 6.003 42,58

Minangkabau 14.995 14.171 5,81 1.752.961 1.600.331 9,54 10.119 9.986 1,33

Husein Sastranegara 6.397 6.524 -1,95 360.858 382.224 -5,59 623 315 97,78

Halim Perdanakusuma 27.681 34.337 -19,38 168.986 228.488 -26,04 3.799 6.671 -43,05

Sultan Thaha 6.585 6.354 3,64 704.110 619.569 13,65 3.902 2.566 52,07

Depati Amir 7.106 6.548 8,52 733.458 625.302 17,30 4.613 2.934 57,23

Sultan Iskandarmuda 7.231 9.502 -23,90 550.042 523.958 4,98 2.391 2.170 10,18

Raja Haji Fisabilillah 2.521 2.161 16,66 43.421 18.035 140,76 135 38 255,26

TOTAL 432.567 432.987 -0,10 46.655.044 43.631.752 6,93 551.675 452.668 21,87

Perbandingan Total Produksi Lalu Lintas Udara 2006/2007Comparative Air Traffic Total Production 2006/2007

Statistik Angkutan Udara Angkasa Pura II Tahun 2007 menggambarkan bahwa pergerakkan pesawat udara menurun sebesar 0,10% sedangkan penumpang naik sebesar 6,93% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan antara lain karena :

• Konsep low cost carrier yang diterapkan operator penerbangan khususnya penerbangan domestik. Pihak airlines mendesain kapasitas tempat duduk (seat capacity) yang lebih banyak;

• Kenaikan penumpang juga bisa disebabkan oleh pemakaian tipe pesawat yang lebih besar seperti Boeing 737-er9;• Terhitung sejak Januari 2007 Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang dan Bandara Sultan Thaha, Jambi bergabung di bawah pengelolaan

manajemen Angkasa Pura II;• Konsep tarif murah yang ditawarkan operator penerbangan menyebabkan bisnis moda angkutan udara mengalami peningkatan jumlah

penumpang yang cukup signifikan;• Beroperasinya maskapai Merpati Nusantara ke tangjung Pinang sejak September 2007;• Maskapai Garuda Indonesia membuka kembali rute Pontianak sejak September 2007.

The statistics for air traffic production at the 12 airports under the management of Angkasa Pura II in 2007 showed a decline of 0.10% in aircraft movements while recording an increase of 6.93% in passenger movements, compared to the previous year, due to, among others:

• The concept of low cost carrier by airlines and especially domestic flight operators, which featured a higher seat capacity in their aircrafts• The increase in passengers may also be due to the use of larger aircrafts such as the Boeing 737-er9• The inclusion of Depati Amir Airport – Pangkal Pinang and Sultan Thaha Airport – Jambi, under the management of Angkasa Pura II as of 1

January 2007• The concept of low air fares by flight operators resulting in a significant increase in the the number of airline passengers• Commencement of Merpati Nusantara flight route to Tanjung Pinang as of September 2007• Re-opening of Garuda Indonesia flight route to Pontianak as of September 2007.

Diskusi & Analisa ManajemenManagement Discussion & Analysis

Page 97: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

95

Operating Revenues in the previous year, with no changes in prices or rates.

AERONAUTICAL REVENUESAeronautical Revenues in 2007 amounted to Rp 1,572,987,575 thousands, which represented an achievement of 96.55% against the budgeted amount of Rp 1,629,155,531 thousands, due to several factors as follow: • The inoperational status of several flights such

as Gulf Air flight Jakarta-Muscat since March 2007.

• The closing of several flight routes, such as Merpati Nusantara Airways route Bandung-Kuala Lumpur since March 2007, Air Asia route Pekanbaru-Kuala Lumpur since June 2007, Air Asia route Medan-Penang since February 2007.

• Reduced flight frequencies on several flights, such as Thai Airlines from twice daily to once daily since February 2007 to August 2007, and JAL Airlines from twice daily to once daily since

tahun 2006 sebesar Rp 1.869.763.769 ribu adalah 110,05% dari Pendapatan Usaha tahun lalu, dan tidak terdapat perubahan harga/tarif.

PENDAPATAN AERONAUTIKARealisasi Pendapatan Aeronautika tahun 2007 sebesar Rp 1.572.987.575 ribu dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp 1.629.155.531 ribu sebesar 96,55% dari anggaran. Hal ini terjadi karena beberapa faktor antara lain: • Tidak beroperasinya beberapa penerbangan

seperti Gulf Air, sejak Maret 2007 rute Jakarta-Muscat;

• Ditutupnya beberapa rute penerbangan seperti, Merpati Nusantara Airways sejak Maret 2007 rute Bandung - Kuala Lumpur; Air Asia sejak Juni 2007 rute Pekanbaru - Kuala Lumpur; Air Asia sejak Februari 2007 rute Medan - Penang.

• Berkurangnya frekuensi beberapa penerbangan seperti, Thai Airlines sejak Februari 2007 sampai Agustus 2007 dari 2 kali per hari menjadi satu kali per hari, JAL Airlines sejak Maret 2007 dari 2 kali

(Dalam Ribuan) (In Thousand)

KeteranganDescription

RealisasiTahun 2007Actual 2007

(Rp)

RKAP 2007(Rp)

RealisasiTahun 2006Actual 2006

(Rp)

% Realisasi Tahun 2007 Terhadap% Actual 2007 To

RKAP 2007 Realisasi 2006Actual 2006

Jasa PendaratanLanding Services 284.899.683 305.143.609 262.578.481 93,37 108,50

Jasa Pelayanan PenerbanganRoute Charges 383.344.988 401.669.469 375.866.472 95,44 101,99

Jasa Pelayanan PenumpangPassenger Services 814.291.862 825.716.040 743.015.578 98,62 109,59

Pemakaian AviobridgeAviobridge Usage 47.105.099 54.233.784 47.155.624 86,86 99,89

Pemakaian CounterCounters Usage 43.345.943 42.392.629 38.212.637 102,25 113,43

Jumlah Pendapatan Jasa AeronautikaTotal Aeronautical Revenues Services 1.572.987.575 1.629.155.531 1.466.828.792 96,55 107,24

Grafik Perbandingan Realisasi Pendapatan Aeronautika Tahun 2006-2007Lorem Ipsum Dolor

Realisasi 2006Actual 2006

2.000.000.000

Jasa Pendaratan Landing ServicesJasa Pelayanan Penerbangan Route ChargesJasa Pelayanan Penumpang Passenger Services

1.250.000.000

750.000.000

500.000.000

250.000.000

0

262.

578.

481

375.

866.

472

743.

015.

578

Realisasi 2007Actual 2007

284.

899.

683

383.

344.

988 81

4.29

1.86

2

RKAP 2007

305.

143.

609

401.

669.

469 82

5.71

6.04

0

Pemakaian Aviobridge Aviobridge UsagePemakaian Counter Counter UsageJumlah Pendapatan Aeronautika Total Aeronautical Revenues

47.1

55.6

24

38.2

12.6

37

1.46

6.82

8.79

2

47.1

05.0

99

43.3

45.9

43

1.57

2.98

7.57

5

54.2

33.7

84

42.3

92.6

29

1.62

9.15

5.53

1

1.500.000.000

1.750.000.000

Page 98: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

96

March 2007.• The shift to smaller aircraft by airlines, such

as JAL Airlines from B 747 (Maximum Take Off Weight/MTOW 395 tons) to B 777 (MTOW 300 tons), Brunai Airlines from B 757 (MTOW 109 tons) to A 320 (MTOW 74 tons), Singapore Airlines fro B 747 to B 777, and Malaysia Airlines from A 330 to B 737-800.

• Overflying due to inoperation of several flight routes such as Gulf Air route Singapore-Sidney (daily) using B 767 since March 2007, Air New Zealand route Singapore-Perth (daily) since january 2007, and Lauda Air route Singapore-Sidney (daily) since january 2007.

Aeronautical Revenues of Rp 1,572,987,575 thousands in 2007 represented an increase of 7.24% compared to Aeronautical Revenues in 2006. This is mainly attributable to increases of 9.59% in Passenger Service Revenue, 8.5% in Landing Service Revenue, 1.99% in Route Charges and 13.43% in Counter Usage Fees.

REVENUE – LANDING SERVICESRealized revenues from Landing Services amounted to Rp 284,899,683 thousands, or an achievement rate of 93.37% from its budget target of Rp 305,143,609 thousands, due to the lower production rate of Landing Services from international flights of 472,850 ton, or 90.90% of the budget.

Revenues for Landing Services in 2007 of Rp 284,899,683 thousands represented an increase of Rp 22,321,202 thousands, or 8.50%, over revenues from landing Services of Rp 262,578,481 thousands in 2006, due to the increase in production rate of Landing Services for international and domestic flights to 952,052 ton, or 6.65% higher compared to the previous year.

REVENUE – ROUTE CHARGESRealized revenues from Route Charges in 2007 amounted to Rp 383,344,988 thousands, or an achievement rate of 95.44% from its budget target of Rp 401,669,469 thousands, due to lower production volume of International Route of 29,028,405 routes or 96.30% of target, Overflying of 45,273,100 routes or 99.25%, while the production volume of Domestic Route was 37,209,054 routes or 100.23% of the target.

Revenues from Route Charges in 2007 of Rp 383,344,988 thousands represented 101.99% compared to revenues from Route Charges of Rp 375,866,472 thousands in 2006, due higher

per hari menjadi satu kali per hari;• Kecenderungan Airlines merubah tipe pesawat

terbaru (lebih kecil) seperti, JAL Airlines dari B 747 (Maximum Take Off Weight/MTOW 395 ton) ke B 777 (MTOW 300 ton); Brunai Airlines dari B 757 (MTOW 109 ton) ke A 320 (MTOW 74 ton); Singapore Airlines, dari B 747 menjadi B 777; Malaysia Airlines dari A 330 menjadi B 737-800;

• Penerbangan lintas, disebabkan tidak beroperasinya penerbangan Gulf Air sejak Maret 2007 rute Singapore - Sydney (daily) B 767, penerbangan Air New Zealand sejak Januari 2007 rute Singapore - Perth (daily), dan penerbangan Lauda Air sejak Januari 2007 rute Singapore - Sydney (daily).

Pendapatan Aeronautika tahun 2007 naik 7,24% menjadi sebesar Rp 1.572.987.575 ribu dibandingkan dengan realisasi tahun 2006. Hal tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan pada Pendapatan Jasa Pelayanan Penumpang 9,59%, Jasa Pelayanan Pendaratan 8,5%, Jasa Pelayanan Penerbangan 1,99% dan Pemakaian Counter 13,43%.

PENDAPATAN - JASA PENDARATANRealisasi Pendapatan Jasa Pendaratan tahun 2007 adalah sebesar Rp 284.899.683 ribu dan jika dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp 305.143.609 ribu berarti tercapai 93,37% dari anggaran. Hal ini disebabkan karena tidak tercapainya produksi layanan Jasa Pendaratan penerbangan luar negeri sebanyak 472.850 ton atau 90,90% dari anggaran.

Realisasi Pendapatan Jasa Pendaratan tahun 2007 adalah sebesar Rp 284.899.683 ribu dan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2006 sebesar Rp 262.578.481 ribu adalah 108,50% dari realisasi tahun lalu, terjadi kenaikan disebabkan naiknya Produksi Pendaratan dalam dan luar negeri sebanyak 952.052 ton atau 6,65% di atas tahun lalu.

PENDAPATAN - JASA PELAYANAN PENERBANGANRealisasi Pendapatan Jasa Pelayanan Penerbangan tahun 2007 adalah sebesar Rp 383.344.988 ribu dan jika dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp 401.669.469 ribu adalah 95,44% dari anggaran, hal ini disebabkan karena produksi Route Charge Luar Negeri hanya terealisasi sebanyak 29.028.405 rute atau 96,30% dan Lintas Udara sebanyak 45.273.100 rute atau 99,25%. Namun Route Charge Dalam Negeri terealisasi sebanyak 37.209.054 route atau 100,23%.

Realisasi Pendapatan Jasa Pelayanan Penerbangan

Diskusi & Analisa ManajemenManagement Discussion & Analysis

Page 99: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

97

production volumes of International, Domestic and Overflying routes that amounted to 10,632,533 routes, or 110.54% compared to the previous year, due to the provision of additional facilities.

REVENUES – PASSENGER SERVICES Realized revenues from Passenger Services in 2007 amounted to Rp 814,291,862 thousands, representing an achievement rate of 98.62% against its target of Rp 825,716,040 thousands. Realized production volume of Domestic Passengers were 17,183,244 persons or 95.92% of target, while International Passengers were 4,025,148 persons or 100.55% of target.

Revenues from Passenger Services in 2007 of Rp 814,291,862 thousands represented 109.59% of revenues from Passenger Services in 2006 of Rp 743,015,578 thousands, due to higher production volume in 2007 of 21,208,392 persons, or 111.20% compared to the previous year.

REVENUES – AVIOBRIDGE USAGE Realized revenues for Aviobridge Usage in 2007 amounted to Rp 47,105,099 thousands, representing an achievement rate of 86.86% against its target of Rp 54,233,784 thousands. This was due to the repair and maintenance process for the aviobridge at Terminal 2 that took several months to complete, resulting in domestic aviobridge usage of 127,569 times, or 80.96% of target, and international aviobridge usage of 43,431 times, or 93.13% of the target.

Revenues from Aviobridge Usage in 2007 of Rp 47,105,099 thousands represented 99.89% of the revenues from Aviobridge Usage in 2006 of Rp 47,155,624 thousands. In terms of production, overall Aviobridge Usage in 2007 amounted to 171,000 times, or 95.78% of the previous year, despite an increase of 3.18% in Aviobridge Usage for International Flights.

REVENUES – COUNTERS USAGE Realized revenues from Counters Usage in 2007 amounted to Rp 43,345,943 thousands, representing an achievement rate of 102.25% against the target of Rp 42,392,629 thousands. Production of Counter usage for International Flights amounted to 3,978,294 persons, or 101.31% of target, while production from Domestic Flights amounted to 17,169,965 persons, or 95.85% of target, resulting in overall production of Counters Usage of 96.83% of its target.

Revenues from Counters Usage in 2007 of

tahun 2007 adalah sebesar Rp 383.344.988 ribu dan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2006 sebesar Rp 375.866.472 ribu adalah 101,99% dari realisasi tahun lalu, kenaikan yang terjadi disebabkan produksi Dalam Negeri dan Luar Negeri maupun Lintas Udara terealisasi sebanyak 10.632.533 rute atau 110,54%, karena adanya penambahan fasilitas.

PENDAPATAN - JASA PELAYANAN PENUMPANGRealisasi Pendapatan Jasa penumpang tahun 2007 adalah sebesar Rp 814.291.862 ribu dan jika dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp 825.716.040 ribu adalah 98,62%. Realisasi produksi pelayanan penumpang Dalam Negeri sebesar 17.183.244 pax atau 95,92% dan Luar Negeri sebanyak 4.025.148 pax atau 100,55% dari anggarannya.

Realisasi Pendapatan Jasa Pelayanan Penumpang tahun 2007 adalah sebesar Rp 814.291.862 ribu dan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2006 sebesar Rp 743.015.578 ribu atau 109,59% dari realisasi tahun lalu. Hal tersebut karena jumlah produksi pelayanan penumpang terealisasi sebanyak 21.208.392 pax atau 111,20% dari tahun lalu.

PENDAPATAN - PEMAKAIAN AVIOBRIDGERealisasi Pendapatan Pemakaian Aviobridge tahun 2007 sebesar Rp 47.105.099 ribu dan jika dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp 54.233.784 ribu, tercapai sebesar 86,86% dari anggarannya. Tidak tercapainya realisasi pemakaian aviobridge karena adanya perbaikan/pemeliharaan aviobridge Terminal 2 yang memakan waktu beberapa bulan mengakibatkan pemakaian aviobridge dalam negeri terealisasi sebanyak 127.569 pemakaian atau 80,96%, dan pemakaian luar negeri terealisasi sebanyak 43.431 pemakaian atau 93,13% dari anggarannya.

Realisasi Pendapatan Pemakaian Aviobridge tahun 2007 adalah sebesar Rp 47.105.099 ribu dan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2006 sebesar Rp 47.155.624 ribu adalah 99,89% dari realisasi tahun lalu, sedang produksi pemakaiannya hanya terealisasi sebanyak 171.000 pemakaian atau 95,78% dari tahun lalu, meskipun produksi pemakaian Aviobridge Luar Negeri mengalami kenaikan sebesar 3,18% dari tahun lalu.

PENDAPATAN - PEMAKAIAN COUNTERRealisasi Pendapatan Pemakaian Counter tahun 2007 adalah sebesar Rp 43.345.943 ribu dan jika dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp 42.392.629 ribu adalah 102,25% dari anggaran, tercapai disebabkan cukup banyaknya produksi pemakaian counter luar negeri sebanyak 3.978.294 pax atau 101,31% dari anggaran, meskipun

Page 100: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

98

Rp 43,345,943 thousands represented 113.43% compared to revenues from Counters Usage of Rp 38,212,637 thousands in 2006. This was due to higher production of Counters Usage in 2007 at 21,148,259 persons, or 111.25% compared to the previous year, due to the provision of additional facilities.

NON-AERONAUTICAL REVENUES Realized Non-Aeronautical Revenues in 2007 amounted to Rp 484,779,394 thousands, representing an achievement rate of 99.51% of the targeted amount of Rp 487,147,909 thousands. Major contributors to Non-Aeronaitical Revenues in 2007 were revenues from commercial concessions (23.39%) and revenues from building/space rental (24.79%).

Non-Aeronautical revenues of Rp 484,779,394 thousands in 2007 represented 120.31% of Non-Aeronautical revenues in 2006 of Rp 402,934,977 thousands. All of the main components of non-

pemakaian counter penerbangan dalam negeri sebanyak 17.169.965 pax atau 95,85% dari anggaran, sehingga secara umum produksi Pemakaian Counter hanya terealisasi sebanyak 96,83% dari anggaran.

Realisasi Pendapatan Pemakaian Counter tahun 2007 adalah sebesar Rp 43.345.943 ribu dan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2006 sebesar Rp 38.212.637 ribu adalah 113,43% dari realisasi tahun lalu, terjadi kenaikan disebabkan produksi Pemakaian Counter terealisasi sebanyak 21.148.259 pax atau 111,25% dari tahun lalu, karena adanya penambahan fasilitas. PENDAPATAN NON-AERONAUTIKAPendapatan Non-Aeronautika tahun 2007 mencapai 99,51% anggarannya yaitu sebesar Rp 484.779.394 ribu dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp 487.147.909 ribu. Pendapatan Non Aeronautika pada tahun 2007 terutama diperoleh dari pendapatan konsesi (23,39%) dan pendapatan sewa bangunan/ ruang (24,79%).

Diskusi & Analisa ManajemenManagement Discussion & Analysis

(Dalam Ribuan) (In Thousand)

KeteranganDescription

RealisasiTahun 2007Actual 2007

(Rp)

RKAP 2007(Rp)

RealisasiTahun 2006Actual 2006

(Rp)

% Realisasi Tahun 2007 Terhadap% Actual 2007 To

RKAP 2007 Realisasi 2006Actual 2006

Sewa Ruang/GudangSpace/Warehouse Rental 120.168.603 114.633.885 102.951.176 104,83 116,72

Sewa Tanah/Tanah DiperkerasLand and Hardened Land Rental 24.495.909 30.394.798 17.454.752 80,59 140,34

KonsesiCommercial Concessions 113.411.265 116.166.222 97.944.805 97,63 115,79

Trough Put FeeTrough Put Fee 29.321.293 27.754.745 25.391.717 105,64 115,48

ParkirVehicle Parking 48.496.995 50.317.349 37.301.895 96,38 130,01

Pemakaian ListrikElectricity Usage 46.847.065 48.082.400 45.284.083 97,43 103,45

Pemakaian AirClean Water Usage 10.490.747 10.205.790 8.984.553 102,79 116,76

Pemakaian TeleponTelephone Usage 5.611.786 6.313.315 5.163.206 88,89 108,69

Pemakaian ReklameAdvertising Space 41.450.413 31.763.645 30.527.096 130,50 135,78

Pendapatan MarshallingMarshalling Services 434.093 604.542 151.359 71,81 286,80

Pemakaian AMACSAMACS Usage 971.506 973.567 840.308 99,79 115,61

Ground HandlingGround Handling 207.730 11.542 20.528 1.799,77 1.011,93

Jasa KargoCargo Services 20.124.398 19.940.801 8.247.204 100,92 244,01

Pendapatan Usaha LainnyaOther Operating Revenues 22.747.589 29.985.308 22.672.295 75,86 100,33

Jumlah Pendapatan Non-AeronautikaTotal Non-Aeronautical Revenues 484.779.394 487.147.909 402.934.977 99,51 120,31

Page 101: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

99

aeronautical revenues recorded growth over their corresponding amounts in 2006, namely revenues fro space/warehouse rental (16.72%), hardened land rental (40.34%), commercial concessions (15.79%), vehicle parking (30.01%), electricity usage (16.76%), telephone usage (8.69%), advertising space (35.78%), marshalling fees (186.80%), AMACS usage (15.61%), ground handling fees (911.93%), and cargo services (144.01%).

SPACE/WAREHOUSE RENTALRevenues from space/warehouse rental amounted to 4.83% over the target, and represented an increase of 16.72% over revenues in 2006.

LAND AND HARDENED LAND RENTAL Revenues from land and hardened land rental were 19.41% less that the target, due to the implementation of rental tariff for PT Garuda Maintenace Facility. However, these revenues represented an increase of 40.34% over those in 2006.

COMMERCIAL CONCESSIONSRevenues from commercial concessions were 2.37% less than the targeted amount due to the decline in gross revenues from aircraft catering, warehousing, and ground handling. However, these revenues represented an increase of 15.79% over revenues in 2006.

TROUGH PUT FEERevenues from Throughput Fees were 5.64% above the targeted amount, and represented an increase of 15.48% over revenues in 2006.

VEHICLE PARKING Revenues from vehicle parking were 3.62% less than the targeted amount due to a rearrangement in the vehicle parking areas at the Soekarno-Hatta Airport. However, these revenues represented an increase of 30.01% over those in 2006.

ELECTRICITY USAGERevenues from electricity usage were 2.57% less than the targeted amount due to several lessors cancelling the use of rented space. However, the revenues represented an increase of 3.45% over revenues in 2006.

CLEAN WATER USAGERevenues from clean water usage were 2.79% less than the tarfeted amount, but represented an increase of 16.76% over revenues in 2006.

TELEPHONE USAGERevenues fro telephone usage were 11.11% less

Pendapatan Non Aeronautika tahun 2007 adalah sebesar Rp 484.779.394 ribu dan jika dibandingkan realisasi tahun 2006 sebesar Rp 402.934.977 ribu atau 120,31%. Hal tersebut telah menaikkan semua komponen pendapatan utama Non Aeronautika diantaranya, Sewa Ruang/Gudang sebesar 16,72%, Sewa Tanah Diperkeras 40,34%, Konsesi 15,79% Jasa Parkir Kendaraan 30,01%, Sewa Listrik 3,45%, Pemakaian Air 16,76%, Pemakaian Telepon 8,69%, Pemakaian Reklame 35,78%, Pendapatan Marshalling 186,80%, Pemakaian AMACS 15,61%, Ground Handling 911,93%, dan Jasa Kargo 144,01% di atas realisasi tahun lalu.

SEWA RUANG/GUDANGRealisasi Pendapatan Sewa Ruang/Gudang tercapai 4,83% di atas anggaran. Dibandingkan tahun 2006 mengalami kenaikan 16,72%.

SEWA TANAH DAN SEWA TANAH DIPERKERAS Realisasi Pendapatan Sewa Tanah dan Tanah Diperkeras 19,41% di bawah anggaran akibat dari berlakunya nilai tarif sewa tanah PT Garuda Maintenance Facility. Dibandingkan dengan tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 40,34%.

KONSESIRealisasi pendapatan konsesi tercapai 2,37% di bawah anggaran akibat adanya penurunan omzet bruto pada usaha aircraft catering, pergudangan dan ground handling. Dibandingkan dengan tahun 2006 terdapat kenaikan 15,79%.

TROUGH PUT FEERealisasi pendapatan Trough Put Fee mengalami kenaikan sebesar 5,64% di atas anggaran. Dibandingkan dengan tahun 2006 terdapat kenaikan 15,48%.

PARKIRRealisasi Pendapatan Parkir Kendaraan tercapai 3,62% dibawah target akibat adanya penataan area parkir di Bandara Soekarno-Hatta. Namun dibandingkan dengan tahun 2006 terdapat kenaikan 30,01%.

PEMAKAIAN LISTRIKRealisasi pendapatan Pemakaian Listrik tercapai 2,57% di bawah anggaran akibat beberapa penyewa mengembalikan ruangannya. Dibanding tahun 2006, terjadi kenaikan sebesar 3,45%.

PEMAKAIAN AIRRealisasi pendapatan Pemakaian Air tercapai 2,79% di bawah anggaran. Sedangkan dibandingkan tahun lalu 16,76%.

Page 102: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

100

Diskusi & Analisa ManajemenManagement Discussion & Analysis

than the targeted amount due to several lessors cancelling the use of rented space. However, these revenues represented an increase of 8.69% over revenues in 2006.

ADVERTISING SPACERevenues fro advertising space were 30.50% above the targeted amount, and 35.50% over the corresponding revenues in 2006. However, production volume declined by 6.62% compared to the target and by 21.11% compared to the previous year, due to a reduction in overall advertising space and an increase in advertising sales rates.

MARSHALLING SERVICES Revenues from marshalling services were 28.19% less than the targeted amount due to the decline in flights at Sulatan Syarif Kasim II and Sulatan Isakndarmuda airports. However, these revenues represented an increase of 186.80% over the corresponding amount in 2006.

AMAC USAGE Revenues from AMAC usage were on target, and represented an increase of 15.61% compared to revenues in 2006.

PEMAKAIAN TELEPONRealisasi pendapatan Pemakaian Telepon tercapai 11,11% dibawah anggaran akibat beberapa konsesioner mengembalikan ruangannya. Namun dibandingkan tahun 2006 terjadi kenaikan 8,69%.

PEMAKAIAN REKLAMERealisasi pendapatan Pemakaian Reklame tercapai 30,50% di atas anggaran. Dibandingkan dengan tahun 2006 terjadi kenaikan 35,78%. Namun realisasi produksi mengalami penurunan baik dibandingkan dengan anggaran maupun dengan realisasi 2006 masing-masing sebesar 6,62% dan 21,11%. Hal tersebut karena adanya pengurangan lokasi iklan dan peningkatan tarif nilai jual.

MARSHALLINGRealisasi pendapatan tempat pelayanan marshaling terdapat penurunan 28,19% berkurang penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II dan Sultan Iskandarmuda. Namun dibandingkan dengan tahun 2006 terjadi kenaikan 186,80%.

PEMAKAIAN AMACRealisasi pendapatan Pemakaian AMAC dapat mencapai target anggaran. Dibandingkan tahun 2006 mengalami kenaikan 15,61%.

(Dalam Ribuan) (In Thousand)

KeteranganDescription

RealisasiTahun 2007Actual 2007

(Rp)

RKAP 2007(Rp)

RealisasiTahun 2006Actual 2006

(Rp)

% Realisasi Tahun2007 Terhadap

% Actual 2007 To

RKAP 2007Realisasi

2006Actual

2006PENDAPATAN USAHAOPERATING REVENUESAeronautikaAeronautical 1.572.987.575 1.629.155.531 1.466.828.792 96,55 107,24

Non-AeronutikaNon-Aeronautical 484.779.394 487.147.909 402.934.977 99,51 120,31

Jumlah Pendapatan UsahaTotal Operating Revenues 2.057.766.969 2.116.303.440 1.869.763.769 97,23 110,05

BEBAN USAHAOPERATING EXPENSES 1.435.654.095 1.412.197.536 1.275.433.261 101,66 112,56

Laba UsahaOperating Profit 622.112.874 704.105.904 594.330.508 88,36 104,67

PENDAPATAN (BEBAN) DI LUAR USAHATOTAL NON-OPERATING REVENUESPendapatan Di Luar UsahaNon-Operating Revenues 167.248.124 48.468.490 144.763.612 345,09 115,54

Beban Di Luar UsahaNon-Operating Expenses 44.337.645 26.049.715 97.150.642 170,24 45,65

Jumlah Pendapatan Di Luar UsahaTotal Non-Operating Revenues 122.910.479 22.418.775 47.612.970 548,25 258,14

Laba Sebelum Pos Luar BiasaProfit Before Extraordinary Items 745.023.353 726.524.679 641.943.478 102,55 116,06

Pos-pos Luar BiasaExtraordinary Items (8.926.139) -- (1.408.911) -- 633,55

LABA SEBELUM PAJAKPROFIT BEFORE TAX 736.097.214 726.524.679 640.534.567 101,32 114,92

Page 103: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

101

GROUND HANDLINGRevenues fro ground handling services were 1,699.77% above the target, and represented an increase of 911.93% over the corresponding amount in 2006.

CARGO SERVICES Revenues from cargo services were 0.92% above the targeted amount, and represented an increase of 144.01% over those in 2006.

PROFITABILITYAngkasa Pura II booked an Income Before Taxes of Rp 736,097,214 thousands in 2007, which represented an achievement rate of 101.32% of the target of Rp 726,524,679 thousands. Income from Operations in 2007 amounted to Rp 2,057,766,969 thousands, or 2.77% less than the targeted amount.

Non-Operational Income – net recorded an increase of Rp 122,910,479 thousands, or 448.25% above the targeted amount. In addition, Angkasa Pura II recorded an Extraordinary Item expense of Rp 8,926,139 thousands, representing losses related to the fires at the passenger departure terminal at Polonia Airport, Medan, on 1 December 2007.

Income before taxes of Rp 736,097,214 thousands in 2007 represented 114.92% compared to Income before taxes of Rp 640,534,567 thousands in 2006. Income from operations recorded an increase of Rp 188,003,201 thousands, or 10.05%, over the corresponding amount in 2006, mainly reflecting the domestic economic condition as well as improving security that resulted in more people travelling by air or using the services provided by Angkasa Pura II. Meanwhile, Operating Expenses recorded a growth of Rp 1660,220,835 thousands, or 12.56%, over the corresponding amount in 2006, in line with the increase in production volume of flight services. Non-operating Income – net recorded an increase of Rp 75,297,509 thousands, or 258.14%, over the corresponding amount in the previous year, and there are no significant events subsequent to the date of the auditor report.

GROUND HANDLINGRealisasi pendapatan Ground Handling tercapai 1699,77% di atas anggaran. Dibandingkan tahun 2006 mengalami kenaikan 911,93%.

JASA KARGORealisasi pendapatan Jasa Kargo tercapai 0,92% di atas anggaran. Dibandingkan tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 144,01%.

URAIAN ATAS KINERJA KEUANGANTahun 2007 Angkasa Pura II mencatat Laba Sebelum Pajak sebesar Rp 736.097.214 ribu dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp 726.524.679 ribu adalah 101,32% dari anggaran. Di dalam perhitungan Laba (Rugi) tahun 2007 Pendapatan Usaha tercapai sebesar Rp 2.057.766.969 ribu atau 2,77% di bawah anggaran. Pendapatan Di Luar Usaha - bersih menunjukkan penambahan sebesar Rp 122.910.479 ribu atau tercapai sebesar 448,25% di atas anggaran. Setelah dikurangi Pos-Pos Luar Biasa sebesar Rp 8.926.139 ribu yang merupakan kerugian atas peristiwa kebakaran terminal keberangkatan Bandara Polonia Medan pada 1 Desember 2007.

Realisasi Laba Sebelum Pajak tahun 2007 sebesar Rp 736.097.214 ribu dibandingkan dengan Realisasi tahun 2006 sebesar Rp 640.534.567 ribu adalah 114,92% dari tahun lalu. Pendapatan Usaha mengalami kenaikan sebesar Rp 188.003.201 ribu atau 10,05% di atas tahun lalu, yang disebabkan kondisi perekonomian dan kondusifnya faktor keamanan dalam negeri telah memicu orang bepergian menggunakan sarana transportasi udara ataupun fasilitas yang disediakan oleh Angkasa Pura II. Sedangkan Beban Usaha mengalami kenaikan sebesar Rp 160.220.835 ribu atau 12,56% di atas tahun lalu, sejalan dengan naiknya realisasi produksi jasa penerbangan. Sedangkan Pendapatan di Luar Usaha - bersih menunjukkan kenaikan sebesar Rp 75.297.509 ribu atau naik sebesar 258,14% dari tahun lalu, dan tidak ada informasi dan fakta material yang terjadi setelah tanggal laporan akuntan.

Page 104: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

102

Kantor Pusat Head Office

PT Angkasa Pura IIJakarta International Airport Soekarno-HattaBuilding 600, PO Box 1001/BUSHJakarta 19120, IndonesiaTel. : (62-21) 550 5079, 550 5021Fax. : (62-21) 550 2141Homepage: www.angkasapura2.co.id

Jakarta International Airport Soekarno-Hatta

Building 601, PO Box 1001/BUSH

Jakarta 19120

Tel. : (62-21) 550 7300

Fax. : (62-21) 550 6823

E-mail : [email protected]

Halim Perdanakusuma Airport

Terminal Building, 2nd Fl.

Jakarta 13610

Tel. : (62-21) 809 1108

Fax. : (62-21) 809 3351

E-mail : [email protected]

Husein Sastranegara Airport

Husein Sastranegara Airport

Bandung 40001

Tel. : (62-22) 604 1222

Fax. : (62-22) 603 3971

E-mail : [email protected]

Polonia Airport

Polonia Airport

Medan 20157

Tel. : (62-61) 456 5777

Fax. : (62-61) 456 1800

E-mail : [email protected]

Alamat-Alamat Kantor Cabang Branch Office Addresses

Sultan Iskandarmuda Airport

Sultan Iskandarmuda Airport

Banda Aceh 23372

Tel. : (62-651) 213 41

Fax. : (62-651) 635 352

E-mail : [email protected]

Sultan Mahmud Badaruddin II Airport

Sultan Mahmud Badaruddin II Airport

Palembang 30761

Tel. : (62-711) 411 778

Fax. : (62-711) 411 840

E-mail : [email protected]

Supadio Airport

Supadio Airport,

Pontianak 78381

Tel. : (62-561) 721 560

Fax. : (62-561) 721 212

E-mail : [email protected]

Sultan Syarif Kasim II Airport

Sultan Syarif Kasim II Airport

Pekanbaru 28284

Tel. : (62-761) 674 694

Fax. : (62-761) 674 827

E-mail : [email protected]

Minangkabau Airport

Minangkabau Airport, Ketaping

Padang Pariaman 25171

Tel. : (62-751) 819123

Fax. : (62-751) 819040

E-mail : [email protected]

Kijang Airport

Kijang Airport

Tanjung Pinang 29125

Tel. : (62-771) 442 434

Fax. : (62-771) 410 34

E-mail : [email protected]

Sultan Thaha Airport

Sultan Thaha Airport, Jambi

Tel. : (62-741) 572 344

Fax. : (62-741) 572 244

Depati Amir Airport

Depati Amir Airport, Bangka

Pangkal Pinang

Tel. : (62-717) 421 041

Fax. : (62-717) 421 042

Informasi PerusahaanCorporate Information

Untuk memperoleh Laporan Tahunan Angkasa Pura II dan informasi lainnya, dapat menghubungi Sekretaris Perusahaan di Kantor Pusat PT Angkasa Pura II.

To obtain a copy of Angkasa Pura II 2007 Annual Report and other information, please contact Corporate Secretary at Head Office of PT Angkasa Pura II.

Page 105: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura II 2007 Annual Report

103

LAPORAN AUDITOR INDEPENDENDAN LAPORAN KEUANGAN

INDEPENDENT AUDITOR’S REPORTAND FINANCIAL STATEMENTS

Page 106: Together We Build a Better Future

Angkasa Pura IILaporan Tahunan 2007

104

Page 107: Together We Build a Better Future
Page 108: Together We Build a Better Future

Laporan Tahunan 2007 Annual Report

PT ANGKASA PURA IIHead OfficeJakarta International AirportSoekarno - HattaBuilding 600, PO BOX 1001 / BUSHJakarta 19120 IndonesiaTelp. (62-21) 550 5079, 550 5021Fax. (62-21) 550 2141www.angkasapura2.co.id