TMII Sebagai Media Pemersatu

33
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerminan suatu bangsa terlihat dari kebudayanya. Budaya tercipta akibat manusia yang tinggal mendiami suatu tempat atau daerah, dan menaggapi interaksi dari luar dengan berbagai cara yang berakibat menjadi kebiasaan kebiasaan yang terus secara turun temurun dilakukan dan menjadi ciri khas daerah tersebut. Maka terlahirlah di setiap daerah itu berbagai macam cara menanggapi sesuatu. Seperti cara berkomukasi memaksa masarakat tersebut membuat bahasa verbal, kepercayaan melahirkan upacara upacara, iklim mempengaruhi cara berpakaian setiap daerah dan sebagainya. Hal ini juga terjadi pada negara kita, Indonesia. Negara yang berpulau pulau, iklim yang juga ragam, dan campur dengan kebudayaan asing yang masuk dari luar melahirkan kebudayaan yang sangat kaya. Memiliki nilai plus juga memiliki nilai minus. Dengan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia menjadi salah 1

Transcript of TMII Sebagai Media Pemersatu

Page 1: TMII Sebagai Media Pemersatu

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cerminan suatu bangsa terlihat dari kebudayanya. Budaya

tercipta akibat manusia yang tinggal mendiami suatu tempat atau

daerah, dan menaggapi interaksi dari luar dengan berbagai cara

yang berakibat menjadi kebiasaan kebiasaan yang terus secara

turun temurun dilakukan dan menjadi ciri khas daerah tersebut.

Maka terlahirlah di setiap daerah itu berbagai macam cara

menanggapi sesuatu. Seperti cara berkomukasi memaksa

masarakat tersebut membuat bahasa verbal, kepercayaan

melahirkan upacara upacara, iklim mempengaruhi cara berpakaian

setiap daerah dan sebagainya.

Hal ini juga terjadi pada negara kita, Indonesia. Negara yang

berpulau pulau, iklim yang juga ragam, dan campur dengan

kebudayaan asing yang masuk dari luar melahirkan kebudayaan

yang sangat kaya.

Memiliki nilai plus juga memiliki nilai minus. Dengan kekayaan

budaya yang dimiliki Indonesia menjadi salah satu komoditas

pariwisata yang sangat potensial. Namun dibalik itu semua, ada

resiko yang sangat rentan dengan keadaan indonesia yang sangat

banyak memiliki keberagaman yakni Perpecahan.

1

Page 2: TMII Sebagai Media Pemersatu

Namun, perpecahan itu dapat kita cegah dengan cara

memahami satu sama lain antar lintas budaya. Dalam hal ini perlu

sebuah wadah yang bisa menjadi bahan edukasi tentang budaya

masing masing daerah.

Di sebuah tempat di kawasan Jakarta ada tempat yang disebut

dengan TMII atau Taman Mini Indonesia Indah menjadi salah satu

wadah pemersatu bangsa untuk saling mengenal kebudayaan satu

sama lain.

Penulis memberi judul ” Taman Mini Indonesia Indah

Sebagai Pemersatu Indonesia ” pada makalah ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1.2.1 Megetahui sejarah berdirinya Taman Mini Indonesia

Indah.

1.2.2 Menjadikan Taman Mini Indonesia Indah menjadi

media pengenalan budaya.

1.2.3 Menambah pengalaman dan wawasan.

1.3 Rumusan Masalah

Penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan

dibahas yaitu :

1.3.1 Bagaimana sejarah pendirian TMII ?

2

Page 3: TMII Sebagai Media Pemersatu

1.3.2 Bagaimana Menjadikan TMII menjadi pemersatu

bangsa ?

1.3.3 Bagaimana esensi persatuan bangsa saat ini ?

1.4 Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode antara lain :

1.4.1 Metode Pustaka adalah membaca dan mengutip dari

buku-buku dan Internet yang dijadikan refferensi.

1.4.2 Metode Observasi adalah mendatangi secara langsung

objek penelitian.

1.4.3 Metode Wawancara adalah mengadakan tanya jawab

dengan para pengunjung dan pekerja di objek

penelitian.

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Rumusan Masalah

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

3

Page 4: TMII Sebagai Media Pemersatu

Bab II Sejarah TMII

Bab III Gagasan dan Sumber Ilham

Bab IV Arti TMII

Bab V Profil TMII

Bab VI TMII Kini

Bab VII Penutup

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

BAB II

4

Page 5: TMII Sebagai Media Pemersatu

Sejarah TMII

Adalah Siti Hartinah Soeharto—yang akrab dipanggil Ibu Tien

Soeharto—mempunyai gagasan membangun kawasan wisata

Taman Mini “Indonesia Indah”. Prakarsa itu diilhami oleh pidato

Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara

bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual.

Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada

tanggal 28 Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan

gagasan pembangunan Miniatur Indonesia pada rapat pengurus

YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl. Cendana No. 8, Jakarta. Bentuk

dan sifat isian proyek berupa bangunan utama bercorak rumah-

rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian,

kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing

daerah yang ada di Indonesia. Gagasan itu dilandasi, antara lain,

semangat untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta

terhadap tanah air dan bangsa serta untuk memperkenalkan

Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.

Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja

Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara

yang juga dihadiri oleh Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan

didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud untuk pertama

kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur

Indonesia “Indonesia Indah” di depan umum. Berbagai saran,

tanggapan, dan pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun

muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan proyek

tersebut.

5

Page 6: TMII Sebagai Media Pemersatu

Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien

Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana

induk dan studi kelayakan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5

bulan.

Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah

Cempaka Putih, di atas tanah seluas + 14 hektar. Namun Gubernur

DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar

Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah ± 100

hektar. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan

kota Jakarta di kemudian hari. Ibu Tien Soeharto menerima saran

tersebut, karena dengan lahan yang lebih luas memungkinkan

proyek miniatur Indonesia menampilkan rumah-rumah adat daerah

dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya.

Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi

tahap secara bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa

peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api

Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh

Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan penyediaan

kaveling tiap-tiap bangunan. Rancangan bangunan lain, seperti

bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek,

sedang Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian

secara keseluruhan.

Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional: masyarakat

di sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan

berbagai unsur masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun

pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan selesai.

Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini “Indonesia Indah”

diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto.

6

Page 7: TMII Sebagai Media Pemersatu

BAB III

Gagasan dan Sumber Ilham

7

Page 8: TMII Sebagai Media Pemersatu

Tiada ketenaran tanpa awal gagasan dan karya yang

mewujudkannya. Ketenaran Taman Mini "Indonesia Indah" di

seluruh Nusantara dan di berbagai bagian dunia, tidak dapat

dilepaskan dari pangkal tolaknya yang berupa gagasan yang

terdengarnya sederhana tetapi mengandung nilai yang sangat

tinggi.

Gagasan ini berupa keinginan atau cita-cita untuk

membangkitkan rasa bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap

tanah air dan bangsa, Indonesia. Gagasan ini dicetuskan oleh Ibu

Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien

Soeharto. Cita-cita ini diutarakan sebagai gagasan untuk

mendirikan suatu tempat rekreasi yang mampu menggambarlan

kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuk miniatur.

Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no.8

Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970.

Sebagai pemrakarsa, Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara) telah

melihat jauh ke depan akan pentingnya menciptakan suatu

bangunan miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan

segala isinya, kekayaan alam, kebudayaan dan kekayaan lainnya.

Bertekad cita-cita ini, dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek

Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh

Yayasan Harapan Kita Prakarsa Ibu Negara ini bersumber pada

kenyataan bahwa Indonesia dianugerahi kekayaan di berbagai segi

dan sumber. Pulaunya yang berjumlah belasan ribu. kelompok

etnisnya yang memiliki ciri-ciri khas masing-masing, dalam bahasa,

adat istiadat, perilaku tutur kata dan sebagainya, serta sumber

daya alamnya yang sangat kaya ini tidak terlepas dari pengamatan

Ibu Negara untuk melahirkan gagasan yang mulia dan sangat

bermanfaat bila terwujud.

Tentulah ada asas-asas filsafat yang dijadikan landasan

pendirian proyek miniatur ini. Kekokohan hasil proyek ini

8

Page 9: TMII Sebagai Media Pemersatu

terbentuk berkat filsafat yang berpangkal pada amanat-amanat

Presiden Republik Indonesia yang pada intinya ialah keseimbangan

usaha pembangunan fisik dan ekonomi dengan pembangunan

mental spiritual. Filsafat inilah yang menjadi batu pijakan

pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia

Indah". Filsafat ini dijadikan pilihan landasan karena Ibu Negara

sadar dan melihat bahwa pada awal pembangunan yang

dilaksanakan pada akhir tahun 1960-an belum mendapatkan

perhatian semestinya. Karena kesadaran dan perhatian beliau

inilah, beliau berprakarsa pelaksanaan pembangunan mental

spiritual.

Secara lebih rinci ada lima aspek dan prospek yang dijadikan

baik pijakan pembangunannya maupun pandangan dalam

pengembangannya. Kelimanya ini ialah spiritual, pendidikan dan

kebudayaan, teknologi, ekonomi, dan kesejahteraan. Pegangan

teguh pada aspek dan prospek ini dapat dirasakan dan dilihat pada

pengembangan yang telah berlangsung selama ini.

Aspek dan prospek spiritual serta pendidikan dan kebudayaan

tidak terlepas dari pandangan Presiden Soeharto. Mengenai aspek

dan prospek spiritual beliau menyatakan bahwa setiap usaha

pembangunan ekonomi tidak mungkin dilakukan tanpa

pembangunan mental, spiritual, rohaniah dan sosial . Mengenai

pendidikan dan kebudayaan beliau mengungkapkan bahwa putra-

putri harus menyiapkan diri sejak sekarang. melatih diri dan

mengasah otak belajar berorganisasi dan mulai membaktikan diri

kepada masyarakat, mencintai alam dan bangsanya sendiri. bangga

kepada kebudayaannyan sendiri dan mau belajar hal-hal yang baik

dari luar tanpa kehilangan kepribadian nasionalnya sendiri,

berusaha sendiri dan selalu ingin mengetahui hal-hal baru agar

dapat maju, mencintai kerja dan berusaha mencapai prestasi yang

tinggi .

9

Page 10: TMII Sebagai Media Pemersatu

Mengenai aspek dan prospek teknologi, kata-kata Neil

Armstrong, angkasawan Amerika, manusia pertama yang

menjejakkan kaki di bulan, a little step of a man, a giant step of

mankind yang artinya langkah kecil manusia tetapi berupa loncatan

raksasa kemanusiaan, merupakan dambaan dalam membangun dan

mengembangkan Proyek Miniatur "Indonesia Indah" ini. Hanya

dengan teknologi yang ditulang-punggungi ilmu, manusia dapat

melangkah maju dalam mewujudkan keinginan peningkatanke arah

ekonomi dan kesejahteraannya.

Selanjutnya mengenai aspek dan prospek ekonomi, kata-kata

Presiden Soeharto menjadi pegangannya. Dikatakan oleh beliau

bahwa, "Pembangunan ekonomi berarti pengolahan kekuatan

ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui

pananaman modal, penggunaan teknologi, penambahan

kemampuan berorganisasi dan manajemen" . Aspek dan prospek ini

tidak terlepas dari aspek dan prospek berikutnya, yaitu

kesejahteraan. Oleh Presiden Soeharto, dikatakan bahwa "Cita-cita

kita adalah suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila, kita ingin kehidupan kita lebih baik, makin

maju, bertambah sejahtera dan adil".

Kelima aspek dan prospek tersebut saling berkait. Kaitan

inidalam pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur

"Indonesia Indah terlihat nyata bila kita melihat taman miniatur ini

secara keseluruhannya. Secara keseluruhan di sini melibatkan

penglihatan kita terhadap wujud fisik, yang berupa bangunan, yang

mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan

kebudayaan, teknologi, dan sarana dalam meningkatkan taraf

ekonomi dan kesejahteraan, dan wujud program pergelaran yang

mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan

kebudayaan, teknologi serta ekonomi dan kesejahteraan. Jelaslah

bahwa baik dari pandangan fisik maupun langkah operasional.

10

Page 11: TMII Sebagai Media Pemersatu

Proyek Miniatur ini erat berpegang pada aspek dan prospek

pembangunannya.

Dengan filsafat ini sebagai landasan, ada sasaran yang ingin

dijangkau oleh pendiri taman miniatur, yaitu meningkatkan

pengetahuan dan memberikan pengertian kepada bangsa-bangsa

lain tentang Indonesia yang sebenarnya. Ke dalam sendiri,

jangkauan pelaksanaan proyek ini ialah terjadinya proses

pendidikan dan peningkatan pengetahuan bangsa sendiri mengenai

tanah airnya, sehingga terpupuklah rasa cinta kepada tanah airnya.

Inilah sebetulnya misi didirikannya taman miniatur ini.

BAB IV

Arti TMII

Arti Taman Mini “Indonesia Indah” adalah satu proyek untuk

mencitrakan Indonesia yang lengkap dengan segala isinya dalam

bentuk mini, berupa sebuah taman di atas sebidang tanah yang

11

Page 12: TMII Sebagai Media Pemersatu

menggambarkan Indonesia yang besar ke dalam penampilan yang

kecil.

Bangunan pokok berupa danau buatan dengan pulau-pulau

yang menggambarkan wilayah Indonesia. Kepulauan buatan

tersebut merupakan bagian terpenting dari proyek ini dan disebut

Miniatur Arsipel Indonesia. Pulau-pulau dibangun secara

geografis di atas laut buatan sesuai dengan skala asli, dalam arti

tinggi rendah daratan, hutan, keadaan gunung-gunung, dan

tumbuh-tumbuhannya terlihat seperti perwujudan sesungguhnya.

Danau kepulauan ini, berikut bangunan-bangunan khas daerah

di sekitarnya, secara keseluruhan dinamakan Taman Mini

“Indonesia Indah”.

4.1 Visi, Misi dan Tujuan

Visi proyek adalah menjadikan Taman Mini “Indonesia Indah”

sebagai kawasan wisata budaya yang terkemuka.

Dengan visi tersebut, TMII menetapkan misinya sebagai

wahana pelestarian, pengenalan, dan pengembangan budaya

bangsa. Oleh karena itu, sasaran pembangunannya tidak

menitikberatkan pada keuntungan finansial melainkan

pengembangkan kebudayaan nasional.

Maksud dan tujuan pembangunan  Taman Mini “Indonesia Indah”:

Membangun dan mempertebal rasa cinta bangsa dan tanah

air.

Memupuk serta membina rasa persatuan dan kesatuan

bangsa.

12

Page 13: TMII Sebagai Media Pemersatu

Menghargai serta menjunjung tinggi kebudayaan nasional

Indonesia dengan jalan menggali dan menghidupkan kembali

kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang.

Memperkenalkan kebudayaan, kekayaan alam, dan warisan

bangsa kepada sesama anak bangsa Indonesia dan bangsa-

bangsa lain di dunia.

Memanfaatkan untuk menarik wisatawan, dengan demikian

meningkatkan kegiatan pariwisata, sarana promosi bagi tiap-

tiap daerah di seluruh tanah air, dan menghidupkan

kerajinan rakyat di seluruh daerah, menampung dan

mengatur pemasarannya.

Ikut aktif membantu pemerintah dalam pelaksanaan

pembangunan dengan mempersembahkan suatu tempat

rekreasi yang bersifat pendidikan kepada masyarakat

Indonesia.

4.2 Uraian mengenal Logo dan Maskot

Dalam rangka meningkatkan citra positif dan menambah daya

tarik masyarakat, pada 26 September 2007 diluncurkan logo baru

“tmii” sebagai brand name.

Logo menggunakan empat warna dasar, yakni merah, biru,

kuning, dan hijau, dengan pencitraan grafis huruf dan warna.

Merah melambangkan semangat, biru mencitrakan geografis

Indonesia sebagai negara kepulauan, kuning lambang kekayaan

dan keragaman budaya, dan hijau mengacu pada kekayaan alam.

Motif logo menggunakan huruf lengkung untuk

menggambarkan kedinamisan, keragaman budaya, dan kekayaan

alam Indonesia. Pewarnaan dari merah ”t” menuju ke kuning “i”

mengandung filosofi pergerakan terbit sampai terbenamnya

13

Page 14: TMII Sebagai Media Pemersatu

matahari, warna biru adalah waktu saat beraktivitas dari

kedinamisan, dan warna hijau adalah pencapaian dari sebuah

kemakmuran. Grafis bulatan yang berputar tiada henti di atas

kedua huruf “i” melambangkan kesatuan makna dari kata

“Indonesia” dan kata “Indah”, serta melambangkan TMII sebagai

tujuan terbaik untuk melihat lebih dekat keindahan dan kekayaan

budaya dan alam Indonesia.

Maskot berupa tokoh epos Ramayana, yakni Anjani Putra—

disingkat NITRA—nama lain Sang Hanoman. Tokoh NITRA menjadi

icon TMII dan berperan sebagai sarana pengenal yang mempunyai

makna informatif agar mudah diingat dan lekat di hati. Penggunaan

maskot NITRA diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto bertepatan

dengan ulang tahun ke-16 TMII pada 20 April 1991.

Pemilihan tokoh NITRA didasarkan atas pertimbangan:

NITRA berwujud kera putih yang perkasa, mempunyai

kepribadian menonjol, seperti berjuang membela dan

menegakkan kebenaran tanpa pamrih, mahir berdiplomasi

sehingga dipercaya sebagai duta.

NITRA memiliki berbagai kesaktian, sehingga mampu

membasmi angkara murka dan membela kebenaran. 

NITRA merupakan kesayangan dewa yang dikaruniai usia

sangat panjang sebagai pembina generasi selanjutnya. 

NITRA mempunyai watak yang dapat diteladani dan dapat

menjadi sumber inspirasi yang menyatu dengan misi TMII

sebagai wahana pelestarian, pengenalan dan pengembangan

budaya, duta seni, serta mewariskan segala sesuatunya untuk

generasi yang akan datang. 

NITRA mencerminkan budi luhur, diharapkan menjadi suri

tauladan bagi generasi muda dan menjadi pilihan idola yang

bersumber dari nilai budayanya sendiri. 

14

Page 15: TMII Sebagai Media Pemersatu

Visualisasi NITRA mengarah pada bentuk fisik yang

disesuaikan agar menarik dan disenangi anak-anak, remaja,

dan dewasa: ramah dan lucu tetapi mempesona. 

Sebagai maskot, NITRA dapat berbentuk dua dimensi dan

tiga dimensi, antara lain berwujud boneka, logo, ataupun

produk cetak dan cenderamata sesuai kebutuhan.

BAB V

Profil TMII

Taman Mini “Indonesia Indah” (TMII) merupakan tempat

rekreasi yang sangat populer dan akrab bagi warga kota Jakarta

serta kota-kota lain di Indonesia, bahkan mancanegara. Konsepnya

menyajikan wahana dan fasilitas secara rekreatif, informatif,

edukatif, komunikatif, dan atraktif (RIEKA).

Miniatur Indonesia secara lengkap, baik bentang darat,

kekayaan alam, aneka warna seni dan budaya daerah, maupun

15

Page 16: TMII Sebagai Media Pemersatu

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai

bentuk seni dan budaya masa kini tersajikan di sini. Paparannya

diwujudkan dalam bentuk Miniatur Arsipel Indonesia yang

merupakan danau buatan dengan tiruan kepulauan Indonesia

berikut penampang daratnya beserta anjungan-anjungan daerah.

Tiap anjungan tersebut menampilkan rumah adat bercorak

arsitektur tradisional berikut penyajian benda-benda budaya,

pentas seni, upacara adat, keragaman kuliner, dan berbagai seluk

beluk yang berkait dengan daerah bersangkutan, yang secara nyata

menunjukkan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an Indonesia.

Selain anjungan daerah, berderet museum-museum yang

memamerkan bukan hanya koleksi sejarah, budaya, serta teknologi

masa lalu dan masa kini melainkan juga menciptakan dialog

dengan pengunjung melalui berbagai peragaan yang—pada

gilirannya—menjadi tonggak penciptaan di masa depan.

Penampilan 15 museum, antara lain Museum Indonesia, Museum

Transportasi, Museum Migas, Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi, merupakan sumber informasi tiada batas.

Wahana rekreasi berupa 11 unit taman, antara lain Taman

Burung, Taman Akuarium Air Tawar, dan Taman Bunga Keong

Emas; berbagai wahana inovatif, seperti Istana Anak Anak

Indonesia, Teater Imax Keong Emas, Teater 4D’Motion, Kereta

Gantung (skylift), “monorel” Aeromovel; serta Taman Budaya

Tionghoa Indonesia menawarkan nuansa yang menarik.

Berbagai jenis wahana dan fasilitas tersebut semuanya

mempunyai dimensi rekreasi, pendidikan, pelestarian, sekaligus

pemerkayaan cakrawala pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai

budaya bangsa Indonesia, khususnya bagi generasi muda.

16

Page 17: TMII Sebagai Media Pemersatu

5.1 Letak dan Luas

Taman Mini “Indonesia Indah” terletak di Jakarta, ibukota

Negara Kesatuan Republik Indonesia; berjarak sekitar 2 km dari

terminal Kampung Rambutan, lebih kurang 5 km dari bandara

udara Halim Perdana Kusumah, dan 200 meter dari gerbang tol

Jagorawi. Letak yang strategis ini memudahkan pengunjung untuk

mencapainya dengan berbagai jenis kendaraan.

Luas lahan 150 hektar, berada di dalam daerah administrasi

empat kelurahan dan tiga kecamatan, yaitu Kelurahan Bambu Apus

dan Ceger di Kecamatan Cipayung, Kelurahan Kampung Dukuh di

Kecamatan Kramat Jati, dan Kelurahan Pinang Ranti di Kecamatan

Kampung Makasar, Jakarta Timur. Lahan ini sesungguhnya baru

sebagian dari seluruh lahan peruntukan TMII, karena berdasar

Keputusan Gubernur Jakarta No. 3498 tanggal 9 Oktober 1984

kawasan diperluas menjadi 394,535 hektar. Oleh karena TMII

merupakan “Proyek Tumbuh”, pemanfaatan lahan disesuaikan

dengan perkembangan dan kebutuhan.

5.2 Keadaan Fisik Kawasan

Taman Mini "Indonesia Indah" pada awalnya mencakup

kawasan seluas 145 ha. Lahan ini pada mulanya adalah lahan yang

dimiliki rakyat sebagai ladang dan sawah. Kemudian dengan usaha

dan jerih payah, lahan ini dapat ditransformasi menjadi kawasan

untuk pendirian taman miniatur. Pengubahan lahan dari bentuk

aslinya yang berupa ladang menjadi hamparan yang layak bangun

memerlukan waktu yang tidak terlalu lama dan upaya lain berupa

perataan lahan, pengolahannya menjadi hamparan yang layak

pakai, serta pembagiannya untuk digunakan dalam pembangunan

17

Page 18: TMII Sebagai Media Pemersatu

anjungan, museum dan bangunan-bangunan pokok serta bangunan

penunjang.

Kawasan TMII mempunyai topografi bergelombang. Topografi

semacam ini memberikan keuntungan karena dengan bentuk

hamparan seperti ini. TMII dapat dengan leluasa menampilkan

beraneka ragamnya anjungan dan pergelaran lain. Akan tetapi ada

pula kekurangan yang ditimbulkan oleh topografi bergelombang

ini, yaitu diperlukannya upaya perataan lahan untuk tujuan

tertentu, misalnya pembuatan bangunan yang memerlukan lahan

rata.

Dengan lingkungan alami yang ditempatinya, TMII

memperoleh keuntungan karena lingkungan semacam ini,

menunjang untuk pengembangan dari segi fisik dan program.

Keadaan semula yang berupa lahan bergelombang, dengan

vegetasinya yang terpencar di sana-sini dari berbagai jenis

tumbuhan, serta lahan basah yang berupa telaga. TMII mempunyai

keleluasaan untuk mengembangkan denah yang beranekaragam.

Dengan adanya lahan basah, maka pola penataan lingkungan

menjadi lebih alami dan dalam berbagai hal, lingkungan basah ini

memberikan kemudahan dalam pengembangan pergelaran

kawasan perairan. Kenyataan ini telah dinikmati oleh

pengembangan: Taman Angsa Arsipel Indonesia dan Taman

Akuarium Air Tawar.

18

Page 19: TMII Sebagai Media Pemersatu

BAB VI

TMII Kini

Proyek Miniatur "Taman Mini "Indonesia Indah" yang

kemudian terkenal dengan sebutan Taman Mini "Indonesia Indah".

kini sudah jauh berkembang dari keadaan pada awalnya. Dengan

pegangan aspek dan prospek sebagai landasan filsafatinya, Taman

Miniatur "Indonesia Indah" telah memiliki 22 bangunan pokok dan

pendukung, 33 anjungan daerah, 24 museum dan taman, 6 rumah

ibadah, 5 sarana rekreasi, beserta sarana penunjangnya, seperti

akomodasi, transportasi, rumah makan, dan bangunan-bangunan

lain yang ikut melengkapi penampilan Taman Mini "Indonesia

Indah".

19

Page 20: TMII Sebagai Media Pemersatu

Dibandingkan dengan pada waktu awal dibangunnya, yang

hanya memiliki 26 anjungan, boleh dikatakan bahwa selama 21

tahun usianya, taman ini telah berkembang 220 % dalam wujud

bangunan. Begitu pula dalam kawasan yang berupa lahan.

Kenyataan seperti ini memang membanggakan karena

menunjukkan kemajuan dalam perkembangannya. Namun, keadaan

seperti, ini tidak luput dari kekerasan upaya untuk

mempertahankannya, apa lagi lebih mengembangkannya.

Untuk mempertahankan Taman Mini "Indonesia Indah" seperti

keadaannya kini, diperlukan kesiapan dalam berbagai bidang. Dana

dan sumber daya manusia untuk mengelolanya harus selalu

tersedia dengan taraf yang cukup tinggi. Pengelolaan ini bukan

sekedar menampilkan keberadaan fisiknya saja, tetapi yang lebih

penting ialah mewujudkan penampilan yang memenuhi landasan

filsafati yang telah dijadikan pijakannya. Anjungan tidak sekedar

menggelar pameran benda-benda peninggalan kebudayaan masa

lalu atau menggelar pertunjukan tarian saja, tetapi harus dapat

mengajak masyarakat menemukan cara dan jalan dalam menuju

cita-cita yang dinyatakan dalam uraian aspek dan prospek

pembangunan Proyek Miniatur "Indonesia Indah". Mewujudkan

tugas ini tidak mudah dan tidak ringan. Untuk melaksanakannya

dituntut ketangguhan sumber daya manusia yang mampu

mengejawantahkan cita-cita bangsa dalam bentuk yang relatif

sangat terbatas, dan dana penyelenggaraan yang harus tersedia

untuk tidak membatasi gerak.

Penyediaan sumber daya manusia dan dana seperti itu

memerlukan strategi yang tepat. Oleh karena itu dalam

pengembangan kegiatan Taman Mini "Indonesia Indah" kebutuhan

dalam bidang sumber daya manusia dan dana menjadi bagian tak

terpisahkan dalam pengembangan programnya. Pengembangan

program semacam ini harus dilakukan apabila Taman Mini

"Indonesia Indah" akan mampu menjangkau masa depan.

20

Page 21: TMII Sebagai Media Pemersatu

Apa sebetulnya yang ingin dijangkau Taman Mini "Indonesia

Indah" di masa depan? Landasan filsafat seperti yang telah

diuraikan di depan tidak dapat ditinggalkan. Dengan landasan

tersebut untuk menjangkau masa depan, telah dirancang pola

pengelolaan dan penyusunan program untuk mencapai tujuan

seperti yang diemban dalam misinya. Pengelolaan Proyek Miniatur

"Indonesia Indah" tidak begitu saja dilaksanakan, tetapi diatur

dalam surat-surat keputusan yang menjadi pedoman dalam

pelaksanaannya. Organisasi pengelolaannya ini selalu ditinjau

untuk penyempurnaannya, baik dalam sistemnya maupun dalam

personalianya.

Untuk menjangkau tujuan dalam misi Taman Mini "Indonesia

Indah", adanya anjungan, museum dan taman, serta unit-unit lain

yang menunjang merupakan sarana pencapaiannya. Program dan

penampilan masing-masing unit tersebut merupakan proses yang

berlangsung untuk menuju jangkauan Taman Mini "Indonesia

Indah". Selain pengembangan program ke dalam masing-masing

anjungan dan unit-unit lain, pengembangan yang dilaksanakan

Taman Mini "Indonesia Indah" ialah dalam melengkapi unit-unit

dan komponen-komponennya sehingga landasan filsafati yang telah

dijadikan pegangan dan pedoman dalam mengemban misi dapat

dipenuhi.

6.1 Hasil Yang Dicapai

Sebagai sebuah kawasan wisata, kehadiran TMII tak cuma

diakui oleh masyarakat luas yang ditandai oleh padatnya

pengunjung di hari-hari libur, tetapi pengakuan berupa sejumlah

penghargaan dari berbagai kalangan resmi.

Dalam usianya yang baru setahun, pada tahun 1976. TMII

21

Page 22: TMII Sebagai Media Pemersatu

telah menerima penghargaan di bidang kepariwisataan dari

pemerintah DKI Jakarta. Kemudian berturut-turut pada tahun 1977

dan 1978 memperoleh penghargaan kepariwisataan dari

pemerintah DKI berupa "Palm Perunggu" dan "Palm Perak". Pada

tahun 1981 masih dari pemerintah DKI. TMII memperoleh

penghargaan kepariwisataan berupa "Palm Emas".

Pada tahun 1987, TMII memperoleh penghargaan pelestarian

kebudayaan Golden Award dari Pacific Asian Travel Association

(PATA). Di bidang pembinaan industri kecil, hasil-hasil yang telah

dicapai oleh TMII membuahkan penghargaan dari Pemerintah

republik Indonesia berupa Upakarti Kepeloporan pada tahun 1990.

Penghargaan kepariwisataan dari pemerintah DKI Jakarta,

berupa "Adikarya Wisata" diperoleh pada tahun 1991. 1992 dan

1993. Selanjutnya pada tahun 1994. TMtl memperoleh plakat

"Adikaryottama Wisata" juga dari pemerintah DKI Jakarta atas

prestasinya mempertahankan "Adikarya Wisata", selama empat

tahun berturut-turut. Adapun pada tahun 1995, TMII berhasil

memperoleh penghargaan berupa piagam "Adikaryottama Wisata

1995". Adikaryottama berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti

Adi Karya yang Utama.

Pada tahun 1995 pula TMII memperoleh Penghargaan

Penghijauan Lingkungan dari Pemerintah DKI Jakarta. TMII

merupakan hasil karya putra-putri Indonesia dalam upaya

melestarikan, membina dan mengembangkan serta

menyebarluaskan ragam aspek budaya Indonesia. Nilai-nilai tradisi

warisan leluhur turun temurun, tata nilai yang berlaku saat ini

serta harapan-harapan bangsa Indonesia di masa datang tercermin

dari berbagi bentuk peragaan statis maupun dinamis di seluruh

areal TMII.

22

Page 23: TMII Sebagai Media Pemersatu

TMII tercatat sebagai kawasan wisata Indonesia yang paling

banyak menggelar produk-produk kesenian daerah. Di tiap

Anjungan. maupun di tiap sudut bagiannya. setiap hari ada saja

pesona budaya daerah yang bisa disaksikan pengunjung. Atraksi-

atraksi menarik yang pada akhirnya akan mendorong pengunjung

untuk datang ke daerah tersebut manakala ada kesempatan.

Kesempatan yang dibuka luas oleh TMII di bidang seni budaya

membawa dampak dalam menggairahkan semangat berkesenian di

daerah-daerah. Suasana kompetisi untuk menampilkan yang

terbaik merangsang kreativitas dan daya inovasi para seniman

daerah untuk menghasilkan karya-karya seni budaya berkualitas.

Untuk menentukan kelompok kesenian yang akan tampil di TMII,

tidak jarang didahului oleh serangkaian seleksi maupun festival

tingkat daerah sehingga terpilihlah kelompok-kelompok terbaik

yang menjadi duta seni daerahnya ke TMII. Sebaliknya. kelompok-

kelompok yang mampu tampil terbaik dan telah menunjukkan

prestasi di TMIl, sesampainya kembali di daerah akan menjadi

motivasi bagi kelompok-kelompok lainnya untuk berkarya dan

berpretasi lebih baik lagi.

Dalam upaya mempersiapkan generasi penerus untuk terus

mencintai, menghayati dan mendalami seni budaya bangsanya,

TMII melalui sanggar-sanggar pendidikan seninya secara aktif

menggugah minat dan apresiasi generasi muda, mulai dari anak-

anak hingga dewasa. Upaya pendidikan dan pembinaan ini telah

menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Melalui sasana

krida maupun sanggar-sanggar tari dan musik di lingkungan TMII,

masyarakat dari berbagai generasipun dapat bersama-sama

mengenal, mempelajari, melestarikan dan mengembangkan

beragam aspek seni budaya Indonesia.

TMII sendiri, melalui tim kesenian andalannya, yaitu "Pelangi

23

Page 24: TMII Sebagai Media Pemersatu

Nusantara TMII" telah berhasil membantu upaya pemerintah dalam

memperkenalkan kekayaan seni budaya Indonesia ke seluruh

penjuru dunia. Sejak tahun 1978 sampai sekarang, tim ini secara

teratur mengisi acara kesenian kenegaraan di Istana Kepresidenan

Republik Indonesia. Selain itu, "Pelangi Nusantara" secara aktif

mengikuti berbagai pergelaran ke daerah-daerah dalam rangka

meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap kekayaan

seni budaya bangsanya. Dalam setahun Tim ini rata-rata melakukan

sekitar 50 kali pentas untuk memenuhi permintaan berbagai pihak,

di berbagai kesempatan. Sementara itu, dalam kiprahnya ke

mancanegara, ke berbagai kota dan negara di Asia, Eropa,

Amerika, dan Australia, telah lebih dari 22 misi kesenian berhasil

diemban dengan baik.

Pelangi Nusantara pada dasarnya merupakan tim operasional

kesenian yang berfungsi sebagai unit percontohan. Tim ini telah

diakui oleh masyarakat luas sebagai salah satu pelopor

pengembangan sistem pergelaran sesuai situasi dan kondisi

masyarakat yang berkembang secara dinamis. Salah satu

keunggulan yang dimiliki oleh tim ini adalah keserasian tata

busana atau kostum yang digunakan. waktu tampil yang dapat

disesuaikan dengan kebutuhan, serta fleksibilitas setiap penarinya

yang mampu membawakan, berbagai jenis tarian berbeda.

Melalui museum-museumnya. TMII dihargai oleh masyarakat

karena kepeloporannya secara terus menerus membangkitkan

minat masyarakat untuk mencintai dan mengunjungi museum.

Dengan tampilan museum-museumnya yang menarik, TMII

senantiasa berupaya menepis kesan suram dan "kuno" yang selama

ini masih menjadi citra museum-museum kita di masyarakat.

Kehadiran beragam museum dalam satu kawasan sangat

bermanfaat bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan serta

memenuhi keingintahuan mengenai berbagai hal tentang

24

Page 25: TMII Sebagai Media Pemersatu

Indonesia. Keseluruhannya akan membawa dampak positif bagi

penyiapan dan pengembangan sumber daya manusia

pembangunan.

Bentuk-bentuk bangunan di tiap Anjungan Daerah merupakan

hasil upaya TMII di bidang pelestarian ragam bentuk bangunan

arsitektur tradisional. Bentuk dan bangun arsitektur yang sangat

aspiratif dan sekaligus inspiratif ini diupayakan untuk terus

dipertahankan dan dikembangkan ke masa depan.

Di sisi lain, secara spesifik, bentuk-bentuk bangunan di TMII

banyak di antaranya merupakan karya dan prestasi putra-putri

bangsa Indonesia di bidang arsitektur Indonesia modern, yang

diharapkan dapat memberi sumbangan berarti bagi dinamika

perkembangan dunia arsitektur di masa mendatang. Hampir

seluruh bangunan modern yang terdapat di TMII, mengacu ke era

masa depan namun tetap mengakar pada tradisi dan filosofi

Indonesia.

Di bidang industri kecil, para pengrajin benda-benda seni dari

berbagai daerah secara terus menerus dan berkesinambungan

diberi kesempatan dan dibina untuk tampil dan berkarya, sekaligus

untuk memasarkan hasil karyanya. Demikian pula pembinaan

terhadap para penyandang cacat tubuh juga dilakukan. TMII

bahkan juga membina ratusan penjual jamu gendong. Masyarakat

kecil yang memiliki andil besar dalam pelestarian dan

pengembangan budaya bangsa Indonesia yang bemilai tinggi.

Dalam peranannya sebagi "Wajah Indonesia" yang mewakili

citra bangsa dan negara Indonesia, TMII kerap dikunjungi oleh

Kepala Negara maupun Kepala Pemerintahan dari negara-negara

sahabat di seluruh dunia. Hampir di setiap kedatangan tamu-tamu

kehormatan tersebut, diacarakan penanaman pohon beringin

25

Page 26: TMII Sebagai Media Pemersatu

persahabatan di salah satu lokasi TMII. Kini setidaknya telah ada

129 pohon beringin yang ditanam oleh para tamu negara, yang

beberapa di antaranya adalah tokoh-tokoh dunia. Jumlah ini

diperkaya dengan 108 pohon dari berbagai jenis, yang dikenal di

negara asalnya dan dapat tumbuh di alam Indonesia. Pohon-pohon

Ini di tanam oleh para pimpinan negara-negara Non-Blok pada saat

KTT Non X Blok tahun 1992 di Jakarta.

BAB VII

Penutup

7.1 Kesimpulan

Penulis menyimpulkan bahwa keberagaman adalah anugreh,

ibarat untuk membangun sebuah gedung, kita tak hanya

membutuhkan pasir saja, atau hanya semen saja. Kita butuh papan,

paku, batu dan lain sebagainya yang notabenya berbeda beda jenis.

Tapi jika dipersatukan akan membuat sebuah bangunan yang

kokoh dan bagus.

TMII hanya sebuah media kecil yang bisa menjadi media

pengenalan berbagai bangsa yang ada din indonesia. Tapi bisa

berefek besar pada persatuan jika digunakan sebaik mungkin.

Maka, hindari dan jauhkan diri kita dari serangan hasut

menghasut yang bermaksud memecah belah negara kita ini.

26

Page 27: TMII Sebagai Media Pemersatu

7.2 Saran

Setelah kita mengetahui dan mempelajari budaya budaya yang

terangkum di TMII, maka tumbuh rasa cinta akan tanah air kita

dan saling memahami antar daerah kita sendiri karena kita berada

di rumah yang sama.

Daftar Pustaka

WWW.TMII.CO.ID

WWW.WIKIPEDIA.COM

WWW.BING.COM

WWW.BELAJARINDONESIA.COM

27