TIPOLOGI PENGUNJUNG BERDASARKAN JENIS GANGGUAN … · Alat dan Instrumen 2 Jenis Data 2 Metode...
-
Upload
duongnguyet -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of TIPOLOGI PENGUNJUNG BERDASARKAN JENIS GANGGUAN … · Alat dan Instrumen 2 Jenis Data 2 Metode...
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
FITRI KOMALASARI
TIPOLOGI PENGUNJUNG BERDASARKAN JENIS GANGGUAN
DI TAMAN WISATA ALAM DAN CAGAR ALAM
PANANJUNG PANGANDARAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tipologi Pengunjung
Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung
Pangandaran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Fitri Komalasari
NIM E34090078
ABSTRAK
FITRI KOMALASARI. Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di
Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Dibimbing oleh
ARZYANA SUNKAR dan EVA RACHMAWATI.
Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan penting untuk
perencanaan wisata. Penelitian dilakukan di Pananjung Pangandaran pada Juni
2014. Gangguan yang teramati adalah mengambil bunga, mengambil jamur,
membakar kayu, memberi makan satwaliar, mengusir monyet, mengambil pasir,
mengkoleksi berbagai biota laut termasuk batu karang, kulit kerang, ikan dan
lainnya. Kelas umur, teman perjalanan, motivasi berkunjung, frekuensi kunjungan
dan lama kunjungan adalah karakteristik pengunjung yang paling berpengaruh
terhadap gangguan. Terdapat perbedaan karakteristik dari kelima karakteristik
tersebut pada lokasi wisata pantai dan area terbuka, sehingga tipologi pengunjung
berdasarkan jenis gangguan di Pananjung Pangandaran adalah: tipologi
pengunjung pantai dibagi menjadi tipe player, family, beach visitor, first timer dan
long stay, sedangkan tipologi pengunjung area terbuka dibagi menjadi active
enjoyment of nature, friends, comfortable naturalist, frequent visitor dan long
stay.
Kata kunci: Pananjung Pangandaran, tipologi pengunjung, gangguan, perencanaan
wisata, kawasan konservasi
ABSTRACT
FITRI KOMALASARI. Visitors Typology Based on Types of Disturbance in
Pananjung Pangandaran Nature Recreation Park and Strict Nature Reserve.
Supervised by ARZYANA SUNKAR and EVA RACHMAWATI.
Building visitors typology based on disturbance types is important for
tourism planning in protected area. Research was conducted in Pananjung
Pangandaran in June 2014. Disturbances that were observed include: flower
picking, mushroom collection, wood burning, wildlife feeding, chasing monkey,
sand dredging, collections of various marine life including coral, shell, fish and
other marine creatures. A direct relationship could be observed between visitor
characteristics and types of disturbances. The results emphasized the importance
of age class, visitor group, main motivation for visiting, visit frequency and time
spent in an area. The sub-characteristics of these characteristics varied with
primary attractions, i.e beach and open area. Visitor typology in Pananjung
Pangandaran based on disturbance types in beach area were player, family, beach
visitor, first timer and long stay types, while for open area comprised of active
enjoyment of nature type, friends, comfortable naturalist, frequent and long stay
types.
Keywords: Pananjung Pangandaran, visitor typology, disturbance, visitor
management, protected area.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
FITRI KOMALASARI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
TIPOLOGI PENGUNJUNG BERDASARKAN JENIS GANGGUAN
DI TAMAN WISATA ALAM DAN CAGAR ALAM
PANANJUNG PANGANDARAN
Judul Skripsi : Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman
Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran
Nama : Fitri Komalasari
NIM : E34090078
Disetujui oleh
Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc
Pembimbing I
Eva Rachmawati, SHut, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Tipologi Gangguan
Berdasarkan Karakteristik Pengunjung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam
Pananjung Pangandaran berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada suami ku tersayang (Akbar Sumirto,
SHut) yang selalu memberi masukan, semangat, doa dan kesabarannya, mamah ku
tersayang (inspirasi dan penyejuk hati), bapa, kaka Razqa, a Fajar, adik-adik ku
(Fauzi dan Fayyadh) tercinta atas doa, perhatian, kasih sayang dan semangatnya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc
dan Ibu Eva Rachmawati, SHut, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan arahan selama penelitian berlangsung dan dalam penulisan
skripsi ini, serta kepada Bapak Dr Ir Iwan Hilwan, MSc selaku dosen penguji
yang telah memberikan ilmu dan nasihatnya. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada pihak Resort Pangandaran (Pak Yana, a Ona, Pak Bambang
dan keluarga, a Deni, Pak Ence dan seluruh staf Resort pangandaran) yang telah
membantu selama pengumpulan data. Penulis mengungkapkan rasa terima kasih
kepada Intan Purnamasari, Reni Anggraeni, teman-teman Wisma Kilimanjaro
(Desca, Linda, Tami dan Yuli) dan Romi Prasetyo atas bantuannya, seluruh
keluarga besar DKSHE, Himakova dan Anggrek hitam 46, serta anomers (mami
Lusi, atew, Afni dan Zen) atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Fitri Komalasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Batasan Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Lokasi 2
Alat dan Instrumen 2
Jenis Data 2
Metode Pengumpulan Data 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Karakteristik Pengunjung 4
Aktivitas Wisata di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran 5
Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran 6
Korelasi Jenis Gangguan dengan Karakteristik Pengunjung 10
Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan 17
Tantangan dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 25
DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang dikumpulkan 3
2 Proporsi responden penelitian 3 3 Korelasi mengambil bunga dengan karakteristik pengunjung 10
4 Korelasi membakar kayu dengan karakteristik pengunjung 11 5 Korelasi mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan
karakteristik pengunjung 12 6 Korelasi memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras 13
7 Korelasi mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan karakteristik
pengunjung 14
8 Korelasi mengambil pasir dengan karakteristik pengunjung 15 9 Korelasi mengambil batu karang dengan karakteristik pengunjung 15
10 Korelasi mengambil cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung 16 11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan 17
12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi
pengunjung 20
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian 2
2 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran 5 3 Peta sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung 7
4 Aktivitas pengunjung terhadap tumbuhan: (a) Gangguan mengambil 8 5 Perubahan perilaku satwaliar: (a) perilaku makan monyet ekor panjang,
(b) perilaku makan rusa timor, (c) perilaku sosial lutung jawa 9 6 Kegiatan yang membunyikan musik keras-keras: (a) Aerobik, (b)
outbond 13 7 Aktivitas pengunjung mengambil ikan dan biota laut lainnya: (a)
pengambilan ikan di CA, (b) Contoh hasil pengambilan biota laut 14 8 Papan larangan di Pantai Pasir Putih 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran 25
2 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil bunga dengan
karakteristik pengunjung 26
3 Hasil analisis uji chi-square antara membakar kayu dengan karakteristik
pengunjung 26
4 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil jamur dengan
karakteristik pengunjung 27
5 Hasil analisis uji chi-square antara memberi makan satwaliar dengan
karakteristik pengunjung 27
6 Hasil analisis uji chi-square antara mengusir monyet menggunakan
tongkat dan batu dengan karakteristik pengunjung 27 7 Hasil analisis uji chi-square antara memainkan alat musik dan
membunyikan musik keras-keras dengan karakteristik pengunjung 28 8 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil ikan dan biota laut
lainnya dengan karakteristik pengunjung 29 9 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil pasir dengan
karakteristik pengunjung 29 10 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil batu karang dengan
karakteristik pengunjung 30 11 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil cangkang kerang dengan
karakteristik pengunjung 30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tingginya permintaan akan kegiatan wisata alam akan meningkatkan
potensi konflik antara tujuan konservasi dengan tujuan wisata dan rekreasi.
Potensi konflik yang dimaksud disebabkan oleh gangguan akibat aktivitas wisata.
Gangguan di kawasan konservasi adalah fenomena yang menyebabkan perubahan
secara signifikan pada dinamika populasi atau karakteristik ekologi populasi
satwaliar dan tumbuhan pada suatu kawasan (Blanc et al. 2006 dalam Marzano
dan Dandy 2012). Peluang terjadinya gangguan di suatu kawasan konservasi, akan
lebih tinggi di kawasan dengan fungsi utama untuk wisata seperti di Taman
Wisata Alam (TWA) dari pada di Cagar Alam (CA) yang memiliki fungsi utama
untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati dan tidak
diperuntukkan untuk kegiatan wisata. Hal yang menarik adalah jika TWA
berbatasan langsung dengan CA seperti dikawasan Pananjung Pangandaran,
karena gangguan dari TWA berpotensi mengganggu CA.
Aktivitas wisata ditentukan oleh perilaku pengunjung yang dipengaruhi oleh
karakteristiknya termasuk umur, jenis kelamin (Muntasib et al. 2014); tingkat
pendidikan, pekerjaan (Zakiah 1996); asal pengunjung, tujuan kunjungan dan
frekuensi kunjungan (Simbolon 2000), sehingga kunci utama dalam pengelolaan
kawasan konservasi yang berfungsi sebagai area wisata adalah pengelolaan
pengunjung. Salah satu cara dalam pengelolaan pengunjung adalah membuat
tipologi pengunjung sebagaimana ditegaskan oleh Coccossis dan Constantoglou
(2006) bahwa pembuatan tipologi pengunjung sangat penting dalam perencanaan
wisata. Pembuatan tipologi juga akan berkontribusi terhadap peningkatan
kepuasan pengunjung tanpa mengganggu fungsi utama kawasan konservasi
sebagai area perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati (Torbidoni et
al. 2004). Deskripsi tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan, akan
membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan di
kawasan tersebut sebagai salah satu strategi perencanaan wisata di kawasan
konservasi Pananjung Pangandaran.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat tipologi pengunjung berdasarkan
jenis gangguan di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran
Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan masukan terutama bagi pengelola kawasan
konservasi dalam mengurangi dampak terhadap keanekaragaman hayati akibat
aktivitas wisata dan membantu dalam melakukan perencanaan pengelolaan
pengunjung.
2
Batasan Penelitian
Gangguan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada jenis-jenis gangguan
yang berdampak langsung terhadap keanekaragaman hayati karena TWA dan CA
Pananjung Pangandaran merupakan kawasan konservasi.
METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di TWA dan CA Pananjung
Pangandaran, di 4 lokasi di dalam TWA (sekitar kantor, Gua Jepang, Wisma
Ciborok dan Wisma Rengganis) dan di Pantai Pasir Putih (CA) (Gambar 1) .
Gambar 1 Lokasi penelitian
Alat dan Instrumen
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, dan
laptop sedangkan instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner dan
panduan wawancara.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Data yang dikaji berupa tipe gangguan dan karakteristik pengunjung yang
sebagian ditentukan berdasarkan studi pustaka.
3
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan
Jenis Data Metode
Pengumpulan Data
Karakteristik pengunjung
Jenis kelamin1 (R1), umur
1 (R2), asal
3 (R3), pendidikan
terakhir2 (R4), pekerjaan
2 (R5), pendapatan
3(R6), teman
perjalanan1 (R7), objek wisata yang disukai
1 (R8),
frekuensi kunjungan3 (R9), lama kunjungan
3 (R10)
Wawancara,
observasi lapang
Tipe Gangguan
Mengambil bunga3 (X1), memberi makan satwa liar
2
(X2), mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu
(X3), memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras3 (X4), membakar kayu
3 (X5), mengambil
pasir2 (X6), mengambil batu karang
4(X7), mengambil
cangkang kerang4 (X8), mengambil ikan dan biota laut
lainnya4 (X9) dan mengambil jamur
4 (X10)
Wawancara,
observasi lapang,
studi pustaka
Pengelolaan kawasan
Peraturan-peraturan, pengelolaan pengunjung, sarana
dan prasarana.
Wawancara,
studi pustaka
Kondisi lokasi penelitian
Kondisi umum kawasan yang meliputi objek wisata,
kondisi biologi (flora dan fauna), sarana prasarana dan
aksesibilitas
Studi pustaka
1) Muntasib et al. (2014); 2) Zakiah (1996); 3)Simbolon (2000); 4) Tyas (1981).
Metode Pengumpulan Data
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara dan
kuesioner. Panduan wawancara ditujukan kepada narasumber yaitu kepala Resort
Pangandaran, Polisi Hutan dan Tim Pembantu Hutan Lainnya, sedangkan
kuesioner ditujukan kepada responden pengunjung. Menurut Gujarati (2007)
jumlah sampel minimal 30 sampel akan mendekati normal. Jumlah responden
dalam penelitian ini sebanyak 160 orang (32 orang dikalikan dengan 5 lokasi
pengambilan sampel). Pemilihan responden menggunakan metode quota sampling
berdasarkan dua kriteria yaitu kelas umur dan jenis kelamin (Tabel 2).
Tabel 2 Proporsi responden penelitian pada setiap lokasi
Kelas umur
(Santrock 1996) I II III IV
Jenis kelamin 5-11 tahun 12-22 tahun 23-55 tahun >56 tahun
Laki-laki 4 orang 4 orang 4 orang 4 orang
Perempuan 4 orang 4 orang 4 orang 4 orang
4
Alasan pemilihan berdasarkan jenis kelamin, karena adanya perbedaan
aktivitas wisata oleh perempuan dan laki-laki (Ross 1998), sedangkan perbedaan
kelas umur menunjukkan tingkat pengetahuan yang berbeda (Zent 2009).
Observasi lapang
Pengamatan dilakukan dua kali ulangan pada akhir pekan dan hari kerja
untuk masing-masing lokasi yaitu mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Data yang
dicatat selama penelitian meliputi aktivitas pengunjung dan perilaku satwaliar
yang diamati pada satu titik pengamatan.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari berbagai dokumen seperti
buku, skripsi, jurnal, website dan laporan yang terdapat di Resort Pangandaran
dan di kantor Bidang Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Wilayah III Jawa
Barat.
Analisis Data
Penentuan korelasi antar peubah gangguan dan karakteristik pengunjung
dalam kawasan dilakukan melalui uji chi square. Pengujian dilakukan dengan
bantuan software SPSS 20. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
probabilitas (asymptotic significance) sebagai berikut:
1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
2. Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima
Peubah-peubah yang menunjukkan adanya korelasi dipilih sebagai peubah
penyebab terjadinya gangguan dalam kawasan TWA dan CA Pananjung
Pangandaran.
Korelasi gangguan dengan karakteristik pengunjung
Pengujian dilakukan terhadap 160 responden. Peubah gangguan yang diuji
adalah X1, X2, X3, X4,X5, X6, X7, X8, X9 dan X10, dengan 10 peubah
karakteristik pengunjung yaitu R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9 dan R10 yang
menghasilkan 100 pasang peubah. Hipotesis yang dibangun :
H0= X1, X2, X3,.. X10 tidak berkorelasi dengan R1/R2/R3/.../R10
H1= X1, X2, X3,.. X10 berkorelasi dengan R1/R2/R3/.../R10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pengunjung
Karakteristik pengunjung merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan
dalam kegiatan wisata (Damanik dan Weber 2006). Pengunjung di TWA dan CA
Pananjung Pangandaran berdomisili di kota-kota dengan kategori jarak jauh
terutama dari Bandung (21%). Bandung merupakan salah satu kota metropolitan
sehingga penghuninya membutuhkan suasana baru untuk berekreasi. Tempat
rekreasi yang sering dikunjungi di Bandung adalah Kawah Putih Ciwidey,
Gunung Tangkuban Perahu, Trans Studio Bandung dan kebun binatang (Tan
5
2014). Kota ini tidak memiliki objek wisata pantai seperti di Pananjung
Pangandaran. Seseorang akan memilih tempat dengan suasana yang berbeda dari
tempat tinggalnya (Douglass (1982); dan ingin melepaskan diri dari kejenuhan
pada pekerjaan sehari-hari (Pitana dan Gayatri 2005). Selain itu, sebanyak 44%
pengunjung termasuk kategori tidak bekerja (penghasilan Rp 0). Penghasilan akan
menentukan aktivitas wisata yang dilakukan karena suatu kegiatan ditentukan
berdasarkan kemampuan, kemauan dan kesempatan (Slamet 1985 dalam Amba
1998). Data selengkapnya mengenai karakteristik pengunjung di kawasan
konservasi Pananjung Pangandaran disajikan pada Gambar 2 dan Lampiran 1.
Karakteristik pengujung pada Gambar 2 merupakan karakteristik yang memiliki
nilai tertinggi, karena karakteristik pengunjung yang dominan dindikasikan akan
melakukan gangguan.
Keterengan : Persentase tersebut merupakan dua nilai tertinggi untuk setiap karakteristik
pengunjung
Gambar 2 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Aktivitas Wisata di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran
Karakteristik pengunjung akan mempengaruhi aktivitas wisata yang
dilakukan, sejalan dengan Muntasib et al. (2014), aktivitas seseorang akan
berbeda dan dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Kelas umur anak-anak dan
remaja lebih menyukai aktivitas yang menggunakan kekuatan tubuh seperti
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
70,0%
70-2
00 k
m
> 2
00 k
m
TK
SL
TA
Tid
ak b
eker
ja
Wir
asw
asta
Rp 0
> R
p 1
400 0
00
Kel
uar
ga
Rom
bongan
Pan
tai
Sat
wal
iar,
gua
alam
Bar
u k
ali in
i
2 –
4 k
ali
2-3
jam
> 5
jam
Asal Pendidikan terakhir
Pekerjaan Pendapatan Teman perjalanan
Objek yang
disukai
Frekuensi kunjungan
Lama kunjungan
Ju
mla
h (
%)
Karakteristik pengunjung
6
berpetualang, sedangkan kelas umur dewasa akhir lebih menyukai aktivitas yang
tidak menggunakan kekuatan tubuhnya karena kekuatan tubuhnya sudah semakin
menurun (Santrock 1996).
Aktivitas wisata biasanya dilakukan pada area yang menjadi tujuan utama
pengunjung, sejalan dengan pendapat Mayo (1975) dalam Ross (1998), tempat
tujuan yang ideal bagi wisatawan adalah tempat yang menawarkan banyak
pemandangan alam, tidak padat orang dan menawarkan iklim yang nyaman,
sehingga lokasi menjadi tempat yang penting untuk aktivitas. Lokasi yang
menjadi konsentrasi kunjungan di Pananjung Pangandaran adalah pantai dan area
terbuka, sehingga diindikasikan aktivitas wisata akan banyak dilakukan pada
kedua lokasi tersebut. Aktivitas wisata di sekitar pantai adalah berenang,
snorkeling, bermain pasir, mencari ikan dan berperahu. Sedangkan aktivitas
wisata yang dilakukan di area terbuka adalah outbond dan istirahat. Satwaliar
yang sering terlihat pada lokasi pengambilan sampel yaitu monyet, lutung jawa,
rusa, merak dan biawak. Lokasi yang dijadikan tempat wisata diduga akan
menimbulkan gangguan terhadap keanekaragaman hayati pada kawasan tersebut.
Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran yang terlihat selama
penelitian yaitu mengambil bunga, mengambil jamur, membakar kayu, memberi
makan satwaliar, mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu, memainkan
alat musik dan membunyikan musik keras-keras, mengambil pasir, mengambil
batu karang, mengambil cangkang kerang dan ikan serta biota laut lainnya.
Gangguan tersebut sudah teramati oleh Tyas (1981) dan Zakiah (1996) sampai
sekarang. Kegiatan yang dilakukan tanpa henti akan menyebabkan kerusakan
yang permanen bahkan pemusnahan (Napitupulu (2013). Jenis gangguan tersebut
terjadi pada lokasi yang berbeda, sehingga sebaran gangguan menjadi penting
untuk diketahui.
Sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Lokasi yang dijadikan tempat wisata diduga akan menimbulkan gangguan
terhadap keanekaragaman hayati pada kawasan tersebut. Jenis gangguan yang
terjadi di pantai dan area terbuka memiliki perbedaan karena kondisi lanskapnya
berbeda. Sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran disajikan
pada Gambar 3.
Aktivitas wisata di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran lebih
banyak dilakukan di pantai, karena tujuan utama pengunjung adalah untuk
menikmati pantai. Aktivitas wisata di sekitar pantai akan berbahaya karena pantai
merupakan habitat monyet untuk mencari makanan (Lekagul dan McNeely 1977),
dan satwaliar (rusa) akan mendekati pantai untuk mengasin, sehingga pantai
menjadi tempat yang rawan untuk perjumpaan satwaliar dan pengunjung.
7
Gam
bar
3 S
ebar
an g
angguan
di
TW
A d
an C
A P
angan
dar
a
8
Jika gangguan terjadi di kawasan konservasi maka sumberdaya hutan dan
ekosistemnya akan terganggu yang akan berdampak terhadap kerusakan
tumbuhan, kerusakan habitat ikan, perubahan perilaku satwaliar dan pola makan
satwaliar. Seluruh sumberdaya yang terdapat di kawasan konservasi termasuk
satwaliar dan tumbuhannya dilindungi oleh negara berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 28 Tahun 2011.
Kerusakan tumbuhan
Kawasan konservasi Pananjung Pangandaran merupakan habitat bagi
beragam tumbuhan termasuk bunga padma (Rafflesia patma) yang sudah langka
dan terancam punah sehingga aktivitas wisata dapat berdampak terhadap
kerusakan tumbuhan. Selain itu, penginjakan tanah yang berulang kali juga akan
berpengaruh terhadap produktivitas tumbuhan (Hakim 2004) dan dapat
menyebabkan pemadatan tanah sehingga pergerakan air dalam tanah akan terbatas
dan menghambat pertumbuhan akar yang akan mengganggu pertumbuhan pohon
(Pickering dan Hill 2007). Aktivitas pengunjung yang mengganggu tumbuhan di
TWA dan CA Pananjung Pangandaran yang teramati adalah pengambilan bunga
(Gambar 4a), pengambilan jamur, pematahan cabang, penggunaan kayu untuk
bahan bakar dan tongkat (Gambar 4b). Pematahan cabang pohon dan pengambilan
bunga akan berbahaya jika pengunjung tidak mengetahui bahwa di TWA dan CA
Pananjung Pangandaran terdapat pohon inang bunga padma (Rafflesia patma)
sehingga ditakutkan akan merusak pohon inangnya.
(a) (b)
Gambar 4 Aktivitas pengunjung terhadap tumbuhan: (a) Gangguan mengambil
bunga, (b) tongkat dari cabang pohon
Perubahan perilaku sosial dan pola makan satwaliar
Baik buruknya habitat akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
satwaliar. Habitat (tumbuhan) berfungsi sebagai penyedia makanan, air, udara
bersih, garam mineral, tempat berlindung, maupun tempat untuk mengasuh anak-
anaknya (Alikodra 2002). Habitat yang terganggu akan berdampak negatif
terhadap kehidupan satwaliar seperti ketersediaan pakan alami satwaliar. Menurut
Reynolds dan Braithwaite (2001) dalam Hakim (2004), aktivitas wisata yang
dilakukan dekat dengan satwaliar, dapat mempengaruhi perubahan perilaku dan
penyimpangan pola makan satwaliar. Lebih lanjut, Alikodra (2002)
9
menyimpulkan bahwa jika satwa herbivora seperti rusa mengkonsumsi makanan
yang mudah dijumpai dalam kondisi lapar (sisa-sisa makanan manusia), dapat
disimpulkan bahwa habitatnya tidak mampu lagi mendukung kehidupan mereka.
Habitat yang disenangi rusa berupa tempat terbuka seperti padang
penggembalaan. Pada kenyataannya, padang penggembalaan rusa di kawasan
konservasi Pananjung Pangandaran telah tertutup oleh semak belukar dan suksesi
hutan sekunder muda serta tertutup oleh invasi gulma dari vegetasi semak
(Hoogerwerf 1970), oleh karenanya rusa timor mencari sumber makanannya
keluar kawasan dan memakan sisa-sisa makanan manusia.
Perilaku mengkonsumsi makanan manusia (Gambar 5a-b) merupakan
indikasi adanya perubahan perilaku (Hingginbottom 2004). Satwaliar belajar dan
terbiasa terhadap kehadiran manusia sehingga satwaliar tidak merasa terancam
lagi bahkan cenderung mengharapkan kehadiran manusia untuk diberi makan
(Hingginbottom 2004).
(a) (b)
(c)
Gambar 5 Perubahan perilaku satwaliar: (a) perilaku makan monyet ekor panjang,
(b) perilaku makan rusa timor, (c) perilaku sosial lutung jawa
Perubahan perilaku juga terlihat pada lutung jawa (Trachypithecus auratus)
di TWA yang sangat mudah dijumpai dengan jarak antara lutung dan pengunjung
sekitar 2 m (Gambar 5c), pada dasarnya satwaliar memiliki sifat dasar menghindar
(kabur, sembunyi dan mempertahankan diri) jika melihat manusia
(Hingginbottom 2004). Hasil ini berbeda dengan lutung jawa yang berada di pos
Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), yang akan
menghindar dan menjauh apabila jarak dengan manusia sekitar 20 m (Nursal
2001), karena kawasan taman nasional tidak diperuntukkan bagi wisata masal
sehingga interaksi dengan manusia tidak sesering seperti di TWA.Perubahan pola
makan dan penyimpangan perilaku sosial satwaliar dalam jangka waktu yang
lama akan mengurangi daya hidup satwaliar di alam bebas (Hakim 2004) yang
10
akan mempengaruhi kelestarian populasinya. Lebih lanjut, jenis aktivitas
pengunjung yang mengganggu satwaliar di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
adalah mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu, memainkan alat musik,
membunyikan musik keras-keras dan mengambil ikan serta biota laut lainnya.
Kerusakan habitat ikan
Aktivitas snorkeling dan bermain di pantai yang dijumpai di CA Pananjung
Pangandaran, dapat merusak habitat terumbu karang karena terumbu karang dapat
terinjak dan patah sehingga akan mengurangi fungsinya sebagai habitat ikan
(Tapper 2006). Selain merusak terumbu karang, biota laut pantai akan mati karena
terinjak oleh pengunjung (Hakim 2004). Terumbu karang merupakan ekosistem
perairan laut yang produktif dengan kekayaan hayati spesies tinggi (Hakim 2004).
Dampak dari gangguan pengunjung terhadap keanekaragaman hayati pada
suatu kawasan dapat diminimalisir dengan membuat perencanaan wisata. Salah
satu perencanaan wisata yaitu dengan membuat tipologi pengunjung berdasarkan
jenis gangguannya. Tipologi pengunjung ditentukan dari hasil korelasi antara jenis
gangguan dengan karakteristik pengunjungnya.
Korelasi Jenis Gangguan dengan Karakteristik Pengunjung
Mengambil bunga
Hasil analisis korelasi antara gangguan mengambil bunga dengan
karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis korelasi secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 3 Korelasi mengambil bunga dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil bunga ~ Kelas umur 0.009
Mengambil bunga ~ Pendapatan 0.020
Mengambil bunga ~ Kegiatan rekreasi 0.000
Mengambil bunga ~ Frekuensi kunjungan 0.021
Mengambil bunga ~ Lama kunjungan 0.028
Mengambil bunga dilakukan pengunjung pada area terbuka. Tabel 3
menunjukkan bahwa mengambil bunga berkorelasi dengan kelas umur,
pendapatan, kegiatan rekreasi, frekuensi kunjungan dan lama kunjungan.
Mayoritas pengunjung termasuk kategori anak-anak dan belum bekerja, dimana
rasa ingin tahu pada dunia luas meningkat dan masih belajar untuk mengendalikan
diri (Santrock 1996). Pengunjung yang baru pertama kali datang dengan lama
kunjungan lebih dari 5 jam untuk berjalan-jalan di hutan adalah pengunjung yang
mengganggu. Sejalan dengan Murtiartini (2000), lama kunjungan lebih dari 5 jam
merupakan pengunjung yang paling banyak melakukan gangguan di Kebun Raya
Bogor, karena banyak ativitas yang dilakukannya seperti permainan, perlombaan,
jalan-jalan dan duduk santai. Pengunjung yang sering datang akan lebih ingat dan
memperhatikan rambu-rambu yang ada (Ross 1998), dan aktivitas pengunjung
yang berjalan-jalan di hutan akan berpengaruh untuk mengambil bunga karena
11
pengunjung akan sering menemukan bunga dan kesempatan untuk mengambilnya
tinggi karena berada di area terbuka.
Membakar kayu
Hasil analisis korelasi antara gangguan membakar kayu dengan
karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 4.Hasil analisis secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 3. Gangguan membakar kayu berkorelasi nyata
dengan asal, teman perjalanan dan frekuensi kunjungan.
Tabel 4 Korelasi membakar kayu dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Membakar kayu ~ Asal 0.038
Membakar kayu ~ Teman perjalanan 0.000
Membakar kayu ~ Frekuensi kunjungan 0.027
Pengunjung yang datang ke TWA dan CA Pananjung Pangandaran lebih
dari 8 kali berdomisili dekat dengan kawasan. Pola perjalanan datang bersama
teman memungkinkan pengunjung merasa lebih memiliki kawasan dan bebas
melakukan aktivitas apa saja di dalam kawasan karena seringnya mereka
berinteraksi dengan kawasan. Selain itu, Ross (1998) berpendapat bahwa orang
yang menilai tinggi keanggotaan dalam kelompok lebih menyukai kegiatan yang
bisa dinikmati secara bersama seperti membakar kayu untuk membuat api unggun.
Mengambil jamur
Hasil analisis korelasi antara gangguan mengambil jamur dengan
karakteristik pengunjung menunjukkan bahwa hanya lama kunjungan yang
berkorelasi nyata dengan perolehan nilai asymptotic significance sebesar 0.003,
(data selengkapnya disajikan pada Lampiran 4). Pengunjung dengan lama
kunjungan lebih dari 5 jam memiliki persentase yang tinggi dalam melakukan
gangguan ini. Semakin lama waktu kunjungan maka akan semakin banyak
kegiatan yang dapat dilakukan (Murtiartini 2000), dalam hal ini hubungannya
dengan kesempatan untuk menemukan jamur yang bagus dan mengambilnya.
Memberi makan satwaliar
Hasil analisis korelasi antara gangguan memberi makan satwaliar dengan
karakteristik pengunjung menunjukkan bahwa hanya kegiatan rekreasi yang
berkorelasi nyata dengan perolehan nilai asymptotic significant sebesar 0.021
(data selengkapnya disajikan pada Lampiran 5). Pengunjung yang datang ke
Pananjung Pangandaran untuk melihat pemandangan memiliki presentase yang
tinggi dalam gangguan ini karena pengunjung tidak ingin diserang oleh monyet
ketika menikmati pemandangan, sehingga pengunjung akan memberikan bekal
makanannya apabila monyet mendekati mereka.. Sejalan dengan Fago (1994),
aktivitas pengunjung memberi makan monyet lebih besar di pasir putih.
12
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu
Aktivitas monyet seperti mendekati, menggertak, menggigit, dan merampas
membuat pengunjung takut dan bersiaga dari serangan monyet. Pengunjung
menggunakan tongkat dan batu untuk mengusirnya. Hasil analisis korelasi antara
mengusir monyet dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 5, data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 6.
Tabel 5 Korelasi mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan
karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Umur
0.000
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Pekerjaan
0.000
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Pendapatan
0.001
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Teman perjalanan
0.039
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Objek wisata yang disukai
0.005
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Kegiatan rekreasi
0.028
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Frekuensi kunjungan
0.034
Karakteristik pengunjung yang paling banyak mengganggu adalah kelas
umur remaja, tidak bekerja dan pendapatan Rp 0. Bentuk-bentuk emosi yang
nampak pada masa remaja yaitu marah, takut dan rasa ingin tahu tinggi (Fargo
1994). Hubungannya dengan gangguan mengusir monyet, remaja memiliki rasa
takut apabila diserang oleh monyet sehingga remaja akan menggunakan tongkat
dan batu untuk melindungi dirinya dari serangan monyet, namun rasa usil juga
sering nampak pada remaja.
Pengunjung yang datang bersama keluarga untuk menikmati pantai dengan
berperahu dan sudah datang ke Pananjung pangandaran lebih dari 8 kali untuk
juga berkorelasi dengan gangguan ini. Pantai pasir putih merupakan lokasi wisata
yang banyak dikunjungi dengan menggunakan aksesibilitas laut menggunakan
perahu dan paling banyak aktivitas monyet (Fargo 1994), sehingga pengunjung
yang datang bersama keluarga akan lebih waspada karena mereka biasanya
melakukan makan bersama di pantai.
Memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras
Hasil analisis korelasi antara memainkan alat musik dan membunyikan
musik keras-keras dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 6, data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 7. Kelas umur remaja, pendidikan terakhir
SLTP dan datang bersama keluarga berkorelasi dengan memainkan alat musik dan
membunyikan musik keras-keras, sejalan dengan Mappiare (1982) yang
13
berpendapat bahwa kelas umur remaja dalam bertingkah laku umumnya sangat
dikuasai emosi dan bentuk yang sering nampak salah satunya yaitu selalu
bergembira, sehingga remaja melakukan kegiatan tersebut bisa dimana saja tanpa
memikirkan dampak negatif yang terjadi jika dilakukan di kawasan konservasi.
Selain itu, Ross (1998) berpendapat bahwa orang yang menilai tinggi keanggotaan
dalam kelompok lebih menyukai kegiatan yang bisa dinikmati secara bersama-
sama.
Tabel 6 Korelasi memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras
dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Kelas umur
0.001
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Pendidikan terakhir
0.006
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Teman perjalanan
0.005
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Objek wisata yang disukai
0.018
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Frekuensi kunjungan
0.031
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Lama kunjungan
0.000
Objek wisata yang disukai satwaliar dengan lama kunjungan lebih dari 5
jam juga berkorelasi dengan gangguan ini, karena pada area terbuka biasanya
pengunjung melakukan banyak aktivitas seperti perlombaan dan duduk santai.
Selama penelitian, terlihat 3 kali yang membunyikan musik keras-keras untuk
mendukung kegiatan outbond (Gambar 6).
(a) (b)
Gambar 6 Kegiatan yang membunyikan musik keras-keras: (a) Aerobik, (b)
outbond
14
Kegiatan outbond terlihat di sekitar kantor dan wisma rengganis, dimana
tempat tersebut merupakan habitat untuk makan rusa dan tempat bermain monyet,
selain itu di lapangan sekitar kantor terdapat pohon tidur lutung jawa. Semakin
lama kunjungan maka semakin banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas
(Murtiartini 2000) dan aktivitas tersebut akan mengganggu satwaliar karena
pendengarannya sensitif dan akan mengacaukann pergerakannya (Hingginbottom
2004).
Mengambil ikan dan biota laut lainnya
Hasil analisis korelasi antara mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan
karakteristik pengunjung berdasarkan uji chi-square menunjukkan bahwa hanya
frekuensi kunjungan dan lama kunjungan yang berkorelasi (Tabel 7), data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 8.
Tabel 7 Korelasi mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan karakteristik
pengunjung
Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~ Frekuensi
kunjungan
0.006
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~ Lama
kunjungan
0.011
Pengunjung yang sering datang akan lebih ingat dan memperhatikan rambu-
rambu yang ada (Ross 1998). Sejalan dengan hasil penelitian, pengunjung yang
baru datang pertama kali berkorelasi dengan gangguan ini. Lama kunjungan 2-3
jam juga berkorelasi nyata dengan gangguan ini, dimana gangguan ini terjadi di
pantai. Lama kunjungan 2-3 jam diindikasikan dipengaruhi oleh jasa ojeg perahu,
dimana pengunjung pada umumnya menggunakan perahu untuk datang ke pantai
yang dibatasi lama kunjungan yaitu maksimal 3 jam, selain itu pantai memiliki
suhu sampai 370C (panas) sehingga pengunjung akan merasa tidak nyaman
dengan suhunya. Gangguan ini terlihat terjadi di perbatasan TWA ke CA dan di
pantai pasir putih (CA) (Gambar 7).
(a) (b)
Gambar 7 Aktivitas pengunjung mengambil ikan dan biota laut lainnya: (a)
pengambilan ikan di CA, (b) Contoh hasil pengambilan biota laut.
15
Mengambil pasir
Pengunjung kelas umur 5-11 tahun dan berasal dari jarak tempuh sedang
(70-200 km) berkorelasi dengan mengambil pasir berdasarkan hasil uji chi-square
dengan selang kepercayaan 95% (Tabel 8), data selengkapnya disajikan pada
Lampiran 9. Hasil wawancara dengan pengujung, pengunjung sengaja mengambil
pasir untuk dijadikan hiasan dalam aquarium, karena pengunjung tidak perlu
membeli. Jika pasir diambil secara terus menerus dalam skala besar akan
berdampak negatif terhadap kehidupan karang, perikanan dan kekeruhan air
(Supriharyono 2006).
Tabel 8 Korelasi mengambil pasir dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil pasir ~ Kelas umur 0.007
Mengambil pasir ~ Asal 0.024
Mengambil pasir ~ Teman perjalanan 0.009
Mengambil pasir ~ Lama kunjungan 0.000
Pengunjung yang datang bersama keluarga dengan lama kunjungan 2-3 jam
berkorelasi juga dengan gangguan ini. Seluruh anggota keluarga selama penelitian
terlihat bersama-sama memasukkan pasir kedalam plastik dan botol untuk dibawa
ke rumah.
Mengambil batu karang
Hasil analisis korelasi antara mengambil batu karang dengan karakteristik
pengunjung berdasarkan hail uji chi-square disajikan pada Tabel 9 dan data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 10. Pengunjung laki-laki berumur 12-22
tahun (pelajar dan pendapatan Rp 0) dan berasal dari jarak tempuh sedang (70-200
km) berkorelasi terhadap gangguan ini, dimana perempuan lebih peduli
dibandingkan laki-laki terhadap hal yang spesifik pada objek, symbol atau orang
yang dekat dengannya (Porteous 1997).
Tabel 9 Korelasi mengambil batu karang dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil batu karang ~ Jenis kelamin 0.040
Mengambil batu karang ~ Kelas umur 0.002
Mengambil batu karang ~ Asal 0.032
Mengambil batu karang ~ Pekerjaan 0.021
Mengambil batu karang ~ Pendapatan 0.026
Mengambil batu karang ~ Objek wisata yang
disukai
0.034
Mengambil batu karang ~ Kegiatan rekreasi 0.008
Mengambil batu karang ~ Frekuensi kunjungan 0.035
Mengambil batu karang ~ Lama kunjungan 0.004
16
Pengunjung yang baru datang pertama kali untuk berenang di pantai TWA
dan CA Pananjung Pangandaran dengan lama kunjungan 2-3 jam berkorelasi
nyata dengan gangguan mengambil batu karang. Hal ini terjadi karena habitat batu
karang berada di pantai, sehingga pengunjung tertarik untuk memiliki batu karang
sebagai kenang-kenangan dan sebagai hiasan di aquarium. Pengunjung yang baru
pertama kali datang biasanya kurang memerhatikan rambu-rambu yang ada.
Pengelola telah memasang papan interpretasi berupa larangan mengambil
kekayaan alam laut (Gambar 8), namun hal tersebut tidak dihiraukan oleh
sebagian besar pengunjung. Selain itu, aktivitas wisata yang dilakukan akan
berpengaruh terhadap jenis gangguannya.
Gambar 3 Papan larangan di Pantai Pasir Putih
Mengambil cangkang kerang
Hasil analisis uji chi-square untuk melihat korelasi antara mengambil
cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 10 dan
data selengkapnya disajikan pada Lampiran 11. Pengunjung berumur 5-11 tahun
(belum menikah, pelajar dan pendapatan Rp 0) berkorelasi dengan gangguan
mengambil cangkang kerang. Umur 5-11 tahun termasuk kedalam masa anak-
anak, dimana pengalaman dan informasi yang didapatkan masih sedikit. Sejalan
dengan Apriyanti (2011), semakin tinggi umur seseorang maka semakin banyak
pengalaman dan informasi yang diketahui terhadap suatu objek yang
mempengaruhi persepsinya. Kaitannya dengan hal ini, anak-anak belum memiliki
pengetahuan dan informasi yang cukup tentang kegiatan yang tidak boleh
dilaksanakan di CA Pananjung Pangandaran.
Tabel 10 Korelasi mengambil cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil cangkang kerang ~ Kelas umur 0.001
Mengambil cangkang kerang ~ Pekerjaan 0.040
Mengambil cangkang kerang ~ Pendapatan 0.022
Mengambil cangkang kerang ~ Objek wisata yang
disukai
0.007
Mengambil cangkang kerang ~ Kegiatan rekreasi 0.028
17
Objek wisata pantai dan kegiatan rekreasi berperahu juga berkorelasi
dengan gangguan ini, karena pantai merupakan habitat bagi biota laut seperti ikan,
umang, moluska dan lainnya, sehingga pengunjung yang datang ke pantai pasir
putih (CA) akan mudah menemukan cangkang kerang. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa pengunjung sengaja datang ke pantai pasir putih untuk
mencari cangkang kerang dann biota laut lainnya karena diberi tahu orang lain
bahwa di CA Pananjung Pangandaran terdapat cangkang kerang yang bagus dan
gratis.
Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan
Hasil uji chi-square digunakan untuk mencari dan menentukan peubah
dominan yang menentukan tipologi pengunjung di TWA dan CA Pananjung
Pangandaran yang mengganggu pada lokasi yang menjadi konsentrasi kunjungan
(pantai dan area terbuka). Karakteristik pengunjung yang paling dominan
melakukan banyak gangguan yaitu kelas umur, teman perjalanan, objek wisata
yang disukai, frekuensi kunjungan dan lama kunjungan (Tabel 11). Peubah-
peubah yang berkorelasi tersebut digunakan sebagai dasar dalam merumuskan
tipologi pengunjung yang dibedakan berdasarkan jenis gangguan pada lokasi
aktivitas wisatanya. Kombinasi peubah tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada pengelola untuk mengatasi dan mengurangi dampak dari
gangguan yang terjadi sehingga fungsi kawasan dapat berfungsi sebgaimana
mestinya.
Tabel 11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan
Karakteristik
pengunjung
Jenis gangguan di
area pantai
Jenis gangguan
di area terbuka
Tipologi
pengunjug
Kelas
umur
5-11 tahun - Mengambil pasir
- Mengambil
cangkang kerang
-
Player type
12-22
tahun
-
- Mengusir
monyet
- Memainkan
alat musik
- Membunyikan
musik keras-
keras
Active
enjoyment of
nature type
Teman
perjalanan
Keluarga - Mengusir
monyet
- Memainkan alat
musik
- Membunyikan
musik keras-
keras
- Mengambil pasir
-
Family type
Teman - - Membakar kayu Friends type
18
Tabel 11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan (lanjutan)
Karakteristik
pengunjung
Jenis gangguan di
area pantai
Jenis gangguan
di area terbuka
Tipologi
pengunjug
Objek
wisata
yang
disukai
Pantai - Mengusir
monyet
- Mengambil batu
karang
- Mengambil
cangkang kerang
-
Beach visitor
type
Satwaliar
-
Memainkan alat
musik dan
membunyikan
musik keras-
keras
Comfortable
naturalist type
Frekuensi
kunjungan
Pertama
kali
- Mengambil ikan
dan biota laut
lainnya
- Mengambil batu
karang
-
First timer
type
>8 kali
-
- Membakar
kayu
- Mengusir
monyet
- Memainkan
alatmusik dan
membunyikan
musik keras-
keras
Frequent
visitor type
Lama
kunjungan
2-3 jam - Mengambil ikan
dan biota laut
lainnya
- Mengambil batu
karang
- Mengambil pasir
-
Long stay type
>5 jam
-
- Mengambil
bunga
- Membakar
kayu
- Memainkan
alat musik dan
mebunyikan
musik keras-
keras.
Long stay type
Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan pada lokasi aktivitas
wisatanya yang telah disajikan pada Tabel 11, dapat dibagi menjadi 9 tipologi
pengunjung yaitu:
19
1. Player type adalah pengunjung yang melakukan aktivitas secara berulang
demi kesenangannya tanpa dipengaruhi tujuan atau objeknya dan memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi.
2. Active enjoyment of nature type adalah pengunjung yang aktif bersenang-
senang di alam.
3. Family type adalah pengunjung yang datang ke suatu kawasan wisata
bersama keluarganya dan lebih menyukai kegiatan yang dapat dilakukan oleh
bersama.
4. Friends type adalah pengunjung yang datang bersama teman dan menyukai
kegiatan yang dapat dinikmati bersama.
5. Beach visitor type pantai adalah pengunjung yang suka berinteraksi dengan
pantai.
6. Comfortable naturalist type adalah pengunjung yang menyukai kenyamanan
dalam menikmati alam.
7. First timer type adalah pengunjung yang baru pertama kali melakukan
kunjungan ke suatu kawasan wisata.
8. Frequent visitor type adalah pengunjung yang sudah >8 kali melakukan
kunjungan ke suatu kawasan wisata.
9. Long stay type adalah pengunjung yang menghabiskan waktu dalam suatu
kawasan selama 2-3 jam untuk di pantai dan >5 jam untuk di area terbuka.
Pembuatan tipologi diatas dapat membantu untuk membuat perencanaan
wisata yang disesuaikan dengan tipologi pengunjungnya untuk meningkatkan
kepuasan pengunjung tanpa mengganggu fungsi kawasan konservasi.
Tantangan dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Pananjung
Pangandaran
Gangguan di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran
didokumentasikan pertama kali pada 3 tahun setelah ditetapkannya Pananjung
Pangandaran sebagai CA dan TWA. Gangguan yang didokumentasikan pertama
berupa pematahan cabang pohon, pengambilan batu karang, cangkang kerang dan
binatang laut serta sampah terlihat dimana-mana (Tyas 1981). Gangguan
terdahulu yang terjadi masih ada, bahkan terjadi penambahan yaitu vandalisme
dan membunyikan musik keras-keras (Zakiah 1996). Hasil wawancara dengan
pengelola kawasan, tipe gangguan tersebut masih dapat dijumpai sampai saat ini,
bahkan jenis gangguannya semakin bertambah seperti memberi makan satwaliar,
mengusir monyet ekor panjang menggunakan tongkat dan batu, serta
membunyikan musik keras-keras. Berbagai kegiatan untuk meminimalisir
gangguan dari aktivitas pengunjung sudah dilakukan oleh pengelola seperti
pembuatan papan interpretasi yang berisi papan larangan, menyita barang yang
diambil dari dalam kawasan terutama koleksi keanekaragaman hayati laut,
menyediakan pos tiket di perbatasan CA dan TWA dan mensosialisasikan
peraturan yang terdapat di dalam kawasan. Kegiatan tersebut masih belum dapat
menyelesaikan gangguan yang terjadi di kawasan konservasi Pananjung
Pangandaran sehingga perlu adanya perencanaan untuk membantu pengelola
kawasan dalam meminimalisir gangguan terhadap keanekaragaman hayatinya.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir gangguan dari aktivitas
wisata adalah dengan perencanaan wisata (Tapper 2006).
20
Perencanaan wisata di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran dapat
dilakukan dengan membuat tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguannya
yang didasarkan pada hasil uji chi-square. Terdapat perbedaan tipologi
pengunjung yang dipengaruhi oleh lokasi tempat beraktivitasnya yaitu pantai dan
area terbuka (Tabel 12). Terdapat dua cara untuk membuat perencanaan wisata di
kawasan konservasi yaitu pembuatan zonasi (blok) dan pengelolaan pengunjung
(Tapper 2006).
Tabel 12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi
pengunjung
Lokasi Tipologi pengunjung Perencanaan wisata
Pantai Player type - Pembatasan blok wisata yang dikhususkan
untuk tempat bermain anak-anak
- Penyediaan petugas yang mengawasi blok
wisata
- Penyediaan pemandu wisata
- Penyediaan media interpretasi cetak yang
berisi tentang peraturan berkunjung
Family type - Pembatasan jumlah kelompok
- Penyediaan pemandu wisata
Beach visitor type - Pembatasan blok wisata di pantai seperti No
Fishing Area
- Penyediaan petugas yang mengawasi blok
wisata
- Membuat menara pengamat
- Meningkatkan biaya tiket masuk
- Mengalihkan pusat kunjungan
Jika gangguan masih terjadi, maka langkah
terakhir yaitu penutupan kawasan atau
pengalihan fungsi kawasan
First timer type - Pembuatan papan interpretasi di pintu masuk
kawasan
- Penjelasan mengenai peraturan dalam
kawasan sebelum masuk kawasan
Long stay type - Pembatasan waktu kunjungan
- Pembuatan blok wisata di pantai
- Penyediaan petugas yang mengawasi di pantai
Area
terbuka
Active enjoyment of
nature type
- Pembatasan blok wisata yang dikhususkan
untuk tempat berkreasi
- Penyediaan petugas yang mengawasi blok
wisata
- Penyediaan pemandu wisata
Friends type - Pembatasan jumlah kelompok
- Penyediaan pemandu wisata
21
Tabel 12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi
pengunjung (lanjutan)
Lokasi Tipologi pengunjung Perencanaan wisata
Area
terbuka
Comfortable
naturalist type
- Pembatasan blok wisata yang dikhususkan
untuk tempat berkreasi
- Penyediaan petugas yang mengawasi blok
wisata
Frequent visitor type - Pembuatan papan interpretasi di pintu masuk
kawasan mengenai peraturan berkunjungan
dan larangan
- Pembatasan blok wisata untuk tempat
bersantai
Long stay type - Pembatasan waktu kunjungan
- Pembatasan blok wisata untuk tempat
bersantai
- Mempromosikan objek lain dalam kawasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik pengunjung di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran
yang berkorelasi dengan jenis gangguan adalah: kelas umur, teman perjalanan,
motivasi utama mengunjungi suatu kawasan, frekuensi kunjungan dan lama
kunjungan.Tipologi pengunjung berdasarkan gangguan di TWA dan CA
Pananjung Pangandaran berbeda berdasarkan lokasi aktivitas wisatanya
yaitupantai dan area terbuka. Tipologi pengunjung pantai dapat dikategorikan
sebagai tipe player, family, beach visitor, first timer dan long stay. Sedangkan
tipologi pengunjung di area terbuka (non pantai) dikategorikan sebagai tipe active
enjoyment of nature, friends, comfortable naturalist, frequent visitor dan long
stay.
Saran
1. Peraturan pengunjung perlu disampaikan sebelum masuk dalam kawasan
2. Diperlukan penambahan petugas untuk berpatroli terutama pada waktu
liburan.
3. Patroli dibutuhkan untuk mengawasi kawasan pantai pasir putih (CA) dan
area perbatasan antara TWA dan CA.
4. Diperlukan pemahaman dan pelatihan kepada pemandu wisata terkait status
kawasan.
5. Diperlukan batasan jenis aktivitas wisata.
6. Diperlukan penataan kawasan dengan membagi blok pemanfaatan
berdasarkan aktivitas wisatanya, misalnya blok untuk pengamatan satwa,
outbond, arena bermain anak, arena untuk berenang dan snorkeling.
22
7. Pengelola perlu mempertimbangkan aktivitas wisata dengan tidak
mengganggu terhadap keanekaragaman hayati.
8. Pengelola perlu mempertimbangkan pengalihan sebagian fungsi kawasan CA
menjadi TWA, terutama terkait objek wisata laut.
9. Pengelola perlu menyediakan tongkat bambu dan pegangan di tangga supaya
pengunjung tidak mengambil tongkat dari cabang-cabang pohon di kawasan
konservasi Pananjung Pangandaran
10. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kegiatan wisata
terhadap populasi satwaliar dan tumbuhannya.
11. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai analisis pengelolaan kawasan
konservasi Pananjung Pangandaran yang terdiri dari pengelola wisata (IPPA)
dan pengelola kawasan (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
12. Perlu dilakukan penelitian mengenai daya dukung kawasan wisata di TWA
Pananjung Pangandaran
DAFTAR PUSTAKA
Alokodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar jilid I. Bogor (ID) : Yayasan Penerbit
Fakultas Kehutanan.
Amba M. 1998. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pelestarian hutan mangrove (studi kasus di kecamatan Teluk Ambon
Baguala, Kotamadya Ambon, Maluku) [tesis]. (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Apriyanti H. 2011. Persepsi dan sikap pengunjung Kebun Raya Bogor terhadap
koleksi tumbuhan obat [skripsi]. Bogor (ID) :Institut Pertanian Bogor.
Bateman PW, Fleming PA. 2013. Does human pedestrian behavior influence risk
assessment in a successful mammal urban adapter. Australia (AU): Jurnal of
zoology
Coccossis H dan Constantoglou ME. 2006. The use typologies in tourism
planning : Problem and conflicts [Internet]. [diunduh pada 2015 Feb 11];
Tersedia pada: http://www-sre.wu-
wien.ac.at/ersa/ersaconfs/ersa06/papers/712.pdf.
Damanik dan Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata Jilid I. Yogyakarta (ID) :
Penerbit Andi.
Darda AG. 2013. Efektivitas museum karst Indonesia sebagai media interpretasi
konservasi kawasan karst [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Doglass RW. 1982. Forest Recreation. New York (US) : Pergamon Press.
Fargo SJD.1994. Studi interaksi monyet ekor panjang (Macaca fascisularis)
terhadap pengunjung di Taman Wisata/Cagar Alam Pananjung Pangandaran
Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonomika.Edisi 3 Jilid 1. Jakarta (ID) :Erlangga
Hakim L. 2004. Dasar- Dasar Ekowisata. Malang (ID) : Bayumedia publishing.
Halim NR. 1992. Hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan perilaku
komunikasi anggota kelompok simpan pinjam KUD dan pemanfaatan kredit
di Kabupaten Cianjur Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
23
Hoogerwerf A. 1970. Ujung Kulon The Land of The Last Rhinoceros. Leiden E,
J.Brill Pp 286-292.
Santrock JW. 1996.Perkembangan Remaja. Adelar SB, Saragih S, penerjemah.
Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence
Kasali R. 2000. Membidik Pasar Indonesia. Jakarta (ID) : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Mappiare A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya (ID) : Usaha Nasional.
Marzano M dan Dandy D. 2012.Recreational use of forests and disturbance of
wildlife. Endinburgh (DE) : Forestry Comission Research Report.
Muntasib EKSH, Rachmawati E.2009. Rekreasi Alam, Wisata dan Ekowisata.
Bogor (ID) :Institut Pertanian Bogor.
Muntasib EKSH, Rachmawati E, Meilani R, Mardiastuti A, Rushayati SB, Sunkar
A, Kosmaryandi N. 2014. Rekreasi Alam dan Ekowisata. Bogor (ID) : IPB
Press.
Murtiartini N. 2000. Studi perilaku vandalisme pengunjung di Kebun Raya Bogor
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Napier JR, PH Napier. 1967. A Handbook of Living Primates: Morphology,
Ecology and Behaviourof Nonhuman Primates. London (UK) : Academic
press.
Napitupulu A. 2013. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Bekelanjutan. Bogor
(ID): IPB Press.
Nurlinda R. 2012. Peran situs keramat alami terhadap efektifitas pengelolaan
Cagar Alam Nusa Gede Panjalu, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Nursal WI. 2001. Aktivitas harian lutung Jawa (Trachypithecus auratusGeoffroy
1812) di Pos Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa
Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
[PP] Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Perauran Pemerintah Nomor 28
Tahun 2011 tentang Pengolahan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Pickering C, Hill W. 2007.Impact of Recreation and Tourism on plants in
Protected Areas in Australia. Australia (AU) : CRS for Sustainable Tourism
Pitana IG, Gayatri PG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta (ID) : Penerbit
Andi
Ross G. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta (ID) : Yayasan Obor Indonesia.
Sevilla CG, Ochave JA, Punsalan TG, Regala BP, Uriarte GG. 1993. Pengantar
Metode Penelitian. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia Press.
Simbolon H. 2000. Analisis keterkaitan peraturan berkunjung dengan perilaku
pengunjung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sujarwo. 2004. Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat sekitar hutan dalam
pelestarian hutan (kasus di Hutan Diklat Tabo-Tabo Kabupaten Pangkep,
Provinsi Sulawesi Selatan) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Suryabrata S. 1999. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta (ID) :
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tapper R. 2006.Wildlife watching and tourism. Germany (DE) : United Nations
Environment Programme.
24
Tan. 2005. 15 tempat wisata di Bandung yang wajib dikunjungi [Internet].[Waktu
dan pertemuan tidak diketahui]. Bandung (ID): Aneka Tempat wisata;
[diunduh 2015 Jan 8]. Tersedia pada: http://anekatempatwisata.com/15-
tempat-wisata-di-bandung-yang-wajib-dikunjungi/
Torbidoni EIF, Grau HR, Camps A. 2005. Trail preferences and visitor
characteristics in Aigüestortes I Estany de Sant Maurici national Park,
Spain. Spain (ES) : International Mountain Society.
Tyas SM. 1981. Studi Perilaku Pengunjung di Cagar Alam dan Taman wisata
Pananjung Pangandaran [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
[UU] Undang- undang. 1990. Undang-undang No 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta (ID) :
Sekertaris Negara.
Yoeti O. 2005. Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta
(ID) : Pradnya Paramitha.
Zakiah YH. 1996. Persepsi dan perilaku Pengunjung Usia Muda Terhadap
Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan di Taman Wisata Pananjung
Pangandaran [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Zent S. 2009. Methodology for Develoving a Vitality Index of Traditional
Environmental Knowledge (VITEK) for the Project “Global Indicators of
the Status and Trends of Linguistic Diversity and Traditional Knowledge.”
Venezuela (VE) : Principal Investigator Centro de Antropologia Institut
Venezolano de Investigaciones Cientificas (IVIC).
25
Lampiran 1 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Karakteristik pengunjung Presentase
Asal Bandung 21.00%
Banjar, bekasi, bogor, cirebon,
kebumen, kuningan, magelang,
majalengka, padang, riau, solo,
surabaya, wonoharjo
1.00%
Banjarsari, ciamis 7.00%
Brebes, jakarta, klaten, sukabumi 3.00%
Cianjur, yogyakarta 2.00%
Garut 6.00%
Pangandaran, subang 4.00%
Purwokerto 5.00%
Sumedang 6.00%
Tasikmalaya 11.00%
Pendidikan terakhir Tidak Sekolah 1.00%
Taman Kanak-kanak (TK) 23.00%
Sekolah Dasar (SD) 20.00%
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) 16.00%
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) 22.00%
Perguruan Tinggi (PT) 18.00%
Pekerjaan Tidak bekerja 44.00%
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 5.00%
Pegawai swasta 12.00%
Wiraswasta 19.00%
Ibu Rumah Tangga 14.00%
Buruh 6.00%
Pendapatan Rp 0 44.00%
< Rp 500 000 11.00%
Rp 500 000 - Rp 1 100 000 9.00%
Rp 1 100 000 - Rp 1 400 000 7.00%
> Rp 1 400 000 29.00%
Teman perjalanan Teman 7.00%
Keluarga 49.00%
Rombongan 43.00%
Sendiri 1.00%
Objek wisata yang
disukai Hutan 8.00%
Satwaliar, gua alam 16.00%
Taman laut 4.00%
Pantai 54.00%
Peninggalan sejarah 2.00%
26
Lampiran 1 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
(lanjutan)
Karakteristik pengunjung Presentase
Frekuensi kunjungan Baru kali ini 44.00%
2 – 4 kali 31.00%
5-7 kali 7.00%
> 8 kali 18.00%
Lama kunjungan < 1 jam 5.00%
2-3 jam 64.00%
4-5 jam 11.00%
> 5 jam 20.00%
Lampiran 2 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil bunga dengan
karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil bunga ~ Jenis kelamin 0.142
Mengambil bunga ~ Kelas umur 0.009
Mengambil bunga ~ Asal 0.617
Mengambil bunga ~ Pendidikan terakhir 0.214
Mengambil bunga ~ Pekerjaan 0.110
Mengambil bunga ~ Pendapatan 0.020
Mengambil bunga ~ Teman perjalanan 0.958
Mengambil bunga ~ Objek wisata yang disukai 0.731
Mengambil bunga ~ Kegiatan rekreasi 0.000
Mengambil bunga ~ Frekuensi kunjungan 0.021
Mengambil bunga ~ Lama kunjungan 0.028
Lampiran 3 Hasil analisis uji chi-square antara membakar kayu dengan
karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Membakar kayu ~ Jenis kelamin 0.134
Membakar kayu ~ Kelas umur 0.059
Membakar kayu ~ Asal 0.038
Membakar kayu ~ Pendidikan terakhir 0.387
Membakar kayu ~ Pekerjaan 0.405
Membakar kayu ~ Pendapatan 0.680
Membakar kayu ~ Teman perjalanan 0.000
Membakar kayu ~ Objek wisata yang disukai 0.463
Membakar kayu ~ Frekuensi kunjungan 0.027
Membakar kayu ~ Lama kunjungan 0.186
27
Lampiran 4 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil jamur dengan
karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil jamur ~ Jenis kelamin 0.217
Mengambil jamur ~ Kelas umur 0.164
Mengambil jamur ~ Asal 0.455
Mengambil jamur ~ Pendidikan terakhir 0.134
Mengambil jamur ~ Pekerjaan 0.941
Mengambil jamur ~ Pendapatan 0.885
Mengambil jamur ~ Teman perjalanan 0.672
Mengambil jamur ~ Objek wisata yang disukai 0.990
Mengambil jamur ~ Frekuensi kunjungan 0.571
Mengambil jamur ~ Lama kunjungan 0.003
Lampiran 5 Hasil analisis uji chi-square antara memberi makan satwaliar dengan
karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Memberi makan satwaliar ~ Jenis kelamin 0.371
Memberi makan satwaliar ~ Kelas umur 0.223
Memberi makan satwaliar ~ Asal 0.777
Memberi makan satwaliar ~ Pendidikan terakhir 0.248
Memberi makan satwaliar ~ Pekerjaan 0.780
Memberi makan satwaliar ~ Pendapatan 0.913
Memberi makan satwaliar ~ Teman perjalanan 0.217
Memberi makan satwaliar ~ Objek wisata yang
disukai
0.732
Memberi makan satwaliar ~ Kegiatan rekreasi 0.021
Memberi makan satwaliar ~ Frekuensi kunjungan 0.391
Memberi makan satwaliar ~ Lama kunjungan 0.065
Lampiran 6 Hasil analisis uji chi-square antara mengusir monyet menggunakan
tongkat dan batu dengan karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Jenis kelamin
0.176
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Kelas umur
0.000
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Asal
0.119
28
Lampiran 6 Hasil analisis uji chi-square antara mengusir monyet menggunakan
tongkat dan batu dengan karakteristik pengunjung (lanjutan)
Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik
pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Pendidikan terakhir
0.433
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Pekerjaan
0.000
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Pendapatan
0.001
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Teman perjalanan
0.039
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Objek wisata yang disukai
0.005
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Frekuensi kunjungan
0.034
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Kegiatan rekreasi
0.028
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Lama kunjungan
0.483
Lampiran 7 Hasil analisis uji chi-square antara memainkan alat musik dan
membunyikan musik keras-keras dengan karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Jenis kelamin
0.246
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Kelas umur
0.001
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Asal
0.983
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Pendidikan terakhir
0.006
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Pekerjaan
0.827
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Pendapatan
0.586
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Teman perjalanan
0.005
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Objek wisata yang disukai
0.018
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Frekuensi kunjungan
0.031
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras ~ Lama kunjungan
0.000
29
Lampiran 8 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil ikan dan biota laut
lainnya dengan karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Jenis kelamin
0.154
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Kelas umur
0.145
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Asal
0.102
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Pendidikan terakhir
0.632
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Pekerjaan
0.751
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Pendapatan
0.436
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Teman perjalanan
0.534
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Objek wisata yang disukai
0.140
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Frekuensi kunjungan
0.006
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~
Lama kunjungan
0.011
Lampiran 9 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil pasir dengan
karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil pasir ~ Jenis kelamin 0.207
Mengambil pasir ~ Kelas umur 0.007
Mengambil pasir ~ Asal 0.024
Mengambil pasir ~ Pendidikan terakhir 0.359
Mengambil pasir ~ Pekerjaan 0.310
Mengambil pasir ~ Pendapatan 0.113
Mengambil pasir ~ Teman perjalanan 0.009
Mengambil pasir ~ Objek wisata yang disukai 0.161
Mengambil pasir ~ Frekuensi kunjungan 0.084
Mengambil pasir ~ Lama kunjungan 0.000
30
Lampiran 10 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil batu karang dengan
karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil batu karang ~ Jenis kelamin 0.040
Mengambil batu karang ~ Kelas umur 0.002
Mengambil batu karang ~ Asal 0.032
Mengambil batu karang ~ Pendidikan terakhir 0.207
Mengambil batu karang ~ Pekerjaan 0.021
Mengambil batu karang ~ Pendapatan 0.026
Mengambil batu karang ~ Teman perjalanan 0.424
Mengambil batu karang ~ Objek wisata yang
disukai
0.034
Mengambil batu karang ~ Kegiatan rekreasi 0.008
Mengambil batu karang ~ Frekuensi kunjungan 0.035
Mengambil batu karang ~ Lama kunjungan 0.004
Lampiran 11 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil cangkang kerang
dengan karakteristik pengunjung
Hubungan peubah gangguan dengan
karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
Mengambil cangkang kerang ~ Jenis kelamin 0.433
Mengambil cangkang kerang ~ Kelas umur 0.001
Mengambil cangkang kerang ~ Asal 0.347
Mengambil cangkang kerang ~ Pendidikan terakhir 0.092
Mengambil cangkang kerang ~ Pekerjaan 0.040
Mengambil cangkang kerang ~ Pendapatan 0.022
Mengambil cangkang kerang ~ Teman perjalanan 0.081
Mengambil cangkang kerang ~ Objek wisata yang
disukai
0.007
Mengambil cangkang kerang ~ Kegiatan rekreasi 0.012
Mengambil cangkang kerang ~ Frekuensi
kunjungan
0.137
Mengambil cangkang kerang ~ Lama kunjungan 0.065
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 22 Agustus 1991 dari
pasangan Sudrajat dan Holisoh SPd. penulis merupakan anak kedua dari empat
bersaudara. Penulis menempuh jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri
6 Tasikmalaya pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan
Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA) sebagai sekretaris
(2010/2011), Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata (Himakova) sebagai sekretaris II (2010/2011), dan sebagai anggota di
Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) serta Kelompok Pemerhati Gua (KPG).
Bersama Himakova, penulis mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan
(SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat (2011) dan Ekspedisi Fauna, Flora,
dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam
Sukawayana, Cagar Alam Tangkuban Perahu, Sukabumi (2012).
Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Cagar Alam Papandayan dan Cagar Alam Leuweung Sancang pada tahun 2011.
Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun
2012, dan magang sebagai pengganti Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di
kantor Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah III pada tahun 2013. Untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian skripsi
dengan judul Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata
Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran di bawah bimbingan Dr Ir
Arzyana Sunkar, MSc dan Eva Rachmawati SHut, MSi.