tipus 2
Click here to load reader
-
Upload
rehan-pradipta-wibisono -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of tipus 2
Kehilangan air dari produk hortikultura saat berada pohon tidak masalah karena
masih dapat digantikan atau diimbangi oleh laju pengambilan air oleh tanaman.
Berbeda dengan produk yang telah dipanen kehilangan air tersebut tidak dapat
digantikan, karena produk tidak dapat mengambil air dari lingkungnnya.
Demikian juga kehilangan substrat juga tidak dapat digantikan sehinga
menyebabkan perubahan kualitas dari produk yang telah dipanen atau dikenal
sebagai kemunduran kualitas dari produk, tetapi pada suatu keadaan perubahan
tersebut justru meningkatkan kualitas produk tersebut. Kemunduran kualitas dari
suatu produk hortikultura yang telah dipanen biasanya diikuti dengan
meningkatnya kepekaan produk tersebut terhadap infeksi mikroorganisme
sehingga akan semakin mempercepat kerusakan atau menjadi busuk, sehingga
mutu serta nilai jualnya menjadi rendah bahkan tidak bernilai sama sekali
(Santoso 2011).
Santoso, Hulopi. 2011. Penentuan Masak Fisiologis Dan Pelapisan Lilin Sebagai Upaya Menghambat Kerusakan Buah Salak Kultivar Gading Selama Penyimpanan Pada Suhu Ruang. Jurnal Teknologi Pertanian 12(1): 40-48.
Menurut Sunarjono (2005) Masalah penanganan produk hortikultura setelah
dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani, pedagang, maupun
dikalangan konsumen sekalipun. Walaupun hasil yang diperoleh petani mencapai
hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat
perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau
kualitasnya. Seperti diketahui bahwa umur simpan produk hortikultura relatif
tidak tahan lama.usaha yang dilakukan untuk mencegah kerusakan pasca panen
sekaligus mempertahankan umur simpan akibat laju respirasi dan transpirasi
antara lain dengan penggunaan suhu rendah (pendinginan), modifikasi atmosfer
ruang simpan, pemberian bahan kimia secara eksogen, pelapisan lilin, dan edible
coating. Pelapisan lilin (Waxing) merupakan teknik penundaan kematangan yang
sudah dikenal sejak abad XII. Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai
sumber seperti dari tanaman, hewan, mineral, maupun lilin sintetis.
Sunarjono 2005. Penanganan pasca Panen. Pustaka Jaya. Yogyakarta.
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha
dalam menghambatkan respirasi dan transirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu
tebal maka kemungkinan hampir semua pori-pori komoditi akan tertutup. Apabila
semua pori-pori tertutup maka akan mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob,
yaitu respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O2 sehingga sel melakukan
perombakan di dalam tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses
pembusukan lebih cepat dari keadaan yang normal. Pemberian lapisan lilin dapat
dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30 detik) atau
pengolesan (Herawati 2008).
Herawati Heny 2008. Penentuan Umur Simpan pada Produk Pangan. Jurnal
Litbang Pertanian, 27(4), 2008
Menurut Huigang (2011), pelapisan lilin merupakan usaha penundaan
kematangan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk
hortikultura. Pemberian lapisan lilin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kehilangan air yang terlalu banyak dari komoditas akibat penguapan sehingga
dapat memperlambat kelayuan karena lapisan lilin menutupi sebagian stomata
(pori-pori) buah-buahan dan sayur-sayuran, mengatur kebutuhan oksigen untuk
respirasi sehingga dapat mengurangi kerusakan buah yang telah dipanen akibat
proses respirasi, dan menutupi luka-luka goresan kecil pada buah. Pelapisan lilin
dapat menekankan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat dari buah-buahan
dan sayur-sayuran segar karena dapat mengurangi keaktifan enzim-enzim
pernafasan sehingga dapat menunda proses pematangan. Keuntungan lainnya
yang diberikan lapisan lilin ini pada buah adalah dapat memberikan penampilan
yang lebih menarik karena memberikan kesan mengkilat pada buah dan
menjadikan produk dapat lebih lama diterima oleh konsumen.
Huigang, Xueping Li1, Chen Dong dan Weixin Chen, 2011. Effects of wax
treatment on quality and postharvest physiology of pineapple fruit in cold storage.
African Journal of Biotechnology Vol. 10(39).
Namun demikian pelapisan lilin tidak dapat mengatasi kebusukan, untuk
lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida. Berbagai jenis
fungisida atau bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan pembusukan
pada buah selama penyimpanan, salah satunya adalah Benlate 50. Benlate
termasuk kelompok fungisida benzimidazoles dengan nama umum Benomil dan
merupakan fungisida yang aman untuk digunakan. Pertumbuhan jamur pada buah
yang disimpan akan mempercepat kerusakan buah, meningkatkan proses respirasi
pada buah sehingga proses degradasi senyawa-senyawa makromolekul menjadi
mikromolekul dan molekul-molekul terlarut menjadi cepat. Penggunaan Benlate
sangat efektif menekan pertumbuhan jamur selama penyimpanan buah sehingga
kerusakan buah akibat pertumbuhan jamur dapat ditekan. Dengan demikian proses
respirasi berjalan lambat sehingga proses degradasi makromolekul juga lambat.
Hal ini mengakibatkan kehilangan bobot buah menjadi kecil, perubahan warna
berjalan lambat, total padatan terlarut menjadi sedikit serta kadar vitamin C dapat
dipertahankan karena proses oksidasi (Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah
2010).
Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah, 2010. Pedoman Penanganan Pasca
Panen Buah Terna dan Merambat. Bogor : Direktorat Jendral Hortikultura.